• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEMAMPUAN INKUIRI GURU YANG SUDAH TERSERTIFIKASI DAN BELUM TERSERTIFIKASI DALAM PEMBELAJARAN SAINS SD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KEMAMPUAN INKUIRI GURU YANG SUDAH TERSERTIFIKASI DAN BELUM TERSERTIFIKASI DALAM PEMBELAJARAN SAINS SD."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

vi DAFTAR ISI

halaman

PERNYATAAN...i

ABSTRAK.………..………...ii

KATA PENGANTAR ……..………..……….…....iii

DAFTAR ISI ……..………..…….…………vi

DAFTAR TABEL ..………..……...x

DAFTAR GAMBAR ……....……….……….xii

DAFTAR LAMPIRAN …….……….………...xiii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah …….……...…………...………...1

1.2 Rumusan Masalah...5

1.3 Pertanyaan Penelitian...5

1.4 Tujuan Penelitian ………...………...………...6

1.5 Manfaat Penelitian………....………....….…...7

1.6 Definisi Operasional...…………...………...7

BAB II. KEMAMPUAN INKUIRI GURU YANG SUDAH TERSERTIFIKASI 2.1 Kegiatan Pembelajaran Sains Berbasis Inkuiri..…………...……….…...9

2.2 Pemahaman Inkuiri Guru...……….……...……..……….14

(2)

vii

2.2.2 Kemampuan Merencanakan dan Melaksanakan Penyelidikan...17

2.2.3 Kemampuan Menggunakan Peralatan dan Cara-cara yang Tepat untuk Mengumpulkan, Menganalisis, dan Menginterpretasi Data...18

2.2.4 Kemampuan Mengembangkan Deskripsi, Penjelasan, dan Model dengan Menggunakan Data yang Ada...18

2.2.5 Kemampuan Berpikir Kritis dan Logis untuk Menghubungkan Data dengan Penjelasan...19

2.2.6 Kemampuan Menganalisis dan Meninjau Kembali Penjelasan-penjelasan yang akan Dibuat...19

2.2.7 Kemampuan Mengkomunikasikan...20

2.2.8 Kemampuan Menggunakan Matematik...21

2.3 Gambaran Umum Perencanaan Proses Pembelajaran...22

2.3.1 Silabus...22

2.3.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)...23

2.3.3 Komponen dan Isi RPP...24

2.3.4 Prinsip-prinsip Penyusunan RPP...27

2.3.5 Kemampuan Guru dalam Memunculan Aspek-aspek Inkuiri dalam RPP Sains………...28

2.4 Kemampuan Guru dalam Memunculkan Aspek-aspek Inkuiri pada Pelaksanaan Pembelajaran Sains di Kelas V SD…...33

2.5 Kemampuan Guru dalam Membuat Soal-soal Inkuiri untuk Evaluasi Pembelajaran Sains di Kelas V SD...37

(3)

viii BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode dan Desain Penelitian ………...49

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian...………...…...…50

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian...………...………..…51

3.4 Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data…...…...51

3.4.1 Tes Inkuiri Guru...51

3.4.2 Ujicoba dan Analisis Instrumen Tes Inkuiri Guru...54

3.4.3 Pedoman Analisis RPP...57

3.4.4 Pedoman Observasi...61

3.4.5 Pedoman Analisis Soal-soal Inkuiri...65

3.5 Prosedur Penelitian...………...66

3.5.1 Tahap Persiapan...66

3.5.2 Tahap Pelaksanaan...66

3.5.3 Tahap Pengolahan Data...67

3.6 Alur Penelitian...69

3.7 Teknik Analisis Data Penelitian...69

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemahaman Guru tentang Inkuiri...71

4.2 Kemampuan Guru dalam Memunculkan Aspek-aspek Inkuiri dalam RPP Sains...79

(4)

ix

4.4 Kemampuan Guru dalam Membuat Soal-soal Inkuiri Untuk Mengevaluasi

Pembelajaran...115 4.5 Perbandingan Kemampuan Inkuiri yang Dilakukan Oleh Kelompok Guru

Yang Tersertifikasi (Portofolio dan Diklat) dan Belum

Tersertifikasi...127

BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1 Kesimpulan ...………...……….………146

5.2 Rekomendasi...….…....……….……….147

DAFTAR PUSTAKA... ………...150 LAMPIRAN-LAMPIRAN:

A. Lampiran I (Instrumen Penelitian dan Uji Coba)...156

B. Lampiran II (Kumpulan RPP Penelitian Pertemuan 1, 2, dan 3)...190 C. Lampiran III (Kumpulan Rekaman Pelaksanaan Observasi Penelitian)..191 D. Lampiran IV (Administrasi Penelitian)...195

(5)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Badan Standar Nasional Pendidikan atau BSNP (2006) menyatakan bahwa pembelajaran sains di SD harus dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry), ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kemampuan bekerja ilmiah,

bersikap ilmiah dan dapat mengkomunikasikannya sebagai komponen penting dalam kecakapan hidup. Hasil penelitian Sarjono (2000) menyatakan bahwa

pembelajaran sains di SD selama ini dilakukan tidak melalui inkuiri ilmiah melainkan didominasi oleh kegiatan transfer informasi dan bersifat hafalan, sehingga hasil belajar sains di SD menjadi rendah dan tidak bermakna panjang.

Oleh karena itu, pembelajaran sains di SD harus lebih ditekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan pembelajaran sains yang

berbasis inkuiri.

Doni (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing secara signifikan dapat meningkatkan hasil belajar dan aktivitas siswa

SD pada pembelajaran sains. Artinya bahwa dengan inkuiri ilmiah, maka pembelajaran sains bisa lebih bermakna bagi siswa dan juga guru. Penelitian

lainnya yang dilakukan Hendracipta (2008) tentang kemunculan komponen inkuiri dalam pelaksanaan pembelajaran sains, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara rancangan pembelajaran inkuiri dengan

(6)

membuat hipotesis; merencanakan dan melaksanakan penyelidikan sederhana; menggunakan peralatan dan cara-cara yang tepat untuk mengumpulkan,

menganalisis dan menginterpretasikan data; berpikir kritis dan logis untuk menghubungkan data dengan penjelasan; mengembangkan deskripsi, penjelasan

dan model dengan menggunakan data yang ada; menganalisis dan meninjau kembali penjelasan yang akan dibuat; mengkomunikasikan dan menggunakan matematik) dalam pelaksanaan pembelajaran sains. Untuk itu, disarankan agar

penelitian pembelajaran sains di SD lebih difokuskan pada pembelajaran yang berinkuiri ilmiah, baik dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

pelaksanaan hingga membuat soal guna mengevaluasi pembelajaran.

Inkuiri merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada aktifitas dan pemberian pengalaman belajar secara langsung pada siswa. Pembelajaran berbasis

inkuiri ini akan membawa dampak belajar bagi perkembangan mental positif siswa, sebab melalui pembelajaran ini, siswa mempunyai kesempatan yang luas

untuk mencari dan menemukan sendiri apa yang dibutuhkannya terutama dalam pembelajaran yang bersifat abstrak. Sehubungan dengan itu, Sund (dalam Hamalik, 2004) mengatakan, penemuan terjadi apabila individu terutama dalam

penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Seorang siswa harus menggunakan segenap kemampuannya dan bertindak sebagai

ilmuan (scientist) yang melakukan eksperimen dan mampu melakukan proses mental berinkuiri yang digambarkan dengan terapan-terapan yang dilaluinya.

Selain itu, melalui pembelajaran ini, siswa dapat terlibat aktif dalam

(7)

untuk mengamati, menanyakan, menjelaskan, merancang dan menguji hipotesis yang dilakukan dapat melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa

untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analisis dan dapat merumuskan sendiri penemuannya.

Untuk dapat melaksanakan pembelajaran inkuiri ini, diperlukan guru yang memiliki kompetensi professional mengajar dan kompetensi pedagogik yang baik, karena dengan kedua kompetensi tersebut guru akan mampu merencanakan dan

melaksanakan pembelajaran sains berbasis inkuiri. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Uno (2008) bahwa guru yang memiliki kompetensi professional

mengajar dan pedagogik akan mampu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran secara sinergis, kemampuan ini diperlukan supaya pembelajaran yang dilakukan terarah dan tujuan pembelajaran dapat dicapai.

Sejalan dengan hal itu, National Research Council atau NRC (1996) menyebutkan enam standar guru dalam melaksanakan pembelajaran sains sebagai

berikut:

1. Dapat merencanakan pembelajaran sains yang berbasis inkuiri.

2. Melaksanakan pembelajaran sains yang mengarahkan dan memfasilitasi siswa

dalam belajar.

3. Melaksanakan penilaian yang disesuaikan dengan kegiatan guru mengajar dan

sesuai dengan pembelajaran siswa.

4. Mengembangkan pembelajaran dari lingkungan dimana siswa belajar.

5. Menciptakan masyarakat pembelajar sains.

(8)

Apabila guru-guru sains di SD sudah dapat melaksanakan keenam standar yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dikatakan bahwa guru tersebut

sudah professional dan layak mendapatkan sertifikat pendidik (sudah tersertifikasi). Sertifikat pendidik adalah sebagai bukti formal sebagai pengakuan

yang diberikan kepada guru sebagai tenaga professional (PP No. 74 Tahun 2008 tentang Guru). Guru-guru yang masih menggunakan pembelajaran sains pola lama, yaitu proses pembelajaran satu arah yang didominasi oleh guru, dapat

dikatakan bahwa guru sains tersebut tidak layak dan tidak dapat dikatakan sebagai guru sains yang professional.

Guru sains yang professional seharusnya bisa melaksanakan keenam standar guru sains di atas sehingga syarat menjadi guru yang professional terpenuhi dimana label tersertifikasi bisa sesuai dengan tujuannya yaitu

meningkatkan kualitas guru yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan mutu pendidikan dan proses pembelajaran sains di kelas. Guru sains dalam

jabatan yang telah memenuhi syarat dapat mengikuti proses sertifikasi untuk mendapat sertifikat pendidik. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga professional menurut Peraturan Pemerintah (PP) dibuktikan dengan sebuah

sertifikat pendidik.

Program sertifikasi guru ini diharapkan menjadi instrumen penting dalam

upaya meningkatkan kualitas pembelajaran, maka harapannya tentu ketika seorang guru telah mendapat sertifikat sebagai pendidik professional, dia bisa mentransformasikan diri menjadi seorang guru yang menunjukkan dan menjaga

(9)

sertifikasi guru yang selama ini dilakukan, baik melalui portofolio maupun diklat belum menjadi jaminan peningkatan kualitas guru dalam mengajar sains di kelas,

maka dari itu perlu dilakukan penelitian mengenai hal tersebut di atas.

Hasil-hasil penelitian sebelumnya tidak menggambarkan kemampuan guru

yang sudah tersertifikasi melalui portofolio, tersertifikasi melalui diklat ataupun belum tersertifikasi dalam kemampuan berinkuiri. Berdasarkan latar belakang di atas, maka diperlukan penelitian untuk mendapatkan data tentang kemampuan

guru SD di Kodya Bandung dalam berinkuiri baik dari perencanaan, pelaksanaan dan membuat soal inkuiri yang dilakukan. Dengan demikian, kemampuan guru

dalam keempat hal tersebut dapat terungkap, apakah benar-benar sudah memenuhi kriteria professional atau hanya label sertifikat semata.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan dalam latar belakang, rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah kemampuan inkuiri guru SD yang sudah tersertifikasi dan belum tersertifikasi dalam pembelajaran sains di kelas?”

1.3Pertanyaan Penelitian

(10)

1. Bagaimana pemahaman guru sains kelas V SD tentang inkuiri, baik yang

sudah tersertifikasi melalui portofolio, tersertifikasi melalui diklat dan yang

belum tersertifikasi?

2. Bagaimana kemampuan membuat RPP sains berbasis inkuiri guru kelas V SD

yang sudah tersertifikasi melalui portofolio, tersertifikasi melalui diklat dan yang belum tersertifikasi?

3. Bagaimana kemampuan melaksanakan pembelajaran sains berbasis inkuiri

guru kelas V SD yang sudah tersertifikasi melalui portofolio, tersertifikasi melalui diklat dan yang belum tersertifikasi?

4. Bagaimana kemampuan membuat soal-soal inkuiri guru sains kelas V SD

yang sudah tersertifikasi melalui portofolio, tersertifikasi melalui diklat dan yang belum tersertifikasi?

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan dan pertanyaan penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Mendapatkan gambaran pemahaman guru tentang inkuiri, baik yang sudah

tersertifikasi melalui portofolio, tersertifikasi melalui diklat dan yang belum tersertifikasi.

2. Mendapatkan gambaran kemampuan membuat RPP sains berbasis inkuiri guru

(11)

3. Mendapatkan gambaran kemampuan melaksanakan pembelajaran sains

berbasis inkuiri guru di kelas V SD, baik yang sudah tersertifikasi melalui

portofolio, tersertifikasi melalui diklat dan yang belum tersertifikasi.

4. Mendapatkan gambaran kemampuan membuat soal-soal inkuiri guru sains di

kelas V SD, baik yang sudah tersertifikasi melalui portofolio, tersertifikasi melalui diklat dan yang belum tersertifikasi.

1.5Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini diharapkan dapat diperoleh data yang akurat mengenai

kemampuan guru SD dalam berinkuiri di wilayah Kodya Bandung. Dengan harapan hasil-hasil penelitian ini dapat dijadikan bukti empiris tentang gambaran kemampuan guru berinkuiri dalam pembelajaran sains di kelas. Penelitian tersebut

juga dapat memberikan masukan yang berguna khususnya:

1. Bagi guru SD, dapat memahami inkuiri yang sebenarnya, yaitu dengan

mengintegrasikan semua aspek inkuiri secara lengkap, baik dalam RPP sains yang dibuatnya, pada pelaksanaan pembelajaran sains maupun membuat soal-soal guna mengevaluasi pembelajaran sains yang telah dilakukan.

2. Bagi sekolah, sebagai salah satu informasi bagi lembaga pendidikan/sekolah

untuk terus meningkatkan kemampuan guru dalam berinkuiri di sekolah.

1.6Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa istilah yang diinterpretasikan

(12)

1. Kemampuan inkuiri guru dalam penelitian ini difokuskan pada pemahaman dan keterampilan guru dalam berinkuiri, diantaranya pemahaman guru tentang

inkuiri, kemampuan membuat RPP sains berbasis inkuiri, kemampuan melaksanakan pembelajaran sains berbasis inkuiri dan kemampuan membuat

soal-soal inkuiri untuk mengevaluasi pembelajaran sains baik guru yang sudah tersertifikasi maupun yang belum tersertifikasi. Pemahaman guru tentang inkuiri diukur melalui tes pemahaman guru tentang inkuiri dalam bentuk

pilihan berganda, kemampuan membuat RPP sains berbasis inkuiri dianalisis melalui lembar analisis RPP, kemampuan melaksanakan pembelajaran sains

berbasis inkuiri dianalisis melalui lembar observasi dan rekaman, kemampuan membuat soal-soal inkuiri dianalisis melalui lembar analisis soal-soal inkuiri. 2. Guru yang tersertifikasi adalah guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik

sebagai bukti formal atau sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai tenaga professional yang harus memiliki kompetensi professional,

(13)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan dan

rekomendasi sebagai berikut: 5.1Kesimpulan

Pertama, pemahaman guru tentang inkuiri dari tiga kelompok guru yang

diteliti bervariasi, rata-rata pemahaman tiga kelompok guru tentang inkuiri termasuk dalam kategori sangat baik, dengan persentase rata-rata 81%.

Pemahaman kelompok guru yang tersertifikasi portofolio tentang inkuiri lebih tinggi daripada pemahaman kelompok guru yang tersertifikasi diklat dan kelompok guru yang belum tersertifikasi.

Kedua, kemampuan memunculkan aspek-aspek inkuiri dalam RPP sains dari tiga kelompok guru sangat bervariasi, persentase rata-rata kemunculan

aspek-aspek inkuiri dalam RPP sains termasuk dalam kategori kurang, dengan persentase rata-rata 27%. Persentase rata-rata kemunculan aspek-aspek inkuiri dalam RPP sains ketiga kelompok guru (tersertifikasi portofolio, tersertifikasi

diklat, dan belum tersertifikasi) berada dalam kategori kurang.

Ketiga, kemampuan guru memunculkan aspek-aspek inkuiri dalam

pelaksanaan pembelajaran sains dari tiga kelompok guru sangat bervariasi, persentase rata-rata kemunculan aspek-aspek inkuiri dalam pelaksanaan pembelajaran sains termasuk dalam kategori kurang, dengan persentase rata-rata

(14)

pembelajaran sains ketiga kelompok guru (tersertifikasi portofolio, tersertifikasi diklat, dan belum tersertifikasi) berada dalam kategori kurang.

Keempat, kemampuan membuat soal-soal inkuiri untuk mengevaluasi pembelajaran sains dari tiga kelompok guru sangat bervariasi, persentase rata-rata

kemampuan membuat soal-soal inkuiri termasuk dalam kategori sangat kurang, dengan persentase rata-rata 3%. Persentase rata-rata kemampuan membuat soal-soal inkuiri ketiga kelompok guru (tersertifikasi portofolio, tersertifikasi diklat,

dan belum tersertifikasi) berada dalam kategori sangat kurang.

Kelima, tidak ada hubungan yang signifikan antara pemahaman guru

tentang inkuiri dengan kemampuan guru membuat RPP sains dan antara pemahaman guru tentang inkuiri dengan kemampuan guru melaksanakan PBM sains, ada hubungan yang signifikan antara kemampuan guru membuat RPP sains

dengan kemampuan guru melaksanakan PBM sains.

5.2Rekomendasi

Berdasarkan dari hasil-hasil penelitian ini dan beberapa referensi yang sesuai, maka peneliti menyarankan bahwa untuk meningkatkan pemahaman guru

tentang inkuiri bisa dilakukan melalui pelatihan atau kegiatan-kegiatan tentang inkuiri yang pelaksanaannya didampingi oleh ahli, membaca buku-buku tentang

inkuiri, dan diskusi teman sejawat mengenai pembelajaran sains yang berbasis inkuiri.

Selain itu, perlu ditingkatkan kemampuan guru dalam menyusun

(15)

dalam RPP sains secara terstruktur dan sistematis dengan mengintegrasikan semua kegiatan pembelajaran inkuiri yang akan dilakukan di kelas dengan latihan secara

intensif mengenai penyusunan RPP sains yang berbasis inkuiri dengan memperhatikan standar proses yang pelaksanaannya didampingi oleh ahli.

Kemudian, meningkatkan kemampuan membuat soal-soal inkuiri melalui pelatihan atau kegiatan-kegiatan tentang inkuiri dengan cara membiasakan guru belajar merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi sains secara inkuiri

khususnya untuk kelas V SD. Pengembangan dan pelatihan mengenai pembelajaran inkuiri ini perlu dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan,

sehingga terdapat hubungan yang sinergis antara pemahaman guru tentang inkuiri, perencanaan, pelaksanaan, dan membuat soal-soal inkuiri dalam mengevaluasi pembelajaran sains.

Perlunya merubah soal-soal yang ada dalam UN yang selama ini berisi soal-soal kognitif dengan soal-soal yang berketerampilan proses, sehingga

pembelajaran sains berbasis inkuiri bisa lebih ditingkatkan dan bisa lebih bermakna bagi siswa dan juga guru.

Proses sertifikasi melalui diklat perlu dilanjutkan dengan catatan merubah

atau menambahkan materi-materi diklat sesuai dengan karakteristik mata pelajaran. Khusus untuk pembelajaran sains di SD, maka pemberian materi

mengenai pembelajaran berinkuiri ilmiah wajib diberikan mulai dari pemahaman inkuirinya, menyusun RPP sains yang berbasis inkuiri dan melaksanakan pembelajaran sains yang berbasis inkuiri hingga mengevaluasi pembelajaran sains

(16)

Kemudian patut untuk menjadi bahan penyelidikan lebih lanjut tentang pelatihan atau kegiatan khusus mengenai inkuiri seperti apa yang perlu dirancang

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Akdon. (2008). Aplikasi Statistik dan Metode Penelitian untuk Administrasi &

Manajemen. Bandung: Dewi Ruchi.

Alberta. (2004). Focus On Inqiry: A Teacher's For Guide To Implementing

Inquiry-Base Learning. Edmison, AB: Alberta Learning [online]

Tersedia:http:www.Learning.gov.ab.ca/k12/curriculum/bysubj ect/focusi iquiry.pdf [27 juni 2008].

Alpusari, M. (2008). Dampak Kemampuan Inkuiri Guru terhadap Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa. Tesis SPs UPI : tidak diterbitkan.

Anggraeni, S. (2007). Pengembangan Program Perkuliahan Biologi Umum Berbasis Inkuiri Bagi Calon Guru Biologi. Bandung: Pendidikan Biologi UPI. Proceeding of The First Internaional Seminar on Science Ecucation in Bandung.

Arikunto, S. & Abdul Jabar. (2008). Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. (2005). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek). Jakarta: Rineka Cipta.

---. (2000). Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

---. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan ( Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Budiastara, K. (2008). Core Business Pembelajaran IPA: Meningkatkan Kreativitas Guru Mengajar IPA dengan Inkuiri di SD dalam Konteks Pendidikan Jarak Jauh. (Jurnal). Disampaikan pada Seminar Internasional II Pendidikan Sains “Current Issues on Research and Teaching in Science Education”. Disertasi. Bandung: UPI. Tidak diterbitkan.

(18)

Capobianco, Brenda & Lehman, James. (2006). “Integrating Technology to Foster Inquiry in an Elementary Science Methods Course: An Action Research Study of One Teacher Educators Initiatives in a PT3 Project

(Preparing Tomorrow’s Teachers use Technology). Journal of Computers

in Mathematics and Science Teaching. 25 (2).

Cheung, D. (2007). Facilitating Chemestry Teachers To Implemet Inquiry-Base Laboratory Work. Taiwan: National Science Council.

Creswall, J.W. (2008). Educational Research. New Jersey : Pearson International Edition.

Cuevas, P., Lee, O., Hart, J., & Deaktor, R. (2005). Improving Science Inquiry with Elementary Students of Diverse Backgrounds. Journal of Research in Science Teaching. 42 (3).

Depdiknas. (2003). Standar Kompetensi Guru Pemula. Jakarta: Dirjen Dikti.

---. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas.

Doni, Hendrawan. (2008). Penerapan Model Penemuan Terbimbing untuk Meningkatkan Aktivitas dan Pencapaian Kompetensi Belajar Siswa. Tesis Pascasarjana Teknologi Pendidikan Universitas Lampung: Tidak diterbitkan.

Esler & Esler. (1993). Teaching Elementary Science. Sixth Edition. California: Wadsworth Publishing Company Belmont.

Exline. (2004). Workshop: Inquiry Based-Learning (Online). Tersedia dalam: http://www.thirteen.org/edonline/consept2class/inquiry/index_sub2.html. George R, John S. (1987). Encouraging Primary Science. London: Cassel

Publishers Limited.

Ginting, A. (2008). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora.

Gulo, W. (2005). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Gunawan W, S. (2009). Analisis Kesesuaian RPP yamg Dibuat Guru SD dengan Pelaksanaan Pembelajaran Sains. Tesis pada Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

(19)

Hamzah, B. Uno. (2007). Profesi Kependidikan. Bandung: Bumi Aksara. Harjanto. (2008). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: PT Reneka Cipta.

Harlen, W. (1993). The Teaching Of Science. London: David Fulton Publisher Ltd.

Harlen, W, Macro, C, Shcilling, M, Malvern, D, Reed, K. (1990). Workshop Material for Teacher Education. London: Library Of Congress Cataloging in Publication Data.

Haury, D.L. (1993) Teaching Science Through Inquiry.

Tersedia:http:www.Ericfacility.net/database/ERIC CSMEE Diges (march.ed) 359-480.[15 April 2008].

Hebrank, M. (2000). Why Inquiry-Base Teaching and Learning in The Middle School Science Classroom [online]. Tersedia:

http//www.Biology.duke.edu/cibl/inquiry/what is inquiry.htm

Hinrichsen, J., & Jarrett, D. (1999). Science Inqury for the Classroom: a Literature Review. Portland: Northwest Regional Educational Laboratory. Hendracipta, N. (2008). Analisis Kemunculan Aspek Inkuiri pada Pelaksanaan

Kegiatan Pembelajaran IPA. Tesis SPs UPI: tidak diterbitkan. Hsin-kai wu. (2007). Developing Sixth Grader's Inquiry Skill To Construct

Explanations In Inquiry-Base Learning Environments. Taiwan: wu,H-k & Hsieh,C-E (in press).

Indrawati. (2000). Model-model Pembelajaran IPA. Bandung: Depdikbud Pusat Pengembangan Penataran Guru IPA.

Joyce, B., Weill, M., & Colhoun, E. (2001). Models of Teaching. Sixth Edition. Boston: Allyn and Bacon.

Joseph, B. et. Al. (1976). Inquiry in Science A Guide for Teachers. Adelaide Australia: The Griffin Press.

Karli, H. & Sri, Y.M. (2003). Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Buku 1 dan 2. Bandung: Bina Media Informasi.

Liem, T. L. (2007). Asyiknya Meneliti Sains. Bandung: Pudak Scientific.

(20)

Mangangantung, J. M. (2008). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Energi dan Penggunaannya untuk Meningkatkan Penguasaan

Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Sains Sekolah Dasar. Tesis

SPs UPI: tidak diterbitkan.

Mulyasa. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung: Rosdakarya.

---. (2008). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muslich, M. (2008). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Konstektual. Jakarta: Bumi Aksara.

National Research Council. (2000). National Science Educations Standards.

Washington DC: National Academy Press

http://books.nap.edu/html/inquirvaddendum/notice.html

National Research Council. (1996). National Science Educations Standards. Washington DC: National Academy Press. http://books.nap.edu/html/inquiryaddendum/notice.html

NSTA & AETS. (1998). Standars for Science Teacher Association Preparation. America.

PP Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Permendiknas Nomor 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam Jabatan. Peraturan Pemerintah No. 74 tahun 2008 tentang Guru.

Permendiknas No 10 tahun 2009 tentang Sertifikasi bagi Guru dalam jabatan.

Pusat Kurikulum. (2003). Standar Kompetensi Kurikulum 2004 Mata Pelajaran Sains Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Depdiknas.

Ridwan. (2006). Peningkatan Keterampilan Berfikir Kritis Melalui Pembelajaran Berbasis Inkuiri. Tesis SPs UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Safari. (2005). Teknik Analisis Blair Soal Instrumen Tes dan Non Tes. Jakarta: Asosiasi Pengawas Sekolah Indonesia. Depdiknas.

(21)

---. (2006). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media.

Sarjono. (2000). Permasalahan Pendidikan MIPA di Sekolah dan Upaya

Pemecahannya. Seminar Nasional Pendidikan MIPA. FPMIPA UM

Malang.

Sa’ud, U. S. (2009). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta.

Scanlon & Hodgson. (1987). Approaching Primary Science. London: Harper & Row, Publisher.

Schumacher. (2002). Research In Education. Addison Wesley Longmann, Inc.

Semiawan. (1992). Kurikulim Berdiferensiasi, Jakarta: Depdikbud.

Soesanti, N. (2005). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) dan Model Pembelajaran Inkuiri Tidak Terbimbing (Free Inquiry) terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa. Tesis PPS UPI. Bandung: Tidak diterbitkan.

Subroto, S (2002). Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta. Sudijono, A. (2007). Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada.

Sudjana, N. (2007). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta

Sukmadinata, N. S. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

---. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Rosda Karya.

Sulistyorini. (2007). Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Semarang: UNNES.

Suryana. (2006). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

(22)

Sutrisno, dkk.. (2007). Pengembangan Pembelajaran IPA SD. Jakarta: Depdiknas.

---.(2002). Ketrampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme. Malang: Universitas Negeri Malang.

Syah. (2008). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Syaodih, N. (2005). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Rosda Karya.

The National Science Teachers Association. (2002). Elementry School Science. Tersedia: http:www.nsta.oreabout/positions/elementary.aspx.

The Vermont Elementry Science Project. (1995). Inquiry Base Science What Does It LookLike.Tersedia:http:www.exploratoriurn.edu/ifikesources/classroom/inquiry_ba se.html [March- April 1995].

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktifisme. Jakarta: Prestasi Pusataka.

Uno, H. (2008). Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

---. (2008). Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Standar Pendidikan Nasional. UU RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

Widodo, A. & Firman H. (2007). Buku Panduan Pendidik Ilmu Pengetahuan Alam SD: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Referensi

Dokumen terkait

Walk-in dan Call-in dengan uang muka, penjualan tunai dari Sales Counter melalui Walk-out , penjualan tunai dari Sales Counter. melalui Call-out tanpa uang

Upaya-upaya yang dilakukan guru dalam menaggulangi hambatan dan kendala yang terjadi selama proses pembelajaran Pkn dengan menggunakan metode Enam Topi Berpikir

Uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi agar dengan konsentrasi 25%, 30%, 35%, dan 40% v/v dalam pelarut DMSO terhadap bakteri Bacilus cereus, Streptococcus

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © Neneng

Warga dengan kriteria sangat miskin yang ada di Kota Semarang diambil semuanya sebagai sampel dengan pertimbangan bahwa merekalah prioritas dari program pengentasan

Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti melakukan sebuah trobosan dengan melakukan penelitian tindakan kelas dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dengan

(1) Dalam hal Direksi atau Dewan Komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS dalarn jangka waktu sebagaimana dimaksud dalm Pasal 79 ayat (5) dan ayat (7)

VIDEO ANIMASI 3D DENGAN TEKNIK STOP MOTION SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MENGGAMBAR MODEL.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |