• Tidak ada hasil yang ditemukan

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Gangguan Perilaku Kekerasan Di Ruang Shinta Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Asuhan Keperawatan Pada Ny. S Dengan Gangguan Perilaku Kekerasan Di Ruang Shinta Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN

GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

Disusun Oleh :

ANISSYA NURUL H

J 200 090 023

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN Ny.S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA

RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Anissya Nurul H, 2012, 62 halaman )

ABSTRAK

Latar Belakang : Perilaku kekerasan yang ditemukan di Rumah Sakit Jiwa Daerah

Surakarta dari tahun ke tahun semakin meningkat dengan penyebab karena adanya

rasa kecewa pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

Tujuan : Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien perilaku kekerasan

meliputi pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan.

Hasil : Setelah dilakukan asuhan keperawatan 3 x 24 jam didapatkan rasa marah

dan jengkel klien terkontrol dengan cara nafas dalam dan pukul bantal, cara verbal

dan cara spritual serta klien minum obat secara mandiri. Sedangkan yang belum

tercapai dukungan dari keluarga, karena selama memberikan asuhan keperawatan

keluarga tidak datang.

Kesimpulan : Kerjasama antara tim kesehatan dan klien atau keluarga klien sangat

diperlukan untuk keberhasilan asuhan keperawatan pada klien, komunikasi

terapeutik dapat mendorong klien lebih kooperatif, peran keluarga sangat penting

dalam merawat klien dengan gangguan perilaku kekerasan.

Kata kunci : Perilaku kekerasan, marah, jengkel, cara mengntrol perilaku

(3)
(4)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gangguan jiwa adalah gangguan pikiran, perasaan atau tingkah laku

sehingga menimbulkan penderitaan dan terganggunya fungsi sehari-hari.

Angka kejadian perilaku kekerasan dari tahun ke tahun semakin meningkat

seiring semakin kompleknya permasalahan yang dihadapi manusia. Dari 11

pasien di Ruang Shinta RSJD Surakarta 4 diantaranya menderita gangguan jiwa

dengan perilaku kekerasan. Penyebab perilaku kekerasan yang dilakukan

berbeda-beda pada setiap klien. Sebagian besar disebabkan karena rasa kecewa

pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

B. Tujuan Laporan Kasus

1. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran untuk menerapkan asuhan keperawatan pada

pasien gangguan jiwa sesuai dengan masalah utama gangguan perilaku

kekerasan.

2. Tujuan Khusus

Dengan penyusunan laporan kasus ini, diharapkan nantinya dapat:

a. Melakukan pengkajian langung pada pasien dengan Perilaku Kekerasan.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pasien Perilaku Kekerasan.

c. Membuat perencanaan keperawatan pasien Perilaku Kekerasan.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pasien Perilaku Kekerasan.

(5)

METODE: Anamnesa, Analisa Data, Perumusan Diagnosa, Perencanaan,

Implementasi, dan Evaluasi

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian

Perilaku Kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang

melakukan tindakan yang membahayakan secara fisik, baik pada dirinya

sendiri maupun orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang

tidak terkontrol.

2. Etiologi

Perilaku kekerasan dapat disebabkan karena frustasi dan takut. Gejala

klinisnya percaya diri kurang, rasa bersalah terhadap diri sendiri, perasaan

malu terhadap diri sendiri akibat penyakit, gangguan hubungan sosial,

menciderai diri akibat harga diri yang rendah disertai harapan yang suram

Harga diri adalah perilaku individu tentang pencapaian diri dengan

menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan idial diri, dimana

gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perassaan negativ terhadap

(6)

3. Pohon masalah

Akibat

Masalah utama

Penyebab

Resiko menciderai diri sendiri,

orang lain dan lingkungan

Perilaku kekerasan

(7)

B. Tinjauan Keperawatan

1. Pengkajian (Riyadi, 2009)

a. Faktor Predisposisi

Faktor-faktor yang mendukung terjadinya masalah perilaku kekerasan

adalah faktor biologis, psikologis, perilaku, sosial kultural.

1) Faktor Psikologis

a) Frustration Aggression theory (teori agresif frustasi)

Menurut teori ini perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari

akumulasi frustasi. Frustasi terjadi apabila keinginan individu

untuk mencapai sesuatu yang gagal/terhambat. Keadaan

tersebut dapat mendorong individu berperilau agresif karena

perasaan frustasi akan berkurang melalui perilaku kekerasan.

b) Behavioral theory (teori perilaku)

Kemarahan adalah proses belajar. Hal ini dapat dicapai

apabila tersedia fasilitas/situasi yang mendukung.

c) Exstensial theory (teori eksistensi)

Bertingkah laku adalah kebutuhan dasar manusia, apabila

kebutuhan tersebut tidak dapat terpenuhi melalui berperilaku

konstruktif, maka individu akan memenuhinya melalui

berperilaku dekstruktif.

(8)

Reinforsement yang diterima pada saat melakukan kekerasan,

sering mengobservasi kekerasan dirumah, semua aspek ini

menstimulasi individu mengadopsi kekerasan yang diterima.

3) Faktor Biologis

a) Teori dorongan nilai

Teori ini menyatakan bahwa perilaku kekerasan disebabkan

oleh dorongan kebutuhan dasar yang kuat.

b) Teori psikomatik

Pengalaman marah adalah akibat dari respon psikologis

terhadap stimulus eksternal, internal, maupun lingkungan.

4) Faktor Sosial Kultural

a) Teori lingkungan

Lingkungan sosial akan mempengaruhi sikap individu dalam

mengekspresikan marah. Budaya tertutup dan membalas

secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti

terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah

perilaku kekerasan diterima.

b) Teori belajar sosial

Perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun

melalui proses sosialisasi.

b. Faktor Prespitasi

(9)

Bisa disebabkan karena kelemahan fisik, kurang percaya diri,

putus asa, dan perasaan ketidakberdayaan

2) Eksternal

Penganiayaan fisik, kehilangan orang yang disukai atau

dicintai, kritikan yang mengarah pada penghinaan.

3) Interaksi

2. Diagnosa Keperawatan

a. Risiko menciderai diri sendiri,orang lain dan lingkungan

berhubungan dengan perilaku kekerasan.

b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan konsep diri :

harga diri rendah.

3. Fokus Intervensi (Azizah, 2011)

a. Diagnosa keperawatan : Risiko menciderai diri berhubungan dengan

perilaku kekerasan

Tujuan Umum :

Klien dapat mengontrol perilaku kekerasan yang dialaminya.

Tujuan Khusus :

1) TUK I : Membina hubungan saling percaya

2) TUK II : Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku

kekerasan

3) TUK III : Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku

(10)

4) TUK IV : Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan

yang biasa dilakukan.

5) TUK V : Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku

kekerasan.

6) TUK VI : Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam

berespon terhadap kemarahan.

7) TUK VII : Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol

perilaku kekerasan

8) TUK VIII : Klien mendapat dukungan keluarga dalam

mengontrol perilaku kekerasan

9) TUK IX : Klien dapat menggunakan obat dengan benar sesuai

program pengobatan

HASIL

Pada bagian ini, penulis akan memaparkan hasil dari asuhan keperawatan pada

kasus Ny. S dengan gangguan perilaku kekerasan dengan menjelaskan masalah

keperawatan yang muncul pada kasus tersebut.

A. Diagnosa Keperawatan yang Muncul di Kasus

1. Risiko menciderai diri sendiri,orang lain dan lingkungan berhubungan dengan

perilaku kekerasan.

(11)

mengungkapkan tidak dapat melihat jelas, pandangan buram dan tampak

klien mengatakan jengkel pada suaminya, klien mengatakan jengkel pada

keluarganya yang belum menjenguknya, klien mengatakan mengamuk dan

pernah merusak barang – barang di rumahnya termasuk memecah kaca

berwarna merah.

B. Pelaksanaan Tindakan dan Evaluasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa

keperawatan yang telah dijelaskan diatas sebagai berikut:

1. Diagnosa: Risiko menciderai diri sendiri,orang lain dan lingkungan

berhubungan dengan perilaku kekerasan.

Tindakan keperawatan telah dilakukan sesuai rencana keperawatan yang

ditetapkan menurut Azizah (2011). Telah dilakukan evaluasi dengan respon

klien mengatakan senang bisa berkenalan dengan perawat, klien mengatakan

senang bisa berbincang-bincang dengan perawat, klien mengatakan sudah tahu

akibat dari perilaku kekerasan, klien mengatakan sudah bisa mengontrol

marahnya dengan cara positif, klien sudah tenang setelah melakukan nafas

dalam, pukul bantal, cara verbal dan berdoa dan klien mengatakan sudah bisa

(12)

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan uraian diatas mengenai perilaku kekerasan dan pelaksanaan asuhan

keperawatan terhadap klien, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai

berikut :

1. Saat memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan

ditemukan adanya perilaku harga diri rendah sehingga perlu dilakukan

pendekatan secara terus menerus, membina hubungan saling percaya yang

dapat menciptakan suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan

keperawatan yang diberikan.

2. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya dengan

perilaku kekerasan, klien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai

sistem pendukung yang mengerti keadaaan dan permasalahan dirinya.

Disamping itu perawat atau petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran

keluarga dalam memberikan data yang diperlukan dan membina kerjasama

dalam memberi perawatan pada klien. Dalam hal ini penulis dapat

menyimpulkan bahwa peran serta keluarga merupakan faktor penting dalam

proses penyembuhan klien.

A. Saran-saran

1. Dalam memberikan asuhan keperawatan hendaknya perawat mengikuti

langkah-langkah proses keperawatan dan melaksanakannya secara sistematis

(13)

2. Dalam menangani kasus perilaku kekerasan hendaknya perawat melakukan

pendekatan secara bertahap dan terus menerus untuk membina hubungan

saling percaya antara perawat klien sehingga tercipta suasana terapeutik

dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang diberikan.

3. Bagi keluarga klien hendaknya sering mengunjungi klien dirumah sakit,

sehingga keluarga dapat mengetahui perkembangan kondisi klien dan dapat

membantu perawat bekerja sama dalam pemberian asuhan keperawatan bagi

klien.

4. Untuk Rumah Sakit banyak klien di RSJ yang jarang dikunjungi keluarga,

hendaknya pihak Rumah Sakit melibatkan keluarga dalam proses perawatan

klien dan meningkatkan kualitas pelayanan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada klien dengan gangguan jiwa.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Azizah. M. L. (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Dalami, E. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta : Trans Info Medika.

Febrida, Melly. ( 2007 ). Gangguan Jiwa Atau Sakit Jiwa. Jakarta: EGC.

Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Lp dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Herman, A. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.

Keliat. B. A ( 2005 ). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Kusumawati, F. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.

Maramis. ( 2009 ). Ilmu Kedokteran Jiwa, Edisi 2. Jakarta : Airlangga University Press.

Nurjanah, I. ( 2005 ). Aplikasi Proses Keperawatan. Yogyakarta : Mocomedika.

Riyadi, S. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Stuart, G.W. Sundeen, S.S. (2001). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Jakarta : EGC.

Towsend, Marry. (2006). Diagnosa Keperawatan Psikiatri, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Yosep, I. (2007). Keperawatan Jiwa, Edisi 1. Jakarta : Refika Aditama.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian, maka saran yang dapat disampaikan yaitu pihak BRI Kantor Cabang Hayam Wuruk disarankan untuk lebih memperhatikan

Semua buku sumber belum ada yang ditulis Braille sehingga harus dibacakan oleh teman. 40) Hambatan apakah yang dihadapi oleh bapak dan ibu tentang keterbatasan alat peraga bagi

[r]

Lawrie, R. Pergamon Press, Oxford. Staphylococcus aureus and food Poisoning. Microbiology: Essential and Application. McGrawHill Book Company,New York. Pengaruh penambahan

Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI) adalah surat izin yang harus dimiliki setiap kapal perikanan berbendera asing yang digunakan oleh Perusahaan Perikanan Indonesia yang telah

Set kriteria klasifikasi kesesuaian lahan yang dihasilkan sejalan dengan kelas kesesuaian lahan berdasarkan indeks produksi sesuai FAO (1983) diverifikasi dengan melakukan

Program konservasi melalui pengelolaan KKP dan pembentukan UPTD KKP Raja Ampat sudah dilakukan melalui koordinasi dengan berbagai pihak, walaupun diwarnai