• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN BANK INDONESIA DALAM KEHIDUPAN EKONOMI : INDONESIA TAHUN 1953 - 1966.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN BANK INDONESIA DALAM KEHIDUPAN EKONOMI : INDONESIA TAHUN 1953 - 1966."

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Abdurahman, D. (2007). Metodologi Penelitian Sejarah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Alfarizi, S. (2009). Mohammad Hatta Biografi 1902-1980. Jogjakarta: Garasi.

Arif, M. (2011). Pengantar Kajian Sejarah. Bandung: Yrama Widia.

Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Elson, R. E. (2009). The Idea Of Indonesia Sejarah Pemikiran dan Gagasan. Jakarta: Serambi.

Gottschalk, L. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.

Ismaun. (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung: Historia Utama Press.

Hartono, N. (1976). Bank Indonesia: Sejarah Lahir dan Pertumbuhannya. Jakarta: BI.

Hatta, M. (1957). Pengantar Kedjalan Ekonomi Sosiologi. Djakarta: Fasco.

--- (1960). Ekonomi Terpimpin. Djakarta: Fasco.

Mankiw, N. Gregory. (2006). Makroekonomi. Jakarta: Erlangga.

Mulyono, T.P. (1999). Analisis Laporan Keuangan Perbankan, Edisi Keempat. Jakarta: Djambatan.

Ohorella, G. A. et al. (1996). Sejarah Perekonomian Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Pracoyo, T. K. dan Antyo P. (2005). Aspek Dasar Ekonomi Makro Di Indonesia. Jakarta: Grasindo.

(2)

Rachbini, D J, dkk. (2000). Bank Indonesia Menuju Independensi Bank Sentral. Jakarta : PT Mardi Mulyo.

Rahardjo, M. D, dkk. (1995). Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah Bangsa. Jakarta: LP3ES.

Ricklefs, M. C, (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: Serambi.

Sinungan, M. (1995). Uang dan Bank. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sjamsuddin, H.( 2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Sukirno, S. (2002). Pengantar Teori Makroekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Soesastro, H, dkk. (2005). Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir Jilid I (1945-1959). Jakarta: Kanisius.

--- (2005). Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir Jilid II (1959-1966). Jakarta: Kanisius.

Suroso, P. C. (1994). Perekonomian Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Suyatno, T. dkk (1991). Kelembagaan Perbankan Edisi Pertama. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

--- (1993). Kelembagaan Perbankan Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Syafiie, I. K. (2008). Sistem Politik Indonesia. Bandung: PT Refika Aditama.

Tambunan, T. H.( 2009). Perekonomian Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia.

TimPenulis LP3ES. (1995). Bank Indonesia dalam Kilasan Sejarah Bangsa. Jakarta: BI.

(3)

Jakarta: Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia (PPSK).

--- (2005). Sejarah Bank Indonesia Periode I: 1945-1959 Bank Indonesia Pada Masa Perjuangan Kemerdekaan Indonesia. Jakarta: BI.

--- (2005). Sejarah Bank Indonesia Periode II: 1959-1965 Bank Indonesia Pada Masa Demokrasi Terpimpin. Jakarta: BI.

To, Oey Beng. (1991). Sejarah Kebijaksanaan Moneter Indonesia Jilid I (1945-1958). Jakarta: LPPI.

Triandaru, S. dan Totok, B. (2006). Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat.

UPI. (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Widjanarto. (1997). Hukum dan Ketentuan Perbankan di Indonesia Edisi III. Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.

Sumber Arsip

Bank Indonesia. (1954). Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 1953/1954. Jakarta: Bank Indonesia.

Bank Indonesia. (1955). Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 1955/1956. Jakarta: Bank Indonesia.

Bank Indonesia. (1957). Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 1957/1958. Jakarta: Bank Indonesia.

Bank Indonesia. (1960). Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 1959/1960. Jakarta: Bank Indonesia.

Bank Indonesia. (1962). Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 1961/1962. Jakarta: Bank Indonesia.

(4)

Bank Indonesia. (1966). Laporan Tahunan Bank Indonesia Tahun 1965/1966. Jakarta: Bank Indonesia.

Sumber Internet

[Online] Tersedia di http//id.wikipedia.org/wiki/GubernurBI (26 Mei 2012)

Rahzen. T.(2007). De Javasche Bank (Online). Tersedia di

http://jurnalrepublik.blogspot.com/2007/07/de-javasche-bank.html (20 Desember 2010)

Wie, Thee Kian.(2001). Tantangan dan Kebijakan Ekonomi Selama Masa Awal Kemerdekaan (Online). Tersedia

http:///www.kompas.com/kompascetak/0106/01/soekarno/tant53_ htm (23 Mei 2008)

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Setelah Indonesia merdeka secara de facto dan de jure, maka Indonesia

menjadi negara yang independen, negara yang seharusnya berdiri sendiri tanpa

pengaruh dan pengawasan dari pihak lain terutama dalam hal ini ialah penjajah.

Oleh karena itu bangsa Indonesia harus dapat mengatur kehidupannya sendiri

tanpa ada pengaturan dari negara lain, karena tentu saja sejak Indonesia merdeka,

Indonesia telah memiliki Undang-Undang Dasar 1945 dan pancasila sebagai

ideologi dan dasar hidup bernegara dan berbangsa bagi seluruh rakyatnya.

Termasuk dalam kehidupan ekonomi Indonesia pasca merdeka dari pihak

kolonial Belanda. Indonesia harus dapat menentukan kebijakan dan mengatur

masalah ekonominya sendiri. Oleh karena itu, Indonesia memerlukan sebuah bank

sentral sebagai pengatur kebijakan-kebijakan ekonomi Indonesia dan juga sebagai

kasir bagi pemerintah. Pada tahun 1946, berdasarkan Undang-Undang No. 2 Prp

Tahun 1946, pemerintah Indonesia mendirikan sebuah bank yang ditujukan untuk

menjadi bank sirkulasi dan bank sentral di Indonesia yaitu Bank Negara Indonesia

(BNI 46) yang merupakan hasil peleburan dari Jajasan Poesat Bank Indonesia

untuk menggantikan peran De Javasche Bank pada jaman pemerintahan Hindia

Belanda yang pada saat itu masih dimiliki oleh pemerintah Belanda (Rahardjo,

(6)

Namun hasil keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB) pada tahun 1949

memutuskan bahwa De Javasche Bank yang ditunjuk sebagai bank sentral bagi

Indonesia sedangkan Bank Negara Indonesia (BNI 46) ditugasi sebagai bank

pembangunan (Rachbini, 2000:1). De Javasche Bank merupakan sebuah bank

milik pemerintah kolonial Belanda berbentuk Perseroan Terbatas yang diberi

tugas sebagai bank sirkulasi Hindia Belanda pada saat pendudukan Belanda di

Indonesia. Berdasarkan keputusan Konferensi Meja Bundar (KMB) tersebut maka

timbullah upaya dari pemerintah Indonesia untuk menasionalisasikan De Javasche

Bank menjadi Bank Indonesia.

Dinasionalisasikannya De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia

merupakan salah satu upaya mengikis pengaruh kolonial setelah Indonesia

merdeka. Hal ini senada dengan pendapat yang dikemukakan oleh A. Karim

dalam Rachbini (2000:2) menyatakan bahwa De Javasche Bank adalah alat

kolonial yang tidak cocok lagi dengan alam Indonesia merdeka. Meskipun De

Javasche Bank disepakati dan diputuskan bersama oleh pemerintah Indonesia dan

pemerintah Belanda sebagai bank sentral, akan tetapi pengaruh kepentingan

kolonial dalam menentukan kebijakan masih kental. Posisi De Javasche Bank

menjadi dilematis karena suatu Negara mempunyai bank sentral yang masih

berada di bawah pengaruh kepentingan lain (Rachbini, 2000: 1).

Sebelum menentukan kebijakan ekonomi yang harus diambil dalam

mengatasi masalah-masalah perekonomian yang dihadapi Indonesia pasca

kemerdekaan, maka pemerintah harus terlebih dahulu menentukan kebijakan

(7)

asing karena perusahaan-perusahaan tersebut akan memiliki andil besar dalam

perekonomian Indonesia. Kebijakan nasionalisasi ini diambil karena sebagian

besar perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia masih dikuasai oleh

pemerintah kolonial Belanda.

Hal di atas sesuai dengan paparan dari Hans Meier yang dikutip oleh Thee

Kian Wie mengenai ikut campur atau intervensi asing dalam ekonomi Indonesia

(http:///www.kompascom/kompascetak/0106/01/soekarno/tant53_htm) yang

menyatakan bahwa selain masalah Irian Barat masalah kemerdekaan Indonesia

belum dirasakan secara tuntas oleh para pejuang kemerdekaaan karena berbagai

sektor ekonomi yang penting masih dikuasai Belanda. Dalam persetujuan

finansial ekonomi (Finacieel-Economische Oveeren Komst Finec) yang telah

dicapai dalam Konferensi Meja Bundar (KMB) tuntutan Belanda untuk

memperoleh jaminan bahwa bisnis Belanda dapat tetap beroperasi di Indonesia

tanpa hambatan, terpaksa dipenuhi oleh Indonesia. Hal ini tentu saja merugikan

bangsa Indonesia sebagai bangsa baru yang harus giat membangun

perekonomiannya. Oleh karena itu salah satu program pemerintah adalah upaya

untuk menasionalisasikan perusahaan-perusahaan Belanda yang ada di Indonesia

terutama De Javasche Bank yang memiliki peran penting bagi perkembangan

ekonomi Indonesia.

Proses nasionalisasi secara de facto sebenarnya telah berlangsung sejak

dikeluarkannya Keputusan Presiden No. 123 tanggal 12 Juli 1951 yaitu dengan

diangkatnya putera Indonesia, Mr. Sjafruddin Prawiranegara sebagai Presiden De

(8)

sebelumnya yang diberhentikan secara hormat berdasarkan Keputusan Presiden

Republik Indonesia No. 122 tanggal 12 Juli 1951. Setelah itu dengan

Undang-Undang Pokok Bank Indonesia No. 11 tanggal 19 Mei 1953 yang telah disahkan

oleh parlemen dan diumumkan dalam Lembaran Negara No. 40 Tahun 1953

dibentuklah Bank Indonesia untuk menggantikan peranan formal yang pernah

dipegang oleh De Javasche Bank dan Bank Negara Indonesia sebagai bank

sirkulasi dan akhirnya menjadi bank sentral seutuhnya (Rahardjo, 2005: 3).

Setelah De Javasche Bank menjadi Bank Indonesia pada tahun 1953 maka

peranannya itu berkaitan erat dengan kebijakan dan kehidupan ekonomi Indonesia

pada masa setelahnya bahkan sampai sekarang. Namun dalam peranannya

tersebut, Bank Indonesia mengalami hambatan-hambatan berupa masalah

ekonomi yang dihadapi sebelum dan ketika Bank Indonesia berdiri, Masalah

ekonomi yang muncul pada kurun waktu 1950-1953 antara lain ialah masalah

produktifitas ekonomi yang sangat rendah kerena kerusakan parah pada sektor

produksi. Kelangkaan devisa, terbatasnya persediaan barang konsumsi penting

dan inflasi yang tinggi. Masalah-masalah tersebut menuntut pemerintah untuk

segera menentukan kebijakan ekonomi. Tindakan pemerintah itu diantaranya

adalah dengan dijalankannya sertifikat devisa, devaluasi mata uang atau pun

nasionalisasi De Javasche Bank yang sebelumnya dikuasai oleh Belanda (Beng

To, 1991: 160-161).

Perekonomian Indonesia pada awal kemerdekaan sampai pada tahun

1950-an s1950-angat tidak stabil. Kondisi ini dipengaruhi oleh ketidakstabil1950-an politik maka

(9)

Pemerintah berharap dengan adanya nasionalisasi ini, perekonomian Indonesia

dapat berkembang dan menuju ke arah yang lebih baik. Tetapi pada kenyataannya,

dengan berjalannya Bank Indonesia sebagai bank sentral menggantikan De

Javasche Bank banyak hambatan yang dihadapi oleh Bank Indonesia tersebut

yang ternyata juga berpengaruh pada kehidupan ekomoni Indonesia pada saat itu.

Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Bank Indonesia dalam

perjalanannya tersebut terbagi ke dalam dua faktor yaitu faktor eksternal (dari

luar) dan faktor internal (dari dalam). Faktor internal yang dihadapi Bank

Indonesia dapat dilihat dari kelembagaan dan struktur organisasi yang belum

teratur dan terarah ketika awal berdirinya Bank Indonesia; Masih adanya

intervensi asing terutama dari pihak kolonial Belanda terhadap kebijakan Bank

Indonesia; Terdapat ketidak seragaman antara pemerintah dengan petinggi Bank

Indonesia dalam hal mengeluarkan kebijakan ekonomi negara yang menyebabkan

Gubernur pertama Bank Indonesia mengundurkan diri pada tahun 1958

(Rahardjo:,1995: 90).

Sedangkan faktor eksternal dapat terlihat dari keadaan di sekitar Bank

Indonesia yang tentunya menjadi penghambat Bank Indonesia dalam

melaksanakan peranannya. Seperti, keadaan ekonomi negara yang belum stabil

dikarenakan baru merdeka. Hal ini dapat terlihat dari besarnya nilai inflasi dan

defisit anggaran belanja negara, sistem politik yang tidak stabil seperti banyaknya

pemberontakan di daerah-daerah, silih bergantinya kabinet pada masa Demokrasi

Liberal yang berpengaruh pada perubahan-perubahan kebijakan ekonomi yang

(10)

keadaan politik dibandingkan keadaan ekonomi negara pada masa Demokrasi

Terpimpin, dan permusuhan dengan pihak barat (Tambunan, 2009: v).

Banyak faktor yang menyebabkan perekonomian Indonesia terlihat tidak

berkembang pada periode 1953-1966 bahkan setelah didirikannya Bank

Indonesia. Bank Indonesia yang pada awal pendiriannya diharapkan pemerintah

dapat menjalankan tugasnya sebagai pengendali moneter ternyata tidak dapat

mengatasi perekonomian Indonesia setuhnya karena kerumitan dan kompleksnya

masalah perekonomian Indonesia tahun 1953-1966. Bank Indonesia sendiri pada

kenyataanya memang memiliki peranan penting dalam kehidupan ekonomi

Indonesia. Kedudukan dan peranan Bank Indonesia tidak semata-mata ditentukan

oleh kemampuan manajemen internalnya, melainkan dipengaruhi juga oleh situasi

ekonomi nasional bahkan perkembangan politik yang penuh dengan pergolakan

pada masa-masa antara tahun 1953-1966.

Hal di atas memperlihatkan peranan Bank Indonesia tersebut tidak sempat

berjalan secara maksimal karena keadaan negara sendiri yang tidak stabil yang

disebabkan oleh berbagai faktor terutama kekacauan politik yang terjadi pada

kurun waktu antara tahun 1953-1966. Sehingga peranan tersebut tidak selamanya

dapat memajukan perekonomian Indonesia. Hal ini lah yang menarik peneliti

untuk meneliti lebih dalam mengenai peranan-peranan Bank Indonesia dalam

kehidupan ekonomi Indonesia dalam kurun waktu antara tahun1953 sampai

dengan 1966.

Sejak didirikannya Bank Indonesia tahun 1953 sampai tahun 1966, Bank

(11)

delapan kali. Dinamika pergantian Gubernur Bank Indonesia ini telah

berpengaruh pada kebijakan yang dikeluarkan Bank Indonesia mengenai

perekonomian Indonesia khususnya dalam mengatasi krisis ekonomi. Hal yang

paling disoroti dalam hal ini yaitu pada saat Bank Indonesia dipimpin oleh Mr.

Sjafruddin Prawiranegara selaku Gubernur pertama Bank Indonesia yang

memimpin selama lima tahun.

Ketertarikan lain dalam hal ini yaitu ketika Teuku Yusuf Muda Dalam

diangkat sebagai Gubernur Bank Indonesia periode 1963-1964, 1964-1965 dan

1965-1966. Pada tahun 1963-1964 terjadi perubahan yang penting, yaitu ketika

Gubernur Bank Indonesia yakni Teuku Yusuf Muda Dalam ditetapkan pula

sebagai anggota kabinet dengan sebutan Menteri Urusan Bank Sentral. Sehingga

dalam hal ini terjadi dualisme jabatan pada Gubernur Bank Indonesia. Dengan

perubahan tersebut, apakah akan terjadi kemungkinan perubahan kebijakan yang

dikeluarkan Bank Indonesia terhadap perekonomian Indonesia atau sama sekali

tidak berpengaruh. Hal inilah yang menarik penulis untuk mengkajinya dalam

penelitian ini.

Setelah De Javasche Bank berubah menjadi Bank Indonesia banyak tugas

dan fungsi yang harus dilaksanakan Bank Indonesia sebagai bank sentral di

Indonesia. Oleh karena itu Bank Indonesia sudah sewajarnya memiliki peranan

penting dalam kehidupan perekonomian Indonesia. Fungsi dan peranan Bank

Indonesia sebagai bank sentral Indonesia dapat dijalankan setelah disahkannya

Undang-Undang No. 11 tanggal 19 Mei 1953 yang mengatur tugas pokok Bank

(12)

Dalam Undang-Undang Pokok Bank Indonesia Tahun 1953, khususnya

pada pasal 7, Bank Indonesia sebagai bank sentral ditugasi terutama untuk

menjaga stabilitas mata uang, menyelenggarakan peredaran uang, memajukan

sistem perbankan serta mengawasi kegiatan perbankan dan perkreditan. Sekalipun

demikian Bank Indonesia ternyata masih melanjutkan dan mewarisi sebagian kecil

fungsi dan peranan De Javasche Bank sebagai bank umum dan bank devisa, yang

memang tidak bijaksana jika dilepas begitu saja. Pasal 7 yang mengandung

konsep bank sentral dalam arti modern tersebut memberikan ciri khusus Bank

Indonesia sebagai bank sentral dalam konteks negara yang sedang membangun

(Rahardjo, 2005:4).

Seluruh tugas dan peran Bank Indonesia sendiri sebenarnya dipaparkan

dalam Undang-Undang pokok Bank Indonesia, termasuk pada pasal 7 tersebut.

Lalu timbullah pertanyaaan disini yaitu apakah dalam kenyataannya Bank

Indonesia memang telah menjalankan peran dan tugasnya sesuai dengan yang

telah dituliskan dalam Undang-undang. Karena jika melihat kondisi perekonomian

pada tahun-tahun 1950-an sampai tahun 1960-an keadaan perekonomian

Indonesia dapat dikatakan berada dalam keadaan yang tidak stabil yang

disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya karena ketidakstabilan politik.

Karena antara kehidupan politik dan kehidupan ekonomi dalam suatu bangsa itu

seperti dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan.

Ketidakstabilan politik yang terjadi di Indonesia terutama pada kisaran

tahun 1953-1966 dapat dikatakan sebagai sebuah dinamika yang terus terjadi

(13)

kembali pengaruhnya terhadap masyarakat Indonesia pada tahun 1955 dimana

pada saat itu PKI meraih suara tinggi dalam Pemilihan Umum 1955 yang tentu

saja banyak ditentang oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Pertentangan itu

terlihat sejak tahun 1955 sampai meletusnya Gerakan 30 September 1965.

Pergolakan politik tersebut tentu saja berpengaruh pula pada kehidupan ekonomi

Indonesia. Sehingga menimbulkan sebuah spekulasi, sampai sejauh mana peranan

Bank Indonesia sebagai bank sentral dalam perekonomian Indonesia.

Selain itu, permasalahan ekonomi Indonesia menjadi menarik pada saat

Mohammad Hatta selaku wakil presiden mundur dari jabatannya pada tahun 1956.

Mohammad Hatta merupakan ahli ekonomi yang bijaksana dalam mengambil

setiap keputusan, yang bisa dikatakan sebagai pelengkap dari Presiden Soekarno

dalam memimpin negara Indonesia. Karena seperti yang kita ketahui bahwa

Presiden Soekarno dikenal sebagai penggagas politik yang bijaksana maka dari itu

Presiden Soekarno memerlukan pasangan politik yang dapat pula mengatasi

kehidupan ekonomi bangsa yang dipimpinnya. Mohammad Hatta dianggap

sebagai pasangan yang tepat untuk Presiden Soekarno agar kehidupan politik dan

ekonomi Indonesia dapat seimbang.

Lalu bagaimanakah perjalanan perekonomian Indonesia setelah

Mohammad Hatta memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatannya.

Mungkin hal ini pula yang menjadi pemicu terjadinya krisis ekonomi di Indonesia

karena setelah itu Presiden Soekarno terlihat lebih mementingkan kehidupan

politik Indonesia saja. Hal ini mungkin dikarenakan kurangnya keterampilan

(14)

peranan Bank Indonesia setelah Mohammad Hatta turun dari jabatannya. Apakah

hal ini turut mempengaruhi pada kinerja Bank Indonesia ataukah tidak

berpengaruh sama sekali.

Dari uraian tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam peranan

Bank Indonesia terhadap kehidupan perekonomian Indonesia antara tahun

1953-1966 ketika Bank Indonesia didirikan setelah dinasionalisasikan dari De Javasche

bank hingga berakhirnya masa pemerintahan Soekarno. Adapun alasan pemilihan

tahun pada penelitian ini lebih ditujukan pada keinginan penulis untuk melakukan

perbandingan antara kedua periode yang ada diantara tahun 1953-1966 yaitu masa

Demokrasi Liberal oleh para kabinet dan masa Demokrasi Terpimpin oleh

Presiden Soekarno. Kedua periode tersebut memiliki karakteristik berdeda, oleh

karena itu setiap kebijakan yang dikeluarkan pun akan berbeda pada setiap

pemerintahan dalam mengatasi krisis ekonomi. Tahun 1953 penulis jadikan

patokan karena pada tahun tersebut Bank Indonesia telah sah menjadi Bank

Sentral sebagai hasil dari nasionalisasi De Javasche Bank. Sedangkan akhir dari

penelitian, penulis mengambil angka tahun 1966 karena pada masa itu berakhirlah

masa Demokrasi Terpimpin yang menandai juga berakhirnya masa pemerintahan

Soekarno. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka penulis mengambil judul

“ Peranan Bank Indonesia dalam Kehidupan Ekonomi Indonesia Tahun 1953

(15)

1.2Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan pemaparan sebelumnya, terdapat satu permasalahan pokok

yang menjadi kajian penulisan skripsi ini yaitu: “Bagaimana peranan Bank

Indonesia dalam upaya mengembangkan perekonomian Indonesia khususnya pada

tahun 1953-1966?”

Dalam menjawab permasalahan tersebut, peneliti merumuskan

permasalahan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana latar belakang berdirinya Bank Indonesia?

2. Bagaimana perkembangan Bank Indonesia pada tahun 1953-1966?

3. Bagaimana kedudukan Bank Indonesia dalam sistem ekonomi Indonesia

pada tahun 1953-1966?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan hal utama yang meyebabkan seseorang melakukan

tindakan. Begitupun dalam penulisan ini penulis memeiliki tujuan tertentu.

Adapun tujuan yang hendak penulis capai dalam penelitian ini antara lain:

1. Mendeskripsikan latar belakang berdirinya Bank Indonesia dengan

melihat kondisi sosial-politik Indonesia pada tahun 1945-1953 serta

kondisi ekonomi masyarakat Indonesia pada tahun 1945-1953.

2. Menguraikan perkembangan Bank Indonesia pada tahun 1953-1966

yang meliputi aspek fungsi dan tugas Bank Indonesia, struktur

(16)

3. Menganalisis kedudukan Bank Indonesia sistem ekonomi Indonesia

yang meliputi aspek kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan serta

usaha-usaha yang dilakukan dalam mengembangkan perekonomian Indonesia

tahun 1953-1966 yaitu kebijakan moneter dan kebijakan ekspor-impor

Bank Indonesia serta menganalisis dampaknya pada perekonomian

Indonesia tahun 1953-1966.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

Bagi penulis sendiri, penulis berharap agar penulisan ini dapat menambah

wawasan penulis mengenai sejarah ekonomi Indonesia dan dapat menjadi karya

terbaik penulis dalam menempuh jenjang sarjana muda di Jurusan Pendidikan

Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia. Dari sisi kesejarahan, penulis berharap

agar penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai peranan Bank Indonesia

dalam kehidupan ekonomi Indonesia pada tahun 1953-1966 bagi masyarakat luas

pada umumnya dan para akademisi khususnya. Secara umum penulis berharap

bahwa dengan adanya tulisan ini dapat memperkaya khazanah kepustakaan

mengenai sejarah ekonomi Indonesia.

Penelitian ini juga diharapkan dapat memberi kontribusi pada

pembelajaran sejarah di sekolah khususnya pada tingkat Sekolah Menengah Atas

karena sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) kelas

XII program IPS semester II yaitu dengan SK menganalisis perjuangan bangsa

(17)

perkembangan politik dan ekonomi serta perubahan masyarakat di Indonesia

dalam upaya mengisi kemerdekaan dan SKKD kelas XI program IPA semester II

serta kelas XII program Bahasa semester I dengan SK merekontruksi perjuangan

bangsa Indonesia sejak masa Proklamasi hingga lahirnya Orde Baru dan KD

merekontruksi perkembangan masyarakat Indonesia sejak Proklamasi hingga

Demokrasi Terpimpin.

Adapun nilai-nilai yang terkandung dalam penelitian ini ialah nilai

nasionalisme, cinta tanah air, patriotisme, saling menghormati dan menghargai.

Nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai pembentuk suatu karakter seseorang.

Nilai-nilai tersebut dapat dikembangkan di persekolahan melalui suatu pelajaran

yang diikuti oleh setiap siswa. Dengan mempelajari dan memahami tema dari

penelitian ini di setiap sekolah maka penulis berharap bahwa nilai-nilai

berkarakter yang terkandung dari materi penelitian ini dapat dikembangkan oleh

siswa.

1.5Metode dan Teknik Penelitian

1.5.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode historis atau

metode sejarah. Metode historis adalah suatu usaha untuk mempelajari dan

mengenali fakta-fakta serta menyusun kesimpulan mengenai peristiwa masa

lampau. Dalam penelitian ini dituntut menemukan fakta, menilai dan manafsirkan

fakta-fakta yang diperoleh secara sistematis dan objektif untuk memahami masa

(18)

proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa

lampau (Gottschalk, 2008: 39).

Adapun langkah-langkah yang penulis gunakan dalam melakukan

penelitian sejarah ini sebagaimana dijelaskan oleh Ismaun (2005: 48-50).

1. Heuristik (Pengumpulan Sumber-sumber Sejarah)

Di dalam heuristik, penulis mencoba mencari dan mengumpulkan

sumber-sumber yang berkaitan dan sesuai dengan masalah yang diangkat oleh penulis.

Sumber-sumber tersebut hanya berasal dari sumber buku dan hasil browsing

internet. Sumber primer yang penulis gunakan ialah sumber yang berasal dari

laporan-laporan keuangan Bank Indonesia dan arsip lainnya seperti

Undang-Undang Bank Indonesia dan Surat Keputusan pemerintah. Sedangkan sumber

sekunder yang penulis gunakan ialah berupa sumber-sumber literature yakni

buku-buku yang berkaitan mengenai masalah yang penulis angkat yaitu mengenai

peranan Bank Indonesia dalam kehidupan ekonomi Indonesia tahun 1953-1966.

2. Kritik (Menilai Sumber Sejarah)

Setelah tahap mencari dan mengumpulkan sumber, berikutnya penulis

melakukan kritik atas sumber, yaitu memilah dan menyaring keotentikan

sumber-sumber yang telah ditemukan. Pada tahap ini penulis melakukan pengkajian

terhadap fakta-fakta yang terdapat dalam sumber-sumber yang didapat untuk

mendapatkan kebenaran sumber.

3. Interpretasi (Menafsirkan Sumber Sejarah)

Tahap yang ketiga adalah interpretasi, dalam tahap ini penulis melakukan

(19)

kritik sumber dengan cara menghubungkan satu fakta dengan yang lainnya

sehingga didapatkan gambaran yang jelas tentang Peranan Bank Indonesia

terhadap kehidupan ekonomi Indonesia tahun 1953-1966. Di dalam Interpretasi

juga terdapat eksplanasi yaitu penjelasan.

4. Historiografi (Penulisan Sejarah)

Tahap terakhir dalam metode historis adalah historiografi, yakni

menyajikan hasil temuan pada tiga tahapan sebelumnya dengan cara menyusun

dalam bentuk tulisan dengan gaya bahasa yang sederhana dan menggunakan tata

bahasa penulisan yang baik dan benar.

1.5.2 Teknik Penelitian

Adapun teknik penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah dengan

memakai studi dokumentasi dan studi literatur. Studi literatur merupakan teknik

yang digunakan oleh penulis dengan membaca berbagai sumber buku dan mencari

sumber lewat browsing internet yang berkaitan dengan tema penelitian, serta

mengkaji sumber lain berupa dokumen seperti arsip yang mendukung penulisan

skripsi ini. Setelah sumber-sumber ditemukan, dianalisis, ditafsirkan kemudian

dituangkan dalam bentuk tulisan yang ilmiah sesuai dengan kaidah penulisan yang

berlaku di Universitas Pendidikan Indonesia (Ismaun, 2005: 125-131). Dalam

upaya mengumpulkan bahan untuk keperluan penyusunan skripsi, penulis

melakukan teknik penelitian dengan menggunakan studi literatur, teknik ini

(20)

1.6Sistematika Penelitian

Adapun sistematika dalam penulisan karya ilmiah yang akan dilakukan

oleh penulis adalah :

BAB I Pendahuluan, bab ini berisi ringkasan secara rinci mengenai latar

belakang penulisan yang menjadi alasan penulis sehingga merasa tertarik untuk

mengkaji dan melakukan penelitian mengenai peranan Bank Indonesia dalam

kehidupan ekonomi Indonesia yang ditujukan sebagai bahan penulisan skripsi,

rumusan dan pembatasan masalah yang diuraikan menjadi beberapa pertanyaan

penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan dalam

penyusunan skripsi.

BAB II Tinjauan Pustaka, di dalam bab ini dijelaskan secara terperinci

mengenai materi-materi yang berhubungan dengan permasalahan-permasalahan

penelitian yaitu materi yang berkaitan dengan peranan Bank Indonesia dalam kehidupan

ekonomi Indonesia tahun 1953-1966. Penjelasan materi-materi tersebut adalah berupa

informasi-informasi yang diperoleh dari hasil kajian pustaka. Dari hasil kajian pustaka ini

dipaparkan beberapa konsep. Konsep-konsep yang dikembangkan dalam bab ini adalah

konsep-konsep yang relevan dengan bahan penelitian yang dilakukan.

BAB III Metodologi Penelitian, di dalam bab ini diuraikan mengenai metode

penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian. Penulis menguraikan

tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menyelesaikan penelitian yang berisi langkah-langkah

penelitian, dimulai dari persiapan sampai langkah terakhir dalam menyelesaikan

penelitian ini. Pada tahap ini penulis melakukan langkah-langkah penelitian sejarah yang

meliputi heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi mengenai peranan Bank Indonesia

(21)

BAB IV Bank Indonesia dan Perkembangan Ekonomi Indonesia Tahun

1953-1966, dalam bab ini berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang berisi

mengenai seluruh informasi dan data-data yang diperoleh penulis tentang peranan Bank

Indonesia dalam kehidupan ekonomi Indonesia melalui penelitian yang telah dilakukan.

Pemaparan dalam bab ini berupa hasil penelitian yang diuraikan dalam bentuk uraian

deskriptif yang bertujuan agar semua keterangan yang diperoleh dalam bab hasil

penelitian dan pembahasan ini dapat dijelaskan secara rinci. Dalam bab ini juga

ditemukan jawaban-jawaban dari permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam

rumusan masalah. Adapun pemaparan dalam tahap ini antara lain: Pertama, mengenai

latar belakang berdirinya Bank Indonesia yang mencakup proses penasionalisasian De

Javasche Bank hingga menjadi Bank Indonesia. Kedua, mengenai perkembangan Bank

Indonesia pada tahun 1953-1966. Ketiga, mengenai keterlibatan Bank Indonesia terhadap

pertumbuhan perekonomian di Indonesia pada tahun 1953-1966 yang mencakup kondisi

perekonomian Indonesia pada tahun 1953-1966 dan peranan Bank Indonesia sendiri

dalam permasalahan ekonomi yang dihadapi Indonesia pada tahun 1953-1966.

BAB V Kesimpulan, bab ini merupakan pembahasan terakhir dimana

penulis memberikan suatu kesimpulan dari hasil interpretasi terhadap kajian yang

menjadi bahan penelitian. Interpretasi penulis ini disertai dengan analisis penulis

dalam membuat kesimpulan atas jawaban-jawaban dari

permasalahan-permasalahan yang dirumuskan dalam suatu rumusan masalah. Selain itu, bab ini

juga berisi saran dari penulis kepada pihak yang terkait dalam penelitian ini.

Terutama pada pihak Bank Indonesia yang penulis jadikan sebagai objek

(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini merupakan pemaparan mengenai metodologi penelitian yang

digunakan oleh penulis dalam mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan

penyusunan skripsi ini. Metode penelitian adalah prosedur, teknik atau cara-cara yang

digunakan suatu penyelidikan (Sjamsuddin, 2007: 15). Metode penelitian yang

digunakan oleh peneliti mulai dari persiapan, pelaksanaan, hingga penulisan laporan

penelitian.

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi yang berjudul Peranan Bank

Indonesia dalam Kehidupan Ekonomi di Indonesia Tahun 1953-1966 adalah metode

historis dengan menggunakan teknik studi literatur. Metode historis adalah proses

menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau

(Gosttchlak, 2008: 39). Begitupula pengertian metode historis menurut Ismaun (2005:

48-50) yaitu metode yang digunakan oleh para sejarawan untuk merekontruksi masa

lalu. Dari kedua definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian sejarah

merupakan suatu metode yang tepat digunakan untuk mengkaji suatu peristiwa atau

permasalahan secara empirik, deskriptif, dan analisis. Ketiga aspek tersebut

merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena dalam hal ini, penulisan

sejarah tidak hanya mengungkapkan suatu peristiwa secara kronologis, melainkan

(23)

masa lampau untuk kemudian dapat dianalisis dan ditarik sebuah kesimpulan

mengenai peristiwa tersebut. Penggunaan metode historis karena berkenaan dengan

data-data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yang berasal dari masa lampau.

Di dalam metode historis terdapat empat langkah penting, seperti yang

dikemukakan oleh Ismaun (2005: 48-50) antara lain:

1. Heuristik yaitu proses pengumpulan sumber-sumber sejarah.

2. Kritik yaitu proses memberi penilaian atas kelayakan sumber.

3. Interpretasi yaitu proses memberikan penafsiran atas fakta-fakta yang

ditemukan

4. Historiografi yaitu proses penulisan sejarah.

Sementara itu Sjamsuddin (2007: 89) mengemukakan bahwa terdapat enam

langkah yang harus ditempuh dalam penelitian sejarah, yaitu:

1. Memilih salah satu topik yang sesuai

2. Mengusut semua evidensi (bukti) yang relevan dengan topik

3. Membuat catatan yang dianggap penting dan relevan dengan topik

4. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan (kritik

sumber)

5. Menyusun hasil-hasil penelitian ke dalam suatu pola yang benar yaitu

sistematika tertentu yang telah ditentukan sebelumnya

6. Menyajikan dalam suatu cara yang dapat menarik perhatian dan

(24)

Sedangkan menurut Sukardi (2003: 206), langkah-langkah penelitian sejarah

pada umumnya mencakup beberapa langkah penting, seperti berikut:

1. Menentukan permasalahan penelitian

2. Menyatakan tujuan penelitian

3. Mengumpulkan data termasuk di dalamnya menetapkan populasi, besarnya

sampel dan metode pengumpulan data

4. Evaluasi data dengan menggunakan kritik internal dan eksternal

5. Melaporkan hasil penelitian

Pendekatan historis yang dipilih oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini

didukung pula dengan penggunaan pendekatan interdisipliner. Pendekatan

interdisipliner adalah pendekatan yang menggunakan satu disiplin ilmu yang

dominan, yang ditunjang atau dilengkapi oleh ilmu-ilmu sosial lainnya sebagai

pelengkap, sehingga dalam hal ini sejarah menggunakan konsep-konsep ilmu sosial

sebagai alat analisisnya (Sjamsuddin, 2008: 306)

Beberapa konsep dari ilmu-ilmu sosial lain seperti sosiologi, politik dan

ekonomi penulis gunakan untuk mengkaji mengenai permasalahan dalam skripsi ini

baik dalam memperkuat analisis, serta untuk memperjelas dalam memahami

fenomena sejarah yang akan dijelaskan. Penggunaan konsep-konsep ilmu sosial lain

seperti sejarah, memungkinkan suatu masalah dapat dilihat dari berbagai dimensi,

sehingga permasalahan tentang masalah tersebut baik keleluasaan maupun

(25)

Selanjutnya, langkah-langkah penelitian tersebut penulis bagi ke dalam tiga

bagian pembahasan, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan laporan

penelitian.

3.1 Persiapan Penelitian

Tahapan ini merupakan kegiatan awal bagi penulis untuk melakukan

penelitian. Kegiatan ini dimulai dengan penentuan metode dan teknik pengumpulan

data yang akan digunakan selama penelitian. Metode yang digunakan adalah metode

historis dengan menggunakan teknik penelitian studi literatur. Adapun

langkah-langkah yang ditempuh oleh peneliti pada tahap ini adalah sebagai berikut:

3.1.1. Pemilihan dan Pengajuan Tema Penelitian

Langkah awal yang dilakukan oleh penulis sebelum melakukan penelitian

adalah menentukan tema atau memilih topik penelitian. Proses pemilihan tema

dilakukan setelah peneliti membaca berbagai literature sejarah dengan mengunjungi

berbagai perpustakaan. Sehingga kemudian pada akhirnya peneliti memilih kajian

mengenai Sejarah Nasional Indonesia yang dapat difokuskan ke dalam rumpun tema

sejarah ekonomi yaitu mengenai Nasionalisasi De Javasche Bank Menjadi Bank

Indonesia dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Ekonomi Indonesia Tahun

1951-1965.

(26)

Sosial Universitas Pendidikan Indonesia sebagai judul skripsi yaitu Peranan Bank

Indonesia dalam Kehidupan Ekonomi di Indonesia Tahun 1953-1966. Judul tersebut

kemudian disetujui oleh TPPS dan penulis mulai menyusun rancangan penelitian

dalam bentuk proposal.

3.1.2. Penyusunan Rancangan Penelitian

Penyusunan rancangan penelitian merupakan tahap kedua yang harus

dilaksanakan setelah mengajukan tema penelitian. Rancangan penelitian yang berupa

proposal penelitian, kemudian diserahkan kepada TPPS untuk dipresentasikan dalam

seminar, namun sebelum serahkan terlebih dahulu harus dibicarakan dengan ketua

TPPS yaitu Bapak Drs. Ayi Budi Santosa, M. Si. Setelah proposal tersebut

mendapatkan persetujan, maka pengesahan untuk penyusunan skripsi ini dikeluarkan

melalui surat keputusan (SK) Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dan

sekaligus penentuan calon pembimbing I dan Pembimbing II. Pada dasarnya

sistematika dari proposal penelitian ini memuat judul penelitian, latar belakang

masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, serta pembahasan

tinjauan pustaka yang didalamnya berisi daftar literatur dan konsep-konsep penting

ayng digunakan oleh penulis dalam pembahasan masalah, dan juga dipaparkan secara

singkat mengenai metodologi penelitian dan yang terakhir adalah sistematika

penulisan.

(27)

Surat Keputusan No. 054/TPPS/JPS/2011. judul skripsi yang disetujui adalah

“Peranan Bank Indonesia dalam Kehidupan Ekonomi Indonesia Tahun 1953-1966.

Surat keputusan dan seminar yang diselenggarakan, selanjutnya menentukan pula

pembimbing I dan II, yaitu Bapak Didin Saripudin, M.Si. Ph.D sebagai pembimbing I

dan Ibu Dra. Lely Yulifar, M. Pd sebagai pembimbing II.

3.1.3. Mengurus Perijinan

Tahapan ini dilakukan untuk memudahkan dan memperlancar penulis dalam

melakukan penelitian dan mendapatkan sumber-sumber yang diperlukan dalam kajian

skripsi ini, sebagai bukti bahwa peneliti tercatat sebagai bagian dari civitas

akademika Universitas Pendidikan Indonesia. Terlebih dahulu, peneliti memilih dan

menentukan lembaga atau instansi yang dapat memberikan konstribusi terhadap

penelitian ini. Setelah itu, peneliti mengurus surat perijinannya ke Jurusan Pendidikan

Sejarah yang kemudian diserahkan kepada Bagian FPIPS agar diperoleh ijin dari

Dekan FPIPS. Adapun surat perijinan tersebut diantaranya ditujukan kepada pihak

Bank Indonesia.

3.1.4. Proses Bimbingan

Pada tahap ini, penulis mulai melaksanakan proses bimbingan, baik dengan

pembimbing I maupun dengan pembimbing II. Proses bimbingan dilakukan melalui

(28)

yang baik antara penulis dan pihak pembimbing berkenaan dengan permasalahan

dalam penyusunan skripsi ini. Manfaat dari adanya proses bimbingan ini adalah untuk

memberikan pengarahan dalam proses penyusunan skripsi melalui saran ataupun

kritikan bagi penulis.

Proses bimbingan dilakukan secara berkesinambungan dan bersifat bebas,

pada setiap pertemuan membahas satu atau dua bab yang diajukan. Bimbingan

dilakukan secara berkesinambungan mulai dari BAB I, BAB II, BAB III, BAB IV

hingga BAB V. dengan demikian, akan terjalin suatu penyusunan skripsi yang baik

berdasarkan hasil komunikasi atau diskusi antara penulis dan pembimbing mengenai

kekuarangan setiap babnya dalam skripsi.

3.2. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian merupakan faktor terpenting dari proses penyusunan

skripsi ini, terdapat serangkaian langkah-langkah yang harus dilakukan berdasarkan

metode historis. Langkah-langkah tersebut dibagi kedalam beberapa bagian yaitu

sebagai berikut:

3.2.1. Heuristik (Pengumpulan sumber)

Langkah pertama yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian ini

ialah dengan melakukan heuristik. Langkah heuristik yang dilakukan oleh penulis

(29)

penelitian ini. Sumber-sumber sejarah (historical sources) merupakan segala sesuatu

yang langsung atau tidak langsung menceritakan pada kita mengenai suatu kenyataan

atau kegiatan manusia pada masa lampau (past actually). Secara garis besar, sumber

sejarah dapat diklasifikasikan kedalam beberapa kategori, diantaranya pertama,

peninggalan-peninggalan (relics atau remain) dan kedua, catatan-catatan (record)

yang terbagi kedalam bentuk tulisan dan lisan (Sjamsuddin, 2007: 97).

Pada tahap heuristik ini peneliti mencari sumber-sumber literatur berupa

buku-buku dan arsip-arsip yang telah dibukukan dengan cara mengunjungi

perpustakaan, karena perpustakaan merupakan tempat yang paling cocok untuk

menemukan apa yang penulis butuhkan atau cari berupa sumber-sumber yang relevan

dengan permasalahan yang dikaji. Perpustakaan yang dikunjungi oleh penulis antara

lain, Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Perpustakaan Daerah

Jawa Barat, Perpustakaan Bank Indonesia cabang Bandung, Perpustakaan Batu Api

Jatinangor, Perpustakaan Universitas Padjajaran (UNPAD).

Dari kunjungan ke perpustakaan di atas diperoleh beberapa buku yang

selanjutnya terdapat dalam daftar pustaka. Sebagian dari buku itu antara lain Sejarah

Kebijakan Moneter Indonesia Jilid I: 1945-1958 karya Oey Beng To (1991), Sejarah

Bank Indonesia Periode I: 1945-1959 Bank Indonesia pada masa Perjuangan

Kemerdekaan Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia(2005), Sejarah Bank

Indonesia Periode II: 1959-1966 Bank Indonesia pada masa Ekonomi Terpimpin

(30)

yang penulis peroleh diantaranya ialah laporan-laporan tahunan Bank Indonesia yang

dikeluarkan tiap tahunnya yang penulis batasi dari tahun 1953-1966, selain itu

Undang-Undang yang mengatur tentang Bank Indonesia pun akan penulis kaji dalam

penelitian ini.

Buku-buku dan arsip-arsip yang peneliti dapatkan di atas sebagian besar

sudah menggunakan bahasa Indonesia sehingga lebih mudah dipahami isinya. Setelah

memahami isi buku tersebut, penulis mencoba menganalisis dan membandingkannya

dengan buku lain yang akan penulis lakukan dalam tahap berikutnya.

3.2.2. Kritik Sumber

Setelah melakukan kegiatan pengumpulan sumber, tahap selanjutnya yang

dilakukan oleh penulis adalah melaksanakan tahap kritik sumber baik eksternal

maupun internal. Proses kritik sumber dilakukan oleh penulis setelah penulis

melakukan pengumpulan sumber-sumber yang berkaitan dengan tema penelitian.

Tujuan dari kegiatan kritik sumber ini adalah untuk menguji kebenaran dan ketepatan

dari sumber tersebut, menyaring sumber-sumber sehingga diperoleh fakta-fakta yang

sesuai dengan kajian skripsi ini dan membedakan sumber-sumber yang benar atau

yang meragukan. Proses awal kritik sumber yang dilakukan oleh penulis ialah dengan

cara mengkaji terlebih dahulu sumber-sumber yang telah dikumpulkan apakah

(31)

Dalam metode sejarah, kritik sumber dibagi menjadi dua macam yaitu kritik

eksternal dan kritik eksternal dan kritik internal. Adapun kritik yang dilakukan oleh

penulis adalah sebagai berikut:

Kritik Eksternal

Langkah penulis dalam melakukan kritik eksternal terbagi dalam dua kategori

yaitu kategori penulis sumber dan karakteristik sumber. Kategori penulis

dimaksudkan untuk mengetahui latar belakang penulis sumber apakah ia seorang

yang ahli dalam bidangnya atau bukan dalam hal ini yang dimaksud ialah sejarawan

atau pakar ekonomi, kategori kedua, karakteristik sumber dimaksudkan untuk

membedakan dan mengelompokkan berbagai sumber yang diperoleh, sumber yang

penulis pilih ialah sumber yang berkaitan langsung dengan tema penelitian dan yang

berhubungan dengan tema penelitian.

Dalam melakukan kritik eksternal terhadap sumber-sumber tertulis yang

berupa buku-buku, penulis tidak melakukan kritik secara ketat dengan pertimbangan

bahwa buku-buku yang peneliti pakai merupakan buku-buku hasil cetakan yang

didalamnya memuat nama penulis, penerbit, tahun terbit, dan tempat dimana buku

tersebut diterbitkan. Kriteria tersebut dapat dianggap sebagai suatu jenis

pertanggungjawaban atas buku yang telah diterbitkan. Pertama yang dilakukan ilah

melihat judulbuku dan isi pembahasan buku, selanjutnya penulis melihat tahun

(32)

Penulis memilih buku yang tahu terbitnya mendekati tahun-tahun penelitian

agar kondisi yang tergambarkan dalam buku sesuai dengan penelitian penulis. Karena

penulis mengalami kesulitan dalam pencarian buku yang menggambarkan kondisi

perekonomian secara spesifik pada masa Demokrasi Liberal dan Demokrasi

Terpimpin. Oleh karena itu untuk menggambarkan kondisi perekonomiannya penulis

gunakan arsip berupa laporan tahunan Bank Indonesia. Penulis juga mencoba

melakukan kritik eksternal terhadap pengarang buku. Penulis lebih memilih buku

yang akan dijadikan sebagai referensi utama yaitu buku yang dikarang oleh para

ekonom (ahli ekonomi) dan para sejarawan yang memang ahli dalam kajiannya. Cara

penulis melakukan kritik pada tahap ini dengan melihat daftar riwayat hidup penulis.

Contohnya penulis menggunakan buku karya M. Dawam Rahardjo yang berjudul

Bank Indonesia Dalam Kilasan Sejarah Bangsa karena pengarang dari buku ini

menurut penulis memang ahli dalam bidangnya dalam mengkaji Bank Indonesia da

telah banyak mengkaji tentang perekonomian Indonesia. Buku ini diterbitkan pada

tahun 1995, oleh karena itu menurut penulis sudah sesuai untuk mengkaji penelitian

ini karena dibuat dalam jangka waktu yang cukup panjang dengan tahun penelitian

sehingga sudah terdapat analisis-analisis dan fakta terbaru didalamnya

Selain buku di atas, penulis juga melakukan kritik eksternal terhadap buku

yag diterbitkan oleh Bank Indonesia yang berjudul Bank Indonesia: Bank Sentral

Republik Indonesia Tinjauan Kelembagaan, Kebijakan, dan Organisasi. Buku ini

(33)

mengenai sejarah kelmbagaan, kebijakan dan organisasi Bank Indonesia yang juga

dikaji dalam penelitian ini. Tahun pembuatan buku ini ialah taun 2003 dimana

didalamnya mencakup tentang tahun penelitian yang akan dikaji. Menurut penulis

buku ini juga sudah cukup objektif dalam menggambarkan perkembangan Bank

Indonesia.

Buku selanjutnya yang mendapat kritik eksternal dari penulis ialah buku karya

Oey Beng To yang berjudul Sejarah Kebijakan Moneter Indonesia. Oey Beng To

merupakan mantan direktur Bank Indonesia sehingga dapat dikatakan sebagai saksi

sejarah yang pernah menyaksikan langsung peran dari Bank Indonesia pada masa

Dmokrasi Liberal dan Demokrasi Terpimpin. Buku ini juga membahas mengenai

kehidupan perekonomian Indonesia pada masa Demokrasi Liberal yang merupakan

kajian dari penelitian penulis. Menurut penulis, tahun pembuatan dari buku ini juga

telah sesuai dan cukup objektif dalam menggambarkan perekonomian Indonesia.

Buku selanjutnya ialah buku yang ditulis langsung oleh Mohammad Hatta

yang berjudul Ekonomi Terpimpin. Buku ini diterbitkan pada tahun 1960, dikeluarkan

tidak lama setelah konsep ekonomi terpimpin presiden Soekarno dikeluarkan. Kritik

eksternal yang penulis lakukan terhadap buku ini ialah dalam segi kondisi fisik buku

karena buku ini telah cukup lama dikeluarkan. Kertas yag digunakan ialah kertas

buram dan ejaan yang digunakan pun ialah ejaan lama. Buku ini membahas mengenai

konsep ekonomi terpimpin yang didalamnya terkandung hasil analisis dan interpretasi

(34)

Selain itu penulis juga merasa perlu untuk melakukan kritik eksternal terhadap

sumber tertulis yang berupa arsip-arsip, dengan tujuan untuk meneliti atas asal-usul

dari sumber tersebut, suatu pemeriksaan atas catatan atau peninggalan itu sendiri

untuk mendapatkan semua informasi yang mungkin, dan untuk mengetahui apakah

pada suatu waktu sejak asal muasalnya sumber itu telah diubah oleh orang-orang

tertentu atau tidak (Sjamsuddin, 2007: 138). Namun, kritik eksternal terhadap

arsip-arsip ini pun tidak secara ketat dilakukan oleh peneliti karena telah ada lembaga resmi

ataupun perpustakaan yang telah melakukan kritik. Arsip yang penulis gunakan

sebagai sumber utama ialah Laporan Bank Indonesia. Laporan tahunan Bank

Indonesia yang penulis gunakan disini penulis dapatkan di perpustakaan Bank

Indonesia dan Museum Bank Indonesia yang dapat menjamin keabsahannya. Dalam

kritik eksternal terhadap laporan tahunan Bank Indonesia, penulis hanya mengamati

kondisi fisik dari arsip tersebut diantaranya dari segi keutuhan laporan dan tahun

pembuatan laporan. Arsip yang penulis temukan dan gunakan ialah laporan tahunan

Bank Indonesia yang merupakan salinan (copian) dari laporan yang asli yang

sekarang disimpan di Bank Indonesia pusat, Jakarta. Tujuan dari kegiatan kritik

eksternal ini ialah untuk melakukan pengujian terhadap aspek-aspek luar dari

sumber sejarah yang digunakan. Kegiatan ini berhubungan dengan otentitas atau

(35)

Kritik Internal

Kritik internal dilakukan oleh penulis dengan cara membaca keseluruhan isi

sumber kemudian membandingkan dengan sumber lainnya, sedangkan untuk sumber

tertulis berupa arsip-arsip, tidak dilakukan kritik dengan anggapan bahwa telah ada

lembaga yang berwenang untuk melakukannya. Fakta-fakta yang diperoleh oleh

penulis dalam melakukan kritik internal antara lain mengenai latar belakang

berdirinya Bank Indonesia yang meliputi kondisi sosial masyarakat Indonesia dan

kondisi perekonomian Indonesia sejak tahun 1953-1966, perkembangan Bank

Indonesia yang meliputi modal awal, struktur organisasi, serta perkembangan

kantor-kantor cabang Bank Indonesia. Terakhir yaitu mengenai perkembangan ekonomi

Indonesia dengan melihat perdagangan ekspor-impor.

Dalam tahap kritik internal pun penulis mencoba melakukan upaya

membandingkan buku-buku yang digunakan oleh penulis dalam mengkaji penelitian

ini, guna mendapatkan kebenaran yang dapat dipertahankan. Misalnya, penulis

mencoba membandingakan dua buku yang isinya membahas mengenai perekonomian

Indonesia pada tahun 1953-1966. Kedua buku yang akan penulis bandingkan disini

ialah buku karya Tulus T. H. Tambunan (2009) yang berjudul Perekonomian

Indonesia dan buku yang disunting oleh Hadi Soesastro, dkk (2005) yang berjudul

Pemikiran dan Permasalahan Ekonomi di Indonesia dalam Setengah Abad Terakhir

Jilid 1 (1945-1959) dan jilid 2 (1959-1966). Kedua buku ini menggambarkan kondisi

(36)

keadaan Indonesia yang mengalami hyperinflasi dan defisit pada anggaran belanja

negara.

Hyperinflasi dan defisit itu disebabkan oleh kurangnya pengalaman

pemerintah dalam memanajemen keuangan (sulitnya menerapkan ekonomi nasional),

fasilitas yang hancur dikarenakan pemberontakan yang terjadi,

perusahaan-perusahaan yang belum dinasionalisasikan, utang pihak kolonial yang dibebankan

kepada pemerintah Indonesia sehingga kas negara pun mengalami defisit. Pada

perkembangannya, yang menjadi hambatan dalam mengembangkan perekonomian

Indonesia ialah masalah ekspor-impor. Pada dekade tahun 1960-an, nilai ekspor

Indonesia mengalami penurunan yang sangat drastis dikarenakan turunnya nilai

produksi dalam negeri.

Di dalam kedua buku ini pun dibahas mengenai kebijakan-kebijakan yang

dikeluarkan pemerintah untuk menanggulangi masalah perekonomian Indonesia yang

dihadapi. Kedua buku ini sepakat mengemukakan bahwa kebijakan ekonomi yang

dikeluarkan setiap pemerintah yang berkuasa memiliki karakteristik tersendiri.

Upaya-upaya yang dilakukan mengarah untuk menciptakan ekonomi nasional sesuai

cita-cita bangsa Indonesia. Upaya-upaya tersebut pun mengalami berbagai kendala

baik dari dalam maupun dari luar khususnya dalam bidang politik.

Dalam mengkaji peranan Bank Indonesia dalam perekonomian Indonesia

yang meliputi fungsi dan peranan dari Bank Indonesia, penulis mencoba

(37)

berjudul Sejarah Kebijakan Moneter Indonesia Jilid I: 1945-1958. Di dalam kedua

buku ini membahas mengenai fungsi dan peranan Bank Indonesia sebagai bank

sentral yang bertugas untuk membantu permasalahan ekonomi Indonesia. Kedua

buku ini pun sepakat bahwa kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank

Indonesia pada masa itu pun sebatas untuk menanggulangi masalah ekonomi moneter

saja. Dalam buku yang berjudul Bank Indonesia Dalam Kilasan Bangsa, peranan

Bank Indonesia dalam perekonomian Indonesia didekskripsikan secara jelas beserta

dengan perkembangan kelembagaan Bank Indonesia. Namun dalam buku yang

berjudul Sejarah Kebijakan Moneter Indonesia Jilid I: 1945-1958, peranan itu tidak

dideskripsikan dalam satu buku tersebut karena buku tersebut lebih menyoroti

mengenai kebijakan-kebijakan moneter yang dikeluarkan pemerintah. Selainkeempat

buku tadi, masih banyak lagi buku-buku yang penulis jadikan rujukan dalam

penelitian ini yang telah mengalami kritikan terlebih dahulu di awal.

Dalam proses kritik internal dengan membandingkan berbagai buku, penulis

mendapatkan hasil bahwa dalam pembahasan di setiap buku yang dibandingkan tidak

ada perbedaan yang mencolok. Perbedaan ditemukan hanya dalam segi kelengkapan

isi buku tersebut. Kelengkapan pembahasan buku tersebut dinilai pada seberapa

dalam pembahasan tersebut mengkaji suatu kajian yang penulis teliti. Adapun tujuan

dilakukannay kritik internal ini ialah untuk menguji aspek “dalam” yaitu isi dari

sumber dengan mengadakan evaluasi terhadap kesaksian/tulisan dan memutuskan

(38)

Selain itu, kritik internal yang penulis lakukan terhadap laporan tahunan Bank

Indonesia ialah dengan cara melihat pembahasan yang ada didalam laporan tersebut.

Pembahasan yang dipilih oleh penulis ialah laporan yang memuat mengenai

gambaran tahun 1953-1966 sehingga laporan yang digunakan ialah laporan tahun

1953 sampai 1966. Dengan mengkaji laporan ini penulis mendapatkan gambaran

mengenai kehidupan ekonomi Indonesia dan peranan Bank Indonesia terhadap

perekonomian Indonesia.

3.2.3. Interpretasi (Penafsiran Sumber)

Setelah melakukan kritik sumber, penulis melaksanakan tahap interpretasi.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahapan ini adalah mengolah, menyusun, dan

menafsirkan fakta-fakta yang telah teruji kebenarannya. Kemudian fakta yang telah

diproses dirangkaikan dan dihubungkan satu sama lain sehingga menjadi satu

kesatuan yang selaras dimana peristiwa yang satu dimasukkan ke dalam konteks

peristiwa-peristiwa lain yang melingkupinya (Ismaun, 2005: 38). Dengan kegiatan ini

maka diperoleh suatu gambaran terhadap pokok-pokok permasalahan yang dibahas

dalam penelitian.

Dalam mempertajam analisis terhadap permasalahan yang dikaji serta agar

penulis dapat mengungkapkan suatu peristiwa sejarah secara utuh dan menyeluruh

maka digunakan pendekatan interdisipliner pada tahap interpretasi ini. Pendakatan

(39)

disiplin ilmu yang dominan, yaitu ilmu sejarah dengan dibantu oleh disiplin ilmu

sosial lainnya seperti sosiologi dan ekonomi.

Konsep-konsep yang digunakan dari ilmu sosiologi antara lain ialah

mobilisasi penduduk yaitu perpindahan tempat atau kedudukan dengan pola yang

baru, dan perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur

dan fungsi masyarakat. Konsep-konsep dari ilmu ekonomi yang digunakan oleh

penulis antara lain bank yang artinya adalah suatu lembaga keuangan yang usaha

utamanya selaku pemberi kredit atau jasa-jasa dalam lau lintas transaksi keuangan,

pembayaran, dan peredaran uang, kebijakan moneter yang artinya adalah suatu

kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah melalui bank sentral untuk mengatur

besarnya kredit yang tersedia serta uang yang beredar dalam masyarakat. Selanjutnya

ialah inflasi yang artinya kemerosotan nilai uang karena banyaknya dan cepatnya

uang beredar sehingga harga barang naik. Defisit adalah kekurangan dalam anggaran

belanja atau pengeluaran melebihi pendapatan. Konsep dalam teori ekonomi makro

pun, penulis bahas sebagai landasan teori dalam penelitian ini. Teori ekonomi makro

adalah suatu pendekatan ekonomi yang melihat permasalahan ekonomi secara

keseluruhan. Hal ini bertujuan untuk membantu penulis menganalisis mengenai

kondisi sosial ekonomi masyarakat Indonesia serta peranana Bank Indonesia

(40)

3.2.4. Historiografi (Penulisan Laporan Penelitian)

Tahapan penulisan dan interpretasi sejarah merupakan dua kegiatan yang

tidak terpisah melainkan bersamaan (Sjamsuddin, 2007: 156). Pada bagian ini penulis

menyajikan hasil temuan-temuan dari sumber-sumber yang telah dikumpulkan,

seleksi, analisis, dan rekontruksi secara analitis dan imajinatif berdasarkan fakta-fakta

yang ditemukan. Hasil rekontruksi tersebut penulis tuangkan melalui penulisan

sejarah atau disebut historiografi. Historiografi merupakan puncak dalam prosedur

penelitian sejarah dan merupakan bagian terakhir dari metode sejarah.

Tahap terakhir dari penelitian skripsi ini adalah melaporkan seluruh hasil

penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya. Dalam tahap ini, seluruh daya pikiran

dikerahkan, bukan saja keterampilan teknis penggunaan kutipan-kutipan dan

catatan-catatan, tetapi yang terutama adalah penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisis

sehingga menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitian atau penemuan

dalam suatu penulisan utuh yang disebut historiografi (Sjamsuddin, 2007: 156).

Laporan hasil penelitian dituangkan ke dalam bentuk karya ilmiah yang

disebut skripsi. Laporan tersebut disusun secara ilmiah, yakni dengan menggunakan

metode-metode yang telah dirumuskan dan teknik penulisan yang sesuai dengan

pedoman penulisan karya ilmiah yang dikeluarkan oleh Universitas Pendidikan

Indonesia. Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar

sarjana pada Jurusan Pendidikan Sejarah, FPIPS UPI.

(41)

BAB II, Tinjauan Pustaka

BAB III, Metodologi Penelitian

BAB IV, Bank Indonesia dan Perkembangan Ekonomi Indonesia Tahun 1953-1966.

(42)

BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dipaparkan dalam bab ini merujuk pada jawaban atas

permasalahan penelitian yang telah dikaji oleh penulis di dalam bab sebelumnya.

Terdapat beberapa hal yang penulis simpulkan berdasarkan permasalahan yang

dibahas, yaitu:

Latar belakang didirikannya Bank Indonesia pada tahun 1953 tidak lepas

dari gambaran kehidupan politik di Indonesia pada saat itu. sebenarnya banyak

faktor yang mempengaruhi didirikannya Bank Indonesia. Faktor yang paling

mempengaruhi ialah faktor politik dan ekonomi. Dari segi politik, salah satu yang

paling penting yang menjadi faktor penyebab pendirian Bank Indonesia ialah

keinginan masyarakat Indonesia untuk merdeka secara seutuhnya.

Sejak dideklarasikannya kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal

17 Agustus 1945 status Indonesia berubah menjadi negara merdeka. Hanya saja

Indonesia belum merdeka sepenuhnya karena Belanda belum mau mengakui

kemerdekaan Indonesia. Oleh karena itu perlu dilakukannya perundingan. Salah

satu perundingan yang dilakukan untuk memerdekakan Indonesia sepenuhnya

ialah Konferensi Meja Bundar pada tahun 1949 di Den Haag, Belanda. Sehingga

pada tanggal 27 Desember 1949, Indonesia sah menjadi negara yang merdeka

secara de facto dan de jure. Konferensi ini menetapkan De Javasche Bank sebagai

(43)

Sebelum dinasionalisasikannya De Javasche Bank menjadi Bank

Indonesia, sebenarnya pemerintah Indonesia telah mendirikan sebuah bank yang

pada awalnya akan ditugasi sebagai bank sentral Indonesia. Bank tersebut ialah

Bank Negara Indonesia 46 (BNI 46) yang didirikan tahun 1946 sebagai peleburan

dari Jajasan Poesat Bank Indonesia yang didirikan tahun 1945. Namun karena

adanya keputusan hasil KMB, BNI 46 dijadikan sebagai bank pembangunan

Indonesia. Didirikannya lembaga-lembaga keuangan ini ialah lebih ditujukan

untuk mengatur perekonomian negara Indonesia yang saat itu baru merdeka.

Dari segi ekonomi, latar belakang pendirian Bank Indonesia dapat dilihat

dari situasi ekonomi Indonesia pasca kemerdekaan yang mengalami kekacauan

akibat dari perjuangan fisik yang dilakukan untuk melawan penjajah. Pengaturan

ekonomi sangat diperlukan pada saat itu karena Indonesia baru merdeka sehingga

harus dapat mengatur ekonominya sendiri. Oleh karena itu diperlukan sebuah

lembaga keuangan pusat atau bank sentral untuk mengaturnya. Pengaturan

ekonomi lebih ditujukan pada perehabilitasian infrastruktur dan kesejateraan

masyarakat. Dengan dijadikannya Bank Indonesia sebagai Bank sentral maka

menuntut Bank Indonesia untuk melakukan tugasnya secara maksimal dalam

megatasi krisis ekonomi Indonesia.

Perkembangan Bank Indonesia sejak berdirinya pada tahun 1953 sampai

tahun 1966 dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya yaitu perkembangan

awal Bank Indonesia dan fungsi serta tugas Bank Indonesia. Perkembangan awal

Bank Indonesia dapat dikaji melalui dua aspek yaitu dengan melihat permasalahan

(44)

awal yang timbul sejak awal berdirinya Bank Indonesia ialah mengenai

permodalan Bank Indonesia karena Bank Indonesia merupakan hasil

penasionalisasian De Javasche Bank milik Belanda oleh karena itu saham-saham

yang ada didalamnya pun milik Belanda. Untuk mengatasi hal tersebut

pemerintah Indonesia melakukan pembelian saham-saham De Javasche Bank

kepada pihak Belanda sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hasil dari

pembelian saham tersebut dijadikan sebagai modal awal bagi Bank Indonesia

dalam menjalankan tugasnya,

Struktur organisasi dalam Bank Indonesia sejak awal berdirinya sampai

pada perkembangannya selalu mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang

dilakukan itu dipengaruhi oleh situasi politik dan ekonomi yang terjadi di dalam

negeri. Sejak tahun 1953 sampai tahun 1966, Bank Indonesia pernah melakukan

perubahan struktur organisasi selama empat kali. Bank Indonesia dipimpin oleh

seorang Gubernur. Gubernur pertama Bank Indonesia ialah Mr. Sjafruddin

Prawiranegara. Selama dua periode yaitu Demokrasi Liberal dan Demokrasi

terpimpin, Gubernur Bank Indonesia berganti sebanyak lima kali yaitu Mr.

Sjafruddin Prawiranegara (1953-1958), Mr. Loekman Hakim (1958-1959), Mr.

Soetikno Slamet (1959-1960), Mr. Soemarno (1960-1963) dan Teuku Jusuf Muda

(1963-1966).

Perubahan struktur organisasi yang paling penting ialah pada masa

Gubernur Teuku Jusuf Muda. Pada masa ini Gubernur Bank Indonesia dijadikan

juga sebagai menteri dalam kabinet yaitu sebagai Menteri Urusan Bank Sentral.

(45)

paling utama sebagai pendamping gubernur diantaranya adalah Dewan Moneter,

Direksi Bank Indonesia, Dewan Penasehat. Kesemuanya itu memiliki tugas-tugas

yang telah ditentukan dalam Undang-Undang Pokok Bank Indonesia Tahun 1953.

Fungsi dan tugas dari Bank Indonesia ditentukan pula oleh

Undang-Undang Pokok Bank Indonesia Tahun 1953. Tugas dan fungsi utama dari Bank

Indonesia sebenarnya mencakup tiga fungsi tradisional suatu bank sentral, yaitu

fungsi kebijakan moneter, kebijakan perbankan, dan kebijakan sistem

pembayaran. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia

merupakan hasil kesepakatan antara Departemen Keuangan dan pemerintah yang

lebih ditujukan untuk mengatasi krisis ekonomi Indonesia .

Kondisi Perekonomian Indonesia Tahun 1953-1966 tepatnya pasca

didirikannya Bank Indonesia sebagai bank sentral belum mengalami kestabilan.

Penggambaran kondisi perekonomian ini lebih ditujukan untuk mengetahui

kondisi perekonomian Indonesia pasca didirikannya bank sentral di Indonesia

guna mengatur kehidupan ekonomi Indonesia. Namun pada intinya, pendirian

Bank Indonesia sendiri tidak terlalu memberikan dampak yang positif bagi

perekonomian Indonesia. Hal ini dapat terlihat bahwa sejak tahun 1953 sampai

tahun 1966 kondisi perekonomian Indonesia masih kurang stabil walaupun

terdapat beberapa tahun yang mengalami perkembangan atau kenaikan. Tidak

stabilnya perekonomian Indonesia dapat dilihat dari tingginya nilai inflasi dan

defisit hampir di setiap tahun dan setiap masa pemerintahan. Ketidakstabilan ini

dipicu oleh peristiwa-peristiwa politik yang terjadi diantara tahun ini, seperti

(46)

PRRI/PERMESTA, masalah Irian Barat, APRA, RMS, Bandung Lautan Api,

Medan Area sampai pada peristiwa puncaknya yaitu G 30 S/PKI 1965 yang

kesemuanya menelan biaya yang tidak sedikit.

Kedudukan Bank Indonesia dalam kehidupan ekonomi Indonesia Tahun

1953-1966 dapat dilihat dari status Bank Indonesia yang ditetapkan sebagai bank

sentral bagi Indonesia. Kedudukan Bank Indonesia sebagai bank sentral

menjadikan Bank Indonesia sebagai pengendali perekonomian Indonesia.

Kedudukan tersebut berhubungan langsung dengan peran Bank Indonesia. Peran

Bank Indonesia dalam perekonomian Indonesia harus dilihat dari berbagai sudut

pandang diantaranya dari kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan. Kebijakan

moneter yang dikeluarkan melaui pembatasan kredit, pembatasan jumlah uang

beredar, sanering, devaluasi mata uang dan kebijakan ekspor-impor yang

kesemuanya diharapkan mampu untuk megatasi permasalahan ekonomi

Indonesia.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyata kan bahwa skripsi yang berjudul “PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE THE POWER OF TWO DALAM PEMBELAJARAN IPS UNTUK MENINGKATKAN

Studi yang dilakukan IMF pada tahun 1998 menyatakan bahwa faktor-faktor pendorong terjadinya krisis adalah defisit neraca berjalan, hutang luar negeri yang besar,

pentingnya mematuhi aturan dalam kehidupan pada siswa yang belum mampu membaca indah puisi anak tentang lingkungan (dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat).. •

Analisis data berupa analisis univariat yang terdiri atas analisis deskripsi pasien dan analisis rasionalitas penggunaan antihipertensi pada pasien hipertensi dengan

Usulan Penjadwalan Produksi dengan Menggunakan Theory Of Constraint pada Bagian Welding Rear Body PT Krama Yudha..

darurat di fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Jasa pelayanan kebidanan, neonatal dan keluarga berencana yang.. dilakukan oleh bidan atau

Pemilihan Langsung dengan Pascakualifikasi pada DINAS PEKERJMN UMUM KABUPATEN LEBONG, Tahun1. Anggaran 2011 untuk Pekerjaan Konstruksi sebagai berikut

Bahan bakar dari pirolisis tidak dapat digunakan karena tidak memenuhi standar sebagai bahan bakar hal ini disebabkan mengandung zat pengotor yang tinggi dari carbon dan