• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Perkembangan teknologi membuat masyarakat mudah dalam mengakses berbagai hal. Salah satunya memanfaatkan tekonologi sebagai pengguna internet.

Hamzah (2021) menjelaskan bahwa pengguna internet sudah masuk dalam berbagai kalangan baik dari segi pebisnis, pemerintahan ataupun sarana hiburan. Hal ini membuat para pengguna internet senantiasa mengakses berbagai informasi berupa tren didalam berbagai bidang. Tentunnya sangat membantu para penggunanya untuk tetap bisa mengikuti tren terbaru mengenai segala hal dibidang yang mereka sukai.

Berdasarkan data dari Social Media Platform (Hootsuite) pada tahun 2020 terdapat setidaknya 160 juta pengguna aktif sosial media. 79% diantaranya merupakan pengguna aktif Instagram yang dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 1.1 Gambaran Pengguna Aktif Instagram tahun 2020 Gambaran Pengguna Instagram Kategori

Pengguna Bukan Pengguna

% %

Umur

15– 19 tahun 91 9

20-24 tahun 88.5 11.5

Jenis Kelamin

Perempuan 50,8 Laki-laki 49,2

Sumber:Social Media Platform (Hootsuite)2020

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pengguna Instagram yang memiliki setidaknya 160 juta pengguna aktif ternyata didominasi oleh perempuan dengan tingkat presentase sebesar 50,8 % sedangkan, berdasarkan usia pengguna Instagram didominasi oleh usia 15 sampai 24 tahun.

(2)

Adapun survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) pada tahun 2019 mencatat setidaknya ada 2.385.325 pengguna internet di Jambi didominasi oleh rentang usia pada tabel di bawah ini:

Tabel 1.2 Gambaran Pengguna Aktif Internet di Jambi tahun 2019 Gambaran Pengguna Instagram Kategori

Pengguna

% Umur

5-9 tahun 8,24 10-14 tahun 8,31 15-19 tahun 8,29 70-74 tahun 1,86

Sumber:Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) tahun 2019

Dari data pada tabel diatas dapat dilihat bahwa pengguna internet di Kota Jambi kebanyakan didominasi dengan rentang usia 10 sampai 19 tahun. Rentang usia 10 sampai 19 tahun dengan besar presentase diatas 8 %.

Hasil kuisioner pada tanggal 2 Januari 2021 melalui survei daring mengungkapkan bahwa remaja di Jambi menggunakan Instagram dengan durasi waktu pemakaian kurang lebih dimulai dari 1–10 jam dalam sehari. Hal ini dipengaruhi oleh suasana hati (mood) ataupun tergantung waktu luang yang mereka punya pada saat itu. Lamanya penggunaan aplikasi Instagram dapat dilihat pada wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada narasumber TNW dibawah ini.

“Sering sih hehehe, kek misalnya kek ada waktu segang tuh dak pokoknyo tuh aku main instagram gitu aku buka – buka gitu. Apo lagikan online, sekarangkan kuliah online kan jarang ada kegiatan gitu kan. Buka instagram… Kalau dijamin bisa sampai 10 jam lah dak… Kadang lebih sih, bisa kurang bisa lebih” T N W (21 tahun)- diwawancarai pada 5 Februari 2021 pada jam 19.56

Dalam artikel “Eksistensi di Media Sosial di Kalangan Masyarakat” (2020) menjelaskan bahwa Instagram berupa aplikasi yang membuat sebuah akun lalu saling mengikuti satu sama lain. Akun tersebut saling berkomunikasi baik dalam bentuk pemberian tanda suka, bertukar pesan ataupun meninggalkan komentar di postingan yang telah diunggah oleh penggunanya. Adapun beberapa cara agar tetap eksis di

(3)

Instagram bisa berupa menggunakan tagar (#) saat mengunggah foto, membagikan status Instastory (instastory), dan lain-lain.

Lewoleba, Reandsi dan Vianey (2020) menyatakan bahwa Instagram dipilih oleh remaja sebagai sosial media favorit dikarenakan aplikasi ini lebih fokus pada unggahan foto dan video berdurasi pendek. Berbeda dengan sosial media lain yang terfokus pada tweet, perkataan atau biasa kita sebut dengan status. Pendapat lain dari Muhammad (2020) yang membuat Instagram menarik untuk dicari karena kemudahan para penggunanya dalam berinteraksi. Interaksi sosial dalam aplikasi Instagram bisa mencangkup seluruh penjuru dunia. Instagram juga dilengkapi dengan beragam fitur tambahan seperti publikasi sosial, perlombaan, organisasi dan lain-lain.

Tentu saja sebagai salah satu aplikasi dalam bersosial media, Instagram memiliki pengaruh tergantung bagaimana sang pengguna memakai aplikasi tersebut.

Menurut Adisheha (2020) pengaruh yang muncul bisa dalam bentuk positif ataupun negatif. Dampak positif yang didapat dari Instagram selain sarana hiburan dan mendapatkan informasi terbaru adalah penggunaan aplikasi tersebut sebagai wadah dalam pembentukan identitas. Memanfaatkan beragam fitur di Instagram, remaja dapat mengumpulkan informasi tertentu yang menjadi dasar penilaian diri mereka.

Mereka bisa mengikuti beberapa akun di Instagram sebagai tokoh panutan mereka.

Hasil kuisioner pada tanggal 6 Januari 2021 melalui kuisioner daring mengungkapkan beberapa akun yang diikuti oleh remaja di Jambi sebagai berikut:

Tabel 1.3 Akun yang diikuti Remaja Jambi

Tokoh Terkenal Akun Terverifikasi Akun Tidak Terverifikasi Raffi Ahmad BKKBN Official Awshitposting

Nagita Slavina Indozone Makanan

Dr. Jieremi Adrian Menjadi Manusia Outfit of the day Cristiano Ronaldo Mata Nazjwa Mood cewek

Mobile Legend Selebriti Instagram

Sumber:Kuisoner pada tanggal 6 Januari 2021

(4)

Adapun dampak negatif dari media sosial menurut Zahrany (2019) dalam artikelnya yang berjudul “Upaya menjaga kesehatan mental mahasiswa dari dampak media sosial” bisa muncul dalam bentuk perasaan iri dan tidak percaya diri. Banyak pengguna akhirnya memiliki obsesi agar terlihat sama dengan apa yang ia lihat disosial media. Pengguna yang merasa bahwa dirinya tidak dapat memenuhi standar ideal tersebut cenderung mengalami ketidakpuasan yang dapat merusak kesejahteraan fisik dan psikologis mereka (NEDC, 2016).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Royal Society for Public Health dengan judul “#StatusOfMind” (2017), Instagram disebutkan sebagai sosial media yang memiliki dampak paling buruk pada remaja dibandingkan dengan sosial media lainnya. Popularitas Instagram dan perannya dalam pembentukan identitas remaja menjadi salah satu sebab gejala depresi, kecemasan, tekanan psiklogis sampai keinginan untuk bunuh diri muncul di diri remaja. Menurut Wood dan Scoot (2016) remaja yang menggunakan sosial media cenderung memiliki harga diri (self-esteem) yang rendah. Adapun harga diri (self-esteem) pada remaja pengguna Instagram berkaitan dengan sejauh mana mereka memandang apakah dirinya itu sudah cukup berharga.

Aristantya dan Helmi (2019) menyebutkan adanya hal baru yang muncul dari kepopuleran aplikasi Instagram yaitu kemunculan banyak tokoh berpengaruh seperti selebriti Instagram. Kemunculan tokoh tersebut yang dimanfaatkan industri kecantikan sebagai media iklan dan ajang promosi. Hal ini membuat para penggunanya mengikuti tokoh-tokoh tersebut sehingga memunculkan fenomena tubuh ideal (body goals). Aristantya dan Helmi (2019) dari penelitiannya mendapatkan fakta bahwa banyak pengguna Instagram, khususnya wanita merasakan ketidakpuasan terhadap tubuh mereka sendiri (body dissatisfaction). Borwn dan Tiggemann (2016) menyatakan bahwa bagaimana cara selebriti menggambarkan tubuh ideal (body goals) dapat merusak gambaran citra tubuh (body image) pada diri seseorang. Selain itu gambar–gambar mengenai tubuh ideal (body goals) para

(5)

selebriti dapat menyebabkan peningkatan suasana hati (mood) negatif juga penurunan harga diri (self-esteem).

Pengaruh Fenomena fenomena tubuh ideal (body goals) mempengaruhi remaja dalam memandang citra tubuh (body image) mereka sendiri. Savira dan Yuningsih (2020) menyebutkan bahwa citra tubuh (body image) terbentuk dari pandangan seseorang mengenai bentuk tubuh ideal berdasarkan pemikiran mereka sendiri. Pemikiran tersebut bisa berasal dari pendapat pribadi ataupun orang lain.

Oleh karena itu kebanyakan orang berusaha membentuk tubuh ideal mereka berdasarkan prinsip idealnya sendiri ataupun terpengaruh pandangan ideal yang sedang diikuti banyak orang (mayoritas).

Santrock (2009) secara umum menjelaskan masa remaja dimulai dari usia 13–

21 tahun. Terdiri dari remaja awal atau early adolescence (13–16/17 tahun) remaja tengah atau middle adolescence (16/17–18 tahun) dan remaja akhir atau late adolescence (19–21 tahun). Remaja adalah masa dimana seseorang mengalami perubahan yang diistilahkan sebagai topan (storm) dan tekanan (stress) (Santrock,2009). Hartini (2017) mengungkapkan perubahan tersebut dipengaruhi oleh peningkatan produksi hormon. Peningkatan produksi hormon juga menjadi salah satu penyebab perubahan bentuk tubuh pada remaja.

Jannah (2017) menjelaskan bahwa perubahan fisik remaja bisa dilihat dalam bentuk proporsi tubuh. Misalnya, bagian tubuh tertentu yang dulunya terlihat kecil berubah menjadi besar. Hal tersebut tampak terlihat jelas pada bagian tangan dan kaki yang kadang tak terlihat proposional. Perubahan lain bisa muncul pada area wajah dikarenakan terjadi perubahan struktur kerangka juga pertumbuhan jaringan-jaringan otot disana. Tinggi rata-rata remaja perempuan bisa mencapai 162,56 cm sedangkan tinggi rata-rata remaja laki-laki bisa mencapai 175,26 cm.

Rahmadiyanti (2020) mengungkapkan remaja yang tidak bisa menerima perubahan bentuk tubuh mereka cenderung merasa minder dan menarik diri dari lingkungannya. Perasaan minder tersebut muncul dikarenakan muncul kesadaran

(6)

bahwa daya tarik fisik juga mempengaruhi kehidupan bersosialisasi mereka.

Keinginan tersebutlah yang mengembangkan suatu pandangan mengenai citra tubuh (body image) pada remaja didasarkan pada pandangan orang-orang terhadap tubuh mereka.

“Kadang bete sih, misalnya akukan befoto, nak bikin snap lah, terus ntar tuh ada yang bilang gendutan kok kurusan. Kita gendut salah kurus salah. Terus kadang bete dak sih dikomenin kayak kek gitu” T N W (21 tahun)- diwawancarai pada 5 Februari 2021 pada jam 19.56

“Orang – orangnya tuh kayak sering ngomong gini, kurus nian kau nih gemukin lah dikit seolah – olah mudah nian dilakukan padahal yo kalau.. misalnyo.. siapo jugo yang mau terlalu kurus”S B (21 tahun) – diwawancarai pada 21 Februari 2021 pada jam 20.20

Pada wawancara diatas, baik narasumber TNW maupun SB munjukan ada kecenderungan perasaan minder atas bentuk tubuh mereka setelah mengunggah foto diaplikasi Instagram. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Rahmadiyanti (2020) sebelumnya yang mengatakan remaja yang tidak bisa menerima perubahan bentuk tubuh mereka cenderung merasa minder, dimana perasaan minder ini juga dapat mempengaruhi kehidupan bersosialisasi dilingkungan sekitar mereka.

Merisa dan Djayusmantoko (2020) menyebutkan citra tubuh (body image) meliputi persepsi, pikiran dan perasaan seseorang dalam memandang tubuhnya.

Dimana diantaranya adalah kepuasan tubuh, kepuasan penampilan, evaluasi penampilan, orientasi penampilan, perhatian juga persepsi mengenai tubuh. Persepsi mengenai citra tubuh (body image) juga berasal dari refleksi sikap diri berdasarkan interaksi dengan orang lain.

Aristantya dan Helmi (2019) menjelaskan dalam perkembangan remaja terdapat keterikatan antara aspek fisik maupun dalam aspek perkembangan. Pada umumnya remaja ingin mempresentasikan dirinya sebaik mungkin dihadapan banyak orang, salah satunya disosial media. Hal ini juga ditunjukan oleh tingkah laku remaja dalam proses pencarian jati diri agar diterima oleh lingkungan yang ada disekitarnya

(7)

sesuai dengan tahap perkembangan Erikson yaitu, identitas vs kekaburan peran sebagai efek konflik dari peralihan masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Oleh karena itu, untuk dapat diterima oleh lingkungan yang ada disekitarnya remaja sangat memperhatikan penampilan fisik mereka. Tanpa disadari ketertarikan mereka terhadap penampilan fisik menjadi pemicu tumbuhnya perilaku membandingkan diri sendiri dengan orang lain. Termasuk didalamnya pandangan remaja pada tokoh idola mereka dan prinsip memiliki tubuh ideal (body goals).

Denich dan Ifdil (2015) menjelaskan dengan hadirnya fenomena tubuh ideal (body goals) cenderung membuat individu membandingkan pemikiran mengenai tubuh dan penampilan mereka dengan penampilan ideal yang mereka bayangkan.

Mayoritas remaja lebih banyak memperhatikan penampilan dibanding aspek lain didalam diri mereka sendiri memunculkan penilaian standar tubuh ideal (body goals).

Hal ini pula yang menyebabkan citra tubuh (body image) bisa bersifat positif ataupun negatif tergantung pada bagaimana seseorang menggambarkan persepsi mengenai penampilan fisik mereka.

“Terus kalau untuk segi fisik ya mungkin kek waktu itu aku emang lagi depresi kan terus kurus banget badan aku. Ya itu dikomen juga ‘kurus banget mba,’ ‘ya ampun tulang semua badan kau ni, ada penyakit apa ?, Ya kek gitulah. Terus kalau untuk temen ada juga yang bodyshaming misalnya yang gemuk gitu kadang kan mungkin maksud mereka iseng bercanda tapi tetep aja menurut aku perihal fisik ga perlu dibercandain.” T N W (21 tahun)- diwawancarai pada 9 Februari 2022 pada jam 19.56

Pada wawancara diatas narasumber TNW mengatakan pandangan orang lain mengenai bentuk tubuhnya. Hal ini sesuai dengan apa yang Denich dan Ifdil (2015) jelaskan sebelumnya bahwa fenomena tubuh ideal (body goals) cenderung membuat individu membandingkan pemikiran mengenai tubuh dan penampilan mereka berdasarkan bayangan yang menurut mereka sesuai dengan kriteria ideal. Narasumber TNW adalah salah satu contoh dimana individu bisa menjadi korban penilaian dari fenomena tubuh ideal (body goals) oleh orang-orang yang ada disekitarnya.

(8)

Menurut Savira dan Yuningsih (2020) pandangan seseorang pada citra tubuh (body image) mereka terbagi menjadi dua. Pertama, citra tubuh (body image) positif muncul bila seseorang bisa memandang, menghargai, dan percaya diri pada bentuk tubuh mereka. Kedua, citra tubuh (body image) negatif, muncul bila seseorang merasa tidak puas dengan bentuk tubuh mereka sendiri.

“Insecure tuh pasti ada. Kan aku nak aplod poto tuh. Aku tuh pasti nengok yang bentuk badan aku yang gak nampak gendutan. kan kadang ke objektif. Kadang kita kayak ada kek gendutan ga sih? atau kadang nampak yang kurus kek gitu kan. Aku kan pasti milih yang nampak apo ya istilahnya ideal lah walaupun aslinya dak kek gitu lah” T N W (21 tahun)- diwawancarai pada 5 Februari 2021 pada jam 19.56

“Kalau fisik ih hm lebih kek postur tubuh. Dari waktu zaman SMA itu tuh aku merasa kalau memandang diri aku tuh dak seperti lainnya. Kayak kek mano orang – orang tuh berbadan kek ideal sedangkan aku tuh terlalu kurus. Kek gitu nah disitutuh udah terbentuk juga. Dan ditambah paparan instagram kan semakin gitu sih. Kek pengen gemuk pengen berisi gitu lah biar posturnya tuh bagus.” S B (21 tahun)–

diwawancarai pada 21 Februari 2021 pada jam 20.20

Wawancara yang dilakukan pada narasumber TNW dan SB menunjukan bahwa mereka merasa bahwa bentuk tubuh mereka memiliki kekurangan.

Kekurangan pada tubuh membuat mereka merasa tidak puas. Ketidakpuasan inilah yang bisa mempengaruhi bagaimana cara mereka dalam memandang citra tubuh (body image) mereka sendiri. Rasa ketidakpuasan dalam diri sendiri merupakan bentuk kurangnya salah satu bagian dari bagian mawas diri (self-compassion) pada seseorang (Rahmadani, 2014).

Neff (2018) menjelaskan bahwa mawas diri (self-compassion) adalah kemampuan seseorang dalam berbelas kasih. Mawas diri (self-compassion) merupakan upaya seseorang dalam memahami penderitaan, kegagalan, ataupun kesalahan dengan tidak menghakimi diri. Mawas diri (self-compassion) juga disebut sebagai salah satu bentuk peduli pada diri sendiri.

Akin (2011) menyebutkan salah satu fungsi mawas diri (self-compassion) sebagai sistem strategi adaptasi seseorang pada perubahan dan penataan kehidupan

(9)

dengan cara menurunkan emosi negatif yang diperoleh dari suatu permasalahan.

Setelah itu orang tersebut melakukan peningkatan emosi positif didalam dirinya.

Nasution (2018) menjelaskan bentuk dari emosi negatif tersebut diantaranya berupa sedih, kecewa, ,marah, takut, benci dan sebagainya. Sedangkan peningkatan emosi positif bisa muncul dalam bentuk kebaikan atau kepedulian pada diri sendiri maupun orang lain. Menurut Germen (2018) terdapat tiga komponen peningkatan mawas diri (self compassion), yaitu self kindness (menyadari bahwa manusia itu tidak ada yang sempurna), common humanity (setiap manusia memiliki kelemahan maupun kelebihan), dan mindfulness (tidak melebihkan atau membesarkan suatu permasalahan).

Menurut Hasanah dan Hidayanti (2017) mawas diri (self-compassion), dapat membantu seseorang untuk mengenali dan menyayangi dirinya sendiri, sehingga mempermudah mereka saat menghadapi suatu kesulitan. Mawas diri (self- compassion), dapat membantu seseorang meringankan rasa terpuruk sehingga orang tersebut menjadi pribadi yang lebih terbuka pada kegagalan. Mawas diri (self- compassion), membantu remaja mampu bertahan, memahami, dan menyadari makna dari sebuah kekurangan sebagai salah satu hal yang bersifat posistif (Breines dan Chen,2012).

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi berdiri pada tanggal 19 November 2012 dengan awal program studi, yaitu; Program Studi Pendidikan Dokter (PSPD) dan Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK).

Selanjutnya, pada tanggal 28 Desember 2012 UNJA mendapatkan mandat berupa penugasan langsung dari Pemerintah Republik Indonesia untuk menyelenggarakan 15 Program Sarjana (S1), 5 Program Magister (S2), dan satu Program Doktor (S3). Salah satu dari 15 program sarjana tersebut adalah Program Studi Prodi Psikologi.

Keluarnya Permendikbud RI Nomor 19 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Universitas Jambi membuat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Jambi secara de jure menjadi fakultas keenam di UNJA, disusul bergabungnya Program Studi Farmasi dan Program studi Ilmu Kesehatan Masyarakat dalam Fakultas.

(10)

Berdasarkan penjabaran diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian guna mencari apakah ada “Hubungan Mawas diri terhadap Citra Tubuh Remaja Pengguna Instagram di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.”

1.2 Perumusan Masalah.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan dilatar belakang, maka ditentukanlah perumusan masalah penelitian ini untuk mengetahui, Apakah ada hubungan mawas diri terhadap citra tubuh remaja pengguna Instagram di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi?

1.3.Tujuan Penelitian.

1.3.1. Tujuan Penelitian Umum.

Tujuan peneliti melakukan penelitian ini untuk melihat adakah keterkaitan mawas diri (self-compassion) terhadap citra tubuh (body image) pada remaja yang menggunakan Instagram di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

1.3.2. Tujuan Penelitian Khusus.

Adapun tujuan khusus pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui gambaran mawas diri (self-compassion) remaja di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

2. Untuk mengetahui gambaran citra tubuh (body image) pengguna Instagram remaja di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

1.4. Manfaat Penelitian.

Adapun manfaat yang dapat peneliti berikan dari penelitian ini, yaitu:

1. Manfaat Teoritis.

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi pendoman mengenai hubungan mawas diri terhadap citra tubuh remaja pengguna Instagram di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

(11)

2. Manfaat Praktis.

a. Bagi Pihak Kampus.

Pihak Kampus dapat mengetahui gambaran mawas diri (self- compassion) dari mahasiswinya dalam memandang citra tubuh (body image) mereka. Pihak Kampus juga bisa membuat program terkait mawas diri (self- compassion) dan citra tubuh (body image) untuk meningkatkan rasa cinta mahasiswi pada bentuk tubuh mereka sendiri.

b. Bagi Mahasiswi.

Mahasiswi diharapkan lebih mendalami mengenai citra tubuh (body image) dan meningkatkan rasa cinta pada bentuk tubuh mereka sendiri.

c. Bagi Peneliti.

Peneliti menemukan keterkaitan mengenai hubungan mawas diri terhadap citra tubuh remaja pengguna Instagram di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya.

Bisa menambah pengetahuan ataupun dasar penulisan penelitian karya ilmiah keterkaitan dengan ilmu Psikologi mengenai hubungan mawas diri terhadap citra tubuh remaja pengguna Instagram di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian.

Penelitian ini dilakukan untuk mecari tahu adakah hubungan mawas diri (self- compassion) terhadap citra tubuh (body image) pada remaja yang menggunakan Instagram di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi. Adapun kriteria khusus yang digunakan untuk mempermudah peneliti dalam mengkategorikan subjek sebagai data penelitian haruslah memiliki akun Instagram, berusia 17 sampai 21 tahun dan terdaftar sebagai mahasiswi di Kampus Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi serta bersedia mengisi skala yang telah diberikan.

(12)

Peneltian ini dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif korelasional.

Dimana peneliti mencari hubungan antar variabel dengan cara mengukur indikator–

indikator variabel penelitian sehingga didapatkanlah kekuatan serta arah dari variabel tersebut. Penelitian ini memakai instrument skala penelitian guna mengukur keterkaitan antara mawas diri (self-compassion) dan variabel citra tubuh (body image) pada sampel yang dianalisa dan diproses secara akurat melalui proses statistika sehinga didapatkan sebuah kesimpulan. Adapun total sample yang peneliti ambil sebanyak 390 mahasiswi dari 2709 populasi keseluruhan mahasiswi di Kampus Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. Penelitian ini akan dilaksanakan mulai dari september sampai november 2022.

1.6 Keaslian Penelitian.

Keaslian penelitian sebagai bukti bahwa topik yang dilaksanakan ini bersifat asli, otentik, dan berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut beberapa penelitian yang mirip dan dapat djjadikan landasan terbentuknya penelitian ini:

Tabel 1.4 Tabel Penelitian yang Serupa.

JUDUL PENELITI VARIABEL HASIL

PENELITIAN Bagaimana Self-

Compassion Moderasi Pengaruh Media Sosial terhadap

Ketidakpuasan tubuh?

Diba Shabrina Marizka, Sri Maslihah, Anastasia Wulandari (2019)

1. Pengguna sosial media yang intens.

2. Dewasa awal.(18 sampai 40 tahun)

Adanya pengaruh antara ketidakpuasan pada tubuh akibat penggunaan sosial media yang intens.

Hal ini

mengakibatkan pengguna memiliki keinginan ringgi untuk menampilkan diri yang terbaik.

Penggunaan Media Sosial, Kebimbangan Imej Badan dan

Tingkah Laku

kecelaruan Pamakanan dalam Kalangan Awal Dewasa

Nurul Atiqah Noor Azizi, Haikal Anuar Adnan, Najwa Afiqa Roshaizad, Suzana Mohd. Hoesni, Mohd Syazwan Zainal (2020)

1. Wanita dewasa awal (18 sampai 40 tahun).

2. Pengguna sosial media.

3. Memiliki

gangguan citra tubuh ataupun gangguan pola makan.

Tidak hanya

penggunaan sosial

media yang

mempengaruhi gangguan citra tubuh ataupun pola makan pada wanita dewasa awal. Melainkan juga adanya peran budaya yang menganggap bahwa kecantikan

(13)

terletak pada wajah dan bentuk tubuh orang tersebut.

Hubungan antara perbandingan sosial dan citra tubuh pada mahasiswa pengguna media sosial Instagram

Setiwati Nur Awadiyah (2020)

1. Mahasiswa atau Mahasiswi pengguna Instagram

Setiap subjek memiliki

perbandingan sosial dan citra tubuh kategori sedang.

Dimana Mahasiswa memiliki

perbandingan yang lebih rendah dari pada Mahasiwi.

Subjek cenderung membandingkan diri dengan orang asing, selebriti dan teman terdekat.

Kontribusi Intesitas Komunikasi Sosial Media Instagram terhadap Citra Tubuh Remaja Perempuan Pelajar SMA di Denpasar

Ida Ayu Budha Brahmini, Supriyadi (2019)

1. Remaja

perempuan berusia 15 sampai 18 tahun.

2. Pelajar SMA di Denpasar.

3. Pengguna sosial media Instagram.

Hasil penelitian menyebutkan bahwa semakin tinggi intensitas

penggunaan

Instagram maka semakin rendah pandangan akan citra tubuh pada dirinya.

Peran Brief CBT Terhadap Tingkat Depresi Dan Masalah Body Image Pasien Kanker Payudara Dewasa Muda

Prischa Nova dan

Elmira N.

Sumintardja (2016)

1. Perempuan berusia 18 sampai 40 tahun.

2. Pengidap kanker payudara dengan lama diagnose maksimal 2 tahun.

3. Pendidikan terakhir minimal Sekolah Menengah Atas.

brief CBT berperan secara signifikan terhadap depresi secara keseluruhan,

dan secara

marginally

significant terhadap masalah body image secara keseluruhan Peran Citra Tubuh Dan

Penerimaan Diri Terhadap Self Esteem Pada Remaja Putri di Kota Denpasar

Damayanti, A. A.

M., dan Susilawati, L. K. P. A

1. Remaja Sekolah Menengah atas.

2. Bersekolah di Denpasar.

Citra tubuh dan penerimaan diri memberikan

pengaruh sebesar 36.8% terhadap self esteem, dan 63.2%.

Citra tubuh dan penerimaan diri secara bersamasama berperan terhadap self esteem remaja putri di Kota Denpasar.

(14)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui persamaan juga perbedaan antara penelitian ini dan lima penelitian diatas. Persamaan dapat dilihat dari teori juga variabel yang digunakan yaitu, mawas diri (self-compassion) dan citra tubuh (body image) dengan penulisan judul yang berbeda-beda. Penelitan ini juga memiliki kesamaan pengunaan metode dengan menggunakan metode kuantitatif korelasional melalui kuisioner yang disebarkan ke subjek.

Perbedaan penelitian dapat dilihat dari populasi yang digunakan. Penelitian ini mengfokuskan pada subjek remaja perempuan pengguna Instagram di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Jambi. Sistem pengambilam populasi sebagai sampel penelitian menggunakan teknik stratifikasi sosial, dimana peneltian lain berfokus pada teknik pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling.

Adapun perbedaan lainnya dari setiap penelitian diatas terletak pada tambahan variabel lain seperti komunikasi, perbandingan sosial, gangguan perilaku pola makan sampai adanya kegiatan briefing. Perbedaaan ini juga ditunjukan dari tidak adanya unsur budaya yang peneliti masukan kedalam penelitian milik peneliti.

Beberapa hal yang sudah dijelaskan sebelumnya merupakan bukti keaslian dan dapat menjelaskan bahwa penelitian ini adalah penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya yang artinya merupakan hasil karya peneliti sendiri.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan 1) Menentukan pengaruh panjang pegas terhadap konstanta pegas, frekuensi sudut alami, frekuensi sudut teredam dan faktor redaman

1) Diketahui bahwa standardisasi kualitas pelayanan publik antara lain mencakup kepuasan terhadap ketepatan waktu, cara penyampaian, keadilan, fasilitas pelayanan maupun

Elevasi mercu bendung merupakan salah satu bagian dari perencanaan bendung. Penentuan dari mercu bendung didasarkan dari muka air rencana pada bangunan intake. Pada

Dalam kurun waktu operasional tersebut, perlu diketahui kondisi fisik komponen-komponennya, profil pemakaian energi harian, dan unjuk kerjanya khususnya pada komponen

6529552888307150 m sehingga akan mengurangi bias yang ditimbulkan terhadap pola dan model akurasi dan presisi terhadap tujuh titik penelitian (Julzarika, 2007).. Nilai koordinat

 Dengan mengamati gambar tentang kegiatan Lani ke taman dan membuat pertanyan dari gambar yang diamati, siswa dapat memprediksi isi teks laporan sederhana tentang hewan di

Sehubungan hal tersebut di atas, maka Pokja akan melakukan verifikasi terhadap semua data dan informasi yang ada dalam formulir isian kualifikasi dengan

(RENCANA STRATEGIS SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH). KECAMATAN GENUK TAHUN 2010 –