• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR SELF-TALK INTRUKSIONAL DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR DEFENSIVE CLEAR DAN DROPSHOT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN STRATEGI BELAJAR SELF-TALK INTRUKSIONAL DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR DEFENSIVE CLEAR DAN DROPSHOT."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR SELF-TALK INTRUKSIONAL

DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR

DEFENSIVECLEAR DAN DROPSHOT

(studi eksperimen pada siswa sekolah dasar muhammadiyah 3)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Diajukan oleh :

RIANSYAH

0800751

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI

KESEHATAN DAN REKREASI

(2)

2013

LEMBAR HAK CIPTA

PENERAPAN STRATEGI BELAJAR SELF-TALK INTRUKSIONAL

DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN DASAR

DEFENSIVECLEAR DAN DROPSHOT

(studi eksperimen pada siswa sekolah dasar muhammadiyah 3)

Oleh :

Riansyah

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© Riansyah 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Riansyah

Nim : 0800751

Judul : Penerapan Strategi Belajar Self-Talk Intruksional Dalam Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan Dasar Defensive

Clear dan Dropshot

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH DOSEN PEMBIMBING

Pembimbing I

Yusuf Hidayat, S. Pd., M. Si

NIP. 196808301999031001

Pembimbing II

Dr. Dian Budiana, M. Pd

NIP. 197706292002121002

Mengetahui

Ketua Program Studi

Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

(4)
(5)

ABSTRAK

Riansyah NIM 0800751. Skripsi : Penerapan Strategi Belajar

Self-Talk Intruksional Dalam Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan Dasar Defensive Clear dan Dropshot. Skripsi ini dibimbing oleh Pembimbing I

Yusuf Hidayat, S.Pd.,M.Si dan Pembimbing II Dr. Dian Budiana, M.Pd Program studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Universitas Pendidikan Indonesia.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kebutuhan dan urgensi penerapan strategi belajar self-talk intruksional dalam pembelajaran keterampilan dasar defensive clear dan dropshot dalam permainan bulutangkis. Oleh karena itu, masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah apakah penerapan strategi belajar self-talk intruksional dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar keterampilan defensive clear, dropshot dan keseluruhan. Tujuannya untuk menguji pengaruh strategi belajar self-talk intruksional terhadap keterampilan dasar defensive clear dan dropshot. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode eksperimen terhadap siswa sekolah dasar Muhammadiyah 3 sebanyak 32 siswa terdiri dari 16 siswa kelompok eksperimen dan 16 siswa kelompok kontrol, yang dilakukan dengan menggunakan teknik (random sampling). Hasil penghitungan uji independent samples t tes data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol defensive clear menggunakan asumsi equal variances not

assumed dimana dilihat dari nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi dari

pada kelompok kontrol yaitu (7,50 > 3,31) dan hasil penghitungan uji

independent samples t tes data kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

dropshot menggunakan asumsi aequal variances not assumed dimana dilihat dari

nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada kelompok kontrol yaitu (10,56 > 6,75). Selanjutnya hasil belajar secara keseluruhan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol juga menggunakan asumsi aequal variances

not assumed dimana dilihat dari nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih tinggi

dari pada kelompok kontrol yaitu (18,06 > 10,06).

(6)

Riansyah, 2013

ABSTRACT

NIM Riansyah 0800751. Thesis: Application of Self-Talk Strategy Learning instructional Improved Results In Learning Basic Skills and Defensive Clear Dropshot. This thesis is guided by the Supervisor I Yusuf Hidayat, S.Pd., M.Si and Supervisor II Dr. Dian Budiana, M.Pd courses Health Physical Education and Recreation, Indonesian University of education.

This research is motivated by the need and urgency of implementing learning strategies instructional self-talk in the learning of basic skills and a clear defensive dropshot in the game of badminton. Therefore, the problem is formulated in this study is whether the application of learning strategies instructional self-talk can give effect to the clear defensive skills learning outcomes, and overall dropshot. The goal is to test the effect of learning strategies instructional self-talk on the basic skills of defensive clear and dropshot. The study was conducted using an experimental method for 3 Muhammadiyah elementary school students as many as 32 students comprised the experimental group of 16 students and a control group of 16 students, which is done by using a technique (random sampling). Calculation results of independent samples t tests test data is the experimental group and the control group using a clear defensive not assuming equal variances assumed where the views of the average value of the experimental group was higher than in the control group (7.50> 3.31) and the calculation of test results independent samples t tests of data experimental group and the control group using the assumption aequal dropshot variances not assumed where the views of the average value of the experimental group was higher than in the control group (10.56> 6.75). Furthermore, the overall learning experiment group and the control group also uses the assumption aequal variances not assumed where the views of the average value of the experimental group was higher than in the control group (18.06>10.06).

(7)
(8)

Riansyah, 2013

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA-KATA MUTIARA... ii

PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

UCAPAN TERIMAKASIH ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Rumusan Masalah ... 6

C.Tujuan Penelitian ... 6

D.Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 7

A.KAJIAN PUSTAKA ... 7

(9)

a. Pengertian dan ruang lingkup keterampilan dasar dalam permainan

bulutangkis ... 7

b. Pengertian hasil belajar keterampilan dasar defensive clear dan dropshot ... 9

2. Keterampilan Dasar Defensive Clear ... 12

a. Pengertian keterampilan dasar defensive clear ... 12

b. Analisis pelaksanaan gerak dan indikator keterampilan dasar defensive clear ... 12

3. Keterampilan Dasar Dropshot ... 14

a. Pengertian keterampilan dasar dropshot ... 14

b. Analisis pelaksanaan gerak dan indikator keterampilan dasar dropshot 15 4. Strategi Belajar Self-talk intruksional ... 16

a. Pengertian strategi belajar ... 16

b. Pengertian self-talk intruksional sebagai strategi belajar ... 17

c. Self-talk intruksional sebagai dimensi fungsi self-talk ... 17

B.KERANGKA PEMIKIRAN ... 18

C.HIPOTESIS PENELITIAN ... 19

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A.Lokasi dan Subjek Penelitian ... 21

1. Lokasi Penelitian ... 21

2. Subjek Penelitian ... 21

B.Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

1. Populasi Penelitian... 21

2. Sampel Penelitian ... 22

C. Desain Penelitian ... 23

(10)

Riansyah, 2013

E. Instrumen Penelitian ... 25

1. Definisi Konseptual ... 25

2. Definisi Operasional ... 26

3. Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Teknik Dasar Bermain Bulutangkis ... 26

a. Tes keterampilan defensive clear ... 26

b. Tes keterampilan dropshot ... 28

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 29

G. Prosedur Penelitian ... 29

1. Tahap Persiapan ... 30

2. Tahap Pelaksanaan... 30

3. Tahap Pelaporan ... 30

H. Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 32

A.Hasil Penelitian ... 32

1. Deskriptif Statistik ... 32

2. Uji Asumsi ... 33

3. Uji Hipotesis ... 36

B.Pembahasan Hasil Penelitian ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

A.Kesimpulan ... 44

B.Saran... ... 44

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DAFTAR TABEL

3.1 Populasi Penelitian ... 22

3.2 Sampel Penelitian ... 23

3.3 Kisi-kisi Instrumen Keterampilan Teknik Dasar Bermain Bulutangkis ... 26

4.1 Statistik Deskriptif Hasil Tes Keterampilan Defensive Clear ... 32

4.2 Statistik Deskriptif Hasil Tes keterampilan Dropshot ... 32

4.3 Uji Normalitas Hasil Tes Keterampilan Defensive Clear ... 33

4.4 Uji Normalitas Hasil Tes Keterampilan Dropshot ... 34

4.5 Uji Homogenitas Hasil Tes Keterampilan Defensive Clear ... 35

4.6 Uji Homogenitas Hasil Tes Keterampilan Dropshot ... 35

4.7 Hasil Analisis Independent Sampels t test Uji Pengaruh Self-Talk Intruksional Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Defensive Clear ... 36

4.8 Hasil Analisis Independent Sampels t test Uji Pengaruh Self-Talk Intruksional Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Dropshot ... 38

(12)

Riansyah, 2013

DAFTAR GAMBAR

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian Lampiran 2. Rencana Program Pembelajaran Lampiran 3. Foto – Foto Penelitian

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan seseorang sebagai perorangan maupun sebagai anggota masyarakat yang dilakukan secara sadar dan sistematik melalui kegiatan jasmani yang intensif dalam rangka memperoleh peningkatan kemampuan keterampilan jasmani, pertumbuhan kecerdasan, dan pembentukan watak (Gafur, 1983; dalam Juliantine, 2006:10-20). Pada kenyataannya pendidikan jasmani merupakan suatu bidang kajian yang sungguh luas, lebih khusus lagi pendidikan jasmani berhubungan antara gerak manusia dan

wilayah pendidikan lainnya yang berhubungan dari perkembangan tubuh, fisik dengan pikiran dan jiwanya. Lutan (2001; dalam Juliantine, 2006:10-20) berpendapat bahwa Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani untuk mencapai tujuan pendidikan. Tujuan yang ingin dicapai mencakup aspek fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral (Juliantine, 2006:10-20).

Berdasarkan pandangan tersebut pendidikan jasmani berpotensi memberikan kontribusi yang berarti terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara menyeluruh. Artinya melalui pendidikan jasmani tidak hanya aspek psikomotor yang didapat ketika proses pembelajaran, tetapi juga aspek kognitif dan afektif. Hal ini sesuai dengan pandangan Burden dan Byrd (1999) yang mengutip pandangan Bloom tentang domain tujuan belajar yang menyatakan bahwa perubahan perilaku belajar mencakup tiga kategori domain yaitu: (1)

Cognitive domain, (2) Affective domain, dan (3) Psychomotor domain. Menurut

(15)

2

sementara domain psikomotor merupakan gerak anggota tubuh di bawah kendali sistem syaraf. Hidayat (2012:6) menguatkan bahwa “ketiga domain ini merupakan tujuan yang dijadikan kriteria perubahan yang harus dicapai oleh siswa, dan tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan-tujuan tersebut disebut hasil belajar.

Kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa akan mengakibatkan perubahan-perubahan baik berupa pengetahuan, sikap maupun keterampilan, dan perubahan-perubahan

tersebut merupakan hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Djamarah & Zain (2006:105) berpendapat bahwa hasil belajar adalah “Suatu proses belajar

mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil apabila tujuannya dapat tercapai”. Dimana proses pembelajaran diarahkan kepada siswa agar dapat membentuk raganya menjadi berkembang dan bertumbuh secara bertahap, serta tetap diberi arahan oleh guru dengan bahan ajar/metode pembelajaran yang sesuai dengan kapasitas siswa itu sendiri agar semua tujuan yang sudah direncanakan dapat tercapai dengan semaksimal mungkin.

Dilihat dari tujuan belajar, siswa harus dapat mengembangkan dan meningkatkan keterampilan serta penampilannya dalam proses kegiatan belajar. Agar proses kegiatan belajar dapat tercapai, maka guru harus mampu mengimbanginya dengan penerapan metode atau strategi belajar tertentu dan strategi belajar inilah yang pada gilirannya dapat membantu mempermudah proses pertumbuhan dan perkembangan siswa secara optimal.

Di Indonesia pelaksanaan program pendidikan jasmani terkesan asal-asalan tanpa arah dan tujuan yang jelas sehingga materi dan bentuk aktivitas yang ditampilkan belum sesuai dengan kebutuhan dan core pendidikan jasmani itu sendiri (Juliantine, 2006:10-20). Tentu saja ini menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi para guru pendidikan jasmani untuk lebih melakukan inovasi-inovasi terbaru dalam tataran proses pembelajaran di sekolah agar terciptanya

(16)

3

konsep pendidikan jasmani dipandang sebelah mata, sementara pada teorinya pendidikan jasmani adalah pendidikan yang sangat penting yang harus dilaksanakan di sekolah.

Salah satu pokok kajian pendidikan jasmani yang tercantum dalam kurikulum sekolah adalah permainan bulutangkis. Melalui permainan bulutangkis siswa dapat menyalurkan bakat, hobi dan mengekspresikan kegembiraannya.

Subarjah & Hidayat (2007:1) berpendapat bahwa “permainan bulutangkis pada hakekatnya adalah suatu permainan yang saling berhadapan satu orang lawan satu

orang atau dua orang lawan dua orang, dengan menggunakan raket dan kok sebagai alat permainan.”

Salah satu pokok bahasan dalam permainan bulutangkis yang harus diajarkan kepada siswa adalah keterampilan dasar bermain bulutangkis yang secara konseptual keterampilan dasar dapat diartikan sebagai “kemampuan melakukan gerakan dasar yang dibutuhkan dalam olahraga bulutangkis secara efektif dan efisien”. Gerakan dasar yang dimaksud meliputi komponen: (1) cara memegang raket, (2) posisi siap, (3) gerakan kaki, dan (4) gerakan dasar memukul. Keempat komponen tersebut saling melengkapi dan menguatkan (Hidayat, 2012:6).

Dua diantara tiga jenis pukulan yang biasanya diberikan untuk siswa pemula adalah defensive clear dan dropshot, siswa yang sudah menguasai kedua jenis pukulan dasar tersebut, dianggap sudah memiliki kemampuan minimal untuk melakukan permainan sederhana dalam permainan bulutangkis, dan menjadi dasar pengembangan keterampilan-keterampilan pada tahap berikutnya (Poole, 1988; Hidayat, 2004; Subarjah, 2009).

Defensive clear (overhead forehand defensive clear) termasuk jenis pukulan

yang paling sering digunakan. Overhead berarti pukulan dari atas kepala,

forehand berarti setiap pukulan yang dilakukan dari sisi tubuh yang dominan yang

(17)

4

belakang untuk bertahan (Kumar, 2006; Subarjah, 2009). Lebih lanjut Hidayat (2012:27) menjelaskan bahwa:

Defensive clear merupakan jenis pukulan yang paling mudah untuk dipelajari dan dikuasai, karena itu jenis pukulan yang pertama kali harus diajarkan kepada siswa pemula. Menguasai defensive clear merupakan hal yang sangat penting, sebab (1) paling sering digunakan terutama dalam permainan tunggal, (2) menjadi dasar pengembangan pukulan yang lain, (3) sangat bermanfaat untuk mendapatkan kembali paritas ke posisi siap, (4) menyulitkan lawan untuk melakukan pukulan menyerang, dan (5) untuk siswa pemula dapat dijadikan barometer awal bagi kemampuannya untuk dikategorikan sudah mampu atau belum bermain bulutangkis, dalam pengertian pada tingkat yang paling dasar yakni mampu menyeberangkan kok (shuttle

cock) melewati bagian atas net ke lapangan lawan.

Dropshot merupakan salah satu jenis keterampilan dasar memukul yang

dilakukan dari atas kepala dengan gerakan forehand dan kok jatuh sedekat mungkin dengan net di daerah permainan lawan, bertujuan untuk menekan atau mematikan lawan dengan menempatkan kok (shuttle cock) sedekat mungkin ke depan net, sehingga nilai penting pukulan ini terletak pada kombinasinya dengan

defensive clear untuk membuat lawan sibuk dan memaksanya untuk

mempertahankan seluruh lapangan (Hidayat, 2012:31).

Penguasaan kedua jenis keterampilan dasar di atas sangat penting, sebab jika penguasaan gerakannya sudah dilakukan secara benar dan tepat akan menentukan pengembangan keterampilan pada tahap belajar/latihan selanjutnya, menentukan gerak keseluruhan dalam permainan, dan untuk mencapai peningkatan prestasi yang tinggi seorang siswa mutlak membutuhkan penguasaan keterampilan dasar bermain yang sempurna, yakni suatu keterampilan dasar bermain yang lebih efektif dan efisien (Hidayat, 2012:6). Jadi penguasaan

(18)

5

mampu atau belum bermain bulutangkis, dalam pengertian pada tingkat yang paling dasar yakni siswa mampu memukul kok (shuttle cock) menyeberang melewati bagian atas net ke lapangan lawan (Hidayat, 2007:31,80).

Oleh karena itu agar proses pembelajaran pendidikan jasmani menjadi lebih menyenangkan atau tidak menjenuhkan, dan dapat mencapai hasil belajar yang di harapkan, maka dari perspektif kognitif penulis tertarik untuk menerapkan sebuah

strategi belajar (learning strategy). Anderson (1997:30) mengemukakan bahwa “strategi belajar adalah alat kognitif yang digunakan untuk mengelola proses berfikir secara sistematis yang berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan”. Strategi belajar yang di maksud dan akan diterapkan dalam penelitian ini adalah strategi belajar self-talk, yaitu sebuah strategi belajar yang dalam pandangan Anderson (1997:31) dapat meregulasi proses berfikir yang berkaitan dengan penguasaan pengetahuan dan keterampilan. Hidayat (2012:5) lebih lanjut menyatakan bahwa:

Self-talk adalah suatu teknik untuk mengatakan sesuatu kepada diri sendiri

dalam bentuk terbuka atau tertutup, positif atau negatif, dan memiliki fungsi motivasional dan intruksional. Sesuai dengan pengertian tadi ada empat hal penting dalam self-talk, yaitu (1) terdiri atas pernyataan yang ditujukan kepada dirinya sendiri dan bukan kepada orang lain, (2) dapat dilakukan secara terbuka sehingga didengar oleh orang lain atau tertutup tidak dapat didengar oleh orang lain, (3) dapat bersifat positif atau negatif, dan (4) memiliki fungsi intruksional dan motivasional.

Sesuai dengan pengertian diatas, salah satu fungsi penting self-talk adalah

self-talk intruksional. Landin (Hidayat, 2012:108) mengungkapkan bahwa “

self-talk intruksional digunakan berkenaan dengan keterampilan dasar yang dipelajari

dan disesuaikan dengan urutan pola pelaksanaan gerakan”. Jadi self-talk

(19)

6

berpendapat bahwa self-talk intruksional dibedakan menjadi fungsi khusus dan umum yakni self-talk khusus intruksional digunakan untuk fungsi pengembangan dan pelaksanaan keterampilan gerak, sedangkan self-talk umum intruksional digunakan untuk dua tujuan umum yaitu untuk meningkatkan penampilan dan strategi bermain. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis bermaksud akan melakukan sebuah penelitian dan merumuskannya dalam sebuah

judul “Pengaruh strategi belajar self-talk intruksional terhadap hasil belajar keterampilan dasar defensive clear dan dropshot pada permainan bulutangkis.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penerapan strategi belajar self-talk intruksional dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar keterampilan dasar defensive clear ?

2. Apakah penerapan strategi belajar self-talk intruksional dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar keterampilan dasar dropshot ?

3. Apakah penerapan strategi belajar self-talk intruksional dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar keseluruhan ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini didasarkan pada tujuan untuk menguji:

1. Pengaruh penerapan strategi belajar self-talk intruksional terhadap hasil

belajar keterampilan dasar defensive clear.

(20)

7

3. Pengaruh penerapan strategi belajar self-talk intruksional terhadap hasil belajar keterampilan dasar keseluruhan.

D. Manfaat Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan yang telah dikemukakan, maka

manfaat penelitian ini adalah:

1. Secara praktis dapat memberikan panduan kepada para pengajar pendidikan

jasmani dan olahraga untuk menerapkan teknik self-talk intruksional dalam kaitannya dengan upaya meningkatkan hasil belajar keterampilan dasar

defensive clear dan dropshot pada permainan bulutangkis.

(21)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan situasi yang mengandung unsur tempat, pelaku, dan kegiatan (Nasution 1996: 43). Tempat atau lokasi penelitian ini dilaksanakan di Sport Hall FPOK UPI JL. PHH. Mustofa no 200.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian dimaksudkan untuk memperkuat serta memberikan informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun subjek yang digunakan

dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas empat dan lima Sekolah Dasar Muhammadiyah 3 yang berjumlah 32 orang pada tahun ajaran 2012/2013.

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian yang akan dijadikan objek penelitian (Arikunto, 2006:130), sedangkan menurut Sugiyono (2010:80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian diterik kesimpulannya.

Berdasarkan pendapat di atas populasi yang digunakan dalam penelitian ini

adalah siswa-siswi di sekolah dasar Muhammadiyah 3 Kota Bandung yang berusia 10-12 tahun. Untuk lebih jelas jumlah populasi dapat dilihat pada tabel 3.1

(22)
[image:22.595.117.504.156.603.2]

22

Tabel 3.1 Populasi Penelitian

No Kelas

Jumlah Siswa

Putra Putri

1 Kelas 4 12 17

2 Kelas 5 13 16

Jumlah Keseluruhan 25 33

2. Sampel Penelitian

Menurut Arikunto (2006:131) sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Sampel dipilih dan ditentukan dengan menggunakan teknik tertentu, dan teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling. Proses teknik random sampling ini dilakukan melalui dua tahapan, yaitu random selection dan random assignment (Ali, 2011:263). Tahap random selection adalah tahap pemilihan sampel secara acak dari jumlah populasi yang ada, dalam hal ini ditentukan 32 orang sampel dari 58 anggota populasi yang berisikan ke 32 orang tersebut terdiri atas 16 siswa putra dan 16 siswa putri. Selanjutnya masuk pada tahap kedua menggunakan random

assignment, pada tahap ini ke 32 sampel ditugaskan atau ditempatkan secara acak

(23)

23

Tabel 3.2 Sampel Penelitian

No Kelompok

Sampel

Jumlah Sampel Putra Putri

1 Eksperimen 8 8 16

2 Kontrol 8 8 16

Jumlah Sampel 16 16

Karakteristik sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Siswa-Siswi Sekolah Dasar Muhammadiyah 3 Kota Bandung dengan usia rata- rata 10-12 tahun. Berdasarkan data di atas memungkinkan peneliti untuk melakukan penelitian secara representatif.

C. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah pretest-postes control group

desain, dimana pada desain ini menggunakan tes sebelum diberinya perlakuan dan

tes sesudahnya diberikan perlakuan dengan adanya kelompok pembanding atau kontrol (Ali, 2011:275), Desain ini dapat digambarkan di bawah ini:

O1 X O2

O1 O2

(Sumber: Memahami riset perilaku dan sosial: Ali, 2011:275)

Keterangan: O1 = Tes Awal

X = Treatment atau Perlakuan

(24)

24

Pada kelompok 1 (kelompok eksperimen) terlebih dahulu diberikan tes awal untuk melihat kemampuan awal sampel sebelum diberi perlakuan, setelah itu perlakuan diberikan selama 12 kali pertemuan dan tes akhir diberikan satu hari setelah pertemuan ke dua belas. Adapun untuk kelompok 2 (kelompok kontrol) hampir sama dengan kelompok eksperimen, namun sesuai dengan namanya kelompok kontrol tidak diberi perlakuan dan berfungsi sebagai kelompok

pembanding (Ali, 2011:275).

D. Metode Penelitian

Penelitian pada dasarnya merupakan suatu proses pencarian (inquiry), menghimpun data, mengadakan pengukuran, analisis, sintesis, membandingkan, mencari hubungan, dan menafsirkan hal-hal yang dianggap masalah oleh peneliti. Untuk memecahkan permasalahan tersebut diperlukan metode penelitian, Surakhmad (1998:131) menjelaskan metode sebagai:

Cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik dan alat-alat tersebut. Cara itu dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari situasi penyelidikan.

Sedangkan Sugiyono (2009:3) menyebutkan bahwa ”secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”. Dalam hal ini metode penelitian sangatlah penting digunakan untuk melakukan suatu penelitian agar dapat terkumpul data yang

benar dan mempunyai kriteria yang valid. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2007:4) yang mengatakan bahwa ”data yang diperoleh melalui

penelitian itu adalah data empiris (teramati) yang mempunyai kriteria tertentu yaitu valid”.

(25)

25

(2010:107) mengemukakan bahwa metode eksperimen adalah “Metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali.”

E. Instrumen Penelitian

Penelitian pada prinsipnya adalah melakukan pengukuran terhadap fenomena sosial maupun alam (Sugiyono, 2009:147). Guna tercapainya keberhasilan penelitian, maka diperlukan suatu teknik dan alat pengumpulan data yang tepat atau sesuai dengan masalah yang akan diteliti. Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dari sampel penelitian diperlukan alat yang disebut instrumen, karena pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik (Sugiyono, 2009:148).

Menurut Arikunto (2002:121) mengungkapkan bahwa “instrumen adalah alat pada waktu peneliti menggunakan sesuatu metode”. Sesuai dengan pendapat di atas, dapat diyataan bahwa instrumen penelitian merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur suatu tes dan bertujuan untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam proses penelitian. Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tes keterampilan teknik dasar defensive clear dan

dropshot, dalam hal ini penulis adaptasi dari instrumen tes keterampilan lob

bertahan dan dropshot yang dikembangkan dan dimodifikasi oleh Hidayat (2004) yaitu sebagai berikut:

1. Definisi Konseptual

(26)

26

2. Definisi Operasional

Keterampilan dasar bermain bulutangkis adalah tingkat penguasaan siswa menampilkan keterampilan dasar defensive clear dan dropshot pada saat tes, yang di ukur berdasarkan 12 kali pukulan untuk setiap jenis keterampilan, semakin tinggi skor maka semakin tinggi penguasaanya dan sebaliknya.

[image:26.595.117.511.237.752.2]

3. Kisi–kisi Instrumen Keterampilan Teknik Dasar Bermain Bulutangkis

Tabel 3.3

Kisi–kisi Instrumen Keterampilan Teknik Dasar Bermain Bulutangkis

Variabel Indikator Jumlah Butir Keterampilan Dasar

Bermain Bulutangkis

Teknik dasar defensive

clear

1

Teknik dasar dropshot 1

Jumlah 2

a. Tes Keterampilan Defensive Clear

a) Deskripsi tes: Jenis tes keterampilan dasar memukul yang dilakukan dari atas kepala dengan gerakan forehand dan arah kok melambung ke bagian belakang lapangan lawan dengan tujuan untuk bertahan atau mendapatkan keseimbangan pada posisi semula.

b) Tujuan tes: Mengukur ketepatan memukul keterampilan hasil belajar

siswa dalam melakukan keterampilan dasar defensive clear kearah sasaran tertentu dengan arah kok melambung ke bagian belakang lapangan lawan

c) Peralatan: Lapangan bulutangkis standart, raket, satelkok, meteran, dua buah tiang besi setinggi 2,72 meter, pita yang direntangkan sejajar di atas net dengan jarak 4.27 meter, dan tinggi 3 meter dari lantai, alat tulis dan formulir pengisian skor.

(27)

27

e) Pelaksanaan tes:

(1) Penyaji berdiri di tengah-tengah lapangan atau pada titik yang sudah ditentukan paling dekat dengan net 3,35 meter dari net.

(2) Testi atau partisipan mengambil tempat dan berdiri pada zona yang telah ditentukan paling dekat 3,35 meter dari net.

(3) Penyaji melakukan servis ke zona partisipan dan bergerak memukul

satelkok sehingga melewati tali setinggi 3 meter dari permukaan lantai yang dipasang pada tiang net.

(4) Setiap partisipan mendapatkan dua kali kesempatan, dan setiap kali kesempatan di sediakan 6 satelkok, sehingga partisipan mendapatkan 12 kesempatan untuk melakukan pukulan.

(5) Apabila satelkok mengenai tali setinggi 3 meter dari permukaan lantai yang dipasang pada tiang net dan ajatunya tidak sampai pada zona skor maka diadakan pukulan ulang.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut ini:

(28)

28

b. Tes Keterampilan Dropshot

a) Deskripsi tes: atas kepala yang meluncurkan kok ke daerah lawan sedekat mungkin pada net, bertujuan untuk menekan atau mematikan lawan dengan menempatkan satelkok sedekat mungkin ke depan net. b) Tujuan tes: Mengukur ketepatan memukul keterampilan hasil belajar

siswa dalam melakukan keterampilan dasar dropshot kearah sasaran tertentu dengan pukulan didorong pelan.

c) Peralatan: Lapangan bulutangkis standar, raket, satelkok, net, alat tulis, dan pita yang direntangkan sejajar dengan net berjarak 4,27 meter dari tinggi net 2 meter dari permukaan lapangan.

d) Petugas pelaksanaan pengetesan: Tiga orang, terdiri satu orang penghitung, pencatat, dan pengambil satelkok.

e) Pelaksanaan tes

(1) Kok (shuttle cock), yang jatuh pada sasaran didekat net atau di bidang area diberi nilai 3, kemudian 2, dan kok (suttle cock), yang jatuh di luar target sasaran, masih pada bagian area diberi nilai 1; (2) Kok (shuttle cock) harus masuk/melewati diantara atas net dan tali

pita;

(3) Apabila kok (shuttle cock), mengenai tali setinggi 2 meter dari permukaan lantai yang dipasang sejajar dengan tiang net dengan jarak 4,27 meter dari net dan jatuhnya tidak sampai di zona skor maka diadakan pukulan ulang;

(4) Area skor: 3= area FGHI (198 cm); 2= area HIJK (99 cm) termasuk

tebal garis; 1= area JKLM (99 cm); 0 = apabila kok (shuttle cock) jatuh di luar lapangan/dluar area skor atau apabila kok (shuttle cock)

tidak melewati di atas tali 2 cm dari pemukaan lantai yang dipasang pada tiang net;

(5) Dropshot yang tidak memenuhi sarat dianggap tidak sah dan tidak

(29)

29

(6) Kok (shuttle cock) yang jatuh pada bagian garis, dianggap jatuh pada bagian yang bernilai tinggi;

(7) Penilain skor kesempatan pertama digabungkan dengan skor kesempatan kedua.

[image:29.595.111.510.226.601.2]

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar lapangan untuk pelaksanaan tes dropshot

(Sumber: Pengaruh intervensi strategi multiteknik terhadap hasil belajar keterampilan dasar bermain bulutangkis, motivasi olahraga, dan kepercayaan diri: Hidayat, 2012:138)

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas dan reliabilitas keterampilan dasar memukul adalah dengan tes keterampilan yang dikeluarkan oleh Pusat Kebugaran Jasmani dan Rekreasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bekerjasama dengan Pusat Pembinaan dan Pelatihan Bulutangkis Usia Dini BM 77 Bandung (Hidayat, 2004:139).

Defensive clear mempunyai tingkat validitas 0,76 dan reliabilitas sebesar 0,91.

Dropshot mempunyai tingkat validitas 0,74 dan reliabilitas 0,90

(30)

30

Prosedur penelitian menjelaskan tentang tahap dan langkah-langkah penelitian. Secara umum ada tiga tahap penelitian, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan pelaporan. Setiap tahapan terdiri atas beberapa langkah kegiatan, seperti diuraikan berikut ini:

1. Tahap persiapan, terdiri atas langkah-langkah kegiatan:

(1) Pengajuan judul pada dosen pembimbing, penyusunan proposal, dan

seminar proposal penelitian;

(2) Pengajuan surat izin penelitian ke dan dari Jurusan Pendidikan Olahraga, Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi yang kemudian diserahkan ke pihak Sekolah Dasar Muhammadiyah 3; (3) Melakukan studi pendahuluan ke lokasi peneliatan Sekolah Dasar

Muhammadiyah 3;

(4) Pelatihan strategi belajar self-talk intruksional yang dilaksanakan dari tanggal 19 sampai 23 Oktober 2012 di Kampus FPOK UPI.

2. Tahap pelaksanaan, terdiri atas langkah-langkah kegiatan:

(1) Pemberian perlakuan strategi self-talk intruksional terhadap kelompok eksperimen selama 12 kali pertemuan; Jadwal dan program perlakuan dapat di lihat pada lampiran.

(2) Pelaksanaan pre-test atau tes awal untuk melihat/mengetahui sejauhmana siswa bisa bermain bulutangkis khususnya keterampilan dasar defensive clear dan dropshot. Tes awal rencananya dilaksanakan sebelum siswa diberikan treatment atau perlakuan, yaitu pada hari Sabtu, Tanggal 23 Maret 2013.

(3) Pelaksanaan post-test atau tes akhir untuk melihat pengaruh perlakuan strategi belajar self-talk intruksional terhadap hasil belajar keterampilan

(31)

31

3. Tahap pelaporan, terdiri atas langkah-langkah kegiatan:

(1) Melakukan pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul;

(2) Membuat interpretasi, membuat kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian hingga menyusun naskah skripsi secara lengkap.

H. Analisis Data

Setelah data hasil penelitian terkumpul, maka selanjutnya dilakukan pengolahan data dan analisis data yang dilakukan secermat mungkin dengan teknik analisis statistik. Pada penelitian ini semua data yang terkumpul akan dianalisis dengan beberapa teknik analisis yang akan dibantu dengan program SPSS versi 20. Teknik analisis data yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

1. Statistik Deskriptif 2. Uji Prasyarat

a) Uji Normalitas b) Uji Homogenitas

(32)

Riansyah, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dari hasil pengolahan data dan analisis dapat diambil kesimpulan dari proses pembelajaran permainan bulutangkis di Sekolah Dasar Muhammadiyah 3 bahwa:

1. Strategi belajar self-talk intruksional memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar keterampilan dasar defensive clear.

2. Strategi belajar self-talk intruksional memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar keterampilan dasar dropshot.

3. Strategi belajar self-talk intruksional memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar keterampilan dasar keseluruhan.

B.Saran

1. Bagi Siswa

Strategi belajar self-talk intruksional khususnya dalam permainan bulutangkis sangat menunjang untuk keberhasilan hasil belajar keterampilan dasar defensive clear dan dropshot. Proses pembiasaan kepada siswa agar dapat mengulang kembali kata/phrase yang dikatakan oleh gurunya di dalam pembelajaran permainan bulutangkis yakni defensive clear dan dropshot akan memudahkan siswa melakukan tahapan-tahapan gerak yang di pelajari.

(33)

45

Permainan bulutangkis selama ini lebih banyak menekankan dari aspek fisik dan teknik yang di terapkan oleh guru terhadap siswa, namun dengan adanya strategi belajar self-talk intruksional yang diterapkan akan membawa perubahan yang lebih baik terhadap siswa dari aspek kognitif.

3. Bagi Peneliti

Bagi peneliti selanjutnya sebaiknya dilakukan penelitian dengan variabel yang lebih banyak terutama pada aspek self-talk intruksional dengan jumlah sampel yang lebih banyak sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih representatif.

4. Bagi Prestasi

(34)

Riansyah, 2013

Penerapan Strategy Belajar Self-Talk Intruksional Dalam Peningkatan Hasil Belajar Keterampilan

DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. (2011). Memahami Riset Prilaku dan Sosial. Bandung: Cendekia Utama.

Arikunto, S. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Anderson, A. (1997). Learning strategies in physical education: self-talk, imagery, and goal setting. Journal of Physical Education, Recreation, and Dance. 68 (1), 30-35.

Hardy, J. (2006). Speaking clearly: A critical review of the self-talk literature. Psychology of Sport & Exercise, 7, 81-97.

Hidayat,Y. (2004). Latihan Keterampilan Psikologis Dalam Belajar Keterampilan

Gerak: Penelitian Eksperimen Tentang Pengaruh Penetapan Tujuan dan Latihan Imajeri Mental Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Gerak Bermain Bulutangkis Pada Anak Usia 10 – 12 Tahun. Tesis. UGM

Yogyakarta: Tidak di terbitkan.

Hidayat,Y. (2012). Modul Pelatihan Intervensi Strategi Multiteknik Untuk Pelatih

Bulutangkis. FPOK UPI Bandung: Tidak di terbitkan.

Hidayat,Y. (2012). Pengaruh Intervensi Strategi Multiteknik Terhadap Hasil

Belajar Keterampilan Dasar Bermain Bulutangkis, Motivasi Olahraga, dan Kepercayaan Diri. Proposal Disertasi. UGM Yogyakarta: Tidak

diterbitkan.

Hidayat, Y. (2010). Psikologi Olahraga. Bandung: Bintang Warliartika.

Juliantine, T. (2006). Studi tentang perbandingan pendidikan jasmani antara Indonesia dengan Jepang. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. 3 (3), 10-20.

Kumar, A. (2006). Badminton. New Delhi. Discovery Publishing House.

Landin, D. (1994). The role of verbal cues in skil learning. Quest, 46. 299-313.

(35)

Riansyah, 2013

Lutan, R dkk. (2009). Sejarah dan Falsafat Olahraga. Bandung: Bintang Warliartika.

Lutan, R. (1988). Belajar keterampilan motorik: Pengantar teori dan metode. Jakarta: Depdikbud Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Pendidikan Tenaga Kependi-dikan.

Mahendra, A. (2007). Teori Belajar Mengajar Motorik. FPOK UPI Bandung.

Mujiono, Dimyati. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Perkos, S., Theodorakis, Y., & Chroni, S. (2002). Enhancing performance and skill acquisition in novice basketball players with instructional self-talk.

The Sport Psychologist, 16, 368-383.

Poole, J. (1988) . Belajar Bulutangkis.Bandung: Pionir Jaya.

Priyatno, D. (2012). Tehnik Mudah dan Cepat MelakukanAnalisis Data Penelitian

dengan SPSS dan Tanya Jawab Ujian Pendadaran. Yogyakarta: Gava

Media.

Subarjah, H dan Hidayat, Y. (2007). Permainan Bulutangkis. PJKR FPOK UPI: Bandung.

Subarjah, H. (2009). Permainan bulutangkis. Bandung: CV. Bintang Warli Artika.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.

Gambar

Tabel 3.1 Populasi Penelitian
Tabel 3.3 kisi Instrumen Keterampilan Teknik Dasar Bermain Bulutangkis
Gambar lapangan untuk pelaksanaan tes dropshot (Sumber: Pengaruh intervensi strategi multiteknik terhadap hasil belajar keterampilan

Referensi

Dokumen terkait

The process of modelling geometric and semantic information of indoor environments is based on subdividing an input point cloud into navigable and non-navigable

Kegiatan : Pemeliharaan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit Menular Ternak Satuan Kerja : Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Musi Banyuasin.. Total HPS :

Grafik 4.3 Rekapitulasi Peningkatan Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis..… 69... Lembar Observasi Guru

2.8 Kerangka Teori Saliva Kuantitas dan kualitas saliva  Laju aliran  pH  Kapasitas buffer  Volume Komposisi saliva, elektrolit: Kalsium, fosfat, fluorida,

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © Popi Nopiawati 2014 Universitas

Refleksi pada siklus II adalah pada proses pembelajaran disiklus II sudah lebih baik dari Siklus I, adapun temuan yang diperoleh pada siklus II adalah pembelajaran

Guru : lalu yang bagian bentuk lingkaran bagaimana?( Sambil menunjukkan bagian lingkaran dari setengah bola).. Siswa : iya

Memasuku bulan febuari pastinya semua remaja yang mempunyai pasangan akan mengingat bahwa pada bulan tersebut aka nada hari yang terdolong special yaitu hari kasih sayang atau