• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KURIKULUM LEVEL MIKRO MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TURNAMENT (TGT) PADA PEMBELAJARAN KIMIA SMA : Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "IMPLEMENTASI KURIKULUM LEVEL MIKRO MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM GAMES TURNAMENT (TGT) PADA PEMBELAJARAN KIMIA SMA : Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang."

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian……….. 11

D. Manfaat Penelitian………. 12

1. Manfaat Teoritis………. 12

2. Manfaat Praktis……….. 12

E. Definisi Operasional ... 13

BAB II KAJIAN TEORI A. Kurikulum 1. Level Kurikulum……….. 15

2. Kaitan Kurikulum dan Pembelajaran……… 17

B. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) 1. Landasan Filosofi dan Psikologi Pembelajaran Kooperatif……… 25

2. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif tipe TGT……… 26

3. Tahapan Pembelajaran kooperatif Tipe TGT……….. 31

4. Kelebihan dan Kekurangan Model Cooperative learning Tipe TGT... 35

C. Proses dan Hasil Belajar 1. Pengertian Proses dan Hasil Belajar……….. 36

2. Indikator Proses dan Hasil Belajar……… 37

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil Belajar……… 38

D. Pembelajaran Kimia di SMA Kelas XI 1. Silabus Pembelajaran Kimia………. 40

2. RPP Pembelajaran Kimia………. 44

3. Tujuan Pembelajaran Kimia……… 48

4. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pelajaran Kimia………….. 49

(2)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

A. Metode Penelitian ... 54

B. Alur Penelitian ... 55

C. Prosedur penelitian……….. 56

1. Tahap Persiapan………... 56

2. Tahap pelaksanaan……….. 57

3. Tahap akhir……….. 58

D. Subjek Penelitian……….. 58

E. Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data 1. Teknik Pengumpulan Data ………... 58

a. Tes Digunakan Untuk Mengetahui Hasil belajar Siswa………. 58

b. Observasi Digunakan Untuk mengamati Proses Pembelajaran…….. 59

c. Angket Digunakan Untuk Mengetahui Respon Siswa………. 59

2. Teknik Pengolahan Data……….. 60

F. Pengujian Instrumen Penelitian 1. Pengujian Instrumen Tes……… a. Validitas tes……… 62

b. Realibilitas……….. 63

c. Tingkat kesukaran……….. 63

d. Daya Pembeda……… 64

e. Pengecoh……… 64

2. Pengujian Instrumen Lembar Observasi……… a. Validitas Eksternal………. 65

b. Realibilitas……….. 65

3. Pengujian Instrumen Angket……….. a. Validitas Eksternal……… 65

b. Realibilitas……… 66

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 67 A. Hasil penelitian 1. Silabus Model TGT Pada Materi kimia Koloid……… 67

(3)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Implementasi Model TGT Pada Materi Kimia Koloid………. 74 4. Hasil belajar Siswa Materi Kimia Sistem Koloid………. 75 5. Respon Siswa Terhadap Model TGT pada Materi Kimia Sistem

Koloid……… 76

B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Silabus yang Baik Digunakan Pada Implementasi Model cooperative

learning tipe TGT pada pembelajaran Sistem Koloid……… 77

2. RPP yang Baik Digunakan Pada Implementasi Model cooperative learning

tipe TGT pada pembelajaran Sistem Koloid……… 86 3. Proses dan Hasil Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT

pada Pembelajaran Sistem Koloid………. 97

a. Proses………. 97

b. Hasil Belajar……… 115

4. Tanggapan siswa Terhadap Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif

tipe TGT pada Pembelajaran Sistem Koloid……….. 118 5. Kelebihan dan Kekurangan Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif

tipe TGT pada Pembelajaran Sistem Koloid……… 119 BAB V SIMPULAN

A. Simpulan………. 121

B. Rekomendasi……….. 123

DAFTAR PUSTAKA………... 124

(4)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Format Penskoran Turnamen akademik... 33

2.2 Pedoman Penghargaan Kelompok ... 35

2.3 Perbedaan Suspensi, system Koloid, dan Larutan………... 52

2.4 Jenis-Jenis Dan Contoh Sistem Koloid………... 53

3.1 Rekapitulasi Waktu dan Kegiatan Pembelajaran... 58

3.2 Skor Pernyataan Angket Skala Likert ... 61

3.3 Kategori Sikap Siswa... 62

3.4 Klasifikasi Validitas Tes……… 63

3.5 Klasifikasi Realibilitas Tes……… 63

3.6 Klasifikasi Tingkat Kesukaran……….. 64

3.7 Klasifikasi Daya pembeda………... 64

4.1 Silabus Model TGT pada Materi Kimia Sistem Koloid………. 67

4.2 SK,KD dan Indikator Materi Kimia Sistem koloid………. 68

4.3 SK,KD dan Indikator Materi Kimia Sistem koloid Model TGT…………... 69

4.4 Materi Belajar dan Sumber Belajar………... 70

4.5 Model/Pendekatan/Metode Pembelajaran………. 71

4.6 Media pembelajaran Materi Kimia Sistem Koloid……… 72

4.7 Kegiatan Pembelajaran Materi Kimia Sistem koloid……… 73

4.8 Evaluasi Pembelajaran Materi Kimia Sistem koloid………. 73

4.9 RPP Model TGT pada Materi Kimia Sistem Koloid………. 74

4.10 Implementasi Model TGT pada Materi Kimia Sistem Koloid……….. 75

4.11 Hasil Belajar Siswa Materi Kimia Sistem Koloid………. 76

4.12 Respon Siswa Terhadap Model TGT Materi Kimia Sistem Koloid………. 77

4.13 Pengujian Chi-Square Non Parametrik Silabus………. 84

4.14 Pengujian Chi-Square Non Parametrik RPP……….. 95

(5)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4.16 Hasil Belajar Siswa Dalam Implementasi Model Cooperative Learning Tipe TGT………... 115 4.8 Respon Siswa Pada Setiap Indikator Angket Pada Implementasi Model

(6)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Model Dualistik………. 17

2.2 Model Berkaitan... 18

2.3 Model Konsentris... 18

2.4 Model Siklus... 19

2.5 Framework Pembelajaran... 27

3.1 Proses Penelitian Kuantitatif ... 51

3.2 Alur Penelitian ... 52

4.1 Grafik Perbandingan Rata-rata Observasi Tiga Observer Terhadap Silabus Model Cooperative Learning Tipe TGT……….. 84

4.2 Grafik Perbandingan Rata-rata Observasi Tiga Observer Terhadap RPP Model Cooperative Learning Tipe TGT………. 96

4.3 Tahapan Presentasi Kelas dan Motivasi……….. 98

4.4 Partikel Penyebaran koloid……….. 99

4.5 Guru Menjelaskan pengelompokkan Jenis Koloid………. 101

4.6 Proses Tanya Jawab Pengelompokkan Jenis Koloid………. 101

4.7 Media Permainan Ludo Jumanji……… 104

4.8 Sesi Tanya jawab pada permainan Ludo Jumanji………. 107

4.9 Suasana pengambilan Kesimpulan………. 108

4.10 Suasana Evaluasi Pembelajaran Sistem Koloid………. 108

4.11 Pemberian Penghargaan kelompok dan Perorangan……….. 109

4.12 Grafik Perbandingan Rata-rata Observasi Tiga Observer Terhadap Pelaksanaan Pembelajaran Model Cooperative Learning Tipe TGT.. 113 4.13 Hasil Belajar Siswa Pada Implementasi Cooperative Learning Tipe

(7)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam yang merupakan ciptaan Tuhan yang maha kuasa secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.

(9)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat. Oleh sebab itu, mata pelajaran kimia mempelajari segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran.

Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori) temuan ilmuwan dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah). Oleh sebab itu, pembelajaran kimia dan penilaian hasil belajar kimia harus memperhatikan karakteristik ilmu kimia sebagai proses dan produk yang disebut sebagai hakiat ilmu kimia. Hakikat ilmu kimia mencakup dua hal, yaitu kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses. Kimia sebagai produk meliputi sekumpulan pengetahuan yang terdiri atas fakta-fakta, konsep-konsep, dan prinsip-prinsip kimia. Kimia sebagai proses meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan Kimia. Keterampilan-keterampilan tersebut disebut keterampilan proses, dan sikap-sikap yang dimiliki para ilmuwan disebut sikap ilmiah.

(10)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

yang lebih tinggi. Penguasaan mata pelajaran Kimia memudahkan peserta didik menganalisis proses-proses kimiawi yang difungsikan untuk mendukung pembentukan kompetensi program keahlian.

Sedangkan pada tingkat SMA/MA/SMALB mata pelajaran Kimia perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih khusus yaitu membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman dan sejumlah kemampuan yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi. Tujuan mata pelajaran Kimia dicapai oleh peserta didik melalui berbagai pendekatan, antara lain pendekatan induktif dalam bentuk proses inkuiri ilmiah pada tataran inkuiri terbuka. Proses inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Oleh karena itu guru diharapkan melaksanakan pembelajaran kimia dengan sedikit menggunakan metode ceramah yang membuat siswa menjadi pasif pada pembelajaran.

(11)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

lapangan dalam lingkungan sekolah-sekolah sering kita jumpai masalah. Para siswa meskipun mendapatkan nilai yang tinggi dalam sejumlah mata pelajaran, namun mereka tampak kurang mampu menerapkan perolehannya, baik berupa pengetahuan, keterampilan maupun sikap ke situasi yang lain. Para siswa memang memiliki sejumlah pengetahuan, namun banyak pengetahuan itu diterima dari guru sebagai informasi, sedangkan mereka sendiri tidak dibiasakan untuk mencoba menemukan sendiri pengetahuan atau informasi itu, akibatnya pengetahuan itu tidak bermakna dalam kehidupan sehari-hari sehingga cepat terlupakan.

Mata pelajaran kimia adalah mata pelajaran yang dianggap membosankan dan menakutkan bagi sebagian besar siswa karena dianggap merupakan mata pelajaran yang terdiri dari rumus-rumus kimia dan hitungan. Menakutkan karena terdapat beberapa pokok bahasan yang memerlukan kemampuan matematis yang tinggi, seperti stoikiometri, termokimia, laju reaksi, kesetimbangan kimia, koligatif larutan, buffer, hidrolisis, kelarutan, dan elektrolisis. Membosankan karena sebagian besar terdiri dari pokok bahasan yang memerlukan pemahaman dengan menghafal rumus-rumus dan sifat-sifat zat baik sifat fisik maupun sifat kimia, seperti kimia organik, struktur atom, biokimia, dan kimia unsur.

(12)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

berikut: dalam penerapannya kegiatan pembelajaran didominasi oleh guru, siswa lebih banyak berperan dan terlibat secara pasif, siswa lebih banyak menunggu sajian pembelajaran dari guru daripada mencari dan menemukan pengetahuannya, Pembelajaran kimia sebagian besar menggunakan modedan metode yang sama pada hamper setiap mata pelajaran kimia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi kurangnya kebermaknaan belajar sehingga mempengaruhi pada hasil belajar siswa, diantaranya :

1. Guru kurang memperhatikan karakteristik pembelajaran IPA khususnya pelajaran kimia.

2. Pembelajaran tidak berorientasi pada pengetahuan awal siswa 3. Sumber pembelajaran hanya menggunakan sumber seadanya 4. Penyajian materi kurang berjenjang

5. Penggunaan alat atau media yang kurang 6. Lingkungan pembelajaran yang monoton

7. Model pembelajaran yang tidak sesuai dengan karakteristik materi

(13)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

elektrolit dan non elektrolit; reaksi oksidasi reduksi; hidrokarbon dan minyak

bumi, sifat koligatif larutan; redoks dan elektrokimia; karakteristik unsur,

kegunaan, dan bahayanya; senyawa karbon dan reaksinya; benzena dan

turunannya; dan makromolekul lebih banyak menggunakan model pembelajaran

pemrosesan informasi yang didalamnya berorientasi pada kemampuan siswa

memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannya, karena materi

pembelajaran itu berupa konsep, hukum, atau teori tertentu.

Tetapi pemrosesan informasi yang terjadi dilapangan berbeda dengan

makna yang sebenarnya, bahwa guru hanya mentranfer informasi kepada siswa

tanpa memperhatikan hasil yang didapatkan siswa melalui lingkungan belajarnya,

keefektifan dan keefisienannya. Sehingga dibutuhkan variasi model pembelajaran

untuk mengatasi hal tersebut, perlu dibuat suatu model pembelajaran yang tidak membosankan disertai permainan untuk memotivasi siswa dalam belajar. Dalam menerapkan suatu model pembelajaran yang tidak membosankan dan memiliki daya serap yang baik terhadap pembelajaran, sehingga kemampuan siswa yang menjadi tujuan pembelajaran terealisasikan secara keseluruhan berdasarkan cara belajar yang berbeda-beda yang dimiliki oleh siswa.

(14)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian dsb. dari ketiga cara belajar ini biasanya lebih banyak mengunakan cara belajar audio dan visual sedangkan kinestetik kurang diaplikasikan sehingga salah satu alternatif cara belajar ini adalah menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournament (TGT) yang selanjutnya disebut model TGT, karena dapat

meningkatkan proses pembelajaran melalui penerapan model tersebut. Sehingga pengelolaan kelas yang menyenangkan, tidak cenderung teacher centered, siswa memiliki kesempatan mengembangkan kemampuan pemahamannya melalui kerjasama, diskusi, berkompetisi, dan dapat melakukan evaluasi langsung terhadap kemampuannya. Selain itu, di dalamnya terdapat nilai-nilai moral seperti kerjasama, gotong royong, tanggung jawab terhadap kelompok, dan rasa sportifitas.

Model TGT memiliki suatu ciri, yaitu adanya permainan dan turnamen akademik dalam pembelajaran. Turnamen akademik dilakukan oleh perwakilan kelompok yang bersaing dalam satu meja turnamen, terdiri dari beberapa siswa yang berusaha mendapatkan nilai maksimal untuk disumbangkan kepada kelompoknya (Slavin,2009:34 ). Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif salah satu materi kimia yang bisa diterapkan menggunakan model ini adalah sistem koloid pada sub materi pokok pengelompokkan jenis koloid, karena materi ini bersifat konsep.

(15)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Konsep-konsep merupakan dasar bagi proses-proses mental yang lebih tinggi untuk merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi-generalisasi. Untuk memecahkan masalah, seorang siswa harus mengetahui aturan-aturan yang relevan, dan aturan-aturan ini didasarkan pada konsep-konsep yang diperolehnya. Pendekatan konsep merupakan bentuk instruksional kognitif yang memberi kesempatan siswa berpartisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan menemukan prinsip sendiri. Ilmu kimia tumbuh dan berkembang berdasarkan eksperimen-eksperimen. Sebagai ilmu yang tumbuh secara eksperimental, maka ilmu kimia mengandung baik pengetahuan deklaratif maupun pengetahuan prosedural. Seperti halnya pengetahuan deklaratif pada umumnya, pengetahuan kimia juga disusun oleh konsep-konsep dalam suatu jaringan proposisi.

Untuk mengikuti perkembangan ilmu kimia yang sangat pesat, belajar konsep kimia merupakan kegiatan yang paling sesuai bagi pembentukan pengetahuan kimia dalam diri siswa. Menurut hasil penelitian, fakta-fakta yang terlepas-lepas tentang pelajaran kimia akan cepat dilupakan, tetapi konsep ilmiah akan lebih lama diingat. Selain itu, bila siswa benar-benar memahami suatu konsep maka siswa akan dapat menerapkan konsep itu pada situasi baru. Beberapa ciri konsep adalah sebagai berikut :

(16)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Konsep timbul sebagai hasil pengalaman manusia dengan menggunakan lebih dari satu benda, peristiwa atau fakta. Konsep tersebut ialah suatu generalisasi.

c. Konsep ialah hasil berpikir abstrak manusia yang merangkum banyak pengalaman.

d. Konsep merupakan perkaitan fakta atau pemberian pola pada fakta-fakta.

e. Suatu konsep dapat mengalami modifikasi disebabkan timbulnya fakta-fakta baru.

Jadi melalui pemahaman konsep yang baik akan memberi dampak yang lebih terealisasikan pada kemampuan belajar siswa khususnya sistem koloid. Agar konsep pembelajaran benar-benar sampai pada tujuan pembelajaran maka digunakanlah model pembelajaran yang menyenangkan sekaligus menenamkan kerjasama yang baik sesama siswa, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

(17)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dapat memberikan imbas pada peningkatan pencapaian tujuan pembelajaran melalui model kooperatif tipe TGT pada pelajaran kimia materi pokok sistem koloid. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian mengenai Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning tipe TGT pada Pembelajaran kimia SMA di SMAN I Jalan Cagak Subang dapat dilakukan.

B.Rumusan Masalah

1. Masalah Umum

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.

“Bagaimanakah implementasi kurikulum level mikro melalui model

cooperative learning tipe TGT pada pembelajaran kimia SMA di SMAN I Jalan

Cagak Subang.

2. Masalah Khusus

Masalah khusus penelitian ini adalah:

(18)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

b. Bagaimana RPP yang digunakan dalam implementasi kurikulum level mikro melalui model cooperative learning tipe TGT pada pembelajaran pengelompokkan jenis koloid di SMAN I Jalan Cagak Subang?.

c. Bagaimana proses dan hasil belajar implementasi kurikulum level mikro melalui model cooperative learning tipe TGT pada pembelajaran pengelompokkan jenis koloid di SMAN I Jalan Cagak Subang?.

d. Bagaimana tanggapan siswa dalam implementasi kurikulum level mikro melalui model cooperative learning tipe TGT pada pembelajaran pengelompokkan jenis koloid di SMAN I Jalan Cagak Subang?.

e. Bagaimana kelebihan dan kekurangan implementasi kurikulum level mikro melalui model cooperative learning tipe TGT pada pembelajaran pengelompokkan jenis koloid di SMAN I Jalan Cagak Subang?.

C.Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah menguji implementasi kurikulum level mikro melalui model cooperative learning tipe TGT pada pembelajaran kimia SMA di SMAN I Jalan Cagak Subang.

2. Tujuan Khusus

Penelitian ini mempunyai tujuan khusus, yakni mendeskripsikan:

(19)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

tipe TGT pada pembelajaran pengelompokkan jenis koloid di SMAN I Jalan Cagak Subang.

b. Memperoleh data empiris tentang RPP yang digunakan untuk implementasi kurikulum level mikro melalui model cooperative learning tipe TGT pada pembelajaran pengelompokkan jenis koloid di SMAN I Jalan Cagak Subang.

c. Memperolah data empiris tentang proses dan hasil belajar yang dicapai siswa dalam implementasi kurikulum level mikro melalui model cooperative learning tipe TGT pada pembelajaran pengelompokkan jenis

koloid di SMAN I Jalan Cagak Subang.

d. Memperoleh data tentang tanggapan siswa dalam implementasi kurikulum level mikro melalui model cooperative learning tipe TGT pada pembelajaran pengelompokkan jenis koloid di SMAN I Jalan Cagak Subang.

e. Memperoleh data tentang kelebihan dan kelemahan implementasi kurikulum level mikro melalui model cooperative learning tipe TGT pada pembelajaran pengelompokkan jenis koloid di SMAN I Jalan Cagak Subang.

D.Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

(20)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembelajaran kimia SMA di SMAN I Jalan Cagak Subang, sehingga didapatkan prinsip-prinsip yang sesuai dengan model pembelajaran ini.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:

a. Bagi guru kimia dalam proses pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengimplementasikan model pembelajaran ini, sehingga mengefektifkan kemampuan siswa pada model pembelajaran ini.

b. Bagi peserta didik dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada aspek mengingat dan memahami siswa.

c. Bagi Pengawas dapat memberikan masukan dalam meningkatkan kualitas guru khususnya guru kimia untuk membuat suatu inovatif melalui proses pembelajaran.

d. Bagi peneliti sejenis, sebagai bahan informasi bagi pihak yang berhubungan dengan penelitian model pembelajaran kooperatif tipe TGT. E.Definisi Operasional

Untuk memperoleh persamaan persepsi dan menghindarkan penafsiran yang berbeda dari beberapa istilah dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah yang digunakan, yaitu:

(21)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

2. Kurikulum Level Mikro adalah suatu perangkat perencanaan dan persiapan mengajar yang lebih khusus dikerjakan oleh guru di sekolah, seperti pengembangan materi, pengembangan Bahan ajar, pengembanagan model pembelajaran, peran guru dan siswa dalam interaksi pembelajaran.

3. Pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah suatu strategi atau model pembelajaran yang terdiri dari kelompok-kelompok kecil dengan perbedaan tingkat kemampuan intelegensi pada masing-masing anggotanya dan dikondisikan untuk terampil dalam bekerjasama dan berkompetisi melalui turnamen akademik. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TGT, yaitu Presentasi Kelas, Belajar Kelompok (Tim), Persiapan Permainan, Permainan (Game/Turnamen), Rekognisi Tim (Penghargaan Tim). Sedangkan untuk tahapan Permainan atau turnamen, yaitu persiapan meja turnamen, pelaksanaan turnamen akademik, perhitungan skor turnamen akademik, pergeseran (Bumping), penghargaan kelompok.

(22)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk menggambarkan dan mengungkapkan suatu masalah, keadaan, peristiwa sebagaimana adanya atau mengungkap fakta secara lebih mendalam mengenai implementasi kurikulum level mikro melalui cooperative learning tipe TGT pada pembelajaran sistem koloid dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Penelitian ini dipandang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang implementasi kurikulum level mikro melalui cooperative learning tipe TGT pada pembelajaran sistem koloid. Proses penelitian ini diperlihatkan dalam gambar berikut :

Gambar 3.1. Proses Penelitian Kuantitatif(Modifikasi Tuckman) (Sumber : Sugyono. 2010 : 28)

Sumber Masalah

Rumusan Masalah

Konsep & teori

Penemuan yang relevan

Pengujian Hipotesis

Penemuan

Praduga terhadap hubungan antar

variabel

Menyusun Instrumen Penelitian

Metode/Strategi Pendekatan

Penelitian Penemuan

(23)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

B. Alur Penelitian

Alur penelitian merupakan gambaran langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian. Alur penelitian tersebut dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Alur Penelitian

Tahap Persiapan  Perangkat pembelajaran yang masih umum bagi keseluruhan materi pelajaran

 Model pembelajaran yang tidak beragam pada materi pelajaran yang bersifat konsep kelas XI semester 2 materi pokok sistem koloid

 Hasil belajar terhadap penguasaan materi yang kurang memuaskan pada materi yang bersifat konsep pada kelas XI Semester 2 materi pokok sistem koloid

Analisis Sub materi pokok pengelompokan jenis koloid

Perumusan Masalah Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pembuatan Media Bahan Ajar Pembuatan Instrumen Validasi Intrumen dan Uji Coba Perbaikan

Pembelajaran Kelas XI IPA 3

Menggunakan TGT

Angket

Analisis Data

Temuan dan Pembahasan

Kesimpulan Tes

Observasi Pelaksanaan Tahap

Tahap Akhir Analisis Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan pada Mata Pelajaran Kimia Kelas XI

(24)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

C. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian dibagi menjadi tiga tahap yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan dimulai dengan studi pendahuluan berupa studi pustaka mengenai implementasi model TGT, kurikulum tingkat satuan pendidikan pada bidang studi kimia SMA 2006, dan pembelajaran pengelompokan jenis koloid. Hal ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan, khususnya tentang implementasi model TGT dalam pembelajaran kimia. Setelah mengetahui permasalahan yang terjadi, tahapan selanjutnya adalah menentukan rumusan masalah penelitian. Untuk menjawab rumusan masalah tersebut, kemudian dilakukan pembuatan bahan ajar dan penyusunan instrumen penelitian.

(25)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

diujicobakan kepada siswa kelas XI IPA pada sekolah yang berbeda untuk mengetahui validitas empiris dan reliabilitasnya. Setelah diujicobakan, instrumen tes tertulis tersebut kemudian direvisi kembali, begitu juga instrumen lembar observasi yang diujicobakan kepada guru kimia di beberapa SMA yang ditentukan.

Langkah berikutnya adalah tahap persiapan yang bersifat administratif. Tahapan tersebut di antaranya menentukan sekolah yang akan dijadikan lokasi penelitian, jadwal pelaksanaan penelitian, serta mempersiapkan surat perizinan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan dimulai dengan memberikan informasi kepada guru bidang studi kimia tentang penelitian implementasi model TGT yang akan dilakukan. Selanjutnya dilakukan diskusi mengenai rencana pelaksanaan pembelajaran dengan model TGT .

Tahapan selanjutnya adalah pembagian kelompok berdasarkan nilai-nilai kimia sebelumnya pada semester yang sama. Hasil pembagian kelompok tersebut kemudian didiskusikan kembali dengan guru bidang studi kimia untuk direvisi, sehingga menghasilkan kelompok yang bersifat heterogen berdasarkan jenis kelamin dan kemampuan intelegensi siswa.

(26)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengetahui hasil belajar siswa. Rekapitulasi jadwal kegiatan pembelajaran dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1

Rekapitulasi Waktu dan Kegiatan Pembelajaran

No. Hari/Tanggal Pert. Ke

Alokasi

Waktu Jenis Kegiatan

1 Juni 2012 1 2 × 45

Menit

Pembelajaran sub materi pokok pengelompokan jenis koloid dengan games ludo Jumanji

2 Juni 2012 2 Penyebaran angket

3. Tahap Akhir

Tahap akhir yang dilakukan dalam penelitian implementasi model TGT adalah dengan melaporkan hasil penelitian yang meliputi pengolahan dan analisis hasil tes tertulis, observasi dan angket. Pelaporan ini diakhiri dengan menarik kesimpulan dan membuat rekomendasi.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang dipilih adalah siswa SMA kelas XI pada SMAN I Jalancagak yang sedang mempelajari pembelajaran sistem koloid tahun ajaran 2011/2012. Subjek penelitian adalah XI IPA III yang berjumlah 37 orang siswa. E. Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes, pedoman observasi dan angket.

a. Tes

(27)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

jenis koloid dan pembelajaran biasa terhadap peningkatan pengetahuan dan pemahaman siswa pada sub materi pokok pengelompokan sistem koloid. Penyusunan tes ini berpedoman pada indikator-indikator yang harus dimiliki setiap siswa setelah mengikuti pembelajaran. Tes dilakukan sebanyak satu kali setelah pembelajaran sebagai tes akhir.

b. Pedoman Observasi

Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra. Jenis observasi yang dilaksanakan adalah observasi sistematis, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen pengamatan. Pedoman observasi tersebut digunakan untuk memfokuskan pengamat terhadap aspek-aspek tertentu yang akan diselidiki dalam proses observasi.

Pedoman observasi yang digunakan dalam penelitian ini dirancang berdasarkan langkah-langkah pembelajaran yang tercantum dalam RPP. Hal tersebut dilakukan teramati dari mulai silabus, RPP, hingga pelaksanaan pembelajaran. Format yang disusun berisi sebuah daftar checklist (√) jenis kegiatan yang akan terjadi dengan kriteria nilai 4 (Sangat baik), 3 (baik), 2 (cukup), dan 1 (kurang).

c. Angket

(28)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

jumlah besar. Angket tersebut menggambarkan skala sikap mengenai suatu objek dalam aspek afektif pembelajaran yang mengukur sikap terhadap pembelajaran.

Angket yang digunakan mengacu kepada parameter skala Likert dengan menggunakan metode rating yang dijumlahkan. Prosedur penggunaan metode rating yang dijumlahkan dilakukan dengan dua asumsi, yaitu (a) setiap pernyataan sikap yang telah ditulis dapat disepakati sebagai termasuk pernyataan yang favorabel atau pernyataan yang tak-favorabel; dan (b) jawaban yang diberikan individu yang mempunyai sikap positif diberi bobot atau nilai yang lebih tinggi daripada jawaban yang diberikan oleh responden yang mempunyai sikap negatif.

Skala Likert yang digunakan terdiri dari empat kategori pilihan sikap siswa, yaitu (SS) sangat setuju, (S) setuju, (TS) tidak setuju, dan (STS) sangat tidak setuju. Mengingat cukup sensitifnya objek penilaian yang dilakukan, maka untuk menghindari sikap keragu-raguan pada diri siswa, kategori (R) ragu-ragu tidak diberikan sebagai alternatif jawaban bagi siswa.

2. Pengolahan Data Penelitian

a. Tes

Berdasarkan hasil tes, dilakukan pengujian untuk menentukan bagaimana implementasi model kooperatif tipe TGT pada pembelajaran sistem koloid. Pengujian tersebut dilakukan terhadap hasil tes yang dianalisis secara spesifik pada pokok uji tertentu untuk setiap sub materi pokok dan indikator. Pengujian statistik dilakukan terhadap data tes evaluasi belajar siswa.

(29)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Pernyataan-pernyataan dalam observasi dioleh berdasarkan skor penilaian yang di checklist oleh observer dengan nilai skor 4,3,2,1. Pengolahan data observasi dilakukan baik untuk melihat implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TGTsecara keseluruhan. Langkah-langkah pengolahan observasi yang dilakukan dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Menghitung skor masing masing observer yang di ceklist berdasarkan skor yang sudah ditentukan.

2) Menghitung nilai rata-rata nilai observer secara keseluruhan 3) Mengubah nilai rata-rata menjadi bentuk persen.

4) Menafsirkan data nilai rata-rata berdasarkan kategori yang sudah ditentukan pada setiap keterangan penilaian.

Pengolahan data observasi menggunakan chi-square non parametrik dengan membandingkan antara frekuensi yang diobservasi dan frekuensi yang diharapkan (expected) pada masing-masing kategori untuk menguji bahwa semua kategori mengandung proporsi nilai yang sama atau menguji bahwa masing-masing kategori mengandung proporsi nilai tertentu. Pengolahan data menggunakan SPSS 16.

c. Angket

(30)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

[image:30.595.155.492.117.184.2]

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Tabel 3.2 Skor Pernyataan Angket Skala Likert

Sifat Pernyataan Jawaban

SS S TS STS

Positif 4 3 2 1

Negatif 1 2 3 4

(Firman, 2000 :85) Pengolahan data angket dilakukan baik untuk melihat sikap siswa sebelum dan setelah pembelajaran secara keseluruhan. Langkah-langkah pengolahan data angket yang dilakukan untuk melihat sikap secara keseluruhan dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Menghitung skor jawaban siswa sebelum dan setelah berdasarkan skor pada Tabel 3.2.

2) Menghitung nilai rata-rata siswa secara keseluruhan pada sebelum dan sesudah pembelajaran.

3) Mengubah nilai rata-rata menjadi bentuk persen.

4) Menafsirkan data nilai rata-rata sebelum maupun sesudah pembelajaran ke dalam beberapa kategori sikap yang ditunjukkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kategori Sikap Siswa Nilai (%) Kategori

81 – 100 Sangat Positif

61 – 80 Positif

41 – 60 Cukup

21 – 40 Negatif

< 20 Sangat Negatif

(Arikunto, 2009:106) 5) Menganalisis perbedaan nilai persentase rata-rata sebelum dan

sesudah pembelajaran dengan uji statistik.

F. Pengujian Instrumen Penelitian

[image:30.595.116.514.244.634.2]
(31)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Pengujian Validasi Tes

[image:31.595.112.514.237.631.2]

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen (Arikunto, 2002 :160). Validitas empiris dilakukan berdasarkan hasil uji coba instrumen. Validitas empiris terhadap instrumen tes tertulis dapat ditentukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment Pearson. Berdasarkan hasil perhitungan, validitas empiris setiap pokok uji instrumen tes tertulis dapat diinterpretasikan berdasarkan klasifikasi berikut:

Tabel 3.4 Klasifikasi Validitas Tes

Nilai rxy Klasifikasi

rxy ≤ 0,00 Tidak valid

0,00 < rxy≤ 0,20 Validitas sangat rendah

0,20 < rxy≤ 0,40 Validitas rendah (kurang)

0,40 < rxy≤ 0,60 Validitas sedang (cukup)

0,60 < rxy≤ 0,80 Validitas tinggi (baik)

0,80 < rxy≤ 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik)

(Arikunto, 2002 : 245) b. Pengujian Realibilitas

[image:31.595.181.442.689.736.2]

Reliabilitas adalah ukuran sejauh mana suatu instrumen memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang (Firman, 2000: 32). Pada penelitian ini, pengujian reliabilitas dilakukan dengan metode konsistensi internal. Metode tersebut dilakukan dengan mengestimasi konsistensi internal suatu tes tanpa membelah dua tes tersebut. Berdasarkan hal tersebut, pengujian reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Kuder Richardson 20 (KR-20). Berdasarkan hasil perhitungan, reliabilitas instrumen tes tertulis dapat diinterpretasikan berdasarkan klasifikasi berikut:

Tabel 3.5

Klasifikasi Reliabilitas Tes

Nilai r Klasifikasi

(32)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

0,20 < r < 0,40 Rendah 0,40 < r < 0,60 Cukup 0,60 < r < 0,80 Tinggi 0,80 < r < 1,00 Sangat tinggi

(33)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

c. Pengujian Tingkat Kesukaran

[image:33.595.114.512.247.678.2]

Tingkat kesukaran adalah suatu parameter untuk menyatakan bahwa item suatu soal adalah mudah, sedang, dan sukar (Arikunto, 2005 :208). Taraf kesukaran dinyatakan dengan indeks kesukaran. Berdasarkan hasil perhitungan indeks kesukaran instrumen tes tertulis, tingkat kesukaran pokok uji tes tertulis dapat diinterpretasikan berdasarkan klasifikasi berikut:

Tabel 3.6

Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Nilai F Klasifikasi

F = 0.00 Soal terlalu sukar

0,00 < F ≤ 0,30 Soal sukar 0,30 < F ≤ 0,70 Soal sedang 0,70 < F < 1,00 Soal mudah

F = 1.00 Soal terlalu mudah

(Arikunto, 2005 : 210) d. Perhitungan Daya Pembeda

Daya pembeda ialah selisih antara proporsi kelompok tinggi yang menjawab benar dengan proporsi kelompok rendah yang menjawab benar pada setiap pokok uji. Berdasarkan hasil perhitungan, kualitas daya pembeda setiap pokok uji instrumen tes tertulis dapat diinterpretasikan berdasarkan klasifikasi berikut:

Tabel 3.7

Klasifikasi Daya Pembeda Nilai D Klasifikasi

D ≤ 0,00 Sangat jelek

0,00 < D ≤ 0,20 Jelek 0,20 < D ≤ 0,40 Cukup 0,40 < D ≤ 0,70 Baik 0,70 < D ≤ 1,00 Sangat baik

(34)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

e. Analisis Pengecoh (Distraktor)

Analisis pengecoh atau distraktor bertujuan untuk menemukan pengecoh yang kurang berfungsi dengan baik pada setiap pokok uji. Adapun ciri-ciri pengecoh yang kurang berfungsi dengan baik, yaitu: (a) tidak ada yang memilih, baik kelompok tinggi maupun kelompok rendah; (b) lebih banyak dipilih oleh kelompok tinggi dibandingkan kelompok rendah; (c) jumlah pemilih kelompok tinggi pada pengecoh tersebut lebih besar dari jumlah kelompok tinggi yang memilih kunci jawaban benar.

2. Pengujian Instrumen Observasi

a. Validitas Eksternal

Uji Validitas Eksternal dengan cara diujicobakan kepada respon lain di SMA 2 Pasundan Bandung.data tersebut kemudian diolah menggunakan excel dengan melihat rata-rata, standar deviasi, dan varian masing-masing pernyataan Instrumen dikatakan valid jika nilai r hitung untuk seluruh pernyataan lebih besar daripada t tabel pada tarap yang signifikan sebesar 0,05.

b. Realibilitas

Uji realibilitas dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data (arikunto:2003). Untuk menguji realibilitas instrument digunakan rumus cronbach alfha. Adapun ketentuannya adalah bila nilai cronbach alfha lebih besar dari 0,06,

(35)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

3. Pengujian Instrumen Angket

a. Validitas Eksternal

Uji Validitas Eksternal dengan cara diujicobakan kepada respon lain di SMA 2 Pasundan Bandung.data tersebut kemudian diolah menggunakan excel dengan melihat rata-rata, standar deviasi, dan varian masing-masing pernyataan Instrumen dikatakan valid jika nilai r hitung untuk seluruh pernyataan lebih besar daripada t tabel pada tarap yang signifikan sebesar 0,05.

b. Realibilitas

(36)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diperoleh kesimpulan bahwa implementasi kurikulum level mikro melalui model cooperative learning tipe teams games tournament (TGT) pada pembelajaran kimia

SMA adalah sangat baik. Hal tersebut diperkuat oleh beberapa kesimpulan lainnya sebagai berikut:

a. Silabus dalam implementasi kurikulum level mikro melalui model cooperative learning tipe TGT yang baik digunakan pada pembelajaran pengelompokkan jenis

koloid yaitu ketepatan silabus terlihat dari terpenuhinya komponen silabus yang merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi pokok/pembelajaran sistem koloid, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian yang didalamnya penjabaran kegiatan pembelajaran sistem koloid, mengungkapakan model/metode/ pendekatan yang digunakan pada pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pelajaran sistem koloid. b. RPP dalam implementasi kurikulum level mikro melalui model cooperative

learning tipe TGT yang baik digunakan pada pembelajaran pengelompokkan jenis

(37)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

pembelajaran sistem koloid, mulai dari presentasi kelas, belajar kelompok, persiapan permainan ludo jumanji, permainan ludo jumanji, dan pemberian reinforcement kepada siswa dan kelompok dan pada tahapan kegiatan

pembelajaran mulai dari tahapan pendahuluan yang terdiri dari apersepsi dan motivasi, pada tahapan inti didalamnya terdiri dari tahapan eksplorasi (pembelajaran yang digunakan untuk membuat rencana untuk membangun pengetahuan dasar siswa), elaborasi (tahap inti pembelajaran berlangsung) dan konfirmasi (memberikan feedback terhadap para peserta didik), pada tahapan penutup terdiri dari pengambilan kesimpulan dan pemberian evaluasi akhir. c. Proses dan hasil belajar melalui pengimplementasian kurikulum level mikro

melalui model cooperative learning tipe TGT , yaitu dalam proses pembelajaran kooperatif tipe TGT pada pelajaran sistem koloid mengikuti setiap tahapan pembelajaran yang sudah direncanakan dan berdasarkan tahapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran pengelompokkan jenis koloid, sehingga tanggapan siswa terhadap implementasi model pembelajaran kooperatif tipe TGT bersifat positif terhadap pembelajaran yang berlangsung.

d. Kelebihan pengimplementasian kurikulum level mikro melalui model cooperative learning tipe TGT adalah interaksi sosial siswa semakin baik yang dilihat dari

(38)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

baik dari segi pembagian kelompok dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran model cooperative learning tipe TGT.

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, terdapat beberapa rekomendasi yang perlu dijadikan pertimbangan dalam pengembangan pembelajaran dengan menggunakan model TGT, di antaranya yaitu:

1. Dinas pendidikan : Guru kimia dituntut untuk membuat suatu inovatif melalui proses pembelajaran khusunya dengan penggunaan model pembelajaran yang beragam.

2. Kepala Sekolah : merekomendasikan bagi guru kimia untuk membuat media pembelajaran yang dapat menstimulasi kemampuan siswa khusunya pelajaran kimia.

(39)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

konfirmasi sesuai dengan modelyang digunakan sehingga model yang digunakan merupakan warna dari pembelajaran sistem koloid.

(40)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

________________. (2003). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Nasional Standar Pendidikan. (2006). Silabus Mata Pelajaran Kimia. Jakarta: Depdiknas.

_______________________________. (2006). Standar Isi Mata Pelajaran Kimia SMA/MA. Jakarta: Depdiknas.

Dahar, Ratna. W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Depdiknas. 2003. Kurikulum 2004 standar kompetensi. [Online]. Tersedia: http://www.docstoc.com/docs/22433450/KURIKULUM-2004-Standar-Kompetensi

Farida, dkk. (2002). Kimia SMU Kelas 2. Bandung: Rosda

Firman, Harry. (2000). Penilaian Hasil Belajar dan Pembelajaran Kimia. Bandung: Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI.

Iskandar, M. S. (2001). Penerapan Konstruktivisme dalam Pembelajaran Kimia di SMU. Media Komunikasi Kimia 5 (2), I-II.

Johari, J.M.C. (2004). Kimia Untuk SMA Kelas XI. Jakarta: ESIS.

Johnson. (2006).1001 Plus Soal dan Pembahasan Kimia.Bandung: Erlangga

(41)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Mulyono. A (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Oemar Hamalik. 2003. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Permendiknas. 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. BSNP. [Online]. Tersedia: http://www.ipdn.ac.id/pp-no-19-2005.pdf

Permendiknas. 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: BSNP. [Online]. Tersedia: http://hukum.unsrat.ac.id/men/mendiknasp2003_20_lamp.pdf

Permendiknas. 2007. Standar Proses Pendidikan. Jakarta. BSNP. [Online]. Tersedia: http://litbang.kemdikbud.go.id/content/Permen%20Standar%20Proses%20N o%2041.pdf

Rusman. (2009). Manajemen Kurikulum. Jakarta; Rajawali press

Rusman. (2010). Model Model Pembelajaran, Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta; Rajawali press

Sacco, J. (2002). Using Teams Games Tournament. [Online]. Tersedia: http://www.google.com/search?hl=id&q=teams+games+tournament&meta.h tm [20 Januari 2009]

Sanjaya, W. (2010). Strategi Pembelajaran Beroriebtasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : kencana

Sardiman, A.M 2007. Interaksi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo

Saylor, J. Galen, Alexander, William M. dan Lewis Arthur J. 1981. Curricullum Planning for better Teaching And learning, Holt-Rinehart and Wintson.

Slavin, R. (2009). Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

(42)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sudjana, N. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdikarya

Sugiono.2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. :Alfabeta Sugiono. 2005. Statistika Uji Reliabilitas. Alfabeta

Sukardi. 2008. Metodologi penelitian pendidikan. Jakarta; Bumi Aksara

Sunjaya. 2009. Peningkatan Pemahaman Siswa SMA Kelas X Pada Materi poko Sistem Periodik Unsur Melalui Penerapan Model TGT. Bandung: Skripsi pada FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, tidak diterbitkan

Suparno, Paul. (1997). Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta: Kanisius.

Syamsudin, Abin. (2004). Proses Belajar Mengajar. [Online]. Tersedia : http://blog.elearning.unesa.ac.id/tag/proses-belajar-mengajar-menurut-abin-syamsudin

Syaodih,Nana.S. (2003). Landasan pengembangan Kurikulum.Bandung: remaja Rosdakarya

Thohir, Muhammad. (2008). Masalah Revisi dalam Ranah Kognitif Taksonomi Bloom. [Online]. Tersedia: http://www.indonesianislamiceducare_IIE.htm

[11 Desember 2008].

Usman. Uzer, Moh, 2003. Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya

Yusepa, Beni. (2002). Cooperative Learning Type STAD (Student Team Achievement Divisions) dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika

(43)

Monica Mulyani Batubara, 2012

Implementasi Kurikulum Level Mikro Melalui Model Cooperative Learning Tipe Team Games Turnament (TGT) Pada Pembelajaran Kimia SMA

: Studi Deskriptif terhadap siswa kelas XI SMAN I Jalan Cagak Subang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Yusuf. (2005). Proses dan Hasil Belajar Biologi Melalui Pembelajaran Kooperatif (Jigsaw). [Online]. Tersedia:

http://72.14.235.104/search?q=cache:RZ-CBKO2cnkJ:www.damandiri.or.id/file/yusufunsbab2.pdf+Pembelajaran+Ko operatif&hl=id&ct=clnk&cd=2&gl=id [11 Januari 2009]

Depdikbud 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar. [Online]. Tersedia : http://indramunawar.blogspot.com/2009/06/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-hasil.html

………2011. Teori Belajar Behaviorisme, Kognitif, Konstruktivistik dan

Humanistik. [Online]. Tersedia : http://hasanudin-bio.blogspot.com/2011/05/teori-belajar-behaviorisme-kognitif.html

Mawardi, I. 2009. Implementasi Kurikulum: Sebuah Prinsip Dasar. [Online]. Tersedia : http://mawardiumm.blogspot.com/2009/08/implementasi-kurikulum-sebuah-prinsip.html

………..2009. Komponen Silabus. [Online]. Tersedia :

http://penapun-tertoreh.blogspot.com/2009/10/komponen-silabus.html

……….(2010). Komponen silabus. [Online]. Tersedia :

http://www.scribd.com/herri_abramovich/d/86330880-05-KOMPONEN-SILABUS

………(2010). Komponen - Komponen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP)|EDUCATION FOR OUR COUNTRY - PENDIDIKAN UNTUK

NEGERI KITA. [Online]. Tersedia :

Gambar

Tabel
Gambar
Gambar 3.1. Proses Penelitian Kuantitatif(Modifikasi Tuckman) (Sumber :  Sugyono. 2010 : 28)
Tabel 3.1  Rekapitulasi Waktu dan Kegiatan Pembelajaran
+4

Referensi

Dokumen terkait

Vaksin Hepatitis B yang pertama harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah bayi lahir, kemudian dilanjutkan pada umur 1 bulan dan 3 hingga 6 bulan.. Imunisasi ini untuk

Pemodelan data yang digunakan dalam sistem informasi akademik berbasis web pada SMK Pelayaran Sinar Bahari Palembang adalah dengan menggunakan Entity Relantionship Diagram

Sekutu terbatas tidak memiliki hak untuk mengelola usaha tetapi dapat memberikan saran-saran manajemen pada sekutu umum, memeriksa bisnis dan membuat salinan terhadap catatan

bimbinganakademikuntukmereduksiperilakumencontekpesertadidik.Penelitianinimenggu nakanpendekatankuantitatif dengan metode penelitian deskriptif denganjumlahpopulasisebanyak 155

Panel yang paling banyak digunakan adalah panel terbuka karena isi cerita komik “One Piece” berupa adegan laga dan banyak memuat adegan ekspresif.. Sedangkan untuk balon kata

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menganalisis antrian yang terjadi pada loket-loket pada Bank Mandiri Cawang dan untuk menentukan jumlah loket optimal yang harus

Web ini dirancang agar mahasiswa Gunadarma maupun yang berada diluar kampus ini tidak kesulitan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.. Melalui Web ini user dapat

Tulisan ini dikedepankan sebagai usaha untuk memberikan pemahaman dan pemaknaan yang tepat, mengenai Islam dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia sebagai sebuah