• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analysis Of Soil Fertility High Intensity Lightning Strokes In Kendari City

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Analysis Of Soil Fertility High Intensity Lightning Strokes In Kendari City"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Journal homepage: http://ojs.uho.ac.id/index.php/IJPiA/index

55

Analysis Of Soil Fertility High Intensity Lightning Strokes In Kendari City

(Analisis Kesuburan Tanah Sambaran Petir Intensitas Tinggi Di Kota Kendari)

Rosliana Eso1, La ode Safiuddin1, Tahir2, Saras1

2)MIPA UHO, Kendari, Sulawesi Tenggara, Indonesia

1)Pendidikan Fisika FKIP UHO, Kendari, Sulawesi Tenggara, Indonesia

* Corresponding author: rosliana.eso@uho.ac.id

Info Artikel Sejarah Artikel:

Diterima: 7 September 2022 Disetujui: 27 September 2022 Dipublikasikan: 29

September 2022

Abstrak

This study aimed to evaluate the status of soil fertility that had been struck by lightning in Labibia Village, Mandonga District, and Purirano Village, Kendari District, Kendari City. This research was conducted in November 2020 using a survey method at locations that had been struck by lightning. Soil samples (topsoil) were taken horizontally at various distances, namely 0 m, 5 m, 10 m, and 15 m from the tree stands that had been struck by lightning. Parameters of soil fertility analyzed included C-Organic, available P, CEC, KB, and total K. The results obtained showed that at the research location in Labibia Village, the soil fertility status was in the low (R) class, while in Purirano Village, the soil fertility status was medium (S).

Parameters that were limiting factors for soil fertility status were low total K and base saturation. Other factors that affected soil fertility status, especially in the research location of Labibia sub-district, were topography with slopes above 45% and relatively shallow effective soil depth.

Keywords: Soil fertility status, high-intensity lightning strikes, and standing trees

How to Cite (APA): Rosliana Eso, La ode Safiuddin1, Tahir, Saras (2022), Analysis of Wind Potential as a Power Generator in Sambuli Village, Nambo District, Kendari City, Indonesian Journal of Physics and its Applications. 2(2), 55-60

PENDAHULUAN

Wilayah indonesia termasuk daerah beriklim tropis yang terletak di garis khatulistiwa dengan keadaan suhu lembab dan curah hujan yang tinggi, sehingga sering terjadi bencana petir. Petir berasal dari lompatan arus listrik yang terjadi antar medan muatan listrik dari awan dengan awan (Intra/Inter Cloud), awan dengan udara (Cloud-to-Air), dan terjadi antara awan dengan permukaan bumi (Cloud-to-Ground). Kejadian petir diawali dari adanya pergerakan uap air secara vertikal di udara sehingga terbentuk menjadi awan Cumulonimbus (Cb) (Soepangkat,1994). Ciri-ciri awan Cumulonimbus adalah bentuknya yang menggumpal seperti kapas dan membubung tinggi di langit (Husni, 2002).

Sambaran petir merupakan fenomena alam yang terjadi secara random, tidak dapat dikendalikan kejadiannya dan dapat mengakibatkan kerusakn pada objek yang disambarnya (Firdaus, 2015). Menurut data Stasiun Geofisika BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika) Kendari mencatat, selama bulan November 2020, melalui peta sebaran petir wilayah Kendari yang dikeluarkan, terdapat beberapa wilayah yang

terpapar petir. Kerapatan sambaran petir tersebut bervariasi, mulai dari skala intensitas rendah, intensitas sedang, hingga intensitas tinggi. Dari peta terlihat sambaran petir skala intensitas tinggi terjadi di Kecamatan Kendari, Mandonga, Puuwatu, Poasia dan Kecamatan Abeli.

Petir juga dianggap berbahaya karena memiliki daya hancur yang luar biasa, namun ternyata selain membuat kerusakan di permukaan bumi juga mempunyai manfaat yang besar salah satunya yaitu meningkatkan kesuburan tanah (Suhardianto, 2009).

Selain sebagai tempat sasaran petir atau sambaran petir, tanah merupakan salah satu sistem bumi yang memiliki sifat bervariasi, yaitu terdiri dari sifat fisik, kimia, dan biologi. Dengan bervariasinya sifat-sifat tersebut, maka tingkat kesuburan pada berbagai jenis tanah berbeda-beda pula. Oleh karena itu diperlukan pemahaman mengenai karakteristik tanah sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan potensinya (Balai Penelitian Tanah, 2003; Boix and Zinck, 2008; Ferdinan et al.2013). Terdapat lima parameter kesuburan tanah yang digunakan dalam penelitian ini untuk menilai status kesuburan tanah, yaitu kapasitas tukar kation (KTK), kejenuhan basa

(2)

56 (KB), karbon organik (C-Organik), kadar P tersedia dan K total.

Penelitian mengenai karakteristik kimia tanah oleh Widyantari dkk (2015) menyatakan bahwa tanah dengan pH netral, K total dan KB tanah tergolong tinggi sampai sangat tinggi, C-organik dan P total tergolong rendah sampai sedang, KTK tanah berkisar dari sedang hingga tinggi mengklasifikasikan status kesuburan tanah pada lokasi penetian tersebut tergolong rendah.

Penelitian mengenai kesuburan tanah pada tanah yang tersambar petir baik intensitas tinggi, intensitas sedang maupun intensitas rendah masih sangat minim dilakukan, sehingga pada tulisan ini akan mengulas kajian kesuburan tanah yang tersambar petir dengan intensitas sambaran petir yang sering atau terkategori tinggi di kota Kendari.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan penentuan lokasi pengambilan sampel tanah menggunakan data peta sambaran petir dari BMKG Stasiun Geofisika Kendari tahun 2020.

Penelitian ini dilakukan pada bulan November tahun 2020. Lokasi yang dipilih adalah lahan yang terpapar petir intensitas tinggi di Kelurahan Labibia dengan titik koordinat (3°56'21,02"S 122°30'55,49"T) dan Kelurahan Purirano dengan titik koordinat

(3°57'34,12"S 122°37 '10,93"T), Kota Kendari Sulawesi Tenggara. Kedua lokasi penelitian tersebut memiliki jenis tanah yang sama yakni tanah alfisol (Mediteran Haplik) dan karakteristik Geologi atau jenis batuan yang berbeda, yakni Kelurahan Labibia merupakan Formasi Meluhu (TrJm) serta kelas geologi diantaranya Malihan, Derajat Menengah, Batu Sabak sedangkan di Kelurahan Purirano merupakan Lamprofir Tak Bernama (Qi) dengan jenis batuan diantaranya Sedimen, Klastika, Sedang, Batu Gamping. Pengambilan sampel tanah pada kedalaman 0-30 cm (top soil) disekitar tegakan pohon yang tersambar petir, serta menggunakan kompas mengikuti arah mata angin untuk mengambil jarak 5m 0m dan 15m dari pohon tersebut. Informasi pengelolaan tanah diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lapangan dan wawancara masyarakat sekitar tempat kejadian sambaran petir. Analisis sampel tanah dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik, Universitas Halu Oleo yang meliputi: C-organik (metode Walkley and Black), KTK (metode Biru Indofenol), Kejenuhan Basa (metode Titrimetri) P-tersedia (metode Olsen) dan K-total (metode Ekstrak HCL 25 %). Penentuan status kesuburan tanah didasarkan pada petunjuk teknis evaluasi kesuburan tanah Pusat Penelitian Tanah, Bogor (PPT,1995)

Gambar 1. Peta Lokasi Pengambilan Sampel Sambaran Petir Intensitas Tinggi Kecamatan Mandonga (Labibia) dan Kecamatan Kendari (Purirano)

HASIL PENELITIAN Hasil analisis kesuburan tanah yang

(3)

57 mengacu pada panduan teknis evaluasi kesuburan tanah pusat penelitian tanah (PPT, 1995) seperti yang tertulis pada Tabel 1.

Sementara itu, perbandingan hasil yang

diperoleh untuk setiap parameter kesuburan tanah yang terpapar petit intensitas tinggi di lokasi penelitian dapat lihat pada Gambar 2.

Tabel 1. Data Hasil Evaluasi Kesuburan Tanah Terpapar Petir Intensitas Tinggi di Lokasi Penelitian Kode/

Lokasi Sampel

Jarak dari Pohon Sebaran

Parameter

Status Kesuburan C-Organik

(%)

P2O5

Tersedia (ppm)

K2O Total

(mg/100g) KTK

(me/100g) KB (%)

Labibia (L1)

0 m 3,00 (S) 22,91 (S) 3.67 (SR) 69,60 (ST) 8,85 (SR) Rendah 5 m 3,49 (T) 31,73 (S) 5.22 (SR) 68.69 (ST) 9,32 (SR) Rendah 10 m 3,34 (T) 32,02 (S) 5.22 (SR) 64,13 (ST) 10,10 (SR) Rendah 15 m 3,48 (T) 40,83 (S) 3.59 (SR) 64,44 (ST) 11.29 (SR) Rendah Purirano

(L2)

0 m 3,43 (T) 41,42 (T) 4.31 (SR) 75.98 (ST) 7,26 (SR) Sedang 5 m 3,09 (T) 43.19 (T) 4.25 (SR) 63,83 (ST) 9,90 (SR) Sedang 10 m 3,02 (T) 48.77 (T) 4.27 (SR) 62.61 (ST) 10,22 (SR) Sedang 15 m 3,51 (T) 68.16 (ST) 3.39 (SR) 60.79 (ST) 11,84 (SR) Sedang Ket: L1 = Terpapar Petir Intensitas Tinggi di Kelurahan Labibia, L2 = Terpapar Petir Intensitas

Tinggi di Kelurahan Purirano, SR=Sangat Rendah, R=Rendah, S=Sedang, T=Tinggi, ST=Sangat Tinggi

Gambar 2. Grafik Nilai Unsur Sifat Kimia Tanah terhadap Jarak Pengambilan Sampel Horizontal Tanah Terpapar Petir Intensitas Tinggi Kelurahan Labibia dan Kelurahan Purirano Kota Kendari Kadar C-organik Tanah Hasil penetapan kadar C-organik pada lahan

yang terpapar petir intensitas tinggi pada kedua

(4)

58 lokasi penelitian tergolong tinggi dengan kisaran 3,00 % sampai 3,51 %. Tingginya kandungan C- organik tanah dipengaruhi oleh keragaman dan jumlah vegetasi serta banyaknya timbunan seresah di permukaan tanah pada lokasi penelitian. Hal ini sejalan dengan penelitian yang menjelaskan bahwa sumber bahan organik sebagian besar berasal dari vegetasi yang terdekomposisi (Sulakhudin, 2015) dan juga dikemukakan oleh Foth (1991) bahwa sisa-sisa tanaman dewasa serta seresah tanaman akan mendukung besarnya humufikasi bahan organik serta memberikan bahan mentah untuk perombakan mikrobial akar yang berisi 50%

karbon. Tinggi rendahnya kandungan karbon organik dalam tanah dipengaruhi oleh aktivitas mikroorganisme dalam merombak bahan organik tanah (Winingsih, 2019).

Kapasitas Tukar Kation (KTK) Tanah

Kapasitas tukar kation (KTK) menunjukkan kemampuan kompleks pertukaran tanah untuk menjerap dan mempertukarkan kation-kation.

Berdasarkan hasil analisis laboratorium yang diperoleh kriteria KTK tanah pada ke dua lokasi penelitian tergolong sangat tinggi dengan kisaran 49,84 - 75,98 me/100g. Tingginya nilai KTK tanah pada kedua lokasi penelitian disebabkan karena kandungan kadar liat yang tinggi dimana texture tanah di lokasi Kel purirano adalah sandy loam dan loamy sand sedangkan kel labibia bertekstur clay dan sandy clay. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sukisno (2011) bahwa nilai KTK tinggi juga dipengaruhi oleh kadar liat, karena tanah yang didominasi oleh fraksi liat memiliki kapasitas pertukaran ion dan memegang air yang tinggi, serta memiliki stabilitas agregat yang tinggi karena adanya ikatan dalam partikel tanah.

Senada dengan hal tersebut Hardjowigeno (2007) menjelaskan bahwa tanah dengan KTK tinggi mampu menjerap dan menyediakan unsur hara lebih.

Kejenuhan Basa (KB) Tanah

Kejenuhan basa menunjukkan perbandingan antara jumlah kation-kation basa yang ditukarkan dengan kapasitas tukar kation (KTK) tanah yang dinyatakan dalam persen. Nilai kejenuhan basa pada ke dua lokasi penelitian tergolong sangat rendah dengan kisaran 8,85 % sampai 11,84 %. Meskipun Bohn (2009) mengemukakan bahwa nilai KTK tanah biasanya berbanding lurus dengan KB tanah, karena kejenuhan basa merupakan gambaran tingginya jumlah kation pada komplek koloid tanah,

namun pada penelitian ini tidak menemukan pola seperti itu. Hal ini diduga oleh karena tanah pada lokasi penelitian ini mengalami proses leaching dimana kation-kation basa ikut terlarut dalam air oleh karena topografi lahan dengan kemiringan lereng sekitar 20-45%. Hal ini sejalan dengan Husni (2016) dan Rahayu dkk (2014) yang menyatakan bahwa pada umumnya kation- kation basa mudah tercuci dan larut bersama dengan air yang menyebabkan nilai KB tanah rendah.

Fosfor Tersedia

Fosfor merupakan unsur hara makro esensial bagi tanaman, karena berperan penting dalam penyediaan energi kimia yang dibutuhkan oleh tanaman. Hasil pengukuran kandungan P tersedia tersedia pada lokasi penelitian Labibia tergolong sedang dengan nilai berkisar 22,91 ppm- 40,83ppm, , sedangkan pada lokasi di Kelurahan Purirano tergolong tinggi sampai sangat tingg dengan nilai berkisar 41,42 ppm – 68,16 ppm. Tingginya kandungan P tersedia di kel Purirano sejalan dengan tingginya kandungan C-organik tanah sebagaimana yang dikemukakan oleh Munawar (2011) bahwa fosfor di dalam tanah berasal terutama dari hasil desintegrasi mineral yang mengandung apatit (fosfor inorganik ) dan dekomposisi bahan organic yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan, dan jaringan jasad renik (fosfor organic).

Sementara itu, kandungan P tersedia di Kelurahan labibia tergolong sedang oleh karena Fosfor terbawa oleh aliran air sebab lokasi lahan memiliki kemiringan lereng yang cukup curam.

Kalium Total

Berdasarkan hasil yang diperoleh, kandungan Potasium (K2O) tanah pada lahan di kedua lokasi penelitian tergolong sangat rendah dengan nilai kisaran 3,39 mg/100g sampai 5,22 mg/100g. Rendah nilai kandungan K2O total tanah dapat di sebabkan oleh bahan induk dalam tanah yang miskin akan kalium, unsur hara yang ada didalam tanah telah diserap tanaman serta kalium sangat mudah larut dan terbawa oleh air. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Herawati (2015) menjelaskan bahwa ion K tergolong unsur yang mudah bergerak sehingga mudah sekali hilang dari tanah melalui pencucian, karena K tidak ditahan kuat oleh permukaan koloid tanah. Menurut Adiningsih (1985) bahwa tinggi rendahnya kadar kalium di dalam tanah dapat disebabkan oleh bahan induk, apakah miskin kalium ataupun kaya akan kandungan kalium. pH tanah yang

(5)

59 masam juga akan menyebabkan peningkatan pada fiksasi kalium sehingga menyebabkan penurunan ketersediaan K dalam tanah.

Evaluasi Status Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah adalah kemampuan atau kualitas suatu tanah menyediakan unsur hara tanaman dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan tanaman, dalam bentuk senyawa- senyawa yang dapat dimanfaatkan tanaman dan perimbangan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman tertentu dengan didukung oleh faktor pertumbuhan lainnya (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Tanah dikatakan subur apabila memiliki ketersediaan unsur haranya yang tersedia bagi tanaman cukup dan tidak terdapat faktor pembatas dalam tanah untuk pertumbuhan tanaman (Sutedjo, 2002). Status kesuburan tanah dinilai berdasarkan kriteria baku parameter kesuburan tanah sesuai Petunjuk Teknis Evaluasi Kesuburan Tanah PPT (1995). Hasil evaluasi status kesuburan tanah yang terpapar petir intensitas tinggi di Kelurahan Labibia (L1) dan Kelurahan Purirano (L2) didasarkan atas kriteria penilaian sifat kimia tanah (PPT, 1995) terhadap 5 parameter disajikan dalam Tabel 4.2.

Rendahnya status kesuburan tanah pada lokasi penelitian disebabkan karena adanya pembatas sifat kimia tanah, yaitu rendahnya kandungan K- total dan kejenuhana basa (KB). Kandungan kalium tergolong unsur yang mudah bergerak sehingga mudah sekali hilang dari tanah yang menyebabkan efisiensinya rendah. Penyebab tinggi rendahnya kalium dalam tanah dipengaruhi oleh bahan induk dan juga pH tanah. Sementara, Kejenuhan basa tanah selalu dihubungkan sebagai petunjuk mengenai kesuburan sesuatu tanah. Kemudahan dalam melepaskan ion yang diserap untuk tanaman tergantung pada derajat kejenuhan basa. Tanah sangat subur bila kejenuhan basa > 80%, jika kejenuhan basa antara 50-80% kesuburan tanahnya sedang dan tanah tidak subur jika kejenuhan basa < 50% (Husni, 2016)

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa status kesuburan tanah dilokasi penelitian sambaran petir intensitas tinggi di Kota Kendari Kelurahan Labibia (L1) kategori rendah. Sedangkan lokasi sambaran petir intensitas tinggi Kelurahan Purirano (L2) kategori sedang. Faktor pembatas kesuburan tanah dilokasi penelitian Labibia dan Purirano adalah nilai K2O total dan KB tanah yang rendah.

DAFTAR PUSTAKA

BMKG Stasiun Geofisika Kendari. Peta Sebaran Sambaran Petir Wilayah Kendari bulan Desember 2019 s.d Mei 2020. Kendari.

Balai Penelitian Tanah. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan Untuk Komoditas Pertanian. Balai Penelitian Tanah. Bogor.

Boix, L. C. And J. A. Zinck. 2008. Land-use Planning in the Chaco Plain (Burruyacu, Argentina). Part 1: Evaluating Land-use Options to Support Crop Diversification in an Agricultural Frontier Area Using Physical Land Evaluation.

Environmental Management, 42:1043- 1063.

Firdaus. 2015. Pengaruh Sambaran Petir terhadap Sistem Proteksi pada Peralatan Telekomunikasi PT. Telkom. Pekan Baru.

Foth. H. D. And L.N. Turk, 1999. Fundamentals of Soil Science, Fifth Ed. John Waley &

Sons, New York.

Husni, M. 2002. ‘Mengenal Bahaya Petir’. Jurnal Meteorologi dan Geofisika.Vol. 3 No. 4 Oktober – Desember 2002. Jakarta Husni, dkk. 2016. Evaluasi Status Kesuburan

Tanah Pada Beberapa Jenis Tanah di Lahan Kekeringan Kabupaten Pidie Provinsi Aceh. JIM FP, Vol. 1, No 1: 147- 154.

Herawati MS. 2015. Kajian Tingkat Kesuburan Tanah di Lahan Kakao Kampung Klain Distik Mayamuk Kabupaten Sorong.

Jurnal Agroferestri. Edisi X: 201-208.

Hardjowigeno, S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta Akademika Pressindo. 296 Halaman.

Munawar, A. 2011. Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman. IPB Press. Bogor.

PPT. 1995. Petunjuk Teknis Evaluasi Kesuburan Tanah. Laporan Teknis No. 14. Versi 1,0.

1. REP II Project, CSAR. Bogor.

Rosmarkam, A. dan N.W. Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Penerbit Kanisius.

Yogyakarta.

Rahayu, A., S. Rahayu dan M. Luthfi. 2014 Karakterisitik dan Klasifikasi Tanah pada Lahan Kering dan Lahan yang disawahkan di Kecamatan Perak Kabupaten Jombang. Jurnal Tanah dan Sumberdaya Lahan 1(2): 77-87.

Susila, Dharma K. 2013. Studi Keharaan Tanaman dan Evaluasi Kesuburan Tanah di Lahan Pertanian Jeruk Desa Cenggiling, Kecamatan Kuta Selatan.

Agrotrop Vol.3 No.2 Hal 13-20.

(6)

60 Sutedjo,M,M., Kartasapoetra, A, G.,

Sastroatmodjo, S. Mikrobiologi Tanah.

1996. PT. Rhineka Cipta,Jakarta.

Suhardiyanto, H. 2009. Teknologi Hidroponik Untuk Budidaya Tanaman. Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian. Bogor.

Sulakhudin, D. Suswati, S. G. 2015. Kajian Status Kesuburan Tanah pada Lahan Saawah di Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Menpawah. Jurnal Pedon Tropika 1(3):106-114.

Uman, M.A.(2001).'The Lightening Discharge'.

General Publishing Company,Ltd ontario.

Winingsih, Atih, et. al, ‘The Role Of Hydrogel And Incubation Time Towads Ph C- Organik And N-Total Soil’,Jurnal Penelitian Saintek, 24.1 (2019).

Widyantari, D. A. G., Ketut, D. S and Tatiek, K.

2015. Evaluasi Status Kesuburan Tanah Untuk Lahan Pertanian di Kecamatan Denpasar Timur. Jurnal Agreokoteknologi Tropika, 4(4):

2301-6515.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Pada uji- T didapatkan hasil thitung &gt; ttabel, sehingga dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh signifikan model pembelajaran make a match terhadap

Pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran, definisi suatu tertentu dalam konteks tertentu dan lebih banyak meneliti kehidupan sehari-hari.25 Penelitian kualitatif

Hasil dari penggabungan dua fungsi, teknik, dan bahan berdasarkan sumber data dan referensi karya yang telah ada menghasilkan gaya tersendiri melalui tampilan visual dan

Walaupun dalam proses implementasinya, harus tetap kritis, sebab dunia pendidikan juga tidak luput dari tindak pidana korupsi (Teten Masduki, 2009). Dengan

HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT LENGAN, KEKUATAN OTOT PUNGGUNG DAN KEKUATAN OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN TOLAK PELURU GAYA O’BRIEN PADA SISWA PUTRA.. SMK MUHAMMADIYAH 1,

Secara khusus dalam perspektif stakeholder theory menyatakan bahwa para pemangku kepentingan berharap akrual yang diperkirakan oleh manajer dengan kemampuan yang

Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian Kausal, Penelitian Kausal menurut Kerlinger dalam Emzir (2008) bahwa penelitian kausal adalah penyelidikan

Untuk mengukur kinerja pustakawan dapat dilihat dari beberapa angka kredit yang diperoleh masing-masing pustakawan untuk menentukan apakah pustakawan dapat prestasi yang