No. Daftar FPIPS : 1774/ UN.40.2.5.1/ PL/ 2013
HUBUNGAN ENVIRONMENTAL SUSTAINABILITY DAN ECONOMICAL
BENEFITS PADA AKTIVITAS KUKUYAAN DAN ARUNG JERAM DI
CIKAPUNDUNG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata pada Program Studi Manajemen Resort & Leisure
Oleh:
Hendra Ramdhani 0900256
PROGRAM STUDI MANAJEMEN RESORT & LEISURE FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
No. Daftar FPIPS : 1774/ UN.40.2.5.1/ PL/ 2013
HUBUNGAN ENVIRONMENTAL
SUSTAINABILITY DAN ECONOMICAL
BENEFITS PADA AKTIVITAS KUKUYAAN DAN
ARUNG JERAM DI CIKAPUNDUNG
Oleh:
Hendra Ramdhani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Hendra Ramdhani 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
No. Daftar FPIPS : 1774/ UN.40.2.5.1/ PL/ 2013
LEMBAR PENGESAHAN
HUBUNGAN ENVIRONMENTAL SUSTAINABILITY DAN ECONOMICAL
BENEFITS PADA AKTIVITAS KUKUYAAN DAN ARUNG JERAM DI
CIKAPUNDUNG
Oleh:
Hendra Ramdhani NIM. 0900256
Disetujui dan Disahkan Oleh :
Pembimbing I
Prof. Dr. Gurniwan Kamil Pasya, M.Si NIP. 19610323 198603 1 002
Pembimbing II
Ahmad H. Galihkusumah, S.ST., MM NIP. 19810522 201012 1 006
Mengetahui,
Ketua Program Studi Manajemen Resort & Leisure UPI
HUBUNGAN ENVIRONMENTAL SUSTAINABILITY DAN ECONOMICAL
BENEFITS PADA AKTIVITAS KUKUYAAN DAN ARUNG JERAM DI
CIKAPUNDUNG ABSTRAK
Oleh:
Hendra Ramdhani 0900256
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya rencana pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung, yaitu sebuah aktivitas mengarungi sungai Cikapundung dengan menggunakan ban dalam bekas dan juga dengan menggunakan perahu karet. Pengembangan aktivitas tersebut harus bersifat berkelanjutan dengan berdasarkan pada konsep environmental sustainability (keberlanjutan lingkungan) dan economical benefits (manfaat ekonomi). Melalui penelitian ini, peneliti bertujuan untuk dapat mengidentifikasi konsep environmental sustainability dan economical benefits yang terdapat di Cikapundung serta untuk mengidentifikasi hubungan antara environmental sustainability dan economical benefits dalam pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram tersebut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan eksploratif dengan tujuan untuk memecahkan masalah yang bersifat aktual. Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui observasi lapangan, wawancara, studi literatur, dan penyebaran kuesioner kepada 80 responden yang merupakan anggota komunitas Cikapundung yang aktif dalam pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung. Data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan metode pengukuran data dan penetapan skala likert guna mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena sosial. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa environmental sustainability dan economical benefits yang terdapat di Cikapundung masih belum tampak dan hubungan antara kedua variabel tersebut tergolong kedalam kategori yang cukup.
RELATIONSHIP ENVIRONMENTAL SUSTAINABILITY AND ECONOMICAL BENEFITS ON KUKUYAAN AND RAFTING ACTIVITY IN CIKAPUNDUNG
ABSTRACT
By:
Hendra Ramdhani 0900256
This research is motivated by the development plan of kukuyaan and rafting activity in Cikapundung, which as a forded activity in Cikapundung river by using tires in the former and also using rubber boats. This development must be sustainable and based on environmental sustainability concept and also the economical benefits. Through this study, researchers aimed to identify the environmental sustainability concept and economical benefits contained in Cikapundung as well as to identify the relationship between environmental sustainability concept and economical benefits in this development plan. The method used in this study is descriptive and exploratory in order to solve the problems that are actual. The data in this study were collected through field observations, interviews, literature studies, and distributing questionnaires to 80 respondents who are active members of the community Cikapundung. These data then analyzed using methods of data measurement and determination of the Likert scale to measure attitudes, opinions, and one’s perception of social phenomena. Based on the result of this study concluded that environmental sustainability and economical benefits contained in Cikapundung still unlooked and unfelt by the local community and the relationship between the two variables classified into sufficient categories.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II KAJIAN TEORI ... 9
2.1 Sustainable Tourism ... 9
2.2 Environmental Sustainability ... 12
2.3 Economical Benefits ... 24
2.4 Orisinalitas Penelitian ... 30
2.5 Kerangka Pemikiran ... 32
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
3.1 Lokasi Penelitian ... 35
3.2 Metode Penelitian ... 35
3.3 Populasi ... 37
3.4 Sampel ... 37
3.5 Jenis & Sumber Data ... 38
3.5.1 Data Primer ... 38
3.5.2 Data Sekunder ... 39
3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 39
3.7 Metode Analisis Data ... 40
3.7.1 Pengukuran Data ... 40
3.72 Penetapan Skala ... 41
3.8 Operasional Variabel ... 42
3.9 Teknik Pengolahan Data ... 43
3.9.1 Uji Validitas ... 43
3.9.2 Uji Reliabilitas ... 46
3.9.3 Teknik Analisis Data ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 50
4.1 Gambaran Umum Cikapundung ... 50
4.2 Hasil Pembahasan ... 56
4.2.1 Konsep Environmental Sustainability di Cikapundung ... 56
4.2.2 Economical Benefits di Cikapundung ... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 94
5.1 Kesimpulan ... 94
5.2 Saran ... 95
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Potensi dampak akibat kegiatan pariwisata ... 17 Tabel 2.2 Orisinalitas Penelitian ... 30 Tabel 2.3 Hubungan Environmental Sustainability dan Economical
Benefits ... 33
Tabel 3.1 Operasional Variabel ... 42 Tabel 3.2 Interpretasi Koefisien Korelasi nilai r ... 44 Tabel 3.3 Hasil Pengukuran Uji Validitas Instrumen Penelitian
Environmental Sustainability ... 45
Tabel 3.4 Hasil Pengukuran Uji Validitas Economical Benefits ... 46 Tabel 3.5 Hasil Pengukuran Uji Realibilitas Instrumen Penelitian ... 48 Tabel 4.1 Karakteristik Jenis Kelamin Masyarakat Bantaran Sungai
Cikapundung ... 51 Tabel 4.2 Karakteristik Usia Masyarakat Bantaran Sungai
Cikapundung ... 52 Tabel 4.3 Karakteristik Pendidikan Masyarakat Bantaran Sungai
Cikapundung ... 53 Tabel 4.4 Karakteristik Pekerjaan Masyarakat Bantaran Sungai
Cikapundung ... 54 Tabel 4.5 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Pertama
Variabel Environmental Sustainability ... 56 Tabel 4.6 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Kedua
Variabel Environmental Sustainability ... 59 Tabel 4.7 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Ketiga
Variabel Environmental Sustainability ... 61 Tabel 4.8 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Keempat
Tabel 4.9 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Kelima Variabel Environmental Sustainability ... 65 Tabel 4.10 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Keenam
Variabel Environmental Sustainability ... 67 Tabel 4.11 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Ketujuh
Variabel Environmental Sustainability ... 69 Tabel 4.12 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Kedelapan
Variabel Environmental Sustainability ... 71 Tabel 4.13 Tanggapan Responden Terhadap Pernyataan Kesembilan
Variabel Environmental Sustainability ... 73 Tabel 4.14 Tanggapan Responden terhadap Variabel Environmental
Sustainability ... 75
Tabel 4.15 Tanggapan Responden terhadap Pernyataan Pertama
Variabel Economical Benefits ... 79 Tabel 4.16 Tanggapan Responden terhadap Pernyataan Kedua
Variabel Economical Benefits ... 81 Tabel 4.17 Tanggapan Responden terhadap Pernyataan Ketiga
Variabel Economical Benefits ... 83 Tabel 4.18 Tanggapan Responden terhadap Pernyataan Keempat
Variabel Economical Benefits ... 85 Tabel 4.19 Tanggapan Responden terhadap Pernyataan Kelima
Variabel Economical Benefits ... 87 Tabel 4.20 Tanggapan Responden terhadap Variabel Economical
Benefits... 89
Tabel 4.21 Korelasi antara Environmental Sustainability dan
Economical Benefits di masyarakat bantaran sungai
Tabel 4.22 T hitung korelasi antara Environmental Sustainability dan
Economical Benefits pada aktivitas kukuyaan dan arung
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Hubungan antara Sustainable Tourism dengan komponen lain dalam pariwisata ... 11 Gambar 2.2 Hubungan antara industri pariwisata, masyarakat, dan
lingkungan pendukung ... 14 Gambar 2.3 Hubungan lingkungan alam, keadaan ekonomi, dan dimensi
sosial ... 21 Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran ... 32 Gambar 3.1 Lokasi Penelitian ... 36 Gambar 4.1 Garis Kontinum Pernyataan Pertama Dari Variabel
Environmental Sustainability ... 57
Gambar 4.2 Garis Kontinum Pernyataan Kedua Dari Variabel
Environmental Sustainability ... 60
Gambar 4.3 Garis Kontinum Pernyataan Ketiga Dari Variabel
Environmental Sustainability ... 62
Gambar 4.4 Garis Kontinum Pernyataan Keempat Dari Variabel
Environmental Sustainability ... 64
Gambar 4.5 Garis Kontinum Pernyataan Kelima Dari Variabel
Environmental Sustainability ... 66
Gambar 4.6 Garis Kontinum Pernyataan Keenam Dari Variabel
Environmental Sustainability ... 68
Gambar 4.7 Garis Kontinum Pernyataan Ketujuh Dari Variabel
Gambar 4.8 Garis Kontinum Pernyataan Kedelapan Dari Variabel
Environmental Sustainability ... 72
Gambar 4.9 Garis Kontinum Pernyataan Kesembilan Dari Variabel
Environmental Sustainability ... 74
Gambar 4.10 Garis Kontinum pada Variabel Environmental
Sustainability ... 77
Gambar 4.11 Garis Kontinum Pernyataan Pertama Variabel Economical
Benefits ... 80
Gambar 4.12 Garis Kontinum Pernyataan Kedua Variabel Economical
Benefits ... 82
Gambar 4.13 Garis Kontinum Pernyataan Ketiga Variabel Economical
Benefits ... 84
Gambar 4.14 Garis Kontinum Pernyataan Keempat Variabel Economical
Benefits ... 86
Gambar 4.15 Garis Kontinum Pernyataan Kelima Variabel Economical
Benefits ... 88
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Format Kuesioner ... 101
LAMPIRAN 2 Coding Data ... 104
LAMPIRAN 3 Hasil Uji Validitas Variabel X1 Environmental Sustainability ... 106
LAMPIRAN 4 Hasil Uji Validitas Variabel X1 Economical Benefits ... 107
LAMPIRAN 5 Hasil Uji Realibilitas Environmental Sustainability ... 108
LAMPIRAN 6 Hasil Uji Realibilitas Economical Benefits ... 109
LAMPIRAN 7 Dokumentasi Aktivitas Kukuyaan dan Arung Jeram ... 110
LAMPIRAN 8 Tanda Tangan Pembimbing ... 111
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pariwisata telah mengalami perkembangan yang sangat pesat selama kurang
lebih empat dekade terakhir sehingga saat ini pariwisata dianggap sebagai sebuah
industri yang di dalamnya terdapat suatu sistem besar, dimana komponennya saling
terkait antara satu komponen dengan yang lainnya. Selama satu dekade, pariwisata
telah menjadi kekuatan yang sangat baik untuk dapat meningkatkan pendapatan
ekonomi domestik. Hal tersebut didukung dengan adanya data yang menyatakan
bahwa pariwisata saat ini telah menyumbangkan 10,4 % Gross Domestic Product
(GDP) di dunia, dengan total US$ 5,49 miliar berdasarkan permintaan akan
pariwisata di seluruh dunia, dan kebutuhan tenaga kerja sebanyak 214 juta pegawai di
seluruh dunia (World Travel and Tourism Council ǀ WTTC ǀ 2004). WTTC bahkan
memperkirakan bahwa pariwisata akan tumbuh dengan rata-rata 4,5 % setiap
tahunnya antara tahun 2005-2014. Hal tersebut tentunya merupakan sebuah
keunggulan besar bagi pariwisata itu sendiri yang akan terus meningkatkan arus
globalisasi di seluruh dunia.
Kepariwisataan di Indonesia telah tumbuh menjadi suatu industri yang telah
terbukti bisa menghasilkan pendapatan yang cukup besar untuk negara Indonesia
secara umum dan bagi daerah yang mengembangkan pariwisata itu sendiri secara
khusus. Kota Bandung merupakan salah satu kota di Indonesia yang telah merasakan
manfaat dari pariwisata. Salah satu indikator penilaian dari pernyataan tersebut adalah
mulai banyaknya tempat-tempat tujuan wisata baru yang sengaja diciptakan oleh para
pelaku pariwisata di Kota Bandung guna memberikan atraksi ataupun aktivitas baru
2
Kukuyaan merupakan salah satu atraksi dan juga aktivitas wisata yang akan
dikembangkan di Kota Bandung. Atraksi dan aktivitas ini dilakukan di hulu sungai
Cikapundung yang berada di kawasan Dago Atas. Kukuyaan ini merupakan kegiatan
yang memanfaatkan ban dalam bekas sebagai alas dalam mengarungi sungai
Cikapundung sejauh 2 km. Selain aktivitas kukuyaan, juga akan dikembangkan
aktivitas arung jeram dengan menggunakan perahu karet ukuran besar yang juga
mengarungi sungai Cikapundung sejauh 2 km yang dimulai dari kawasan Dago Atas.
Berdasarkan hasil pra penelitian, aktivitas kukuyaan ini pada awalnya
dimaksudkan untuk membersihkan Sungai Cikapundung dari sampah. Seiring dengan
tumbuhnya kesadaran para pelaku aktivitas ini tentang pariwisata, maka saat ini
aktivitas kukuyaan diharapkan dapat menarik minat wisatawan untuk dapat
berkunjung ke Sungai Cikapundung selain sebagai bentuk partisipasi wisatawan
melestarikan dan turut menjaga kebersihan Sungai Cikapundung, melainkan juga
untuk mencoba dan merasakan aktivitas kukuyaan itu sendiri.
Menurut hasil pra penelitian, didapatkan bahwa pengembangan aktivitas
kukuyaan dan arung jeram ini didukung oleh LSM setempat terutama oleh Komunitas
Cikapundung Bersih yang dikenal dengan nama Cikapundung Rehabilitation
Program dan juga tentunya didukung oleh Pemerintah Kota Bandung. Dalam
pengembangan atraksi dan aktivitas ini tentunya diharapkan harus bersifat
berkelanjutan, sehingga dapat terus memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah
juga bagi kelestarian Sungai Cikapundung. Sungai Cikapundung sendiri merupakan
sungai yang mengalir di tengah kota bandung dan berasal dari mata air di Gunung
Bukit Tunggul, yang kemudian bertemu dengan dua sungai kecil yaitu Cikawari dan
Cigulung. Berdasarkan hasil pra penelitian, Sungai Cikapundung melewati Sembilan
kecamatan yakni kecamatan Cidadap, kecamatan Coblong, kecamatan Bandung
Wetan, kecamatan Cicendo, kecamatan Sumur Bandung, kecamatan Regol,
kecamatan Lengkong, kecamatan Margacinta dan kecamatan Bandung Kidul serta 13
3
Citarum dengan panjang 27 km. Sungai Cikapundung membentang melewati 3
kawasan administratif, dimana hulu Cikapundung berada di kawasan Bandung Utara
yang termasuk wilayah kabupaten Bandung Barat, bagian tengah sungai berada di
kawasan Kota Bandung dan bagian hilir yang kemudian bermuara di Sungai Citarum
berada di teritori Kabupaten Bandung.
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap
beberapa ketua komunitas Cikapundung, dalam aktivitas kukuyaan dan arung jeram
ini hanya terdapat 6 komunitas yang terdiri dari 8 individu yang benar-benar aktif
terlibat dalam aktivitas ini. Komunitas di Cikapundung sendiri yang terlibat aktif
dalam aktivitas ini memiliki jumlah anggota berkisar dari 30-40 individu. Jumlah
tersebut hanya yang tertulis menjadi anggota. Namun dalam pelaksanaannya, anggota
yang aktif turun hanya sekitar 10-20 anggota dari setiap komunitas. Komunitas yang
turun dalam kegiatan skala besar yang biasanya berupa pembersihan Sungai
Cikapundung adalah komunitas yang terletak di sekitar area sungai dan tidak seluruh
komunitas menghadiri kegiatan tersebut.
Choi dan Sirakaya (2005) melakukan penelitian mengenai sustainable tourism
yang mengukur bagaimana perilaku penduduk masyarakat mengenai pengembangan
pariwisata berkelanjutan dilihat dari tolak ukur perilaku masyarakat tersebut. Choi
dan Sirakaya (2005) mendapatkan hasil bahwa ada 7 tolak ukur yaitu, Environmental
Sustainability, Social Cost, Economical Benefits, Community Participation,
Long-term Planning, Visitor Satisfaction dan Community-Centered Economy, yang artinya
keberlanjutan lingkungan, nilai sosial, keuntungan ekonomi, partisipasi masyarakat,
perencanaan jangka panjang, kepuasan pengunjung dan ekonomi dengan pemusatan
di masyarakat. Ketujuh hal tersebut diyakini adalah indikator-indikator dalam
pembangunan pariwisata berkelanjutan (Sustainable Tourism) yang merupakan dasar
pengembangan yang patut diaplikasikan di perencanaan dan pengembangan aktivitas
4
Saat ini Cikapundung sedang menghadapi permasalahan yang sangat kompleks
dimana masih banyaknya sampah yang terdapat di sepanjang sungai. Hal tersebut
tentunya memberikan dampak negatif bagi masyarakat kawasan sekitar karena akan
mengganggu kenyamanan dan juga keindahan alam Cikapundung itu sendiri karena
notabene sebuah lingkungan alam yang akan dikembangkan menjadi sebuah destinasi
wisata diharuskan memiliki kebersihan lingkungan yang baik sebagaimana yang
diungkapkan oleh Swarbrooke (1999: 49) yang menyatakan bahwa,”Tourism makes use of a range of natural resources, and in many cases, the core attraction of a
destination’s product may be natural resources, such as clean, pure mountain air and
land”. Pariwisata turut memanfaatkan sumber daya alam yang ada, dan dalam beberapa kasus, sumber daya alam sering dimanfaatkan sebagai atraksi utama yang
ditawarkan dari sebuah kawasan, seperti halnya kebersihan, kemurnian udara
pegunungan, dan tanah.
Menurut Rees mengutip dari Gunn dalam Choi dan Sirakaya (2005: 382)
menyatakan bahwa,
”Sustainable community tourism needs to prevent the deterioration of the social, cultural and eclogical systems of a host communityTo succesfully implement sustainable community tourism, this paradigm requires integrated vision, policy, planning, management, monitoring, and social
learning processes”.
Disebutkan bahwa pariwisata berkelanjutan berbasis masyarakat perlu untuk
menghindari kemunduran dari nilai sosial, budaya dan sistem ekologi di sekitar
wilayah masyarakat tersebut. Dan untuk mendapatkan keberhasilan dalam aplikasi
pariwisata berbasis masyarakat, paradigma yang dibutuhkan adalah penggabungan
dari berbagai visi/ sudut pandang, ketentuan/peraturan, perencanaan, manajemen,
pengawasan dan proses pembelajaran dalam bidang sosial. Maka berdasarkan hal
tersebut pariwisata berkelanjutan yang berlandaskan masyarakat perlu
memperhatikan 3 faktor penting yaitu sosial, budaya dan ekologi lingkungan.
5
yang penting dalam pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai
Cikapundung sebagaimana yang diungkapkan oleh Choi dan Sirakaya (2005) yakni
keadaan lingkungan yang berkelanjutandan juga manfaat ekonomi yang mungkin
akan ditimbulkan dari kegiatan tersebut. Hal tersebut menandakan bahwa pentingnya
sumber daya alam atau lingkungan keadaan sekitar dalam pengembangan sebuah
kawasan wisata yang tentunya hal ini juga berperan dalam pengembangan aktivitas
kukuyaan dan arung jeram yang notabene turut memanfaatkan Sungai Cikapundung
sebagai lokasi aktivitas tersebut.
Selain itu, menurut Kandampully (2000) dalam Yu et al (2009: 57) menyatakan
bahwa, ”Tourism is a major contributor to economic development in many parts of the world. Tourism contributes to income generation, new employment, and often
helps diversify the local economy”. Dikatakan pariwisata merupakan penyumbang utama dalam hal pembangunan ekonomi di banyak negara di dunia. Pariwisata
berkontribusi dalam alur pendapatan, peningkatan kebutuhan tenaga kerja, juga turut
membantu berbagai jenis peningkatan ekonomi kawasan tersebut. McIntyre (1993)
dalam Yu et al (2009: 57) menyatakan bahwa,
”Sustainable tourism is defined as an alternative tourism form that
improves the quality of life of the host community, provides a high quality experience for visitors, and maintains the quality of environment on which both the host community and visitors depend. In summary, as a term, sustainable tourism seeks to minimize negative impacts on the local culture and natural environment while generating benefits for local
residents”
Kepariwisataan berkelanjutan merupakan sebuah alternatif dari pengembangan
sebuah kawasan wisata yang dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat
setempat, menyediakan pengalaman yang berkualitas bagi para pengunjung, dan
menyediakan kualitas lingkungan yang bergantung kepada masyarakat dan juga
6
meminimalisasi dampak negatif terhadap kebudayaan lokal dan juga lingkungan alam
sekitar yang memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar kawasan tersebut.
Dalam penelitian kali ini, peneliti akan lebih fokus terhadap 2 faktor yang
terdapat dalam 7 faktor sustainable tourism yang sebelumnya dikemukakan oleh Choi
dan Sirakaya (2005) yakni faktor environmental sustainability (keberlanjutan
lingkungan) dan economical benefits (Manfaat ekonomi/ Keuntungan Ekonomi).
Berdasarkan pemaparan diatas, penting rasanya untuk mengetahui dan
mengidentifikasi indikator environmental sustainability dan juga economical benefits
dalam pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung.
Dalam hal environmental sustainability atau keberlanjutan lingkungan akan
bergantung kepada usaha dari para pelaku kegiatan kukuyaan dan arung jeram ini
dalam menjaga kualitas dari lingkungan itu sendiri dilihat dari keadaan masyarakat
dan juga keadaan alamnya. Sehingga, perlu dilakukan penelitian untuk
mengidentifikasi konsep environmental sustainability yang dikembangkan agar
tercapainya konsep sustainable tourism atau kepariwisataan berkelanjutan dalam
pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung.
Economical benefits atau keuntungan ekonomi yang diperoleh dari pengembangan
aktivitas kukuyaan dan arung jeram ini penting untuk diteliti guna mengetahui
dampak ekonomi yang akan dirasakan oleh masyarakat sekitar Sungai Cikapundung
juga manfaat yang akan dirasakan oleh pemerintah setempat, sehingga skripsi ini
diberi judul:
HUBUNGAN ENVIRONMENTAL SUSTAINABILITY DAN ECONOMICAL
BENEFITS PADA AKTIVITAS KUKUYAAN DAN ARUNG JERAM DI
7
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, peneliti mengidentifikasikan
masalah dalam penelitian ini bermula dari perencanaan pengembangan aktivitas
kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung. Baiknya sebelum melakukan
pengembangan kegiatan wisata, dilakukan penelitian terlebih dahulu terkait dampak
yang akan timbul dari pengembangan tersebut. Pengembangan yang tepat untuk
dilakukan adalah pengembangan pariwisata dengan metode berkelanjutan sehingga
kegaitan tersebut dapat dilakukan dalam jangka panjang tanpa merusak lingkungan
sekitar. Berlandaskan metode pengembangan pariwisata berkelanjutan ditinjau dari
sikap masyarakat yang dikemukakan oleh Choi dan Sirakarya (2005) disebutkan ada
tujuh dimensi. Dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki dalam penelitian ini,
maka dari tujuh dimensi akan diperdalam menjadi dua dimensi yaitu environmental
sustainability dan economical benefits. Berdasarkan latar belakang yang telah
dipaparkan diatas, peneliti merumuskan masalah dalam penelitian ini menjadi tiga
hal, diantaranya:
1. Bagaimana konsep environmental sustainability dalam pengembangan
aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung?
2. Bagaimana economical benefits yang diperoleh dari pengembangan aktivitas
kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung?
3. Bagaimana hubungan environmental sustainability dan economical benefits
dalam pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini dapat dibagi
8
1. Mengidentifikasi konsep environmental sustainability dalam pengembangan
aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung.
2. Mengidentifikasi economical benefits yang diperoleh dari pengembangan
aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung.
3. Mengidentifikasi hubungan environmental sustainability dan economical
benefits dalam pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di
Cikapundung.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitin ini dapat dilihat dari beberapa aspek dibawah ini:
1. Bagi Peneliti
a. Memberikan pengetahuan dan pemahaman bagi peneliti mengenai
sudut pandang masyarakat terhadap pengembangan pariwisata yang
bersifat pariwisata berkelanjutan.
b. Menambah wawasan peneliti yang diharapkan dapat diaplikasikan saat
peneliti terjun ke medan yang sebenarnya.
2. Bagi Komunitas dan Universitas Pendidikan Indonesia
a. Sebagai media informasi bagi Universitas Pendidikan Indonesia dalam
penelitian selanjutnya.
b. Sebagai bahan masukan bagi komunitas mengenai konsep
environmental sustainability dan economical benefits dalam tahap
perencanaan dan pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi
Lokasi penelitian ini terletak sepanjang bantaran sungai cikapundung yang
dimulai dari dago atas sampai dengan jalan taman sari dengan mengikuti aliran
sungai cikapundung. Lokasi penelitian yang begitu panjang dikarenakan aktivitas
kukuyaan dan arung jeram menggunakan jalur sungai cikapudung yang dimulai dari
dago atas sampai dengan babakan siliwangi untuk rute aman. Di sepanjang bantaran
Sungai Cikapudung terdapat komunitas-komunitas yang memiliki kesadaran secara
alami dalam menjaga keasrian dan kebersihan Sungai Cikapundung sekaligus
menjadi pelaku dalam kegiatan kukuyaan dan arung jeram.
3.2 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
kuantitatif deskriptif eksploratif. Penelitian menggunakan metode deskriptif dan
eksploratif ini dilakukan dengan tujuan untuk pemecahan masalah yang bersifat
aktual. Melalui metode ini peneliti akan mengumpulkan data guna dianalisa dan
dideskripsikan secara tulisan tentang makna/arti data yang dikumpulkan terkait
dengan variabel penelitian. Menurut Zikmund (2003:718) penelitian deskriptif adalah
rancangan penelitian untuk menggambarkan karakteristik dari sebuah populasi atau
fenomena yang sedang terjadi. Selanjutnya menurut Sekaran (2008:15) studi
deskriptif dilakukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan
karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu situasi, lalu studi eksploratif dilakukan
jika tidak banyak yang diketahui mengenai situasi yang dihadapi, atau tidak ada
informasi yang tersedia mengenai bagaimana masalah atau isu penelitian yang mirip
37
Dengan metode deskriptif eksploratif ini diharapkan peneliti dapat memperoleh
deskripsi mengenai environmental sustainability dan economical benefits yang
ditinjau dari sikap masyarakat bantaran Cikapundung terhadap kegiatan kukuyaan dan
arung jeram.
Penelitian ini dilakukan dalam waktu kurang dari satu tahun, sehingga metode
yang digunakan adalah cross sectional method, yaitu sebuah studi dapat dilakukan
dengan data yang haanya sekali dikumpulkan,mungkin selama periode harian,
mingguan, atau bulanan, dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian (Sekaran,
2007:177).
3.3 Populasi
Populasi menurut Sugiyono (2010: 389) adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan hasil pra penelitian, peneliti mendapatkan bahwa bantaran Cikapundung
memiliki 43 komunitas yang terbagi kedalam wilayah hulu, tengah, dan hilir
diantaranya wilayah hulu (dago atas), wilayah tengah (babakan siliwangi) sampai
dengan wilayah hilir (braga). Dari hasil pra penelitian, peneliti pun mendapat hasil
tentang komunitas yang masih aktif dan benar-benar terlibat dalam aktivitas
kukuyaan dan arung jeram adalah 23 komunitas. Namun, fokus populasi penelitian ini
adalah komunitas yang terdapat di sekitar jalur kukuyaan dan arung jeram sekaligus
turut aktif dalam aktivitas tersebut, sehingga jumlah komunitas yang sesuai dengan
penelitian ini berjumlah 6 komunitas.
3.4 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut (Sugiyono, 2012: 120). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
38
di bantaran Cikapundung dan anggota komunitas itu adalah masyarakat sekitar
bantaran sungai.
Adapun metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan
non probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi
peluang/ kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel (Sugiyono, 2012:125).
Teknik sampling yang digunakan adalah Sampling Purposive yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012:126). Hal yang
dipertimbangkan dalam teknik sampling ini adalah jumlah masyarakat bantaran
sungai yang tergabung dalam komunitas Cikapundung dan terlibat aktif dalam
aktivitas kukuyaan dan arung jeram di sepanjang jalur aman untuk pelaksanaan
aktivitas tersebut, sehingga jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
sebanyak 80 sampel.
3.5 Jenis dan Sumber Data 3.5.1 Data Primer
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data pada
pengumpul data (Sugiyono, 2008: 402). Selanjutnya menurut Sekaran (2011:
60) menyatakan bahwa sumber primer adalah sumber data yang mengacu pada
informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan
dengan variabel minat untuk tujuan spisifik studi. Adapun menurut Umar
(2005: 42) data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari
individu ataupun perseorangan seperti dari wawancara atau pengisian kuesioner
angket yang dilakukan oleh peneliti. Berdasarkan pemaparan para ahli diatas,
maka data primer yang didapat dan digunakan dalam penelitian ini adalah data
perolehan hasil jawaban kuesioner mengenai analisis environmental
sustainability dan economical benefits ditinjau dari sikap masyarakat bantaran
sungai Cikapundung terhadap kegiatan kukuyaan dan arung jeram serta
39
3.5.2 Data Sekunder
Sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada peneliti/pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat
dokumen (Sugiyono, 2008: 402). Selanjutnya menurut Sekaran (2011: 60)
sumber sekunder merupakan sumber data yang mencacu pada informasi yang
dikumpulkan dari sumber yang telah ada. Sehingga dalam penelitian ini, data
sekunder diperoleh dari jurnal, buku, dan profil komunitas yang didapat dari
pihak komunitas.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Obsevasi lapangan, adalah suatu teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara mengunjungi tempat yang dijadikan objek
penelitian. Menurut Sekaran (2011:110),
“Orang dapat diamati dalam lingkungan kerja mereka sehari -hari atau dalam situasi lab, dan aktivitas serta perilaku mereka atau item minat lainnya bisa dicatat atau direkam”.
Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi mengenai
environmental sustainability dan economical benefits ditinjau dari sikap
masyarakat terhadap aktivitas kukuyaan dan arung jeram.
2. Wawancara, adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan mewawancara/ tanya jawab untuk memperoleh informasi
mengenai isu yang diteliti (Sekaran, 2011: 67). Dalam penelitian ini
wawancara dilakukan terhadap pihak komunitas di bantaran Cikapundung
dan dilakukan secara tidak terstruktur.
3. Studi Literatur, adalah dokumentasi dari tinjauan menyeluruh terhadap
karya publikasi dan nonpublikasi dari sumber sekunder dalam bidang
40
oleh peneliti dari profil komunitas bantaran Cikapundung, buku-buku
literatur dan jurnal yang memiliki keterkaitan dengan variabel maupun
masalah dalam penelitian.
4. Kuesioner, adalah sejumlah pertanyaan secara tertulis yang akan dijawab
oleh responden penelitian, agar peneliti memperoleh data lapangan/
empiris untuk memecahkan masalah penelitian dan menguji hipotesis
yang telah diterapkan (Supardi, 2005:127). Selanjutanya menurut Sekaran
(2011: 82) kuesioner adalah daftar pertanyaan tertulis yang telah
dirumuskan sebelumnya yang akan responden jawab, biasanya dalam
alternatif yang didefinisikan dengan jelas. Adapun kuesioner yang
digunakan di penelitian ini adalah kuesioner tertutup yaitu model
pertanyaan dimana pertanyaan tersebut telah disediakan jawabannya,
sehingga responden hanya memilih dari alternatif jawaban yang sesuai
dengan pendapat atau pilihannya (Supardi, 2005: 133). Pengisian
kuesioner dalam penelitian ini dilakukan dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) Peneliti memberikan kuesioner kepada ketua komunitas.
2) Ketua komunitas membagikan sejumlah kuesioner kepada anggota
yang sesuai kategori.
3) Peneliti mengambil hasil kuesioner 2 hari setelah hari pemberian
kuesioner.
4) Hasil yang diperoleh tersebut ditabulasi, diolah, dianalisis dan
disimpulkan oleh penulis.
3.7 Metode Analisis Data 3.7.1 Pengukuran Data
Pengukuran skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran
41
untuk menunjukan perbedaan di antara berbagai kategori tetapi juga
mengurutkannya dalam beberapa cara. (Sekaran, 2006: 94).
3.7.2 Penetapan Skala
Dalam penelitian ini, Environmental Sustainability dan Economical
benefits ditinjau dari sikap masyarakat bantaran Cikapundung terhadap kegiatan
kukuyaan dan arung jeram akan di ukur menggunakan skala Likert. Menurut
Sugiyono (2008: 93) skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena
sosial.
Setiap pernyataan yang terkait dengan variabel dalam kuesioner akan
diberikan 5 pilihan jawaban. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah environmental sustainability dan economical benefits. Adapun pilihan
skor terhadap masing-masing pernyataan adalah sebagai berikut:
1. Nilai 5 menyatakan sangat setuju
2. Nilai 4 menyatakan setuju
3. Nilai 3 menyatakan biasa saja
4. Nilai 2 menyatakan tidak setuju
5. Nilai 1 menyatakan sangat tidak setuju
Peneliti menggunakan skala Likert 1-5 berlandaskan dari penelitian
terdahulu jurnal “Measuring Resident`s Attitude toward Sustainable Tourism Development of Sustainable Tourism Attitude Scale” (Choi dan Sirakarya :2005). Penggunaan skala Likert 1-5 digunakan agar peneliti mengetahui secara
real hasil jawaban responden. Karena faktor keraguan dalam jawaban 3 (biasa
saja) adalah real dan pasti terjadi. Responden dalam penelitian ini adalah
42
3.8 Operasional Variabel
Tabel 3.1 Operasional Variabel
Konsep Variabel Indikator Nilai
Sustainable
1. Tingkat kelestarian lingkungan masyarakat Cikapundung sudah terlindungi untuk masa sekarang dan masa yang akan datang
2. Tingkat keberagaman alam yang ada di Cikapundung sudah bernilai dan dilindungi 3. Tingkat pengembangan kepariwisataan di
Cikapundung sudah berusaha menitikberatkan pada konservasi lingkungan
4. Tingkat aktivitas wisata di Cikapundung sudah melindungi lingkungan masyarakat sekitar Cikapundung
5. Tingkat pengembangan pariwisata di Cikapundung sudah sejalan dengan keadaan alam dan juga budaya lingkungan sekitar kawasan.
6. Tingkat pengembangan kepariwisataan di Cikapundung sudah melindungi kealamian habitat flora dan fauna yang ada di sekitar kawasan setiap waktunya
7. Tingkat pembangunan kepariwisataan di Cikapundung sudah menunjukan etika menjaga lingkungan yang baik
8. Tingkat kebutuhan peraturan atau ketentuan tentang lingkungan sudah mampu meminimalisasi dampak negatif dari pengembangan kepariwisataan di Cikapundung
9. Tingkat pengembangan pariwisata di Cikapundung sudah mampu memperbaiki lingkungan untuk generasi yang akan datang
Ordinal
1. Pariwisata adalah kontibutor ekonomi yang kuat dalam masyarakat
2. Tingkat pembangunan pariwisata di Cikapundung sudah memberikan pemasukan bagi pemerintah lokal berupa pajak
3. Pariwisata sangat baik untuk kelangsungan ekonomi masyarakat di Cikapundung
4. Pembangunan pariwisata di Cikapundung turut menciptakan pasar yang baru bagi produk lokal
5. Pariwisata memperkuat keadaan ekonomi lokal 6. Pariwisata bermanfaat bagi industri lainnya
yang ada di masyarakat
43
3.9 Teknik Pengolahan Data 3.9.1 Uji Validitas
Uji Validitas adalah sebuah cara untuk mengetahui indikator, instrumen
atau alat yang digunakan dalam penelitian guna mengukur data yang diperlukan
dalam penelitian. Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data itu valid, valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan
untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009: 248). Untuk
mencari nilai validitas yaitu dengan cara mengkorelasikan antara skor
pernyataan/ item instrumen dengan rumus Pearson Product Moment sebagai
berikut :
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi
∑ x = Jumlah skor tiap item
∑ y = Jumlah skor total (seluruh item) n = Jumlah responden
Setelah koefisien korelasi atau rhitung diperoleh, kemudian dihitung
kembali dengan Uji-t melalui rumus sebagai berikut :
Keterangan : rxy =
44
r = Koefisien korelasi hasil rhitung
n = Jumlah responden
Validitas setiap instrumen/ pernyataan akan terbukti jika nilai rhitung lebih
besar dari rtabel dan apabila hasil rhitung lebih kecil dibandingkan rtabel maka
instrumen/ pernyataan dari kuesioner tersebut tidak valid. Jika instrumen itu
valid, maka dapat dilihat seberapa kuat tingkat hubungan instrumen tersebut
melalui kriteria penafsiran mengenai indeks korelasinya (r) sebagai berikut:
Tabel 3.2
Interpretasi Koefisien Korelasi nilai r
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,800 – 1000 Sangat kuat
0,600 - 0,799 Kuat
0,400 - 0,599 Cukup kuat
0,200 - 0,399 Rendah
0,000 - 0,199 Sangat rendah
Sumber : Sugiyono (2009)
Teknik penghitungan yang digunakan dalam menganalisis validitas
instrumen/ pernyataan ini adalah menggunakan teknik korelasi biasa, yaitu
korelasi antara skor-skor kuesioner dari peserta. Lalu diperlukan pengujian
berikutnya yang menguji apakah koefisien validitas tersebut sesuai pada taraf
tertentu. Oleh karena itu diperlukan nya koefisien validitas sebagai acuan
valid tidaknya instrumen/pernyataan dalam kuesioner.
Dalam mengolah data peneliti menggunakan Microsoft Excel 2007
untuk mengolahnya dengan menggunakan rumus/ syntax dalam
mengaplikasikan rumus penghitungan uji validitas instrumen penelitian
45
Tabel 3.3
Hasil Pengukuran Uji Validitas Instrumen Penelitian Environmental Sustainability Cikapundung sudah terlindungi untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.
0,615 0,361 Valid
2
Keberagaman alam yang ada di sekitar Sungai Cikapundung sudah bernilai dan dilindungi.
0,502 0,361 Valid
3
Pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung sudah Sungai Cikapundung sudah melindungi keadaan lingkungan alam sekitar kawasan.
0,730 0,361 Valid
5
Aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung sudah sejalan dengan keadaan alam dan budaya di lingkungan sekitar kawasan.
0,605 0,361 Valid
6
Pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung tidak mengganggu kealamian habitat margasatwa setiap waktu.
0,723 0,361 Valid
7
Pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram harus bisa menjaga lingkungan alam yang baik.
0,833 0,361 Valid
8
Peraturan standar lingkungan alam sangat diperlukan untuk mengurangi dampak negatif dari aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung.
0,494 0,361 Valid
9
Aktivitas kukuyaan dan arung jeram harus memperbaiki keadaan lingkungan alam untuk generasi yang akan datang.
0,581 0,361 Valid
46 Sungai Cikapundung turut menguatkan keadaan ekonomi Anda.
0,502 0,361 Valid
2
Aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung sangat baik untuk kelangsungan ekonomi Anda.
0,903 0,361 Valid
3
Aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung menciptakan produk baru bagi Anda.
0,613 0,361 Valid
4
Aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung membuat keadaan ekonomi masyarakat setempat menjadi beragam.
0,791 0,361 Valid
5
Pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Sungai Cikapundung turut bermanfaat bagi industri lain yang ada di sekitar Anda.
0,910 0,361 Valid
Sumber: Diolah oleh Peneliti (2013)
3.9.2 Uji Reliabilitas
Uji Reliabilitas adalah sebuah cara untuk menunjukan sejauh mana
tingkat ketepatan atau kejelasan alat ukur/instrumen pengukuran dari suatu
responden ke responden yang lain. Secara umum uji reliabilitas adalah uji yang
membuktikan sejauh mana pernyataan dapat dipahami oleh responden sehingga
tidak menyebabkan perbedaaan pemahaman terkait pernyataan tersebut.
Perhitungan reliabilitas pernyataan penelitian ini dilakukan dengan
program Microsoft Office Excel 2007. Pengujian reliabilitas instrumen/alat
penelitian dilakukan pada setiap skala environmental sustainability dan
economical benefits yang ditinjau dari sikap masyarakat dalam pengembangan
47
Dalam uji reliabilitas ini penulis menggunakan metode Alpha dengan
mengukur reliabilitas alat ukur dengan sekali pengukuran (Riduwan, 2007:
115). Rumus metode Alpha ini adalah sebagai berikut:
r11 =
Keterangan :
r11 = nilai reliabilitas
∑ s1 = jumlah varian skor tiap item St = varian total
k = jumlah item
Untuk mencari nilai varian tiap skor item digunakan rumus sebagai
berikut :
Si =
Keterangan :
Si = varian skor tiap item
∑ X2 = jumlah kuadrat item X
(∑ X)2 = jumlah item X dikuadratkan N = jumlah responden
Hasil perhitungan r11 dibandingkan dengan rtabel pada taraf nyata α = 5%, dengan kriteria kelayakan jika r11 > rtabel menyatakan reliabel dan sebaliknya
jika r11 < rtabel menyatakan tidak reliabel. Bila keofeisien reliabilitas telah
dihitung, maka untuk menyatakan hubungan bisa digunakan kriteria Guilford
(1956), yaitu :
a. < 0,20 : hubungan yang sangat kecil dan bisa diabaikan
b. 0,20 -< 0,40 : hubungan yang kecil (tidak erat)
48
d. 0,70 -<0,90 : hubungan yang erat (reliabel)
e. 0,90 -<1,00 : hubungan yang sangat erat (sangan reliabel)
Tabel 3.5
Hasil Pengukuran Uji Realibilitas Instrumen Penelitian
No Variabel Nilai r
hitung
Nilai r
Tabel Ket.
1 Environmental Sustainability 0,802 0,7 Reliabel
2 Economical Benefits 0,713 0,7 Reliabel
Sumber: Diolah oleh peneliti (2013)
3.9.3 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik
uji korelasi Rank Spearman dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
di = Selisih rank xi dengan rank yi
= Koefisien korelasi rank Spearman
n = Jumlah responden
Korelasi sendiri merupakan studi yang membahas tentang derajat
hubungan antara variabel-variabel. Ukuran yang dipakai untuk mengetahui
derajat hubungan, terutama untuk data kuantitatif, dinamakan koefisien
korelasi. Untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan
hubungan antara dua variabel peneliti memberikan kriteria sebagai berikut
(Sarwono: 2006):
1. 0 : Tidak ada korelasi antara dua variable
2. >0 – 0,25 : Korelasi sangat lemah
49
4. >0,5 – 0,75 : Korelasi kuat
5. >0,75 – 0,99 : Korelasi sangat kuat
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dalam penelitian ini merupakan bentuk jawaban
dari setiap rumusan masalah yang telah dirumuskan pada bab1. Setelah
melakukan penelitian ini, peneliti dapat menyimpulkan 3 hal yang sesuai
dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya. Kesimpulan yang
pertama adalah konsep environmental sustainability di Cikapundung yang
merupakan tindakan melindungi, menjaga, dan melestarikan keadaan alam
sekitar Cikapundung yang berupa keberagaman alam, flora, dan fauna yang
terdapat di kawasan tersebut melalui pengembangan aktivitas kukuyaan dan
arung jeram. Namun berdasarkan hasil penelitian, di kawasan ini belum tampak
dan belum dirasakan oleh masyarakat sekitar karena melihat keadaan
lingkungan Cikapundung yang memang masih kotor dan masih memiliki
banyak tumpukan sampah. Hal tersebut tentunya dapat dijadikan tolak ukur
bahwa keadaan lingkungan alam sekitar Cikapundung memang belum
terlindungi, terjaga, dan juga terlestarikan. Namun demikian, dengan adanya
rencana pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung ini
sudah mulai memberikan dampak yang positif dimana sudah adanya
masyarakat Cikapundung yang tidak membuang sampah ke sungai. Dengan
demikian kondisi sungai dapat membaik oleh aktivitas ini dikarenakan saat
melakukan aktivitas ini masyarakat bantaran lain akan melihat dan secara tidak
langsung menimbulkan kesadaran pada diri masyarakat lainnya untuk tidak
membuang sampah ke sungai Cikapundung.
Economical benefits atau manfaat ekonomi yang diperoleh masyarakat
dari pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Ckapundung secara
95
oleh beberapa komunitas saja yang memang aktif melakukan aktivitas
kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung ini. Hal tersebut dapat terjadi karena
pada saat ini konteks pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung jeram ini
masih bersifat perencanaan dan baru beberapa komunitas saja yang memang
sudah aktif melakukan aktivitas tersebut. Dengan demikian, untuk saat ini
aktivitas kukuyaan dan arung jeram ini memang belum memberikan manfaat
ekonomi yang bersifat menyeluruh bagi masyarakat di Cikapundung, namun
disamping itu semua dengan adanya rencana pengembangan aktivitas kukuyaan
dan arung jeram ini dapat menciptakan produk baru bagi masyarakat sekitar
yang bisa mereka tawarkan kepada wisatawan yang ingin berkunjung ke
Cikapundung.
Hubungan environmental sustainability dan economical benefits pada
aktivitas kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung ini tergolong kedalam
kategori cukup. Hal tersebut menandakan bahwa dalam pengembangan suatu
aktivitas tertentu diperlukan adanya perencanaan yang terintegritas antara
keberlanjutan lingkungan dengan manfaat ekonomi yang akan didapatkan
sehingga pada akhirnya akan tercipta suatu konsep pariwisata berkelanjutan
atau yang lebih dikenal dengan istilah sustainable tourism.
5.2 Saran
Saran dan masukan yang diberikan peneliti setelah melihat hasil
penelitian yang didapat dari penyebaran kuesioner kepada 80 responden yang
merupakan masyarakat sekaligus anggota komunitas yang aktif dalam aktivitas
kukuyaan dan arung jeram di Cikapundung adalah sebagai berikut:
1. Dengan belum nampak dan dirasakannya konsep environmental
sustainability di Cikapundung, maka peneliti menyarankan agar
komunitas Cikapundung dapat melakukan penyuluhan kepada masyarakat
96
pentingnya melindungi, menjaga, dan melestarikan keadaan alam sungai
Cikapundung. Salah satu contoh yaitu adanya kegiatan kumpul komunitas
secara rutin dalam seminggu untuk membicarakan perkembangan pada
daerah komunitas masing-masing. Melalui kegiatan tersebut, para
pemangku kepentingan di wilayah komunitas masing-masing dapat
memberikan sedikit penyuluhan berupa diskusi dengan masyarakat sekitar
agar dapat menimbulkan kesadaran dan juga keinginan untuk melindungi,
menjaga, dan melestarikan keadaan alam Cikapundung sehingga pada
akhirnya akan terwujud konsep environmental sustainability yang
merupakan salah satu indikator dalam pengembangan kawasan yang
berlandaskan kepada pariwisata berkelanjutan.
2. Anggota komunitas di Cikapundung harus mampu kreatif dalam
menyikapi adanya rencana pengembangan aktivitas kukuyaan dan arung
jeram di kawasan tersebut. Sudah diketahui bahwa aktivitas kukuyaan dan
arung jeram ini merupakan produk baru yang dapat ditawarkan
masyarakat kepada wisatawan, sehingga salah satu contoh sikap kreatif
yang dapat dilakukan yaitu dengan membuat pernak-pernik unik yang
dapat dijadikan cinderamata ataupun oleh-oleh khas Cikapundung yang
dapat dijual kepada para wisatawan yang telah ikut melakukan aktivitas
kukuyaan dan arung jeram. Hal tersebut tentunya akan memberikan
manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar mengingat untuk saat ini masih
belum nampaknya manfaat ekonomi yang dirasakan oleh masyarakat
sekitar kawasan Cikapundung. Dengan demikian, diharapkan
Cikapundung akan memiliki brand tersendiri tentang salah satu destinasi
wisata di sebuah Kota Besar yang menyajikan aktivitas kukuyaan dan
arung jeram di Indonesia.
3. Dilakukannya regenarasi komunitas Cikapundung mengingat saat ini
97
di Cikapundung ini. Hal tersebut dapat tercapai melalui generasi lama dari
komunitas Cikapundung yang memberikan sosialisasi secara perlahan
kepada generasi muda tentang keberadaan aktivitas kukuyaan dan arung
jeram di Cikapundung agar mereka dapat menyadari pentingnya untuk
menjaga kebersihan sungai Cikapundung. Salah satu contoh sosialisasi
yang dapat dilakukan yaitu dengan mengajak generasi muda untuk ikut
turun dalam program pembersihan sungai melalui aktivitas kukuyaan dan
arung jeram setiap minggunya. Sehingga selain membersihkan sungai juga
memberikan kesan tersendiri bagi generasi muda yang ikut melakukan
aktivitas kukuyaan tersebut.
4. Penanaman pohon di daerah hulu Cikapundung pun dirasa perlu untuk
mengontrol debit air dan kejernihan air sungai Cikapundung sehingga hal
tersebut dapat memberikan dampak yang lebih baik bagi keberlangsungan
lingkungan alam Cikapundung kedepannya dan menjadikan Cikapundung
sebagai salah satu sungai yang bersih dan memiliki daya tarik tersendiri
dengan dapat dilaksanakannya aktivitas kukuyaan dan arung jeram di
DAFTAR PUSTAKA
Berlin Declaration (1997). The Berlin Declaration on Biological Diversity and Sustainable Tourism. International Conference of Environment Ministers on
Biodiversity and Tourism. March 6–8. Berlin, Germany: United Nations.
Bramwell, B., Henry, I., Jackson, G., Prat, A.G., Richards, G. and van der Straaten, J. (1996) (eds) Sustainable Tourism Management: Principles and Practice. Tilburg University Press, Tilburg. Netherlands.
Coccossis, H. (1996) Tourism and sustainability: perspectives and implications. In: Priestley, G.H., Edwards, J. and Coccossis, H. (eds) Sustainable Tourism? European Experiences. CAB International, Wallingford, pp. 1-21.
David, Fred R. (2009). MANAJEMEN STRATEGIS Konsep, Edisi 12. Jakarta : Salemba Empat
Frangialli, F. (2002). World Tourism Organization Statement, Secretary General of
the World Tourism Organization, the World Summit on Sustainable
Development, Johannesburg, South Africa.
Kusnendi, 2008, Model – Model Persamaan Struktural Satu dan Multigroup Sampel dengan lisrel. Bandung: ALDABETA, cv.
McIntyre, G. (1993). Sustainable Tourism Development: Guide for Local Planners. Madrid, Spain: World Tourism Organization.
Oka A. Yoeti. (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung: Angkasa
Sekaran.2006. Research Methods for Business. Buku 1 edisi 4. Penerjemah Kwan Men Yon. Jakarta: Empat Salemba.
_______.2006. Research Methods for Business. Buku 2 edisi 4. Penerjemah Kwan Men Yon. Jakarta: Empat Salemba.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
99
Suharsimi Arikunto. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rinerka Cipta.
Slade, T. N. (1998). Seminar on Small Island Developing Nations: Their Vulnerability, Their Program of Action for Sustainable Development, Their Opportunity for Post Rome. Brussels, Belgium, September 1–2. Brussels, Belgium: European Center for Development Policy Management
Swarbrooke & Horner, 2001, Business Travel and Tourism. Butterworh – Heinemann, Linacre House, Jordan Hill, Oxford OX2 8DP, 225 Wildwood Avenue, Woburn, MA 01801 – 2041, A divisionof Reed Educational and Professional Publishing Ltd
Swarbrooke, J. (1999). Sustainable Tourism Management. Wallingford, UK.. CAB International
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
United Nations (2001). Managing Sustainable Tourism Development: ESCAP Tourism Review. No. 22. New York: United Nations.
Wardiyanta, M. Hum. (2006). Metode Penelitian Pariwisata. Yogyakarta: Andi
Weaver, D. (2006) Sustainable Tourism: Theory and Pr actice. Butterworth-Heinemann, Oxford, UK
World Tourism Organisation (1993) Sustainable Tourism Development: Guide for Local Planners. WTO, Madrid
Jurnal
Choi & Sirakaya, (2005). “Measuring Residents` Attitude toward Sustainable Tourism: Development of Sustainable Tourism Attitude Scale”. Journal of Travel Research.
Hardin, G. (1968). “The Tragedy of the Commons.” Science, 162: 1243–48.
Harril, R. (2004). “Residents`s Attitudes toward Tourism Development: a Literature Review with Implications for Tourism Planning”. Journal of Planning Literature.
100
Kandampully, Jay (2000). “The Impact of Demand Fluctuation on the Quality of
Service: A Tourism Industry Example.” ManagingService Quality, 10 (1):
10-18.
Singh et.al., (2007). “Attitude towards ecotourism and environmental advocacy:
Profiling the dimensions of sustainability”. Journal of Vacation Marketing.