• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Dalam Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga Miskin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) Dalam Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga Miskin"

Copied!
162
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Wawan Hermawan

NIM 1112054100028

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)
(3)
(4)
(5)

iv 1112054100028

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (Studi Kasus Pada Simpan Pinjam Perempuan (SPP) Kecamatan Rajeg,

Kabupaten Tangerang)

Implementasi merupakan proses yang sangat penting dalam suatu kebijakan. Kadangkala, implementasi yang terjadi di lapangan tidak sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan. PNPM Mandiri adalah program yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatasi kemiskinan melalui pemberdayaan masyarakat baik melalui penguatan modal maupun kelembagaan.

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Pada Simpan Pinjam Perempuan/SPP di Kecamatan Rajeg dan untuk mengetahui manfaat yang terjadi dalam pelaksanaan Kelompok Simpan Pinjam Perempuan di Kecamatan Rajeg. Adapun studi ini akan menjawab: Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Perdesaan (PNPM-MP) dalam Kegiatan Simpan Pinjam di Kecamatan Rajeg; serta Manfaat Pelaksanaan Kegiatan Simpan Pinjam Bagi Masyarakat di Kecamatan Rajeg.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian ini menggunakan 3 orang informan pendukung dan 8 orang informan utama. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengumpulan data primer dan sekunder, dan teknik analisa data dilakukan dengan analisa data kualitatif purposive sampling.

(6)

v

Alhamdulillah, segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan kasih sayangnya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat

serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW.

Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi merupakan salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana Kesejahteraan Sosial di

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan

yang tidak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat mempersembahkan hasil yang

terbaik kepada kedua orang tua, seluruh keluarga dan pihak-pihak yang telah ikut andil dalam

penyelesaian karya ilmiah ini.

Sebagai bentuk penghargaan yang tidak tertuliskan, penulis sampaikan ucapan terima

kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Arief Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Lisma Dyawati Fuaida, M.Si, selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

4. Hj. Nunung Khoiriyah, M.Ag, Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi.

5. Dr. Tantan Hermansah, M.Si, selaku Dosen Pembimbing skripsi penulis yang telah

meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan pengarahan serta membantu

(7)

vi

7. Pihak PNPM Mandiri Kecamatan Rajeg Pak Hasan, Pak Arif, Bu Ipah dan Bu Asna

yang telah banyak membantu dalam memperoleh data dan informasi yang penulis

butuhkan dalam penyusunan skripsi.

8. Kedua orang tua Bapak Abdul Rosyid dan Ibu Suheti, terima kasih untuk semua

doanya, untuk semua Jasa-jasanya dan semua Pengorbanannya.

9. Kakak-kakak dan adik-adik saya Heriyanto, Maria Ulfah, Siti Hernawati, Jamaludin

Siti Raudotul Janah dan Kayla Almera Farzana, terima kasih atas dukungan moril dan

materiil dalam menempuh studi selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

10.Sahabat dan teman-teman seperjuagan Jurusan Kesejahteraan Sosial Angkatan 2012

(Fahri, Nikmal, Yoga, Yunus, Erik, Ican, Iqbal, Dado dan Kiki S.Sos) yang terus

memberikan dukungan dan support dalam proses penyelesaian tugas akhir skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan kalian. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 16 Juni 2016

(8)

vii

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 8

1. Pembatasan Masalah ... 8

2. Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan dan Manfaat ... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Manfaat Penelitian ... 9

D. Metodologi Penelitian ... 10

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 10

2. Pendekatan Penelitian ... 11

3. Jenis Penelitian ... 12

4. Sumber Data ... 13

5. Teknik Pemilihan Informan ... 14

6. Teknik Pengumpulan Data ... 15

7. Teknik Analisa Data ... 18

8. Teknik Keabsahan Data ... 19

9. Teknik Penulisan ... 20

E. Tinjauan Pustaka ... 20

F. Sistematika Penulisan ... 22

BAB II LANDASAN TEORI ... 23

A. Pemberdayaan Sosial ... 20

1. Pengertian ... 20

2. Tujuan Pemberdayaan Sosial ... 22

3. Indikator Pemberdayaan Sosial ... 23

4. Tahapan Pemberdayaan Sosial 5. Strategi Pemberdayaan Sosial ... 24

B. Pinjaman dan Modal ... 41

(9)

viii

b. Jenis-jenis Modal ... 45

C. Metode Pemberdayaan PNPM Mandiri Perdesaan dalam Kegiatan Simpan Pinjam ... 26

BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA ... 40

A. Sejarah PNPM Mandiri Perdesaan ... 40

B. Visi dan Misi ... 40

C. Struktur Kepengurusan PNPM Mandiri Perdesaan ... 42

D. Prinsip Pokok PNPM Mandiri Perdesaan ... 43

E. Jenis-Jenis Program PNPM Mandiri Perdesaan ... 43

F. Kelompok Simpan Pinjam Perempuan ... 60

1. Sejarah Kelompok Simpan Pinjam ... 60

2. Pengertian Simpan Pinjam ... 63

3. Tujuan Simpan Pinjam ... 63

4. Sasaran, Bentuk dan Ketentuan Simpan Pinjam ... 64

a. Sasaran Program... 64

b. Bentuk Kegiatan ... 65

c. Ketentuan Kelompok Simpan Pinjam ... 66

d. Syarat Simpan Pinjam ... 67

e. Penentuan Jasa Pinjaman ... 67

f. Jangka Waktu Pinjaman ... 67

g. Jadwal Angsuran ... 67

h. Ketentuan Pendanaan ... 68

i. Pengawasan Simpan Pinjam ... 68

5. Indikator Keberhasilan PNPM Mandiri Perdesaan ... 69

6. Prestasi PNPM Mandiri Perdesaan ... 75

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA ... 75

A. Proses Pelaksanaan Pemberdayaan PNPM Mandiri Perdesaan ... 78

1. Tahapan Pemberdayaan Masyarakat ... 78

a. Tahap Persiapan (Engagement)... 78

b. Tahap Assesment ... 78

c. Tahap Perencanaan Alternatif Program ... 78

d. Tahap Formulasi Rencana Aksi ... 83

e. Tahap Pelaksanaan Program ... 85

f. Tahap Monitoring dan Evaluasi ... 86

(10)

ix

4. Manfaat Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan ... 95

a. Manfaat Ekonomi ... 95

b. Manfaat Sosial ... 98

c. Manfaat Budaya ... 99

BAB V PENUTUP ... 101

A. Kesimpulan ... 101

B. Saran ... 103

(11)

1 A. Latar Belakang Masalah

Kemiskinan merupakan fonemena sosial yang menjadi permasalahan

utama di Indonesia. Kemiskinan adalah deprivasi dalam kesejahteraan.

Berdasarkan definisi tersebut kemiskinan dapat dipandang dari beberapa sisi.

Jika dalam pandangan konvensional kemiskinan dipandang dari sisi moneter,

dimana kemiskinan diukur dengan membandingkan pendapatan/konsumsi

individu dengan beberapa batasan tertentu, jika mereka berada di bawah

batasan tersebut, maka mereka dianggap miskin. Pandangan mengenai

kemiskinan berikutnya adalah bahwa kemiskinan tidak hanya sebatas ukuran

moneter, tetapi juga mencakup miskin nutrisi yang diukur dengan memeriksa

apakah pertumbuhan anak-anak terhambat (World Bank Institute 2005). 1

Batasan yang digunakan dalam menentukan penduduk miskin salah

satunya adalah “garis kemiskinan” yaitu berdasarkan pengeluaran penduduk

untuk konsumsi makanan yang mencapai 2100 kalori per hari. Angka

kemiskinan Kabupaten Tangerang pada tahun 2010 sebesar 7,18 persen lebih

tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya 6,55 persen. Berdasarkan

data Susenas 2010, jumlah penduduk miskin di Tangerang sekitar 205.100

orang. Sedangkan garis kemiskinan untuk tahun 2010 sebesar 258.155

1

(12)

rupiah/kapita/bulan.2 Kemiskinan terjadi karena beberapa sebab. Loekman

Soetrisno mengutip pendapat Robert chambers, menyatakan bahwa

kemiskinan yang dialami oleh rakyat Negara sedang berkembang, khususnya

rakyat Perdesaan, disebabkan oleh beberapa faktor yang disebut sebagai

ketidakberuntungan atau disadvantages yang saling terkait satu sama lain.

Menurut Robert Chambers ada lima “ketidakberuntungan” yang melingkari

kehidupan orang atau keluarga miskin, yaitu: Pertama, kemiskinan (poverty),

Kedua, fisik yang lemah (physical weakness), Ketiga, keterasingan (isolation),

Keempat, kerentanan (vulnerability),dan Kelima, kerentanan (vulnerability).3

Menurut World Bank Institute (2005), ada 4 (empat) alasan mengapa

kemiskinan itu diukur. Pertama adalah untuk membuat orang miskin terus

berada dalam agenda, jika kemiskinan tidak diukur, maka orang miskin akan

mudah terlupakan. Kedua, orang harus mampu mengidentifikasi orang miskin

jika salah satu tujuannya adalah untuk keperluan intervensi dalam rangka

mengentaskan kemiskinan. Ketiga adalah untuk memantau dan mengevaluasi

proyek-proyek atau kebijakan intervensi yang diarahkan kepada orang miskin.

Terakhir adalah untuk mengevaluasi efektivitas lembaga-lembaga pemerintah

dalam mengentaskan kemiskinan.4

Keberhasilan implementasi suatu kebijakan dapat diukur dengan

melihat kesesuaian antara pelaksanaan atau penerapan kebijakan dengan

2

Susenas Stada Kabupaten Tangerang,” Angka Kemiskinan Kabupaten Tangerang,”artikel diakses pada 8 Maret 2016 dari http:// www.bps.go.id/2016/803/.html

3

Loekman Sutrisno, Kemiskinan, Perempuan, dan Pemberdayaan (Yogyakarta: Kanisius, 1997), h. 120.

4

(13)

desain, tujuan dan sasaran kebijakan itu sendiri serta memberikan dampak atau

hasil yang positif bagi pemecahan permasalahan yang dihadapi (Ekowati, dkk

2005).5 Dalam hal ini keterlibatan pemerintah dalam menyikapi fenomena

kemiskinan sangatlah penting, karena menjadi tanggung jawab pemerintah

terhadap rakyatnya sesuai Undang – Undang Dasar Republik Indonesia No.13

Tahun 2011, tentang penanganan fakir miskin. Untuk mengatasi keadaan ini

pemerintah telah melakukan berbagai usaha dalam rangka mengentaskan

masyarakat dari kemiskinan. Usaha-usaha tersebut terlihat dalam berbagai

program bantuan sosial , program beras untuk rakyat miskin (raskin), program

bantuan langsung tunai (BLT), program keluarga harapan (PKH) dan lain

sebagainya.

Namun dalam kenyataannya, berbagai program yang dilaksanakan

pemerintah masih belum dapat mengentaskan kemiskinan yang ada.

Kurangnya lapangan pekerjaan dan sulitnya masyarakat khususnya perempuan

untuk memperoleh modal dalam mengembangkan usahanya membuat banyak

masyarakat sulit keluar dalam zona kemiskinan. Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dengan tujuan pokok penanggulangan

kemiskinan ini menitik beratkan pada usaha meningkatkan kemandirian

masyarakat. Mengedepankan partisipasi masyarakat sehingga tujuan pokoknya

dapat tercapai jika kesejahteraan masyarakat meningkat melalui pelatihan

serta penyediaan sarana dan prasarana sosial dasar ekonomi. Tujuan tersebut

juga dapat diperkuat dalam Undang-Undang Desa No.6 Tahun2014 Tentang

5Arpan Siregar, “

(14)

Desa Bab I Pasal 4 Poin h yang menyatakan bahwa dalam pengaturan Desa

bertujuan untuk memajukan perekonomian masyarakat serta mengatasi

kesenjangan pembangunan nasional. Kemajuan ekonomi dan kesetaraan

pembangunan dapat diatasi dengan salah satu Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan (PNPM-MP) yakni program

simpan pinjam perempuan diharapkan dapat membantu masyarakat untuk

memperoleh modal dalam mengembangkan usahanya. Melalui program

PNPM Mandiri Perdesaan ini juga diharapkan nantinya masyarakat mampu

belajar mengembangkan usaha yang produktif demi memenuhi kebutuhan

rumah tangganya sendiri dan menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat lain

di sekitar mereka. Hal ini sejalan pula dengan Undang Undang Kesejahteraan

Sosial dalam Bab III tentang Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial bagian

keempat, Pemberdayaan Sosial, pasal 12 ayat 2e tentang Pemberian Bantuan

Usaha.6

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di Kecamatan

Rajeg mempunyai kegiatan pengelolaan dana bergulir menjadi salah satu

kegiatan yang memberikan kemudahan bagi rumah tangga miskin untuk

mendapatkan permodalan dan meningkatkan usaha ekonomi. Pengelolaan

dana bergulir adalah seluruh dana program yang bersifat pinjam dari Unit

Pengelola Kegiatan (UPK) yang digunakan oleh masyarakat untuk mendanai

kegiatan ekonomi masyarakat yang disalurkan melalui kelompok-kelompok

masyarakat yaitu kelompok Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan kelompok

6

(15)

Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP)

adalah kegiatan yang dilakukan oleh kelompok perempuan dengan

aktivitas/kegiatan pengelolaan dana simpanan dan pengelolaan dana pinjaman.

Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan potensi kegiatan

simpan pinjam Perdesaan, kemudahan akses pendanaan usaha skala mikro,

pemenuhan kebutuhan pendanaan sosial dasar, dan memperkuat kelembagaan

kegiatan kaum perempuan.

Program SPP di Kecamatan Rajeg ini telah mencapai 288 kelompok

yang berasal dari 13 Desa/Kelurahan yaitu 12 Desa dan 1 Kelurahan di

Kecamatan Rajeg. Program SPP ini terbentuk dalam kelompok yang terdiri

dari 6-10 anggota perempuan berasal dari Desa/Kelurahan yang sama. PNPM

Kecamatan Rajeg memberikan pinjaman mulai dari Rp. 500.000,- s.d Rp.

5000.000,- pinjaman diberikan secara bertahap jika kelompok SPP memenuhi

kebijakan yang ditentukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan

Rajeg.7

Beberapa prestasi pun pernah diperoleh PNPM Mandiri Perdesaan di

Kecamatan Rajeg yaitu juara I administrasi dan peminjaman terbaik

se-Kabupaten Tangerang tahun 2012, juara II administrasi dan peminjaman

terbaik se-Provinsi Banten 2007 dan menjadi lokasi studi banding PNPM

Mandiri Perdesaan dalam kunjungan studi banding se-Indonesia tahun 2008.8

Namun pelaksanaan program Simpan Pinjam Perempuan (SPP) yang

dilaksanakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan

7

Wawancara Pribadi dengan Asnawari, Tangerang, 18 Januari 2016.

8

(16)

(PNPM-MP), tidak berjalan dengan mulus ada beberapa permasalahan yang

sering muncul di antaranya masih ada anggota kelompok SPP yang kabur

sehingga proses pembayaran tidak berjalan lancar, PNPM Mandiri Kecamatan

Rajeg masih kesulitan dalam mengelola kelompok SPP jika terjadi konflik

kelompok, pembinaan kelompok dan pemberian dalam memfasilitasi

kelompok SPP karena tidak adanya pekerja profesional dalam bidang sosial.9

Dalam istilah umum, Pinjaman dapat diartikan sebagai penyaluran dana

kepada masyarakat.10 Penyaluran dana kepada masyarakat dengan arti

menyalurkan dana tidak dengan cuma-cuma layaknya bantuan hibah.

Penyaluran dana yang harus dikembalikan lagi oleh masyarakat kepada

pengelola dengan kesepakatan bersama. Pinjam meminjam („Ariyah) menurut

istilah syari'at islam adalah akad atau perjanjian yang berupa pemberian

manfaat dari suatu benda yang halal dari seseorang kepada orang lain tanpa

adanya imbalan dengan tidak mengurangi ataupun merubah barang tersebut

dan nantinya akan dikembalikan lagi setelah diambil manfaatnya.11

Sebagaimana yang dijelaskan dalam surah al- Ma'idah/5: 2 berikut:

تو

ن ٰو ۡدعۡلٱو مۡث ۡۡٱ لع ْا نواعت َو ٰۖ ۡقَتلٱو ِربۡلٱ لع ْا نواع

9

Wawancara Pribadi dengan Arief Subrowi, Tangerang, 20 Januari 2016.

10

Kasmir,kewirausahaan, (Jakarta: Pt Rajagrafindo, 2006). h. 122.

11

(17)

Artinya: “Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan

takwa, dan janganlah tolong menolong berbuat dosa dan permusuhan."12

Esensi yang dapat diambil dari pinjam meminjam adalah bertujuan

untuk tolong menolong di antara sesama manusia. Dalam hal pinjam

meminjam adalah tolong menolong melalui dan dengan cara meminjamkan

suatu benda yang halal untuk diambil manfaatnya. Oleh karena itu, kegiatan

simpan pinjam merupakan kegiatan yang baik dapat membantu dalam

pengentasan kemiskinan melalui bentuk peminjaman modal dan juga bernilai

ibadah di dalam agama.

Akan tetapi walaupun pelaksanaan program simpan pinjam telah

berlangsung lama sejak tahun 2007 lalu dalam pemberian modal usaha, pada

kenyataannya hingga saat ini sebagian besar masyarakat Rajeg, terutama

Rumah Tangga Miskin (RTM) masih merupakan masyarakat yang tertinggal

dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya. Melihat pada kondisi

tersebut maka dirasakannya penting untuk melakukan penelitian

“Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan dalam Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga Miskin di Kecamatan

Rajeg”. Hal ini dikarenakan program simpan pinjam merupakan suatu bentuk

implementasi pemerintah dalam pemberdayaan ekonomi formal yang terus

dikembangkan dan diperuntukkan bagi rumah tangga miskin itu sendiri.

Penelitian ini penting untuk dilakukan karena selain belum banyak yang

12Departemen Agama, “

(18)

diteliti, hasil penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan tambahan

informasi tentang implementasi PNPM-MP di Perdesaan.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

a. Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis akan melakukan

penelitian yang berfokus pada Implementasi Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Kelompok Simpan Pinjam Perempuan

Dalam Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga Miskin di Kecamatan

Rajeg, dan penelitian ini berfokus pada bagaimana perkembangan

masyarakat sebelum dan setelah mengikuti program simpan pinjam di

PNPM-MP Kecamatan Rajeg.

b. Perumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang peneliti paparkan di atas,

peneliti membatasi permasalahan ke dalam perumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Perdesaan (PNPM-MP) dalam Kelompok Simpan

Pinjam di Kecamatan Rajeg?

2. Apakah Manfaat Pelaksanaan Kelompok Simpan Pinjam dalam

(19)

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

1. Untuk menggambarkan pelaksanaan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan Kelompok

Simpan-Pinjam Perempuan (PNPM-MD KSPP) di Kecamatan Rajeg.

2. Untuk menjelaskan manfaat pelaksanaan Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan (PNPM-MP) dalam

meningkatkan status ekonomi keluarga miskin di Kecamatan

Rajeg.

b. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak dari

penelitian mengenai Implementasi Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat dalam Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga Miskin di

Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang sebagai tindak lanjut dari

apa yang telah dirumuskan dalam tujuan penelitian. Adapun manfaat

penelitian tersebut yaitu:

1. Manfaat Teoritis

1) Dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan

pemahaman terhadap permasalahan yang diteliti.

2) Untuk membentuk pola pikir yang dinamis serta untuk

mengetahui kemampuan peneliti dalam menerapkan ilmu

(20)

3) Dapat digunakan sebagai karya ilmiah dalam perkembangan

ilmu pengetahuan.

2. Manfaat Praktis

1) Dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang

diteliti.

2) Dapat memberi masukan bagi para pihak yang

berkepentingan dan referensi bagi penelitian berikutnya.

D. Metodologi Penelitian

1. Tempat dan Waktu Penelitian a) Tempat Penelitian

Lokasi penelitian mengambil di Kecamatan Rajeg. Disana

peneliti melakukan penelitian untuk mendapatkan informasi dari

pengurus PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg dengan

observasi terlebih dahulu, wawancara langsung dan untuk

mendapatkan data tertulis seperti dokumen dan data-data yang

mendukung penelitian, untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan

simpan pinjam PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg serta

untuk mendapatkan bagaimana respon masyarakat setempat tentang

pengelolaan simpan pinjam PNPM tersebut, peneliti dalam hal ini

melakukan wawancara dengan warga dan mencatat data yang di dapat

(21)

Alasan penulis memilih lokasi penelitian di PNPM Mandiri

Perdesaan Kecamatan Rajeg sudah banyak memiliki pengalaman dan

prestasi yang diraih. Selain itu juga, PNPM Mandiri Perdesaan

Kecamatan Rajeg sendiri sudah berdiri selama 12 tahun, yaitu

semenjak tahun 2004 melalui progam PPK. Namun peresmiannya

menjadi PNPM Mandiri Perdesaan pada tahun 2007.

b)Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan April 2016 hingga Mei 2016.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan

penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh dengan menggunakan

prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari pengukuran. Miles dan

Hubermen sebagaimana yang dikutip oleh Lexy j Moelong, penelitian

kualitatif secara umum bisa digunakan untuk penelitian tentang kehidupan

masyarakat, sejarah, tingkah laku, aktivitas sosial, dan lain-lain. Laporan

penelitian akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran

(22)

wawancara, catatan lapangan, foto, videotape, dokumen pribadi, catatan

atau memo dan dokumen resmi lainnya.13

Jadi, dalam hal ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif

dengan alasan karena penelitian kualitatif lebih mengena dengan subyek

yang diamati oleh penulis, di mana peneliti tidak hanya meneliti perilaku

subyek akan tetapi penulis berusaha menyelami kehidupan keseharian

subyek dalam rangka memberdayakan mereka untuk meningkatkan taraf

hidupnya dengan cara persaingan yang sehat dengan para pedagang usaha

mikro lainnya.

3. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif, yaitu data

yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan angka.

Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan dari

pengurus PNPM dan masyarakat serta beberapa dokumen yang berkaitan

dengan simpan pinjam untuk memberikan gambaran penyajian laporan

pemberdayaan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan

Rajeg.

Moh. Nazir berpendapat bahwa metode deskriptif adalah suatu

metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu

13

(23)

kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang.14

4. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua

macam, yaitu data primer dan sekunder.

a) Data Primer

Data primer sendiri terbagi menjadi 2 sumber data :

1) Utama, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

subyek penelitian, yaitu data dari masyarakat di Kecamatan

Rajeg, baik yang terlibat langsung mau tidak langsung

dalam kegiatan pengelolaan simpan pinjam PNPM.

2) Pendukung, yaitu data yang diperoleh dari berbagai staf

pegawai dan pengelola simpan pinjam PNPM yang terkait

dalam pengelolaan simpan pinjam di Kecamatan Rajeg.

b) Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang peneliti peroleh baik

berupa dokumen, arsip-arsip, memo atau catatan tertulis lainnya

maupun gambar atau benda yang berkaitan dengan penelitian. Data

sekunder ini peneliti peroleh dari PNPM, media massa, jurnal,

buku dan lain-lain.

14

(24)

5. Teknik Pemilihan Informan

Teknik yang digunakan untuk penentuan subjek dalam penelitian

ini adalah teknik purposive sampling (bertujuan). Purposive sampling

merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kita

memilih orang sebagai sampel dengan memilih orang yang benar-benar

mengetahui atau memiliki kompetensi dengan topik penelitian kita.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik purposive

sampling yang memberikan keleluasaan kepada peneliti dalam menyeleksi

informan yang sesuai dengan tujuan penelitian, yang terpenting disini

bukanlah jumlah informan, melainkan potensi dari tiap kasus untuk

memberikan pemahaman teoritis yang lebih baik mengenai aspek yang

dipelajari.15 Peneliti memilih 11 (sebelas) sampel dalam penelitian ini

diantaranya 3 orang Informan pendukung yaitu 2 orang dari UPK Kepala

UPK Bapak Abdul Hasan, S.E., M.pd dan Staff Bapak Arif Subrowi, 1

orang dari Badan Kerjasama Antar Desa (BKAD) Bapak Rasim, S.H, serta

8 orang Informan utama yaitu Ibu Nadiroh ketua kelompok anggrek, Ibu

Sofa (Uni) ketua kelompok mawar, Ibu Asminah anggota kelompok

berkah, Ibu Yayat Anggota kelompok berkah, Ibu Erna Anggota kelompok

berkah, Ibu Suryati bendahara kelompok anggrek, Ibu Ajizah bendahara

kelompok anggrek dan Ibu Erna anggota kelompok berkah. Alasan peneliti

memlilih informan tersebut merupakan hasil masukan dari UPK yang

diyakini memiliki kemampuan untuk memberikan informasi kepada

15

Nanang Martono, Metode Penelitian Kualitatif Analisis Isi dan Analisis Data Sekunder

(25)

peneliti dalam proses pelaksaanaan dan manfaat pelaksanaan PNPM.

Informan yang di pilih peneliti telah bergabung dengan PNPM lebih dari 5

tahun, dengan waktu yang cukup lama tersebut peneliti yakin bahwa

mereka mempunyai capability dalam memberikan informasi yang akurat

kepada penelitian ini.

Berikut ini tabel informan dan objek yang terpilih dalam pengumpulan

data yang diperlukan dalam penelitian.

Tabel 1.1 Rancangan Informan

No Informan Informasi Yang Dicari Jumlah

1 Kepala dan

Staff di UPK

PNPM Rajeg

Gambaran lembaga, latar belakang lembaga,

kegiatan lembaga, faktor penghambat

program dalam PNPM Kecamatan Rajeg.

Pelaksanaan program lembaga dan manfaat

yang dirasakan oleh peserta simpan pinjam

PNPM Kecamatan Rajeg.

Pelaksanaan program simpan pinjam

PNPM, dan pengawasan program simpan

pinjam PNPM Kecamatan Rajeg.

(26)

6. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik wawancara

dalam pengumpulan data sebagai berikut :

a) Wawancara

Wawancara yaitu sebuah dialog yang dilakukan oleh

pewawaancara untuk memperoleh data yang dibutuhkan peneliti

dari yang diwawancarai. Sedangkan menurut W. Gulo wawancara

adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dengan

responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya-jawab

dalam hubungan tatap muka. Dengan wawancara, proses

wawancara data yang diperoleh dapat langsung diketahui

objektivitasnya karena dilaksanakan secara tatap muka.16

Dalam hal ini, peneliti menggunakan wawancara

terstruktur, yaitu wawancara yang pertanyaanya akan diajukan

telah ditetapkan oleh peneliti sendiri secara jelas dalam suatu

bentuk catatan.17

Wawancara yang dilakukan peneliti sebanyak sebelas kali

(11x) wawancara, satu kali (1x) wawancara dengan kepala UPK,

(1x) satu kali wawancara dengan pekerja UPK PNPM Kecamatan

Rajeg, dua kali (1x) wawancara dengan Badan Kerjasama Antar

Desa Kecamatan Rajeg dan delapan kali (8x) wawancara kepada

16

W. Gulo, Metodologi Penelitian (Jakarta: PT. Grasindo, 2002), h.119.

17

(27)

para peserta simpan pinjam perempuan UPK PNPM Mandiri

Perdesaan Kecamatan Rajeg. Kegiatan wawancara ini dilakukan

pada 17 April sampai dengan 25 April 2016 yang bertempat di

UPK Kecamatan Rajeg dan rumah peserta simpan pinjam

perempuan UPK PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg.

Waktu yang dilakukan oleh peneliti untuk wawancara pukul 10.00.

Wib sampai dengan pukul 16.00. Wib.

b) Dokumentasi

Dokumentasi adalah setiap bahan tertulis atau film, lain

dari record yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan

seorang penyelidik atau peneliti. Dokumentasi sudah lama

digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam

banyak hal dokumentasi sebagai sumber data dimanfaatkan untuk

menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.18

7. Teknik Analisa Data

Maksud dari analisis data adalah proses pengumpulan data dan

mengurutkannya ke dalam pola dan pengelompokkan data. Nasir

mengemukakan analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam

metode ilmiah, karena dalam analisis data tersebut dapat diberi arti dan

makna yang berguna memecahkan masalah penelitian.19

18

Ibid,. h. 216.

19

(28)

Miles dan Hubermen sebagaimana yang dikutip oleh Lexy j

Moelong ada berbagai cara untuk menganalisis data, tetapi secara garis

besarnya dengan langkah-langkah sebagai berikut:20

a) Reduksi data, yaitu dimana peneliti mencoba memilah data yang

relevan dengan proses pelaksanaan pemberdayaan yang dilakukan

oleh PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Rajeg.

b) Penyajian data, setelah data mengenai proses pelaksanaan

pemberdayaan yang dilakukan oleh PNPM Mandiri Perdesaan

Kecamatan Rajeg diperoleh, maka data tersebut disusun dan

disajikan dalam bentuk narasi, visual gambar, matrik, bagan, tabel,

dan lain sebagainya.

c) Penyimpulan data, pengambilan kesimpulan dengan

menghubungkan dari tema tersebut, sehingga memudahkan untuk

menarik kesimpulan.

8. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik triangulasi

dengan cara membandingkan sumber-sumber data yang diperoleh dengan

kenyataan yang ada pada saat penelitian. Adapun Ketekunan Pengamatan,

yaitu mencari secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam

kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif. Teknik ini sengaja

20

(29)

dipilih penulis karena sesuai dengan pendekatan penelitian yang

digunakan yaitu pendekatan penelitian kualitatif.

9. Teknik Penulisan

Adapun dalam penulisan skripsi ini, penulis berpedoman pada

buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah”, (skripsi, tesis, disertai).

Diterbitkan oleh ceQDA (Center For Quality Development an Assurance)

Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Press tahun

2007.21

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum peneliti mengkaji tulisan ini, ada beberapa tulisan yang

membahas tentang implementasi PNPM Mandiri dalam kegiatan Simpan

Pinjam, beberapa skripsi sebagai berikut:

a. Studi Implementasi Program Nasional Pemberdayaan

Masyarakat Mandiri Perkotaan (PNPM-MP) di Kelurahan

Pondok Labu. Oleh Ahmad Ghozali Kesejahteran Sosial

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2012).

b. Pemberdayaan Masyarakat melalui Simpan Pinjam (studi kasus

Program Simpan Pinjam di BMT Khairul Ummah Leuwi,

Liang-Bogor. Oleh Lia Fitria Farhana Pengembangan

Masyarakat Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta (2009).

21

(30)

c. Pengaruh Pinjaman Modal Kegiatan Simpan Pinjam Kelompok

Perempuan (SPP) Program PNPM Mandiri Perdesaan serta

Sikap Wirausaha Terhadap Perkembangan Usaha dan

Peningkatan Pendapatan Masyarakat Kec. Ambal Kabupaten

Kebumen. Oleh Riri Tri Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Yogyakarta (2014).

Penulis tidak menafikan diri bahwa dalam penulisan skripsi ini

banyak data-data yang diambil dari studi tersebut, meskipun hanya sebagai

data sekunder yang berfungsi sebagai pelengkap data primer.

Skripsi yang peneliti angkat ini merupakan komplikasi analisa dari

literatur-literatur yang ada untuk membahas tentang Implementasi

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan)

dalam Meningkatkan Status Ekonomi Keluarga Miskin di Kecamatan

(31)

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan memahami dan mengetahui isi yang terkandung

dalam skripsi ini, maka diperlukan sistematika. Sistematika penulisan skripsi

ini meliputi:

I. Bab I yaitu pendahuluan, pada bab ini berisikan latar belakang

masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta

sistematika penulisan.

II. Bab II yaitu tinjauan pustaka, pada bab ini berisikan uraian dan

konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti,

berisi rangkaian teori yang menunjang objek penelitian.

III. Bab III yaitu metode penelitian, pada bab ini berisikan tipe

penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, serta teknik

analisis data.

IV. Bab IV yaitu deskripsi lokasi penelitian, pada bab ini berisikan

sejarah singkat gambaran umum lokasi penelitian dan data-data

lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

V. Bab V yaitu analisis data, pada bab ini berisikan tentang uraian

data yang diperoleh dari hasil penelitian beserta dengan

analisisnya.

VI. Bab VI yaitu penutup, pada bab ini berisikan kesimpulan dan saran

(32)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pemberdayaan Masyarakat

Dalam praktik pekerjaan sosial, Pembangunan sosial dan pemberdayaan

masyarakat mempunyai kedekatan makna. Pembangunan sosial dan

pengembangan masyarakat saling terkait meskipun berbeda dalam praktiknya.

Dapat dikatakan bahwa Pengembangan masyarakat merupakan bentuk dari

pekerjaan komunitas yang berusaha menyelesaikan masalah kelompok lokal

secara bersama-sama sedangkan pembangunan sosial merupakan aplikasi dari

pengembangan masyarakat di negara berkembang sebagai keseluruhan aspek

pembangunan sosial dan ekonomi.22

Pemberdayaan masyarakat memiliki keterkaitan erat dengan sustainable

development di mana pemberdayaan masyarakat merupakan suatu prasyarat

utama serta dapat di ibaratkan sebagai gerbong yang akan membawa masyarakat

menuju suatu kebijakan secara ekonomi, sosial dan ekologi yang dinamis.

Lingkungan yang strategis yang dimiliki oleh masyarakat lokal antara lain

mencakup lingkungan produksi, ekonomi, sosial dan ekologi. Melalui upaya

pemberdayaan, warga masyarakat didorong agar memiliki kemampuan untuk

22

Lisma Diawati Fuaida dan Nafsiyah Ariefuzzaman, Belajar Teori Pekerjaan Sosial

(33)

memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya secara optimal serta secara penuh

dalam mekanisme produksi, ekonomi, sosial dan ekologinya.23

1. Teori Pemberdayaan (Empowerment)

Teori pemberdayaan muncul dari kesulitan praktik ekonomi liberal.

Dalam praktik pekerjaan sosial, Pemberdayaan membantu individu dan

kelompok mendapatkan kekuatan dalam mengambil keputusan dan aksi

dengan cara meningkatkan kekuatan dalam mengambil keputusan dan aksi

dengan cara meningkatkan kepercayaan diri untuk menggunakan kekuasaan

serta mentransfer kekuatan dari kelompok dan individu.24

Menurut Wrihatnolo dan Riant istilah pemberdayaan diambil dari

bahasa asing, yaitu empowerment, yang juga dapat bermakna pemberian

kekuasaan karena power bukan sekedar daya, tetapi juga kekuasaan sehingga

kata daya tidak saja bermakna mampu, tetapi juga mempunyai kuasa.25

Secara konseptual, pemberdayaan atau pemberkuasan (empowerment),

berasal dari kata dari kata „power’ (kekuasaan atau keberdayaan). Secara

harfiah bisa diartikan sebagai “pemberkuasaan”, dalam arti pemberian atau

23

Isbandi Rukminto, Pemikiran-pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial,

(Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2002), h. 102.

24

Lisma Diawati Fuaida dan Nafsiyah Ariefuzzaman, Belajar Teori Pekerjaan Sosial

(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 49.

25

(34)

peningkatan “ kekuasaan” (power) kepada masyarakat yang lemah atau tidak

beruntung (disadvantage).26

Zastrow mendefinisikan konsep pemberdayaan (empowerment)

sebagai proses menolong individu, keluarga, kelompok dan komunitas untuk

meningkatkan kekuatan personal, interpersonal, sosial ekonomi, dan politik

dan pengaruhnya terhadap peningkatan kualitas hidupnya.27

Beberapa ahli juga mengemukakan definisi pemberdayaan dilihat dari

tujuan, proses, dan cara-cara pemberdayaan:

a. Pemberdayaan bertujuan untuk meningkatkan kekuasaan

orang-orang lemah atau tidak beruntung.28

b. Pemberdayaan adalah sebuah proses dengan mana orang menjadi

cukup kuat untuk berpartisipasi dalam, berbagi pengontrolan atas dan

mempengaruhi terhadap, kejadian-kejadian serta lembaga-lembaga

yang mempengaruhi kehidupannya. Pemberdayaan menekankan

bahwa orang memperoleh keterampilan, pengetahuan, dan kekuasaan

yang cukup untuk mempengaruhi kehidupannya dan kehidupan

orang lain yang menjadi perhatiannya.29

26

Abu Hurairah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat (Bandung: Humaniora, 2008), h. 96.

27

Lisma Diawati Fuaida dan Nafsiyah Ariefuzzaman, Belajar Teori Pekerjaan Sosial

(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 51.

28

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memerdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama, 2007), h. 58.

29

(35)

c. Pemberdayaan menunjuk pada usaha pengalokasian kembali

kekuasaan melalui pengubahan struktur sosial.30

d. Pemberdayaan adalah suatu cara usaha pengalokasian kembali

kekuasaan diarahkan agar mampu menguasai (atau berkuasa atas)

kehidupannya (Rapport).

Menurut Ife, pemberdayaan berarti “providing people with the

resources, opportunities,knowledges, and skills to increase their capacity to

determine their own future, and to participate in and affect the life of their

community.” Pemberdayaan masyarakat berarti menyiapkan kepada

masyarakat dengan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan

untuk meningkatkan kapasitas diri masyarakat di dalam menentukan masa

depan mereka, serta berpartisipasi dan mempengaruhi kehidupan dalam

komunitas masyarakat itu sendiri. Selanjutnya menurut Sumodiningrat

pemberdayaan berarti meningkatkan kemampuan atau kemandirian.31

Dengan demikian pemberdayaan dapat dilihat sebagai proses dan

tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan ialah Self-development and

coordination di mana pemberdayaan memberikan dorongan agar subjek

mampu melakukan pengembangan diri dan melakukan koordinasi dengan

pihak lain secara lebih luas. Dan sebagai tujuan, pemberdayaan mampu

membawa ekonomi, sosial dan ekologi ke gerbang yang dinamis, lingkungan

30

Soetama, Pemberdayaan Masyarakat, (Yogyakarta: Pusataka Pelajar, Januari 2011), h. 36.

31

(36)

yang strategis dan masyarakat mampu untuk memanfaatkan sumber daya yang

dimilikinya.

2. Pengertian Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan masyarakat (community empowerment) adalah

perwujudan capita building yang bernuansa pada pemberdayaan sumber

daya manusia melalui pengembangan kelembagaan pembangunan sistem

sosial ekonomi rakyat, sarana dan prasarana, serta pengembangan 3P,

yaitu:

1. Pendampingan, yang dapat menggerakkan partisipasi total masyarakat,

2. Penyuluhan, yang dapat merespon dan memantau

ubahan-ubahan yang terjadi di masyarakat, dan

3. Pelayanan, yang berfungsi sebagai unsur pengendali ketetapan

distribusi asset sumber daya fisik dan non fisik yang diperlukan

masyarakat.

Di dalam melakukan pemberdayaan, keterlibatan pihak yang

diberdayakan sangatlah penting sehingga tujuan dari pemberdayaan

dapat tercapai secara maksimal. Program yang mengikutsertakan

masyarakat memiliki beberapa tujuan, yaitu agar bantuan tersebut efektif

karena sesuai dengan kehendak dan mengenali kemampuan serta

(37)

yang diberdayakan dengan pengalaman merancang, melaksanakan, dan

mempertanggungjawabkan upaya peningkatan diri dan ekonomi.32

Dalam pemberdayaan, diperlukan suatu perencanaan yang

didalamnya terkandung prinsip-prinsip pemberdayaan, yaitu adanya

pihak-pihak yang memberdayakan (community worker) dan pihak yang

diberdayakan (masyarakat). Antara kedua pihak harus saling mendukung

sehingga masyarakat sebagai pihak yang akan diberdayakan bukan

hanya dijadikan objek, tetapi lebih diarahkan sebagai subjek (pelaksana).

Kartasasmita menyatakan bahwa proses pemberdayaan dapat

dilakukan melalui 3 proses33, yaitu:

1. menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang (enabling). Titik tolaknya adalah bahwa

setiap manusia memiliki potensi yang dapat dikembangkan.

Artinya tidak ada sumber daya manusia atau masyarakat tanpa

daya,

2. memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh masyarakat,

sehingga diperlukan langkah yang lebih positif, selain dari iklim

atau suasana,

3. memberdayakan juga mengandung arti melindungi. Dalam

proses pemberdayaan, harus dicegah yang lemah menjadi

32

Ginanjar Kartasasmita, Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat. (Jakarta: Bappenas, 1996), h. 249.

33

(38)

bertambah lemah, oleh karena kekurangberdayaannya dalam

menghadapi yang kuat.

Menurut Shardlow34 (Adi,2001:54-55), pemberdayaan pada

intinya membahas bagaimana kelompok atau individu komunitas

berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan

untuk membentuk masa depan yang sesuai dengan keinginan mereka

sendiri. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberdayaan

masyarakat adalah;

1. Masyarakat dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.

2. Masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan.

3. Proses pelaksanaan pembangunan sudah berdasarkan hukum dan

peraturan yang berlaku.

4. Proses pembangunan terlebih dahulu disosialisasikan kepada

masyarakat.

5. Respon masyarakat terhadap kegiatan program

pembangunan tersebut sudah baik.

6. Telah melibatkan masyarakat dalam musyawarah peran

pembangunan.

7. Hasil pelaksanaan pembangunan dapat dinikmati masyarakat.

8. Pemerintah dapat mempertanggungjawabkan hasil

pemberdayaan pelaksanaan pembangunan.

34

(39)

9. Terlaksananya demokrasi dalam musyawarah perencanaan

pembangunan.

10.Sesuai dengan permintaan atau harapan masyarakat dengan

program pemerintah yang terlaksana.

Menurut Soegijoko, terdapat tiga pendekatan dalam

pemberdayaan masyarakat. Pertama, pendekatan yang terarah, artinya

pemberdayaan masyarakat harus terarah yakni berpihak pada orang

miskin. Kedua, pendekatan kelompok, artinya secara bersama-sama

untuk memudahkan pemecahan masalah yang dihadapi. Ketiga,

pendekatan pendampingan, artinya selama proses pembentukan dan

penyelenggaraan kelompok masyarakat miskin perlu di dampingi oleh

pendamping yang profesional sebagai fasilisator, komentator dan

dinamisator terhadap kelompok untuk mempercepat tercapainya

kemandirian.35

3. Tujuan Pemberdayaan

Pemberdayaan menunjuk pada kemampuan orang, khususnya

kelompok lemah dan rentan sehingga mereka memilki kekuatan atau

kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka

memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan

pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kebodohan, dan bebas

35

(40)

dari kesakitan; (b) menjangkau sumber-sumber produktif yang memungkinkan

mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan memperoleh barang-barang

dan jasa-jasa yang mereka perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam proses

pembangunan dan keputusan-keputusan yang mempengaruhi mereka.36

Dalam hal ini Kartasasmita mengemukakan bahwa upaya

memberdayakan masyarakat harus dilakukan melalui tiga cara yaitu:

a. Menciptakan suasana iklim yang memungkinkan potensi

masyarakat berkembang, kondisi ini didasarkan pada asumsi

bahwa setiap individu dan masyarakat memiliki potensi yang dapat

dikembangkan. Hakikat dari kemandirian dan keberdayaan rakyat

adalah keyakinan bahwa rakyat memiliki potensi untuk

mengorganisasi dirinya sendiri dan potensi kemandirian tiap

individu perlu di berdayakan.

b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh rakyat dengan

menerapkan langkah-langkah nyata, menampung berbagai

masukan, menyediakan prasarana dan fasilitas yang dapat diakses

oleh lapisan masyarakat paling bawah.

c. Memberdayakan rakyat dalam arti melindungi dan membela

kepentingan masyarakat lemah. Dalam proses pemberdayaan harus

dicegah jangan sampai yang bertambah lemah atau makin

terpinggirkan dalam menghadapi yang kuat. Oleh karena itu,

36

(41)

perlindungan dan pemihakan kepada yang lemah amat mendasar

sifatnya dalam konsep pemberdayaan rakyat, melindungi dan

membela harus dilihat sebagai upaya untuk mencegah terjadinya

persaingan yang tidak berimbang dan eksploitasi atas yang

lemah.37

Dari penjelasan di atas, peneliti memahami bahwa tujuan

pemberdayaan dapat dilihat dari segi ekonomi, sosial dan hukum. Karena

dalam tujuan pemberdayaan masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasarnya

basic needs (sandang, pangan dan papan), dapat memperoleh pelayanan sosial,

kesehatan dan pendidikan serta mampu berpartisipasi dalam proses

pembangunan dan keputusan-keputusan yang dapat mempengaruhi

masyarakat. Dan upaya dalam memberdayakan masyarakat dapat dilakukan

melalui empat dasar pendekatan, yaitu komunikasi, informasi, edukasi dan

advokasi. Melalui keempat dasar ini pemberdayaan dapat dijalankan dengan

baik.

4. Indikator Pemberdayaan Masyarakat

Pemberdayaan mencakup tiga indikator yang meliputi kompetensi

kerakyatan, kemampuan sosiopolitik, dan kompetensi partisipatif sebagai

berikut:38

a. Indikator Kompetensi Kerakyatan

37

Ken blanched, Pemberdayaan Bukan Perubahan Sekejap Ed 2 (Yogyakarta, Amara Books 2002) cet ke 1 h. 151.

38Miftakhul Yakin, Azfandi. “Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesa

an di

(42)

Indikator kompetensi kerakyatan dipengaruhi oleh

pemberdayaan yang berbasis sosial ekonomi kerakyatan kemudian

difokuskan pada upaya menciptakan akses bagi setiap rumah tangga

dalam proses produksi seperti akses informasi, pengetahuan, dan

ketrampilan, akses untuk berpartisipasi dalam organisasi sosial dan

akses kepada sumber-sumber keuangan.

b. Indikator kemampuan sosiopolitik

Pemberdayaan sosiopolitik difokuskan pada upaya

menciptakan akses bagi setiap rumah tangga ke dalam proses

pengambilan keputusan publik yang mempengaruhi masa depannya.

c. Kompetensi partisipatif

Pendekatan pembangunan dilakukan melalui pembangunan

dengan sistem partisipatif. Artinya, hasil pembangunan bukan lagi

bersifat given dan charity, tapi lebih menggunakan model

pemberdayaan masyarakat. Masyarakat diperlakukan sebagai

subyek/pelaku pembangunan yang berperan aktif dalam upaya

menentukan bentuk program yang akan dilangsungkan. Atau dengan

kata lain pembangunan partisipatif adalah (1) pembangunan yang

memposisikan masyarakat sebagai subyek atas program pembangunan

yang diperuntukkan bagi kepentingan mereka sendiri; (2) Pelibatan

(43)

perencanaan-pelaksanaan-monitoring-evaluasi; dan (3) Pengerahan massa (baca: mobilisasi) diperlukan jika

program berupa padat karya.39

Untuk mencapai indikator keberdayaan tersebut diperlukan peran

pendamping bagi masyarakat miskin yang ingin di berdayakan tersebut, oleh

karenanya pekerjaan sebagai pendamping bukan merupakan suatu tugas yang

mudah. Pendampingan adalah suatu keahlian dapat dianggap sebagai suatu

misi.

Andres (1998) mengajukan tiga syarat sebagai suatu pendamping (fasilitator) pada pekerjaan pembangunan masyarakat desa, yaitu:

Pertama, pendamping harus memiliki kompetensi dan kapasitas kognitif serta pengetahuan yang dalam dan luas di bidangnya; kedua,

pendamping memiliki komitmen profesional, motivasi serta kematangan seperti yang ditujukan dalam pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan sebelumnya; dan ketiga, pendamping memiliki kemauan yang sangat kuat untuk membagi apa yang dianggapnya baik bagi sesamanya.40

Selain itu juga ada beberapa tugas sebagai pendamping yang berpusat

pada empat tugas, yakni: (1.) pemungkinan (enabling) atau fasilitasi, fungsi

ini berkaitan dengan pemberian motivasi dan kesempatan bagi masyarakat.

Beberapa tugas dalam fungsi ini melakukan mediasi, negosiasi, membangun

konsensus bersama, serta melakukan manajemen sumber. (2.) penguatan

(empowering) fungsi ini berkaitan dengan pendidikan dan pelatihan guna

memperkuat kapasitas masyarakat (capacity Building), pendamping berperan

aktif sebagai agen yang memberi masukan positif dan direktif serta bertukar

39

Ibid,. h. 367.

40Ghozali, “ implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

(44)

gagasan. (3.) perlindungan (protecting), berkaitan dengan interaksi antara

pendamping dengan lembaga-lembaga eksternal atas nama dan demi

kepentingan masyarakat dampingannya. (4.) pendukungan (supporting),

pendamping melakukan tugas dengan melakukan analisis sosial, mengelola

dinamika kelompok, menjalin relasi, bernegosiasi, berkomunikasi dan

mencari serta mengatur sumber dana.41

5. Tahap-tahap Pemberdayaan

Tahap-tahap pemberdayaan dalam praktik pekerjaan social memiliki

beberapa tahapan pemberdayaan masyarakat, sebagaimana yang

dikembangkan oleh Isbandi Rukminto, terdiri dari 7 tahapan, yakni tahap

pesiapan, tahap pengkajian (Assessment),tahap perencanaan alternatif program

atau kegiatan (designing), tahap pemformulasian rencana aksi, tahap

pelaksanaan program (implementasi), tahap monitoring evaluasi (monev) dan

tahap terminasi.

Tahapan tersebut bukanlah sebuah tahapan yang kaku dan hirarkis

antara satu tahap lainnya, melainkan tahapan yang fleksibel, sesuai dengan

panah yang ada disebelah kiri, yang menunjukan apabila satu tahapan telah

terlewati, masih membuka kemungkinan untuk kembali ke tahapan

sebelumnya, penjelasan tentang tahapan tersebut akan diuraikan sebagai

berikut :42

41

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama, 2008), h. 95-97.

42

(45)

Pertama: Tahap persiapan. Tahapan persiapan terdiri dari dua

hal, yakni:

a) Persiapan petugas (dalam hal ini tenaga community worker)

merupakan prasyarakat suksesnya suatu pemberdayaan masyarakat

dengan pendekatan Non-Directif. Penyiapan petugas ini diperlukan

untuk menyamakan persepsi mengenai konsep yang akan

dilaksanakan dalam program pemberdayaan masyarakat. Hal ini

dilakukan untuk menjaga kesamaan pandangan diantara tenaga

pengubah (change agent), terutama apabila tim pengubah berasal

dari latar belakang disiplin ilmu yang berbeda. Misalnya saja, ada

petugas ada petugas yang berlatar belakang sarjana Agama, sarjana

Ilmu Kesejahteraan Sosial, sarjana Pendidikan dan sarjana Sastra.

Sehingga perlu dilakukan pelatihan awal untuk menyamakan

persepsi mengenai program pemberdayaan masyarakat yang akan

dikerjakan di daerah tersebut, serta bagaimana teknik-teknik yang

akan dilakukan dalam melakukan perubahan di masyarakat.

b) Sedangkan pada tahap persiapan lapangan, petugas (community

worker) akan melakukan penyiapan lapangan. Pada awalnya

dilakukan melalui studi kelayakan terhadap daerah yang akan

dijadikan sasaran, baik dilakukan secara informal maupun formal.

Bila sudah ditemukan daerah yang ingin dikembangkan,

community worker harus mencoba menerobos jalur formal untuk

(46)

community worker juga tetap harus menjalin kontak dengan

tokoh-tokoh informal (informal leader) agar hubungan dengan

masyarakat dapat terjalin dengan baik. Pada tahap inilah terjadi

kontak dan kontrak awal dengan kelompok sasaran. Komunikasi

yang baik pada tahap awal biasanya akan mempengaruhi

keterlibatan warga pada fase berikutnya. Fase ini juga dikenal

sebagai fase engagement dalam suatu proses pemberdayaan

masyarakat.43

Kedua: Tahap Assessment, yakni tahap pengkajian yang

dilakukan untuk mengidentifikasi masalah yang dirasakan kelompok

sasaran sehingga menemukan apa kebutuhan yang mereka rasakan (felt

needs) dan juga apa sumber daya yang mereka miliki. Dalam proses

Assessment ini masyarakat sudah dilibatkan secara aktif agar mereka

dapat merasakan bahwa permasalahan permasalahan yang sedang

dibicarakan benar-benar permasalahan yang keluar dari pandangan

mereka sendiri. Di samping itu, pada tahap ini pelaku perubahan juga

memfasilitasi warga untuk menyusun prioritas dari permasalahan yang

akan ditindaklanjuti pada tahap berikutnya, yaitu tahap perencanaan.

Assessment yang dilakukan pada suatu komunitas dapat

dilakukan secara individual (individual assessment) melalui

tokoh-tokoh masyarakat ataupun anggota masyarakat tertentu. Tetapi dapat

juga dilakukan secara berkelompok (group assessment). Pada tahap

43

(47)

ini, petugas sebagai pelaku perubahan berusaha mengidentifikasi

masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya yang

dimiliki klien.

Ketiga: Tahap perencanaan alternatif program. Pada tahap

ini change agent secara partisipatif melibatkan warga untuk

merumuskan masalah yang mereka hadapi serta solusi yang sebaiknya

dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Penyusunan alternatif

program yang tepat, dengan mempertimbangkan sumber daya yang

ada, dapat dipikirkan sebagai solusi dari masalah yang dihadapi.44

Program dan kegiatan yang akan mereka kembangkan tentunya

harus disesuaikan dengan tujuan pemberian bantuan sehingga tidak

muncul program-program yang bersifat incidental (one shot

programme) ataupun charity (amal) yang kurang dapat dilihat

manfaatnya dalam jangka panjang. Dalam proses ini petugas bertindak

sebagai fasilitator yang membantu masyarakat berdiskusi dan

memikirkan program dan kegiatan apa saja yang tepat dilaksanakan

pada saat itu. Misalnya saja, dalam program kesehatan,

kegiatan-kegiatan apa saja yang dapat mereka lakukan, begitu pula dalam kaitan

dengan program pendidikan, kira-kira kegiatan apa saja yang dapat

mereka lakukan dengan mempertimbangkan beberapa sumber daya

yang ada.

44

(48)

Keempat: Tahap pemformulasian rencana aksi. Yakni tahap

menuangkan gagasan yang telah dirumuskan dalam tahap perencanaan

alternatif program ke dalam pernyataan kegiatan (proposal) secara

tertulis. Peran change agent dalam tahap ini adalah membantu sasaran

menuliskan rumusan program mereka dalam format yang layak untuk

diajukan kepada penyandang dana. Dalam tahap pemformulasian

rencana aksi ini, diharapkan community worker dan masyarakat sudah

dapat membayangkan dan menuliskan tujuan jangka pendek apa yang

akan mereka capai dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut.45

Kelima: Tahap pelaksanaan (implementasi) program. Tahap

pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial

(penting) dalam proses pengembangan masyarakat, keberhasilan dari

tahap ini tergantung dari kerja sama yang baik antara change agent

dengan warga masyarakat serta tokoh masyarakat setempat. Adanya

konflik diantara tiga komponen ini akan sangat mengganggu tahap

pelaksanaan program atau kegiatan pemberdayaan masyarakat.

Dalam upaya melaksanakan program pengembangan

masyarakat, peran masyarakat sebagai kader diharapkan dapat menjaga

keberlangsungan program yang telah dikembangkan. Kader ini

biasanya dipilih dari ibu-ibu rumah tangga ataupun pemudi yang masih

memiliki waktu luang dan mau melibatkan diri dalam kegiatan

tersebut.

45

(49)

Keenam: Tahap Monitoring dan evaluasi. Monitoring adalah

proses pengumpulan informasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi

selama proses implementasi atau penerapan program dengan cara

memantau program yang sedang berjalan. 46 Sedangkan Evaluasi

adalah perbandingan dari actual project dengan perencanaan strategi

yang telah disepakati.47 Evaluasi dikenal sebagai proses pengawasan

dari warga dan petugas terhadap program yang sedang berjalan pada

pengembangan masyarakat sebaiknya dilakukan dengan melibatkan

warga. Karena dengan keterlibatan warga pada tahap ini diharapkan

akan terbentuk suatu sistem dalam komunitas untuk melakukan

pengawasan secara internal. Sehingga dalam jangka panjang

diharapkan akan dapat membentuk suatu sistem dalam masyarakat

yang lebih „mandiri’ dengan memanfaatkan sumber daya yang ada.

Akan tetapi, kadang kala dari hasil pemantauan dan evaluasi ternyata

hasil yang dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan. Bila hal ini

terjadi maka evaluasi proses diharapkan akan dapat memberikan

umpan baik yang berguna bagi perbaikan suatu program ataupun

kegiatan. Sehingga apabila diperlukan dapat dilakukan kembali

assessment terhadap permasalahan yang dirasakan masyarakat ataupun

terhadap sumber daya yang tersedia. Karena pelaku perubahan juga

menyadari bahwa tolak ukur suatu masyarakat juga dapat berkembang

46

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 119.

47Ikosnomos, “Panduan Perencanaan, Monitoring, Evaluasi PNPM peduli,” artikel

(50)

sesuai dengan pemenuhan kebutuhan yang sudah terjadi. Evaluasi itu

sendiri dapat dilakukan pada input, proses dan hasil.48

Ketujuh: Tahap terminasi, yakni tahap “pemutusan” atau

pemberhentian program. Idealnya tahap ini dilakukan apabila

masyarakat atau komunitas sasaran benar-benar sudah “berdaya”.

Pemutusan hubungan dengan komunitas sasaran ini sebaiknya

dilakukan secara pelan-pelan, bertahap, tidak secara langsung

ditinggalkan begitu saja oleh change agent, sehingga dapat dipastikan

ketika agen perubah keluar dari komunitas tersebut, keadaan sudah

jauh berubah dan komunitas sasaran sudah kreatif mandiri. Meskipun

demikian, tidak jarang community worker tetap melakukan kontak

meskipun tidak secara rutin.49

6. Strategi dan intervensi Pemberdayaan

Pengembangan masyarakat lokal menurut Rothman (sebagaimana

diulas oleh Suharto, 2005:42) adalah pengembangan masyarakat yang

ditujukan untuk menciptakan kemajuan sosial dan ekonomi bagi masyarakat

melalui partisipasi aktif dan inisiatif anggota masyarakat itu sendiri. Anggota

masyarakat dipandang bukan sebagai masyarakat yang unik dan memiliki

48

Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial (Pekerjaan Sosial, Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan) (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013), h. 206.

49

(51)

potensi, hanya saja potensi tersebut belum sepenuhnya dikembangkan.50

Strategi pada dasarnya memiliki tiga arah yaitu:51

a. Pemihakan dan pemberdayaan masyarakat

b. Pemantapan otonomi dan pendelegasian wewenang dalam

pengelolaan pembangunan di daerah yang mengembangkan peran serta

masyarakat

c. Modernisasi melalui penajaman dan pemantapan arah perubahan

struktur sosial ekonomi dan budaya yang bersumber pada peran

masyarakat lokal.

Dalam beberapa situasi strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan

secara individual. Meskipun pada gilirannya strategi ini pun tetap berkaitan

dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber atau sistem

di luar dirinya. Dalam konteks pekerja sosial pemberdayaan dapat dilakukan

melalui:

a. Intervensi Mikro, yaitu pemberdayaan yang dilakukan secara

individu melalui bimbingan, konseling, stress Management, crisiss

intervention,. Tujuan utamanya adalah membimbing atau melatih

klien dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya. Model ini

50

Asep Usman Ismail, (Ed) Dan Ismet Firdaus, Dkk, Pengalaman Al-Qur’an “Tentang

Pemberdayaan Dhua’fa (Jakarta: Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, Dakwah Press, 2008) Cet. 1, h. 73.

51

Sumodiningrat Gunawan, Pemberdayaan Masyarakat & Jaring Pengaman Sosial

(52)

sering disebut sebagai pendekatan yang berpusat pada tugas (task

centered approach).

b. Intervensi Mezzo, yaitu pemberdayaan yang dilakukan terhadap

sekelompok klien. Pemberdayaan dilakukan dengan menggunakan

kelompok sebagai media intervensi. Pendidikan dan pelatihan,

dinamika kelompok biasanya digunakan sebagai strategi dalam

kesadaran, pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap klien agar

memiliki kemampuan memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

c. Intervensi Makro, pendekatan ini disebut sebagai sebagian strategi

sistem besar (large-system strategi) karena sasaran perubahan

diarahkan pada sistem lingkungan yang luas. Perumusan kebijakan,

perencanaan sosial, kampanye, lobying, pengorganisasian

masyarakat, manajemen konflik, adalah strategi dalam pendekatan

ini. Strategi sistem besar memandang klien sebagai orang yang

memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri,

dan untuk memilih serta menemukan strategi yang tepat untuk

bertindak.52

Intervensi makro mencakup berbagai metode profesional yang

digunakan untuk mengubah sistem sasaran yang lebih besar dari individu,

kelompok dan keluarga. Yaitu organisasi, komunitas baik setingkat lokal,

regional maupun nasional.53

52

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, h. 66.

53

(53)

B. Feminisme dan Gender

1. Teori Feminisme

Teori feminisime adalah sebuah generalisasi dari berbagai sistem

gagasan mengenai kehidupan sosial dan pengalaman manusia yang

dikembangkan dari persfektif yang terpusat pada wanita. Feminisme lahir

untuk menunjukan bagaimana penilaian tentang suatu kondisi sosial dimana

perempuan menempuh kehidupan mereka membuka kesempatan untuk

merekonstruksi dunia mereka dan menawarkan prospek kebebasan di masa

depan. Teori feminisme dalam teori sosiologi digolongkan menjadi 3

golongan. Pertama, feminisme liberal, kedua, feminisme Marxis, dan ketiga,

feminisme radikal.54

Pertama, Feminisme liberal memandang prasangka gender sebagai

persoalan ketidak-acuhan. Oleh sebab itu, sikap tidak acuh itu dapat

dihilangkan dengan memberlakukan undang-undang anti diskriminasi

terhadap individu-individu yang terkait dengan mempromosikan sikap-sikap

anti seksis.

Kedua, feminisme Marxis menjelaskan bahwa subordinasi perempuan

melayani kebutuhan akan kapitalisme. Dalam hubungan ekonomi dan

karakteristik gagasan dari mode kapitalisme produksi yang seharusnya

mencari struktur ketidaksetaraan yang secara tidak adil menghambat

54

Lisma Diawati Fuaida dan Nafsiyah Ariefuzzaman, Belajar Teori Pekerjaan Sosial

Gambar

Tabel 1.1 Rancangan Informan
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
Tabel 1.2. Manfaat Ekonomi Peserta Simpan Pinjam PNPM berdasarkan Sebelum

Referensi

Dokumen terkait

Hasil amplifikasi gen COI menggunakan DNA template ekstrak DNA genom rotifer terobservasi adanya pita DNA pada posisi sekitar 700 bp.Kualitas hasil pengurutan

Hasil penelitian diharapkan dapat berguna bagi seluruh pihak yang berkepentingan khususnya yang terkait dengan pengaruh rasio keuangan (PER, DER, EPS, ROA, CR, dan

1) Sesuai dengan sifat accesoir dari Hak Tanggungan, adanya Hak Tanggungan tergantung pada adanya piutang yang dijamin pelunasannya. Oleh karena itu, apabila piutang

2) That list can be composed of both mandatory and optional properties... 3) However, if all mandatory properties are not listed in the projection clause the WFS shall augment the

Dense point cloud created by VisualSFM from single circular flight over machine storage area using the NGA quadcopter with a GoPro flat lens camera..

UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN KERINCI.. Urusan Pemerintahan : 1

Berdasarkan hasil analisis data penelitian diketahui bahwa persepsi orang tua terhadap lembaga pendidikan anak usia dini di kecamatan sebangau, dapat disimpulkan sebagi berikut:

Keberhasilan pendekatan komunikatif dalam pembelajaran Nahwu tidak hanya ditentukan oleh pemahaman dosen / guru terhadap konsep-konsep serta strategi yang digunakan tetap