• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kontribusi Perilaku Manajerial Kepala Sekolah dan Kinerja Komite Sekolah terhadap Kinerja Sekolah (Studi tentang Persepsi Guru pada SMP Negeri di Wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kontribusi Perilaku Manajerial Kepala Sekolah dan Kinerja Komite Sekolah terhadap Kinerja Sekolah (Studi tentang Persepsi Guru pada SMP Negeri di Wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis)."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 17

C. Tujuan Penelitian ... 18

D. Manfaat Penelitian ... 19

E. Paradigma Penelitian ... 19

F. Anggapan Dasar Penelitian ... 21

G. Hipotesis ... 22

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Kinerja Sekolah dalam Administrasi Pendidikan ... 23

B. Hakikat Perilaku Manajerial Kepala Sekolah ... 59

C. Indikator Kinerja Komite Sekolah ... 78

D. Kajian Penelitian Terdahulu ... 93

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Teknik Penelitian ... 95

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 96

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 98

D. Instrumen Penelitian ... 99

(2)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 114

B. Hasil Analisis Data Deskriptif ... 121

C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 127

D. Pembahasan ... 141

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 160

B. Rekomendasi ... 162

DAFTAR PUSTAKA ... 165 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(3)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1. Komponen Kinerja Sekolah ... 36

2.2. Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pertimbangan... 82

2.3. Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung ... 84

2.4. Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pengontrol ... 86

2.5. Peran Komite Sekolah sebagai Badan Penghubung ... 88

3.1. Data Guru SMP Negeri di Wilayah Komisariat 7 Kab. Ciamis .... 96

3.2. Penyebaran Sampel ... 99

3.3. Operasional Variabel Penelitian ... 100

3.4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 102

3.5. Validitas Variabel X ... 105

3.6. Validitas Variabel X₂ ... 106

3.7. Validitas Variabel Y ... 107

3.8. Reliability Statistic ... 108

3.9. Data Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 109

3.10. Pedoman Penarikan Interpretasi Rata-rata Kualitas Variabel ... 111

3.11. Pedoman Penarikan Interpretasi Efektivitas Antar Variabel ... 112

3.12. Pedoman Penarikan Interpretasi Rata-rata Kualitas Variabel ... 112

4.1. Hasil Uji Normalitas ... 115

4.7. Tabel Konsultasi Hasil Perhitungan WMS ... 121

4.8. Skor Rata-rata Variabel X1 ... 122

4.9. Skor Rata-rata Variabel X2 ... 124

4.10. Skor Rata-rata Variabel Y ... 125

4.11. Skor Rata-rata WMS Variabel Penelitian ... 127

4.12. Correlation ... 128

4.13. Coefficients (a) Uji Signifikansi Korelasi X₁ terhadap Y ... 129

4.14. Model Summary Analisis Koefisien Determinan X₁ terhadap Y .. 130

4.15. Coefficient (a) Analisis Regresi Variabel X₁ terhadap Y ... 130

4.16. Anova (b) Uji Signifikansi Korelasi dengan Uji F ... 131

4.17. Correlations Variabel X₂ dengan Y ... 132

(4)

4.19. Model Summary (b) Analisis Koefisien Determinan X₂ - Y ... 134

4.20. Coefficient (a) Analisis Regresi X₂ dengan Y ... 134

4.21. Anova (b) Analisis regresi X₂-Y dengan Uji F ... 135

4.22. Model Summary Analisi Koefisien Korelasi Ganda X₁,X₂ - Y ... 136

4.23. Anova (b) Uji Signifikansi Korelasi Ganda X₁,X₂ - Y Uji t ... 137

4.24. Model Summary (b) Analisis Koefisien Determinan X₁,X₂-Y ... 138

4.25. Coefficients (a) Analisis Regresi Ganda X₁,X₂ dengan Y ... 139

(5)

DAFTAR GAMBAR

Nomor halaman

1.1. Paradigma Penelitian ... 21

2.1. Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan ... 45

4.1. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable Kinerja Sekolah ... 116

4.2. Scatter Plot Linieritas Data Variabel X₁ atas Y ... 119

4.3. Scatter Plot Linieritas Data Variabel X₂ atas Y ... 120

4.4. Grafik Regresi Variabel X₁ terhadap Variabel Y... 131

4.5. Grafik Regresi Variabel X₂ terhadap Variabel Y ... 135

4.6. Grafik Regresi Variabel X₁ dan X₂ terhadap Variabel Y ... 139

4.7. Struktur Kontribusi X₁ dan X₂ terhadap Y ... 141

4.8. Perilaku Manajerial Kepala Sekolah ... 142

4.9. Deskripsi Perencanaan……… ... 143

4.10. Deskripsi Pengorganisasian……… . 145

4.11. Deskripsi Penggerakan…. ... 146

4.12. Deskripsi Pengawasan.. ... 148

4.13. Kinerja Komite Sekolah ... 148

4.14. Deskripsi Badan Pertimbangan…... 150

4.15. Deskripsi Badan Pendukung ... 151

4.16. Deskripsi Badan Pengontrol ... 152

4.17. Deskripsi Badan Penghubung ... 153

4.18. Kinerja Sekolah ... 154

4.19. Deskripsi Kualitas Sekolah ... 155

4.20. Deskripsi Efisiensi dan Efektivitas ... 155

4.21. Deskripsi Inovasi ... 156

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Melakukan Observasi/Penelitian Lampiran 2 Surat Izin Penelitian/Observasi

Lampiran 3 SK Pembimbing Lampiran 4 Kuesioner Penelitian

Lampiran 5 Data Mentah Varibel Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Lampiran 6 Data Mentah Variabel Kinerja Komite Sekolah

(7)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan wadah proses

pendidikan dilakukan, memiliki sistem yang dinamis. Sekolah bukan hanya

wadah bertemunya guru dan murid melainkan berada pada satu tatanan yang

kompleks dan saling terkait, oleh karena itu sekolah dipandang sebagai suatu

organisasi yang membutuhkan pengelolaan yang baik dan profesional serta

mandiri.

Permasalahan pendidikan saat sekarang ini masih menjadi polemik

dalam meningkatkan mutu pendidikan Indonesia di tingkat dasar dan

menengah, hal ini dapat dilihat dari rendahnya mutu pendidikan saat sekarang

ini. Berbagai upaya pemerintah dalam mengurangi permasalahan tersebut

telah mengadakan perbaikan melalui sistem pengelolaan pendidikan,

penyediaan dan perbaikan sarana prasarana pendidikan serta peningkatan

mutu manajemen sekolah, bahkan pemerintah berupaya untuk tidak

membebani rakyat melalui bantuan operasional sekolah pada tingkat

pendidikan dasar. Namun belum bisa dijadikan solusi dalam pengentasan

permasalahan tersebut.

Dalam kaitan dengan dunia persekolahan, tujuan utamanya adalah

meneruskan kebudayaan kepada generasi muda melalui proses sosialisasi.

Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sergiovanni dan Starrat, dalam

Rohiat (2008) bahwa tujuan persekolahan menjamin kompetensi minimal

(8)

2

dalam keterampilan dan pemahaman yang telah ditentukan bagi semua anak.

Hal ini menuntut sekolah untuk memiliki kemampuan dalam membuat

rencana pengembangan SDM personal sekolah maupun peserta didiknya.

Sekolah harus memiliki kinerja yang dapat menunjukan keberhasilan sekolah

dalam mencapai tujuan secara keseluruhan.

Kinerja sekolah ditentukan oleh kinerja semua elemen sekolah.

Keberhasilan sekolah tidak ditentukan oleh kinerja kepala sekolah saja, juga

bukan oleh kinerja pendidiknya saja, atau juga bukan karena gedungnya yang

megah, juga bukan karena fasilitasnya yang lengkap, melainkan oleh sinergi

yang dibangun dari semua elemen sekolah. Kinerja berhubungan erat dengan

pemenuhan sasaran individu dan akan memberikan sumbangan kepada

sasaran organisasi, karena itu menjadi tugas penting bagi pihak manajemen

untuk merumuskan kinerja.

Untuk menilai keberhasilan kinerja sekolah diperlukan prosedur dan

mekanisme yang sistematik dan dapat dijadikan dasar untuk mengungkap

seberapa besar hasilnya untuk mencapai mutu sekolah. Adapun komponen

yang mempengaruhi kinerja sekolah adalah kualitas input, kualitas proses dan

kualitas output. Karena itu kinerja sekolah merupakan hasil kerja seluruh

personal sekolah yang dilakukan secara menyeluruh.

Adapun peran kepala sekolah dalam peningkatan kinerja sekolah pada

umumnya, dan hasil belajar siswa pada khususnya, jika elemen-elemen yang

disebutkan sebagai elemen yang berpengaruh pada hasil belajar siswa, maka

ada masukan lingkungan yang juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap

(9)

3

siswa pada khususnya. Selain masukan instrumental (instrumental input),

dalam sistem tersebut juga terdapat masukan yang tidak kalah pentingnya,

yakni masukan lingkungan (environmental input) yang antara lain adalah

kondisi sosial-ekonomi-budaya, dan bahkan termasuk keamanan lingkungan

sekolah. Dalam konteks ini, faktor manajemen juga memegang peranan yang

amat penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Kepala Sekolah serta

elemen pemangku kepentingan (stakeholder) merupakan masukan lingkungan

yang ikut berpengaruh terhadap kinerja sekolah sebagai suatu sistem

(Suparlan, 2005: 61).

Penerapan model MBS merupakan salah satu gagasan yang diterapkan

dalam manajemen sekolah untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan

pendidikan di sekolah dalam rangka meningkatkan kinerja sekolah secara

menyeluruh.

Sejalan dengan semangat tersebut, sudah sepantasnyalah kalau segala

keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan pendidikan diambil dan

bertumpu pada sekolah dan masyarakat. Dalam MBS ini sekolah ditempatkan

sebagai suatu lembaga yang berada di tengah-tengah masyarakat yang

memiliki ciri khas tersendiri. Karena itu sekolah harus memiliki komite

sekolah sebagai unit perencana, unit pembuat keputusan, dan basis

manajemen.

Komite Sekolah mencerminkan peran serta masyarakat dalam

memajukan pendidikan. Komite Sekolah tidak semata-mata dibentuk atas

dasar formalitas belaka, melainkan memang diberdayakan memberikan

(10)

4

Luasnya peran Komite Sekolah tidak dimaksudkan untuk mengurangi

wibawa guru dan kepala sekolah. Justru porsi peran yang berbeda

memungkinkan kerjasama yang baik diantara sekolah dan Komite Sekolah.

Bentuk pengembangan potensi sekolah ini antara lain melalui

peningkatan kinerja para guru dan karyawan, keleluasaan mengelola sumber

daya sekolah, penyederhanaan birokrasi, dan mempererat partisipasi

masyarakat. Upaya tersebut diharapkan mampu mendorong kemajuan sekolah

tanpa meninggalkan nilai-nilai setempat. Dan yang tidak kalah pentingnya

adalah memperluas basis mitra sekolah, yang semula hanya berbasis

struktural dari pusat ke daerah.

Dalam konteks yang sama, Komite Sekolah harus mampu menjadi

mitra sekolah agar dikelola dengan manajemen yang terbuka dan transparan.

Orang tua siswa mendapatkan penjelasan tentang penggunaan dana sekolah.

Kepala Sekolah sangat tertutup dan takut mengalokasikan dana, atau pihak

sekolah sudah terlanjur bekerja dengan kebiasaan lama yaitu mengalokasikan

dana untuk berbagai macam keperluan tanpa sepengetahuan komite sekolah

sehingga sekolah memerlukan komite sekolah sebagai tameng.

Undangan komite sekolah kepada orangtua siswa bukan dalam rangka

membicarakan masalah perbaikan kualitas pendidikan. Melainkan untuk

kepentingan penarikan dana pembangunan sekolah. Sehingga rapat komite

sekolah direduksi menjadi rapat pengumpulan dana.

Hal ini tidak perlu terjadi kalau komite sekolah benar-benar berperan sebagai

(11)

5

pendidikan. Untuk itu perlu ditegakkan sistem perekrutan personal komite

sekolah yang proporsional, profesional, dan kompeten.

Komite Sekolah berkepribadian independen, namun punya semangat

tinggi untuk menjalin kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan

sekolah. Mengingat peran dan fungsi strategisnya, baik komite maupun pihak

sekolah harus sama-sama proaktif menunjukkan peran dan fungsinya dengan

maksimal. Kinerja komite sekolah yang baik akan menjadikan proses

pendidikan yang terbuka dan otonom mengarah pada pencapaian kinerja

sekolah yang baik.

Komite sekolah diharapkan mampu menjadi mitra dalam upaya mencari

alternatif pemecahan masalah di sekolah agar mampu mendongkrak mutu dan

kualitas pendidikan yang didukung oleh pengelolaan kepemimpinan kepala

sekolah yang memiliki perilaku manajerial organisasi untuk meningkatkan

kinerja sekolah.

Salah satu faktor yang penting untuk mencapai kinerja sekolah adalah

kepemimpinan dalam pendidikan, kepemimpinan kepala sekolah perlu

diberdayakan. Pemberdayaan berarti peningkatan kemampuan secara

fungsional, sehingga kepala sekolah mampu berperan sesuai dengan tugas,

wewenang, dan tanggung jawabnya secara profesional.

Dengan adanya desentralisasi manajemen pendidikan dan manajemen

berbasis sekolah (MBS) peran kepala sekolah mulai berubah. Apalagi komite

sekolah mulai berperan penting dalam pengelolaan sekolah. Menurut

(12)

6

pertama sebagai pemimpin institusi bagi para guru, dan kedua memberikan

pimpinan dalam manajemen” (http://mbeproject.net/mbe59.html.).

Pembaharuan pendidikan melalui manajemen berbasis sekolah (MBS)

dan komite sekolah yang diperkenalkan sebagai bagian dari desentralisasi

memberikan kepada kepala sekolah kesempatan yang lebih besar untuk

menerapkan perilaku manajerial dengan lebih baik untuk mencapai kinerja

sekolah. Mereka menyadari bahwa mereka harus lebih menjadi mitra dari

pada atasan dari para guru dan bekerjasama lebih erat dengan para guru dan

masyarakat dalam menangani permasalahan-permasalahan pendidikan.

Kerjasama penanganan masalah ini termasuk tugas pengelolaan

penting, seperti: supervisi kelas untuk mendorong dan mendukung

pelaksanaan PAKEM, memimpin pertemuan informal dengan para guru,

untuk menstimulasi, berdiskusi dan berbagi pengalaman mengenai inovasi,

menghargai dan mendukung hasil kerja dari komite sekolah untuk sekolah.

Beberapa perubahan kinerja kepala sekolah yang dilaporkan termasuk:

(1) manajemen terbuka-menjadi transparan, akuntabel, dan melibatkan

banyak pihak dalam perencanaan, keuangan dan pengembangan program

sekolah bersama-sama dengan para guru dan masyarakat; (2) menciptakan

dan mengelola suasana belajar yang ramah dan positif di sekolah; (3) terbuka

dan mendukung inovasi.

Di lain pihak, kepala sekolah lebih enggan dalam hal-hal lain, seperti

mendelegasikan tanggung jawab pelaksanaan program sekolah kepada yang

lain, mengunjungi dan memonitor guru ke kelas, atau memimpin rapat formal

(13)

7

yakni sebulan sekali, atau satu semester sekali. Lebih lanjut, kepala sekolah

yang lebih terbuka mengakui bahwa para guru mereka juga mengalami

kendala untuk mengubah perilaku/kinerjanya di kelas daripada mengatakan

bahwa guru mereka tidak responsif, melakukan usaha-usaha positif, untuk

membantu guru mengatasi ketakutan mereka. Para guru dan anggota komite

melihat peran kepala sekolah dalam hubungan dengan peran mereka sendiri

di dalam sekolah. Sejalan dengan itu, anggota komite membuat daftar

fungsi-fungsi itu sebagai bagian dari peran kepala sekolah dalam pertemuan komite,

yakni memiliki peran sebagai: badan pertimbangan (advisory agency),

pendukung (supporting agency), pengawas (controlling agency), dan badan

mediator (mediator agency).

Sekolah sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa elemen, yang antara

satu elemen dengan elemen lainnya saling berkaitan dan saling pengaruh

mempengaruhi. Sebagai contoh, kepala sekolah adalah salah satu elemen

sekolah. Kepala sekolah akan berhubungan secara timbal balik dengan

elemen-elemen lain di sekolah itu. Kinerja sekolah akan dipengaruhi oleh

kinerja komite sekolah yang melaksanakan fungsinya di sekolah itu.

Sekolah sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa elemen sebagai

berikut: 1) Peserta didik (anak didik, siswa), 2) Kepala sekolah, 3) Pendidik

atau guru, 4) Staf tata usaha, 5) Kurikulum, dan 6) Fasilitas pendidikan

lainnya.

Berdasarkan teori input-process-output, elemen-elemen sekolah sebagai

suatu sistem tersebut dapat dibedakan sebagai berikut: 1) Elemen masukan

(14)

8

dengan latar belakang sosial-ekonomi-budaya, dan kesiapan akademisnya,

2) Elemen masukan instrumental (instrumental input), meliputi: a) kepala

sekolah, b) pendidik atau guru, c) kurikulum, dan d) fasilitas pendidikan,

3) Elemen masukan lingkungan (environmental input), meliputi: a) alam

(geografis, demografis), b) sosial, ekonomi, kebudayaan, 4) Proses

pendidikan (process) merupakan interaksi edukatif, atau proses belajar

mengajar, proses pembelajaran, menggunakan metode dan media

pembelajaran atau alat peraga yang diperlukan, 5) Output atau keluaran, yaitu

berapa siswa yang tamat dan atau lulus dari sekolah tersebut, 6)

Outcomes atau hasil, misalnya berapa siswa yang melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi, berapa yang dapat memperoleh lapangan kerja.

Kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan disyaratkan

menguasai keterampilan dan kompetensi tertentu yang dapat mendukung

pelaksanaan tugasnya. Kompetensi kepala sekolah sebagaimana yang

dipersyaratkan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 13 tahun

2007, tentang standar kepala sekolah belum cukup untuk menjamin

keberhasilan sekolah dalam mencapai visi dan misi yang ditetapkan. Karena

itu perlu ditambah dengan kompetensi lain yang berkaitan dengan tugas dan

fungsi kepala sekolah.

Kepala sekolah harus memiliki kompetensi untuk bertindak sebagai

manajer dan pemimpin yang efektif. Sebagai manajer ia harus mampu

mengatur agar semua potensi sekolah dapat berfungsi secara optimal.

(15)

fungsi-9

fungsi manajemen dengan baik, meliputi: (1) perencanaan; (2)

pengorganisasian; (3) penggerakan; dan (4) pengawasan.

Kompetensi manajerial kepala sekolah sebagai kegiatan yang dihimpun

dari beberapa fungsi fundamental menjadi proses yang unik. Sebagaimana

terurai dalam dimensi kompetensi kepala sekolah, kemampuan manajerial

kepala sekolah ditampakkan pada kemampuannya mengelola fungsi

fundamental manajemen, sebagai berikut :

1. Kemampuan menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan

perencanaan.

2. Mampu mengembangkan organisasi sekolah sesuai kebutuhan.

3. Mampu memimpin guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber

daya manusia secara optimal.

4. Mampu mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju

organisasi pembelajar yang efektif.

5. Mampu mengelola sarana prasarana sekolah dalam rangka

pendayagunaan secara optimal.

6. Mampu mngelola hubungan sekolah-masyarakat dalam rangka pencarian

dukungan ide, sumber belajar dan pembiayaan sekolah.

7. Mampu mengelola kepesertadidikan terutama dalam rangka penerimaan

peserta didik baru, penempatan peserta didik dan pengembangan kapasitas

peserta didik.

8. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar

(16)

10

9. Mampu mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan

yang akuntabel, transparan dan efisien.

10. Mampu mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung

kegiatan-kegiatan sekolah.

11. Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan

pembelajaran dan kegiatan kepesertadidikan di sekolah.

12. Mampu menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan dalam menciptakan

inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah.

13. Mampu menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif bagi

pembelajaran peserta didik.

14. Terampil dalam sistem informasi bagi peningkatan pembelajaran dan

manajemen sekolah dan mampu mengelola sistem informasi sekolah

dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan.

15. Mampu dan terampil memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi

peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah.

16. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program

kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat serta merencanakan tindak

lanjutnya.

Pendekatan proses atau operasional memberi identitas kepada

manajemen sebagai hal–hal yang dikerjakan seorang manajer, supaya ia

dikatakan mampu bertindak sebagai seorang manajer. Kompetensi manajerial

yang ditampakkan pada apa yang dikerjakannya jelas, yakni kegiatan yang

(17)

11

Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif biasanya ditopang oleh

ciri-ciri kepemimpinan yang tangkas, visioner dan kredibel dalam mengambil

kebijakan dan menggerakan organisasi sekolah. Sebagian orang menganggap

kepemimpinan yang efektif hendaknya aktif tidak pasif, konsisten bukannya

inkonsisten, lebih memikirkan yang prinsip dibanding yang non prinsip,

komunikatif bukannya asal bicara. Jadi kepemimpinan kepala sekolah sebagai

proses pemimpin pembelajaran menciptakan visi pendidikan,

implementasinya dengan mempengaruhi sikap, perilaku, pendapat, nilai -

nilai, dan norma dari para guru dalam mencapai profesionalisme tenaga

kependidikan untuk merealisasikan visi dan misi sekolah.

Seorang kepala sekolah yang melakukan kepemimpinannya tanpa

pengetahuan administrasi pendidikan tidak akan bekerja secara efektif dan

efisien, jauh dari mutu dan keberhasilannya tidak akan meyakinkan.

Pengetahuan tentang hal tersebut sangat dibutuhkan dan harus dipahami oleh

kepala sekolah, sehingga kemampuan profesional dari kepala sekolah melalui

kompetensi manajerialnya mampu memberikan kontribusi aktif terhadap

profesionalisasi kinerja di lapangan dalam pencapaian visi dan misi sekolah.

Otonomi pengelolaan pendidikan di sekolah berkaitan dengan

pendelegasian wewenang kepada kepala sekolah. Agar wewenang yang

diberikan dapat dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan kepala sekolah

yang kompetensi manajerialnya baik. Kompetensi sebagai pengetahuan dan

keterampilan serta nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan

berfikir dan bertindak secara konsisten yang memungkinkannya kompeten

(18)

12

Kompetensi kepala sekolah sebagaimana yang dipersyaratkan dalam

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 tahun

2007, tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah belum cukup untuk

menjamin keberhasilan sekolah dalam mencapai visi dan misi yang

ditetapkan. Karena itu perlu ditambah dengan kompetensi - kompetensi yang

lain yang berkaitan dengan tugas dan fungsi kepala sekolah. Mengingat

kepala sekolah dalam pengelolaan satuan pendidikan mempunyai kedudukan

yang strategis dalam mengembangkan sumberdaya sekolah terutama

memberdayakan guru dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah

ditetapkan.

Dalam memberdayakan lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar,

kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan, menaruh perhatian tentang apa

yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan orang tua

dan masyarakat tentang sekolah.

Otonomi pengelolaan pendidikan di sekolah berkaitan dengan

pendelegasian wewenang kepada kepala sekolah. Agar wewenang yang

diberikan berjalan dengan baik, maka diperlukan kepala sekolah yang

kompeten dalam menjalankan program-program sekolah termasuk segala

wewenang yang dilimpahkan untuk mengambil keputusan tentang

pemanfaatan sumberdaya sekolah dan melakukan kerjasama dengan

masyarakat. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai

dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak secara

konsisten yang memungkinkannya menjadi kompeten atau kemampuan dalam

(19)

13

Pengetahuan, keterampilan dan nila-nilai dasar yang direfleksikan kepala

sekolah dalam menjalankan tugas sebagai administator tidak dapat dilepaskan

dengan kompetensi manajerial yaitu, “conceptual skill, human skill, technical

skill and design skill” (Haroln Koontz, Cyril O’Donnell, dalam Rohiat,

2008).

Keterampilan konseptual adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh

kepala sekolah untuk melihat sekolah sebagai suatu keseluruhan,

merencanakan perubahan, merancang tujuan sekolah, membuat penilaian

secara tepat, tenang, efektivitas kegiatan sekolah dan mengkoordinasikan

program secara harmonis. Pentingnya keterampilan konseptual bagi kepala

sekolah sebagai manajer pendidikan dalam melaksanakan tanggung jawab

manajerialnya, terutama dalam perencanaan, pengorganisasian, menentukan

kebijakan, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam

pengembangan program sekolah.

Keterampilan hubungan manusia dalam organiasi pendidikan adalah

kemampuan kepala sekolah untuk mendirikan sistem komunikasi dua arah

yang terbuka dengan personel sekolah dan anggota masyarakat lainnya untuk

menciptakan suasana kepercayaan terhadap sekolah dan meningkatkan unjuk

kerja guru (Sutisna, 1993). Secara rinci menjelaskan bahwa perilaku

hubungan manusia yang dilakukan kepala sekolah meliputi: (a) menerima

kritik yang konstruktif, (b) menciptakan dan memelihara hubungan yang

positif dengan guru dan personel sekolah lainnya, (c) menciptakan hubungan

(20)

14

Kepala sekolah selain melakukan tugas yang bersifat konseptual dan

keterampilan hubungan manusia, juga harus mampu melaksanakan kegiatan

yang bersifat praktis. Kegiatan yang bersifat praktis oleh Carver (dalam

Wahyudi, 2009) disebut keterampilan teknikal yaitu kemampuan kepala

sekolah dalam menanggapi dan memahami serta cakap menggunakan

metode-metode termasuk yang bukan pelajaran, yaitu pengetahuan keuangan,

pelaporan, penjadwalan dan pemeliharaan.

Kepala sekolah membantu melakukan kegiatan yang bersifat teknis

untuk mendukung kelancaran program-program yang sebagian tugas telah

dilimpahkan pada guru ataupun petugas administrasi sekolah. Kompetensi

keterampilan yang diperlukan kepala sekolah selain yang dikemukakan di

atas, Wiles (dalam Wahyudi, 2009) meliputi, skill in leadership, skill in

human relationship, skill in group process, skill in personnal administration,

dan skill in evaluation. Keterampilan dalam kepemimpinan (skill in

leadership) yaitu kepala sekolah dapat mempengaruhi dan mengarahkan

bawahan (guru-guru) untuk mencapai tujuan sekolah melalui kegitan kegiatan

; (a) meningkatkan partisipasi anggota dalam menyusun program sekolah, (b)

menciptakan iklim kerja yang kondusif, (c) mendelegasikan sebagian

tanggung jawab dan mengikut sertakan guru-guru untuk membuat keputusan,

(d) mendorong kreativitas anggota dan memberikan kesempatan guru untuk

terampil.

Keterampilan hubungan insani (skill in human relationship) yaitu

(21)

15

bersikap melayani bawahan, menghargai perbedaan pendapat, dan bersikap

ramah.

Keterampilan dalam proses kelompok (skill in group process) artinya

kepala sekolah terlibat dalam proses kerjasama kelompok, dengan demikian

kepala sekolah mengetahui kelebihan dan kekurangan bawahan dalam

bekerja. Dalam proses kerja kelompok dapat menumbuhkan sikap saling

percaya dan saling membantu antara pimpinan dan anggota. Kepala sekolah

bersifat arif dan bijaksana dalam menghadapi pertentangan yang muncul

dalam kelompok. Selama berlangsungnya proses kelompok, kepala sekolah

memimpin diskusi, rapat dan pertemuan - pertemuan dengan masyarakat.

Keterampilan dalam mengelola personel (skill in personnal

administration) yaitu keterampilan kepala sekolah dalam menempatkan

personel pada suatu pekerjaan (job) sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Karena itu kepala sekolah harus selalu mengikuti perkembangan ilmu

pengetahuan dan lingkungan terutama perubahan situasi pekerjaan.

Keterampilan dalam penilaian ( skill in evaluation) yaitu keterampilan

kepala sekolah untuk mengetahui pencapaian suatu pelaksanaan pekerjaan

melalui langkah-langkah, (1) menetapkan standar pekerjaan, (2)

membandingkan hasil kerja aktual dengan standar yang ditetapkan, (3)

mengadakan koreksi jika diperlukan. Demikian pula Nurtain (dalam

Wahyudi, 2009) mengemukakan bahwa kompetensi ditentukan oleh

pengetahuan, keterampilan yang dipersyaratkan suatu pekerjaan dan

kompleksitas pengetahuan, dan keterampilan yang melekat pada berbagai

(22)

16

Pekerjaan atau tugas mempersyaratkan kompetensi bagi yang akan

melaksanakannya, tanpa terkecuali jabatan kepala sekolah. Harold Spears

(dalam Wahyudi, 2009) mengemukakan bahwa kedudukan kepala sekolah

sebagai administrator dan supervisor. Sebagai administrator, kepala sekolah

melakukan pengelolaan sumberdaya sekolah, bekerja sama dengan guru-guru

dan personel sekolah lainnya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan

termasuk melakukan kerjasama dengan komite sekolah dan masyarakat dalam

meningkatkan kualitas pendidikan.

Sebagai supervisor bertugas membantu guru-guru dalam perbaikan

pembelajaran terutama membantu dalam menyelesaikan masalah-masalah

dalam kelas. Deskripsi pekerjaan (job description) kepala sekolah menurut

Sutisna (1993) adalah sebagai berikut : (1). menjalankan supervisi umum

sekolah, (2). mengkoordinasi pekerjaan, (3). menilai efektivitas organisasi,

menetapkan kebijakan dan prosedur yang tidak ditugaskan pada personel

sekolah, (4). perbaikan program dan pelayanan, dan (5). pelaporan kegiatan

pada atasan.

Sedangkan tanggung jawab kepala sekolah meliputi: “(1) intruction and

curriculum, (2) pupil personnel, (3) community and school relations, (4) staff

personnel, (5) organization and structure of the school, and (6) school

program, physical facilities” menurut Kimbrough dan Burkett (dalam

Wahyudi,2009). Untuk menjalankan tugas sebagaimana dikemukakan di atas,

kepala sekolah harus mempunyai berbagai kemampuan kepala sekolah (The

(23)

17

mengambil keputusan, keorganisasian, kepemimpinan, memotivasi,

komunikasi secara lisan maupun tulisan.

Dengan demikian, kepala sekolah dapat melaksanakan tugas dengan

baik apabila didasari oleh perilaku manajerial untuk memimpin sekolah

dalam mengaplikasikan fungsi manajemen yakni merencanakan,

mengorganisir, menggerakan dan mengawasi, serta bersinergi dengan kinerja

komite sekolah dalam upaya pencapaian mutu sekolah yang baik melalui

kinerja sekolah.

Bertitik tolak dari harapan tersebut untuk mencapai haluan perubahan

kearah yang lebih bermutu, maka melalui perilaku manajerial kepala sekolah

dan kinerja komite sekolah dalam pengelolaan dan pemberdayaan sumber

daya, akan berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja sekolah.

B. Rumusan Masalah

Masalah penelitian dirumuskan, sebagai berikut : bagaimana perilaku

manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah dapat meningkatkan

kinerja sekolah SMP Negeri di Komisariat 7 Kabupaten Ciamis. Rumusan

masalah tersebut dapat dirinci dengan penjabaran sebagai berikut :

1. Bagaimanakah gambaran perilaku manajerial kepala sekolah di SMP

Negeri wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?

2. Bagaimanakah gambaran kinerja komite sekolah di SMP Negeri wilayah

Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?

3. Bagaimanakah gambaran kinerja sekolah di SMP Negeri wilayah

(24)

18

4. Bagaimana kontribusi antara perilaku manajerial kepala sekolah dengan

kinerja sekolah di SMP Negeri wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?

5. Bagaimana kontribusi antara kinerja komite sekolah dengan kinerja

sekolah di SMP Negeri wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?

6. Bagaimana kontribusi antara perilaku manajerial kepala sekolah dan

kinerja komite sekolah terhadap kinerja sekolah di SMP Negeri wilayah

Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui gambaran mengenai perilaku manajerial kepala

sekolah di SMP Negeri wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?

2. Untuk mengetahui gambaran kinerja komite sekolah di SMP Negeri

wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?

3. Untuk mengetahui gambaran kinerja sekolah di SMP Negeri wilayah

Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?

4. Untuk mengetahui gambaran mengenai kontribusi antara perilaku

manajerial kepala sekolah dengan kinerja sekolah di SMP Negeri wilayah

Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?

5. Untuk mengetahui gambaran mengenai kontribusi antara kinerja komite

sekolah dengan kinerja sekolah di SMP Negeri wilayah Komisariat 7

Kabupaten Ciamis ?

6. Untuk mengetahui gambaran mengenai kontribusi antara perilaku

manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah terhadap kinerja

(25)

19

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan pendidikan, baik

secara teoritis maupun praktis:

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memperkaya wawasan berfikir

terutama dalam memperluas dan mengembangkan kajian sekaligus

memotivasi untuk melakukan studi lanjut dalam aspek yang sama atau

yang berkaitan dengan peningkatan kinerja sekolah.

2. Secara praktis, diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam

manajerial sekolah melalui kompetensi kepala sekolah dan kinerja komite

sekolah dalam meningkatkan kinerja sekolah.

3. Diharapkan dapat memberi masukan bagi peneliti khususnya dan

mahasiswa program strata dua Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)

pada umumnya tentang perilaku manajeral kepala sekolah dan kinerja

komite sekolah, agar dalam melaksanakan tugas dilapangan nanti dapat

meningkatkan kinerja dengan baik.

E. Paradigma Penelitian

Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena

dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa

sumber daya dan perangkat serta metoda dan harapan sebagai pemandu bagi

berlangsungnya proses. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat

berlangsung dengan baik.

Kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan disyaratkan

menguasai keterampilan dan kompetensi tertentu yang dapat mendukung

(26)

20

dipersyaratkan dalam peraturan menteri pendidikan nasional nomor 13 tahun

2007, tentang standar kepala sekolah belum cukup untuk menjamin

keberhasilan sekolah dalam mencapai visi dan misi yang ditetapkan. Karena

itu perlu ditambah dengan kompetensi lain yang berkaitan dengan tugas dan

fungsi kepala sekolah yakni fungsi manajemen. Yakni kepala sekolah harus

mampu berfungsi sebagai perencana, pengorganisasi, penggerak dan

pengontrol.

Pada paradigma penelitian berikut ini menunjukan bahwa kepala

sekolah memiliki peran sangat penting dalam mengkoordinasikan,

menggerakan dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang

tersedia. perilaku manajerial kepala sekolah sebagai bagian dari manajemen

kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang mendorong peningkatan

kinerja sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran

sekolah melalui kemandirian sekolah serta kerjasama dengan komite sekolah.

Komite sekolah diharapkan mampu menjadi wadah aspirasi masyarakat

serta dapat memberikan alternatif pemecahan masalah di sekolah agar mampu

mendongkrak mutu dan kualitas pendidikan yang didukung oleh pengelolaan

manajerial kepala sekolah yang memiliki kompetensi dalam manajerial

organisasi untuk meningkatkan kinerja sekolah.

Bertitik tolak dari harapan untuk meningkatkan kinerja sekolah

dipandang perlu membangun suatu sistem persekolahan yang mampu

memberikan kemampuan dasar bagi kepala sekolah melalui perilaku

(27)

21

melalui komite sekolah dalam mencapai kinerja sekolah, seperti nampak pada

skema dibawah ini :

Gambar 1.1. Paradigma penelitian

F. Anggapan Dasar Penelitian

Arikunto (2001:60) mengemukakan bahwa anggapan dasar penelitian

dipandang sebagai landasan teori atau titik tolak pemikiran yang digunakan

dalam suatu penelitian, yang mana kebenarannya diterima oleh peneliti.

Selanjutnya dikemukakan bahwa, peneliti dipandang perlu merumuskan

anggapan dasar penelitian dengan maksud : (1) Agar terdapat landasan

berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti, (2) Untuk

mempertegas variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian, dan (3)

Berguna untuk kepentingan menentukan dan merumuskan hipotesis. Dalam

merumuskan anggapan dasar penelitian ini ditempuh melalui telaah berbagai

konsep dan teori yang berkaitan dengan perilaku manajerial kepala sekolah,

kinerja komite sekolah dan kinerja sekolah dalam sebuah organisasi sekolah.

Adapun asumsi dalam penelitian ini adalah:

1. Keterampilan manajerial adalah kemampuan seseorang dalam mengelola

sumberdaya organisasi berdasarkan kompetensi yang ditetapkan dalam Perilaku

Manajerial Kepala Sekolah

Kinerja Komite Sekolah

(28)

22

rangka mencapai tujuan yang ditentukan. Hal ini memberikan asumsi

bahwa perilaku manajerial kepala sekolah berpengaruh terhadap

pencapaian tujuan dari program sekolah ( Rohiat, 2009 ).

2. Komite sekolah memiliki peran mendorong orangtua dan masyarakat

untuk secara aktif berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung

peningkatan kualitas pendidikan, sehingga kinerja komite sekolah

memiliki pengaruh terhadap kinerja sekolah ( Mulyasa, 2003 ).

3. Kinerja sekolah bergantung pada perilaku manajerial kepala sekolah dan

kinerja komite sekolah.

G. Hipotesis

Menurut Suharsimi Arikunto (2002:64) hipotesis dapat diartikan

sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan

penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Penelitian ini akan

menguji hipotesis mengenai perilaku manajerial kepala sekolah dan kinerja

komite sekolah berpengaruh terhadap kinerja sekolah. Dari sini maka penulis

mengajukan hipotesis:

1. Terdapat kontribusi yang signifikan antara perilaku manajerial kepala

sekolah terhadap kinerja sekolah di SMP Negeri se-wilayah Komisariat

7 Kabupaten Ciamis.

2. Terdapat kontribusi yang signifikan antara kinerja komite sekolah

terhadap kinerja sekolah di SMP Negeri se-wilayah Komisariat 7

Kabupaten Ciamis.

3. Terdapat kontribusi yang signifikan antara perilaku manajerial kepala

sekolah dan kinerja komite sekolah terhadap kinerja sekolah di SMP

(29)

95

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan dan menganalisa

secara mendalam tentang kontribusi perilaku manajerial kepala sekolah dan

kinerja komite sekolah terhadap kinerja sekolah. Hasil ini diharapkan menjadi

masukan yang bermanfaat bagi kepala sekolah dan komite sekolah dalam

meningkatkan kinerja sekolah sebagai objek penelitian.

Metode penelitian menurut Sugiono (2009:3) merupakan cara ilmiah

untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, misalnya

untuk menguji serangkaian hipotesa dengan mempergunakan teknik serta

alat-alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah penyelidik

mempertimbangkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari

situasi penyelidikan. Penulis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

kuantitatif.

Objek kajian dalam penelitian ini, adalah perilaku manajerial kepala

sekolah (variabel independen ke-1), kinerja komite sekolah (variabel

independen ke-2), dan kinerja sekolah (variabel dependen). Berdasarkan

ketiga objek penelitian ini, maka dapat dianalisis: pertama kontribusi perilaku

manajerial kepala sekolah terhadap kinerja sekolah pada SMP Negeri di

wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis, kedua kontribusi kinerja komite

sekolah terhadap kinerja sekolah pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7

Kabupaten Ciamis, ketiga kontribusi perilaku manajerial kepala sekolah dan

(30)

96

kinerja komite sekolah terhadap kinerja sekolah pada SMP Negeri di wilayah

Komisariat 7 Kabupaten Ciamis.

Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah guru pada SMP Negeri

di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis.

B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisai yang terdiri atas subjek-subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, (Sugiyono,

2009:117).

Tabel 3.1.

Data Guru SMP Negeri di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis

No Nama

Sekolah

Jenis kelamin

Pendidikan Pengalaman Kerja…

(31)

97

Pengertian populasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Surakhmad

(1998:72), “Populasi adalah sekelompok subjek penyelidik, baik manusia,

gejala-gejala atau peristiwa yang ada hubungannya dengan suatu penelitian”.

Populasi dalam penelitian ini, adalah totalitas nilai yang mungkin

untuk diukur atau digeneralisasikan baik secara kuantitatif atau secara

kualitatif. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah

keseluruhan guru SMP Negeri Wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis.

Berdasarkan prasurvey di seluruh SMP Negeri wilayah Komisariat 7

Kabupaten Ciamis tersebut diperoleh jumlah populasi sebanyak 285 orang

yang tersebar pada 10 SMP Negeri. Gambaran penyebaran populasi dapat

dilihat pada Tabel 3.1. di atas.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mempelajari semua

yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2009:118). Tidak mungkin penyelidikan

itu selalu langsung menyelidiki segenap populasi, tujuan penyelidikan adalah

menemukan generalisasi yang berlaku secara umum, maka seringkali

penyelidikan terpaksa menggunakan sebagian saja dari populasi (Surakhmad,

1998:93). Selanjutnya Arikunto (1998 : 103) memberikan pengertian bahwa’

“Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang

diteliti)”. Ini mengandung arti bahwa sampel penelitian adalah sebagian dari

populasi yang diambil sebagai sumber data yang dapat mewakili seluruh

(32)

98

C. Teknik Pengambilan Sampel

Dalam teknik pengambilan sampel sebagai ancer-ancer apabila

subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya

merupakan penelitian populasi dan jika subjeknya lebih dari 100 maka

sampelnya diambil 10 – 15% atau 20 – 25%. Berdasarkan pendapat tersebut

di atas maka teknik pengambilan sampel yang dilakukan sebanyak 74 orang

dengan menggunakan teknik Proportional random sampling atau acak, yaitu

teknik pengambilan sampel tidak sistematis namun secara acak dengan

memperhatikan proporsi jumlah populasi pada masing-masing sekolah.

Tujuan utamanya adalah agar semua populasi terwakili, jika pengambilan

sampel tidak secara acak maka tidak dapat dijamin bahwa keseluruhan

populasi dapat terwakili.

Untuk menentukan besarnya atau ukuran sampel digunakan rumus

dari Taro Yamane (dalam Riduwan, 2008: 65), yaitu :

1

Keterangan : n = jumlah sampel

N = jumlah populasi

d = presisi atau penyimpangan terhadap populasi

Dalam penelitian sosial besarnya presisi biasanya antara 5% sampai

dengan 10%, pada penelitian ini peneliti mengambil presisi sebesar 10%

sehingga diperoleh nilai n seperti tertera dibawah ini :

1

285

1 285 0,1

285

(33)

99

Jadi jumlah sampel penelitian sebanyak 74 orang (dibulatkan), jumlah

ini menjadi responden penelitian. Jumlah sampel tersebut jika

diprosentasekan adalah 74/285 x 100% = 25,96 %.

Penentuan anggota sampel adalah sebesar 25,96 % dari populasi.

Penyebaran sampel pada tiap sekolah dapat dilihat pada table 6 berikut :

Tabel 3.2.

Teknik sampling yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

teknik simple random sampling. Agar masing-masing populasi memiliki

peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel, maka pengambilan sampel

dilaksanakan secara acak dengan menggunakan sistem undian.

D. Instrumen Penelitian 1. Skala Pengukuran

Skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variabel yang akan

diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan

(34)

100

dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala Likert. Skala Likert

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau

sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Akdon, 2008:118). Jadi

dengan skala likert ini peneliti ingin mengetahui bagaimana perilaku

manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah berkontribusi terhadap

kinerja sekolah pada SMP Negeri di wilayah komisariat 7 Kabupaten Ciamis.

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah

angket Skala Likert dengan lima alternatif jawaban, yaitu : selalu (SL), sering

(SR), kadang-kadang (KD), jarang (JR), dan tidak pernah (TP).

Pemberian bobot untuk masing-masing item berturut-turut untuk

pernyataan positif diberi bobot : 5 – 4 – 3 – 2 – 1. Sedangkan untuk angket

dengan pernyataan negatif diberi bobot : 1 – 2 – 3 – 4 – 5.

2. Penyusunan Instrumen

Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang

akan diteliti serta bertujuan untuk menghasilkan data kuantitatif yang tepat

dan akurat sehingga harus memiliki skala yang jelas. Instrumen penelitian ini

disusun berdasarkan indikator masing-masing variabel. Operasional variabel

penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut :

Tabel 3.3.

Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Sub Variabel Indikator

1 Perilaku

1. Menyusun rencana sekolah

2. Mengembangkan kebijakan operasional sekolah

3. Mengelola pengembangan kurikulum sekolah

(35)

101

1. Mengembangkan struktur organisasi sekolah

2. Mengelola peserta didik 3. Mengelola SDM

1. Menciptakan Budaya dan iklim kerja 2. Mengelola sarana dan prasarana sekolah 3. Mengelola hubungan dengan masyarakat

dan komite sekolah

4. Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan pembeljaran dan peserta didik

5. Mengelola keuangan sekolah

1. Melakukan pengukuran prestasi 2. Memonitoring dan mengevaluasi 2 Kinerja

1. Mempertimbangkan penyusunan program sekolah

2. Menyelenggarakan rapat Rencana anggaran kegiatan sekolah

3. Memberikan pertimbangan perubahan RAKS

4. Merekomendasikan sarana dan prasarana pendidikan

5. Memberikan pertimbangan tentang tenaga pendidik dan kependidikan yang dapat diperbantukan di sekolah

1. Pengelolaan SDM dalam mendukukung program sekolah

2. Memantau kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah

3. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan peningkatan mutu pendidikan

4. Mengevaluasi pelaksanaan dukungan anggaran di sekolah.

1. Mengontrol perencanaan pendidikan di sekolah

2. Memantau pelaksanaan program sekolah

3. Memantau output pelaksanaan pendidikan di sekolah.

(36)

102

(mediator agency)

2. Mensosialisasikan kebijakan dan program sekolah

3. Memfasilitasi berbagai masukan dari masyarakat terhadap sekolah

4. Mengkoordinasikan bantuan masyarakat

1. Prestasi akademik 2. Prestasi non akademik

1. Ketercapaian tujuan 2. Efisiensi internal 3. Produktivitas

1. Mengembangkan budaya sekolah 2. Proses kreatif

1. Motivasi kerja 2. Kondisi kerja 3. Kebersamaan 4. Supervisi

Instrumen pada masing-masing indikator disusun dengan

langkah-langkah sebagai berikut : 1) membuat kisi-kisi berdasarkan indikator variabel,

2) menyusun butir-butir pernyataan sesuai dengan indikator variabel, 3)

melakukan analisis rasional untuk melihat kesesuaian dengan indikator serta

ketepatan dalam menyusun angket dari aspek yang diukur. Kisi-kisi

instrumen penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.4. berikut :

Tabel 3.4. 1 Perilaku Manajerial Kepala Sekolah (X )

a. Perencanaan (Planning)

1) Menyusun rencana sekolah Guru 3 1 - 3 2) Mengembangkan kebijakan

opera-sional sekolah Guru

1 4

3) Mengelola pengembangan

kuri-kulum sekolah Guru

2 5 - 6

(37)

103

1) Mengembangkan struktur organi-

sasi sekolah Guru

1) Menciptakan budaya dan iklim kerja

Guru 4 17-20

2) Mengelola sarana dan prasarana sekolah

Guru 2 21-22

3) Mengelola hubungan dengan ma-syarakat dan komite sekolah

Guru 2 23-24

4) Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegia-atan pembelajaran dan kegikegia-atan peserta didik

Guru 1 25

5) Mengelola keuangan sekolah se- suai dengan prinsip pengelolaan yang transparan dan akuntabel

Guru 3 26-28

d. Pengawasan (Controlling)

1) Melakukan pengukuran prestasi Guru 1 29 2) Memonitoring dan mengevaluasi Guru 1 30

2 Kinerja Komite Sekolah (X2) a. Badan Per-

timbangan (Advisory Agency)

1) Mempertimbangkan penyusunan program sekolah

Guru 2 1-2

2) Menyelenggarakan rapat Rencana anggaran kegiatan sekolah

Guru 1 3

3) Memberikan pertimbangan perubahan RAKS

Guru 2 4-5

4) Merekomendasikan sarana dan prasarana pendidikan

Guru 3 6-8

5) Memberikan pertimbangan tentang tenaga pendidik dan kependidikan yang dapat diperbantukan di sekolah

Guru 2 9-10

b. Badan Pen-dukung (Supporting Agency)

1) Pengelolaan SDM dalam mendukukung program sekolah

Guru 1 11

2) Memantau kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah

Guru 1 12

3) Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan peningkatan mutu pendidikan

Guru 1 13

4) Mengevaluasi pelaksanaan dukungan anggaran di sekolah

Guru 1 14

c. Badan Penga was

(Controlling

1) Mengontrol perencanaan pendidikan di sekolah

Guru 2 15-16

2) Memantau pelaksanaan program sekolah

(38)

104

Agency) 3) Memantau output pelaksanaan

pendidikan di sekolah

1) Mengidentifikasi aspirasi masyarakat untuk perencanaan pendidikan

Guru 2 23-24

2) Mensosialisasikan kebijakan dan program sekolah

Guru 1 25

3) Memfasilitasi berbagai masukan dari masyarakat terhadap sekolah

Guru 1 26

4) Mengkoordinasikan bantuan masyarakat

c. Inovasi 1) Mengembangkan budaya sekolah Guru 2 13-14

2) Proses kreatif Guru 2 15-16

d. Iklim kerja 1) Motivasi kerja Guru 2 17-18

2) Kondisi kerja Guru 3 19-21

3) Kebersamaan Guru 5 22-26

4)Supervisi Guru 4 27-30

3. Ujicoba Instrumen

a. Uji Validitas Instrumen

Dalam penelitian ini, uji validitas menggunakan bantuan komputer

dengan program SPSS versi 12 for window. Dengan demikian, untuk

mengetahui tingkat validitas instrumen maka dapat melihat angka pada

kolom corrected item-total correlation yang merupakan korelasi antara

skor item dengan skor total item (nilai r !) dibandingkan dengan

nila r "#$%. Jika r ! > r "#$% maka item tersebut valid. Sebaliknya,

jika r ! < r "#$% maka item tersebut tidak valid.

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas menunjukan pengertian bahwa instrumen tersebut

(39)

105

instrumen tersebut sudah baik. Untuk menguji reliabilitas instrumen

penelitian dilakukan dengan internal consistency melalui teknik Belah

Dua (Split Half) (Sugiono, 2001: 109). Butir-butir pernyataan instrumen

pada masing-masing variabel dibelah menjadi dua kelompok, yaitu

instrumen ganjil dan genap, kemudian disusun skor hasil uji coba antara

kelompok ganjil dan genap. Selanjutnya tinjau nilai koefesien korelasi

dengan rumusan Spear Brown sebagai berikut:

2

r = reliabilitas keseluruhan item

b

r = Korelasi Product Moment Belah Ganjil dan Genap

c. Hasil Uji Validitas Instrumen

1) Validitas Variabel X1

Dengan menggunakan rumus tersebut di atas, maka untuk variabel X

terdiri dari 30 item pernyataan. 26 item valid dan 4 (empat) item

pernyataan yang tidak valid.

Tabel 3.5. Validitas Variabel X1

Nomor

Item &'()*+

(,-./

0=0,05, n=30 Keterangan Keputusan

(40)

106

2) Validitas Variabel X2

Variabel X terdiri dari 30 item pernyataan. Terdapat 28 item

pernyataan yang valid dan 2 item yang tidak valid, yaitu nomor 12 dan

23. Untuk jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.6. Validitas Variabel X2

Nomor

Item &'()*+

(,-./

0=0,05, n=30 Keterangan Keputusan

(41)

107

3) Validitas Variabel Y

Variabel Y terdiri dari 30 item pernyataan. Terdapat 26 item

pernyataan yang valid dan 4 item pernyataan yang tidak valid, yaitu

nomor 1, 6, 21 dan 22.. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.7. Validitas Variabel Y

Nomor

Item &'()*+

(,-./

(42)

108

d. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas dapat diketahui pada baris Guttman Split-Half

Coefficient sebagai nilai r ! kemudian dibandingkan dengan nilai

r "#$%. Jika r ! > r "#$% maka item tersebut reliable. Sebaliknya, jika

r ! < r"#$% maka item tersebut tidak reliable. Untuk jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.8.

Correlation Between Forms .863 .875 .931

Spearman-Brown Coefficient

Equal Length

.927 .933 .964

Unequal Length .927 .933 .964

Guttman Split-Half Coefficient .914 .930 .960

a The items are: no1, no2, no3, no4, no5, no6, no7, no8, no9, no10, no11, no12, no13, no14, no15.

(43)

109

Hasil analisis reliabilitas diperoleh r untuk variabel X mencapai

0.914, untuk variabel X sebesar 0.930, dan untuk variabel Y sebesar

0.960. Ketiga koefisien reliabilitas tersebut melebihi r"#$% = 0.370

yang berarti bahwa ketiga instrumen masuk kategori reliabel.

Tabel 3.9.

Data hasil uji reliabilitas instrumen

No. Variabel / Sub 1 Perilaku Manajerial Kepala Sekolah (X )

a. Perencanaan (Planning)

1) Menyusun rencana sekolah 3 0 3 2) Mengembangkan kebijakan

opera-sional sekolah

1 0 1

3) Mengelola pengembangan kuri-kulum sekolah

2 1 1

4) Mengelola dan mengembangkan sekolah menuju pembelajaran

1) Mengembangkan struktur organi- sasi sekolah

1) Menciptakan budaya dan iklim kerja

4 0 4

2) Mengelola sarana dan prasarana sekolah

2 0 2

3) Mengelola hubungan dengan ma-syarakat dan komite sekolah

2 0 2

4) Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegia-atan pembelajaran dan kegikegia-atan peserta didik

1 0 1

5) Mengelola keuangan sekolah se- suai dengan prinsip pengelolaan yang transparan dan akuntabel

3 1 2

2 Kinerja Komite Sekolah (X2) a. Badan Per-

timbangan (Advisory

1) Mempertimbangkan penyusunan program sekolah

2 0 2

2) Menyelenggarakan rapat Rencana anggaran kegiatan

(44)

110

Agency) sekolah

3) Memberikan pertimbangan perubahan RAKS

2 0 2

4) Merekomendasikan sarana dan prasarana pendidikan

2 0 2

5) Memberikan pertimbangan tentang tenaga pendidik dan kependidikan yang dapat

1) Pengelolaan SDM dalam mendukukung program sekolah

1 0 1

2) Memantau kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah

1 0 1

3) Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan peningkatan mutu pendidikan

2 1 1

4) Mengevaluasi pelaksanaan dukungan anggaran di sekolah

1) Mengontrol perencanaan pendidikan di sekolah

2 0 2

2) Memantau pelaksanaan program sekolah

2 0 2

3) Memantau output pelaksanaan pendidikan di sekolah

1) Mengidentifikasi aspirasi masyarakat untuk perencanaan pendidikan

2 0 2

2) Mensosialisasikan kebijakan dan program sekolah

1 0 1

3) Memfasilitasi berbagai masukan dari masyarakat terhadap sekolah

1 0 1

(45)

111

E. Teknis Pengolahan dan Analisis Data

1. Untuk menguji kualitas setiap variabel, digunakan uji mean, dengan

ketentuan seperti pada tabel berikut:

Tabel 3.10.

Pedoman Penarikan Interpretasi Rata-rata Kualitas Variabel

No Rentang Kualitas Nilai /Skor Kuantitas Nilai Rata-rata Skor

2. Teknik pengolahan data hubungan ketiga variabel sesuai dengan

perumusan masalah, peneliti menggunakan pendekatan dan teknik statistik

Uji r (korelasi), dengan menggunakan sofware SPSS for Windows ver. l2.

Sugiyono (2003), menggunakan rumusan:

a) Untuk menghitung hubungan antara X1 ke Y dan X2 ke Y

= Nilai koefisien korelasi ganda

Y X r

1

2 = Koefisien determinasi X

1 terhadap y

Y X r

2

2 = Koefisien determinasi X

(46)

112

3. Pedoman untuk menginterpretasikan nilai r terhadap koefisien korelasi

adalah:

Tabel 3.11.

Pedoman Penarikan Interpretasi Efektivitas Antar Variabel (Sugiyono, 2003)

Nilai Koefisien Korelasi Interpretasi tingkat hubungan

0,000 – 0,199 sangat rendah

0,200 - 0,300 rendah

0,400 - 0,599 sedang

0,600 - 0,799 kuat

0,800 - 1,000 sangat kuat

4. Untuk menentukan besarnya pengaruh suatu variabel terhadap variabel

lainnya digunakan Uji Koefisien Determinasi, dengan menggunakan

rumus: KD = r2 x 100%.

5. Untuk menentukan tingkat pengaruhnya menggunakan acuan pada tabel

berikut:

Tabel 3.12.

Pedoman Penarikan Interpretasi Rata-rata Kualitas Variabel (Sugiyono, 2003)

No Rentang Efektivitas

Nilai Rata-Rata Interpretasi

1 0% - 19,9% Sangat rendah

2 20 % - 39,9% Rendah

3 40% - 59,9% Cukup

4 60 % - 79,9% Tingi

(47)

113

6. Pengujian Hipotesis, digunakan uji Regresi dengan menggunakan

keberartian Persamaan Regresi Y = a + bX, pada tingkat a tertentu

sehingga diperoleh perbandingan nilai Fhitung terhadap Ftabel.

Dimana :

∑ − ∑ ∑

=

2 X) ( 2 X n

Y) X)( ( XY n

b , dan a = Y – bX =

n bX Y

∑ −

(1) Jika Fhitung > Ftabel maka hipotesis diterima, dan

(2) Jika Fhitung ≤ Ftabel maka hipotesis ditolak

Untuk perhitungan tersebut, peneliti menggunakan fasilitas software SPSS

ver 12.1.

7. Langkah selanjutnya dilakukan pembahasan hasil pengolahan data dengan

mempertimbangkan berbagai temuan pada analisis dan pengolahan data.

sehingga diharapkan dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan perumusan

(48)

160

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data hasil

penelitian yang disajikan pada Bab IV, selanjutnya dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Hasil analisis deskripsi data variabel perilaku manajerial kepala sekolah

(X1) temasuk dalam kategori sangat baik (4,52). Kriteria tersebut

diperoleh dari skor rata-rata sub variabel perencanaan (planning),

peng-organisasian (Organizing), penggerakan (Organizing), dan pengawasan

(Controlling) yang seluruhnya memperoleh skor rata-rata sangat baik,

yakni diatas 4,01. Hal ini memberikan gambaran bahwa menurut persepsi

guru, kepala sekolah pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7

Kabupaten Ciamis menunjukkan perilaku kepemimpinan yang telah

mampu melaksanakan 88% dari keseluruhan tugas manajerialnya. Namun

demikian, masih ada peluang sebesar 0,60 atau sekitar 12% untuk bisa

lebih meningkat lagi sehingga perilaku manajerial kepala sekolah

benar-benar mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja

sekolah.

2. Menurut persepsi guru, gambaran kinerja komite sekolah (X2) pada SMP

Negeri di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis, termasuk kategori

sangat tinggi yaitu sebesar 4,43. Skor tersebut ditunjang oleh perolehan

skor rata-rata sub variabel kinerja komite sekolah dalam melaksanakan

(49)

161

perannya sebagai badan pertimbangan (Advisory Agency), badan

pendukung (Supporting Agency), badan penghubung (Mediator Agency),

dan badan pengontrol (Controlling Agency). Jika memperhatikan

perolehan skor rata-rata per indikator, ternyata indikator “memberikan

pertimbangan tenaga pendidik dan kependidikan” dan indikator

“memfasilitasi berbagai masukan masyarakat terhadap sekolah”,

memperoleh skor dibawah 4,01 atau masuk pada kategori “tinggi”.

Artinya, sangat tingginya kinerja komite sekolah pada SMP Negeri di

wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis, belum ditunjang secara merata

oleh indikator-indikatornya.

3. Gambaran kinerja sekolah (Y) pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7

Kabupaten Ciamis masuk kategori “sangat tinggi” dengan perolehan skor

rata-rata sebesar 4,59. Dari kategori tersebut, memberikan informasi

bahwa menurut persepsi guru, SMP Negeri yang ada di wilayah

Komisariat 7 Kabupaten Ciamis, telah menunjukkan kinerjanya yang

sangat tinggi dalam pengelolaan sekolah. Hal ini ditunjukkan oleh

perolehan skor rata-rata setiap sub variabel kinerja sekolah, seperti:

adanya upaya untuk meningkatkan kualitas sekolah, adanya efisiensi dan

efektifitas, inovatif, dan iklim kerja yang kondusif.

4. Terdapat kontribusi yang signifikan dari perilaku manajerial kepala

sekolah terhadap kinerja sekolah pada SMP Negeri di wilayah Komisariat

7 Kabupaten Ciamis, sebesar 40,6% pada taraf signifikansi 0,001. Adapun

tingkat signifikansi koefisien korelasi sebesar 0,637 dengan tingkat

(50)

162

dipengaruhi oleh perilaku manajerial kepala sekolah sebesar 40,6% dan

sisanya sebesar 59,4% dipengaruhi oleh faktor lain diluar faktor perilaku

manajerial kepala sekolah.

5. Terdapat kontribusi yang signifikan dari kinerja komite sekolah terhadap

kinerja sekolah pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7 Kabupaten

Ciamis, sebesar 40,3% pada taraf signifikansi 0,000. Adapun tingkat

signifikansi koefisien korelasi sebesar 0,635 dengan tingkat hubungan

kuat. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja sekolah dipengaruhi oleh

kinerja komite sekolah sebesar 40,3% dan sisanya sebesar 59,7%

dipengaruhi oleh faktor lain diluar faktor kinerja komite sekolah.

6. Terdapat kontribusi yang signifikan dari perilaku manajerial kepala

sekolah dan kinerja komite sekolah secara simultan terhadap kinerja

sekolah pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis,

sebesar 40,8%. Adapun tingkat signifikansi koefisien korelasi sebesar

0,639 dengan tingkat hubungan kuat. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja

sekolah dipengaruhi oleh perilaku manajerial kepala sekolah dan kinerja

komite sekolah sebesar 40,8%. Sisanya sebesar 59,2% dipengaruhi oleh

faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

B. Rekomendasi

Berdasarkan temuan hasil penelitian, dapat direkomendasikan hal-hal

sebagai berikut:

1. Dalam melaksanakan fungsinya, kepala sekolah sebagai manajer

(51)

163

pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk

mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya

manusia dan sumber daya lainnya. Dalam hal ini, tanggung jawab kepala

sekolah akan meliputi garapan manajemen bidang personalia, siswa, tata

usaha, kurikulum, keuangan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah dan

masyarakat serta unit penunjang lainnya. Untuk dapat melakukan tugas

dan tanggung jawab tersebut, kepala sekolah perlu memiliki berbagai

kemampuan yang diperlukan, seperti kemampuan teknik (technical skill),

kemampuan hubungan kemanusiaan (human skill), dan kemampuan

konseptual (conceptual skill). Dengan kemampuan tersebut, diharapkan

perilaku manajerial kepala sekolah terkait dengan indikator “monitoring

dan evaluasi, serta pengelolaan dan pengembangan pembelajaran efektif ”

yang memiliki skor paling rendah, bisa semakin baik sehingga

memberikan pengaruh lebih besar lagi terhadap peningkatan kinerja

sekolah.

2. Tujuan pembentukan Komite Sekolah, diantaranya untuk mewadahi dan

menyalurkan aspirasi masyarakat, sehingga dapat meningkatkan tanggung

jawabnya, serta tercipta suasana transparansi, akuntabilitas, dan

demokratisasi pengelolaan pendidikan di sekolah. Idealnya, Komite

Sekolah mampu menjalankan peran dan fungsinya sebagai badan

pertimbangan (advisory agency), badan pendukung (supporting agency),

badan pengawas (controlling agency), dan badan mediator (mediator

Gambar

Tabel Konsultasi Hasil Perhitungan WMS ...................................
Gambar 1.1.
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mulhsteph Ratio akan memberikan sifat kekuatan tarik pulp yang tinggi dan sebaliknya serat yang mempunyai dinding sel tebal dan diameter kecil cenderung akan

Hal ini dapat meningkatan resiko para penambang emas tersbut terpajan merkuri karena merkuri yang digunakan selama proses penambangan secara amalgamasi bisa masuk

Maka yang menjadi permasalahannya adalah bagaimana usaha-usaha yang dilakukan oleh perusahaan dalam meningkatkan kedisiplinan karyawan.Dengan mewujudkan rasa disiplin kerja

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris,. Sekolah

Table 3.3 Classification interval for individual participants

Aplikasi ini juga dimaksudkan untuk membantu tugas petugas administrasi dalam pemrosesan data administrasi pada klinik pribadi dokter gigi, serta meningkatkan keakuratan data

Terdapat hubungan antara perilaku merokok orang tua dan anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah dengan kejadian ISPA pada BALITA di wilayah kerja

Berkenaan dengan hal tersebut diatas, diharapkan agar Saudara dapat hadir tepat waktu dengan membawa dokumen asli dan 1 (satu) rangkap fotocopy untuk setiap data yang