DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Abdurahman, D. (2007). Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Alfarizi, S. (2009). Mohammad Hatta Biografi 1902-1980. Jogjakarta: Garasi.
Arif, M. (2011). Pengantar Kajian Sejarah. Bandung: Yrama Widia.
Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Elson, R. E. (2009). The Idea Of Indonesia Sejarah Pemikiran dan Gagasan. Jakarta: Serambi.
Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.
Ismaun. (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung: Historia Utama Press.
Hartono, N. (1976). Bank Indonesia: Sejarah Lahir dan Pertumbuhannya. Jakarta: BI.
Hatta, M. (1957). Pengantar Kedjalan Ekonomi Sosiologi. Djakarta: Fasco.
--- (1960). Ekonomi Terpimpin. Djakarta: Fasco.
Mankiw, N. Gregory. (2006). Makroekonomi. Jakarta: Erlangga.
Mulyono, T.P. (1999). Analisis Laporan Keuangan Perbankan, Edisi Keempat. Jakarta: Djambatan.
Ohorella, G. A. et al. (1996). Sejarah Perekonomian Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Pracoyo, T. K. dan Antyo P. (2005). Aspek Dasar Ekonomi Makro Di Indonesia. Jakarta: Grasindo.
Rachbini, D J, dkk. (2000). Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral. Jakarta : PT Mardi Mulyo.
Rahardjo, M. D, dkk. (1995). Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah Bangsa. Jakarta: LP3ES.
Ricklefs, M. C, (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi.
Sinungan, M. (1995). Uang dan Bank. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sjamsuddin, H.( 2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.
Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Yogyakarta: Bumi Aksara.
Sukirno, S. (2002). Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Soesastro, H, dkk. (2005). Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir Jilid I (1945-1959). Jakarta: Kanisius.
--- (2005). Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir Jilid II (1959-1966). Jakarta: Kanisius.
Suroso, P. C. (1994). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Suyatno, T. dkk (1991). Kelembagaan Perbankan Edisi Pertama. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
--- (1993). Kelembagaan Perbankan Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Syafiie, I. K. (2008). Sistem Politik Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama.
Tambunan, T. H.( 2009). Perekonomian Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia.
TimPenulis LP3ES. (1995). Bank Indonesia dalam Kilasan Sejarah Bangsa. Jakarta: BI.
Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia (PPSK).
--- (2005). Sejarah Bank Indonesia Periode I: 1945-1959 Bank Indonesia Pada Masa Perjuangan Kemerdekaan Indonesia. Jakarta: BI.
--- (2005). Sejarah Bank Indonesia Periode II: 1959-1965 Bank Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin. Jakarta: BI.
To, Oey Beng. (1991). Sejarah Kebijaksanaan Moneter Indonesia Jilid I (1945-1958). Jakarta: LPPI.
Triandaru, S. dan Totok, B. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.
UPI. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Widjanarto. (1997). Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia Edisi III. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.
Sumber Arsip
Bank Indonesia. (1954). Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 1953/1954. Jakarta: Bank Indonesia.
Bank Indonesia. (1955). Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 1955/1956. Jakarta: Bank Indonesia.
Bank Indonesia. (1957). Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 1957/1958. Jakarta: Bank Indonesia.
Bank Indonesia. (1960). Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 1959/1960. Jakarta: Bank Indonesia.
Bank Indonesia. (1962). Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 1961/1962. Jakarta: Bank Indonesia.
Bank Indonesia. (1966). Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 1965/1966. Jakarta: Bank Indonesia.
Sumber Internet
[Online] Tersedia di http//id.wikipedia.org/wiki/GubernurBI (26 Mei 2012)
Rahzen. T.(2007). De Javasche Bank (Online). Tersedia di
http://jurnalrepublik.blogspot.com/2007/07/de-javasche-bank.html (20 Desember 2010)
Wie, Thee Kian.(2001). Tantangan dan Kebijakan Ekonomi Selama Masa Awal Kemerdekaan (Online). Tersedia
http:///www.kompas.com/kompascetak/0106/01/soekarno/tant53_ htm (23 Mei 2008)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia
menjadi negara yang independen, negara yang seharusnya berdiri sendiri tanpa
pengaruh dan pengawasan dari pihak lain terutama dalam hal ini ialah penjajah.
Oleh karena itu bangsa Indonesia harus dapat mengatur kehidupannya sendiri
tanpa ada pengaturan dari negara lain, karena tentu saja sejak Indonesia merdeka,
Indonesia telah memiliki Undang-Undang Dasar 1945 dan pancasila sebagai
ideologi dan dasar hidup bernegara dan berbangsa bagi seluruh rakyatnya.
Termasuk dalam kehidupan ekonomi Indonesia pasca merdeka dari pihak
kolonial Belanda. Indonesia harus dapat menentukan kebijakan dan mengatur
masalah ekonominya sendiri. Oleh karena itu, Indonesia memerlukan sebuah bank
sentral sebagai pengatur kebijakan-kebijakan ekonomi Indonesia dan juga sebagai
kasir bagi pemerintah. Pada tahun 1946, berdasarkan Undang-Undang No. 2 Prp
Tahun 1946, pemerintah Indonesia mendirikan sebuah bank yang ditujukan untuk
menjadi bank sirkulasi dan bank sentral di Indonesia yaitu Bank Negara Indonesia
(BNI 46) yang merupakan hasil peleburan dari Jajasan Poesat Bank Indonesia
untuk menggantikan peran De Javasche Bank pada jaman pemerintahan Hindia
Belanda yang pada saat itu masih dimiliki oleh pemerintah Belanda (Rahardjo,
Namun hasil keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949
memutuskan bahwa De Javasche Bank yang ditunjuk sebagai bank sentral bagi
Indonesia sedangkan Bank Negara Indonesia (BNI 46) ditugasi sebagai bank
pembangunan (Rachbini, 2000:1). De Javasche Bank merupakan sebuah bank
milik pemerintah kolonial Belanda berbentuk Perseroan Terbatas yang diberi
tugas sebagai bank sirkulasi Hindia Belanda pada saat pendudukan Belanda di
Indonesia. Berdasarkan keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB) tersebut maka
timbullah upaya dari pemerintah Indonesia untuk menasionalisasikan De Javasche
Bank menjadi Bank Indonesia.
Dinasionalisasikannya De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia
merupakan salah satu upaya mengikis pengaruh kolonial setelah Indonesia
merdeka. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh A. Karim
dalam Rachbini (2000:2) menyatakan bahwa De Javasche Bank adalah alat
kolonial yang tidak cocok lagi dengan alam Indonesia merdeka. Meskipun De
Javasche Bank disepakati dan diputuskan bersama oleh pemerintah Indonesia dan
pemerintah Belanda sebagai bank sentral, akan tetapi pengaruh kepentingan
kolonial dalam menentukan kebijakan masih kental. Posisi De Javasche Bank
menjadi dilematis karena suatu Negara mempunyai bank sentral yang masih
berada di bawah pengaruh kepentingan lain (Rachbini, 2000: 1).
Sebelum menentukan kebijakan ekonomi yang harus diambil dalam
mengatasi masalah-masalah perekonomian yang dihadapi Indonesia pasca
kemerdekaan, maka pemerintah harus terlebih dahulu menentukan kebijakan
asing karena perusahaan-perusahaan tersebut akan memiliki andil besar dalam
perekonomian Indonesia. Kebijakan nasionalisasi ini diambil karena sebagian
besar perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia masih dikuasai oleh
pemerintah kolonial Belanda.
Hal di atas sesuai dengan paparan dari Hans Meier yang dikutip oleh Thee
Kian Wie mengenai ikut campur atau intervensi asing dalam ekonomi Indonesia
(http:///www.kompascom/kompascetak/0106/01/soekarno/tant53_htm) yang
menyatakan bahwa selain masalah Irian Barat masalah kemerdekaan Indonesia
belum dirasakan secara tuntas oleh para pejuang kemerdekaaan karena berbagai
sektor ekonomi yang penting masih dikuasai Belanda. Dalam persetujuan
finansial ekonomi (Finacieel-Economische Oveeren Komst Finec) yang telah
dicapai dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) tuntutan Belanda untuk
memperoleh jaminan bahwa bisnis Belanda dapat tetap beroperasi di Indonesia
tanpa hambatan, terpaksa dipenuhi oleh Indonesia. Hal ini tentu saja merugikan
bangsa Indonesia sebagai bangsa baru yang harus giat membangun
perekonomiannya. Oleh karena itu salah satu program pemerintah adalah upaya
untuk menasionalisasikan perusahaan-perusahaan Belanda yang ada di Indonesia
terutama De Javasche Bank yang memiliki peran penting bagi perkembangan
ekonomi Indonesia.
Proses nasionalisasi secara de facto sebenarnya telah berlangsung sejak
dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 123 tanggal 12 Juli 1951 yaitu dengan
diangkatnya putera Indonesia, Mr. Sjafruddin Prawiranegara sebagai Presiden De
sebelumnya yang diberhentikan secara hormat berdasarkan Keputusan Presiden
Republik Indonesia No. 122 tanggal 12 Juli 1951. Setelah itu dengan
Undang-Undang Pokok Bank Indonesia No. 11 tanggal 19 Mei 1953 yang telah disahkan
oleh parlemen dan diumumkan dalam Lembaran Negara No. 40 Tahun 1953
dibentuklah Bank Indonesia untuk menggantikan peranan formal yang pernah
dipegang oleh De Javasche Bank dan Bank Negara Indonesia sebagai bank
sirkulasi dan akhirnya menjadi bank sentral seutuhnya (Rahardjo, 2005: 3).
Setelah De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada tahun 1953 maka
peranannya itu berkaitan erat dengan kebijakan dan kehidupan ekonomi Indonesia
pada masa setelahnya bahkan sampai sekarang. Namun dalam peranannya
tersebut, Bank Indonesia mengalami hambatan-hambatan berupa masalah
ekonomi yang dihadapi sebelum dan ketika Bank Indonesia berdiri, Masalah
ekonomi yang muncul pada kurun waktu 1950-1953 antara lain ialah masalah
produktifitas ekonomi yang sangat rendah kerena kerusakan parah pada sektor
produksi. Kelangkaan devisa, terbatasnya persediaan barang konsumsi penting
dan inflasi yang tinggi. Masalah-masalah tersebut menuntut pemerintah untuk
segera menentukan kebijakan ekonomi. Tindakan pemerintah itu diantaranya
adalah dengan dijalankannya sertifikat devisa, devaluasi mata uang atau pun
nasionalisasi De Javasche Bank yang sebelumnya dikuasai oleh Belanda (Beng
To, 1991: 160-161).
Perekonomian Indonesia pada awal kemerdekaan sampai pada tahun
1950-an s1950-angat tidak stabil. Kondisi ini dipengaruhi oleh ketidakstabil1950-an politik maka
Pemerintah berharap dengan adanya nasionalisasi ini, perekonomian Indonesia
dapat berkembang dan menuju ke arah yang lebih baik. Tetapi pada kenyataannya,
dengan berjalannya Bank Indonesia sebagai bank sentral menggantikan De
Javasche Bank banyak hambatan yang dihadapi oleh Bank Indonesia tersebut
yang ternyata juga berpengaruh pada kehidupan ekomoni Indonesia pada saat itu.
Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Bank Indonesia dalam
perjalanannya tersebut terbagi ke dalam dua faktor yaitu faktor eksternal (dari
luar) dan faktor internal (dari dalam). Faktor internal yang dihadapi Bank
Indonesia dapat dilihat dari kelembagaan dan struktur organisasi yang belum
teratur dan terarah ketika awal berdirinya Bank Indonesia; Masih adanya
intervensi asing terutama dari pihak kolonial Belanda terhadap kebijakan Bank
Indonesia; Terdapat ketidak seragaman antara pemerintah dengan petinggi Bank
Indonesia dalam hal mengeluarkan kebijakan ekonomi negara yang menyebabkan
Gubernur pertama Bank Indonesia mengundurkan diri pada tahun 1958
(Rahardjo:,1995: 90).
Sedangkan faktor eksternal dapat terlihat dari keadaan di sekitar Bank
Indonesia yang tentunya menjadi penghambat Bank Indonesia dalam
melaksanakan peranannya. Seperti, keadaan ekonomi negara yang belum stabil
dikarenakan baru merdeka. Hal ini dapat terlihat dari besarnya nilai inflasi dan
defisit anggaran belanja negara, sistem politik yang tidak stabil seperti banyaknya
pemberontakan di daerah-daerah, silih bergantinya kabinet pada masa Demokrasi
Liberal yang berpengaruh pada perubahan-perubahan kebijakan ekonomi yang
keadaan politik dibandingkan keadaan ekonomi negara pada masa Demokrasi
Terpimpin, dan permusuhan dengan pihak barat (Tambunan, 2009: v).
Banyak faktor yang menyebabkan perekonomian Indonesia terlihat tidak
berkembang pada periode 1953-1966 bahkan setelah didirikannya Bank
Indonesia. Bank Indonesia yang pada awal pendiriannya diharapkan pemerintah
dapat menjalankan tugasnya sebagai pengendali moneter ternyata tidak dapat
mengatasi perekonomian Indonesia setuhnya karena kerumitan dan kompleksnya
masalah perekonomian Indonesia tahun 1953-1966. Bank Indonesia sendiri pada
kenyataanya memang memiliki peranan penting dalam kehidupan ekonomi
Indonesia. Kedudukan dan peranan Bank Indonesia tidak semata-mata ditentukan
oleh kemampuan manajemen internalnya, melainkan dipengaruhi juga oleh situasi
ekonomi nasional bahkan perkembangan politik yang penuh dengan pergolakan
pada masa-masa antara tahun 1953-1966.
Hal di atas memperlihatkan peranan Bank Indonesia tersebut tidak sempat
berjalan secara maksimal karena keadaan negara sendiri yang tidak stabil yang
disebabkan oleh berbagai faktor terutama kekacauan politik yang terjadi pada
kurun waktu antara tahun 1953-1966. Sehingga peranan tersebut tidak selamanya
dapat memajukan perekonomian Indonesia. Hal ini lah yang menarik peneliti
untuk meneliti lebih dalam mengenai peranan-peranan Bank Indonesia dalam
kehidupan ekonomi Indonesia dalam kurun waktu antara tahun1953 sampai
dengan 1966.
Sejak didirikannya Bank Indonesia tahun 1953 sampai tahun 1966, Bank
delapan kali. Dinamika pergantian Gubernur Bank Indonesia ini telah
berpengaruh pada kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia mengenai
perekonomian Indonesia khususnya dalam mengatasi krisis ekonomi. Hal yang
paling disoroti dalam hal ini yaitu pada saat Bank Indonesia dipimpin oleh Mr.
Sjafruddin Prawiranegara selaku Gubernur pertama Bank Indonesia yang
memimpin selama lima tahun.
Ketertarikan lain dalam hal ini yaitu ketika Teuku Yusuf Muda Dalam
diangkat sebagai Gubernur Bank Indonesia periode 1963-1964, 1964-1965 dan
1965-1966. Pada tahun 1963-1964 terjadi perubahan yang penting, yaitu ketika
Gubernur Bank Indonesia yakni Teuku Yusuf Muda Dalam ditetapkan pula
sebagai anggota kabinet dengan sebutan Menteri Urusan Bank Sentral. Sehingga
dalam hal ini terjadi dualisme jabatan pada Gubernur Bank Indonesia. Dengan
perubahan tersebut, apakah akan terjadi kemungkinan perubahan kebijakan yang
dikeluarkan Bank Indonesia terhadap perekonomian Indonesia atau sama sekali
tidak berpengaruh. Hal inilah yang menarik penulis untuk mengkajinya dalam
penelitian ini.
Setelah De Javasche Bank berubah menjadi Bank Indonesia banyak tugas
dan fungsi yang harus dilaksanakan Bank Indonesia sebagai bank sentral di
Indonesia. Oleh karena itu Bank Indonesia sudah sewajarnya memiliki peranan
penting dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Fungsi dan peranan Bank
Indonesia sebagai bank sentral Indonesia dapat dijalankan setelah disahkannya
Undang-Undang No. 11 tanggal 19 Mei 1953 yang mengatur tugas pokok Bank
Dalam Undang-Undang Pokok Bank Indonesia Tahun 1953, khususnya
pada pasal 7, Bank Indonesia sebagai bank sentral ditugasi terutama untuk
menjaga stabilitas mata uang, menyelenggarakan peredaran uang, memajukan
sistem perbankan serta mengawasi kegiatan perbankan dan perkreditan. Sekalipun
demikian Bank Indonesia ternyata masih melanjutkan dan mewarisi sebagian kecil
fungsi dan peranan De Javasche Bank sebagai bank umum dan bank devisa, yang
memang tidak bijaksana jika dilepas begitu saja. Pasal 7 yang mengandung
konsep bank sentral dalam arti modern tersebut memberikan ciri khusus Bank
Indonesia sebagai bank sentral dalam konteks negara yang sedang membangun
(Rahardjo, 2005:4).
Seluruh tugas dan peran Bank Indonesia sendiri sebenarnya dipaparkan
dalam Undang-Undang pokok Bank Indonesia, termasuk pada pasal 7 tersebut.
Lalu timbullah pertanyaaan disini yaitu apakah dalam kenyataannya Bank
Indonesia memang telah menjalankan peran dan tugasnya sesuai dengan yang
telah dituliskan dalam Undang-undang. Karena jika melihat kondisi perekonomian
pada tahun-tahun 1950-an sampai tahun 1960-an keadaan perekonomian
Indonesia dapat dikatakan berada dalam keadaan yang tidak stabil yang
disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya karena ketidakstabilan politik.
Karena antara kehidupan politik dan kehidupan ekonomi dalam suatu bangsa itu
seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.
Ketidakstabilan politik yang terjadi di Indonesia terutama pada kisaran
tahun 1953-1966 dapat dikatakan sebagai sebuah dinamika yang terus terjadi
kembali pengaruhnya terhadap masyarakat Indonesia pada tahun 1955 dimana
pada saat itu PKI meraih suara tinggi dalam Pemilihan Umum 1955 yang tentu
saja banyak ditentang oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Pertentangan itu
terlihat sejak tahun 1955 sampai meletusnya Gerakan 30 September 1965.
Pergolakan politik tersebut tentu saja berpengaruh pula pada kehidupan ekonomi
Indonesia. Sehingga menimbulkan sebuah spekulasi, sampai sejauh mana peranan
Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam perekonomian Indonesia.
Selain itu, permasalahan ekonomi Indonesia menjadi menarik pada saat
Mohammad Hatta selaku wakil presiden mundur dari jabatannya pada tahun 1956.
Mohammad Hatta merupakan ahli ekonomi yang bijaksana dalam mengambil
setiap keputusan, yang bisa dikatakan sebagai pelengkap dari Presiden Soekarno
dalam memimpin negara Indonesia. Karena seperti yang kita ketahui bahwa
Presiden Soekarno dikenal sebagai penggagas politik yang bijaksana maka dari itu
Presiden Soekarno memerlukan pasangan politik yang dapat pula mengatasi
kehidupan ekonomi bangsa yang dipimpinnya. Mohammad Hatta dianggap
sebagai pasangan yang tepat untuk Presiden Soekarno agar kehidupan politik dan
ekonomi Indonesia dapat seimbang.
Lalu bagaimanakah perjalanan perekonomian Indonesia setelah
Mohammad Hatta memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya.
Mungkin hal ini pula yang menjadi pemicu terjadinya krisis ekonomi di Indonesia
karena setelah itu Presiden Soekarno terlihat lebih mementingkan kehidupan
politik Indonesia saja. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya keterampilan
peranan Bank Indonesia setelah Mohammad Hatta turun dari jabatannya. Apakah
hal ini turut mempengaruhi pada kinerja Bank Indonesia ataukah tidak
berpengaruh sama sekali.
Dari uraian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam peranan
Bank Indonesia terhadap kehidupan perekonomian Indonesia antara tahun
1953-1966 ketika Bank Indonesia didirikan setelah dinasionalisasikan dari De Javasche
bank hingga berakhirnya masa pemerintahan Soekarno. Adapun alasan pemilihan
tahun pada penelitian ini lebih ditujukan pada keinginan penulis untuk melakukan
perbandingan antara kedua periode yang ada diantara tahun 1953-1966 yaitu masa
Demokrasi Liberal oleh para kabinet dan masa Demokrasi Terpimpin oleh
Presiden Soekarno. Kedua periode tersebut memiliki karakteristik berdeda, oleh
karena itu setiap kebijakan yang dikeluarkan pun akan berbeda pada setiap
pemerintahan dalam mengatasi krisis ekonomi. Tahun 1953 penulis jadikan
patokan karena pada tahun tersebut Bank Indonesia telah sah menjadi Bank
Sentral sebagai hasil dari nasionalisasi De Javasche Bank. Sedangkan akhir dari
penelitian, penulis mengambil angka tahun 1966 karena pada masa itu berakhirlah
masa Demokrasi Terpimpin yang menandai juga berakhirnya masa pemerintahan
Soekarno. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka penulis mengambil judul
“ Peranan Bank Indonesia dalam Kehidupan Ekonomi Indonesia Tahun 1953
1.2Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, terdapat satu permasalahan pokok
yang menjadi kajian penulisan skripsi ini yaitu: “Bagaimana peranan Bank
Indonesia dalam upaya mengembangkan perekonomian Indonesia khususnya pada
tahun 1953-1966?”
Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti merumuskan
permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:
1. Bagaimana latar belakang berdirinya Bank Indonesia?
2. Bagaimana perkembangan Bank Indonesia pada tahun 1953-1966?
3. Bagaimana kedudukan Bank Indonesia dalam sistem ekonomi Indonesia
pada tahun 1953-1966?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan hal utama yang meyebabkan seseorang melakukan
tindakan. Begitupun dalam penulisan ini penulis memeiliki tujuan tertentu.
Adapun tujuan yang hendak penulis capai dalam penelitian ini antara lain:
1. Mendeskripsikan latar belakang berdirinya Bank Indonesia dengan
melihat kondisi sosial-politik Indonesia pada tahun 1945-1953 serta
kondisi ekonomi masyarakat Indonesia pada tahun 1945-1953.
2. Menguraikan perkembangan Bank Indonesia pada tahun 1953-1966
yang meliputi aspek fungsi dan tugas Bank Indonesia, struktur
3. Menganalisis kedudukan Bank Indonesia sistem ekonomi Indonesia
yang meliputi aspek kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan serta
usaha-usaha yang dilakukan dalam mengembangkan perekonomian Indonesia
tahun 1953-1966 yaitu kebijakan moneter dan kebijakan ekspor-impor
Bank Indonesia serta menganalisis dampaknya pada perekonomian
Indonesia tahun 1953-1966.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
Bagi penulis sendiri, penulis berharap agar penulisan ini dapat menambah
wawasan penulis mengenai sejarah ekonomi Indonesia dan dapat menjadi karya
terbaik penulis dalam menempuh jenjang sarjana muda di Jurusan Pendidikan
Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia. Dari sisi kesejarahan, penulis berharap
agar penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai peranan Bank Indonesia
dalam kehidupan ekonomi Indonesia pada tahun 1953-1966 bagi masyarakat luas
pada umumnya dan para akademisi khususnya. Secara umum penulis berharap
bahwa dengan adanya tulisan ini dapat memperkaya khazanah kepustakaan
mengenai sejarah ekonomi Indonesia.
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi kontribusi pada
pembelajaran sejarah di sekolah khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas
karena sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) kelas
XII program IPS semester II yaitu dengan SK menganalisis perjuangan bangsa
perkembangan politik dan ekonomi serta perubahan masyarakat di Indonesia
dalam upaya mengisi kemerdekaan dan SKKD kelas XI program IPA semester II
serta kelas XII program Bahasa semester I dengan SK merekontruksi perjuangan
bangsa Indonesia sejak masa Proklamasi hingga lahirnya Orde Baru dan KD
merekontruksi perkembangan masyarakat Indonesia sejak Proklamasi hingga
Demokrasi Terpimpin.
Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam penelitian ini ialah nilai
nasionalisme, cinta tanah air, patriotisme, saling menghormati dan menghargai.
Nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai pembentuk suatu karakter seseorang.
Nilai-nilai tersebut dapat dikembangkan di persekolahan melalui suatu pelajaran
yang diikuti oleh setiap siswa. Dengan mempelajari dan memahami tema dari
penelitian ini di setiap sekolah maka penulis berharap bahwa nilai-nilai
berkarakter yang terkandung dari materi penelitian ini dapat dikembangkan oleh
siswa.
1.5Metode dan Teknik Penelitian
1.5.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis atau
metode sejarah. Metode historis adalah suatu usaha untuk mempelajari dan
mengenali fakta-fakta serta menyusun kesimpulan mengenai peristiwa masa
lampau. Dalam penelitian ini dituntut menemukan fakta, menilai dan manafsirkan
fakta-fakta yang diperoleh secara sistematis dan objektif untuk memahami masa
proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa
lampau (Gottschalk, 2008: 39).
Adapun langkah-langkah yang penulis gunakan dalam melakukan
penelitian sejarah ini sebagaimana dijelaskan oleh Ismaun (2005: 48-50).
1. Heuristik (Pengumpulan Sumber-sumber Sejarah)
Di dalam heuristik, penulis mencoba mencari dan mengumpulkan
sumber-sumber yang berkaitan dan sesuai dengan masalah yang diangkat oleh penulis.
Sumber-sumber tersebut hanya berasal dari sumber buku dan hasil browsing
internet. Sumber primer yang penulis gunakan ialah sumber yang berasal dari
laporan-laporan keuangan Bank Indonesia dan arsip lainnya seperti
Undang-Undang Bank Indonesia dan Surat Keputusan pemerintah. Sedangkan sumber
sekunder yang penulis gunakan ialah berupa sumber-sumber literature yakni
buku-buku yang berkaitan mengenai masalah yang penulis angkat yaitu mengenai
peranan Bank Indonesia dalam kehidupan ekonomi Indonesia tahun 1953-1966.
2. Kritik (Menilai Sumber Sejarah)
Setelah tahap mencari dan mengumpulkan sumber, berikutnya penulis
melakukan kritik atas sumber, yaitu memilah dan menyaring keotentikan
sumber-sumber yang telah ditemukan. Pada tahap ini penulis melakukan pengkajian
terhadap fakta-fakta yang terdapat dalam sumber-sumber yang didapat untuk
mendapatkan kebenaran sumber.
3. Interpretasi (Menafsirkan Sumber Sejarah)
Tahap yang ketiga adalah interpretasi, dalam tahap ini penulis melakukan
kritik sumber dengan cara menghubungkan satu fakta dengan yang lainnya
sehingga didapatkan gambaran yang jelas tentang Peranan Bank Indonesia
terhadap kehidupan ekonomi Indonesia tahun 1953-1966. Di dalam Interpretasi
juga terdapat eksplanasi yaitu penjelasan.
4. Historiografi (Penulisan Sejarah)
Tahap terakhir dalam metode historis adalah historiografi, yakni
menyajikan hasil temuan pada tiga tahapan sebelumnya dengan cara menyusun
dalam bentuk tulisan dengan gaya bahasa yang sederhana dan menggunakan tata
bahasa penulisan yang baik dan benar.
1.5.2 Teknik Penelitian
Adapun teknik penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah dengan
memakai studi dokumentasi dan studi literatur. Studi literatur merupakan teknik
yang digunakan oleh penulis dengan membaca berbagai sumber buku dan mencari
sumber lewat browsing internet yang berkaitan dengan tema penelitian, serta
mengkaji sumber lain berupa dokumen seperti arsip yang mendukung penulisan
skripsi ini. Setelah sumber-sumber ditemukan, dianalisis, ditafsirkan kemudian
dituangkan dalam bentuk tulisan yang ilmiah sesuai dengan kaidah penulisan yang
berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia (Ismaun, 2005: 125-131). Dalam
upaya mengumpulkan bahan untuk keperluan penyusunan skripsi, penulis
melakukan teknik penelitian dengan menggunakan studi literatur, teknik ini
1.6Sistematika Penelitian
Adapun sistematika dalam penulisan karya ilmiah yang akan dilakukan
oleh penulis adalah :
BAB I Pendahuluan, bab ini berisi ringkasan secara rinci mengenai latar
belakang penulisan yang menjadi alasan penulis sehingga merasa tertarik untuk
mengkaji dan melakukan penelitian mengenai peranan Bank Indonesia dalam
kehidupan ekonomi Indonesia yang ditujukan sebagai bahan penulisan skripsi,
rumusan dan pembatasan masalah yang diuraikan menjadi beberapa pertanyaan
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan dalam
penyusunan skripsi.
BAB II Tinjauan Pustaka, di dalam bab ini dijelaskan secara terperinci
mengenai materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan-permasalahan
penelitian yaitu materi yang berkaitan dengan peranan Bank Indonesia dalam kehidupan
ekonomi Indonesia tahun 1953-1966. Penjelasan materi-materi tersebut adalah berupa
informasi-informasi yang diperoleh dari hasil kajian pustaka. Dari hasil kajian pustaka ini
dipaparkan beberapa konsep. Konsep-konsep yang dikembangkan dalam bab ini adalah
konsep-konsep yang relevan dengan bahan penelitian yang dilakukan.
BAB III Metodologi Penelitian, di dalam bab ini diuraikan mengenai metode
penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian. Penulis menguraikan
tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menyelesaikan penelitian yang berisi langkah-langkah
penelitian, dimulai dari persiapan sampai langkah terakhir dalam menyelesaikan
penelitian ini. Pada tahap ini penulis melakukan langkah-langkah penelitian sejarah yang
meliputi heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi mengenai peranan Bank Indonesia
BAB IV Bank Indonesia dan Perkembangan Ekonomi Indonesia Tahun
1953-1966, dalam bab ini berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang berisi
mengenai seluruh informasi dan data-data yang diperoleh penulis tentang peranan Bank
Indonesia dalam kehidupan ekonomi Indonesia melalui penelitian yang telah dilakukan.
Pemaparan dalam bab ini berupa hasil penelitian yang diuraikan dalam bentuk uraian
deskriptif yang bertujuan agar semua keterangan yang diperoleh dalam bab hasil
penelitian dan pembahasan ini dapat dijelaskan secara rinci. Dalam bab ini juga
ditemukan jawaban-jawaban dari permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam
rumusan masalah. Adapun pemaparan dalam tahap ini antara lain: Pertama, mengenai
latar belakang berdirinya Bank Indonesia yang mencakup proses penasionalisasian De
Javasche Bank hingga menjadi Bank Indonesia. Kedua, mengenai perkembangan Bank
Indonesia pada tahun 1953-1966. Ketiga, mengenai keterlibatan Bank Indonesia terhadap
pertumbuhan perekonomian di Indonesia pada tahun 1953-1966 yang mencakup kondisi
perekonomian Indonesia pada tahun 1953-1966 dan peranan Bank Indonesia sendiri
dalam permasalahan ekonomi yang dihadapi Indonesia pada tahun 1953-1966.
BAB V Kesimpulan, bab ini merupakan pembahasan terakhir dimana
penulis memberikan suatu kesimpulan dari hasil interpretasi terhadap kajian yang
menjadi bahan penelitian. Interpretasi penulis ini disertai dengan analisis penulis
dalam membuat kesimpulan atas jawaban-jawaban dari
permasalahan-permasalahan yang dirumuskan dalam suatu rumusan masalah. Selain itu, bab ini
juga berisi saran dari penulis kepada pihak yang terkait dalam penelitian ini.
Terutama pada pihak Bank Indonesia yang penulis jadikan sebagai objek
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini merupakan pemaparan mengenai metodologi penelitian yang
digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan
penyusunan skripsi ini. Metode penelitian adalah prosedur, teknik atau cara-cara yang
digunakan suatu penyelidikan (Sjamsuddin, 2007: 15). Metode penelitian yang
digunakan oleh peneliti mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga penulisan laporan
penelitian.
Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul Peranan Bank
Indonesia dalam Kehidupan Ekonomi di Indonesia Tahun 1953-1966 adalah metode
historis dengan menggunakan teknik studi literatur. Metode historis adalah proses
menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau
(Gosttchlak, 2008: 39). Begitupula pengertian metode historis menurut Ismaun (2005:
48-50) yaitu metode yang digunakan oleh para sejarawan untuk merekontruksi masa
lalu. Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian sejarah
merupakan suatu metode yang tepat digunakan untuk mengkaji suatu peristiwa atau
permasalahan secara empirik, deskriptif, dan analisis. Ketiga aspek tersebut
merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena dalam hal ini, penulisan
sejarah tidak hanya mengungkapkan suatu peristiwa secara kronologis, melainkan
masa lampau untuk kemudian dapat dianalisis dan ditarik sebuah kesimpulan
mengenai peristiwa tersebut. Penggunaan metode historis karena berkenaan dengan
data-data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yang berasal dari masa lampau.
Di dalam metode historis terdapat empat langkah penting, seperti yang
dikemukakan oleh Ismaun (2005: 48-50) antara lain:
1. Heuristik yaitu proses pengumpulan sumber-sumber sejarah.
2. Kritik yaitu proses memberi penilaian atas kelayakan sumber.
3. Interpretasi yaitu proses memberikan penafsiran atas fakta-fakta yang
ditemukan
4. Historiografi yaitu proses penulisan sejarah.
Sementara itu Sjamsuddin (2007: 89) mengemukakan bahwa terdapat enam
langkah yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah, yaitu:
1. Memilih salah satu topik yang sesuai
2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik
3. Membuat catatan yang dianggap penting dan relevan dengan topik
4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik
sumber)
5. Menyusun hasil-hasil penelitian ke dalam suatu pola yang benar yaitu
sistematika tertentu yang telah ditentukan sebelumnya
6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan
Sedangkan menurut Sukardi (2003: 206), langkah-langkah penelitian sejarah
pada umumnya mencakup beberapa langkah penting, seperti berikut:
1. Menentukan permasalahan penelitian
2. Menyatakan tujuan penelitian
3. Mengumpulkan data termasuk di dalamnya menetapkan populasi, besarnya
sampel dan metode pengumpulan data
4. Evaluasi data dengan menggunakan kritik internal dan eksternal
5. Melaporkan hasil penelitian
Pendekatan historis yang dipilih oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini
didukung pula dengan penggunaan pendekatan interdisipliner. Pendekatan
interdisipliner adalah pendekatan yang menggunakan satu disiplin ilmu yang
dominan, yang ditunjang atau dilengkapi oleh ilmu-ilmu sosial lainnya sebagai
pelengkap, sehingga dalam hal ini sejarah menggunakan konsep-konsep ilmu sosial
sebagai alat analisisnya (Sjamsuddin, 2008: 306)
Beberapa konsep dari ilmu-ilmu sosial lain seperti sosiologi, politik dan
ekonomi penulis gunakan untuk mengkaji mengenai permasalahan dalam skripsi ini
baik dalam memperkuat analisis, serta untuk memperjelas dalam memahami
fenomena sejarah yang akan dijelaskan. Penggunaan konsep-konsep ilmu sosial lain
seperti sejarah, memungkinkan suatu masalah dapat dilihat dari berbagai dimensi,
sehingga permasalahan tentang masalah tersebut baik keleluasaan maupun
Selanjutnya, langkah-langkah penelitian tersebut penulis bagi ke dalam tiga
bagian pembahasan, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan laporan
penelitian.
3.1 Persiapan Penelitian
Tahapan ini merupakan kegiatan awal bagi penulis untuk melakukan
penelitian. Kegiatan ini dimulai dengan penentuan metode dan teknik pengumpulan
data yang akan digunakan selama penelitian. Metode yang digunakan adalah metode
historis dengan menggunakan teknik penelitian studi literatur. Adapun
langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti pada tahap ini adalah sebagai berikut:
3.1.1. Pemilihan dan Pengajuan Tema Penelitian
Langkah awal yang dilakukan oleh penulis sebelum melakukan penelitian
adalah menentukan tema atau memilih topik penelitian. Proses pemilihan tema
dilakukan setelah peneliti membaca berbagai literature sejarah dengan mengunjungi
berbagai perpustakaan. Sehingga kemudian pada akhirnya peneliti memilih kajian
mengenai Sejarah Nasional Indonesia yang dapat difokuskan ke dalam rumpun tema
sejarah ekonomi yaitu mengenai Nasionalisasi De Javasche Bank Menjadi Bank
Indonesia dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Ekonomi Indonesia Tahun
1951-1965.
Sosial Universitas Pendidikan Indonesia sebagai judul skripsi yaitu Peranan Bank
Indonesia dalam Kehidupan Ekonomi di Indonesia Tahun 1953-1966. Judul tersebut
kemudian disetujui oleh TPPS dan penulis mulai menyusun rancangan penelitian
dalam bentuk proposal.
3.1.2. Penyusunan Rancangan Penelitian
Penyusunan rancangan penelitian merupakan tahap kedua yang harus
dilaksanakan setelah mengajukan tema penelitian. Rancangan penelitian yang berupa
proposal penelitian, kemudian diserahkan kepada TPPS untuk dipresentasikan dalam
seminar, namun sebelum serahkan terlebih dahulu harus dibicarakan dengan ketua
TPPS yaitu Bapak Drs. Ayi Budi Santosa, M. Si. Setelah proposal tersebut
mendapatkan persetujan, maka pengesahan untuk penyusunan skripsi ini dikeluarkan
melalui surat keputusan (SK) Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan
sekaligus penentuan calon pembimbing I dan Pembimbing II. Pada dasarnya
sistematika dari proposal penelitian ini memuat judul penelitian, latar belakang
masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, serta pembahasan
tinjauan pustaka yang didalamnya berisi daftar literatur dan konsep-konsep penting
ayng digunakan oleh penulis dalam pembahasan masalah, dan juga dipaparkan secara
singkat mengenai metodologi penelitian dan yang terakhir adalah sistematika
penulisan.
Surat Keputusan No. 054/TPPS/JPS/2011. judul skripsi yang disetujui adalah
“Peranan Bank Indonesia dalam Kehidupan Ekonomi Indonesia Tahun 1953-1966.
Surat keputusan dan seminar yang diselenggarakan, selanjutnya menentukan pula
pembimbing I dan II, yaitu Bapak Didin Saripudin, M.Si. Ph.D sebagai pembimbing I
dan Ibu Dra. Lely Yulifar, M. Pd sebagai pembimbing II.
3.1.3. Mengurus Perijinan
Tahapan ini dilakukan untuk memudahkan dan memperlancar penulis dalam
melakukan penelitian dan mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan dalam kajian
skripsi ini, sebagai bukti bahwa peneliti tercatat sebagai bagian dari civitas
akademika Universitas Pendidikan Indonesia. Terlebih dahulu, peneliti memilih dan
menentukan lembaga atau instansi yang dapat memberikan konstribusi terhadap
penelitian ini. Setelah itu, peneliti mengurus surat perijinannya ke Jurusan Pendidikan
Sejarah yang kemudian diserahkan kepada Bagian FPIPS agar diperoleh ijin dari
Dekan FPIPS. Adapun surat perijinan tersebut diantaranya ditujukan kepada pihak
Bank Indonesia.
3.1.4. Proses Bimbingan
Pada tahap ini, penulis mulai melaksanakan proses bimbingan, baik dengan
pembimbing I maupun dengan pembimbing II. Proses bimbingan dilakukan melalui
yang baik antara penulis dan pihak pembimbing berkenaan dengan permasalahan
dalam penyusunan skripsi ini. Manfaat dari adanya proses bimbingan ini adalah untuk
memberikan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi melalui saran ataupun
kritikan bagi penulis.
Proses bimbingan dilakukan secara berkesinambungan dan bersifat bebas,
pada setiap pertemuan membahas satu atau dua bab yang diajukan. Bimbingan
dilakukan secara berkesinambungan mulai dari BAB I, BAB II, BAB III, BAB IV
hingga BAB V. dengan demikian, akan terjalin suatu penyusunan skripsi yang baik
berdasarkan hasil komunikasi atau diskusi antara penulis dan pembimbing mengenai
kekuarangan setiap babnya dalam skripsi.
3.2. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian merupakan faktor terpenting dari proses penyusunan
skripsi ini, terdapat serangkaian langkah-langkah yang harus dilakukan berdasarkan
metode historis. Langkah-langkah tersebut dibagi kedalam beberapa bagian yaitu
sebagai berikut:
3.2.1. Heuristik (Pengumpulan sumber)
Langkah pertama yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian ini
ialah dengan melakukan heuristik. Langkah heuristik yang dilakukan oleh penulis
penelitian ini. Sumber-sumber sejarah (historical sources) merupakan segala sesuatu
yang langsung atau tidak langsung menceritakan pada kita mengenai suatu kenyataan
atau kegiatan manusia pada masa lampau (past actually). Secara garis besar, sumber
sejarah dapat diklasifikasikan kedalam beberapa kategori, diantaranya pertama,
peninggalan-peninggalan (relics atau remain) dan kedua, catatan-catatan (record)
yang terbagi kedalam bentuk tulisan dan lisan (Sjamsuddin, 2007: 97).
Pada tahap heuristik ini peneliti mencari sumber-sumber literatur berupa
buku-buku dan arsip-arsip yang telah dibukukan dengan cara mengunjungi
perpustakaan, karena perpustakaan merupakan tempat yang paling cocok untuk
menemukan apa yang penulis butuhkan atau cari berupa sumber-sumber yang relevan
dengan permasalahan yang dikaji. Perpustakaan yang dikunjungi oleh penulis antara
lain, Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Perpustakaan Daerah
Jawa Barat, Perpustakaan Bank Indonesia cabang Bandung, Perpustakaan Batu Api
Jatinangor, Perpustakaan Universitas Padjajaran (UNPAD).
Dari kunjungan ke perpustakaan di atas diperoleh beberapa buku yang
selanjutnya terdapat dalam daftar pustaka. Sebagian dari buku itu antara lain Sejarah
Kebijakan Moneter Indonesia Jilid I: 1945-1958 karya Oey Beng To (1991), Sejarah
Bank Indonesia Periode I: 1945-1959 Bank Indonesia pada masa Perjuangan
Kemerdekaan Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia(2005), Sejarah Bank
Indonesia Periode II: 1959-1966 Bank Indonesia pada masa Ekonomi Terpimpin
yang penulis peroleh diantaranya ialah laporan-laporan tahunan Bank Indonesia yang
dikeluarkan tiap tahunnya yang penulis batasi dari tahun 1953-1966, selain itu
Undang-Undang yang mengatur tentang Bank Indonesia pun akan penulis kaji dalam
penelitian ini.
Buku-buku dan arsip-arsip yang peneliti dapatkan di atas sebagian besar
sudah menggunakan bahasa Indonesia sehingga lebih mudah dipahami isinya. Setelah
memahami isi buku tersebut, penulis mencoba menganalisis dan membandingkannya
dengan buku lain yang akan penulis lakukan dalam tahap berikutnya.
3.2.2. Kritik Sumber
Setelah melakukan kegiatan pengumpulan sumber, tahap selanjutnya yang
dilakukan oleh penulis adalah melaksanakan tahap kritik sumber baik eksternal
maupun internal. Proses kritik sumber dilakukan oleh penulis setelah penulis
melakukan pengumpulan sumber-sumber yang berkaitan dengan tema penelitian.
Tujuan dari kegiatan kritik sumber ini adalah untuk menguji kebenaran dan ketepatan
dari sumber tersebut, menyaring sumber-sumber sehingga diperoleh fakta-fakta yang
sesuai dengan kajian skripsi ini dan membedakan sumber-sumber yang benar atau
yang meragukan. Proses awal kritik sumber yang dilakukan oleh penulis ialah dengan
cara mengkaji terlebih dahulu sumber-sumber yang telah dikumpulkan apakah
Dalam metode sejarah, kritik sumber dibagi menjadi dua macam yaitu kritik
eksternal dan kritik eksternal dan kritik internal. Adapun kritik yang dilakukan oleh
penulis adalah sebagai berikut:
Kritik Eksternal
Langkah penulis dalam melakukan kritik eksternal terbagi dalam dua kategori
yaitu kategori penulis sumber dan karakteristik sumber. Kategori penulis
dimaksudkan untuk mengetahui latar belakang penulis sumber apakah ia seorang
yang ahli dalam bidangnya atau bukan dalam hal ini yang dimaksud ialah sejarawan
atau pakar ekonomi, kategori kedua, karakteristik sumber dimaksudkan untuk
membedakan dan mengelompokkan berbagai sumber yang diperoleh, sumber yang
penulis pilih ialah sumber yang berkaitan langsung dengan tema penelitian dan yang
berhubungan dengan tema penelitian.
Dalam melakukan kritik eksternal terhadap sumber-sumber tertulis yang
berupa buku-buku, penulis tidak melakukan kritik secara ketat dengan pertimbangan
bahwa buku-buku yang peneliti pakai merupakan buku-buku hasil cetakan yang
didalamnya memuat nama penulis, penerbit, tahun terbit, dan tempat dimana buku
tersebut diterbitkan. Kriteria tersebut dapat dianggap sebagai suatu jenis
pertanggungjawaban atas buku yang telah diterbitkan. Pertama yang dilakukan ilah
melihat judulbuku dan isi pembahasan buku, selanjutnya penulis melihat tahun
Penulis memilih buku yang tahu terbitnya mendekati tahun-tahun penelitian
agar kondisi yang tergambarkan dalam buku sesuai dengan penelitian penulis. Karena
penulis mengalami kesulitan dalam pencarian buku yang menggambarkan kondisi
perekonomian secara spesifik pada masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi
Terpimpin. Oleh karena itu untuk menggambarkan kondisi perekonomiannya penulis
gunakan arsip berupa laporan tahunan Bank Indonesia. Penulis juga mencoba
melakukan kritik eksternal terhadap pengarang buku. Penulis lebih memilih buku
yang akan dijadikan sebagai referensi utama yaitu buku yang dikarang oleh para
ekonom (ahli ekonomi) dan para sejarawan yang memang ahli dalam kajiannya. Cara
penulis melakukan kritik pada tahap ini dengan melihat daftar riwayat hidup penulis.
Contohnya penulis menggunakan buku karya M. Dawam Rahardjo yang berjudul
Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah Bangsa karena pengarang dari buku ini
menurut penulis memang ahli dalam bidangnya dalam mengkaji Bank Indonesia da
telah banyak mengkaji tentang perekonomian Indonesia. Buku ini diterbitkan pada
tahun 1995, oleh karena itu menurut penulis sudah sesuai untuk mengkaji penelitian
ini karena dibuat dalam jangka waktu yang cukup panjang dengan tahun penelitian
sehingga sudah terdapat analisis-analisis dan fakta terbaru didalamnya
Selain buku di atas, penulis juga melakukan kritik eksternal terhadap buku
yag diterbitkan oleh Bank Indonesia yang berjudul Bank Indonesia: Bank Sentral
Republik Indonesia Tinjauan Kelembagaan, Kebijakan, dan Organisasi. Buku ini
mengenai sejarah kelmbagaan, kebijakan dan organisasi Bank Indonesia yang juga
dikaji dalam penelitian ini. Tahun pembuatan buku ini ialah taun 2003 dimana
didalamnya mencakup tentang tahun penelitian yang akan dikaji. Menurut penulis
buku ini juga sudah cukup objektif dalam menggambarkan perkembangan Bank
Indonesia.
Buku selanjutnya yang mendapat kritik eksternal dari penulis ialah buku karya
Oey Beng To yang berjudul Sejarah Kebijakan Moneter Indonesia. Oey Beng To
merupakan mantan direktur Bank Indonesia sehingga dapat dikatakan sebagai saksi
sejarah yang pernah menyaksikan langsung peran dari Bank Indonesia pada masa
Dmokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin. Buku ini juga membahas mengenai
kehidupan perekonomian Indonesia pada masa Demokrasi Liberal yang merupakan
kajian dari penelitian penulis. Menurut penulis, tahun pembuatan dari buku ini juga
telah sesuai dan cukup objektif dalam menggambarkan perekonomian Indonesia.
Buku selanjutnya ialah buku yang ditulis langsung oleh Mohammad Hatta
yang berjudul Ekonomi Terpimpin. Buku ini diterbitkan pada tahun 1960, dikeluarkan
tidak lama setelah konsep ekonomi terpimpin presiden Soekarno dikeluarkan. Kritik
eksternal yang penulis lakukan terhadap buku ini ialah dalam segi kondisi fisik buku
karena buku ini telah cukup lama dikeluarkan. Kertas yag digunakan ialah kertas
buram dan ejaan yang digunakan pun ialah ejaan lama. Buku ini membahas mengenai
konsep ekonomi terpimpin yang didalamnya terkandung hasil analisis dan interpretasi
Selain itu penulis juga merasa perlu untuk melakukan kritik eksternal terhadap
sumber tertulis yang berupa arsip-arsip, dengan tujuan untuk meneliti atas asal-usul
dari sumber tersebut, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri
untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah
pada suatu waktu sejak asal muasalnya sumber itu telah diubah oleh orang-orang
tertentu atau tidak (Sjamsuddin, 2007: 138). Namun, kritik eksternal terhadap
arsip-arsip ini pun tidak secara ketat dilakukan oleh peneliti karena telah ada lembaga resmi
ataupun perpustakaan yang telah melakukan kritik. Arsip yang penulis gunakan
sebagai sumber utama ialah Laporan Bank Indonesia. Laporan tahunan Bank
Indonesia yang penulis gunakan disini penulis dapatkan di perpustakaan Bank
Indonesia dan Museum Bank Indonesia yang dapat menjamin keabsahannya. Dalam
kritik eksternal terhadap laporan tahunan Bank Indonesia, penulis hanya mengamati
kondisi fisik dari arsip tersebut diantaranya dari segi keutuhan laporan dan tahun
pembuatan laporan. Arsip yang penulis temukan dan gunakan ialah laporan tahunan
Bank Indonesia yang merupakan salinan (copian) dari laporan yang asli yang
sekarang disimpan di Bank Indonesia pusat, Jakarta. Tujuan dari kegiatan kritik
eksternal ini ialah untuk melakukan pengujian terhadap aspek-aspek luar dari
sumber sejarah yang digunakan. Kegiatan ini berhubungan dengan otentitas atau
Kritik Internal
Kritik internal dilakukan oleh penulis dengan cara membaca keseluruhan isi
sumber kemudian membandingkan dengan sumber lainnya, sedangkan untuk sumber
tertulis berupa arsip-arsip, tidak dilakukan kritik dengan anggapan bahwa telah ada
lembaga yang berwenang untuk melakukannya. Fakta-fakta yang diperoleh oleh
penulis dalam melakukan kritik internal antara lain mengenai latar belakang
berdirinya Bank Indonesia yang meliputi kondisi sosial masyarakat Indonesia dan
kondisi perekonomian Indonesia sejak tahun 1953-1966, perkembangan Bank
Indonesia yang meliputi modal awal, struktur organisasi, serta perkembangan
kantor-kantor cabang Bank Indonesia. Terakhir yaitu mengenai perkembangan ekonomi
Indonesia dengan melihat perdagangan ekspor-impor.
Dalam tahap kritik internal pun penulis mencoba melakukan upaya
membandingkan buku-buku yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji penelitian
ini, guna mendapatkan kebenaran yang dapat dipertahankan. Misalnya, penulis
mencoba membandingakan dua buku yang isinya membahas mengenai perekonomian
Indonesia pada tahun 1953-1966. Kedua buku yang akan penulis bandingkan disini
ialah buku karya Tulus T. H. Tambunan (2009) yang berjudul Perekonomian
Indonesia dan buku yang disunting oleh Hadi Soesastro, dkk (2005) yang berjudul
Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir
Jilid 1 (1945-1959) dan jilid 2 (1959-1966). Kedua buku ini menggambarkan kondisi
keadaan Indonesia yang mengalami hyperinflasi dan defisit pada anggaran belanja
negara.
Hyperinflasi dan defisit itu disebabkan oleh kurangnya pengalaman
pemerintah dalam memanajemen keuangan (sulitnya menerapkan ekonomi nasional),
fasilitas yang hancur dikarenakan pemberontakan yang terjadi,
perusahaan-perusahaan yang belum dinasionalisasikan, utang pihak kolonial yang dibebankan
kepada pemerintah Indonesia sehingga kas negara pun mengalami defisit. Pada
perkembangannya, yang menjadi hambatan dalam mengembangkan perekonomian
Indonesia ialah masalah ekspor-impor. Pada dekade tahun 1960-an, nilai ekspor
Indonesia mengalami penurunan yang sangat drastis dikarenakan turunnya nilai
produksi dalam negeri.
Di dalam kedua buku ini pun dibahas mengenai kebijakan-kebijakan yang
dikeluarkan pemerintah untuk menanggulangi masalah perekonomian Indonesia yang
dihadapi. Kedua buku ini sepakat mengemukakan bahwa kebijakan ekonomi yang
dikeluarkan setiap pemerintah yang berkuasa memiliki karakteristik tersendiri.
Upaya-upaya yang dilakukan mengarah untuk menciptakan ekonomi nasional sesuai
cita-cita bangsa Indonesia. Upaya-upaya tersebut pun mengalami berbagai kendala
baik dari dalam maupun dari luar khususnya dalam bidang politik.
Dalam mengkaji peranan Bank Indonesia dalam perekonomian Indonesia
yang meliputi fungsi dan peranan dari Bank Indonesia, penulis mencoba
berjudul Sejarah Kebijakan Moneter Indonesia Jilid I: 1945-1958. Di dalam kedua
buku ini membahas mengenai fungsi dan peranan Bank Indonesia sebagai bank
sentral yang bertugas untuk membantu permasalahan ekonomi Indonesia. Kedua
buku ini pun sepakat bahwa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank
Indonesia pada masa itu pun sebatas untuk menanggulangi masalah ekonomi moneter
saja. Dalam buku yang berjudul Bank Indonesia Dalam Kilasan Bangsa, peranan
Bank Indonesia dalam perekonomian Indonesia didekskripsikan secara jelas beserta
dengan perkembangan kelembagaan Bank Indonesia. Namun dalam buku yang
berjudul Sejarah Kebijakan Moneter Indonesia Jilid I: 1945-1958, peranan itu tidak
dideskripsikan dalam satu buku tersebut karena buku tersebut lebih menyoroti
mengenai kebijakan-kebijakan moneter yang dikeluarkan pemerintah. Selainkeempat
buku tadi, masih banyak lagi buku-buku yang penulis jadikan rujukan dalam
penelitian ini yang telah mengalami kritikan terlebih dahulu di awal.
Dalam proses kritik internal dengan membandingkan berbagai buku, penulis
mendapatkan hasil bahwa dalam pembahasan di setiap buku yang dibandingkan tidak
ada perbedaan yang mencolok. Perbedaan ditemukan hanya dalam segi kelengkapan
isi buku tersebut. Kelengkapan pembahasan buku tersebut dinilai pada seberapa
dalam pembahasan tersebut mengkaji suatu kajian yang penulis teliti. Adapun tujuan
dilakukannay kritik internal ini ialah untuk menguji aspek “dalam” yaitu isi dari
sumber dengan mengadakan evaluasi terhadap kesaksian/tulisan dan memutuskan
Selain itu, kritik internal yang penulis lakukan terhadap laporan tahunan Bank
Indonesia ialah dengan cara melihat pembahasan yang ada didalam laporan tersebut.
Pembahasan yang dipilih oleh penulis ialah laporan yang memuat mengenai
gambaran tahun 1953-1966 sehingga laporan yang digunakan ialah laporan tahun
1953 sampai 1966. Dengan mengkaji laporan ini penulis mendapatkan gambaran
mengenai kehidupan ekonomi Indonesia dan peranan Bank Indonesia terhadap
perekonomian Indonesia.
3.2.3. Interpretasi (Penafsiran Sumber)
Setelah melakukan kritik sumber, penulis melaksanakan tahap interpretasi.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahapan ini adalah mengolah, menyusun, dan
menafsirkan fakta-fakta yang telah teruji kebenarannya. Kemudian fakta yang telah
diproses dirangkaikan dan dihubungkan satu sama lain sehingga menjadi satu
kesatuan yang selaras dimana peristiwa yang satu dimasukkan ke dalam konteks
peristiwa-peristiwa lain yang melingkupinya (Ismaun, 2005: 38). Dengan kegiatan ini
maka diperoleh suatu gambaran terhadap pokok-pokok permasalahan yang dibahas
dalam penelitian.
Dalam mempertajam analisis terhadap permasalahan yang dikaji serta agar
penulis dapat mengungkapkan suatu peristiwa sejarah secara utuh dan menyeluruh
maka digunakan pendekatan interdisipliner pada tahap interpretasi ini. Pendakatan
disiplin ilmu yang dominan, yaitu ilmu sejarah dengan dibantu oleh disiplin ilmu
sosial lainnya seperti sosiologi dan ekonomi.
Konsep-konsep yang digunakan dari ilmu sosiologi antara lain ialah
mobilisasi penduduk yaitu perpindahan tempat atau kedudukan dengan pola yang
baru, dan perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur
dan fungsi masyarakat. Konsep-konsep dari ilmu ekonomi yang digunakan oleh
penulis antara lain bank yang artinya adalah suatu lembaga keuangan yang usaha
utamanya selaku pemberi kredit atau jasa-jasa dalam lau lintas transaksi keuangan,
pembayaran, dan peredaran uang, kebijakan moneter yang artinya adalah suatu
kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah melalui bank sentral untuk mengatur
besarnya kredit yang tersedia serta uang yang beredar dalam masyarakat. Selanjutnya
ialah inflasi yang artinya kemerosotan nilai uang karena banyaknya dan cepatnya
uang beredar sehingga harga barang naik. Defisit adalah kekurangan dalam anggaran
belanja atau pengeluaran melebihi pendapatan. Konsep dalam teori ekonomi makro
pun, penulis bahas sebagai landasan teori dalam penelitian ini. Teori ekonomi makro
adalah suatu pendekatan ekonomi yang melihat permasalahan ekonomi secara
keseluruhan. Hal ini bertujuan untuk membantu penulis menganalisis mengenai
kondisi sosial ekonomi masyarakat Indonesia serta peranana Bank Indonesia
3.2.4. Historiografi (Penulisan Laporan Penelitian)
Tahapan penulisan dan interpretasi sejarah merupakan dua kegiatan yang
tidak terpisah melainkan bersamaan (Sjamsuddin, 2007: 156). Pada bagian ini penulis
menyajikan hasil temuan-temuan dari sumber-sumber yang telah dikumpulkan,
seleksi, analisis, dan rekontruksi secara analitis dan imajinatif berdasarkan fakta-fakta
yang ditemukan. Hasil rekontruksi tersebut penulis tuangkan melalui penulisan
sejarah atau disebut historiografi. Historiografi merupakan puncak dalam prosedur
penelitian sejarah dan merupakan bagian terakhir dari metode sejarah.
Tahap terakhir dari penelitian skripsi ini adalah melaporkan seluruh hasil
penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya. Dalam tahap ini, seluruh daya pikiran
dikerahkan, bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan
catatan-catatan, tetapi yang terutama adalah penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisis
sehingga menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitian atau penemuan
dalam suatu penulisan utuh yang disebut historiografi (Sjamsuddin, 2007: 156).
Laporan hasil penelitian dituangkan ke dalam bentuk karya ilmiah yang
disebut skripsi. Laporan tersebut disusun secara ilmiah, yakni dengan menggunakan
metode-metode yang telah dirumuskan dan teknik penulisan yang sesuai dengan
pedoman penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas Pendidikan
Indonesia. Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar
sarjana pada Jurusan Pendidikan Sejarah, FPIPS UPI.
BAB II, Tinjauan Pustaka
BAB III, Metodologi Penelitian
BAB IV, Bank Indonesia dan Perkembangan Ekonomi Indonesia Tahun 1953-1966.
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas
permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam bab sebelumnya.
Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang
dibahas, yaitu:
Latar belakang didirikannya Bank Indonesia pada tahun 1953 tidak lepas
dari gambaran kehidupan politik di Indonesia pada saat itu. sebenarnya banyak
faktor yang mempengaruhi didirikannya Bank Indonesia. Faktor yang paling
mempengaruhi ialah faktor politik dan ekonomi. Dari segi politik, salah satu yang
paling penting yang menjadi faktor penyebab pendirian Bank Indonesia ialah
keinginan masyarakat Indonesia untuk merdeka secara seutuhnya.
Sejak dideklarasikannya kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal
17 Agustus 1945 status Indonesia berubah menjadi negara merdeka. Hanya saja
Indonesia belum merdeka sepenuhnya karena Belanda belum mau mengakui
kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu perlu dilakukannya perundingan. Salah
satu perundingan yang dilakukan untuk memerdekakan Indonesia sepenuhnya
ialah Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949 di Den Haag, Belanda. Sehingga
pada tanggal 27 Desember 1949, Indonesia sah menjadi negara yang merdeka
secara de facto dan de jure. Konferensi ini menetapkan De Javasche Bank sebagai
Sebelum dinasionalisasikannya De Javasche Bank menjadi Bank
Indonesia, sebenarnya pemerintah Indonesia telah mendirikan sebuah bank yang
pada awalnya akan ditugasi sebagai bank sentral Indonesia. Bank tersebut ialah
Bank Negara Indonesia 46 (BNI 46) yang didirikan tahun 1946 sebagai peleburan
dari Jajasan Poesat Bank Indonesia yang didirikan tahun 1945. Namun karena
adanya keputusan hasil KMB, BNI 46 dijadikan sebagai bank pembangunan
Indonesia. Didirikannya lembaga-lembaga keuangan ini ialah lebih ditujukan
untuk mengatur perekonomian negara Indonesia yang saat itu baru merdeka.
Dari segi ekonomi, latar belakang pendirian Bank Indonesia dapat dilihat
dari situasi ekonomi Indonesia pasca kemerdekaan yang mengalami kekacauan
akibat dari perjuangan fisik yang dilakukan untuk melawan penjajah. Pengaturan
ekonomi sangat diperlukan pada saat itu karena Indonesia baru merdeka sehingga
harus dapat mengatur ekonominya sendiri. Oleh karena itu diperlukan sebuah
lembaga keuangan pusat atau bank sentral untuk mengaturnya. Pengaturan
ekonomi lebih ditujukan pada perehabilitasian infrastruktur dan kesejateraan
masyarakat. Dengan dijadikannya Bank Indonesia sebagai Bank sentral maka
menuntut Bank Indonesia untuk melakukan tugasnya secara maksimal dalam
megatasi krisis ekonomi Indonesia.
Perkembangan Bank Indonesia sejak berdirinya pada tahun 1953 sampai
tahun 1966 dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya yaitu perkembangan
awal Bank Indonesia dan fungsi serta tugas Bank Indonesia. Perkembangan awal
Bank Indonesia dapat dikaji melalui dua aspek yaitu dengan melihat permasalahan
awal yang timbul sejak awal berdirinya Bank Indonesia ialah mengenai
permodalan Bank Indonesia karena Bank Indonesia merupakan hasil
penasionalisasian De Javasche Bank milik Belanda oleh karena itu saham-saham
yang ada didalamnya pun milik Belanda. Untuk mengatasi hal tersebut
pemerintah Indonesia melakukan pembelian saham-saham De Javasche Bank
kepada pihak Belanda sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil dari
pembelian saham tersebut dijadikan sebagai modal awal bagi Bank Indonesia
dalam menjalankan tugasnya,
Struktur organisasi dalam Bank Indonesia sejak awal berdirinya sampai
pada perkembangannya selalu mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang
dilakukan itu dipengaruhi oleh situasi politik dan ekonomi yang terjadi di dalam
negeri. Sejak tahun 1953 sampai tahun 1966, Bank Indonesia pernah melakukan
perubahan struktur organisasi selama empat kali. Bank Indonesia dipimpin oleh
seorang Gubernur. Gubernur pertama Bank Indonesia ialah Mr. Sjafruddin
Prawiranegara. Selama dua periode yaitu Demokrasi Liberal dan Demokrasi
terpimpin, Gubernur Bank Indonesia berganti sebanyak lima kali yaitu Mr.
Sjafruddin Prawiranegara (1953-1958), Mr. Loekman Hakim (1958-1959), Mr.
Soetikno Slamet (1959-1960), Mr. Soemarno (1960-1963) dan Teuku Jusuf Muda
(1963-1966).
Perubahan struktur organisasi yang paling penting ialah pada masa
Gubernur Teuku Jusuf Muda. Pada masa ini Gubernur Bank Indonesia dijadikan
juga sebagai menteri dalam kabinet yaitu sebagai Menteri Urusan Bank Sentral.
paling utama sebagai pendamping gubernur diantaranya adalah Dewan Moneter,
Direksi Bank Indonesia, Dewan Penasehat. Kesemuanya itu memiliki tugas-tugas
yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Pokok Bank Indonesia Tahun 1953.
Fungsi dan tugas dari Bank Indonesia ditentukan pula oleh
Undang-Undang Pokok Bank Indonesia Tahun 1953. Tugas dan fungsi utama dari Bank
Indonesia sebenarnya mencakup tiga fungsi tradisional suatu bank sentral, yaitu
fungsi kebijakan moneter, kebijakan perbankan, dan kebijakan sistem
pembayaran. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia
merupakan hasil kesepakatan antara Departemen Keuangan dan pemerintah yang
lebih ditujukan untuk mengatasi krisis ekonomi Indonesia .
Kondisi Perekonomian Indonesia Tahun 1953-1966 tepatnya pasca
didirikannya Bank Indonesia sebagai bank sentral belum mengalami kestabilan.
Penggambaran kondisi perekonomian ini lebih ditujukan untuk mengetahui
kondisi perekonomian Indonesia pasca didirikannya bank sentral di Indonesia
guna mengatur kehidupan ekonomi Indonesia. Namun pada intinya, pendirian
Bank Indonesia sendiri tidak terlalu memberikan dampak yang positif bagi
perekonomian Indonesia. Hal ini dapat terlihat bahwa sejak tahun 1953 sampai
tahun 1966 kondisi perekonomian Indonesia masih kurang stabil walaupun
terdapat beberapa tahun yang mengalami perkembangan atau kenaikan. Tidak
stabilnya perekonomian Indonesia dapat dilihat dari tingginya nilai inflasi dan
defisit hampir di setiap tahun dan setiap masa pemerintahan. Ketidakstabilan ini
dipicu oleh peristiwa-peristiwa politik yang terjadi diantara tahun ini, seperti
PRRI/PERMESTA, masalah Irian Barat, APRA, RMS, Bandung Lautan Api,
Medan Area sampai pada peristiwa puncaknya yaitu G 30 S/PKI 1965 yang
kesemuanya menelan biaya yang tidak sedikit.
Kedudukan Bank Indonesia dalam kehidupan ekonomi Indonesia Tahun
1953-1966 dapat dilihat dari status Bank Indonesia yang ditetapkan sebagai bank
sentral bagi Indonesia. Kedudukan Bank Indonesia sebagai bank sentral
menjadikan Bank Indonesia sebagai pengendali perekonomian Indonesia.
Kedudukan tersebut berhubungan langsung dengan peran Bank Indonesia. Peran
Bank Indonesia dalam perekonomian Indonesia harus dilihat dari berbagai sudut
pandang diantaranya dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan. Kebijakan
moneter yang dikeluarkan melaui pembatasan kredit, pembatasan jumlah uang
beredar, sanering, devaluasi mata uang dan kebijakan ekspor-impor yang
kesemuanya diharapkan mampu untuk megatasi permasalahan ekonomi
Indonesia.