• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MENGETAHUI PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MENGETAHUI PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

Komariah, 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MENGETAHUI

PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Fisika

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Komariah

0807571

JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MENGETAHUI PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

Oleh Komariah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Komariah 2013

Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

i

Komariah, 2013

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI

KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MENGETAHUI

PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

Oleh:

Komariah NIM. 0807571

Menyetujui,

Pembimbing I,

Drs. David Edison Tarigan, M.Si NIP. 195606171980021001

Pembimbing II,

Dra. Hera Novia, M.T NIP. 196811042001122001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika,

(4)
(5)

Komariah, 2013

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI DAN MENGETAHUI

PROFIL KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA

Komariah NIM.0807571

Pembimbing I : Drs. David Edison Tarigan, M.Si Pembimbing II : Dra. Hera Novia, M.T Jurusan Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI

ABSTRAK

Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Hal ini tercantum dalam Permen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41/2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan. Untuk menciptakan pembelajaran interaktif, menyenangkan dan menantang dapat dikembangkan suatu pembelajaran dalam kelompok-kelompok kecil sebagai upaya menciptakan proses pembelajaran yang menantang dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif sehingga memunculkan kemampuan berpikir kritis. Berdasarkan hasil pengolahan angket yang diperoleh dari studi pendahuluan di salah satu SMA Negeri Kota Bandung, siswa lebih suka pembelajaran fisika secara berkelompok. Sedangkan pada proses pembelajaran, siswa masih sebagai penerima materi pelajaran dan guru lebih banyak menyampaikan materi dengan metode ceramah, padahal seharusnya siswa ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya melalui pokok bahasan yang dipelajari melalui masalah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok dapat menjadi salah satu alternatif yang dapat diterapkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji peningkatan prestasi siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok. Selain itu untuk melihat profil kemampuan berpikir kritis siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok. Penelitian ini menggunakan metode quasi

eksperimen dengan sampel penelitian kelas X di salah satu Madrasah Aliyah Negeri

Kota Bandung semester genap 2011-2012. Hasil penelitian yang diperoleh setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok yaitu peningkatan prestasi siswa yang ditunjukkan dari rata-rata skor pretest 37 % menjadi 68,3 % untuk rata-rata skor posttest dan nilai rata-rata gain ternormalisasi sebesar 0,5 dengan

kategori “Sedang”. Selain itu kemampuan berpikir kritis siswa yang terkembangkan

setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok sebesar 43,3%.

(6)

IMPLEMENTATION COOPERATIVE LEARNING MODEL TYPE GROUP INVESTIGATION TO INCREASE STUDENTS’ ACHIEVEMENT AND KNOW

STUDENTS’ CRITICAL THINKING ABILITY PROFILE interactive, inspiring, fun, challenging, and motivating learners to participate actively.It is listed in the ministerial regulation of the Education Ministers Republic of Indonesia No. 41/2007 on the Standard Process Unit for Education.To create interactive learning, fun and challenging to develop a learning in small groups as an attempt to create a learning process that challenges and motivates students to participate actively so that raises critical thinking skills. Based on the results which were obtained from the questionnaire processing preliminary study in one State High School, Bandung, the students prefer learning physics in groups. Whereas in the learning process, the students still as recipient the subject matter and the teachers present materials with using the lecture method. However, students should follow an active role in the learning process and develop the ability to think critically through the subject matter learned through problem. To overcome these problems, cooperative learning model type of investigation can be one of the alternatives that can be applied. The purposes of this study are to assess the improvement in student achievement after application of cooperative learning model the type of investigation. In addition, the aim is to observe

the profile of students’ critical thinking skills after applied cooperative learning model the type of group investigation. This research used a quasi-experimental study using sample X-grade in one of Madrasah Aliyah Bandung even semester 2011-2012. The results obtained after applied cooperative learning model the type of group investigation which indicated with increasing student achievement than the average pretest score of 37% to 68.3% for the average posttest scores and average normalized

gain of 0.5 by category “Medium”. Besides, after applied cooperative learning model the type of group investigation, the critical thinking skills of the students who are developed gain of 43.3%.

(7)

Komariah, 2013

2.1 Model Pembelajaran Tipe Investigasi Kelompok

2.1.1 Model Pembelajaran ...

2.1.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok ...

2.2 Prestasi Belajar ...

2.3 Kemampuan Berpikir Kritis Observasi

2.3.1 Kemampuan Berpikir Kritis ...

2.3.2 Kemampuan Berpikir Kritis Observasi ...

2.3.3 Mengukur Kemampuan Berpikir Kritis ...

(8)

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian ...

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

(9)

Komariah, 2013

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembelajaran adalah proses transfer ilmu dua arah, antara guru sebagai pemberi

informasi dan siswa sebagai penerima informasi menurut Munif Chatid (Indah,2008).

Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus

interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif. Hal ini tercantum dalam Permen Pendidikan Nasional Republik

Indonesia Nomor 41/2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan. Untuk

menciptakan pembelajaran interaktif, menyenangkan dan menantang dapat

dikembangkan suatu pembelajaran berkelompok sebagai upaya dalam menciptakan

proses pembelajaran yang menyenangkan dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi

aktif.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada hari Jum’at, tanggal 25 November

2011 pada salah satu proses pembelajaran fisika dalam pembahasan usaha dan energi di

SMA Negeri Kota Bandung dengan memfokuskan pada siswa kelas XI IPA 4, diamati

hasil pengolahan angket yang diperoleh berdasarkan motivasi siswa dalam belajar

fisika sebesar 41,31%, termasuk dalam kategori kurang. Siswa yang setuju dalam

pembelajaran fisika secara berkelompok sebanyak 68,19%, perolehan angket tersebut

menunjukkan bahwa siswa lebih suka pembelajaran fisika secara berkelompok.

Berdasarkan observasi, pencapaian siswa menurut taksonomi Bloom baru mencapaiC3

(10)

kemampuan berpikir kritis yang lebih. Dilihat dari dokumentasi terhadap nilai ujian

tengah semester siswa, perolehan rata-rata nilai ujian siswa sebesar 55. Nilai tersebut

berada di bawah nilai KKM materi yang diujikan sebesar 67. Perolehan nilai tersebut

menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa masih rendah. Menurut Moh.Surya dan

Nana Syaodih (Hipni,2011), prestasi belajar dapat menimbulkan perubahan

aspek-aspek: (1) pengamatan, adalah proses penerimaan, penafsiran dan memberi arti, dari

kesimpulan yang diterimanya melalui alat indera, (2) berpikir assosiatif yang

menumbuhkan proses berpikir dimana terbentuk hubungan antara perangsang dan

respon, (3) inhibisi yaitu kesanggupan siswa dalam memilih tindakan yang perlu

dilakukan dan tindakan yang tidak perlu dilakukan dan berinteraksi dengan lingkungan

dan proses belajar. Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai

oleh siswa setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Siswa akan memperoleh prestasi

yang baik, jika kemampuan berpikir kritis siswa dalam menyikapi pelajaran fisika di

kelas baik.

Permen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41/2007 tentang Standar

Proses untuk Satuan Pendidikan menyatakan bahwa proses pembelajaran pada setiap

satuan pendidikan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang,

dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Namun, partisipasi aktif dan

interaktif yang dikehendaki Permen belum muncul seperti yang diharapkan dalam

proses pembelajaran. Siswa belum terlihat berpartisipasi aktif dan terlibat langsung

selama proses pembelajaran.

Pada proses pembelajaran, siswa masih sebagai penerima materi pelajaran dan

(11)

3

Komariah, 2013

siswa ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dan mengembangkan kemampuan

berpikir kritisnya melalui pokok bahasan yang dipelajari melalui masalah sesuai dengan

Permen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41/2007. Berpikir kritis

merupakan sebuah proses yang mengungkapkan tujuan yang beralasan mengenai suatu

keputusan mengenai sesuatu yang diyakini dan yang harus dilakukan (Ennis,1996:3).

Tuntutan kurikulum saat ini yaitu siswa sebagai objek dalam pembelajaran yang

aktif (student centre). Selain itu fungsi dan tujuan mata pelajaran fisika di tingkat SMA

menurut Depdiknas (2006) menjelaskan bahwa mata pelajaran fisika dapat memupuk

sikap ilmiahnya mencakup jujur dan objektif terhadap data, terbuka dalam menerima

pendapat berdasarkan bukti-bukti tertentu, kritis terhadap pernyataan ilmiah dan dapat

bekerjasama dengan orang lain. Memberikan pengalaman untuk dapat mengajukan dan

menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan menyusun instrumen percobaan,

mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menyusun laporan serta

mengkomunikasikan hasil percobaan secara tertulis dan lisan. Mengembangkan

kemampuan berfikir analisis induktif dan deduktif dengan menggunakkan konsep dan

prinsip fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah

secara kualitatif maupun kuantitatif. Adanya mata pelajaran fisika membuat siswa

bersikap jujur, objektif, bekerjasama dengan orang lain, membangun jiwa seorang

peneliti, bersikap ilmiah dan dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritisnya.

Menurut Undang-undang Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Bab Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

(12)

dalam mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran yang dapat

mengembangkan potensi dalam berpikir kritis siswa. Selain itu proses pembelajaran

yang diciptakan harus interaktif, menyenangkan dan memotivasi siswa untuk

berpartisipasi aktif. Pemaparan diatas menjadi alasan perlunya dikembangkan suatu

metode pembelajaran yang dapat merangsang siswa sehingga dapat meningkatkan

prestasi dan mengembangkan potensi berpikir kritisnya.

Model Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu sistem pengajaran yang

memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa

dalam tugas-tugas yang terstruktur. Peran guru dalan pembelajaran investigasi

kelompok adalah sebagai narasumber dan fasilitator. Tahapan model tipe investigasi

kelompok siswa diantaranya (1) mengidentifikasi masalah, (2) merencanakan

investigasi, (3) melaksanakan observasi, (4) menyimpulkan hasil observasi,

mempresentasikan dan (5) evaluasi. Pada tahapan model pembelajaran ini siswa dapat

belajar bersama, saling membantu, berdiskusi dan mengembangkan ide kelompok

untuk menyelesaikan masalah tentunya dapat mengembangkan kemampuan berpikir

kritis khususnya dalam aspek observasi. Dalam menemukan dan menyelesaikan

masalah dibutuhkan pemahaman, strategi, kreativitas serta eksperimen yang

berulang-ulang untuk mendapatkan hasil sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikir

kritis dalam aspek observasi. Dalam model pembelajaran ini dibutuhkan suatu

komunikasi dan interaksi kooperatif di antara sesama teman sekelas akan mencapai

hasil terbaik apabila dilakukan dalam kelompok kecil, di mana pertukaran di antara

(13)

5

Komariah, 2013

tahapan model pembelajaran satu sampai empat termasuk kedalam tahapan siswa dalam

mengembangkan kemampuan berpikir kritis khususnya dalam aspek observasi.

Menurut Bhisma Murti, berpikir kritis memerlukan upaya terus-menerus untuk

menganalisis dan mengkaji keyakinan, pengetahuan yang dimiliki dan kesimpulan yang

dibuat dengan menggunakan bukti-bukti yang mendukung. Pembelajaran kooperatif

tipe investigasi kelompok memberikan kesempatan siswa untuk mengembangkan

kemampuan berpikir kritis dalam mengidentifikasi masalah, merencanakan investigasi,

mengobservasi dan menganalisis hasil observasi berdasarkan materi yang dikaji. Dari

penjelasan diatas model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok memiliki

keterkaitan dengan prestasi belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa khususnya

dalam aspek observasi.

Berdasarkan masalah yang diuraikan pada latar belakang tersebut, maka penulis

bermaksud melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok pada Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan

Prestasi dan Mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat diperoleh

rumusan masalah secara umum yaitu “bagaimanakah peningkatan prestasi dan profil

kemampuan berpikir kritis siswa SMA setelah diterapkan model pembelajaran

(14)

Rumusan masalah ini dapat dijabarkan secara operasional dalam

pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa SMA setelah diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok?

2. Bagaimana profil kemampuan berpikir kritis siswa SMA setelah diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok?

1.3 Batasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak terlalu luas, maka pembatasan

masalah dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Peningkatan prestasi belajar siswa dilihat dari nilai gain berdasarkan hasil tes

prestasi belajar berupa tes kognitif yang diberikan sebelum (pretest) dan sesudah

kegiatan pembelajaran (postest).

2. Profil kemampuan berpikir kritis siswa dilihat dari kemampuan berpikir kritis

dalam aspek observasi yang dikembangkan oleh Robert H.Ennis, kemudian

diteskan dengan menggunakan Cornell Critical Thinking Test.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka secara umum

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi dan profil kemampuan

berpikir kritis siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi

kelompok. Secara rinci tujuan yang ingin dicapai:

1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan model

(15)

7

Komariah, 2013

2. Mengetahui profil kemampuan berpikir kritis setelah diterapkan model

pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dilaksanakannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

1. Bagi sekolah, penelitian ini dapat dijadikan sebagai proses pengembangan kualitas

pembelajaran.

2. Bagi peneliti, diharapkan dapat memberikan masukan kepada peneliti lain

mengenai prestasi dan profil kemampuan berpikir kritis siswa melalui penerapan

model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok.

1.6 Definisi Operasional

1. Model pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang mendorong

siswa untuk aktif bertukar pikiran dengan sesamanya dalam memahami suatu

materi pelajaran, siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil

dengan struktur kemampuan yang heterogen. Pembelajaran kooperatif model

investigasi kelompok adalah model pembelajaran dengan siswa belajar dalam

kelompok-kelompok heterogen yang terdiri dari lima hingga enam anggota untuk

menemukan atau memecahkan suatu masalah yang dihadapi. Tahapan model

pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok yang digunakkan dalam

penelitian ini adalah tahapan-tahapan menurut Slavin (2010) yang meliputi:

(16)

b. Merencanakan tugas yang akan dipelajari

c. Melaksanakan investigasi

d. Menyiapkan laporan akhir

e. Mempresentasikan laporan akhir

f. Evaluasi

Kesesuaian aktivitas yang dilakukan guru dengan tahapan model pembelajaran

kooperatif tipe investigasi kelompok diukur dengan menggunakan format

observasi keterlaksanaan model pembelajaran.

2. Prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dapat diamati setelah siswa

menerima pengalaman belajarnya. Prestasi belajar diukur melalui tes tertulis

berdasarkan skor yang diperoleh siswa dalam menjawab soal posttest dan pretest

prestasi belajar siswa. Prestasi ini dapat diamati dalam kemampuan kognitif yang

dikembangkan oleh Bloom dalam ranah C1 (pengetahuan), C2 (pemahaman), C3

(penerapan), C4 (analisis) yang diukur dengan menggunakan 20 soal dalam bentuk

pilihan ganda.

3. Kemampuan berpikir kritis menurut Ennis adalah suatu proses berpikir yang

bertujuan untuk membuat keputusan yang rasional yang diarahkan untuk

memutuskan apakah meyakini atau melakukan sesuatu (Rusamsi, 2009). Robert

H.Ennis menganjurkan untuk menggunakan Cornell Critical Thinking Test dalam

melihat kemampuan berpikir kritis siswa. Tes ini terdiri dari dua level yaitu level

X dan level Z. Level X digunakan pada siswa yang berada pada tingkat 4-14

(tingkat menengah) atau yang belum pernah melakukan tes ini, sedangkan level Z

(17)

9

Komariah, 2013

pada tingkat perguruan tinggi. Penelitian ini menggunakan tes standar Cornell

Critical Thinking Test pada level X karena siswa yang akan dijadikan sampel

berada pada tingkat SMA (kelas 10-12) dan siswa belum pernah melakukan tes

sebelumnya. Bagian Cornell Critical Thinking Test yang digunakan pada level X

mengacu pada aspek pengamatan (observation) dengan jumlah 24 soal berpikir

(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan secara kuantitatif dengan metode yang

digunakan adalah metode quasi eksperimen atau eksperimen semu atau eksperimen

yang tidak sebenarnya dengan menggunakan satu sampel penelitian yaitu hanya

kelompok eksperimen saja, tanpa ada kelompok pembanding. Hal ini karena peneliti

memiliki pertimbangan tertentu serta sulitnya mengontrol variabel-variabel yang

mempengaruhi pada saat proses penelitian berlangsung. Adapun desain penelitian yang

digunakan adalah One Group Pretest-Posttest Design. Desain ini adalah suatu

rancangan pretest dan posttest yang dilaksanakan pada satu kelompok saja tanpa

pembanding. Dengan demikian hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena

dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi pelakuan (Sugiyono,2012:110).

Desain penelitian tersebut dapat digambarkan pada gambar dibawah ini:

(Sugiyono, 2012:111)

Gambar 3.1

Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design

Keterangan :

O1 : nilai tes awal (pretest) sebelum diberikan perlakuan

O : nilai tes akhir (posttest) setelah diberikan perlakuan

Pretest Treatment Posttest

(19)

27

Komariah, 2013

X : treatment/ perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen yaitu

model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok dalam

pembelajaran fisika.

Kelas eksperimen dikenakan pretest sebelum pembelajaran, kemudian diberi

treatment berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe investigasi kelompok, selama pembelajaran berlangsung dilakukan pula observasi

terhadap kegiatan guru dan siswa. Treatment dilaksanakan selama dua kali pertemuan.

Setelah diberikan treatment, kemudian kelas eksperimen diberi posttest dengan

instrumen yang sama dengan pretest.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi pada penelitian ini kelas X di salah satu Madrasah Aliyah Negeri di Kota

Bandung pada semester genap tahun ajaran 2011-2012. Sedangkan sampel

penelitiannya adalah kelas X-1 dengan subjek penelitian berjumlah 30 siswa. Pemilihan

sampel dilakukan secara purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu.

3.3 Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap

(20)

Komariah, 2013

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok Untuk Meningkatkan Prestasi Dan Mengetahui Profil Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu Tahap Persiapan

Studi pendahuluan

Menentukan Model Pembelajaran

Pembuatan instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran

Judgment, uji coba dan analisis instrumen

Tahap Pelaksanaan

Pretest

Kegiatan Pembelajaran (menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

investigasi kelompok)

Kegiatan

Posttest

Tahap Akhir  Analisis pretest dan posttest

 Analisis observasi aktivitas guru dan siswa berdasarkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok

(21)

29

Komariah, 2013

3.3.1 Tahap Persiapan Penelitian

Pada tahapan ini, dilaksanakan studi pendahuluan untuk memperjelas

permasalahan yang terjadi di lapangan. Studi pendahuluan yang dilakukan berupa

observasi secara langsung ke sekolah untuk melihat permasalahan yang terjadi secara

nyata dan jelas. Setelah permasalahan diperoleh, dipikirkan solusi untuk permasalahan

tersebut yaitu dengan menggali berbagai informasi berdasarkan kajian pustaka dari

berbagai sumber. Menentukan sekolah yang akan dijadikan tempat penelitian disertai

dengan persiapan pengurusan surat izin ke jurusan Pendidikan Fisika yang disetujui

oleh Dekan FPMIPA. Setelah semua data hasil observasi terkumpul menentukan model

pembelajaran yang dapat menjadi solusi terhadap permasalahan yang ada di lapangan.

Membuat instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran, kemudian melakukan

judgment instrumen penelitian dan mengujikannya. Setelah itu menganalisis dan revisi

hasil uji coba instrumen.

3.3.2 Tahap Pelaksanaan Penelitian

Pada tahap pelaksanaan ini, melakukan kegiatan pretests prestasi belajar dan

Cornell Test kemampuan berpikir kritis pada kelas sampel penelitian. Kemudian

memberikan perlakuan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe

investigasi kelompok dalam pembelajaran fisika materi suhu dan kalor sebanyak dua

kali pertemuan pada kelas sampel penelitian. Pada saat pelaksanaan pembelajaran,

dilakukan observasi aktivitas guru dan siswa berdasarkan model pembelajaran

(22)

dilanjutkan mengukur kemampuan siswa dengan memberikan posttest prestasi belajar

dan Cornell Test kemampuan berpikir kritis siswa untuk mengetahui pengingkatan

prestasi dan profil kemampuan berpikir kritis siswa setelah dilakukan pembelajaran

dengan model pembelajaran koooperatif tipe investigasi kelompok.

3.3.3 Tahap Akhir

Pada tahap akhir ini, melakukan analisis terhadap hasil data dari pretest, posttest

dan analisis aktivitas guru dan siswa. Kemudian memberikan kesimpulan berdasarkan

hasil yang diperoleh dari pengolahan data serta memberikan masukan terhadap aspek

penelitian yang kurang sesuai. Diakhir membuat laporan hasil penelitian.

3.4 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan berupa instrumen tes yang terdiri

dari tes prestasi belajar dan Cornell Critical Thinking Test Level X; serta instrumen non

tes yang terdiri dari lembar keterlaksanaan aktivitas guru dan siswa.

3.4.1 Tes Prestasi Belajar

Tes yang digunakan disesuaikan dengan aspek kognitif menurut Bloom dengan

kemampuan yang diukur adalah C1 sampai C4. Tes yang diberikan berupa pilihan ganda

dengan jumlah soal 20 buah soal dimana terdapat lima pilihan jawaban dan penskoran

untuk setiap soal adalah 1 untuk jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah.

Adapun langkah yang dilakukan dalam menyusun instrumen penelitian yaitu

dengan menentukan konsep dan subkonsep berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) mata pelajaran Fisika SMA kelas X semester 2. Kemudian

(23)

31

Komariah, 2013

setiap pertemuan. Menyusun soal tes berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat dan

membuat kunci jawaban. Setelah itu, melakukan judgment soal-soal yang telah dibuat

kepada tiga orang yang terdiri dari dua orang dosen dan satu orang guru fisika.

Merevisi soal setelah di jugdment oleh guru dan dosen. Setelah soal beres direvisi

selanjutnya melakukan uji coba instrumen penelitian pada siswa yang telah diberikan

materi yang hendak diteskan. Melakukan analisis tes yang meliputi uji validitas, uji

realibilitas, uji daya pembeda, dan uji tingkat kesukaran. Setelah diujikan biasanya ada

beberapa soal yang tidak valid, selanjutnya melakukan revisi soal. Terakhir

menggunakan instrumen yang dianggap valid untuk dijadikan sebagai soal pretest dan

posttest pada penelitian.

3.4.2 Format Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Format observasi aktivitas guru dan siswa ini digunakan untuk melihat

keterlaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok yang

dilakukan guru dan siswa. Instrumen observasi ini berbentuk daftar cek yang terdiri

dari 15 aktivitas siswa dan 13 aktivitas guru yang diobservasikan berdasarkan tahapan

model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok dan memuat catatan

komentar terhadap kekurangan aktivitas atau hal-hal yang dilakukan oleh siswa dan

guru selama proses pembelajaran berlangsung. Format observasi yang telah disusun

tidak diujicobakan, tetapi hanya dikoordinasikan dengan observer yang akan mengikuti

dalam proses penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap format observasi

tersebut. Dari format tersebut diperoleh data keterlaksanaan model pembelajaran

kooperatif tipe investigasi kelompok baik oleh guru maupun siswa yang dilihat pada

(24)

3.5 Analisis Instrumen

3.5.1 Uji Validitas

Validitas secara bahasa dapat diartikan shahih/tepat. Validitas yaitu kesesuaian

antara tujuan penelitian dengan alat ukur yang digunakan. Sebuah tes dikatakan

memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriteria.

Untuk menghitung validitas dengan menentukan koefisien produk momen dengan

perumusan:

(Arikunto,2005: 72)

keterangan : rxy : koefisien korelasi antara variabel x dan y

X : skor siswa pada butir item yang diuji validitasnya

Y : skor total yang diperoleh siswa

Tabel 3.1

Interpretasi Validitas Butir Soal Koefisien Korelasi Kriteria

0,00 – 0,20 Sangat rendah

0,21 – 0,40 Rendah

(25)

33

Komariah, 2013

0,61 – 0,80 Tinggi

0,81 – 1,00 Sangat tinggi

(Arikunto,2005:75)

3.5.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas secara bahasa ajeg, tetap. reliabilitas merupakan ukuran sejauh mana

suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan skor yang konsisten. Perhitungan

reliabilitas yang akan digunakan yaitu persamaan K-R 20 dinyatakan sebagai berikut:

(Arikunto,2005:100)

Tabel 3.2

Interpretasi Reliabilitas Soal

keterangan:

r11 : reliabilitas yang dicari

n : jumlah item

: standar deviasi

p : proporsi siswa yang menjawab soal dengan benar

q : proporsi siswa yang menjawab soal dengan salah

(26)

(Arikunto,2005:75)

3.5.3 Uji Daya Pembeda

Daya pembeda merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang

berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung

daya pembeda, digunakan rumus:

DP : indeks daya pembeda butir soal.

JA : banyaknya peserta kelompok atas.

JB : banyaknya peserta kelompok bawah.

BA : banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar.

BB : banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar.

(27)

35

Komariah, 2013

Nilai DP Kategori

Negatif Tidak baik

0,00 – 0,20 Jelek (poor)

0,21 – 0,40 Cukup (satisfactory)

0,41 – 0,70 Baik (good)

0,71 – 1,00 Baik sekali (exellent)

(Arikunto,2005:218)

3.5.4 Tingkat Kesukaran

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar.

Rumus untuk mencari nilai kesukaran:

(Arikunto,2005:208)

keterangan:

P : indeks kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS : jumlah seluruh siswa peserta tes

Tabel 3.4

Interpretasi Tingkat Kesukaran Tingkat kesukaran Klasifikasi

0,00 – 0,30 Sukar

(28)

0,71 – 1,00 Mudah

(Arikunto,2005:210)

3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Tes Prestasi Belajar

Tes yang dilakukan berupa tes tertulis dengan bentuk soal dalam pilihan ganda.

Tes tertulis ini digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa pada pembelajaran

fisika setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok. Tes

prestasi ini dilakukan dua kali yaitu sebelum perlakuan (pretest) dan setelah perlakuan

(posttest). Tes yang diberikan baik saat pretest dan posttest adalah sama, dimaksudkan

agar tidak ada pengaruh perbedaan kualitas instrumen terhadap perubahan pemahaman

yang terjadi.

3.6.2 Tes Berpikir Kritis

Teknik tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang terdiri dari

24 soal pilihan ganda yang diambil dari Cornell Critical Thinking Test. Aspek yang

ingin diteliti dari tes berpikir kritis ini yaitu kemampuan siswa dalam hal Observation.

Tes ini dilakukan dua kali yaitu sebelum perlakukan (pretest) dan sesudah perlakuan

(posttest). Tes yang digunakan untuk pretest dan posttes merupakan tes yang sama.

3.6.3 Observasi Aktivitas Guru dan Siswa

Observasi ini bertujuan untuk melihat keterlaksanaan model pembelajaran

kooperatif tipe investigasi kelompok yang diterapkan dan memuat kolom komentar atau

(29)

37

Komariah, 2013

oleh observer selama pembelajaran berlangsung dan observer hanya memberikan tanda

checklist ( pada kolom yang sesuai dengan aktivitas yang diobservasi.

3.7 Teknik Pengolahan Data

Tujuan dari pengolahan data yaitu untuk mengetahui peningkatan prestasi dan

kemampuan berpikir kritis siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe investigasi kelompok. Pengolahan data dari masing-masing instrumen yaitu:

3.7.1 Analisis Tes Prestasi Siswa

Data yang diperoleh dari skor, dengan membandingkan skor total dari tiap siswa

hasil post-test dan pre-test. Langkah-langkah analisis data tes yang akan dilakukan

adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis skor dari setiap jawaban baik pada pretest maupun posttest.

2. Mengubah skor pretest dan posttest menjadi nilai, dengan persamaan:

3. Menghitung rata-rata (mean).

Untuk menghitung nilai rata-rata yang dihasilkan dari pretest dan posttest

menggunakan rumus:

4. Menghitung gain skor.

Gain skor diperoleh dari selisih pretest dan posttest. Perbedaan skor yang dihasilkan

disumsikan sebagai hasil dari treatment yang diberikan.

(30)

Untuk menghitung nilai gain yang dinormalkan menggunakan rumus:

Tabel 3.5

Interpretasi Nilai Gain Ternormalisasi Rata-rata Nilai <g> Klasifikasi

Tinggi

Sedang

Rendah (Hake,1999)

3.7.2 Analisis Profil Hasil Keterampilan Berpikir Kritis Siswa

Keterampilan berpikir kritis siswa yang meliputi aspek Observation ada 24 soal

berupa pilihan ganda. Berdasarkan Adminitration Manual Cornell Critical Thinking

perhitungan skor menggunakan persamaan rights minus one-half the number wrong

(R-W/2). Hitung jumlah yang benar, hitung jumlah yang salah dibagi dua, kemudian

selisihkan keduanya. Gambaran umum untuk mengetahui kedudukan profil kemampuan

berpikir kritis siswa dapat terlihat dengan menggunakan perhitungan persentase skor

seluruh siswa yang dilihat dari tiap poin soal. Adapun langkah-langkah dalam

pengolahan datanya sebagai berikut:

1. Memeriksa hasil tes berpikir kritis pada aspek observasi siswa berdasarkan

indikator tiap soal dengan berpedoman pada kunci jawaban dan kriteria pemberian

skor yang terdapat pada instrumen soal.

2. Mengubah skor tes menjadi nilai, dengan persamaan:

(31)

39

Komariah, 2013

3. Menghitung rata-rata (Mean)

Untuk menghitung nilai rata-rata yang dihasilkan dari pretest dan posttest

menggunakan rumus:

̅

(Sudjana,1996:423)

4. Menentukan standar deviasi (SD)

̅

(Sudjana,1996:93)

keterangan:

xi : skor nilai siswa ; i : 1,2,3...n

̅ : skor nilai rata-rata

n : jumlah sampel

5. Menentukan Z-score

Z-score sering digunakan untuk membandingkan keadaan distribusi fenomena serta

mengetahui jumlah anak yang berada diatas ataupun dibawah rata-rata kelompok.

Untuk menghitung nilai Z-score menggunakan rumus:

̅

(Sudjana,1996:99) keterangan:

: sampel berukuran n dengan data , , ,...

̅ : rata-rata

(32)

6. Menghitung presentase tiap indikator soal dan memberikan keterangan

pencapaian kategori soal berdasarkan hasil tes siswa dengan aturan standar lima.

Tabel 3.6

Klasifikasi Nilai Rata-rata Berdasarkan Aturan Standar Lima

(Arikunto,2005)

3.8 Rekapitulasi Analisis Uji Coba Instrumen Tes Prestasi Belajar

Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan di kelas XI pada salah satu

Madrasah Aliyah Negeri di Kota Bandung, diperoleh nilai reliabilitas sebesar 1,0

dengan kriteria sangat tinggi. Rekapitulasi hasil uji coba tes prestasi belajar dapat

dilihat pada lampiran C.

Nilai Rata-rata Kategori

x > 75,01 Sangat tinggi

Tinggi

Sedang

Kurang

(33)

41

(34)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan pengelolahan data dan analisis data terhadap data hasil penelitian

yang telah dilakukan di salah satu Madrasah Aliyah Negeri (MAN) di Kota Bandung

kelas X semester genap tahun ajaran 2011-2012, diperolah kesimpulan bahwa:

 Setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok,

siswa mengalami peningkatan yang ditunjukkan nilai rata-rata gain

ternormalisasi sebesar 0,5 dengan kategori “Sedang”.

 Profil kemampuan berpikir kritis aspek observasi pada kemampuan

mengidentifikasi masalah sebesar 54,0% dengan kategori “sedang”,

merencanakan investigasi sebesar 48,3% dengan kategori “sedang”,

melaksanakan investigasi sebesar 45,3% dengan kategori “sedang” dan

melaporkan hasil akhir sebesar 36,7% dengan kategori “kurang”. Melihat

kedudukan siswa berdasarkan nilai z-score ada 70% siswa yang terkembangkan

kemampuan berpikir kritis aspek observasinya dan 30% siswa yang kurang

terkembangkan kemampuan berpikir kritis aspek observasinya.

5.2 Saran

Dari keseluruhan penelitian yang telah dilakukan, untuk mengooptimalkan proses

pembelajaran fisika dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe investigasi

(35)

62

Komariah, 2013

 Model Pembelajaran kooperatif tipe investigasi siswa dapat dikembangkan untuk

penelitian lebih lanjut mengenai motivasi dan minat siswa dalam belajar fisika.

 Model pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok sebaiknya diterapkan

dalam materi yang memerlukan eksperimen atau membuktikan suatu fenomena.

 Dalam melaksanakan tahapan-tahapan belajar dalam model pembelajaran

kooperatif tipe investigasi kelompok, guru sebaiknya berusaha yang terbaik dalam

membimbing siswa selama pembelajaran agar hasil pembelajaran optimal.

 Dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model kooperatif tipe

investigasi kelompok, waktu yang digunakan dalam menerapkan pembelajaran

ternyata tidak cukup dua jam pelajaran, sehingga penugasan sebelum

pembelajaran lebih baik dilakukan agar siswa memahami terlebih dahulu materi

yang akan dipelajari.

 Selama pembelajaran di kelas, guru sebaiknya sering memberikan apresiasi

kepada siswa, baik berupa pujian atau tepuk tangan sebagai motivasi kepada

kelompok untuk lebih semangat dalam mengikuti pembelajaran fisika sehingga

(36)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Dahar, Ratna Wilis. (1989).Teori-teori Belajar.Jakarta: Erlangga

Depdiknas. (2006). KTSP:Standar Kompetensi Mata Pelajaran Fisika, SMA&MA. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas.(2007). Permen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41. Jakarta: Depdiknas.

Ennis, Robert H.. (1996). Critical Thinking. United States of America: The New York Times Company

Ennis,Robert H.(1993). Theory Into Practice:Critical Thinking Assesment,Volume

32,Number3.[Online].Tersedia:http://www3.qcc.cuny.edu/WikiFiles/file/Ennis

%20Critical%20Thinking%20Assessment.pdf [10 Juli 2012]

Ennis, Robert H., Jason Millman, Thomas N. Tomko. (2005). Cornell Critical

Thinking Tests Level X & Level Z Manual. United States of America: The

Critical Thinking Co. (Bright MindsTM).

Fithriyah,Aulia Alfa.(2011).Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar

Fisika Topik Fluida Statik Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Kelompok Trehadapa Siswa Kelas XI IPA 2 SMAN 1 Baleendah Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan.

Hake, Richard R. (1999). Interactive-Engagement Methods in Introductory

Mechanics Courses. [Online]. Tersedia:

http://www.physics.indiana.edu/~sdi/IEM-2b.pdf [26 Juni 2012]

Harmianto, Sri. et al. (2011). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Bandung: CV Alfabeta

Hipni, Rohman. (2011). Pengertian Prestasi Belajar. [Online].Tersedia: http://hipni.blogspot.com/2011/10/pengertian-prestasi-belajar-definisi.html [1 Agustus 2012]

Indah. (2008). Pengertian dan Definisi Pembelajaran Menurut Para Ahli. [Online]. Tersedia:

(37)

64

Komariah, 2013

Kagan,S.(2001).Kagan Structures for Emotional Intelligence.[Online].

Tersedia:http://www.kaganonline.com/Newsletter/index.html [22 Mei 2011]

. (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Martomidjojo,Russamsi. (2011). Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran Sains. [Online].Tersedia:

http://russamsimartomidjojocentre.blogspot.com/2009/11/berpikir-kritis-dalam-pembelajaran.html [16 Juli 2012]

Murti, Bhisma ._______. Berpikir Kritis. [Online}. Tersedia: http://fk.uns.ac.id/static/file/criticalthinking.pdf [20 Januari 2013]

Nurfarida, Erika (2009). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigatin untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Fluida Statik. Skripsi

UPI.Bandung: Tidak Diterbitkan

Rismawati, Ikeu. (2010). Penerapan Model Pembelajaran Tandur untuk

Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Siswa SMA pada Pembelajaran Fisika. Skripsi UPI: Tidak Diterbitkan

Russamsi, M. (2009). Berpikir Kritis dalam Pembelajaran Sains. [Online]. Tersedia: http://russamsimartomidjojocentre.blogspot.com/2009/11/berpikir-kritis-dalam-pembelajaran.html. [20 Juli 2012]

Ronald,B.(1991).Cooperative Learning and the Collaborative School.[Online].Tersedia:http://file:///E:/Teaching Concepts Cooperative Learning.htm [22 Mei 2011]

Santyasa, Wayan I. (2007). Model Model Pembelajaran Kooperatif. Repository UPI: Tidak diterbitkan

Setyawan, Heru. (2010). Pengertian Model Pembelajaran dari Berbagai Tokoh

Pendidikan. [Online]. Tersedia:

http://zonainfosemua.blogspot.com/2010/11/pengertian-model-pembelajaran-dari.html [16 Juli 2012]

Sagala,Syaiful. (2008). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV Alfabeta

Septiani, Putri Sukma. (2011). Penerapan Model Kooperatif Tipe Investigasi Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas. Skripsi UPI.

Bandung: Tidak Diterbitkan

Sidharta,A.(2007).Keterampilan Berpikir Kompleks dan Implementasinya dalam

(38)

65

Sudjana. (1994). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito Bandung

Supraptojiel. (2008). Menggunakan Keterampilan Berpikir Untuk Meningkatkan

Mutu Pembelajaran. [Online]. Tersedia : http://fisika21.wordpress.com/

2009/11/15/keterampilan-berpikir-kritis/. [30 Juni 2011]

Sudrajat, Ahmad. (2008). Pengertian Pendekatan,Strategi,Metode,Teknik,Taktik dan

Model Pembelajaran. [Online]. Tersedia: http://psb-psma. org/content/blog/

pengertian- pendekatan-strategi-metode-teknik-taktik-dan-model-pembelajaran [18 Juni 2012]

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif

dan R&D). Bandung: Alfabeta

Sutrisno,Joko. (2012). Bagaimana Membiasakan Anak Berpikir Kritis?.

[Online].Tersedia: http://www.erlangga.co.id/pendidikan/7255-bagaimana-membiasakan-anak-berpikir-kritis.html [30 September 2012]

Suyono & Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rosda

Slavin,R.E.(2010). Cooperative Learning;Teori,RisetdanPraktik. Bandung: Nusa Media

Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Tidak Diterbitkan

Wati,K. (2007). Metode Investigasi Kelompok. [Online]. Tersedia: www.wordpress.com.htm [14 Juni 2011]

Gambar

Gambar  3.1 One Group Pretest-Posttest Design
Tabel 3.2 Interpretasi Reliabilitas Soal
Tabel 3.4  Interpretasi Tingkat Kesukaran
Tabel 3.6 Klasifikasi Nilai Rata-rata Berdasarkan Aturan Standar Lima

Referensi

Dokumen terkait

Di samping itu ditunjukkan juga dalam simulasi ini pengaruh perubahan parameter serat optis dan sistem komunikasi optis terhadap besarnya daya sinyal FWM yang dibangkitkan..

[r]

[r]

“PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN REAL ESTATE DAN PROPERTY DI INDONESIA ” dengan baik, lancar dan tanpa hambatan yang berarti. Skripsi

Oleh karena itu dilakukan pengukuran harapan pelanggan dengan menggunakan metode Servqual dan uji hipotesis dimana tujuan dari metode ini untuk mengetahui tanggapan

Adlerian dapat menurunkan secara signifikan rasa rendah diri siswa kelas VII SMP N 8.. Salatiga, dengan

Penelitian ini bertujuan untuk memodifikasi abu Kelud 2014 sebagai bahan adsoben ion logam Cu(II) dan Ni(II) dengan rincian sebagai berikut: (1) mengetahui konsentrasi maksimum

[r]