Komariah, 2013
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MENGETAHUI
PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Fisika
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
Komariah
0807571
JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MENGETAHUI PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA
Oleh Komariah
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Komariah 2013
Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
i
Komariah, 2013
LEMBAR PENGESAHAN
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI
KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MENGETAHUI
PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA
Oleh:
Komariah NIM. 0807571
Menyetujui,
Pembimbing I,
Drs. David Edison Tarigan, M.Si NIP. 195606171980021001
Pembimbing II,
Dra. Hera Novia, M.T NIP. 196811042001122001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Fisika,
Komariah, 2013
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MENGETAHUI
PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA
Komariah NIM.0807571
Pembimbing I : Drs. David Edison Tarigan, M.Si Pembimbing II : Dra. Hera Novia, M.T Jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI
ABSTRAK
Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Hal ini tercantum dalam Permen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41/2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan. Untuk menciptakan pembelajaran interaktif, menyenangkan dan menantang dapat dikembangkan suatu pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil sebagai upaya menciptakan proses pembelajaran yang menantang dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif sehingga memunculkan kemampuan berpikir kritis. Berdasarkan hasil pengolahan angket yang diperoleh dari studi pendahuluan di salah satu SMA Negeri Kota Bandung, siswa lebih suka pembelajaran fisika secara berkelompok. Sedangkan pada proses pembelajaran, siswa masih sebagai penerima materi pelajaran dan guru lebih banyak menyampaikan materi dengan metode ceramah, padahal seharusnya siswa ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya melalui pokok bahasan yang dipelajari melalui masalah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat diterapkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji peningkatan prestasi siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok. Selain itu untuk melihat profil kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok. Penelitian ini menggunakan metode quasi
eksperimen dengan sampel penelitian kelas X di salah satu Madrasah Aliyah Negeri
Kota Bandung semester genap 2011-2012. Hasil penelitian yang diperoleh setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok yaitu peningkatan prestasi siswa yang ditunjukkan dari rata-rata skor pretest 37 % menjadi 68,3 % untuk rata-rata skor posttest dan nilai rata-rata gain ternormalisasi sebesar 0,5 dengan
kategori “Sedang”. Selain itu kemampuan berpikir kritis siswa yang terkembangkan
setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok sebesar 43,3%.
IMPLEMENTATION COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE GROUP INVESTIGATION TO INCREASE STUDENTS’ ACHIEVEMENT AND KNOW
STUDENTS’ CRITICAL THINKING ABILITY PROFILE interactive, inspiring, fun, challenging, and motivating learners to participate actively.It is listed in the ministerial regulation of the Education Ministers Republic of Indonesia No. 41/2007 on the Standard Process Unit for Education.To create interactive learning, fun and challenging to develop a learning in small groups as an attempt to create a learning process that challenges and motivates students to participate actively so that raises critical thinking skills. Based on the results which were obtained from the questionnaire processing preliminary study in one State High School, Bandung, the students prefer learning physics in groups. Whereas in the learning process, the students still as recipient the subject matter and the teachers present materials with using the lecture method. However, students should follow an active role in the learning process and develop the ability to think critically through the subject matter learned through problem. To overcome these problems, cooperative learning model type of investigation can be one of the alternatives that can be applied. The purposes of this study are to assess the improvement in student achievement after application of cooperative learning model the type of investigation. In addition, the aim is to observe
the profile of students’ critical thinking skills after applied cooperative learning model the type of group investigation. This research used a quasi-experimental study using sample X-grade in one of Madrasah Aliyah Bandung even semester 2011-2012. The results obtained after applied cooperative learning model the type of group investigation which indicated with increasing student achievement than the average pretest score of 37% to 68.3% for the average posttest scores and average normalized
gain of 0.5 by category “Medium”. Besides, after applied cooperative learning model the type of group investigation, the critical thinking skills of the students who are developed gain of 43.3%.
Komariah, 2013
2.1 Model Pembelajaran Tipe Investigasi Kelompok
2.1.1 Model Pembelajaran ...
2.1.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok ...
2.2 Prestasi Belajar ...
2.3 Kemampuan Berpikir Kritis Observasi
2.3.1 Kemampuan Berpikir Kritis ...
2.3.2 Kemampuan Berpikir Kritis Observasi ...
2.3.3 Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis ...
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode dan Desain Penelitian ...
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Komariah, 2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi
informasi dan siswa sebagai penerima informasi menurut Munif Chatid (Indah,2008).
Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif. Hal ini tercantum dalam Permen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 41/2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan. Untuk
menciptakan pembelajaran interaktif, menyenangkan dan menantang dapat
dikembangkan suatu pembelajaran berkelompok sebagai upaya dalam menciptakan
proses pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi
aktif.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum’at, tanggal 25 November
2011 pada salah satu proses pembelajaran fisika dalam pembahasan usaha dan energi di
SMA Negeri Kota Bandung dengan memfokuskan pada siswa kelas XI IPA 4, diamati
hasil pengolahan angket yang diperoleh berdasarkan motivasi siswa dalam belajar
fisika sebesar 41,31%, termasuk dalam kategori kurang. Siswa yang setuju dalam
pembelajaran fisika secara berkelompok sebanyak 68,19%, perolehan angket tersebut
menunjukkan bahwa siswa lebih suka pembelajaran fisika secara berkelompok.
Berdasarkan observasi, pencapaian siswa menurut taksonomi Bloom baru mencapaiC3
kemampuan berpikir kritis yang lebih. Dilihat dari dokumentasi terhadap nilai ujian
tengah semester siswa, perolehan rata-rata nilai ujian siswa sebesar 55. Nilai tersebut
berada di bawah nilai KKM materi yang diujikan sebesar 67. Perolehan nilai tersebut
menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa masih rendah. Menurut Moh.Surya dan
Nana Syaodih (Hipni,2011), prestasi belajar dapat menimbulkan perubahan
aspek-aspek: (1) pengamatan, adalah proses penerimaan, penafsiran dan memberi arti, dari
kesimpulan yang diterimanya melalui alat indera, (2) berpikir assosiatif yang
menumbuhkan proses berpikir dimana terbentuk hubungan antara perangsang dan
respon, (3) inhibisi yaitu kesanggupan siswa dalam memilih tindakan yang perlu
dilakukan dan tindakan yang tidak perlu dilakukan dan berinteraksi dengan lingkungan
dan proses belajar. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai
oleh siswa setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Siswa akan memperoleh prestasi
yang baik, jika kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyikapi pelajaran fisika di
kelas baik.
Permen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41/2007 tentang Standar
Proses untuk Satuan Pendidikan menyatakan bahwa proses pembelajaran pada setiap
satuan pendidikan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,
dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Namun, partisipasi aktif dan
interaktif yang dikehendaki Permen belum muncul seperti yang diharapkan dalam
proses pembelajaran. Siswa belum terlihat berpartisipasi aktif dan terlibat langsung
selama proses pembelajaran.
Pada proses pembelajaran, siswa masih sebagai penerima materi pelajaran dan
3
Komariah, 2013
siswa ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan mengembangkan kemampuan
berpikir kritisnya melalui pokok bahasan yang dipelajari melalui masalah sesuai dengan
Permen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41/2007. Berpikir kritis
merupakan sebuah proses yang mengungkapkan tujuan yang beralasan mengenai suatu
keputusan mengenai sesuatu yang diyakini dan yang harus dilakukan (Ennis,1996:3).
Tuntutan kurikulum saat ini yaitu siswa sebagai objek dalam pembelajaran yang
aktif (student centre). Selain itu fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika di tingkat SMA
menurut Depdiknas (2006) menjelaskan bahwa mata pelajaran fisika dapat memupuk
sikap ilmiahnya mencakup jujur dan objektif terhadap data, terbuka dalam menerima
pendapat berdasarkan bukti-bukti tertentu, kritis terhadap pernyataan ilmiah dan dapat
bekerjasama dengan orang lain. Memberikan pengalaman untuk dapat mengajukan dan
menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan menyusun instrumen percobaan,
mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menyusun laporan serta
mengkomunikasikan hasil percobaan secara tertulis dan lisan. Mengembangkan
kemampuan berfikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakkan konsep dan
prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah
secara kualitatif maupun kuantitatif. Adanya mata pelajaran fisika membuat siswa
bersikap jujur, objektif, bekerjasama dengan orang lain, membangun jiwa seorang
peneliti, bersikap ilmiah dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya.
Menurut Undang-undang Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Bab Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang dapat
mengembangkan potensi dalam berpikir kritis siswa. Selain itu proses pembelajaran
yang diciptakan harus interaktif, menyenangkan dan memotivasi siswa untuk
berpartisipasi aktif. Pemaparan diatas menjadi alasan perlunya dikembangkan suatu
metode pembelajaran yang dapat merangsang siswa sehingga dapat meningkatkan
prestasi dan mengembangkan potensi berpikir kritisnya.
Model Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu sistem pengajaran yang
memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa
dalam tugas-tugas yang terstruktur. Peran guru dalan pembelajaran investigasi
kelompok adalah sebagai narasumber dan fasilitator. Tahapan model tipe investigasi
kelompok siswa diantaranya (1) mengidentifikasi masalah, (2) merencanakan
investigasi, (3) melaksanakan observasi, (4) menyimpulkan hasil observasi,
mempresentasikan dan (5) evaluasi. Pada tahapan model pembelajaran ini siswa dapat
belajar bersama, saling membantu, berdiskusi dan mengembangkan ide kelompok
untuk menyelesaikan masalah tentunya dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kritis khususnya dalam aspek observasi. Dalam menemukan dan menyelesaikan
masalah dibutuhkan pemahaman, strategi, kreativitas serta eksperimen yang
berulang-ulang untuk mendapatkan hasil sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dalam aspek observasi. Dalam model pembelajaran ini dibutuhkan suatu
komunikasi dan interaksi kooperatif di antara sesama teman sekelas akan mencapai
hasil terbaik apabila dilakukan dalam kelompok kecil, di mana pertukaran di antara
5
Komariah, 2013
tahapan model pembelajaran satu sampai empat termasuk kedalam tahapan siswa dalam
mengembangkan kemampuan berpikir kritis khususnya dalam aspek observasi.
Menurut Bhisma Murti, berpikir kritis memerlukan upaya terus-menerus untuk
menganalisis dan mengkaji keyakinan, pengetahuan yang dimiliki dan kesimpulan yang
dibuat dengan menggunakan bukti-bukti yang mendukung. Pembelajaran kooperatif
tipe investigasi kelompok memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dalam mengidentifikasi masalah, merencanakan investigasi,
mengobservasi dan menganalisis hasil observasi berdasarkan materi yang dikaji. Dari
penjelasan diatas model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok memiliki
keterkaitan dengan prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa khususnya
dalam aspek observasi.
Berdasarkan masalah yang diuraikan pada latar belakang tersebut, maka penulis
bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok pada Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan
Prestasi dan Mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diperoleh
rumusan masalah secara umum yaitu “bagaimanakah peningkatan prestasi dan profil
kemampuan berpikir kritis siswa SMA setelah diterapkan model pembelajaran
Rumusan masalah ini dapat dijabarkan secara operasional dalam
pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa SMA setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok?
2. Bagaimana profil kemampuan berpikir kritis siswa SMA setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok?
1.3 Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka pembatasan
masalah dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Peningkatan prestasi belajar siswa dilihat dari nilai gain berdasarkan hasil tes
prestasi belajar berupa tes kognitif yang diberikan sebelum (pretest) dan sesudah
kegiatan pembelajaran (postest).
2. Profil kemampuan berpikir kritis siswa dilihat dari kemampuan berpikir kritis
dalam aspek observasi yang dikembangkan oleh Robert H.Ennis, kemudian
diteskan dengan menggunakan Cornell Critical Thinking Test.
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka secara umum
penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi dan profil kemampuan
berpikir kritis siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi
kelompok. Secara rinci tujuan yang ingin dicapai:
1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan model
7
Komariah, 2013
2. Mengetahui profil kemampuan berpikir kritis setelah diterapkan model
pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai proses pengembangan kualitas
pembelajaran.
2. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan masukan kepada peneliti lain
mengenai prestasi dan profil kemampuan berpikir kritis siswa melalui penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok.
1.6 Definisi Operasional
1. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang mendorong
siswa untuk aktif bertukar pikiran dengan sesamanya dalam memahami suatu
materi pelajaran, siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
dengan struktur kemampuan yang heterogen. Pembelajaran kooperatif model
investigasi kelompok adalah model pembelajaran dengan siswa belajar dalam
kelompok-kelompok heterogen yang terdiri dari lima hingga enam anggota untuk
menemukan atau memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Tahapan model
pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok yang digunakkan dalam
penelitian ini adalah tahapan-tahapan menurut Slavin (2010) yang meliputi:
b. Merencanakan tugas yang akan dipelajari
c. Melaksanakan investigasi
d. Menyiapkan laporan akhir
e. Mempresentasikan laporan akhir
f. Evaluasi
Kesesuaian aktivitas yang dilakukan guru dengan tahapan model pembelajaran
kooperatif tipe investigasi kelompok diukur dengan menggunakan format
observasi keterlaksanaan model pembelajaran.
2. Prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dapat diamati setelah siswa
menerima pengalaman belajarnya. Prestasi belajar diukur melalui tes tertulis
berdasarkan skor yang diperoleh siswa dalam menjawab soal posttest dan pretest
prestasi belajar siswa. Prestasi ini dapat diamati dalam kemampuan kognitif yang
dikembangkan oleh Bloom dalam ranah C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3
(penerapan), C4 (analisis) yang diukur dengan menggunakan 20 soal dalam bentuk
pilihan ganda.
3. Kemampuan berpikir kritis menurut Ennis adalah suatu proses berpikir yang
bertujuan untuk membuat keputusan yang rasional yang diarahkan untuk
memutuskan apakah meyakini atau melakukan sesuatu (Rusamsi, 2009). Robert
H.Ennis menganjurkan untuk menggunakan Cornell Critical Thinking Test dalam
melihat kemampuan berpikir kritis siswa. Tes ini terdiri dari dua level yaitu level
X dan level Z. Level X digunakan pada siswa yang berada pada tingkat 4-14
(tingkat menengah) atau yang belum pernah melakukan tes ini, sedangkan level Z
9
Komariah, 2013
pada tingkat perguruan tinggi. Penelitian ini menggunakan tes standar Cornell
Critical Thinking Test pada level X karena siswa yang akan dijadikan sampel
berada pada tingkat SMA (kelas 10-12) dan siswa belum pernah melakukan tes
sebelumnya. Bagian Cornell Critical Thinking Test yang digunakan pada level X
mengacu pada aspek pengamatan (observation) dengan jumlah 24 soal berpikir
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan secara kuantitatif dengan metode yang
digunakan adalah metode quasi eksperimen atau eksperimen semu atau eksperimen
yang tidak sebenarnya dengan menggunakan satu sampel penelitian yaitu hanya
kelompok eksperimen saja, tanpa ada kelompok pembanding. Hal ini karena peneliti
memiliki pertimbangan tertentu serta sulitnya mengontrol variabel-variabel yang
mempengaruhi pada saat proses penelitian berlangsung. Adapun desain penelitian yang
digunakan adalah One Group Pretest-Posttest Design. Desain ini adalah suatu
rancangan pretest dan posttest yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa
pembanding. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena
dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi pelakuan (Sugiyono,2012:110).
Desain penelitian tersebut dapat digambarkan pada gambar dibawah ini:
(Sugiyono, 2012:111)
Gambar 3.1
Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design
Keterangan :
O1 : nilai tes awal (pretest) sebelum diberikan perlakuan
O : nilai tes akhir (posttest) setelah diberikan perlakuan
Pretest Treatment Posttest
27
Komariah, 2013
X : treatment/ perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen yaitu
model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok dalam
pembelajaran fisika.
Kelas eksperimen dikenakan pretest sebelum pembelajaran, kemudian diberi
treatment berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe investigasi kelompok, selama pembelajaran berlangsung dilakukan pula observasi
terhadap kegiatan guru dan siswa. Treatment dilaksanakan selama dua kali pertemuan.
Setelah diberikan treatment, kemudian kelas eksperimen diberi posttest dengan
instrumen yang sama dengan pretest.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini kelas X di salah satu Madrasah Aliyah Negeri di Kota
Bandung pada semester genap tahun ajaran 2011-2012. Sedangkan sampel
penelitiannya adalah kelas X-1 dengan subjek penelitian berjumlah 30 siswa. Pemilihan
sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan tertentu.
3.3 Tahapan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap
Komariah, 2013
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok Untuk Meningkatkan Prestasi Dan Mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Tahap Persiapan
Studi pendahuluan
Menentukan Model Pembelajaran
Pembuatan instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran
Judgment, uji coba dan analisis instrumen
Tahap Pelaksanaan
Pretest
Kegiatan Pembelajaran (menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
investigasi kelompok)
Kegiatan
Posttest
Tahap Akhir Analisis pretest dan posttest
Analisis observasi aktivitas guru dan siswa berdasarkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok
29
Komariah, 2013
3.3.1 Tahap Persiapan Penelitian
Pada tahapan ini, dilaksanakan studi pendahuluan untuk memperjelas
permasalahan yang terjadi di lapangan. Studi pendahuluan yang dilakukan berupa
observasi secara langsung ke sekolah untuk melihat permasalahan yang terjadi secara
nyata dan jelas. Setelah permasalahan diperoleh, dipikirkan solusi untuk permasalahan
tersebut yaitu dengan menggali berbagai informasi berdasarkan kajian pustaka dari
berbagai sumber. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian disertai
dengan persiapan pengurusan surat izin ke jurusan Pendidikan Fisika yang disetujui
oleh Dekan FPMIPA. Setelah semua data hasil observasi terkumpul menentukan model
pembelajaran yang dapat menjadi solusi terhadap permasalahan yang ada di lapangan.
Membuat instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran, kemudian melakukan
judgment instrumen penelitian dan mengujikannya. Setelah itu menganalisis dan revisi
hasil uji coba instrumen.
3.3.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada tahap pelaksanaan ini, melakukan kegiatan pretests prestasi belajar dan
Cornell Test kemampuan berpikir kritis pada kelas sampel penelitian. Kemudian
memberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
investigasi kelompok dalam pembelajaran fisika materi suhu dan kalor sebanyak dua
kali pertemuan pada kelas sampel penelitian. Pada saat pelaksanaan pembelajaran,
dilakukan observasi aktivitas guru dan siswa berdasarkan model pembelajaran
dilanjutkan mengukur kemampuan siswa dengan memberikan posttest prestasi belajar
dan Cornell Test kemampuan berpikir kritis siswa untuk mengetahui pengingkatan
prestasi dan profil kemampuan berpikir kritis siswa setelah dilakukan pembelajaran
dengan model pembelajaran koooperatif tipe investigasi kelompok.
3.3.3 Tahap Akhir
Pada tahap akhir ini, melakukan analisis terhadap hasil data dari pretest, posttest
dan analisis aktivitas guru dan siswa. Kemudian memberikan kesimpulan berdasarkan
hasil yang diperoleh dari pengolahan data serta memberikan masukan terhadap aspek
penelitian yang kurang sesuai. Diakhir membuat laporan hasil penelitian.
3.4 Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa instrumen tes yang terdiri
dari tes prestasi belajar dan Cornell Critical Thinking Test Level X; serta instrumen non
tes yang terdiri dari lembar keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa.
3.4.1 Tes Prestasi Belajar
Tes yang digunakan disesuaikan dengan aspek kognitif menurut Bloom dengan
kemampuan yang diukur adalah C1 sampai C4. Tes yang diberikan berupa pilihan ganda
dengan jumlah soal 20 buah soal dimana terdapat lima pilihan jawaban dan penskoran
untuk setiap soal adalah 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah.
Adapun langkah yang dilakukan dalam menyusun instrumen penelitian yaitu
dengan menentukan konsep dan subkonsep berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Fisika SMA kelas X semester 2. Kemudian
31
Komariah, 2013
setiap pertemuan. Menyusun soal tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat dan
membuat kunci jawaban. Setelah itu, melakukan judgment soal-soal yang telah dibuat
kepada tiga orang yang terdiri dari dua orang dosen dan satu orang guru fisika.
Merevisi soal setelah di jugdment oleh guru dan dosen. Setelah soal beres direvisi
selanjutnya melakukan uji coba instrumen penelitian pada siswa yang telah diberikan
materi yang hendak diteskan. Melakukan analisis tes yang meliputi uji validitas, uji
realibilitas, uji daya pembeda, dan uji tingkat kesukaran. Setelah diujikan biasanya ada
beberapa soal yang tidak valid, selanjutnya melakukan revisi soal. Terakhir
menggunakan instrumen yang dianggap valid untuk dijadikan sebagai soal pretest dan
posttest pada penelitian.
3.4.2 Format Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Format observasi aktivitas guru dan siswa ini digunakan untuk melihat
keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok yang
dilakukan guru dan siswa. Instrumen observasi ini berbentuk daftar cek yang terdiri
dari 15 aktivitas siswa dan 13 aktivitas guru yang diobservasikan berdasarkan tahapan
model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok dan memuat catatan
komentar terhadap kekurangan aktivitas atau hal-hal yang dilakukan oleh siswa dan
guru selama proses pembelajaran berlangsung. Format observasi yang telah disusun
tidak diujicobakan, tetapi hanya dikoordinasikan dengan observer yang akan mengikuti
dalam proses penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap format observasi
tersebut. Dari format tersebut diperoleh data keterlaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe investigasi kelompok baik oleh guru maupun siswa yang dilihat pada
3.5 Analisis Instrumen
3.5.1 Uji Validitas
Validitas secara bahasa dapat diartikan shahih/tepat. Validitas yaitu kesesuaian
antara tujuan penelitian dengan alat ukur yang digunakan. Sebuah tes dikatakan
memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria.
Untuk menghitung validitas dengan menentukan koefisien produk momen dengan
perumusan:
√
(Arikunto,2005: 72)
keterangan : rxy : koefisien korelasi antara variabel x dan y
X : skor siswa pada butir item yang diuji validitasnya
Y : skor total yang diperoleh siswa
Tabel 3.1
Interpretasi Validitas Butir Soal Koefisien Korelasi Kriteria
0,00 – 0,20 Sangat rendah
0,21 – 0,40 Rendah
33
Komariah, 2013
0,61 – 0,80 Tinggi
0,81 – 1,00 Sangat tinggi
(Arikunto,2005:75)
3.5.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas secara bahasa ajeg, tetap. reliabilitas merupakan ukuran sejauh mana
suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten. Perhitungan
reliabilitas yang akan digunakan yaitu persamaan K-R 20 dinyatakan sebagai berikut:
(Arikunto,2005:100)
Tabel 3.2
Interpretasi Reliabilitas Soal
keterangan:
r11 : reliabilitas yang dicari
n : jumlah item
: standar deviasi
p : proporsi siswa yang menjawab soal dengan benar
q : proporsi siswa yang menjawab soal dengan salah
(Arikunto,2005:75)
3.5.3 Uji Daya Pembeda
Daya pembeda merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang
berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung
daya pembeda, digunakan rumus:
DP : indeks daya pembeda butir soal.
JA : banyaknya peserta kelompok atas.
JB : banyaknya peserta kelompok bawah.
BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar.
BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar.
35
Komariah, 2013
Nilai DP Kategori
Negatif Tidak baik
0,00 – 0,20 Jelek (poor)
0,21 – 0,40 Cukup (satisfactory)
0,41 – 0,70 Baik (good)
0,71 – 1,00 Baik sekali (exellent)
(Arikunto,2005:218)
3.5.4 Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.
Rumus untuk mencari nilai kesukaran:
(Arikunto,2005:208)
keterangan:
P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : jumlah seluruh siswa peserta tes
Tabel 3.4
Interpretasi Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran Klasifikasi
0,00 – 0,30 Sukar
0,71 – 1,00 Mudah
(Arikunto,2005:210)
3.6 Teknik Pengumpulan Data
3.6.1 Tes Prestasi Belajar
Tes yang dilakukan berupa tes tertulis dengan bentuk soal dalam pilihan ganda.
Tes tertulis ini digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa pada pembelajaran
fisika setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok. Tes
prestasi ini dilakukan dua kali yaitu sebelum perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan
(posttest). Tes yang diberikan baik saat pretest dan posttest adalah sama, dimaksudkan
agar tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan pemahaman
yang terjadi.
3.6.2 Tes Berpikir Kritis
Teknik tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang terdiri dari
24 soal pilihan ganda yang diambil dari Cornell Critical Thinking Test. Aspek yang
ingin diteliti dari tes berpikir kritis ini yaitu kemampuan siswa dalam hal Observation.
Tes ini dilakukan dua kali yaitu sebelum perlakukan (pretest) dan sesudah perlakuan
(posttest). Tes yang digunakan untuk pretest dan posttes merupakan tes yang sama.
3.6.3 Observasi Aktivitas Guru dan Siswa
Observasi ini bertujuan untuk melihat keterlaksanaan model pembelajaran
kooperatif tipe investigasi kelompok yang diterapkan dan memuat kolom komentar atau
37
Komariah, 2013
oleh observer selama pembelajaran berlangsung dan observer hanya memberikan tanda
checklist ( pada kolom yang sesuai dengan aktivitas yang diobservasi.
3.7 Teknik Pengolahan Data
Tujuan dari pengolahan data yaitu untuk mengetahui peningkatan prestasi dan
kemampuan berpikir kritis siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
tipe investigasi kelompok. Pengolahan data dari masing-masing instrumen yaitu:
3.7.1 Analisis Tes Prestasi Siswa
Data yang diperoleh dari skor, dengan membandingkan skor total dari tiap siswa
hasil post-test dan pre-test. Langkah-langkah analisis data tes yang akan dilakukan
adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis skor dari setiap jawaban baik pada pretest maupun posttest.
2. Mengubah skor pretest dan posttest menjadi nilai, dengan persamaan:
3. Menghitung rata-rata (mean).
Untuk menghitung nilai rata-rata yang dihasilkan dari pretest dan posttest
menggunakan rumus:
4. Menghitung gain skor.
Gain skor diperoleh dari selisih pretest dan posttest. Perbedaan skor yang dihasilkan
disumsikan sebagai hasil dari treatment yang diberikan.
Untuk menghitung nilai gain yang dinormalkan menggunakan rumus:
Tabel 3.5
Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi Rata-rata Nilai <g> Klasifikasi
Tinggi
Sedang
Rendah (Hake,1999)
3.7.2 Analisis Profil Hasil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa
Keterampilan berpikir kritis siswa yang meliputi aspek Observation ada 24 soal
berupa pilihan ganda. Berdasarkan Adminitration Manual Cornell Critical Thinking
perhitungan skor menggunakan persamaan rights minus one-half the number wrong
(R-W/2). Hitung jumlah yang benar, hitung jumlah yang salah dibagi dua, kemudian
selisihkan keduanya. Gambaran umum untuk mengetahui kedudukan profil kemampuan
berpikir kritis siswa dapat terlihat dengan menggunakan perhitungan persentase skor
seluruh siswa yang dilihat dari tiap poin soal. Adapun langkah-langkah dalam
pengolahan datanya sebagai berikut:
1. Memeriksa hasil tes berpikir kritis pada aspek observasi siswa berdasarkan
indikator tiap soal dengan berpedoman pada kunci jawaban dan kriteria pemberian
skor yang terdapat pada instrumen soal.
2. Mengubah skor tes menjadi nilai, dengan persamaan:
39
Komariah, 2013
3. Menghitung rata-rata (Mean)
Untuk menghitung nilai rata-rata yang dihasilkan dari pretest dan posttest
menggunakan rumus:
̅
(Sudjana,1996:423)
4. Menentukan standar deviasi (SD)
√ ̅
(Sudjana,1996:93)
keterangan:
xi : skor nilai siswa ; i : 1,2,3...n
̅ : skor nilai rata-rata
n : jumlah sampel
5. Menentukan Z-score
Z-score sering digunakan untuk membandingkan keadaan distribusi fenomena serta
mengetahui jumlah anak yang berada diatas ataupun dibawah rata-rata kelompok.
Untuk menghitung nilai Z-score menggunakan rumus:
̅
(Sudjana,1996:99) keterangan:
: sampel berukuran n dengan data , , ,...
̅ : rata-rata
6. Menghitung presentase tiap indikator soal dan memberikan keterangan
pencapaian kategori soal berdasarkan hasil tes siswa dengan aturan standar lima.
Tabel 3.6
Klasifikasi Nilai Rata-rata Berdasarkan Aturan Standar Lima
(Arikunto,2005)
3.8 Rekapitulasi Analisis Uji Coba Instrumen Tes Prestasi Belajar
Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan di kelas XI pada salah satu
Madrasah Aliyah Negeri di Kota Bandung, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 1,0
dengan kriteria sangat tinggi. Rekapitulasi hasil uji coba tes prestasi belajar dapat
dilihat pada lampiran C.
Nilai Rata-rata Kategori
x > 75,01 Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Kurang
41
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengelolahan data dan analisis data terhadap data hasil penelitian
yang telah dilakukan di salah satu Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Kota Bandung
kelas X semester genap tahun ajaran 2011-2012, diperolah kesimpulan bahwa:
Setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok,
siswa mengalami peningkatan yang ditunjukkan nilai rata-rata gain
ternormalisasi sebesar 0,5 dengan kategori “Sedang”.
Profil kemampuan berpikir kritis aspek observasi pada kemampuan
mengidentifikasi masalah sebesar 54,0% dengan kategori “sedang”,
merencanakan investigasi sebesar 48,3% dengan kategori “sedang”,
melaksanakan investigasi sebesar 45,3% dengan kategori “sedang” dan
melaporkan hasil akhir sebesar 36,7% dengan kategori “kurang”. Melihat
kedudukan siswa berdasarkan nilai z-score ada 70% siswa yang terkembangkan
kemampuan berpikir kritis aspek observasinya dan 30% siswa yang kurang
terkembangkan kemampuan berpikir kritis aspek observasinya.
5.2 Saran
Dari keseluruhan penelitian yang telah dilakukan, untuk mengooptimalkan proses
pembelajaran fisika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi
62
Komariah, 2013
Model Pembelajaran kooperatif tipe investigasi siswa dapat dikembangkan untuk
penelitian lebih lanjut mengenai motivasi dan minat siswa dalam belajar fisika.
Model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok sebaiknya diterapkan
dalam materi yang memerlukan eksperimen atau membuktikan suatu fenomena.
Dalam melaksanakan tahapan-tahapan belajar dalam model pembelajaran
kooperatif tipe investigasi kelompok, guru sebaiknya berusaha yang terbaik dalam
membimbing siswa selama pembelajaran agar hasil pembelajaran optimal.
Dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe
investigasi kelompok, waktu yang digunakan dalam menerapkan pembelajaran
ternyata tidak cukup dua jam pelajaran, sehingga penugasan sebelum
pembelajaran lebih baik dilakukan agar siswa memahami terlebih dahulu materi
yang akan dipelajari.
Selama pembelajaran di kelas, guru sebaiknya sering memberikan apresiasi
kepada siswa, baik berupa pujian atau tepuk tangan sebagai motivasi kepada
kelompok untuk lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran fisika sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Dahar, Ratna Wilis. (1989).Teori-teori Belajar.Jakarta: Erlangga
Depdiknas. (2006). KTSP:Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika, SMA&MA. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas.(2007). Permen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41. Jakarta: Depdiknas.
Ennis, Robert H.. (1996). Critical Thinking. United States of America: The New York Times Company
Ennis,Robert H.(1993). Theory Into Practice:Critical Thinking Assesment,Volume
32,Number3.[Online].Tersedia:http://www3.qcc.cuny.edu/WikiFiles/file/Ennis
%20Critical%20Thinking%20Assessment.pdf [10 Juli 2012]
Ennis, Robert H., Jason Millman, Thomas N. Tomko. (2005). Cornell Critical
Thinking Tests Level X & Level Z Manual. United States of America: The
Critical Thinking Co. (Bright MindsTM).
Fithriyah,Aulia Alfa.(2011).Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar
Fisika Topik Fluida Statik Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok Trehadapa Siswa Kelas XI IPA 2 SMAN 1 Baleendah Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.
Hake, Richard R. (1999). Interactive-Engagement Methods in Introductory
Mechanics Courses. [Online]. Tersedia:
http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf [26 Juni 2012]
Harmianto, Sri. et al. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: CV Alfabeta
Hipni, Rohman. (2011). Pengertian Prestasi Belajar. [Online].Tersedia: http://hipni.blogspot.com/2011/10/pengertian-prestasi-belajar-definisi.html [1 Agustus 2012]
Indah. (2008). Pengertian dan Definisi Pembelajaran Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia:
64
Komariah, 2013
Kagan,S.(2001).Kagan Structures for Emotional Intelligence.[Online].
Tersedia:http://www.kaganonline.com/Newsletter/index.html [22 Mei 2011]
. (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.
Martomidjojo,Russamsi. (2011). Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sains. [Online].Tersedia:
http://russamsimartomidjojocentre.blogspot.com/2009/11/berpikir-kritis-dalam-pembelajaran.html [16 Juli 2012]
Murti, Bhisma ._______. Berpikir Kritis. [Online}. Tersedia: http://fk.uns.ac.id/static/file/criticalthinking.pdf [20 Januari 2013]
Nurfarida, Erika (2009). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group
Investigatin untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fluida Statik. Skripsi
UPI.Bandung: Tidak Diterbitkan
Rismawati, Ikeu. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Tandur untuk
Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Siswa SMA pada Pembelajaran Fisika. Skripsi UPI: Tidak Diterbitkan
Russamsi, M. (2009). Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sains. [Online]. Tersedia: http://russamsimartomidjojocentre.blogspot.com/2009/11/berpikir-kritis-dalam-pembelajaran.html. [20 Juli 2012]
Ronald,B.(1991).Cooperative Learning and the Collaborative School.[Online].Tersedia:http://file:///E:/Teaching Concepts Cooperative Learning.htm [22 Mei 2011]
Santyasa, Wayan I. (2007). Model Model Pembelajaran Kooperatif. Repository UPI: Tidak diterbitkan
Setyawan, Heru. (2010). Pengertian Model Pembelajaran dari Berbagai Tokoh
Pendidikan. [Online]. Tersedia:
http://zonainfosemua.blogspot.com/2010/11/pengertian-model-pembelajaran-dari.html [16 Juli 2012]
Sagala,Syaiful. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta
Septiani, Putri Sukma. (2011). Penerapan Model Kooperatif Tipe Investigasi Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas. Skripsi UPI.
Bandung: Tidak Diterbitkan
Sidharta,A.(2007).Keterampilan Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalam
65
Sudjana. (1994). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Bandung
Supraptojiel. (2008). Menggunakan Keterampilan Berpikir Untuk Meningkatkan
Mutu Pembelajaran. [Online]. Tersedia : http://fisika21.wordpress.com/
2009/11/15/keterampilan-berpikir-kritis/. [30 Juni 2011]
Sudrajat, Ahmad. (2008). Pengertian Pendekatan,Strategi,Metode,Teknik,Taktik dan
Model Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://psb-psma. org/content/blog/
pengertian- pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran [18 Juni 2012]
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D). Bandung: Alfabeta
Sutrisno,Joko. (2012). Bagaimana Membiasakan Anak Berpikir Kritis?.
[Online].Tersedia: http://www.erlangga.co.id/pendidikan/7255-bagaimana-membiasakan-anak-berpikir-kritis.html [30 September 2012]
Suyono & Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosda
Slavin,R.E.(2010). Cooperative Learning;Teori,RisetdanPraktik. Bandung: Nusa Media
Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Tidak Diterbitkan
Wati,K. (2007). Metode Investigasi Kelompok. [Online]. Tersedia: www.wordpress.com.htm [14 Juni 2011]