• Tidak ada hasil yang ditemukan

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL COOPERATICE LEARNING KELAS III MATERI Q.S AN NASR DI SDN TELUK TELAGA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL COOPERATICE LEARNING KELAS III MATERI Q.S AN NASR DI SDN TELUK TELAGA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

MENGGUNAKAN MODEL COOPERATICE LEARNING KELAS III MATERI Q.S AN NASR DI SDN TELUK

TELAGA

TUTY SETIAWATIE

Pendidikan Profesi Guru, IAIN Palangka Raya Email : [email protected]

ABSTRAK

Guru memiliki peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan.

Pentingnya peran guru dalam pembelajaran akan berpengaruh terhadap pengelolaan pembelajaran sehingga dapat mempengaruhi hasil siswa dalam mengikuti pembelajaran. Rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran dapat disebabkan karena model, metode atau strategi yang konvensional yang digunakan guru. Tujuan penelitian tindakan kelas ini yaitu meningkatkan hasil belajar menggunakan model cooperative learning Kelas III materi Q.S An Nasr di SDN Teluk Telaga.

Subjek penelitian ini yaitu siswa kelas III di SD Negeri Teluk Telaga Kecamatan Dusun Selatan, Kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah, dengan jumlah siswa 10 orang. Adapun penelitian ini dilakukan pada semester Ganjil (I) pada Tahun Pelajaran 2022/2023. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar Observasi, Lembar Kerja Siswa, dan tes tertulis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I dan siklus II setelah diterapkannya model pembelajaran cooperative learning ini mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi Q.S An Nasr di SDN Teluk Telaga. Hal ini dapat dibuktikan pada Siklus I nilai rata-rata 60 dengan ketuntasan klasikal 40%. Kemudian pada Siklus II nilai rata-rata meningkat menjadi 80 dengan ketuntasan klasikal mencapai 80%.

Kata Kunci: cooperative, hasil belajar, Q.S An Nasr.

PENDAHULUAN

Guru merupakan pembimbing yang memberikan pengetahuan kepada siswa, sehingga siswa dapat mencapai pendidikan yang baik. Guru memiliki peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan, yaitu harus bisa memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa demi tercapainya sebuah tujuan pembelajaran. Pentingnya peran guru dalam pembelajaran akan berpengaruh terhadap pengelolaan pembelajaran sehingga dapat

(2)

mempeengaruhi minat siswa dalam mengikuti pembelajaran. Rendahnya hasil belajar siswa dalam pembelajaran disebabkan karena model, metode atau strategi yang konvensional yang digunakan guru, peserta didik akan bosan dalam mengikuti pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 05 Desember 2022 dapat diketahui rendahnya minat siswa karena penggunaan model yang konvensional. Hal ini menyebabakan anak sering mengantuk dan bosan.

Permasalahan tersebut disebabkan oleh dominasi guru masih tinggi, peran guru dalam proses pembelajaran sebagai penyebar ilmu kurang berperan sebagai fasilitator, guru masih banyak tergantung pada buku, guru masih dominan menggunakan ceramah dan mencatat, guru kurang mengoptimalkan bekerja bersama-sama dan siswa dianggap lulus tes atau dapat mengerjakan tes tanpa memperhatikan aspek lain seperti kejujuran, pengendalian diri, penghargaan kepada orang lain, kemampuan bekerja sama. Demikian gambaran situasi pembelajaran saat ini yang terjadi di lapangan.

Model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif ini bertujuan agar siswa lebih mandiri dan berpikir kreatif dalam pembelajaran. Dengan situasi ini diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan.

Penggunaan model pembelajaran cooperative learning diharapkan mampu memotivasi minat belajar peserta didik, sehingga mendorong hasil belajar menjadi lebih baik. Model Pembelajaran cooperative learning adalah model pembelajaran dengan memberikan tugas kepada siswa yang lebih pandai dalam sebuah kelompok kecil yang hasilnya akan dipresentasikan kepada kelompok lain di dalam kelas. Hasil kelompok tersebut kemudian didalami dan ditanggapi sehingga terjadi proses belajar yang aktif dan dinamis. Model pembelajaran cooperative learning ini memiliki keunggulan yaitu sebagai berikut : Pertama, dapat meningkatkan kualitas kepribadian peserta didik dalam hal kerjasama, saling menghargai pendapat orang lain, toleransi, berpikir kritis , dan disiplin. Kedua, menumbuhkan semangat persaingan yang positif dan kontruktif, karena dalam kelompoknya masing-masing peserta didik akan lebih giat dan sunguh-sungguh belajar Ketiga, menanamkan rasa persatuan dan solidaritas tinggi, sebab anak yang pandai dalam kelompoknya akan membantu temannya yang memiliki kemampuan yang kurang demi nama naik kelompoknya. Melalui penelitian ini, diharapkan model pembelajaran cooperative learning dapat menjadi solusi penyelesaian masalah yang terjadi di sekolah dalam meningkatkan minat belajar peserta didik sehingga hasil belajar menjadi maksimal dan baik.

Tujuan dari Penelitiam Tindakan Kelas (PTK) ini adalah untuk mengetahui meningkatnya hasil belajar menggunakan model cooperative learning untuk siswa Kelas III materi Q.S An Nasr di SDN Teluk Telaga di Kabupaten Barito Selatan.

(3)

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Penelitian ini menyelidiki sejauh mana tingkat kemampuan kognitif dan hasil belajar mata pelajaran PAI dalam materi Surah An Nasr mampu berkembangan dan tercapai pada SD Negeri Teluk Telaga. Penelitian ini menggunakan subjek penelitian yaitu seluruh siswa Kelas III yang berjumlah 10 orang, yang terdiri dari 8 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Adapun waktu pelaksanaan penelitian tersebut adalah mulai tanggal 05 Desember 2022 sampai dengan 12 Desember 2022.

Penelitian ini dilakukan dalam 2 Siklus, masing-masing siklus dengan tahapan: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil dari refleksi ini digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat perencanaan bagi siklus selanjutnya, jika ternyata yang dilakukan belum berhasil, maka dilakukan siklus selanjutnya sehingga mencapai hasil yang diharapkan.

Data penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil pengamatan observasi melalui lembar observasi dari aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil pengembangan kognitif siswa dan lembar kerja siswa. Penilaian aktivitas mengajar guru dalam pembelajaran dapat dipersentasekan dengan rumus:

Nilai rata-rata = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑥 100 %

Penilaian aktivitas guru menggunakan kriteria sebagai berikut:

76% - 100% Sangat Baik 51% - 75% Baik

26% - 50% Cukup

≤ 25% Tidak Baik Dengan kategori penilaian yakni:

Kategori penilaian:

1 = Tidak Baik (TB) 2 = Kurang Baik (KB) 3 = Baik (B)

4 = Sangat Baik (SB).

Adapun peniliaian aktivitas siswa menggunakan rumus berikut: Rumus aktivitas siswa:

Skor 4 : Jika aktivitas siswa ada & sangat baik Skor 3 : Jika aktivitas siswa ada & baik

Skor 2 : Jika aktivitas siswa ada tetapi kurang

(4)

Skor 1 : Jika tidak ada aktivitas siswa

Untuk penilaian tes kerja siswa dilakukan dengan membandingkan antara skor nilai tiap siklus dengan KBM yang telah ditentukan yaitu 70. Oleh karena itu, setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya apabila nilai perolehan siswa lebih dari sama dengan 70. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar menggunakan rumus sebagai berikut:

X = ∑𝑁∑𝑥

Keterangan : X = Nilai rata-rata

∑x = Jumlah semua nilai siswa

∑N = Jumlah siswa

siswa dapat dikatakan tuntas belajar jika telah mencapai 60 % atau nilai 60 dan kelas disebut tuntas belajar jika di kelas terdapat 70 % yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65 %. Untuk menghitung ketuntasan belajar dapat menggunakan rumus berikut ini :

𝑃 =∑ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠 𝑏𝑒𝑙𝑎𝑗𝑎𝑟

∑ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥 100

HASIL PENELITIAN

Aktivitas guru pada pelaksanaan pembelajaran dengan model cooperative learning pada siklus I dapat dikategorikan Baik karena mendapatkan skor 57, sehingga persentase yang didapat untuk aktivitas guru adalah 67,85%. Untuk itu perlu dilakukan lagi pembelajaran pada Siklus 2.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh obsever, disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran pada siklus I belum dilakukan secara efektif, hal ini dengan adanya tahapan yang belum dilaksanakan guru secara maksimal.

Walaupun demikian, data observasi yang ada pada tabel secara keseluruhan menunjukkan bahwa proses belajar mengajar berlangsung secara lancar, kondusif, dan antusias. Aktivitas guru pada Siklus II yang terdapat pada kegiatan inti meningkat dengan memperoleh skor 94,04% yang sebelumnya pada siklus I hanya memiliki skor 67,85%. Ini menunjukkan aktivitas guru dalam pembelajaran tergolong “Sangat Baik”. Aktivitas guru pada Siklus 1I ini dapat dikatakan telah berhasil, karena aktivitas guru dikatakan berhasil apabila mencapai persentase 94,04% atau mendapatkan skor minimal 79 dengan

(5)

kriteria 3 atau 4 pada setiap kegiatannya dan hal ini terpenuhi oleh guru.

Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dalam penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru mengalami perbaikan dalam setiap siklus kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari lembar observasi guru yang menunjukan peningkatan. Peningkatan tersebut dapat pula dilihat pada grafik di bawah ini:

Pada grafik di atas dapat dilihat perbandingan aktivitas guru pada Siklus I dan Siklus II dimana terlihat adanya peningkatan hasil perolehan aktivitas guru dari beberapa kali perbaikan. Keberhasilan tersebut dikarenakan guru sudah melaksanakan sintak secara lengkap.

Untuk penilaian aktivitas siswa Siklus I, dengan model cooperative learning pada siklus I dapat dikategorikan Cukup karena mendapatkan skor 42, sehingga persentase yang didapat untuk aktivitas guru adalah 58,33%. Hal ini dikarenakan beberapa siswa tersebut kurang memahami materi, ketertarikan terhadap pembelajaran serta pemahaman tentang cara berdiskusi.

Namun demikian, pada Siklus II terjadi kenaikan dengan mendapatkan skor 68, sehingga presentase yang didapatkan untuk aktivitas siswa adalah 94,44 %.

Karena setelah siklus II siswa mulai tertarik dengan materi permbelajaran serta mulai memahami cara kerja berdiskusi kelompok. Dilihat perbandingan aktivitas siswa pada setiap siklus maka dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa selalu mengalami peningkatan. Hal ini sebagai akibat dari guru dapat memberikan motivasi kepada siswa dalam pembelajaran menggunakan model Cooperative Learning.

67.85

58.33

40

94.04 94.44

80

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Aktifitas Guru Aktifitas Siswa Tuntas

Diagram Aktifitas Guru, Siswa &

Ketuntasan Belajar

Siklus 1 Siklus 2

(6)

Dari hasil tes belajar siswa dapat dilihat bahwa pada Siklus 1 hanya 40

% siswa yang tuntas dalam pembelajaran. Hal itu membuktikan bahwa hanya 4 orang dari 10 orang siswa yang nilainya memenuhi standar KKM yaitu 70.

Pada Siklus II terjadi peningkatan sebanyak 80 % siswa yang tuntas yaitu sebanyak 8 orang dari 10 orang yang tuntas yang memenuhi nilai KKM yaitu 70. Jadi hanya 2 orang yang belum tuntas pada Siklus II, hal ini dapat di atasi dengan melaksanakan remedial agar nilai yang belum tuntas dapat dinyatakan tuntas. Perubahan hasil belajar siswa tersebut dapat dilihat dalam tabel di atas.

Atas dasar hal tersebut maka dapat dikatakan bahwa siswa telah tuntas dalam pembelajaran ini dan tidak diperlukan lagi tindakan kelas berikutnya dengan grafik hubungan aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil perkembangan kognitif siswa dan hasil tes belajar siswa.

KESIMPULAN

Aktifitas guru pada pelaksanaan pembelajaran dengan model cooperative learning pada siklus I dapat dikategorikan Baik karena mendapatkan skor 57, sehingga persentase yang didapat untuk aktivitas guru adalah 67,85%. Untuk itu perlu dilakukan lagi pembelajaran pada Siklus 2.

Aktivitas guru pada Siklus II yang terdapat pada kegiatan inti meningkat dengan memperoleh skor 94,04% yang sebelumnya pada siklus I hanya memiliki skor 67,85%. Ini menunjukkan aktivitas guru dalam pembelajaran tergolong “Sangat Baik”. Aktivitas guru pada Siklus 1I ini dapat dikatakan telah berhasil, karena aktivitas guru dikatakan berhasil apabila mencapai persentase 94,04%.

Untuk penilaian aktivitas siswa Siklus I, dengan model cooperative learning pada siklus I dapat dikategorikan Cukup karena mendapatkan skor 42, sehingga persentase yang didapat untuk aktivitas guru adalah 58,33%. Hal ini dikarenakan beberapa siswa tersebut kurang memahami materi, ketertarikan terhadap pembelajaran serta pemahaman tentang cara berdiskusi.

Namun demikian, pada Siklus II terjadi kenaikan dengan mendapatkan skor 68, sehingga presentase yang didapatkan untuk aktivitas siswa adalah 94,44 %.

Karena setelah siklus II siswa mulai tertarik dengan materi permbelajaran serta mulai memahami cara kerja berdiskusi kelompok.

Untuk Hasil belajar siswa dalam penelitian pada siklus I dan siklus II setelah diterapkannya Model Pembelajaran cooperative learning ini dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi Q.S An Nasr di SDN Teluk Telaga. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil belajar peserta didik yang meningkat setelah diterapkannya Model Pembelajaran cooperative learning.

Pada Siklus I rata-rata 60 dengan ketuntasan klasikal 40%. Dan pada Siklus II rata-rata 80 dengan ketuntasan klasikal mencapai 80%. Penerapan Model

(7)

Pembelajaran cooperative learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa belajar siswa, terlihat pada hasil ates formatif pada siklus II yang dilakukan oleh peneliti (guru) dikategorikan baik dalam pengelolaan pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Aly, H. Djamaludin. 1999. Kapita Slekta Pendidikan Islam. Bandung:

Pustaka Setia.

Agus Suprijono, Cooperative Learning: TEORI DAN APLIKASI PAIKE, (Yogyakarta: Pustaka belajar, 2009).

Amstrong, Thomas, 2004, Menerapkan Multiple Intelligences di ,Sekolah, Bandung : Mizan Pustaka.

Anita Lie. 2008. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo.

Dess, 1991. Kekurangan & Keunggulan dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

Djamarah Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta Karl G Hill. (1993). “A Social Psychological Perspective on Creativity : Intrinsic Motivation and Creativity in the Classroom and Workplace”.Understanding and Recognizing creativity the Emergence of a Dicipline. New Jersey : Ablex Publishing Coorporation

Muslimin,Ibrahim.2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press Tim Broad Based Education Depdiknas. 2002. Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (life Skills) melalui Pendekatan Pendidikan Berbasis Luas broad base education(Buku I Konsep). Jakarta: Depdiknas.

http://ptkguruku.blogspot.com/2014/08/ptk-penerapan pembelajaran kooperatif .html

https://jendela.kemdikbud.go.id/v2/berita/detail/cooperative-learning-model solusi-peningkatan-kualitas-hasil-belajar-dan-pembentukan-karakter-siswa https://wawasanpengajaran.blogspot.com/2017/08/kelebihan-dan-kekurangan- metode.html

https://ainamulyana.blogspot.com/2012/02/minat-belajar.html https://arenalomba.com/hasil-belaja

Referensi

Dokumen terkait

Adanya dampak infrastruktur jalan dan tingkat kepadatan penduduk terhadap kegiatan ekonomi berimplikasi bahwa pendapatan per kapita yang diperoleh oleh masyarakat

Selama melaksanakan KKN, setiap mahasiswa wajib mengikuti, melaksanakan, dan bertanggungjawab atas setiap kegiatan yang telah diprogramkan baik kegiatan individu maupun kegiatan

Uji analisis diskriminan dilakukan untuk mengetahui variabel mana saja yang masuk ke dalam model dengan menggunakan metode stepwise yang menghasilkan nilai minimum

bahwa untuk lebih meningkatkan kegiatan penanaman modal baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri untuk percepatan pembangunan dengan tetap meningkatkan

Between the internal auditors and the audit committee must be established appropriate communication processes are well stated by Cohen, et.al (2007) the process

Dari definisi pembelajaran kontekstual yang telah disampaikan Hosnan, dapat dipahami bahwa pembelajaran kontekstual menuntut siswa aktif dan termotivasi, adanya

Inti dari sebuah pendidikan adalah pembelajaran, dimana pembelajaran adalah proses interaksi antara peserta didik (mahasiswa) dengan pendidik (dosen). Interaksi tersebut

lndikator atau aspek-aspek yang digunakan dalam penelitian ini adalah: gagasan, ide atau tema, organisasi, kosa kata atau pilihan kata, penggunaan bahasa, dan mekanik