DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 17
C. Tujuan Penelitian ... 18
D. Manfaat Penelitian ... 19
E. Paradigma Penelitian ... 19
F. Anggapan Dasar Penelitian ... 21
G. Hipotesis ... 22
BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Kinerja Sekolah dalam Administrasi Pendidikan ... 23
B. Hakikat Perilaku Manajerial Kepala Sekolah ... 59
C. Indikator Kinerja Komite Sekolah ... 78
D. Kajian Penelitian Terdahulu ... 93
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Teknik Penelitian ... 95
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 96
C. Teknik Pengambilan Sampel ... 98
D. Instrumen Penelitian ... 99
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ... 114
B. Hasil Analisis Data Deskriptif ... 121
C. Hasil Pengujian Hipotesis ... 127
D. Pembahasan ... 141
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 160
B. Rekomendasi ... 162
DAFTAR PUSTAKA ... 165 LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
2.1. Komponen Kinerja Sekolah ... 36
2.2. Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pertimbangan... 82
2.3. Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pendukung ... 84
2.4. Peran Komite Sekolah sebagai Badan Pengontrol ... 86
2.5. Peran Komite Sekolah sebagai Badan Penghubung ... 88
3.1. Data Guru SMP Negeri di Wilayah Komisariat 7 Kab. Ciamis .... 96
3.2. Penyebaran Sampel ... 99
3.3. Operasional Variabel Penelitian ... 100
3.4. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 102
3.5. Validitas Variabel X ... 105
3.6. Validitas Variabel X₂ ... 106
3.7. Validitas Variabel Y ... 107
3.8. Reliability Statistic ... 108
3.9. Data Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 109
3.10. Pedoman Penarikan Interpretasi Rata-rata Kualitas Variabel ... 111
3.11. Pedoman Penarikan Interpretasi Efektivitas Antar Variabel ... 112
3.12. Pedoman Penarikan Interpretasi Rata-rata Kualitas Variabel ... 112
4.1. Hasil Uji Normalitas ... 115
4.7. Tabel Konsultasi Hasil Perhitungan WMS ... 121
4.8. Skor Rata-rata Variabel X1 ... 122
4.9. Skor Rata-rata Variabel X2 ... 124
4.10. Skor Rata-rata Variabel Y ... 125
4.11. Skor Rata-rata WMS Variabel Penelitian ... 127
4.12. Correlation ... 128
4.13. Coefficients (a) Uji Signifikansi Korelasi X₁ terhadap Y ... 129
4.14. Model Summary Analisis Koefisien Determinan X₁ terhadap Y .. 130
4.15. Coefficient (a) Analisis Regresi Variabel X₁ terhadap Y ... 130
4.16. Anova (b) Uji Signifikansi Korelasi dengan Uji F ... 131
4.17. Correlations Variabel X₂ dengan Y ... 132
4.19. Model Summary (b) Analisis Koefisien Determinan X₂ - Y ... 134
4.20. Coefficient (a) Analisis Regresi X₂ dengan Y ... 134
4.21. Anova (b) Analisis regresi X₂-Y dengan Uji F ... 135
4.22. Model Summary Analisi Koefisien Korelasi Ganda X₁,X₂ - Y ... 136
4.23. Anova (b) Uji Signifikansi Korelasi Ganda X₁,X₂ - Y Uji t ... 137
4.24. Model Summary (b) Analisis Koefisien Determinan X₁,X₂-Y ... 138
4.25. Coefficients (a) Analisis Regresi Ganda X₁,X₂ dengan Y ... 139
DAFTAR GAMBAR
Nomor halaman
1.1. Paradigma Penelitian ... 21
2.1. Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan ... 45
4.1. Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable Kinerja Sekolah ... 116
4.2. Scatter Plot Linieritas Data Variabel X₁ atas Y ... 119
4.3. Scatter Plot Linieritas Data Variabel X₂ atas Y ... 120
4.4. Grafik Regresi Variabel X₁ terhadap Variabel Y... 131
4.5. Grafik Regresi Variabel X₂ terhadap Variabel Y ... 135
4.6. Grafik Regresi Variabel X₁ dan X₂ terhadap Variabel Y ... 139
4.7. Struktur Kontribusi X₁ dan X₂ terhadap Y ... 141
4.8. Perilaku Manajerial Kepala Sekolah ... 142
4.9. Deskripsi Perencanaan……… ... 143
4.10. Deskripsi Pengorganisasian……… . 145
4.11. Deskripsi Penggerakan…. ... 146
4.12. Deskripsi Pengawasan.. ... 148
4.13. Kinerja Komite Sekolah ... 148
4.14. Deskripsi Badan Pertimbangan…... 150
4.15. Deskripsi Badan Pendukung ... 151
4.16. Deskripsi Badan Pengontrol ... 152
4.17. Deskripsi Badan Penghubung ... 153
4.18. Kinerja Sekolah ... 154
4.19. Deskripsi Kualitas Sekolah ... 155
4.20. Deskripsi Efisiensi dan Efektivitas ... 155
4.21. Deskripsi Inovasi ... 156
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Melakukan Observasi/Penelitian Lampiran 2 Surat Izin Penelitian/Observasi
Lampiran 3 SK Pembimbing Lampiran 4 Kuesioner Penelitian
Lampiran 5 Data Mentah Varibel Perilaku Kepemimpinan Kepala Sekolah Lampiran 6 Data Mentah Variabel Kinerja Komite Sekolah
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah sebagai lembaga pendidikan merupakan wadah proses
pendidikan dilakukan, memiliki sistem yang dinamis. Sekolah bukan hanya
wadah bertemunya guru dan murid melainkan berada pada satu tatanan yang
kompleks dan saling terkait, oleh karena itu sekolah dipandang sebagai suatu
organisasi yang membutuhkan pengelolaan yang baik dan profesional serta
mandiri.
Permasalahan pendidikan saat sekarang ini masih menjadi polemik
dalam meningkatkan mutu pendidikan Indonesia di tingkat dasar dan
menengah, hal ini dapat dilihat dari rendahnya mutu pendidikan saat sekarang
ini. Berbagai upaya pemerintah dalam mengurangi permasalahan tersebut
telah mengadakan perbaikan melalui sistem pengelolaan pendidikan,
penyediaan dan perbaikan sarana prasarana pendidikan serta peningkatan
mutu manajemen sekolah, bahkan pemerintah berupaya untuk tidak
membebani rakyat melalui bantuan operasional sekolah pada tingkat
pendidikan dasar. Namun belum bisa dijadikan solusi dalam pengentasan
permasalahan tersebut.
Dalam kaitan dengan dunia persekolahan, tujuan utamanya adalah
meneruskan kebudayaan kepada generasi muda melalui proses sosialisasi.
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sergiovanni dan Starrat, dalam
Rohiat (2008) bahwa tujuan persekolahan menjamin kompetensi minimal
2
dalam keterampilan dan pemahaman yang telah ditentukan bagi semua anak.
Hal ini menuntut sekolah untuk memiliki kemampuan dalam membuat
rencana pengembangan SDM personal sekolah maupun peserta didiknya.
Sekolah harus memiliki kinerja yang dapat menunjukan keberhasilan sekolah
dalam mencapai tujuan secara keseluruhan.
Kinerja sekolah ditentukan oleh kinerja semua elemen sekolah.
Keberhasilan sekolah tidak ditentukan oleh kinerja kepala sekolah saja, juga
bukan oleh kinerja pendidiknya saja, atau juga bukan karena gedungnya yang
megah, juga bukan karena fasilitasnya yang lengkap, melainkan oleh sinergi
yang dibangun dari semua elemen sekolah. Kinerja berhubungan erat dengan
pemenuhan sasaran individu dan akan memberikan sumbangan kepada
sasaran organisasi, karena itu menjadi tugas penting bagi pihak manajemen
untuk merumuskan kinerja.
Untuk menilai keberhasilan kinerja sekolah diperlukan prosedur dan
mekanisme yang sistematik dan dapat dijadikan dasar untuk mengungkap
seberapa besar hasilnya untuk mencapai mutu sekolah. Adapun komponen
yang mempengaruhi kinerja sekolah adalah kualitas input, kualitas proses dan
kualitas output. Karena itu kinerja sekolah merupakan hasil kerja seluruh
personal sekolah yang dilakukan secara menyeluruh.
Adapun peran kepala sekolah dalam peningkatan kinerja sekolah pada
umumnya, dan hasil belajar siswa pada khususnya, jika elemen-elemen yang
disebutkan sebagai elemen yang berpengaruh pada hasil belajar siswa, maka
ada masukan lingkungan yang juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap
3
siswa pada khususnya. Selain masukan instrumental (instrumental input),
dalam sistem tersebut juga terdapat masukan yang tidak kalah pentingnya,
yakni masukan lingkungan (environmental input) yang antara lain adalah
kondisi sosial-ekonomi-budaya, dan bahkan termasuk keamanan lingkungan
sekolah. Dalam konteks ini, faktor manajemen juga memegang peranan yang
amat penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Kepala Sekolah serta
elemen pemangku kepentingan (stakeholder) merupakan masukan lingkungan
yang ikut berpengaruh terhadap kinerja sekolah sebagai suatu sistem
(Suparlan, 2005: 61).
Penerapan model MBS merupakan salah satu gagasan yang diterapkan
dalam manajemen sekolah untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan
pendidikan di sekolah dalam rangka meningkatkan kinerja sekolah secara
menyeluruh.
Sejalan dengan semangat tersebut, sudah sepantasnyalah kalau segala
keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan pendidikan diambil dan
bertumpu pada sekolah dan masyarakat. Dalam MBS ini sekolah ditempatkan
sebagai suatu lembaga yang berada di tengah-tengah masyarakat yang
memiliki ciri khas tersendiri. Karena itu sekolah harus memiliki komite
sekolah sebagai unit perencana, unit pembuat keputusan, dan basis
manajemen.
Komite Sekolah mencerminkan peran serta masyarakat dalam
memajukan pendidikan. Komite Sekolah tidak semata-mata dibentuk atas
dasar formalitas belaka, melainkan memang diberdayakan memberikan
4
Luasnya peran Komite Sekolah tidak dimaksudkan untuk mengurangi
wibawa guru dan kepala sekolah. Justru porsi peran yang berbeda
memungkinkan kerjasama yang baik diantara sekolah dan Komite Sekolah.
Bentuk pengembangan potensi sekolah ini antara lain melalui
peningkatan kinerja para guru dan karyawan, keleluasaan mengelola sumber
daya sekolah, penyederhanaan birokrasi, dan mempererat partisipasi
masyarakat. Upaya tersebut diharapkan mampu mendorong kemajuan sekolah
tanpa meninggalkan nilai-nilai setempat. Dan yang tidak kalah pentingnya
adalah memperluas basis mitra sekolah, yang semula hanya berbasis
struktural dari pusat ke daerah.
Dalam konteks yang sama, Komite Sekolah harus mampu menjadi
mitra sekolah agar dikelola dengan manajemen yang terbuka dan transparan.
Orang tua siswa mendapatkan penjelasan tentang penggunaan dana sekolah.
Kepala Sekolah sangat tertutup dan takut mengalokasikan dana, atau pihak
sekolah sudah terlanjur bekerja dengan kebiasaan lama yaitu mengalokasikan
dana untuk berbagai macam keperluan tanpa sepengetahuan komite sekolah
sehingga sekolah memerlukan komite sekolah sebagai tameng.
Undangan komite sekolah kepada orangtua siswa bukan dalam rangka
membicarakan masalah perbaikan kualitas pendidikan. Melainkan untuk
kepentingan penarikan dana pembangunan sekolah. Sehingga rapat komite
sekolah direduksi menjadi rapat pengumpulan dana.
Hal ini tidak perlu terjadi kalau komite sekolah benar-benar berperan sebagai
5
pendidikan. Untuk itu perlu ditegakkan sistem perekrutan personal komite
sekolah yang proporsional, profesional, dan kompeten.
Komite Sekolah berkepribadian independen, namun punya semangat
tinggi untuk menjalin kerja sama antara masyarakat, pemerintah, dan
sekolah. Mengingat peran dan fungsi strategisnya, baik komite maupun pihak
sekolah harus sama-sama proaktif menunjukkan peran dan fungsinya dengan
maksimal. Kinerja komite sekolah yang baik akan menjadikan proses
pendidikan yang terbuka dan otonom mengarah pada pencapaian kinerja
sekolah yang baik.
Komite sekolah diharapkan mampu menjadi mitra dalam upaya mencari
alternatif pemecahan masalah di sekolah agar mampu mendongkrak mutu dan
kualitas pendidikan yang didukung oleh pengelolaan kepemimpinan kepala
sekolah yang memiliki perilaku manajerial organisasi untuk meningkatkan
kinerja sekolah.
Salah satu faktor yang penting untuk mencapai kinerja sekolah adalah
kepemimpinan dalam pendidikan, kepemimpinan kepala sekolah perlu
diberdayakan. Pemberdayaan berarti peningkatan kemampuan secara
fungsional, sehingga kepala sekolah mampu berperan sesuai dengan tugas,
wewenang, dan tanggung jawabnya secara profesional.
Dengan adanya desentralisasi manajemen pendidikan dan manajemen
berbasis sekolah (MBS) peran kepala sekolah mulai berubah. Apalagi komite
sekolah mulai berperan penting dalam pengelolaan sekolah. Menurut
6
pertama sebagai pemimpin institusi bagi para guru, dan kedua memberikan
pimpinan dalam manajemen” (http://mbeproject.net/mbe59.html.).
Pembaharuan pendidikan melalui manajemen berbasis sekolah (MBS)
dan komite sekolah yang diperkenalkan sebagai bagian dari desentralisasi
memberikan kepada kepala sekolah kesempatan yang lebih besar untuk
menerapkan perilaku manajerial dengan lebih baik untuk mencapai kinerja
sekolah. Mereka menyadari bahwa mereka harus lebih menjadi mitra dari
pada atasan dari para guru dan bekerjasama lebih erat dengan para guru dan
masyarakat dalam menangani permasalahan-permasalahan pendidikan.
Kerjasama penanganan masalah ini termasuk tugas pengelolaan
penting, seperti: supervisi kelas untuk mendorong dan mendukung
pelaksanaan PAKEM, memimpin pertemuan informal dengan para guru,
untuk menstimulasi, berdiskusi dan berbagi pengalaman mengenai inovasi,
menghargai dan mendukung hasil kerja dari komite sekolah untuk sekolah.
Beberapa perubahan kinerja kepala sekolah yang dilaporkan termasuk:
(1) manajemen terbuka-menjadi transparan, akuntabel, dan melibatkan
banyak pihak dalam perencanaan, keuangan dan pengembangan program
sekolah bersama-sama dengan para guru dan masyarakat; (2) menciptakan
dan mengelola suasana belajar yang ramah dan positif di sekolah; (3) terbuka
dan mendukung inovasi.
Di lain pihak, kepala sekolah lebih enggan dalam hal-hal lain, seperti
mendelegasikan tanggung jawab pelaksanaan program sekolah kepada yang
lain, mengunjungi dan memonitor guru ke kelas, atau memimpin rapat formal
7
yakni sebulan sekali, atau satu semester sekali. Lebih lanjut, kepala sekolah
yang lebih terbuka mengakui bahwa para guru mereka juga mengalami
kendala untuk mengubah perilaku/kinerjanya di kelas daripada mengatakan
bahwa guru mereka tidak responsif, melakukan usaha-usaha positif, untuk
membantu guru mengatasi ketakutan mereka. Para guru dan anggota komite
melihat peran kepala sekolah dalam hubungan dengan peran mereka sendiri
di dalam sekolah. Sejalan dengan itu, anggota komite membuat daftar
fungsi-fungsi itu sebagai bagian dari peran kepala sekolah dalam pertemuan komite,
yakni memiliki peran sebagai: badan pertimbangan (advisory agency),
pendukung (supporting agency), pengawas (controlling agency), dan badan
mediator (mediator agency).
Sekolah sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa elemen, yang antara
satu elemen dengan elemen lainnya saling berkaitan dan saling pengaruh
mempengaruhi. Sebagai contoh, kepala sekolah adalah salah satu elemen
sekolah. Kepala sekolah akan berhubungan secara timbal balik dengan
elemen-elemen lain di sekolah itu. Kinerja sekolah akan dipengaruhi oleh
kinerja komite sekolah yang melaksanakan fungsinya di sekolah itu.
Sekolah sebagai suatu sistem terdiri atas beberapa elemen sebagai
berikut: 1) Peserta didik (anak didik, siswa), 2) Kepala sekolah, 3) Pendidik
atau guru, 4) Staf tata usaha, 5) Kurikulum, dan 6) Fasilitas pendidikan
lainnya.
Berdasarkan teori input-process-output, elemen-elemen sekolah sebagai
suatu sistem tersebut dapat dibedakan sebagai berikut: 1) Elemen masukan
8
dengan latar belakang sosial-ekonomi-budaya, dan kesiapan akademisnya,
2) Elemen masukan instrumental (instrumental input), meliputi: a) kepala
sekolah, b) pendidik atau guru, c) kurikulum, dan d) fasilitas pendidikan,
3) Elemen masukan lingkungan (environmental input), meliputi: a) alam
(geografis, demografis), b) sosial, ekonomi, kebudayaan, 4) Proses
pendidikan (process) merupakan interaksi edukatif, atau proses belajar
mengajar, proses pembelajaran, menggunakan metode dan media
pembelajaran atau alat peraga yang diperlukan, 5) Output atau keluaran, yaitu
berapa siswa yang tamat dan atau lulus dari sekolah tersebut, 6)
Outcomes atau hasil, misalnya berapa siswa yang melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, berapa yang dapat memperoleh lapangan kerja.
Kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan disyaratkan
menguasai keterampilan dan kompetensi tertentu yang dapat mendukung
pelaksanaan tugasnya. Kompetensi kepala sekolah sebagaimana yang
dipersyaratkan dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 13 tahun
2007, tentang standar kepala sekolah belum cukup untuk menjamin
keberhasilan sekolah dalam mencapai visi dan misi yang ditetapkan. Karena
itu perlu ditambah dengan kompetensi lain yang berkaitan dengan tugas dan
fungsi kepala sekolah.
Kepala sekolah harus memiliki kompetensi untuk bertindak sebagai
manajer dan pemimpin yang efektif. Sebagai manajer ia harus mampu
mengatur agar semua potensi sekolah dapat berfungsi secara optimal.
fungsi-9
fungsi manajemen dengan baik, meliputi: (1) perencanaan; (2)
pengorganisasian; (3) penggerakan; dan (4) pengawasan.
Kompetensi manajerial kepala sekolah sebagai kegiatan yang dihimpun
dari beberapa fungsi fundamental menjadi proses yang unik. Sebagaimana
terurai dalam dimensi kompetensi kepala sekolah, kemampuan manajerial
kepala sekolah ditampakkan pada kemampuannya mengelola fungsi
fundamental manajemen, sebagai berikut :
1. Kemampuan menyusun perencanaan sekolah untuk berbagai tingkatan
perencanaan.
2. Mampu mengembangkan organisasi sekolah sesuai kebutuhan.
3. Mampu memimpin guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber
daya manusia secara optimal.
4. Mampu mengelola perubahan dan pengembangan sekolah menuju
organisasi pembelajar yang efektif.
5. Mampu mengelola sarana prasarana sekolah dalam rangka
pendayagunaan secara optimal.
6. Mampu mngelola hubungan sekolah-masyarakat dalam rangka pencarian
dukungan ide, sumber belajar dan pembiayaan sekolah.
7. Mampu mengelola kepesertadidikan terutama dalam rangka penerimaan
peserta didik baru, penempatan peserta didik dan pengembangan kapasitas
peserta didik.
8. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar
10
9. Mampu mengelola keuangan sekolah sesuai dengan prinsip pengelolaan
yang akuntabel, transparan dan efisien.
10. Mampu mengelola ketatausahaan sekolah dalam mendukung
kegiatan-kegiatan sekolah.
11. Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan
pembelajaran dan kegiatan kepesertadidikan di sekolah.
12. Mampu menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan dalam menciptakan
inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah.
13. Mampu menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif bagi
pembelajaran peserta didik.
14. Terampil dalam sistem informasi bagi peningkatan pembelajaran dan
manajemen sekolah dan mampu mengelola sistem informasi sekolah
dalam mendukung penyusunan program dan pengambilan keputusan.
15. Mampu dan terampil memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi
peningkatan pembelajaran dan manajemen sekolah.
16. Melakukan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program
kegiatan sekolah dengan prosedur yang tepat serta merencanakan tindak
lanjutnya.
Pendekatan proses atau operasional memberi identitas kepada
manajemen sebagai hal–hal yang dikerjakan seorang manajer, supaya ia
dikatakan mampu bertindak sebagai seorang manajer. Kompetensi manajerial
yang ditampakkan pada apa yang dikerjakannya jelas, yakni kegiatan yang
11
Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif biasanya ditopang oleh
ciri-ciri kepemimpinan yang tangkas, visioner dan kredibel dalam mengambil
kebijakan dan menggerakan organisasi sekolah. Sebagian orang menganggap
kepemimpinan yang efektif hendaknya aktif tidak pasif, konsisten bukannya
inkonsisten, lebih memikirkan yang prinsip dibanding yang non prinsip,
komunikatif bukannya asal bicara. Jadi kepemimpinan kepala sekolah sebagai
proses pemimpin pembelajaran menciptakan visi pendidikan,
implementasinya dengan mempengaruhi sikap, perilaku, pendapat, nilai -
nilai, dan norma dari para guru dalam mencapai profesionalisme tenaga
kependidikan untuk merealisasikan visi dan misi sekolah.
Seorang kepala sekolah yang melakukan kepemimpinannya tanpa
pengetahuan administrasi pendidikan tidak akan bekerja secara efektif dan
efisien, jauh dari mutu dan keberhasilannya tidak akan meyakinkan.
Pengetahuan tentang hal tersebut sangat dibutuhkan dan harus dipahami oleh
kepala sekolah, sehingga kemampuan profesional dari kepala sekolah melalui
kompetensi manajerialnya mampu memberikan kontribusi aktif terhadap
profesionalisasi kinerja di lapangan dalam pencapaian visi dan misi sekolah.
Otonomi pengelolaan pendidikan di sekolah berkaitan dengan
pendelegasian wewenang kepada kepala sekolah. Agar wewenang yang
diberikan dapat dilaksanakan dengan baik, maka diperlukan kepala sekolah
yang kompetensi manajerialnya baik. Kompetensi sebagai pengetahuan dan
keterampilan serta nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak secara konsisten yang memungkinkannya kompeten
12
Kompetensi kepala sekolah sebagaimana yang dipersyaratkan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 13 tahun
2007, tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah belum cukup untuk
menjamin keberhasilan sekolah dalam mencapai visi dan misi yang
ditetapkan. Karena itu perlu ditambah dengan kompetensi - kompetensi yang
lain yang berkaitan dengan tugas dan fungsi kepala sekolah. Mengingat
kepala sekolah dalam pengelolaan satuan pendidikan mempunyai kedudukan
yang strategis dalam mengembangkan sumberdaya sekolah terutama
memberdayakan guru dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan.
Dalam memberdayakan lingkungan sekolah dan masyarakat sekitar,
kepala sekolah merupakan kunci keberhasilan, menaruh perhatian tentang apa
yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikirkan orang tua
dan masyarakat tentang sekolah.
Otonomi pengelolaan pendidikan di sekolah berkaitan dengan
pendelegasian wewenang kepada kepala sekolah. Agar wewenang yang
diberikan berjalan dengan baik, maka diperlukan kepala sekolah yang
kompeten dalam menjalankan program-program sekolah termasuk segala
wewenang yang dilimpahkan untuk mengambil keputusan tentang
pemanfaatan sumberdaya sekolah dan melakukan kerjasama dengan
masyarakat. Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak secara
konsisten yang memungkinkannya menjadi kompeten atau kemampuan dalam
13
Pengetahuan, keterampilan dan nila-nilai dasar yang direfleksikan kepala
sekolah dalam menjalankan tugas sebagai administator tidak dapat dilepaskan
dengan kompetensi manajerial yaitu, “conceptual skill, human skill, technical
skill and design skill” (Haroln Koontz, Cyril O’Donnell, dalam Rohiat,
2008).
Keterampilan konseptual adalah kemampuan yang harus dimiliki oleh
kepala sekolah untuk melihat sekolah sebagai suatu keseluruhan,
merencanakan perubahan, merancang tujuan sekolah, membuat penilaian
secara tepat, tenang, efektivitas kegiatan sekolah dan mengkoordinasikan
program secara harmonis. Pentingnya keterampilan konseptual bagi kepala
sekolah sebagai manajer pendidikan dalam melaksanakan tanggung jawab
manajerialnya, terutama dalam perencanaan, pengorganisasian, menentukan
kebijakan, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam
pengembangan program sekolah.
Keterampilan hubungan manusia dalam organiasi pendidikan adalah
kemampuan kepala sekolah untuk mendirikan sistem komunikasi dua arah
yang terbuka dengan personel sekolah dan anggota masyarakat lainnya untuk
menciptakan suasana kepercayaan terhadap sekolah dan meningkatkan unjuk
kerja guru (Sutisna, 1993). Secara rinci menjelaskan bahwa perilaku
hubungan manusia yang dilakukan kepala sekolah meliputi: (a) menerima
kritik yang konstruktif, (b) menciptakan dan memelihara hubungan yang
positif dengan guru dan personel sekolah lainnya, (c) menciptakan hubungan
14
Kepala sekolah selain melakukan tugas yang bersifat konseptual dan
keterampilan hubungan manusia, juga harus mampu melaksanakan kegiatan
yang bersifat praktis. Kegiatan yang bersifat praktis oleh Carver (dalam
Wahyudi, 2009) disebut keterampilan teknikal yaitu kemampuan kepala
sekolah dalam menanggapi dan memahami serta cakap menggunakan
metode-metode termasuk yang bukan pelajaran, yaitu pengetahuan keuangan,
pelaporan, penjadwalan dan pemeliharaan.
Kepala sekolah membantu melakukan kegiatan yang bersifat teknis
untuk mendukung kelancaran program-program yang sebagian tugas telah
dilimpahkan pada guru ataupun petugas administrasi sekolah. Kompetensi
keterampilan yang diperlukan kepala sekolah selain yang dikemukakan di
atas, Wiles (dalam Wahyudi, 2009) meliputi, skill in leadership, skill in
human relationship, skill in group process, skill in personnal administration,
dan skill in evaluation. Keterampilan dalam kepemimpinan (skill in
leadership) yaitu kepala sekolah dapat mempengaruhi dan mengarahkan
bawahan (guru-guru) untuk mencapai tujuan sekolah melalui kegitan kegiatan
; (a) meningkatkan partisipasi anggota dalam menyusun program sekolah, (b)
menciptakan iklim kerja yang kondusif, (c) mendelegasikan sebagian
tanggung jawab dan mengikut sertakan guru-guru untuk membuat keputusan,
(d) mendorong kreativitas anggota dan memberikan kesempatan guru untuk
terampil.
Keterampilan hubungan insani (skill in human relationship) yaitu
15
bersikap melayani bawahan, menghargai perbedaan pendapat, dan bersikap
ramah.
Keterampilan dalam proses kelompok (skill in group process) artinya
kepala sekolah terlibat dalam proses kerjasama kelompok, dengan demikian
kepala sekolah mengetahui kelebihan dan kekurangan bawahan dalam
bekerja. Dalam proses kerja kelompok dapat menumbuhkan sikap saling
percaya dan saling membantu antara pimpinan dan anggota. Kepala sekolah
bersifat arif dan bijaksana dalam menghadapi pertentangan yang muncul
dalam kelompok. Selama berlangsungnya proses kelompok, kepala sekolah
memimpin diskusi, rapat dan pertemuan - pertemuan dengan masyarakat.
Keterampilan dalam mengelola personel (skill in personnal
administration) yaitu keterampilan kepala sekolah dalam menempatkan
personel pada suatu pekerjaan (job) sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Karena itu kepala sekolah harus selalu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan lingkungan terutama perubahan situasi pekerjaan.
Keterampilan dalam penilaian ( skill in evaluation) yaitu keterampilan
kepala sekolah untuk mengetahui pencapaian suatu pelaksanaan pekerjaan
melalui langkah-langkah, (1) menetapkan standar pekerjaan, (2)
membandingkan hasil kerja aktual dengan standar yang ditetapkan, (3)
mengadakan koreksi jika diperlukan. Demikian pula Nurtain (dalam
Wahyudi, 2009) mengemukakan bahwa kompetensi ditentukan oleh
pengetahuan, keterampilan yang dipersyaratkan suatu pekerjaan dan
kompleksitas pengetahuan, dan keterampilan yang melekat pada berbagai
16
Pekerjaan atau tugas mempersyaratkan kompetensi bagi yang akan
melaksanakannya, tanpa terkecuali jabatan kepala sekolah. Harold Spears
(dalam Wahyudi, 2009) mengemukakan bahwa kedudukan kepala sekolah
sebagai administrator dan supervisor. Sebagai administrator, kepala sekolah
melakukan pengelolaan sumberdaya sekolah, bekerja sama dengan guru-guru
dan personel sekolah lainnya untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
termasuk melakukan kerjasama dengan komite sekolah dan masyarakat dalam
meningkatkan kualitas pendidikan.
Sebagai supervisor bertugas membantu guru-guru dalam perbaikan
pembelajaran terutama membantu dalam menyelesaikan masalah-masalah
dalam kelas. Deskripsi pekerjaan (job description) kepala sekolah menurut
Sutisna (1993) adalah sebagai berikut : (1). menjalankan supervisi umum
sekolah, (2). mengkoordinasi pekerjaan, (3). menilai efektivitas organisasi,
menetapkan kebijakan dan prosedur yang tidak ditugaskan pada personel
sekolah, (4). perbaikan program dan pelayanan, dan (5). pelaporan kegiatan
pada atasan.
Sedangkan tanggung jawab kepala sekolah meliputi: “(1) intruction and
curriculum, (2) pupil personnel, (3) community and school relations, (4) staff
personnel, (5) organization and structure of the school, and (6) school
program, physical facilities” menurut Kimbrough dan Burkett (dalam
Wahyudi,2009). Untuk menjalankan tugas sebagaimana dikemukakan di atas,
kepala sekolah harus mempunyai berbagai kemampuan kepala sekolah (The
17
mengambil keputusan, keorganisasian, kepemimpinan, memotivasi,
komunikasi secara lisan maupun tulisan.
Dengan demikian, kepala sekolah dapat melaksanakan tugas dengan
baik apabila didasari oleh perilaku manajerial untuk memimpin sekolah
dalam mengaplikasikan fungsi manajemen yakni merencanakan,
mengorganisir, menggerakan dan mengawasi, serta bersinergi dengan kinerja
komite sekolah dalam upaya pencapaian mutu sekolah yang baik melalui
kinerja sekolah.
Bertitik tolak dari harapan tersebut untuk mencapai haluan perubahan
kearah yang lebih bermutu, maka melalui perilaku manajerial kepala sekolah
dan kinerja komite sekolah dalam pengelolaan dan pemberdayaan sumber
daya, akan berkontribusi secara signifikan terhadap kinerja sekolah.
B. Rumusan Masalah
Masalah penelitian dirumuskan, sebagai berikut : bagaimana perilaku
manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah dapat meningkatkan
kinerja sekolah SMP Negeri di Komisariat 7 Kabupaten Ciamis. Rumusan
masalah tersebut dapat dirinci dengan penjabaran sebagai berikut :
1. Bagaimanakah gambaran perilaku manajerial kepala sekolah di SMP
Negeri wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?
2. Bagaimanakah gambaran kinerja komite sekolah di SMP Negeri wilayah
Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?
3. Bagaimanakah gambaran kinerja sekolah di SMP Negeri wilayah
18
4. Bagaimana kontribusi antara perilaku manajerial kepala sekolah dengan
kinerja sekolah di SMP Negeri wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?
5. Bagaimana kontribusi antara kinerja komite sekolah dengan kinerja
sekolah di SMP Negeri wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?
6. Bagaimana kontribusi antara perilaku manajerial kepala sekolah dan
kinerja komite sekolah terhadap kinerja sekolah di SMP Negeri wilayah
Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui gambaran mengenai perilaku manajerial kepala
sekolah di SMP Negeri wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?
2. Untuk mengetahui gambaran kinerja komite sekolah di SMP Negeri
wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?
3. Untuk mengetahui gambaran kinerja sekolah di SMP Negeri wilayah
Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?
4. Untuk mengetahui gambaran mengenai kontribusi antara perilaku
manajerial kepala sekolah dengan kinerja sekolah di SMP Negeri wilayah
Komisariat 7 Kabupaten Ciamis ?
5. Untuk mengetahui gambaran mengenai kontribusi antara kinerja komite
sekolah dengan kinerja sekolah di SMP Negeri wilayah Komisariat 7
Kabupaten Ciamis ?
6. Untuk mengetahui gambaran mengenai kontribusi antara perilaku
manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah terhadap kinerja
19
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan pendidikan, baik
secara teoritis maupun praktis:
1. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memperkaya wawasan berfikir
terutama dalam memperluas dan mengembangkan kajian sekaligus
memotivasi untuk melakukan studi lanjut dalam aspek yang sama atau
yang berkaitan dengan peningkatan kinerja sekolah.
2. Secara praktis, diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam
manajerial sekolah melalui kompetensi kepala sekolah dan kinerja komite
sekolah dalam meningkatkan kinerja sekolah.
3. Diharapkan dapat memberi masukan bagi peneliti khususnya dan
mahasiswa program strata dua Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
pada umumnya tentang perilaku manajeral kepala sekolah dan kinerja
komite sekolah, agar dalam melaksanakan tugas dilapangan nanti dapat
meningkatkan kinerja dengan baik.
E. Paradigma Penelitian
Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena
dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Sesuatu yang dimaksud berupa
sumber daya dan perangkat serta metoda dan harapan sebagai pemandu bagi
berlangsungnya proses. Kesiapan input sangat diperlukan agar proses dapat
berlangsung dengan baik.
Kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan disyaratkan
menguasai keterampilan dan kompetensi tertentu yang dapat mendukung
20
dipersyaratkan dalam peraturan menteri pendidikan nasional nomor 13 tahun
2007, tentang standar kepala sekolah belum cukup untuk menjamin
keberhasilan sekolah dalam mencapai visi dan misi yang ditetapkan. Karena
itu perlu ditambah dengan kompetensi lain yang berkaitan dengan tugas dan
fungsi kepala sekolah yakni fungsi manajemen. Yakni kepala sekolah harus
mampu berfungsi sebagai perencana, pengorganisasi, penggerak dan
pengontrol.
Pada paradigma penelitian berikut ini menunjukan bahwa kepala
sekolah memiliki peran sangat penting dalam mengkoordinasikan,
menggerakan dan menyerasikan semua sumber daya pendidikan yang
tersedia. perilaku manajerial kepala sekolah sebagai bagian dari manajemen
kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang mendorong peningkatan
kinerja sekolah untuk dapat mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran
sekolah melalui kemandirian sekolah serta kerjasama dengan komite sekolah.
Komite sekolah diharapkan mampu menjadi wadah aspirasi masyarakat
serta dapat memberikan alternatif pemecahan masalah di sekolah agar mampu
mendongkrak mutu dan kualitas pendidikan yang didukung oleh pengelolaan
manajerial kepala sekolah yang memiliki kompetensi dalam manajerial
organisasi untuk meningkatkan kinerja sekolah.
Bertitik tolak dari harapan untuk meningkatkan kinerja sekolah
dipandang perlu membangun suatu sistem persekolahan yang mampu
memberikan kemampuan dasar bagi kepala sekolah melalui perilaku
21
melalui komite sekolah dalam mencapai kinerja sekolah, seperti nampak pada
skema dibawah ini :
Gambar 1.1. Paradigma penelitian
F. Anggapan Dasar Penelitian
Arikunto (2001:60) mengemukakan bahwa anggapan dasar penelitian
dipandang sebagai landasan teori atau titik tolak pemikiran yang digunakan
dalam suatu penelitian, yang mana kebenarannya diterima oleh peneliti.
Selanjutnya dikemukakan bahwa, peneliti dipandang perlu merumuskan
anggapan dasar penelitian dengan maksud : (1) Agar terdapat landasan
berpijak yang kokoh bagi masalah yang sedang diteliti, (2) Untuk
mempertegas variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian, dan (3)
Berguna untuk kepentingan menentukan dan merumuskan hipotesis. Dalam
merumuskan anggapan dasar penelitian ini ditempuh melalui telaah berbagai
konsep dan teori yang berkaitan dengan perilaku manajerial kepala sekolah,
kinerja komite sekolah dan kinerja sekolah dalam sebuah organisasi sekolah.
Adapun asumsi dalam penelitian ini adalah:
1. Keterampilan manajerial adalah kemampuan seseorang dalam mengelola
sumberdaya organisasi berdasarkan kompetensi yang ditetapkan dalam Perilaku
Manajerial Kepala Sekolah
Kinerja Komite Sekolah
22
rangka mencapai tujuan yang ditentukan. Hal ini memberikan asumsi
bahwa perilaku manajerial kepala sekolah berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan dari program sekolah ( Rohiat, 2009 ).
2. Komite sekolah memiliki peran mendorong orangtua dan masyarakat
untuk secara aktif berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung
peningkatan kualitas pendidikan, sehingga kinerja komite sekolah
memiliki pengaruh terhadap kinerja sekolah ( Mulyasa, 2003 ).
3. Kinerja sekolah bergantung pada perilaku manajerial kepala sekolah dan
kinerja komite sekolah.
G. Hipotesis
Menurut Suharsimi Arikunto (2002:64) hipotesis dapat diartikan
sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Penelitian ini akan
menguji hipotesis mengenai perilaku manajerial kepala sekolah dan kinerja
komite sekolah berpengaruh terhadap kinerja sekolah. Dari sini maka penulis
mengajukan hipotesis:
1. Terdapat kontribusi yang signifikan antara perilaku manajerial kepala
sekolah terhadap kinerja sekolah di SMP Negeri se-wilayah Komisariat
7 Kabupaten Ciamis.
2. Terdapat kontribusi yang signifikan antara kinerja komite sekolah
terhadap kinerja sekolah di SMP Negeri se-wilayah Komisariat 7
Kabupaten Ciamis.
3. Terdapat kontribusi yang signifikan antara perilaku manajerial kepala
sekolah dan kinerja komite sekolah terhadap kinerja sekolah di SMP
95
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Teknik Penelitian
Penelitian ini diarahkan untuk mendeskripsikan dan menganalisa
secara mendalam tentang kontribusi perilaku manajerial kepala sekolah dan
kinerja komite sekolah terhadap kinerja sekolah. Hasil ini diharapkan menjadi
masukan yang bermanfaat bagi kepala sekolah dan komite sekolah dalam
meningkatkan kinerja sekolah sebagai objek penelitian.
Metode penelitian menurut Sugiono (2009:3) merupakan cara ilmiah
untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu, misalnya
untuk menguji serangkaian hipotesa dengan mempergunakan teknik serta
alat-alat tertentu. Cara utama itu dipergunakan setelah penyelidik
mempertimbangkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan serta dari
situasi penyelidikan. Penulis dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif.
Objek kajian dalam penelitian ini, adalah perilaku manajerial kepala
sekolah (variabel independen ke-1), kinerja komite sekolah (variabel
independen ke-2), dan kinerja sekolah (variabel dependen). Berdasarkan
ketiga objek penelitian ini, maka dapat dianalisis: pertama kontribusi perilaku
manajerial kepala sekolah terhadap kinerja sekolah pada SMP Negeri di
wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis, kedua kontribusi kinerja komite
sekolah terhadap kinerja sekolah pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7
Kabupaten Ciamis, ketiga kontribusi perilaku manajerial kepala sekolah dan
96
kinerja komite sekolah terhadap kinerja sekolah pada SMP Negeri di wilayah
Komisariat 7 Kabupaten Ciamis.
Adapun yang menjadi subjek penelitian adalah guru pada SMP Negeri
di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis.
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisai yang terdiri atas subjek-subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, (Sugiyono,
2009:117).
Tabel 3.1.
Data Guru SMP Negeri di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis
No Nama
Sekolah
Jenis kelamin
Pendidikan Pengalaman Kerja…
97
Pengertian populasi sebagaimana yang dikemukakan oleh Surakhmad
(1998:72), “Populasi adalah sekelompok subjek penyelidik, baik manusia,
gejala-gejala atau peristiwa yang ada hubungannya dengan suatu penelitian”.
Populasi dalam penelitian ini, adalah totalitas nilai yang mungkin
untuk diukur atau digeneralisasikan baik secara kuantitatif atau secara
kualitatif. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah
keseluruhan guru SMP Negeri Wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis.
Berdasarkan prasurvey di seluruh SMP Negeri wilayah Komisariat 7
Kabupaten Ciamis tersebut diperoleh jumlah populasi sebanyak 285 orang
yang tersebar pada 10 SMP Negeri. Gambaran penyebaran populasi dapat
dilihat pada Tabel 3.1. di atas.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mempelajari semua
yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang
diambil dari populasi itu (Sugiyono, 2009:118). Tidak mungkin penyelidikan
itu selalu langsung menyelidiki segenap populasi, tujuan penyelidikan adalah
menemukan generalisasi yang berlaku secara umum, maka seringkali
penyelidikan terpaksa menggunakan sebagian saja dari populasi (Surakhmad,
1998:93). Selanjutnya Arikunto (1998 : 103) memberikan pengertian bahwa’
“Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang
diteliti)”. Ini mengandung arti bahwa sampel penelitian adalah sebagian dari
populasi yang diambil sebagai sumber data yang dapat mewakili seluruh
98
C. Teknik Pengambilan Sampel
Dalam teknik pengambilan sampel sebagai ancer-ancer apabila
subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi dan jika subjeknya lebih dari 100 maka
sampelnya diambil 10 – 15% atau 20 – 25%. Berdasarkan pendapat tersebut
di atas maka teknik pengambilan sampel yang dilakukan sebanyak 74 orang
dengan menggunakan teknik Proportional random sampling atau acak, yaitu
teknik pengambilan sampel tidak sistematis namun secara acak dengan
memperhatikan proporsi jumlah populasi pada masing-masing sekolah.
Tujuan utamanya adalah agar semua populasi terwakili, jika pengambilan
sampel tidak secara acak maka tidak dapat dijamin bahwa keseluruhan
populasi dapat terwakili.
Untuk menentukan besarnya atau ukuran sampel digunakan rumus
dari Taro Yamane (dalam Riduwan, 2008: 65), yaitu :
1
Keterangan : n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = presisi atau penyimpangan terhadap populasi
Dalam penelitian sosial besarnya presisi biasanya antara 5% sampai
dengan 10%, pada penelitian ini peneliti mengambil presisi sebesar 10%
sehingga diperoleh nilai n seperti tertera dibawah ini :
1
285
1 285 0,1
285
99
Jadi jumlah sampel penelitian sebanyak 74 orang (dibulatkan), jumlah
ini menjadi responden penelitian. Jumlah sampel tersebut jika
diprosentasekan adalah 74/285 x 100% = 25,96 %.
Penentuan anggota sampel adalah sebesar 25,96 % dari populasi.
Penyebaran sampel pada tiap sekolah dapat dilihat pada table 6 berikut :
Tabel 3.2.
Teknik sampling yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
teknik simple random sampling. Agar masing-masing populasi memiliki
peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel, maka pengambilan sampel
dilaksanakan secara acak dengan menggunakan sistem undian.
D. Instrumen Penelitian 1. Skala Pengukuran
Skala pengukuran ini untuk mengklasifikasikan variabel yang akan
diukur supaya tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan
100
dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala Likert. Skala Likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial (Akdon, 2008:118). Jadi
dengan skala likert ini peneliti ingin mengetahui bagaimana perilaku
manajerial kepala sekolah dan kinerja komite sekolah berkontribusi terhadap
kinerja sekolah pada SMP Negeri di wilayah komisariat 7 Kabupaten Ciamis.
Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah
angket Skala Likert dengan lima alternatif jawaban, yaitu : selalu (SL), sering
(SR), kadang-kadang (KD), jarang (JR), dan tidak pernah (TP).
Pemberian bobot untuk masing-masing item berturut-turut untuk
pernyataan positif diberi bobot : 5 – 4 – 3 – 2 – 1. Sedangkan untuk angket
dengan pernyataan negatif diberi bobot : 1 – 2 – 3 – 4 – 5.
2. Penyusunan Instrumen
Instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang
akan diteliti serta bertujuan untuk menghasilkan data kuantitatif yang tepat
dan akurat sehingga harus memiliki skala yang jelas. Instrumen penelitian ini
disusun berdasarkan indikator masing-masing variabel. Operasional variabel
penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.3 berikut :
Tabel 3.3.
Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Sub Variabel Indikator
1 Perilaku
1. Menyusun rencana sekolah
2. Mengembangkan kebijakan operasional sekolah
3. Mengelola pengembangan kurikulum sekolah
101
1. Mengembangkan struktur organisasi sekolah
2. Mengelola peserta didik 3. Mengelola SDM
1. Menciptakan Budaya dan iklim kerja 2. Mengelola sarana dan prasarana sekolah 3. Mengelola hubungan dengan masyarakat
dan komite sekolah
4. Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegiatan pembeljaran dan peserta didik
5. Mengelola keuangan sekolah
1. Melakukan pengukuran prestasi 2. Memonitoring dan mengevaluasi 2 Kinerja
1. Mempertimbangkan penyusunan program sekolah
2. Menyelenggarakan rapat Rencana anggaran kegiatan sekolah
3. Memberikan pertimbangan perubahan RAKS
4. Merekomendasikan sarana dan prasarana pendidikan
5. Memberikan pertimbangan tentang tenaga pendidik dan kependidikan yang dapat diperbantukan di sekolah
1. Pengelolaan SDM dalam mendukukung program sekolah
2. Memantau kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah
3. Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan peningkatan mutu pendidikan
4. Mengevaluasi pelaksanaan dukungan anggaran di sekolah.
1. Mengontrol perencanaan pendidikan di sekolah
2. Memantau pelaksanaan program sekolah
3. Memantau output pelaksanaan pendidikan di sekolah.
102
(mediator agency)
2. Mensosialisasikan kebijakan dan program sekolah
3. Memfasilitasi berbagai masukan dari masyarakat terhadap sekolah
4. Mengkoordinasikan bantuan masyarakat
1. Prestasi akademik 2. Prestasi non akademik
1. Ketercapaian tujuan 2. Efisiensi internal 3. Produktivitas
1. Mengembangkan budaya sekolah 2. Proses kreatif
1. Motivasi kerja 2. Kondisi kerja 3. Kebersamaan 4. Supervisi
Instrumen pada masing-masing indikator disusun dengan
langkah-langkah sebagai berikut : 1) membuat kisi-kisi berdasarkan indikator variabel,
2) menyusun butir-butir pernyataan sesuai dengan indikator variabel, 3)
melakukan analisis rasional untuk melihat kesesuaian dengan indikator serta
ketepatan dalam menyusun angket dari aspek yang diukur. Kisi-kisi
instrumen penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.4. berikut :
Tabel 3.4. 1 Perilaku Manajerial Kepala Sekolah (X )
a. Perencanaan (Planning)
1) Menyusun rencana sekolah Guru 3 1 - 3 2) Mengembangkan kebijakan
opera-sional sekolah Guru
1 4
3) Mengelola pengembangan
kuri-kulum sekolah Guru
2 5 - 6
103
1) Mengembangkan struktur organi-
sasi sekolah Guru
1) Menciptakan budaya dan iklim kerja
Guru 4 17-20
2) Mengelola sarana dan prasarana sekolah
Guru 2 21-22
3) Mengelola hubungan dengan ma-syarakat dan komite sekolah
Guru 2 23-24
4) Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegia-atan pembelajaran dan kegikegia-atan peserta didik
Guru 1 25
5) Mengelola keuangan sekolah se- suai dengan prinsip pengelolaan yang transparan dan akuntabel
Guru 3 26-28
d. Pengawasan (Controlling)
1) Melakukan pengukuran prestasi Guru 1 29 2) Memonitoring dan mengevaluasi Guru 1 30
2 Kinerja Komite Sekolah (X2) a. Badan Per-
timbangan (Advisory Agency)
1) Mempertimbangkan penyusunan program sekolah
Guru 2 1-2
2) Menyelenggarakan rapat Rencana anggaran kegiatan sekolah
Guru 1 3
3) Memberikan pertimbangan perubahan RAKS
Guru 2 4-5
4) Merekomendasikan sarana dan prasarana pendidikan
Guru 3 6-8
5) Memberikan pertimbangan tentang tenaga pendidik dan kependidikan yang dapat diperbantukan di sekolah
Guru 2 9-10
b. Badan Pen-dukung (Supporting Agency)
1) Pengelolaan SDM dalam mendukukung program sekolah
Guru 1 11
2) Memantau kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah
Guru 1 12
3) Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan peningkatan mutu pendidikan
Guru 1 13
4) Mengevaluasi pelaksanaan dukungan anggaran di sekolah
Guru 1 14
c. Badan Penga was
(Controlling
1) Mengontrol perencanaan pendidikan di sekolah
Guru 2 15-16
2) Memantau pelaksanaan program sekolah
104
Agency) 3) Memantau output pelaksanaan
pendidikan di sekolah
1) Mengidentifikasi aspirasi masyarakat untuk perencanaan pendidikan
Guru 2 23-24
2) Mensosialisasikan kebijakan dan program sekolah
Guru 1 25
3) Memfasilitasi berbagai masukan dari masyarakat terhadap sekolah
Guru 1 26
4) Mengkoordinasikan bantuan masyarakat
c. Inovasi 1) Mengembangkan budaya sekolah Guru 2 13-14
2) Proses kreatif Guru 2 15-16
d. Iklim kerja 1) Motivasi kerja Guru 2 17-18
2) Kondisi kerja Guru 3 19-21
3) Kebersamaan Guru 5 22-26
4)Supervisi Guru 4 27-30
3. Ujicoba Instrumen
a. Uji Validitas Instrumen
Dalam penelitian ini, uji validitas menggunakan bantuan komputer
dengan program SPSS versi 12 for window. Dengan demikian, untuk
mengetahui tingkat validitas instrumen maka dapat melihat angka pada
kolom corrected item-total correlation yang merupakan korelasi antara
skor item dengan skor total item (nilai r !) dibandingkan dengan
nila r "#$%. Jika r ! > r "#$% maka item tersebut valid. Sebaliknya,
jika r ! < r "#$% maka item tersebut tidak valid.
b. Uji Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjukan pengertian bahwa instrumen tersebut
105
instrumen tersebut sudah baik. Untuk menguji reliabilitas instrumen
penelitian dilakukan dengan internal consistency melalui teknik Belah
Dua (Split Half) (Sugiono, 2001: 109). Butir-butir pernyataan instrumen
pada masing-masing variabel dibelah menjadi dua kelompok, yaitu
instrumen ganjil dan genap, kemudian disusun skor hasil uji coba antara
kelompok ganjil dan genap. Selanjutnya tinjau nilai koefesien korelasi
dengan rumusan Spear Brown sebagai berikut:
2
r = reliabilitas keseluruhan item
b
r = Korelasi Product Moment Belah Ganjil dan Genap
c. Hasil Uji Validitas Instrumen
1) Validitas Variabel X1
Dengan menggunakan rumus tersebut di atas, maka untuk variabel X
terdiri dari 30 item pernyataan. 26 item valid dan 4 (empat) item
pernyataan yang tidak valid.
Tabel 3.5. Validitas Variabel X1
Nomor
Item &'()*+
(,-./
0=0,05, n=30 Keterangan Keputusan
106
2) Validitas Variabel X2
Variabel X terdiri dari 30 item pernyataan. Terdapat 28 item
pernyataan yang valid dan 2 item yang tidak valid, yaitu nomor 12 dan
23. Untuk jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.6. Validitas Variabel X2
Nomor
Item &'()*+
(,-./
0=0,05, n=30 Keterangan Keputusan
107
3) Validitas Variabel Y
Variabel Y terdiri dari 30 item pernyataan. Terdapat 26 item
pernyataan yang valid dan 4 item pernyataan yang tidak valid, yaitu
nomor 1, 6, 21 dan 22.. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.7. Validitas Variabel Y
Nomor
Item &'()*+
(,-./
108
d. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas dapat diketahui pada baris Guttman Split-Half
Coefficient sebagai nilai r ! kemudian dibandingkan dengan nilai
r "#$%. Jika r ! > r "#$% maka item tersebut reliable. Sebaliknya, jika
r ! < r"#$% maka item tersebut tidak reliable. Untuk jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.8.
Correlation Between Forms .863 .875 .931
Spearman-Brown Coefficient
Equal Length
.927 .933 .964
Unequal Length .927 .933 .964
Guttman Split-Half Coefficient .914 .930 .960
a The items are: no1, no2, no3, no4, no5, no6, no7, no8, no9, no10, no11, no12, no13, no14, no15.
109
Hasil analisis reliabilitas diperoleh r untuk variabel X mencapai
0.914, untuk variabel X sebesar 0.930, dan untuk variabel Y sebesar
0.960. Ketiga koefisien reliabilitas tersebut melebihi r"#$% = 0.370
yang berarti bahwa ketiga instrumen masuk kategori reliabel.
Tabel 3.9.
Data hasil uji reliabilitas instrumen
No. Variabel / Sub 1 Perilaku Manajerial Kepala Sekolah (X )
a. Perencanaan (Planning)
1) Menyusun rencana sekolah 3 0 3 2) Mengembangkan kebijakan
opera-sional sekolah
1 0 1
3) Mengelola pengembangan kuri-kulum sekolah
2 1 1
4) Mengelola dan mengembangkan sekolah menuju pembelajaran
1) Mengembangkan struktur organi- sasi sekolah
1) Menciptakan budaya dan iklim kerja
4 0 4
2) Mengelola sarana dan prasarana sekolah
2 0 2
3) Mengelola hubungan dengan ma-syarakat dan komite sekolah
2 0 2
4) Mengelola unit layanan khusus sekolah dalam mendukung kegia-atan pembelajaran dan kegikegia-atan peserta didik
1 0 1
5) Mengelola keuangan sekolah se- suai dengan prinsip pengelolaan yang transparan dan akuntabel
3 1 2
2 Kinerja Komite Sekolah (X2) a. Badan Per-
timbangan (Advisory
1) Mempertimbangkan penyusunan program sekolah
2 0 2
2) Menyelenggarakan rapat Rencana anggaran kegiatan
110
Agency) sekolah
3) Memberikan pertimbangan perubahan RAKS
2 0 2
4) Merekomendasikan sarana dan prasarana pendidikan
2 0 2
5) Memberikan pertimbangan tentang tenaga pendidik dan kependidikan yang dapat
1) Pengelolaan SDM dalam mendukukung program sekolah
1 0 1
2) Memantau kondisi sarana dan prasarana yang ada di sekolah
1 0 1
3) Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan peningkatan mutu pendidikan
2 1 1
4) Mengevaluasi pelaksanaan dukungan anggaran di sekolah
1) Mengontrol perencanaan pendidikan di sekolah
2 0 2
2) Memantau pelaksanaan program sekolah
2 0 2
3) Memantau output pelaksanaan pendidikan di sekolah
1) Mengidentifikasi aspirasi masyarakat untuk perencanaan pendidikan
2 0 2
2) Mensosialisasikan kebijakan dan program sekolah
1 0 1
3) Memfasilitasi berbagai masukan dari masyarakat terhadap sekolah
1 0 1
111
E. Teknis Pengolahan dan Analisis Data
1. Untuk menguji kualitas setiap variabel, digunakan uji mean, dengan
ketentuan seperti pada tabel berikut:
Tabel 3.10.
Pedoman Penarikan Interpretasi Rata-rata Kualitas Variabel
No Rentang Kualitas Nilai /Skor Kuantitas Nilai Rata-rata Skor
2. Teknik pengolahan data hubungan ketiga variabel sesuai dengan
perumusan masalah, peneliti menggunakan pendekatan dan teknik statistik
Uji r (korelasi), dengan menggunakan sofware SPSS for Windows ver. l2.
Sugiyono (2003), menggunakan rumusan:
a) Untuk menghitung hubungan antara X1 ke Y dan X2 ke Y
= Nilai koefisien korelasi ganda
Y X r
1
2 = Koefisien determinasi X
1 terhadap y
Y X r
2
2 = Koefisien determinasi X
112
3. Pedoman untuk menginterpretasikan nilai r terhadap koefisien korelasi
adalah:
Tabel 3.11.
Pedoman Penarikan Interpretasi Efektivitas Antar Variabel (Sugiyono, 2003)
Nilai Koefisien Korelasi Interpretasi tingkat hubungan
0,000 – 0,199 sangat rendah
0,200 - 0,300 rendah
0,400 - 0,599 sedang
0,600 - 0,799 kuat
0,800 - 1,000 sangat kuat
4. Untuk menentukan besarnya pengaruh suatu variabel terhadap variabel
lainnya digunakan Uji Koefisien Determinasi, dengan menggunakan
rumus: KD = r2 x 100%.
5. Untuk menentukan tingkat pengaruhnya menggunakan acuan pada tabel
berikut:
Tabel 3.12.
Pedoman Penarikan Interpretasi Rata-rata Kualitas Variabel (Sugiyono, 2003)
No Rentang Efektivitas
Nilai Rata-Rata Interpretasi
1 0% - 19,9% Sangat rendah
2 20 % - 39,9% Rendah
3 40% - 59,9% Cukup
4 60 % - 79,9% Tingi
113
6. Pengujian Hipotesis, digunakan uji Regresi dengan menggunakan
keberartian Persamaan Regresi Y = a + bX, pada tingkat a tertentu
sehingga diperoleh perbandingan nilai Fhitung terhadap Ftabel.
Dimana :
∑
−
∑
∑ − ∑ ∑
=
2 X) ( 2 X n
Y) X)( ( XY n
b , dan a = Y – bX =
n bX Y
∑ −
(1) Jika Fhitung > Ftabel maka hipotesis diterima, dan
(2) Jika Fhitung ≤ Ftabel maka hipotesis ditolak
Untuk perhitungan tersebut, peneliti menggunakan fasilitas software SPSS
ver 12.1.
7. Langkah selanjutnya dilakukan pembahasan hasil pengolahan data dengan
mempertimbangkan berbagai temuan pada analisis dan pengolahan data.
sehingga diharapkan dapat ditarik kesimpulan sesuai dengan perumusan
160
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis dan pembahasan terhadap data hasil
penelitian yang disajikan pada Bab IV, selanjutnya dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Hasil analisis deskripsi data variabel perilaku manajerial kepala sekolah
(X1) temasuk dalam kategori sangat baik (4,52). Kriteria tersebut
diperoleh dari skor rata-rata sub variabel perencanaan (planning),
peng-organisasian (Organizing), penggerakan (Organizing), dan pengawasan
(Controlling) yang seluruhnya memperoleh skor rata-rata sangat baik,
yakni diatas 4,01. Hal ini memberikan gambaran bahwa menurut persepsi
guru, kepala sekolah pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7
Kabupaten Ciamis menunjukkan perilaku kepemimpinan yang telah
mampu melaksanakan 88% dari keseluruhan tugas manajerialnya. Namun
demikian, masih ada peluang sebesar 0,60 atau sekitar 12% untuk bisa
lebih meningkat lagi sehingga perilaku manajerial kepala sekolah
benar-benar mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap kinerja
sekolah.
2. Menurut persepsi guru, gambaran kinerja komite sekolah (X2) pada SMP
Negeri di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis, termasuk kategori
sangat tinggi yaitu sebesar 4,43. Skor tersebut ditunjang oleh perolehan
skor rata-rata sub variabel kinerja komite sekolah dalam melaksanakan
161
perannya sebagai badan pertimbangan (Advisory Agency), badan
pendukung (Supporting Agency), badan penghubung (Mediator Agency),
dan badan pengontrol (Controlling Agency). Jika memperhatikan
perolehan skor rata-rata per indikator, ternyata indikator “memberikan
pertimbangan tenaga pendidik dan kependidikan” dan indikator
“memfasilitasi berbagai masukan masyarakat terhadap sekolah”,
memperoleh skor dibawah 4,01 atau masuk pada kategori “tinggi”.
Artinya, sangat tingginya kinerja komite sekolah pada SMP Negeri di
wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis, belum ditunjang secara merata
oleh indikator-indikatornya.
3. Gambaran kinerja sekolah (Y) pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7
Kabupaten Ciamis masuk kategori “sangat tinggi” dengan perolehan skor
rata-rata sebesar 4,59. Dari kategori tersebut, memberikan informasi
bahwa menurut persepsi guru, SMP Negeri yang ada di wilayah
Komisariat 7 Kabupaten Ciamis, telah menunjukkan kinerjanya yang
sangat tinggi dalam pengelolaan sekolah. Hal ini ditunjukkan oleh
perolehan skor rata-rata setiap sub variabel kinerja sekolah, seperti:
adanya upaya untuk meningkatkan kualitas sekolah, adanya efisiensi dan
efektifitas, inovatif, dan iklim kerja yang kondusif.
4. Terdapat kontribusi yang signifikan dari perilaku manajerial kepala
sekolah terhadap kinerja sekolah pada SMP Negeri di wilayah Komisariat
7 Kabupaten Ciamis, sebesar 40,6% pada taraf signifikansi 0,001. Adapun
tingkat signifikansi koefisien korelasi sebesar 0,637 dengan tingkat
162
dipengaruhi oleh perilaku manajerial kepala sekolah sebesar 40,6% dan
sisanya sebesar 59,4% dipengaruhi oleh faktor lain diluar faktor perilaku
manajerial kepala sekolah.
5. Terdapat kontribusi yang signifikan dari kinerja komite sekolah terhadap
kinerja sekolah pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7 Kabupaten
Ciamis, sebesar 40,3% pada taraf signifikansi 0,000. Adapun tingkat
signifikansi koefisien korelasi sebesar 0,635 dengan tingkat hubungan
kuat. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja sekolah dipengaruhi oleh
kinerja komite sekolah sebesar 40,3% dan sisanya sebesar 59,7%
dipengaruhi oleh faktor lain diluar faktor kinerja komite sekolah.
6. Terdapat kontribusi yang signifikan dari perilaku manajerial kepala
sekolah dan kinerja komite sekolah secara simultan terhadap kinerja
sekolah pada SMP Negeri di wilayah Komisariat 7 Kabupaten Ciamis,
sebesar 40,8%. Adapun tingkat signifikansi koefisien korelasi sebesar
0,639 dengan tingkat hubungan kuat. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja
sekolah dipengaruhi oleh perilaku manajerial kepala sekolah dan kinerja
komite sekolah sebesar 40,8%. Sisanya sebesar 59,2% dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
B. Rekomendasi
Berdasarkan temuan hasil penelitian, dapat direkomendasikan hal-hal
sebagai berikut:
1. Dalam melaksanakan fungsinya, kepala sekolah sebagai manajer
163
pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan yang dilakukan untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber daya lainnya. Dalam hal ini, tanggung jawab kepala
sekolah akan meliputi garapan manajemen bidang personalia, siswa, tata
usaha, kurikulum, keuangan, sarana dan prasarana, hubungan sekolah dan
masyarakat serta unit penunjang lainnya. Untuk dapat melakukan tugas
dan tanggung jawab tersebut, kepala sekolah perlu memiliki berbagai
kemampuan yang diperlukan, seperti kemampuan teknik (technical skill),
kemampuan hubungan kemanusiaan (human skill), dan kemampuan
konseptual (conceptual skill). Dengan kemampuan tersebut, diharapkan
perilaku manajerial kepala sekolah terkait dengan indikator “monitoring
dan evaluasi, serta pengelolaan dan pengembangan pembelajaran efektif ”
yang memiliki skor paling rendah, bisa semakin baik sehingga
memberikan pengaruh lebih besar lagi terhadap peningkatan kinerja
sekolah.
2. Tujuan pembentukan Komite Sekolah, diantaranya untuk mewadahi dan
menyalurkan aspirasi masyarakat, sehingga dapat meningkatkan tanggung
jawabnya, serta tercipta suasana transparansi, akuntabilitas, dan
demokratisasi pengelolaan pendidikan di sekolah. Idealnya, Komite
Sekolah mampu menjalankan peran dan fungsinya sebagai badan
pertimbangan (advisory agency), badan pendukung (supporting agency),
badan pengawas (controlling agency), dan badan mediator (mediator