PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
PADA KELUARGA MISKIN
(Studi Pada Usaha Peningkatan Kesejahteraan keluarga
di PKBM Albir Salam
Kel. Sukaratu Kec. Majasari kab. Pandeglang)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh
Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah
Sekolah Pascasarjana
Disusun Oleh : HERLINA SIREGAR
1009491
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI
DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN
PADA KELUARGA MISKIN
(STUDY PADA USAHA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
DI PKBM ALBIR SALAM
KEL. SUKARATU KEC. MAJASARI KAB. PANDEGLANG)
Oleh
Herlina Siregar
S.Pd UNTIRTA Serang, 2010
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Pendidikan (M.Pd) pada Fakultas Pendidikan Luar Sekolah
© Herlina Siregar 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagia,
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Identifikasi Masalah ... 7
C.Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8
D.Tujuan Penelitian ... 9
E. Manfaat Penelitian ... 9
F. Struktur Organisasi Penulisan ... 10
BAB II KAJIAN TEORI ... 12
A.Konsep Kemiskinan ... 12
1. Pengertian Kemiskinan ... 12
2. Sebab-Sebab Kemiskinan ... 12
3. Karakteristik Kemiskinan ... 13
B.Konsep Pemberdayaan Perempuan ... 14
1. Konsep Pemberdayaan... 14
2. Strategi Pemberdayaan ... 18
3. Pemberdayaan Perempuan ... 26
C.Hakikat Keaksaraan Usaha Mandiri ... 29
1. Konsep Program Pendidikan Keaksaraan ... 29
2. Keaksaraan Usaha Mandiri ... 33
D.Hakikat Kesejahteraan Keluarga ... 37
E. Pendidikan Keaksaraan Merupakan Program PLS ... 40
F. Penelitian Yang Relevan ... 42
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III METODE PENELITIAN ... 47
A.Metode dan Desain Penelitian ... 47
B.Subjek Penelitian ... 48
C.Definisi Operasional ... 50
D.Instrumen Penelitian ... 51
E. Prosedur Penelitian ... 52
F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57
A.Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 57
1. Letak Geografis ... 57
2. Keadaan Penduduk ... 57
3. Profil Penyelenggara Program Keaksaraan Usaha Mandiri ... 59
B.Deskripsi dan Analisis Hasil Studi Lapangan ... 64
C.Pembahasan Hasil Penelitian ... 95
1. Karakteristik Perempuan Pada Keluarga Miskin ... 95
2. Strategi Pemberdayaan ... 104
3. Capaian Kesejahteraan Keluarga ... 126
D.Temuan Hasil Penelitian ... 129
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 135
A.Simpulan ... 135
B.Rekomendasi ... 137
DAFTAR PUSTAKA ... 139
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
No Judul Hal
Tabel 2.1 Standar kompetensi lulusan keaksaraan usaha mandiri ... 35
Tabel 2.2 Standar kompetensi dan kompetensi dasar keaksaraan usaha mandiri .. 36
Tabel 4.1 Keadaan penduduk menurut umur dan jenis kelamin ... 58
Tabel 4.2 Tahapan keluarga sejahtera ... 59
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
No Judul Hal
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Herlina Siregar. (1009491). Program Keaksaraan Usaha Mandiri dalam Pemberdayaan Perempuan Keluarga Miskin
Perempuan keluarga miskin merupakan individu yang tidak berdaya atau tidak memiliki kekuatan (lemah) sehingga mereka sulit mengakses layanan publik seperti kesehatan, pendidikan, sosial, dan budaya. Tetapi bukan berarti tidak memiliki potensi untuk dikembangkan. Pemberdayaan perempuan melalui keaksaraan usaha mandiri berfokus pada upaya memberdayakan aspek ekonomi, sosial, dan budaya, sehingga diharapkan terjadinya perubahan hidup yang lebih baik. Tujuan penelitian ini mengkaji tentang : 1. Karakteristik perempuan pada keluarga miskin, 2. Strategi pemberdayaan melalui keaksaraan usaha mandiri, dan 3. Capaian kesejahteraan keluarga pada peserta program keaksaraan usaha mandiri.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data mencakup teknik wawancara, observasi, studi literatur, studi dokumentasi. Tempat berlokasi di PKBM Albir Salam Kelurahan Sukaratu Majasari Pandeglang. Subjek penelitian berjumlah 7 orang terdiri dari 4 orang warga belajar, 2 orang tutor, dan 1 orang penyelenggara.
Temuan hasil penelitian meliputi: 1. karakteristik perempuan pada keluarga miskin yang mengikuti program pendidikan keaksaraan usaha mandiri dilihat dari aspek a. tempat tinggal termasuk kategori permanen dan semipermanen, b. berpendidikan rendah tidak tamat sekolah dasar, c. bermata pencaharian sebagai ibu rumah tangga, apabila datang musim penghujan bekerja sebagai buruh tani, d. pendapatan minim dan tidak tentu mengandalkan dari musiman, e. upaya pengobatan dengan cara pengobatan tradisional atau dibawa ke puskesmas. 2). strategi pemberdayaan melalui keaksaraan usaha mandiri yaitu dengan cara a. bekerja sama dengan organisasi lokal seperti posyandu dan makjelis taklim, b. program lanjutan yang akan diselenggarakan yaitu pendampingan dengan melibatkan koperasi dan UKM, c. menggunakan pendekatan kelompok pada pelaksanaan program, d. melibatkan warga belajar dari tahap perencanaan, pelaksanaa, dan evaluasi program, e. materi pembelajaran ditentukan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan warga belajar dengan melihat potensi di lingkungan sekitar, f. dalam menyapaikan materi menggunakan metode ceramah, tanya jawab (diskusi), demonstrasi, dan pemecahan masalah. 3. capaian kesejahteraan keluarga pada perempuan keluarga miskin baru mencapai beberapa indikator pada tahap keluarga sejahtera II (KS-II).
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
penelitian dengan tema yang sama dan mengkaji lebih dalam tentang penelitian ini.
ABSTRACT
Herlina Siregar. (1009491). Independent Business Literacy Programme in Women's Empowerment of Poor Families
Women of poor families are individuals who are powerless or do not have the strength (weak) so that they are difficult to access public services such as health, education, social, and cultural. But that does not mean do not have the potential to be developed. Empowering women through literacy independent business focusing on the effort to empower the economic, social, and cultural, so expect changes better life. The purpose of this study examines: 1 Characteristics of women in poor families, empowerment through literacy Strategy 2 independent business, family welfare and 3 achievement in literacy program participants independent business.
This study uses descriptive qualitative approach. Data collection techniques include interview techniques, observation, literature, study documentation. The place is located in Albir CLC Sukaratu Majasari Salam village park. Subjects numbered 7 consists of 4 people learning community, 2 tutors, and 1 the organizers.
The findings of the research include: 1 female characteristics in a poor family literacy programs that follow an independent business seen from the aspect of a. residence including permanent and semi-permanent category, b. low education do not finish primary school, c. livelihood as a housewife, when the rainy season comes to work as a laborer, d. low income and do not necessarily rely on seasonal, e. treatment efforts with traditional treatments or brought to the clinic. 2). empowerment through literacy strategies independent business that is in a way a. working closely with local organizations such as health posts and makjelis taklim, b. program continued to be held with the assistance involving cooperatives and SMEs, c. group approach to the implementation of the program, d. involving residents learned from the planning stage, deploy, and evaluate programs, e. learning materials determined in accordance with the wishes and needs of potential residents learn by looking at the surrounding environment, f. in menyapaikan material using lectures, discussion (discussion), demonstrations, and problem solving. 3 family welfare outcomes in women of poor families has reached several indicators in stage II family welfare (KS-II).
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam rangka mewujudkan tujuan
nasional. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 alinea keempat,
dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembangunan nasional adalah untuk
mewujudkan bangsa yang cerdas, agar dapat tercipta sumber daya manusia yang
berkualitas, bertanggung jawab, maju serta mandiri yang menjadikan manusia
yang seutuhnya baik dari segi sosial, ekonomi, serta budaya.
Pembangunan harus dipahami sebagai proses multidimensi yang mencangkup
perubahan orientasi dan organisasi sistem sosial, ekonomi, politik, dan
kebudayaan. Tujuan akhir pembangunan adalah meningkatkan kemakmuran dan
kesejahteraan masyarakat. Kemakmuran yang berkaitan dengan aspek ekonomi,
dapat diukur dengan tingkat produksi, pengeluaran dan pendapatan. Sedangkan
tingkat kesejahteraan ditentukan oleh aspek nonekonomi, misalnya kesehatan,
pendidikan, dan keamanan. Untuk tercapainya tujuan pembangunan nasional
tersebut dibutuhkan antara lain tersedianya sumber daya manusia yang tangguh,
mandiri serta berkualitas. (Soeroso, 2005: 42)
Dalam proses pembangunan manusia atau masyarakat bukan hanya sebagai
objek pembangunan, akan tetapi berperan penting sebagai subjek pembangunan
itu sendiri. Artinya proses pembangunan harus melibatkan peran aktif
masyarakat. Dengan perspektif ini, pembangunan pada saat yang bersamaan harus
diarahkan guna memberdayakan masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses
pembangunan. Menempatkan manusia sebagai subjek pembangunan, berarti
mengarahkan pembangunan untuk memenuhi tujuanya yang paling utama yaitu
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk mewujudkan pembangunan nasional tidak lepas dari peran pendidikan
karena menurut Rellisa, pendidikan menduduki posisi sentral dalam
pembangunan, yang mana sasarannya adalah peningkatan kualitas sumber daya
manusia (SDM). Definisi pendidikan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah sebagai berikut:
“Pendidikan adalah usaha sadar yang dilaksanakan baik oleh pendidikan
formal, informal maupun non-formal dalam rangka membangun sumber daya manusia yang berkualitas yaitu sumber daya manusia yang memiliki kemampuan dan watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan bangsa.”
Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa pendidikan merupakan
upaya dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan menekankan
pada perubahan nilai dan sikap sebagai manusia modern. Peningkatan kualitas
sumber daya manusia sangat penting untuk mengentaskan kebodohan, kemiskinan
dan keterbelakangan sehingga kelak mereka dapat hidup layak dan mandiri di
lingkungan tempat tinggalnya.
Masalah yang dihadapi oleh bangsa ini adalah rendahnya kualitas sumber
daya manusia dalam menghadapi persaingan yang kini semakin ketat. Masalah
tersebut menyebabkan kemiskinan yang dilatarbelakangi oleh rendahnya tingkat
pendidikan dan derajat kesehatan masyarakat. Mengutip laporan terbaru BPS,
jumlah penduduk miskin di Indonesia pada September 2013 mengalami kenaikan
sebesar 7,85%, bertambah 0,48 juta orang dibandingkan posisi maret sebanyak
28,07 juta menjadi 28,55 juta jiwa. (Online Wicaksono, 2012)
Salah satu faktor penyebab kemiskinan yang dilatar belakangi oleh
pendidikan adalah buta aksara. Yang mana penyandang buta aksara sebagian
besar adalah perempuan. Dari tahun ke tahun, jumlah mereka belum mengalami
penurunan secara signifikan. Pada 2007, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis data
yang menunjukkan bahwa perempuan penderita buta aksara sebanyak 12,3% dari
211.063.000 jiwa. Pada 2010, Dirjen Pendidikan Non formal dan Informal
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
65% atau 5,46% dari jumlah total 8,4 juta jiwa. Adapun dari data mutakhir yang
dirilis Kemendiknas (2011) diketahui, jumlah perempuan buta aksara masih
sekitar 5,3 juta orang dengan usia 15 tahun ke atas. (Online Zahroh, 2011)
Kebanyakan dari mereka bertempat tinggal di kawasan pedesaan miskin
yang secara geografis umumnya sulit terjangkau. Hal ini disebabkan karena
masyarakat pedesaan mempunyai pandangan yang sudah menjadi budaya bahwa
perempuan merupakan makhluk nomor dua. Sehingga berimplikasi kepada
sulitnya perempuan mendapatkan akses pendidikan. Kondisi pendidikan yang
rendah secara tidak langsung berdampak pada keterampilan dan mata pencaharian
perempuan tersebut.
Dalam A’yun (2012), perempuan keluarga miskin di Indonesia cenderung memiliki kesempatan yang terbatas untuk menolong dirinya keluar dari
kungkungan kemiskinan. Kesibukan para perempuan dalam urusan domestik
sebagai isteri dan ibu yang hanya bertugas mengelola rumah tangga membuat
mereka akan sulit mengakses layanan-layanan publik seperti kesehatan,
pendidikan sosial, dan budaya. Oleh karena itu, mereka rawan terjerumus ke
dalam bentuk eksploitasi seperti kekerasan seksual, prostitusi, buruh migran,
kekerasan dalam rumah tangga dan lainnya yang sangat merugikan perempuan.
Pada umumnya mereka mengandalkan pendapatan kepala rumah tangga atau
sang suami dalam memenuhi kebutuhan hidup dan keluarganya. Karena berlatar
belakang pendidikan yang rendah dan tidak mempunyai keterampilan, mereka
hanya beraktifitas sebagai ibu rumah tangga saja. Maka dari itu perlu adanya
program-program pemberdayaan bagi perempuan keluarga miskin.
Tidak dipungkiri bahwa perempuan keluarga miskin adalah para wanita yang
sedang tidak berdaya, namun bukan berarti tidak memiliki potensi untuk
dikembangkan. Oleh Kareana itu, upaya meningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) khususnya bagi perempuan melalui pendidikan menurut
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
jalur pendidikan terdiri atas jalur pendidikan formal, nonformal dan informal.
(Undang-Undang Sisdiknas, 2004: 23).
Menurut Hiryanto, agar perempuan tersebut memiliki kemampuan
mengembangkan potensinya dalam rangka pemberdayaan masyarakat bagi
perempuan pada keluarga miskin maka peran Pendidikan Non Formal sangat
strategis. Definisi dan fungsi dari Pendidikan Non Formal sebagaimana yang
tercantum di dalam UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003 yaitu :
“Pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan yang diselenggarakan di luar
pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstrukur dan berjenjang. Pendidikan nonformal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat. Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta pengembangan sikap dan
kepribadian profesional.” (UU. Sisdiknas, 2004 : 23-2)
Menurut Febrisusanto, pendidikan Non Formal timbul dari konsep
pendidikan seumur hidup dimana kebutuhan akan pendidikan tidak hanya pada
pendidikan persekolahan/pendidikan formal saja. Pelaksanaannya lebih
ditekankan kepada pemberian keahlian dan keterampilan dalam suatu bidang
tertentu guna pengembangan potensi perempuan pada keluarga miskin dengan
menyeimbangkan antara pengetahuan dan keterampilan fungsional.
Dalam memberdayakan perempuan keluarga miskin dilihat dari aspek
pendidikan masih perlu pembinaan dan pembimbingan yang memfokuskan pada
keterampilan. Agar mereka mempunyai bekal yang dipergunakan untuk
mendapatkan kesempatan kerja atau membuka lapangan pekerjaan sendiri.
Kondisi di lapangan, program-program pemberdayaan perempuan yang telah
dilaksanakan oleh pemerintah, hasilnya belum banyak terlihat dalam konteks
keseluruhan bangsa karena disatu pihak militansi sudah ada tapi dilain pihak
mitos-mitos yang meminggirkan kaum perempuan juga belum sepenuhnya hilang
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keadaan ini terjadi karena desain program sama sekali tidak dibuat untuk
mentransportasikan pola relasi gender di dalam rumah tangga dan di masyarakat
sehingga tidak berdampak pada posisi perempuan (Holmes et al., 2010 danYumna
et al., 2010) dan kesetaraan gender. Selain itu, kurangnya pemahaman
pengambilan kebijakan terhadap perspektif gender secara utuh sehingga program
hanya mampu menjangkau pemberdayaan sebatas peningkatan akses dan
partisipasi perempuan dan tidak pada kontrol maupun manfaat yang didapatkan
perempuan. Dalam pengambilan keputusan posisi perempuan belum terjadi
perubahan secara signifikan karena belum adanya intervensi yang menyeluruh
persoalan fundamental terkait aspek kontrol yang mengarah pada perubahan pola
relasi gender yang berlaku dimasyarakat. (Online Syukri : 2013)
Bentuk hasil pembelajaran berupa keterampilan yang dilaksanakan masih
belum menstrukturisasi budaya dan kebiasaan baru masyarakat serta disesuaikan
dengan minat pasar. Selain itu pasca pembelajaran dimana warga belajar yang
ingin mengembangkan kemampuan keterampilan yang diperoleh dari mengikuti
program mengalami kesulitan sehingga kemampuan keterampilannya tidak
dipergunakan secara fungsional dan berkelanjutan.
Untuk memberikan akses dan kontrol dalam rangka memberdayakan
perempuan pada keluarga miskin dibutuhkan suatu wahana atau tempat agar
pelaksanaan program berjalan dengan baik. Dengan mengacu pada
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal 26 ayat 4 tercantum bahwa
satuan pendidikan nonformal terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan,
kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, majelis taklim, serta satuan
pendidikan yang sejenis.
Sebagai salah satu satuan dalam pendidikan luar sekolah, dalam Auliyaaziz
(2013) PKBM dibangun atas dasar kebutuhan masyarakat dengan menitikberatkan
keswadayaan, gotong royong dan partisipasi masyarakat itu sendiri. Menurut
UNESCO dalam Kamal (2009: 85), definisi PKBM adalah pusat kegiatan belajar
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sistem pendidikan formal diarahkan untuk masyarakat pedesaaan dan perkotaan
dengan dikelola oleh masyarakat itu sendiri serta memberi kesempatan kepada
mereka untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan masyarakat agar
mampu meningkatkan kualitas hidupnya. Dilain pihak, PKBM sebagai bentuk
peran nyata masyarakat membantu upaya pemerintah dalam bidang pemerataan
pendidikan yang diharapkan bisa menjadi pusat informasi bagi masyarakat yang
membutuhkan keterampilan fungsional. Programnya pun juga langsung
bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat akan pendidikan dan upaya
peningkatan mutu hidupnya.
PKBM sebagai penyelenggara program-program Pendidikan Non formal,
salah satu program yang diselenggarakan adalah pendidikan keaksaraan.
Pendidikan keaksaraan sebagai salah satu program Pendidikan Nonformal untuk
membelajarkan warga masyarakat buta aksara, agar memiliki keterampilan
mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan berhitung, yang berorientasi
pada kehidupan sehari-hari dengan memanfatkan potensi yang ada dilingkungan
sekitarnya, sehingga peserta didik dan masyarakat dapat meningkatkan mutu dan
taraf hidupnya. (Online Susiati, 2011)
Kondisi dilapangan menunjukkan bahwa peserta didik pasca mengikuti
program pendidikan fungsional kembali menjadi buta aksara atau buta huruf
karena kemampuan keaksaraanya tidak dipergunakan secara fungsional dan
berkelanjutan. Sehingga tidak mempengaruhi dalam pengurangan jumlah buta
huruf di Indonesia.
Pada pelaksanaanya program keaksaraan fungsional dengan penguatan
keterampilan merupakan pendekatan pemberantasan buta aksara yang
menitikberatkan pada proses dari, oleh dan untuk peserta didik dengan tujuan
untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan membaca dan menulis dan
berhitung yang dipadukan dengan praktek ketrampilan yang segera dapat
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Oleh karena itu pendidikan keaksaraan diharapkan menjadi lebih efektif
digunakan untuk memberantas ketunaaksaraan masyarakat khususnya bagi
perempuan pada keluarga miskin dengan mengintegrasikanya dengan ketrampilan
fungsional sesuai kebutuhan peserta didik. Dengan modal pedidikan ketrampilan
fungsional yang diperoleh diharapkan dapat memotivasi peserta didik untuk
mengikuti program keaksaran hingga tuntas dan tidak kembali menjadi buta
aksara kembali.
Sejalan dengan hal tersebut, Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat
Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal pada tahun 2010, mengembangkan
salah satu program pendidikan keaksaraan yaitu keaksaraan usaha mandiri
(KUM).
Keaksaraan usaha mandiri merupakan salah satu cakupan pendidikan
keaksaraan sebagai upaya penguatan keberaksaan melalui pembelajaran
keterampilan atau usaha yang dapat meningkatkan penghasilan dan produktivitas
seseorang atau kelompok.
Menurut Direktur Pembinaan Pendidikan Masyarakat Yulaelawati, (2012)
bahwa:
“Keaksaraan usaha mandiri merupakan program melestarikan keaksaraan
dengan memberdayakan masyarakat melalui kewirausahaan. Para peserta didik akan mempelajari keterampilan yang sesuai dengan potensi daerah mereka. Dengan demikian mereka bisa memelihara keberaksaraan sekaligus
meningkatkan kemampuan ekonomi.”
Sekitar 90 persen penduduk buta aksara berusia produktif dan berada di
kalangan ekonomi lemah. Oleh karena itu keaksaraan usaha mandiri (KUM)
menjadi prioritas dalam program keaksaraan lanjutan tahun 2012. Program ini
dapat mengentaskan buta aksara sekaligus kemiskinan. Langkah ini diambil
Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat karena penyandang buta aksara
biasanya berpenghasilan rendah atau pengangguran, padahal dari 8,3 juta
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
yang artinya berada di usia produktif. (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia, 2012)
Program keaksaraan usaha mandiri diprioritaskan untuk perempuan karena
buta aksara didominasi oleh kaum perempuan karena ketahanan ekonomi keluarga
banyak terkait dengan pemberdayaan perempuan. Terutama bagi perempuan
keluarga miskin yang rentan terhadap masalah sosial dengan melalui program
keaksaraan usaha mandiri ini mampu meningkatkan taraf hidup keluarga serta
meningkatnya partisipasi termasuk kelompok perempuan dalam proses
pembangunan.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka identifikasi masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Masih kuatnya budaya patriarki yang menyebabkan terbatasnya perempuan
pada layanan-layanan publik seperti pendidikan sehingga perempuan tidak
menjadi prioritas dalam pemberdayaan masyarakat
2. Masih rendahnya kemampuan keberaksaraan dan keterampilan yang dimiliki
oleh perempuan pada keluarga miskin sehingga mereka tidak bisa melepaskan
diri dari belenggu keterbelakangan atau kemiskinan
3. Kurang efektifnya program pemberdayaan perempuan menyebabkan pasca
mengikuti program pendidikan keaksaran kembali buta aksara karena
kemampuan aksaranya tidak dipergunakan secara fungsional dan
berkelanjutan
4. Program pendidikan keaksaraan yang diselenggarkan hanya menekankan agar
warga belajar mempunyai kemampuan calistung tetapi bagaimana agar warga
belajar memiliki kemampuan pada aspek ekonomi untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya secara mandiri
C. Pembatasan dan Perumusan Masalah
Karena terlalu luasnya permasalahan dari hasil identifikasi di atas, maka tidak
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah permasalahan yang
berkaitan dengan pemberdayaan perempuan, dengan dibatasi pada program
keaksaraan usaha mandiri yang diselenggarakan oleh PKBM Albir Salam Kel.
Sukaratu Kec. Majasari Kab. Pandeglang.
Berkaitan dengan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah
penelitian mengenai keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan
pada keluarga miskin di PKBM Albir Salam adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana karakteristik perempuan pada keluarga miskin yang mengikuti
program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan?
2. Bagaimana strategi pemberdayaan yang diterapkan dalam program
keakasaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga
miskin?
3. Bagaimana capaian kesejahteraan keluarga dari peserta program keaksaraan
usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin?
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui secara jelas pemberdayaan perempuan melalui program
keaksaraan usaha mandiri pada keluarga miskin dalam rangka peningkatan
kesejahteraan keluarga di PKBM Albir Salam.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik perempuan pada keluarga miskin yang
mengikuti program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan
perempuan.
b. Untuk mengetahui strategi pemberdayaan yang dilakukan dalam program
keakasaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Untuk mengetahui capaian kesejahteraan keluarga dari peserta program
keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga
miskin.
E. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat sebagai
berikut:
1. Secara Teoritik
a. Hasil penelitiaan ini diharapkan mampu menunjang pengembangan teori
tentang pemberdayaan perempuan khususnya keaksaraan usaha mandiri
b. Penelitian ini diharapkan mampu menjadi referensi bagi penelitian sejenis
sehingga mampu menghasilkan penelitian-penelitain yang telah ada
2. Secara Praktis
a. Bagi penyelenggara program temuan ini dapat dijadikan umpan balik untuk
pengembangan lebih lanjut yang berhubungan dengan penyelenggaraan
program keasaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada
keluarga miskin
b. Bagi aparat pemerintah dan tokoh masyarakat setempat, temuan ini dapat
dijadikan alternatif program dalam melakukan pembinaan kepada perempuan
keluarga miskin sehingga dapat memberikan layanan pendidikan yang tepat
sesuai dengan kebutuhan
c. Bagi peneliti lain diharapkan dapat mengkaji lebih dalam tentang
pengembangan pemberdayaan perempuan peda keluarga miskin diberbagai
sektor kehidupan selain bidang pemanfaatan ekonomi keluarga melalui
layanan pendidikan keasaraan usaha mandiri
F. Struktur Organisasi Tesis
Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka
berikut ini sistematika penulisan yang digunakan pada penulisan tesis ini yaitu
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I. Cakupan pada bab I berisi tentang pendahuluan yaitu meliputi latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II. Cakupan pada bab II berisi tentang landasan teoritis atau kajian
teoritis yaitu konsep yang berhubungan dengan judul yaitu konsep kemiskinan,
hakikat pemberdayaan perempuan, hakikat keaksaraan usaha mandiri, hakikat
kesejahteraan keluarga dan program keaksaraan usaha mandiri merupakan
program pendidikan luar sekolah. Bab II juga mencakup mengenai kerangka
berpikir.
BAB III. Cakupan pada bab III berisi tentang metode penelitian yaitu
membahas mengenai pendekatan dan metode penelitian, subyek penelitian,
definisi operasional, teknik dan analisi pengumpulan data, langkah-langkah
pengumpulan data, teknik pengolahan dan analisis data, dan serta proses validitas
data.
BAB IV. Cakupan pada bab IV berisi tentang hasil penelitian dan
pembahasan yaitu menjabarkan mengenai profil lokasi penelitian dan profil
penyelenggara program, serta deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil
penelitian mengenai program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan
perempuan pada keluarga miskin.
BAB V. Cakupan pada bab V berisi tentang simpulan dan rekomendasi
sehubungan dengan permasalahan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA. Cakupan pada daftar pustaka berisi tentang
sumber-sumber literatur yang digunakan dalam penelitian.
LAMPIRAN-LAMPIRAN. Cakupan pada lampiran-lampiran berisi tentang
kumpulan dari kisi-kisi, instrumen penelitian yang digunakan serta biodata
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan, menganalisis fakta dan
mendeskripsikan data tentang program keaksaraan usaha mandiri dalam
pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin di PKBM Albir Salam Kel.
Sukaratu Kec. Majasari Kab. Pandeglang. Maka untuk mencapai tujuan tersebut
penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Karena pada hakekatnya penelitian
ini ingin memahami dan mengungkapkan secara mendalam bagaimana
karakteristik perempuan pada kelaurga miskin, strategi pemberdayaan melalui
keaksaraan usaha mandiri dan capaian kesejahteraan keluarga.
Menurut Bogdan dan Taylor (1975) yang dikutip oleh Moleong (2007: 4)
menyatakan bahwa metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati.
Sementara Sugiyono (2011: 13) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif
adalah:
Metode penelitian yang berlandasakan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Berdasarkan beberapa pengertian dan ciri-ciri metode kualitatif menurut para
ahli, maka dapat dikatakan bahwa pendekatan kualitatif merupakan pendekatan
yang tepat digunakan dalam penelitian tentang program keaksaraan usaha mandiri
dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin di PKBM Albir Salam
Kec. Majasari Kab. Pandeglang. Dalam penelitian ini, peneliti ikut berpatisipasi
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
memberikan makna serta melakukan analisis reflektif terhadap berbagai dokumen
berdasarkan temuan-temuan di lapangan secara obyektif, dan membuat laporan
penelitian secara mendetail.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dilakukan mulai dari proses
perencanaan penelitian, penentuan lokasi, pemilihan sumber informasi,
melakukan pengamatan, dan pelaksanaan wawancara mendalam.
Format desain penelitian kualitatif terdiri dari tiga model, yaitu format
deskriptif, format verifikasi, dan format grounded research. Dalam penelitian ini
digunakan metode kualitatif dengan desain deskriptif, yaitu penelitian yang
memberi gambaran secara cermat mengenai individu atau kelompok tertentu
tentang keadaan dan gejala yang terjadi. (Koentjaraningrat, 1993: 89)
Alasan menggunakan desain deskriptif karena dengan penelitian ini akan
mampu menghasilkan deskripsi, gambaran secara mendalam mengenai proses dan
peristiwa-peristiwa penting dalam penelitian.
B. Subjek Penelitian
Menurut Nazir (1982:66) mengatakan bahwa “subjek penelitian dalam studi
kasus dapat berupa individu kelompok, lembaga maupun masyarakat.”
Sedangkan menurut Nasution dalam ini (1999:66) mengatakan bahwa sampel
dalam penelitian kualitatif sedikit dan terpilih menurut tujuan. Atas dasar tujuan
tersebut, maka yang menjadi subjek penelitian dalam penelitian ini dibagi ke
dalam du kelompok yaitu: 1. sumber informasi, yang merupakan responden atau
warga belajar yang mengikuti program keaksaraan usaha mandiri binaan PKBM
Albir Salam Kec. Majasari Kab. Pandeglang berjumlah 20 orang. 2 sumber
informan, yang merupakan sumber data lain yang dapat memberikan informasi
berkaitan dengan pokok permasalahan penelitian yang belum terungkap dari para
responden dan sekaligus sebagai proses triangulasi data yang diberikan para
responden, adapun yang termasuk dalam kelompok ini ialah penyelenggara dan
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pengambilan sumber data dalam penelitian ini mengguanakan teknik
purposive. Sugiyono (2010: 300) mengemukakan bahwa teknik purposive adalah
teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Sumber
data/subyek penelitian dapat memberikan data sesuai dengan kebutuhan penelitian
yaitu subyek penelitian yang dapat mengemukakan, menjelaskan, menyatakan,
mendemonstrasikan, dan memperlihatkan berbagai kegiatan berkenaan dengan
fokus penelitian dan aspek-aspek yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini,
terutama berkenaan dengan karakteristik perempuan keluarga miskin, strategi
pemberdayaan pada program keaksaraan usaha mandiri dan capaian peningkatan
kesejahteraan keluarga warga belajar program keaksaraan usaha mandiri.
Karena penelitian ini pengambilan sumber data menggunakan teknik
purposive maka penelitian di fokuskan pada:
1. Perempuan berusia produktif antara usia 18 sampai dengan 55 tahun
2. Mempunyai anggota keluarga yang masih bersekolah
3. Berlatar pendidikan tidak tamat sekolah dasar
Jumlah subyek penelitian tidak ditentukan secara ketat, akan tetapi tergantung
pada ketercapaian redundancy (ketuntasan atau kejenuhan data). Seperti yang
dikemukakan oleh Lincoln dan Guba (1985) dalam Sugiyono (2010; 302) bahwa
penentuan responden dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf
“redundancy” (datanya telah jenuh, ditambah subyek lagi tidak memberikan informasi yang baru). Sehubungan dengan itu maka tidak semua warga belajar
dijadikan subyek penelitian, melainkan dipilih secara purposive, yaitu hanya
beberapa orang warga belajar yang telah mengikuti program keaksaraan usaha
mandiri di PKBM Albir Salam Kec. Majasari Kab. Pandeglang. Begitu juga
dengan kelompok sumber informan dipilih bebarapa orang saja yaitu
penyelenggara dan tutor/sumber belajar program keaksaraan usaha mandiri.
Berdasarkan hasil studi panjajagan dan observasi serta orientasi dengan warga
belajar program keaksaraan usaha mandiri serta melakukan diskusi dengan pihak
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tujuan penelitian adalah 4 orang warga belajar program keaksaraan usaha mandiri.
Untuk mendapatakan data yang akurat dan tepat setelah mengumpulkan hasil
observasi dan wawancara dengan keempat sumber primer, maka peneliti
mengadakan triangulasi dengan penyelenggara dan tutor/sumber belajar. Dengan
demikian jumlah subyek penelitian seluruhnya adalah 7 orang terdiri dari 4 orang
warga belajar, 2 orang tutor, dan 1 orang penyelenggara.
C. Definisi Operasional
Untuk memperjelas kearah mana penelitian ini dilaksanakan sesuai judul serta
terhindar dari salah pengertian terhadap pemahaman judul penelitian ini, maka
peneliti terlebih dahulu akan menjelaskan beberapa istilah sebagai fokus dalam
penelitian ini yaitu:
1. Kemiskinan adalah suatu situasi dimana seseorang atau rumah tangga
mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan dasar, sementara
lingkungan pendukungnya kurang memberikan peluang untuk meningkatkan
kesejahteraan secara berkesinambungan atau untuk keluar dari kerentanan.
(Cahya, dkk, 2007: 1)
Berdasarkan pemaparan di atas, dalam penelitian ini kemiskinan adalah suatu
keadaan serba kekurangan, artinya sumber daya ekonomi yang dimiliki tidak
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya seperti pangan, sandang, papan,
pendidikan dan kesehatan, karena keterbatasan mereka pada akses dalam
meningkatkan taraf hidupnya.
2. Keaksaraan usaha mandiri merupakan kegiatan peningkatan kemampuan
keberaksaraan bagi peserta didik yang telah mengikuti dan atau telah
mencapai kompetensi keaksaraan dasar, melalui pembelajaran keterampilan
usaha (kewirausahaan) yang dapat meningkatkan produktivitas peserta didik,
baik secara perorangan maupun kelompok sehingga diharapkan dapat
memiliki mata pencaharian dan penghasilan dalam rangka peningkatan taraf
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam penelitian ini, keaksaraan usaha mandiri mengandung pengertian
program atau kegiatan peningkatan kemampuan keberaksaraannya yang
dilatihkan melalui pembelajaran produktif dan keterampilan bermata
pencaharian yang bertujuan agar warga belajar tidak kembali buta aksara dan
mempunyai bekal keterampilan dalam rangka peningkatan taraf hidupnya.
Keterampilan yang dibelajarkan melalui program keaksaraan usaha mandiri
yang diselenggarakan oleh PKBM Albir Salam adalah keterampilan anyaman
lodor.
3. Pemberdayaan perempuan menurut Ulfa (2010: 17) yaitu sebagai penguatan
perempuan dalam berbagai bentuk kehidupan sosial, ekonomi, dan politik
berdasarkan pada keterkaitan antara kebebasan pribadi dan aturan masyarakat
yang berlaku.
Pemberdayaan perempuan pada penelitian ini dimaksudkan adalah upaya
untuk menumbuhkan kekuatan-kekuatan agar perempuan mampu
berkembang secara optimal dapat mengantisipasi kelemahan-kelemahan
dibidang sosial, ekonomi, politik, dalam rangka membantu perekonomian
keluarga. Agar perempuan tersebut mempunyai daya untuk mengatasi
masalah-masalah hidupnya, maka dilakukan strategi pemberdayaan yaitu
community organization, self management and collaboration, participatory
approach dan education for justice.
4. Kesejahteraan keluarga adalah terciptanya suatu keadaan yang harmonis dan
terpenuhinya kebutuhan jasmani serta sosial bagi anggota keluarga, tanpa
mengalami hambatan yang serius di dalam keluarga, sehingga standar
kehidupan dapat terwujud (Soejipto, 1992)
Berdasarkan pendapat diatas, yang peneliti maksud dengan kesejahteraan
keluarga dalam penelitian ini adalah suatu kondisi yang mana terpenuhinya
kebutuhan sehari-hari baik jasmani ataupun rohani setelah mengikuti program
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
terbentuknya keluarga yang sejahtera atau taraf hidup warga belajar menjadi
lebih baik.
D. Instrumen Penelitian
Menurut Nasution dalam Sugiyono (2012: 307-308) peneliti sebagai intrumen
penelitian serasi untuk penelitian serupa karena memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Peneliti sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus dari
lingkungan yang harus diperkirakannya bermakna atau tidak bagi penelitian
2. Peneliti sebagai alat dapat menyesuaikan diri terhadap semua aspek keadaan
dan dapat mengumpulkan aneka ragam data sekaligus.
3. Tiap situasi merupakan keseluruhan. Tidak ada suatu instrumen berupa test
atau angket yang dapat menangkap keseluruhan situasi, kecuali manusia.
4. Suatu situasi yang melibatkan interaksi manusia, tidak dapat difahami dengan
pengetahuan semata. Untuk memahaminya kita perlu sering merasakannya,
menyelaminya berdasarkan pengetahuan kita.
5. Peneliti sebagai instrumen dapat segera menganalisis data yang diperoleh. Ia
dapat menafsirkannya, melahirkan hipotesis dengan segera untuk menentukan
arah pengamatan, untuk mentest hipotesis yang timbul seketika.
6. Peneliti sebagai instrumen dapat mengambil kesimpulan berdasarkan data
yang dikumpulkan pada suatu saat dan menggunakan segera sebagai balikan
untuk memperoleh penegasan, perubahan, perbaikan atau pelakan.
7. Peneliti sebagai instrumen, respon yang aneh, yang menyimpang justru
diberikan perhatian. Respon yang lain daripada yang lain, bahkan yang
bertentangan dipakai untuk mempertinggi tingkat kepercayaan dan tingkat
pemahaman mengenai aspek yang diteliti.
Dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti bertindak sebagai instrumen utama
dan terjun langsung ke lapangan untuk mengumpulkan data dalam kondisi yang
sesungguhnya. Sebagai panduan, peneliti mengembangkan beberapa instrumen
penelitian yaitu 1) instrumen observasi, 2) pedoman wawancara pengelola PKBM,
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Prosedur Penelitian
Secara garis besar penelitian ini dilaksanakan melalui beberapaa tahapan yang
menurut Nasution (1992: 33-34) terdiri dari: tahap persiapan (orientasi), tahap
pelaksanaan (eksplorasi) dan tahap akhir (member check)
1. Tahap Persiapan Penelitian
Tahap ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap
tentang permasalahan-permasalahan yang akan diteliti sekaligus untuk
memantapkan desain dan fokus penelitian berikut nara sumbernya. Tahap
persiapan diawali dengan penjajakan lapangan untuk menentukan permasalahan
atau fokus penelitian. Tahap persiapan ini secara rinci meliputi:
a. Penyusunan desain penelitian
b. Review dan revisi rancangan penelitian
c. Penyusunan, review dan revisi instrumen
d. Pengadaan instrumen terbatas
e. Orientasi kepada pihak-pihak terkait sekaligus pemantapan desain dan
instrumen penelitian
2. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap pelakasanaan inai peneliti mengumpulkan data sesuai dengan
fokus dan tujuan penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi,
wawancara dan studi dokumentasi. Berkaitan dengan pengumpulan data ini,
peneliti menyiapkan hal-hal yang diperlukan yaitu: pertnyaan-pertanyaan untuk
wawancara, camera, tape recorder. Peneliti mengamati dan mengikuti secara aktif
jalannya kagiatan program keaksaraan usaha mandiri dan mencatat serta
mendokumentasikannya. Peneliti melakukan wawancara langsung kepada subyek
penelitian yaitu warga belajar, penyelenggara, dan sumber belajar berkenaan
dengan karakteristik perempuan pada keluarga miskin, strategi pemberdayaan
perempuan dan pencapain kesejahteraan keluarga peserta program keaksaraan
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Studi dokumentasi dilakukan peneliti melalui dokumen yang dimiliki
meliputi: profil kelurahan sukaratu, profil penyelenggara, administrasi
pembelajaran, administrasi penyelenggaraan program keaksaraan usaha mandiri,
dan foto-foto yang dimiliki PKBM Albir Salam yang berkenaan dengan
penyelenggaraan program keaksaraan usaha mandiri. Penelitian ini dilakukan oleh
peneliti dengan cara terlibat secara aktif dalam semua kegiatan yang dilakukan
oleh warga belajar.
Setelah data-data yang dibutuhkan peneliti terkumpul, maka selanjutnya
adalah kegiatan pengolahan data hasil penelitian, seperti kita ketahui bahwa
analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan selama dan setelah dari
lapangan. Kegiatan yang dilakukan adalah menyusun data-data dan informasi
sesuai dengan kajian penelitian ini yaitu mendeskripsikan karakteristik perempuan
pada keluarga miskin, strategi pemberdayaan pada keaksaraan usaha mandiri, dan
capaian kesejahteraan keluarga peserta keaksaraan usaha mandiri di PKBM Albir
Salam Kec. Majasari Kab. Pandeglang. Selanjutnya data-data hasil pengumpulan
dari lapangan dikaji secara mendalam menggunakan teori-teori dan
konsep-konsep dari beberapa ahli pendidikan yang dikemukakan pada kajian teori untuk
kemudian disimpulkan dan diberikan rekomendasi pada pihak-pihak yang terkait
untuk lebih efektif dan efisiennya kegiatan keaksaraan usaha mandiri.
3. Tahap Akhir (member check)
Untuk mengecek kebenaran data dan informasi yang telah dikumpulkan
sehingga hasil penelitian dapat dipercaya maka perlu dilakukan member check.
Setiap perolehan data atau informasi selalu dikonfirmasikan dan diteliti kembali
kepada sumber datanya.
Untuk memantapkan lagi dilakukan observasi dan triangulasi dengan sumber
data dan pihak-pihak yang lebih kompeten. Hal ini dimaksudkan untuk
mengurangi kesalahpahaman dalam menafsirkan data atau informasi yang
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
informasi atau data yang dikumpulkan selalu diperbaiki, disempurnakan dan
dimantapkan sehingga kebenarannya dapat ditingkatkan.
F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian dengan pendekatan kualitatif,
asumsi yang digunakan adalah dengan memandang bahwa realitas itu bersifat
menyeluruh (holistik), tidak dapat dipisah-pisahkan ke dalam variabel-variabel
seperti halnya dalam kuantitatif. Adapun yang dimaksud dengan teknik
pengumpulan data menurut Arikunto (2006:175) adalah : “cara yang digunakan
oleh peneliti untuk memperoleh data yang dibutuhkan”.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam rangka
memperoleh data semaksimal mungkin agar tercapai keutuhan yaitu sebagai
berikut :
1. Wawancara
Wawancara digunakan untuk memperoleh informasi verbal secara langsung
dari penyelenggara program, tutor dan warga belajar. Estenberg (2002) dalam
Sugiyono (2010: 317) mendefinisikan wawancara (interview) sebagai berikut “a
meeting of two persons to exchange information and idea through question and
responses, resulting in communication and joint contruction of meaning abaout a
prticular topic.” Wawancara adalah merupakan pertemuan dua oarang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik.
Wawancara merupakan cara yang penting untuk memeriksa keakuratan data
hasil observasi. Wawancara dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi
yang tidak mungkin diperoleh lewat observasi. Tujuan mewawancarai seseorang
adalah untuk mengetahui apa yang ada dipikiran mereka, apa yang mereka
pikirkan, atau bagaimana perasaan mereka tentang sesuatu hal, dikarenakan
hal-hal tersebut tidak dapat diobservasi (Nasution, 2003).
Wawancara dilakukan langsung pada warga belajar, sumber belajar/tutor, dan
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
wawancara meliputi: a. karakteristik perempuan pada keluarga miskin; b. strategi
pemberdayaan; dan c. pencapain kesejahteraan keluarga dari warga belajar
program keaksaraan usaha mandiri.
2. Observasi
Menurut Margono (2004 : 158) observasi diartikan sebagai pengamatan dan
pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian
observasi dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Observasi langsung adalah pengamatan dan pencatatan yang dilakukan
terhadap objak ditempat kajian atau berlagsungnya peristiwa, sehingga
observasi berada bersama objek yang diteliti.
b. Observasi tidak langsung adalah pengamatan yang dilakukan tidak pada saat
berlangsung peristiwa yang akan diselidiki.
Dalam penelitian ini data yang diamati dan menjadi fokus pengamatan adalah
kondisi warga belajar dan proses pembelajaran keaksaraan usaha mandiri.
3. Study Dokumentasi
Study dokumentasi menurut Sukmadinata (2005: 221) merupakan suatu
teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan manganalisis
dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen-dokumen
yang dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Dokumen tersebut
diurutkan sesuai dengan sejarah kelahiran, kekuatan dan kesesuaian isinya dengan
tujuan pengkajian. Isinya dianalisis (diurai), dibandingkan, dan dipadukan
(disintesis) membentuk satu hasil kajian yang sistematis, padu dan utuh. Dalam
penelitian ini, dihimpun berbagai dokumen yang terkait dengan pengelolaan kejar
KUM seperti hasil pembelajaran KUM dan administrasi pengelolaan program
pembelajaran serta dokumen lain yang mendukung.
4. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan merupakan prosedur yang dilakukan oleh penulis untuk
mengambil sebagian atau seluruh pendapat para ahli, hal ini sebagaimana
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kepustakaan, yaitu teknik untuk mendapatkan data teoritis guna memperoleh
pendapat para ahli dan teorinya melalui sumber bacaan”.
Teknik studi kepustakaan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk
mempelajari atau membaca sumber literature yang berhubungan dengan uraian
pembatasan masalah yang sedang diteliti, sumbernya berasal dari buku, majalah,
atau bacaan lainnya. Adapun study kepustakaan diterapkan penulis untuk
memperoleh informasi menganai masalah yang berkaitan dengan konsep
kemiskinan, hakikat pemberdayaan perempuan, hakikat keaksaraan usaha mandiri
dan hakikat kesejahteraan keluarga.
Menurut Sudjana (2006: 214-215) bahwa, untuk memberikan makna terhadap
data yang telah dikumpulkan, dilakukan analisis data dan intreprestasi.
Mengingat penelitian ini dilaksanakan melalui metode kualitatif, maka analisis
penelitian dilakukan semenjak data pertama dikumpulkan sampai dengan
mengikuti prosedur seperti berikut ini : (a) Reduksi Data, (b) Display Data, (c)
Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi.
1. Redukasi Data adalah meringkas kembali catatan-catatan lapangan dengan
memilih hal-hal yang penting yang berhubungan dengan batasan penelitian
yaitu mengenai pemberdayaan perempuan melalui keaksaraan usaha mandiri
dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga perempuan keluarga miskin,
kemudian ringkasan tersebut dirangkum dalam susunan yang sistematis.
2. Display Data adalah dengan cara memaparkan hasil temuan dari penelitian.
3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi yaitu menyimpulkan dari
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Permasalahan yang tengah dihadapi bangsa ini adalah kemiskinan. Faktor
penyebab terjadinya kemiskinan dikarenakan tingkat pendidikan yang rendah, hal
ini berpengaruh terhadap tingkat keahlian melek huruf yang rendah. Penyandang
buta aksara sebagian besar adalah perempuan, yang mana menyebabkan pada
rendahnya kualitas sumber daya manusianya, yang secara tidak langsung
berdampak pada keterampilan dan mata pencaharian yang dimiliki oleh mereka.
Dalam kasus pada keluarga miskin di pedesaan tidak dipungkiri bahwa
perempuan pada keluarga miskin pada umumnya hanya mengandalkan
pendapatan dari suami atau kepala keluarga dalam memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. adanya tekanan sosial akan ekonomi rumah tangga yang semakin
meningkat, mendorong perempuan pada keluarga miskin mencari nafkah
tambahan, karena berlatar belakang pendidikan yang rendah (buta aksara) para
perempuan pada keluarga miskin bekerja sebagai buruh tani, pedagang, dan
pembantu rumah tangga.
Pelaksanaan program keaksaraan usaha mandiri untuk perempuan pada
keluarga miskin di PKBM Albir Salam Kel. Sukaratu Kec. Majasari Kab.
Pandeglang bertujuan untuk memfasilitasi warga belajar yang telah mengikuti
program pendidikan keaksaraan dasar (paska program) atau telah mencapai
kompetensi keasaraan dasar, dapat membaca, dan berhitung dalam rangka
peningkatan pengetahuannya selain itu juga memiliki keterampilan. Dengan
keterampilan tersebut dapat dipergunakan oleh mereka sebagai akses untuk
peningkatan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Berdasarkan
hasil ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga. Berdasarkan hasil
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin di kel. Sukaratu Kec. Majasari
Kab. Pandeglang, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Karakteristik Perempuan pada Keluarga Miskin
Perempuan pada keluarga miskin ada yang bertempat tinggal sudah permanen
dan semi permanen yang berasal dari warisan orang tua. Jumlah anggota keluarga
berkisar antara 5 orang sampai dengan 8 orang. Mereka bermata pencaharian
selain sebagai ibu rumah tangga tetapi juga bekerja sebagai buruh tani apabila
musim bertani tiba. Pendapatan yang diperoleh sangat minim dan tidak tetap
tergantung pada musiman. selain dari musim bertani mereka mengandalkan
pendapatan dari para suami atau anak. Hal tersebut, dipengaruhi karena latar
belakang pendidikan yang rendah, yang mana mereka tidak tamat sekolah dasar.
Karena pendapatan yang minim sehingga dari segi kesehatan mereka masih belum
terjangkau. Untuk melakukan pengobatan ke rumah sakit, mereka meminjam atau
menghutang ke sausada atau tetangga.
2. Strategi Pemberdayaan melalui Keaksaraan Usaha Mandiri
Penyelenggaraan program keaksaraan usaha mandiri melibatkan organisasi
lokal seperti posyandu, PKK, dan majelis Ta’lim. Program lanjutan yang perlu
dilaksanakan setelah program selesai adalah program pendampingan dengan
melibatkan organisasi koperasi, UKM, dan KKM. Pendekatan yang dilakukan
dalam program keasaraan usaha mandiri adalah pendekatan kelompok. Untuk
mengidentifikasi kebutuhan dilakukan rapat dengan pengelola, tokoh masyarakat,
dan tutor. warga belajar dilibatkan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi program. Materi pembalajaran disesuaikan dengan keinginan warga
belajar yang disesuaikan dengan potensi yang ada di linkgungan sekitar.
Penyampaian materi menggunakan metode ceramah, demonstrasi, tanya jawab,
dan pemecahan masalah. Keterlibatan dari pemerintah yaitu dari dinas pendidikan
untuk memonitoring program keasaraan usaha mandiri.
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Capaian kesejahteraan keluarga pada perempuan pada keluarga miskin
melalui keaksaraan usaha mandiri baru mencapai beberapa indikator pada tahap
keluarga sejahtera I (KS-I)
Adapun indikator yang dicapai antara lain:
a. Indikator ekonomi belum ada yang tercapai karena keterampilan yang di
ajarkan belum diterapkan oleh warga belajar sebagai rangka mendapatkan
pendapatan. Untuk terjadinya perubahan pada peningkatan kesejahteraan
keluarga pada indikator ekonomi dibutuhkan waktu jangka panjang dengan
pendampingan dan pembinaan yang serius dari pihak yang terkait bukan
berarti mereka tidak dapat memenuhi indikator selanjutnya.
b. Indikator ekonomi non-ekonomi yaitu:
1) Ibadah teratur
2) Usia 10-60 tahun dapat baca tulis huruf latin\
3) Usia 6-15 tahun bersekolah
B. Rekomendasi
Rekomendasi dalam penelitian ini ditujukkan kepada pihak-pihak sebagai
berikut:
1. Pihak penyelenggara program
a. Pihak penyelenggara program dalam menyelenggarakan program harus
melibatkan warga belajar dari tahap identifikasi masalah sampai dengan tahap
evaluasi lebih intensif lagi agar program lebih terfokus dengan kebutuhan
warga belajar.
b. Membuat inovasi-inovasi dalam mengembangkan produk keterampilan
anyaman lodor.
b. Menjalin kemitraan atau kerja sama tidak hanya dengan di wilayah sekitar
(masyarakat Kel. Sukaratu Kec. Majasari Kab. Pandeglang) untuk
memperluas jaringan dalam memasarkan produk agar pemasaran produk
lebih luas lagi. Yang terpengaruh positif pada peningkatan penghasilan warga
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Pihak penyelenggara senantiasa memfasilitasi apa yang menjadi aspirasi dan
keluhan-keluhan yang dialami warga belajar sebelum dan sesudah mengikuti
program.Bagi aparat
2. Pemerintah dan tokoh masyarakat
a. Bagi aparat pemerintah (desa atau kecamatan) dan tokoh masyarakat agar
senantiasa terlibat tidak hanya pada saat penyelenggaraan program tapi juga
paska penyelenggaraan program berupa memonitoring warga belajar agar
merasa diperhatikan dan timbul rasa percaya diri dan keberanian
b. Diadakannya program-program pembelajaran yang bermanfaat untuk
mengembangkan keterampilan bagi perempuan keluarga miskin.
3. Peneliti lain
a. Penelitian dapat dilakukan dengan tema yang sama tetapi pada lokasi,
sasaran, dan konten yang berbeda sehingga dapat diketahui keberhasilan dan
efektifitas program pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran
pendidikan keaksaraan usaha mandiri berbasis pemberdayaan perempuan
b. Penelitian lain diharapkan dapat mengkaji lebih dalam tentang hasil penelitian
ini untuk lebih disempurnakan dalam penelitian pengembangan pelatihan
yang berbasis pemberdayaan perempuan, khususnya pemberdayaan
perempuan pada keluarga miskin di berbagai sektor kehidupan selain bidang
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. (2009). Pendidikan untuk Pembangunan Nasional Menuju Bangsa Indonesia yang Mandiri dan Berdaya Saing Tinggi. Jakarta: Penerbit Intima.
Arikunto, Suharsimi. (2006).Prosedur Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Auliyaaziz. (2013). PKBM (PNF) sebagai Lembaga Mitra BPPNFI. [Online]. Tersedia di: http://auliyaazizapls.blogspot.com. [Diakses 05 Maret 2014].
A’yun, Qurrati. (2012). Menitik Kembali Peran Perempuan dalam Pengentasan
Kemiskinan. [Online]. Tersedia di:
http://www.p2kp.org/wantaarsipdetil.asp?mid=4681&catid=2&. [Diakses 05 Maret 2014].
Balai Pengembangan Pendidikan Nonformal dan Informal Regional VII Mataram. (2012). Juklak Keaksaraan Usaha Mandiri. [Online]. Tersedia di:http://bppnfi-reg7.org/file/Juklak%20Dikmas.pdf. [Diakses 8 September 2013].
Cahya, A, Gonner, C, and Haug, M. (2007). Mengkaji Kemiskinan dan Kesejahteraan Rumah Tangga: Sebuah Panduan dengan Contoh dari Kutai Barat, Bogor: Center for International Research.
Coyers, Diana. (1994). Perencanaan Sosial Didunia Ketiga. Yogyakarta: UGM Press.
Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal. (2012). Pendidikan Masyarakat Prioritaskan Keaksaraan Usaha Mandiri. [Online] Tersedia di: http://www.paudni.kemdikbud.go.id/pendidikan-masyarakat-prioritaskan-keaksaraan-usaha-mandiri. [Diakses 8 September 2013].
Febrisusanto, Gilang. (2014). Sejarah Pendidikan Luar Sekolah di Indonesia. [Online]. Tersedia di: http://gilangfebrisusanto.blogspot.com/p/sejarah-pls-fip-uny.html. [Diaskes 05 Maret 2014)
Hatimah, I, dkk. (2007). Pembelajaran Berwawasan Kemasyarakatan (Edisi Satu). Jakarta: Universitas Terbuka.
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Hubeis, Aida. (2010). Pemberdayaan Perempuan dari Masa ke Masa. Bogor. IPB Press.
Hudaya, D. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kemiskinan di Indonesia. Bogor: IPB. Skripsi
Irhash, A, Samier. (2010). Konsep Pemberdayaan. [Online] Tersedia di: http://sobatbaru.blogspot.com/2010/03/konsep-pemberdayaan.html. [Diakses 5 Juni 2014]
Isbandi Rukminto, Adi. (2002). Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan kesejahteraan Sosial. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI.
Kusnadi, et. Al. (2005). Pendidikan Keaksaraan, Filosofi, Strategi, Implementasi. Jakarta: Dirjen Pendididkan Luar Sekolah.
Kusnadi. (2006). Konflik Sosial Nelayan, Kemiskinan dan Perebutan Sumber Daya Alam, Yogyakarta: P,T, Lkis Pelangi Aksara.
Margono. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rhineka Cipta.
Moleong, L. J. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda.
Mulyana, E. (2007). Model Tukar Belajar (Learning Exchange) dalam Perspektif Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Bandung: Mutiara Ilmu.
Ratnawati, Susi. (2011). Model Pemberdayaan Perempuan Miskin Pedesaan Melalui Pengembangan Kewirausahaan. [Online]. Tersedia di: http://lp3m.widyakartika.ac.id/lp3m/wp-content/uploads/2012/10/model- pemberdayaan-perempuan-miskin-perdesaan-melalui-pengembangan-kewirausahaan.pdf. [Diakses 11 Agustus 2013].
Rellisa. (2012). Pendidikan dan Pembangunan. [Online]. Tersedia di: http://rellisa-pendidikanuntukpembangunan.blogspot.com. [Diakses 05 Maret 2014].
Rothman, J. (1974). Planning, Organization for Social Change. Newyork: Colombia University Press.
Saryanto. (2011). Penyusunan Bahan Ajar Keaksaraan Usaha Mandiri. [Online].
Tersedia di:
Herlina Siregar, 2014
Program keaksaraan usaha mandiri dalam pemberdayaan perempuan pada keluarga miskin
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Soeroso, Santoso. (2005). Mengarustamakan Pembangunan Kependudukan di Indonesia. Jakarta: EGC.
Sudjana, HD. (2004). Manajemen Program Pendidikan, untuk Pendidikan NonFormal dan Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production.
___________,. (2006). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah untuk <