xvi INTISARI
Pada penelitian ini akan disintesis senyawa 2-(4’-hidroksi-3’ -metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion dari sikloheksana-1,3-dion dan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida menggunakan katalis asam klorida. Penggunaan katalis HCl bertujuan untuk meningkatkan rendemen senyawa target dibandingkan dengan rendemen katalis kalium hidroksida sebesar 13%. Penggunaan katalis HCl memiliki keunggulan dibandingkan KOH yaitu dapat meningkatkan elektrofilisitas dari 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida sehingga mempermudah terjadinya reaksi.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental deskriptif non-analitik. Sintesis dilakukan berdasarkan kondensasi aldol silang dengan mereaksikan 4 mmol sikloheksana-1,3-dion dan 4 mmol 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida dengan katalis HCl menggunakan metode solid phase reaction. Senyawa hasil sintesis dianalisis dengan: pemeriksaan organoleptis, kelarutan, titik lebur, kromatografi lapis tipis (KLT) dengan fase diam silika gel F254 dan fase gerak etil asetat : kloroform (1:5), kromatografi cair, dan elusidasi struktur dengan spektroskopi massa, spektroskopi inframerah (IR), spektroskopi proton resonansi magnet inti (1H-NMR) dan dihitung jumlah rendemennya.
Senyawa hasil sintesis berupa kristal putih, tidak berbau dengan rerata rendemen sebesar 12,4% yang larut dalam kloroform, etil asetat, dan aseton. Kromatogram KLT menunjukkan adanya senyawa baru dengan Rf sebesar 0,30. Kromatogram kromatografi cair menunjukan kemurnian senyawa hasil sintesis sebesar 100% dan jarak lebur sebesar 238,42 – 239,16°C. Hasil elusidasi struktur dengan spektroskopi massa, spektroskopi IR, dan 1H-NMR menunjukkan senyawa hasil sintesis adalah 9-(4'-hydroxy-3'-methoxyphenyl)-3,4,5,6,7,9-hexahydro-1H-xanthene-1,8-dione.
xvii ABSTRACT
In this study, 2-(4’-hydroxy-3’-methoxybenzylidene) cyclohexane-1,3-dione was tempted to be synthesized from cyclohexane-1,3-cyclohexane-1,3-dione and 4-hydroxy-3-methoxybenzaldehide using hydrochloric acid as catalyst. Hydrochloric acid was used to improve the reaction yield compared to the reaction potassium hydroxide which give 13% of yield. This is due to the increasing electrophilicity of 4-hydroxy-3-methoxybenzaldehide by the application of acid catalyst, thus make this starting compound more reactive.
It was a non-experimental descriptive non-analytical research which conducted based on the crossed aldol condensation reaction by reacting 4 mmole of cyclohexane-1,3-dione and 4 mmole of 4-hydroxy-3-methoxybenzaldehyde with hydrochloric acid as the catalyst, using the solid phase reaction method. The yield then weighted, and analyzed with organoleptic test, solubility test, melting point test, thin layer chromatography using silica gel F254 as the stationary phase and ethyl acetate : chloroform (1:5) as the mobile phase, infrared spectrophotometry, mass spectroscopy, and proton nuclear magnetic resonance spectroscopy (1H-NMR).
The yield of the reaction was white crystal with no specified odor and the yield values was 12.4%. The yield is soluble in chloroform, ethyl acetate, aceton. TLC analysis showed a new chemical substance with Rf value of 0.30. The 100% purity of the yield has been proven by liquid chromatography analysis. The melting point range were 238.42 – 239.16°C. The results of structure elucidation analysis by infrared spectrophotometry, mass spectroscopy, and 1H-NMR spectroscopy concluded that the compound was 9-(4'-hydroxy-3'-methoxyphenyl)-3,4,5,6,7,9-hexahydro-1H-xanthene-1,8-dione.
Key words : 2-(4’-hydroxy-3’-methoxybenzilidene) cyclohexane-1,3-dione, solid phase reaction, crossed aldol condensation reaction, 9-(4'-
i
SINTESIS SENYAWA 2-(4’-HIDROKSI-3’-METOKSIBENZILIDENA) SIKLOHEKSANA-1,3-DION DARI SIKLOHEKSANA-1,3-DION DAN
4-HIDROKSI-3-METOKSIBENZALDEHIDA DENGAN KATALIS ASAM
KLORIDA MENGGUNAKAN METODESOLID PHASE REACTION
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh :
Monica Sabrina Widiapranolo NIM : 108114104
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan untuk :
Papa dan Mama yang selalu mendoakan, mendukung, dan
menyayangiku;
Adikku tersayang, Michelle dan Eugenia yang selalu
menghiasi hariku dengan canda dan tawa;
Pa Nugroho yang telah mengajarkanku banyak hal; Someone special-ku, Kenny yang selalu ada dalam tawa dan
tangisku; serta
Ko Wawan atas semangat hidup dan perjuangan yang
vi PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“SINTESIS 2-(4’-HIDROKSI-3’-METOKSIBENZILIDENA)
SIKLOHEKSANA-1,3-DION DARI SIKLOHEKSANA-1,3-DION DAN 4-HIDROKSI-3-METOKSIBENZALDEHIDA DENGAN KATALIS ASAM
KLORIDA MENGGUNAKAN METODE SOLID PHASE REACTION”.
Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Selama proses penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
2. Jeffry Julianus, M.Si., selaku dosen pembimbing yang tak pernah henti memberikan arahan, dukungan, dan saran dalam penelitian serta penyusunan skripsi ini.
3. Enade Perdana Istyastono, Ph.D., Apt., selaku dosen penguji atas masukan dan saran selama proses penelitian.
4. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt., selaku dosen penguji atas masukan kritik dan saran selama proses penelitian.
5. Dr. Sri Hartati Yuliani, Apt., selaku kepala laboratorium Farmasi atas ijin yang diberikan kepada penulis dalam penggunaan laboratorium.
6. Pak Parlan, Mas Kunto, Mas Bimo, Mas Wagiran, Pak Musrifin, serta segenap laboran Fakultas Farmasi yang telah membantu selama proses pengerjaan penelitian di laboratorium.
vii
8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini mengingat keterbatasan dan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan mendukung perkembangan ilmu pengetahuan.
ix
DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... v
PRAKATA ... vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
INTISARI... xvi
ABSTRACT ... xvii
BAB I PENGANTAR ... 1
A.Latar Belakang ... 1
1. Rumusan masalah ... 4
2. Keaslian penelitian ... 5
3. Manfaat penelitian ... 5
x
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA ... 7
A.Kanker ... 7
B. Sintesis 2- -hidroksi- -metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion ... 8
C.Metode Pemurnian dan Pemeriksaan Kemurnian Senyawa Hasil Sintesis ... 12
1. Pemeriksaan organoleptis ... 12
2. Pemeriksaan kelarutan ... 13
3. Rekristalisasi ... 13
4. Pemeriksaan titik lebur ... 15
5. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) ... 15
6. Liquid Chromatography (LC) ... 16
D.Elusidasi Struktur ... 17
1. Spektrofotometri Inframerah (Infrared Spectrophotometry) ... 17
2. Spektroskopi Massa (Mass Spectroscopy) ... 18
3. Proton Nuclear Magnetik Resonance Spectroscopy (1H-NMR) ... 19
E. Landasan Teori ... 20
F. Hipotesis ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
A.Jenis dan Rancangan Penelitian ... 22
B. Definisi Operasional ... 22
C.Bahan Penelitian ... 23
D.Alat Penelitian ... 23
xi
1. Sintesis 2- -hidroksi- -metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion .. 24
2. Analisis senyawa hasil sintesis ... 24
F. Analisis Hasil ... 27
1. Perhitungan rendemen ... 28
2. Analisis pendahuluan ... 29
3. Pemeriksaan kemurnian dari senyawa hasil sintesis ... 29
4. Elusidasi struktur ... 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29
A.Sintesis 2- -hidroksi- -metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion ... 29
B. Analisis Pendahuluan ... 32
1. Pemeriksaan organoleptis ... 32
2. Pemeriksaan kelarutan ... 33
3. Pemeriksaan titik lebur ... 34
4. Pemeriksaan kemurnian dengan kromatografi lapis tipis (KLT) ... 35
5. Kromatografi cair ... 37
C.Elusidasi Struktur Senyawa Hasil Sintesis ... 39
1. Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis dengan spektroskopi massa .... 39
2. Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis dengan spektrofotometri inframerah ... 41
3. Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis dengan 1H-NMR ... 45
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 53
A.Kesimpulan... 53
xii
DAFTAR PUSTAKA ... 54
LAMPIRAN ... 58
xiii
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel I. Istilah kelarutan zat menurut Farmakope Indonesia IV ... 14
Tabel II. Perbandingan sifat fisik senyawa hasil sintesis dan starting material
... 32
Tabel III. Perbandingan kelarutan senyawa hasil sintesis dan starting
material ... 34
Tabel IV. Jarak lebur senyawa hasil sintesis dan starting material ... 35
Tabel V. Nilai Rf senyawa hasil sintesis dan starting material ... 37
Tabel VI. Perbedaan hasil interpretasi spektra inframerah senyawa hasil
sintesis dengan starting material ... 45
xiv
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 1. Gugusan metilen aktif pada kurkumin ... 2
Gambar 2. Peningkatan elektrofilisitas dari 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida dengan adanya pengaruh asam ... 4
Gambar 3. Mekanisme reaksi pembentukan senyawa 2- hidroksi -metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion ... 11
Gambar 4. Sikloheksana-1,3-dion dengan enam hidrogen alfa dan dua gugus karbonil ... 29
Gambar 5. Penampakan lempeng KLT di bawah sinar UV 254 nm ... 36
Gambar 6. Kromatogram LC senyawa hasil sintesis ... 38
Gambar 7. Spektra massa senyawa hasil sintesis ... 40
Gambar 8. Interpretasi spektra massa senyawa hasil sintesis... 41
Gambar 9. Spektra inframerah senyawa hasil sintesis (pellet KBr) ... 42
Gambar 10. Spektra inframerah sikloheksana-1,3-dion (pellet KBr)... 43
Gambar 11. Spektra inframerah 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida (pellet KBr) ... 44
Gambar 12. Pembagian tipe proton dari perkiraan struktur senyawa hasil sintesis... 45
Gambar 13. Spektra 1H-NMR senyawa hasil sintesis ... 46
Gambar 14. Usulan mekanisme reaksi pembentukan
xv
DAFTAR LAMPIRAN
halaman
Lampiran 1. Data Penimbangan StartingMaterial dan Perhitungan
Massa Senyawa Hasil Sintesis Secara Teoretis... 58
Lampiran 2. Data Penimbangan dan Perhitungan Rendemen Senyawa Hasil Sintesis ... 61
Lampiran 3. Dokumentasi Proses Sintesis Senyawa 2- hidroksi -metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion ... 62
Lampiran 4. Perhitungan Indeks Polaritas Fase Gerak ... 64
Lampiran 5. Perhitungan Nilai Rf Senyawa Hasil Sintesis ... 65
Lampiran 6. Kondisi Alat Kromatografi Cair ... 67
Lampiran 7. Kromatogram LC Senyawa Hasil Sintesis ... 68
Lampiran 8. Spektra Massa Senyawa Hasil Sintesis ... 69
Lampiran 9. Spektra Inframerah Senyawa Hasil Sintesis (pellet KBr) ... 70
Lampiran 10. Spektra Inframerah Sikloheksana-1,3-dion (pellet KBr) ... 71
Lampiran 11. Spektra Inframerah 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida (pellet KBr) ... 72
Lampiran 12. Data Uji Titik Lebur Senyawa Hasil Sintesis... 73
Lampiran 13. Data Uji Titik Lebur Sikloheksana-1,3-dion ... 74
xvi
INTISARI
Pada penelitian ini akan disintesis senyawa 2- hidroksi
-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion dari sikloheksana-1,3-dion dan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida menggunakan katalis asam klorida. Penggunaan katalis HCl bertujuan untuk meningkatkan rendemen senyawa target dibandingkan dengan rendemen katalis kalium hidroksida sebesar 13%. Penggunaan katalis HCl memiliki keunggulan dibandingkan KOH yaitu dapat meningkatkan elektrofilisitas dari 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida sehingga mempermudah terjadinya reaksi.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental deskriptif non-analitik. Sintesis dilakukan berdasarkan kondensasi aldol silang dengan mereaksikan 4 mmol sikloheksana-1,3-dion dan 4 mmol
4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida dengan katalis HCl menggunakan metode solid phase
reaction. Senyawa hasil sintesis dianalisis dengan: pemeriksaan organoleptis, kelarutan, titik lebur, kromatografi lapis tipis (KLT) dengan fase diam silika gel
F254 dan fase gerak etil asetat : kloroform (1:5), kromatografi cair, dan elusidasi
struktur dengan spektroskopi massa, spektroskopi inframerah (IR), spektroskopi
proton resonansi magnet inti (1H-NMR) dan dihitung jumlah rendemennya.
Senyawa hasil sintesis berupa kristal putih, tidak berbau dengan rerata rendemen sebesar 12,4% yang larut dalam kloroform, etil asetat, dan aseton.
Kromatogram KLT menunjukkan adanya senyawa baru dengan Rf sebesar 0,30.
Kromatogram kromatografi cair menunjukan kemurnian senyawa hasil sintesis sebesar 100% dan jarak lebur sebesar 238,42 239,16°C. Hasil elusidasi struktur
dengan spektroskopi massa, spektroskopi IR, dan 1H-NMR menunjukkan senyawa
hasil sintesis adalah
9-(4'-hydroxy-3'-methoxyphenyl)-3,4,5,6,7,9-hexahydro-1H-xanthene-1,8-dione.
xvii
ABSTRACT
In this study, 2- -hydroxy- -methoxybenzylidene)
cyclohexane-1,3-dione was tempted to be synthesized from cyclohexane-1,3-cyclohexane-1,3-dione and 4-hydroxy-3-methoxybenzaldehide using hydrochloric acid as catalyst. Hydrochloric acid was used to improve the reaction yield compared to the reaction potassium hydroxide which give 13% of yield. This is due to the increasing electrophilicity of 4-hydroxy-3-methoxybenzaldehide by the application of acid catalyst, thus make this starting compound more reactive.
It was a non-experimental descriptive non-analytical research which conducted based on the crossed aldol condensation reaction by reacting 4 mmole of cyclohexane-1,3-dione and 4 mmole of 4-hydroxy-3-methoxybenzaldehyde with hydrochloric acid as the catalyst, using the solid phase reaction method. The yield then weighted, and analyzed with organoleptic test, solubility test, melting
point test, thin layer chromatography using silica gel F254 as the stationary phase
and ethyl acetate : chloroform (1:5) as the mobile phase, infrared spectrophotometry, mass spectroscopy, and proton nuclear magnetic resonance
spectroscopy (1H-NMR).
The yield of the reaction was white crystal with no specified odor and the yield values was 12.4%. The yield is soluble in chloroform, ethyl acetate, aceton.
TLC analysis showed a new chemical substance with Rf value of 0.30. The 100%
purity of the yield has been proven by liquid chromatography analysis. The melting point range were 238.42 239.16°C. The results of structure elucidation
analysis by infrared spectrophotometry, mass spectroscopy, and 1H-NMR
spectroscopy concluded that the compound was 9-(4'-hydroxy-3'-methoxyphenyl)-3,4,5,6,7,9-hexahydro-1H-xanthene-1,8-dione.
Key words : 2-(4 -hydroxy-3 -methoxybenzilidene) cyclohexane-1,3-dione, solid phase reaction, crossed aldol condensation reaction, 9-(4'-
1 BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Kanker merupakan salah satu penyebab utama kematian di dunia. Pada tahun 2008, WHO melaporkan sekitar 7,6 juta (13%) orang meninggal akibat kanker (WHO, 2013). Penyakit kanker disebabkan adanya abnormalitas pembelahan (proliferasi) sel yang dapat menginvasi jaringan lain dan menyebar ke organ lainnya, bahkan dapat menimbulkan kematian. Pada sel tumor, proliferasi yang sangat cepat disebabkan oleh adanya ekspresi berlebih protein
NF-kB(Lee, Jeon, Kim, Song, 2007; Hanahan and Weinberg, 2011). Sampai saat ini, masih dilakukan pengembangan dalam pengobatan kanker untuk meningkatkan kualitas hidup dari penderita penyakit kanker.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa gugusan α,β-unsaturated
karbonil pada senyawa kurkumin dapat mendeaktivasi proteinNF-κBoleh adanya reaksi antara gugusan α,β-unsaturated karbonil dan residu sistein pada protein
-hidroksi-3’-metoksife aktivitas sebagai inhi Oleh karena itu, sen 1,3-dion secara in sili NF-κByang lebih baik
Senyawa 2-merupakan senyawa reaksi kondensasi aldol suatu senyawa keton suatu senyawa aldehida
Berdasarkan 3’-metoksibenzilidena
oksifenil)-2,4-dioxo-5-heksenal, sedangkan vanilin, merupakan produk minor yang dihasilkan (Wa
ambar 1. Gugusan metilen aktif pada kurkumin
na itu pada penelitian ini akan disintesis se oksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion yang merup olongan enona, dimana telah diketahui bahwa n dapat menghambat ekspresi proteinNF-kB(Webe
nelitian yang dilakukan Limanto (2013) menunj droksi-3’-metoksibenzilidena)
sikloheksana-1,3-nhibitor protein NF-κB secara in silico (Webe senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena)
silico diharapkan memiliki aktivitas sebagai inhi h baik dari kurkumin sehingga layak untuk disinte
2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) siklohe a α,β-unsaturated karbonil yang dapat dipe aldol silang antara sikloheksana-1,3-dion ya ton dan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida ya
hida dengan adanya katalis asam ataupun basa kua an penelitian Limanto (2013), sintesis senyawa dena) sikloheksana-1,3-dion dengan katalis basa
Gambar 2. Peningk
Sintesis seny 1,3-dion dilakukan de merupakan salah satu reaksi kimia dilakuka banyak, sehingga jum diminimalisir (Palleros,
senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) n dengan menggunakan metode solid phase
satu aplikasi dari “Green Chemistry”, dimana pe kukan dengan menggunakan pelarut dalam jum jumlah bahan berbahaya atau limbah yang di eros, 2004). Penggunaan metode solid phase
2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) siklohe rikan keuntungan, antara lain: pengerjaan prose n sederhana, rendemen yang besar, reaksi sa
amah lingkungan.
asalah
awa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) si disintesis dari sikloheksana-1,3-dion dan ldehida dengan katalis asam klorida (HCl)
d phase reaction?
sintesis senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksi -1,3-dion dengan katalis asam klorida membe
ik dibandingkan dengan katalis kalium hidroksi
sibenzaldehida
na)
sikloheksana-phase reaction yang pengerjaan suatu
umlah yang tidak dihasilkan dapat
phase reaction pada oheksana-1,3-dion oses sintesis yang ksi samping dapat
sikloheksana-1,3-2. Keaslian penelitian
Sejauh penelusuran yang telah dilakukan oleh peneliti, penelitian yang berjudul “sintesis senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion dari sikloheksana-sikloheksana-1,3-dion dan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida dengan katalis asam klorida (HCl) menggunakan metodesolid phase reaction” belum pernah dilakukan. Senyawa sejenis yang pernah disintesis adalah senyawa 2-benzilidensikloheksana-1,3-dion menggunakan katalis natrium hidroksida (Istyastono, Yuniarti, dan Jumina, 2009), senyawa 2-(4’ -klorobenzilidena) sikloheksana-1,3-dion dengan katalis kalium hidroksida (Christy, 2010), senyawa 2-(4’-hidroksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion menggunakan katalis kalium hidroksida (Setiawati, 2012), senyawa 2-(4’ -hidroksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion menggunakan katalis asam klorida (Santoso, 2012), dan senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion menggunakan katalis kalium hidroksida (Limanto, 2013).
3. Manfaat penelitian a. Manfaat teoretis
b. Manfaat metodologi
Memberikan informasi terkait tata cara dan kondisi dari sintesis senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion dari sikloheksana-1,3-dion dan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida dengan katalis asam klorida (HCl) menggunakan metodesolid phase reaction. c. Manfaat praktis
Memberikan informasi mengenai penggunaan metode yang ramah lingkungan (Green Chemistry) untuk melakukan sintesis senyawa 2-(4’ -hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion dengan katalis asam klorida (HCl).
B. Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui apakah senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion dapat disintesis dari sikloheksana-1,3-dion dan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida dengan katalis asam klorida (HCl) menggunakan metodesolid phase reaction.
7 BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Kanker
Kanker merupakan penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel yang tidak normal dimana sel tumbuh dengan sangat cepat, tidak terkontrol, dan tidak berirama yang dapat menginvasi jaringan tubuh normal sehingga mempengaruhi fungsi tubuh (NCI, 2013). Menurut data WHO (World Health Organization), pada tahun 2008 7,6 juta orang di dunia meninggal akibat kanker (WHO, 2013).
Secara umum, ciri-ciri dari sel kanker antara lain memiliki kemampuan mencukupi signal pertumbuhan sendiri, tidak sensitif terhadap signal antipertumbuhan, dapat menghindari proses apoptosis, memiliki potensi replikasi yang tidak terbatas (immortal), memiliki kemampuan membentuk pembuluh darah baru (angiogenesis), dapat menginvasi jaringan lain dan masuk ke peredaran darah (Hanahan and Weinberg, 2011).
dalam penemuan obat antikanker baru yaitu dengan menjadikan protein NF-κB sebagai target (Dolcet, Llobet, Pallares, Guiu, 2005).
Menurut penelitian Weber et al. (2006), salah satu senyawa alam yang diketahui memiliki aktivitas antikanker sebagai inhibitor NF-κB yaitu kurkumin dimana gugusan α,β-unsaturated karbonil (enon) pada kurkumin diperkirakan dapat menginaktivasi protein NF-κB sehingga sel kanker tidak dapat melakukan proliferasi dan akan mati. Adanya kematian sel kanker ini disebabkan interaksi antara gugusan α,β-unsaturated karbonil dan residu sistein pada protein NF-κB yang mengakibatkan proteinNF-κBmenjadi tidak aktif (Surh, 2008).
H3CO
Gambar 3. Analisis diskoneksi senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion
Sikloheksana-1,3-dion memiliki rumus molekul C6H8O2 dengan berat molekul 112,12 g/mol dengan bentuk serbuk kristalin, titik lebur 103-105oC dan titik didih 235,1oC. Senyawa ini larut dalam air dan pelarut lainnya, seperti alkohol dan kloroform (Lide, 2004). Sedangkan senyawa 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida yang dikenal dengan nama dagangnya, yaitu vanilin memiliki rumus molekul C8H8O3, memiliki berat molekul 152,15 g/mol. Vanilin murni berupa kristal jarum berwarna putih atau krem (mengkilat) dengan karakteristik aroma vanila dan rasa manis, larut dalam aseton, larutan alkali hidroksida, kloroform, eter, metanol, dan minyak dan dapat teroksidasi pada kondisi udara yang lembab dan paparan sinar matahari secara langsung. Berat jenis vanilin adalah 1,056 g/mL dengan titik leleh 80-81oC dan titik didih pada 285oC. Di bidang kimia analitik, vanilin dapat digunakan sebagai pereaksi (Rowe, Shesky dan Quinn, 2009).
menyediakan suatu rut katalis memiliki energ
Katalis yang metoksibenzilidena)-si suasana asam, atom oksi terprotonasi dan mem alfa (α) untuk mengha yang berfungsi seba nukleofilisitas pada karbonil pada senya senyawa 2-(4’-hid melepaskan molekul a
u rute alternatif bagi reaksi. Rute alternatif yang nergi aktivasi yang rendah (Oxtoby, Gillis dan N ang digunakan dalam sintesis senyawa
2-)-sikloheksana-1,3-dion adalah katalis asam oksigen pada gugus karbonil pada sikloheksana embentuk intermediate kation sehingga dapat ghasilkan sebuah enol netral (McMurry, 2004) sebagai nukleofil. Pembentukan enol akan da Cα sikloheksana-1,3-dion dan akan meny
Gambar 3. Mek m
Pada penelit NaOH. Hal ini dilakuka hidroksi-3-metoksibenz Gugus hidroksi fenol lebih asam dibandingka
ekanisme reaksi pembentukan senyawa 2-(4’-hid metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion
nelitian ini tidak digunakan katalis basa kuat kukan untuk mencegah gugus hidroksi fenolik pa benzaldehida yang bersifat asam menjadi O- ( nolik pada senyawa 4-hidroksi-3-metoksibenza
ngkan Hαpada senyawa sikloheksana-1,3-dion. KOH akan cenderung lebih bereaksi dengan hi
3-metoksibenzaldehida dibandingkan denga dion sehingga membentuk ion fenoksida (O-).
at bereaksi dengan C karbonil pada sikloheksan dan menyebabkan senyawa target tidak terbentuk.
-hidroksi-3’-n hidroksi fe-hidroksi-3’-nolik ngan Hα dari
seperti HCl akan memprotonasi atom oksigen pada sikloheksana-1,3-dion sehingga membentuk enol yang kemudian bereaksi dengan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida membentuk senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion. Selain itu penggunaan katalis asam mengarahkan reaksi melalui kontrol termodinamika sehingga reaksi berjalan lebih lambat dibandingkan dengan penggunaan katalis basa, tetapi memberikan reaksi samping yang lebih kecil sehingga rendemen yang didapatkan lebih besar. Penggunaan katalis asam juga dapat meningkatkan elektrofilisitas dari C karbonil 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida sehingga lebih mudah diserang oleh enol yang terbentuk.
C. Metode Pemurnian dan Pemeriksaan Kemurnian Senyawa Hasil Sintesis 1. Pemeriksaan organoleptis
Uji organoleptis adalah uji yang paling sederhana dan memuat paparan mengenai sifat suatu zat secara umum meliputi wujud, warna, dan bau. Pernyataan dalam uji ini tidak cukup kuat untuk menjadi syarat baku, tetapi meskipun demikian secara tidak langsung dapat membantu penilaian pendahuluan terhadap mutu zat yang bersangkutan (Dirjen POM RI, 1995). Selain itu, uji organoleptis berguna sebagai identifikasi awal perbedaan antara senyawa hasil sintesis dengan
2. Pemeriksaan kelarutan
Uji kelarutan dilakukan untuk mengetahui sifat fisik suatu zat. Pemeriksaan kelarutan zat padat dalam cairan dilakukan dengan melarutkan zat padat tersebut hingga tepat jenuh pada suhu terkontrol kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar. Pada setiap pemeriksaan, kemurnian zat padat dan pelarut harus terjamin karena sedikit pengotor dapat menyebabkan terjadinya variasi hasil pemeriksaan (Jenkins, Knevel, and Digangi, 1965).
Kelarutan suatu zat sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut yaitu oleh momen dipolnya. Selain momen dipol, faktor lain yang berpengaruh terhadap kelarutan zat antara lain tetapan dielektrik, asosiasi, solvasi, tekanan dalam, reaksi asam-basa dan faktor-faktor lainnya (Martin and Bustamante, 1993).
Tabel I. Istilah kelarutan zat menurut Farmakope Indonesia IV Istilah kelarutan Jumlah bagian pelarut yang diperlukan
untuk melarutkan 1 bagian zat Sangat mudah larut Kurang dari 1
Mudah larut 1 sampai 10
Larut 10 sampai 30
Agak sukar larut 30 sampai 100 Sukar larut 100 sampai 1.000 Sangat sukar larut 1.000 sampai 10.000 Praktis tidak larut Lebih dari 10.000
(Dirjen POM RI, 1995).
3. Rekristalisasi
memurnikan suatu zat harus disesuaikan dengan kondisi atau sifat zat yang akan direkristalisasi (Bresnick, 2004). Berikut ini beberapa metode rekristalisasi:
a. Mengkristalkan kembali secara langsung dari cairan pelarut. Metode ini dilakukan dengan melarutkan zat padat ke dalam suatu pelarut, kemudian disaring dan dikristalkan kembali dengan pendinginan atau dengan destilasi pelarut tersebut.
b. Mengkristalkan kembali dengan asam atau basa. Prinsip metode ini adalah dengan melakukan pendesakan kristal dengan menetralkan pelarut. Senyawa yang bersifat asam (seperti fenol) dilarutkan dalam natrium hidroksida atau amonium hidroksida encer, kemudian direkristalisasi dengan mengasamkan pelarut, sedangkan untuk senyawa basa (seperti amin) dilarutkan dalam asam klorida atau asam sulfat kemudian direkristalisasi dengan membasakan pelarut. c. Mengkristalkan kembali secara presipitasi dengan pelarut kedua. Metode
ini dilakukan dengan melarutkan material dalam suatu pelarut, kemudian dipilih pelarut kedua yang bercampur sempurna dengan pelarut pertama tetapi senyawa yang dimurnikan tidak atau hampir tidak larut pada pelarut kedua. Penambahan pelarut kedua akan membuat zat yang semula larut pada pelarut pertama menjadi mengendap/mengkristal (Reksohadiprodjo, 1996).
Pelarut yang digunakan untuk proses rekristalisasi juga memiliki syarat tertentu agar hasilnya optimal. Syarat pelarut yang digunakan adalah :
a. Pada suhu tinggi dapat melarutkan dalam jumlah banyak, namun pada suhu rendah hanya sedikit melarutkan.
c. Dapat menghasilkan bentuk kristal yang baik dari senyawa yang dimurnikan serta mudah dipisahkan dari bahan utama (titik didih pelarut rendah).
d. Tidak boleh bereaksi dengan senyawa yang dimurnikan atau bersifat inert (Reksohadiprojo, 1996).
4. Pemeriksaan titik lebur
Pemeriksaan titik lebur adalah suatu aspek penting yang harus dilakukan dalam penelitian sintesis suatu senyawa. Hal ini penting dilakukan karena pemeriksaan titik lebur senyawa dapat memberikan informasi mengenai kemurnian dari suatu senyawa yang telah disintesis. Umumnya suatu senyawa dikatakan murni apabila memiliki rentang titik lebur yang tidak melebihi 2oC. (MacKenzie, 1967).
5. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan menggunakan dua fase berbeda, fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase) (Gandjar dan Rohman, 2007). Senyawa yang akan dianalisis akan ditotolkan pada dasar lempeng dan dielusi dengan fase gerak. Totolan tersebut akan bergerak naik oleh adanya gaya kapilaritas (Bresnick, 2004).
dikatakan identik apabila memiliki nilai Rf yang sama jika diukur pada kondisi KLT yang sama (Ettre, 1993).
Untuk mengidentifikasi bercak yang ada pada lempeng KLT dapat dilakukan dengan menempatkan lempeng KLT dibawah sinar UV atau dengan menyemprotkan larutan yang dapat bereaksi dengan senyawa sehingga dapat menimbulkan warna (Bresnick, 2004).
6. Liquid Chromatography(LC)
Kromatografi cair merupakan teknik pemisahan campuran senyawa berdasarkan interaksi dengan fase diam di bawah aliran fase gerak, dimana fase gerak dialirkan dengan bantuan tekanan menuju kolom secara cepat dan dideteksi dengan detektor yang sesuai (Hendayana, 2006). Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) merupakan metode kromatografi cair yang paling banyak digunakan dalam analisis pemisahan, identifikasi dan penetapan kadar berbagai macam komponen pada suatu campuran (Skoog, West, Holler, 1994).
Metode KCKT sendiri memiliki keterbatasan untuk identifikasi senyawa kecuali jika KCKT dihubungkan dengan spektrometer massa (Gandjar dan Rohman, 2007). Keuntungan dari penggunaan metode KCKT yang terintegrasi dengan spektrometer massa antara lain memberikan hasil pemisahan yang lebih baik dalam waktu yang relatif singkat, dapat digunakan untuk analisa kualitatif maupun kuantitatif dari semua campuran senyawa-senyawa baik yang sukar menguap atau mudah menguap, stabil atau tidak stabil terhadap panas, polar atau non-polar (Wilson, Plumb, Granger, Major, Williams, Lenz, 2004).
D. Elusidasi Struktur
Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis merupakan tahapan yang penting sebab struktur dari senyawa hasil sintesis belum diketahui secara jelas. Melalui elusidasi struktur ini, maka dapat diketahui struktur yang sebenarnya dari senyawa hasil sintesis, apakah senyawa hasil adalah senyawa yang diharapkan terbentuk atau bukan. Elusidasi struktur yang dilakukan meliputi :
1. Spektrofotometri inframerah (Infrared Spectrophotometry)
Spektra inframerah merupakan gambaran dari pita absorbsi yang khas dari gugus fungsional yang ada pada molekul organik. Gugus-gugus fungsional tersebut akan mengalami vibrasi karena adanya energi. Spektra yang dihasilkan bisa digunakan untuk analisis kualitatif untuk mengetahui ada tidaknya suatu gugus fungsional tertentu. Pembacaan spektra inframerah ini biasa dilakukan pada daerah bilangan gelombang 650-4000 cm-1(Sastrohamidjojo, 2001).
Bila frekuensi energi elektromagnetik inframerah yang dilewatkan pada suatu molekul sama dengan frekuensi meregang atau menekuk ikatan, maka energi tersebut akan diserap oleh molekul tersebut. Serapan inilah yang kemudian dapat direkam oleh detektor dan diubah menjadi pita serapan pada bilangan gelombang tertentu (Atkins, Jones, dan Loretta, 2010).
2. Spektroskopi Massa (Mass Spectroscopy)
Metode FD-MS merupakan teknik ionisasi halus yang menghasilkan sangat sedikit fragmentasi senyawa. Sejumlah kecil larutan sampel diendapkan pada ujung kawat di spektrometer masa yang bertegangan +8kV. Medan listrik terkuat terjadi pada ujung kawat yang sangat tajam sehingga dapat menyebabkan keluarnya elektron dari sampel ke orbital kosong pada logam kawat dan sampel membentuk ion positif (Williams, D.H., and Fleming, I., 1997).
Spektroskopi massa yang terintegrasi dengan kromatografi cair (Liquid Chromatography-Mass Spectroscopy) merupakan metode yang sangat peka dan spesifik dalam penentuan hampir semua jenis analit, dengan batas deteksi yang rendah, dan memberikan informasi penting berupa spektra massa dari suatu senyawa organik (Tureček dan McLafferty, 1993).
3. Proton Nuclear Magnetic Resonance Spectroscopy(1H-NMR)
Spektroskopi resonansi magnet inti merupakan salah satu metode yang digunakan untuk melakukan elusidasi struktur senyawa. Ada beberapa jenis spektroskopi resonansi magnet inti antara lain1H,2H,13C,15N,17O,27Al,29Si, dan 31
P (Silverstein, Webster, Kiemle, 2005). Spektroskopi 1H-NMR memberikan keterangan tentang jumlah dan sifat lingkungan dari setiap tipe atom hidrogen yang ada dalam struktur senyawa (Sastrohamidjojo, 2001).
penyerapan energi yang berbeda dari tiap-tiap atom yang berputar dalam medan magnet (Willard,et al., 1988).
E. Landasan Teori
Reaksi kondensasi aldol silang merupakan reaksi antara senyawa aldehida atau keton yang memiliki sedikitnya satu hidrogen alfa dengan senyawa karbonil lainnya pada suasana asam ataupun basa dengan melepaskan sebuah molekul air dan membentuk senyawaα,β-unsaturatedkarbonil.
Sintesis senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) dion didasarkan pada reaksi kondensasi aldol silang antara sikloheksana-1,3-dion dengan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida. Senyawa sikloheksana-1,3-sikloheksana-1,3-dion merupakan senyawa karbonil golongan keton yang memiliki hidrogen alfa (α). Sedangkan senyawa 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida merupakan suatu aldehid aromatis dengan substituen gugus hidroksi dan metoksi. Sikloheksana-1,3-dion dapat membentuk enol dengan adanya katalis asam. Enol ini akan bertindak sebagai nukleofil yang akan menyerang C karbonil pada 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida yang bermuatan parsial positif. Reaksi kondensasi aldol silang tersebut akan menghasilkan produk akhir senyawaα,β-unsaturatedkarbonil yaitu 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion.
memberikan reaksi samping yang lebih kecil sehingga rendemen yang didapatkan lebih besar. Penggunaan katalis asam juga dapat meningkatkan elektrofilisitas dari C karbonil 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida sehingga lebih mudah diserang oleh enol yang terbentuk.
F. Hipotesis
1. Senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion dapat disintesis dari sikloheksana-1,3-dion dan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida dengan katalis asam klorida (HCl) menggunakan metodesolid phase reaction. 2. Sintesis senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion
22 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian yang berjudul “Sintesis 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena)
sikloheksana-1,3-dion dari sikloheksana-1,3-dion dan
4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida dengan katalis asam klorida (HCl) menggunakan metode
solid phase reaction”merupakan penelitian non-eksperimental deskriptif non analitik
karena pada penelitian ini tidak diberikan perlakuan pada subjek uji dan hanya
dipaparkan peristiwa yang terjadi sehingga tidak terdapat hubungan sebab akibat di
dalamnya.
B. Definisi Operasional
1. Starting materialmerupakan bahan awal yang digunakan dalam proses sintesis
2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion. Starting material yang
digunakan adalah sikloheksana-1,3-dion dan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida.
2. Katalisator adalah senyawa yang digunakan dalam reaksi untuk mempercepat
terjadinya reaksi antara starting material. Katalisator yang digunakan dalam
penelitian ini adalah asam klorida (HCl).
3. Senyawa targetmerupakan senyawa hasil sintesis yang diharapkan terbentuk dari
hasil reaksi. Senyawa target dalam penelitian ini adalah 2-(4’-hidroksi-3’
4. Rendemen senyawa hasil sintesis merupakan perbandingan antara jumlah
senyawa yang diperoleh dari hasil sintesis (aktual) yang dibandingkan dengan
jumlah senyawa yang diperoleh secara teoretis. Dalam penelitian ini, rendemen
senyawa hasil sintesis adalah rendemen 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena)
sikloheksana-1,3-dion.
C. Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi
sikloheksana-1,3-dion (p.a., Aldrich), 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida (p.a, Merck), HCl (p.a.,
Merck), etil asetat (p.a., Merck), kloroform (p.a., Merck), etanol (p.a., Merck),
DMSO (p.a., Merck), silika gel 60 F254 (Merck), aquades (Laboratorium Kimia
Organik Universitas Sanata Dharma), dan aquabides (Laboratorium Kimia Analisis
Instrumental Universitas Sanata Dharma).
D. Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi neraca analitik
(Mextler PM 100), mortir dan stamper, alat pengukur titik lebur (MP70, Mettler
Toledo), seperangkat alat gelas, corong Buchner, baskom, pompa vakum, kertas
lakmus, kertas saring, desikator, mikropipet, magnetic stirrer, penangas air, spatula,
lempeng kaca, lampu UV 254 nm, chamber kromatografi, spektrometer IR (IR
Shimadzu Prestige-21), kromatografi cair-spektrometer massa (Hitachi L 6200), dan
1
E. Tata Cara Penelitian
a. Sintesis 2-(4'hidroksi-3’-metoksibenzilidena)sikloheksana-1,3-dion
Senyawa 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida ditimbang sebanyak 0,608 g
(4 mmol) ditambah HCl pekat sebanyak 5 tetes di dalam mortir kecil kemudian
diaduk dengan stamper hingga tercampur merata. Setelah kedua senyawa
bercampur kemudian ditambah sikloheksana-1,3-dion sebanyak 0,448 g (4
mmol). Campuran tersebut diaduk selama 5 menit hingga homogen dan terjadi
perubahan warna campuran. Setelah itu, campuran ditambahkan natrium
bikarbonat 10% hingga mencapai pH netral. Campuran direkristalisasi dengan
menggunakan etanol 96% didalam beker gelas dan dipanaskan di atas penangas
air dengan bantuan magnetic stirrer hingga larut. Larutan tersebut kemudian
didinginkan hingga suhu ruangan dan ditutup denganparafilm. Beker gelas yang
berisi larutan tersebut didinginkan dalam lemari es selama 48 jam.
Endapan yang terbentuk dari hasil rekristalisasi disaring menggunakan
corong Buchner dengan bantuan pompa vakum kemudian direkristalisasi ulang
dengan etanol 96% panas. Kristal yang terbentuk dikeringkan didalam desikator
selama 24 jam. Setelah kering kristal ditimbang dan dihitung rendemennya.
b. Analisis senyawa hasil sintesis
a. Uji organoleptis
Senyawa hasil sintesis diamati sifat fisiknya yang meliputi bentuk,
b. Uji kelarutan dari senyawa hasil sintesis
Senyawa hasil sintesis sebanyak 10 mg dimasukkan ke dalam
tabung reaksi, kemudian ditambahkan dengan aquades tetes demi tetes,
amati kelarutannya. Prosedur in dilakukan juga pada pelarut etanol 96%,
kloroform, n-heksan, etil asetat, larutan natrium hidroksida 3N, dan larutan
asam klorida 3N. kemudian dibandingkan kelarutannya dengan starting
materialyang digunakan.
c. Uji titik lebur
Sejumlah serbuk hasil sintesis diisikan ke dalam electrotherma
capillary tubes, kemudian dimasukan dalam alat pengukur titik lebur.
Diamati peleburan kristalnya dan dicatat suhu waktu pertama kali melebur
hingga serbuk melebur seluruhnya. Hasil pengukuran kemudian
dibandingkan dengan hasil pengukuran titik lebur pada starting material
yang digunakan.
d. Kromatografi lapis tipis (KLT)
Senyawa hasil sintesis dan starting material masing-masing
dilarutkan dalam DMSO dengan co-solvent etil asetat. Masing-masing
senyawa tersebut ditotolkan sebanyak 20 µL menggunakan mikropipet pada
lempeng silika gel F254 yang telah diaktifkan pada suhu 125°C selama 30
menit. Setelah totolan kering, dielusi dengan fase gerak etil asetat :
bercak dilakukan di bawah sinar UV 254 nm. Setelah diketahui adanya
bercak, maka dilakukan perhitunganRfuntuk masing-masing bercak.
e. Kromatografi Cair
Senyawa hasil sintesis dilarutkan dengan pelarut metanol : air
(95:5), kemudian dilakukan pemeriksaan dengan kolom LC Supelco 5µ
C18m 250 x 2 mm, suhu kolom setara dengan suhu ruangan, pelarut A
adalah air dengan asam asetat 0,3%, dan pelarut B adalah asetonitril dengan
asam asetat 0,3%, kecepatan alir fase gerak total 1 mL/menit dengan elusi
isokratik.
Kemurnian masing-masing sampel dihitung berdasarkan rasio
antara luas area puncak kromatogram yang dimaksud terhadap jumlah luas
area dari seluruh puncak kromatogram dikalikan dengan seratus persen.
f. Elusidasi struktur senyawa hasil sintesis
Elusidasi struktur dari senyawa hasil sintesis dilakukan dengan
menggunakan spektrofotometer inframerah (IR), spektrometer massa (MS),
dan1H-NMR.
1) Spektroskopi inframerah
Senyawa hasil sintesis sebanyak ± 0,5-1 mg dicampur dengan ±10
mg KBr hingga homogen. Campuran tersebut kemudian dikempa dan dibuat
menjadi tablet. Cahaya inframerah keluar dari sumber sinar, kemudian
dilewatkan pada cuplikan. Cahaya yang dilewatkan tersebut nantinya akan
Intensitas relatif dari frekuensi individu tersebut akan terukur pada detektor
hingga diperoleh spektra inframerah untuk senyawa bersangkutan.
2) Mass Spectroscopy(MS)
Senyawa hasil sintesis dilarutkan dalam pelarut metanol kemudian
diinjeksikan ke dalam alat spektroskopi massa dengan metode Fluid
Desorption (FD). Spektra MS senyawa hasil sintesis murni yang diperoleh
diinterpretasikan dengan melihat ion molekul yang muncul sebagai M+,
sehingga dapat diketahui bobot molekul (BM) senyawa hasil sintesis murni.
3) Spektroskopi proton resonansi magnet inti (1H-NMR)
Sampel senyawa hasil sintesis dilarutkan dengan CDCl3 dalam
tabung, kemudian diperiksa dengan spektrometer 1H-NMR (Delta 2_NMR).
Hasil spektra 1H-NMR senyawa hasil sintesis diinterpretasikan dengan
melihat posisi atom H sehingga dapat diketahui perkiraan struktur senyawa
hasil sintesis berdasarkan posisi atom H-nya.
F. Analisis Hasil
1. Perhitungan rendemen
Perhitungan rendemen senyawa hasil sintesis dilakukan pada kristal yang
murni dan dikeringkan.
rendemen = berat senyawa hasil sintesis
2. Analisis pendahuluan
Analisis pendahuluan senyawa hasil sintesis didasarkan pada data
organoleptis, data kelarutan, dan kromatogram kromatografi lapis tipis hasil
pengujian.
3. Pemeriksaan kemurnian dari senyawa hasil sintesis
Untuk pemeriksaan kemurnian senyawa hasil sintesis, data yang
digunakan berupa hasil uji titik lebur dan uji kromatografi cair.
4. Elusidasi struktur
Elusidasi struktur dari senyawa hasil sintesis didasarkan pada data spektra
29 A. Sintesis 2-(4’
-Sintesis sen 1,3-dion dilakukan de 1,3-dion dan 4-hidroksi dengan metode solid
yang memiliki dua hidroksi-3-metoksibenz hidrogen alfa. Kedua kondensasi aldol sil metoksibenzilidena) si
Gambar 4. Sikohe
Sikloheksana hidrogen alfa yang be tinggi karena adanya karbonil kekurangan sehingga enol akan mud
29 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksan senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) n dengan menggunakan starting material berupa
oksi-3-metoksibenzaldehida dengan katalis asam
solid phase reaction. Sikloheksana-1,3-dion merupa dua gugus keton dengan enam hidrogen alfa,
benzaldehida merupakan suatu aldehida yang dua starting material ini dimungkinkan bereaksi
silang sehingga menghasilkan senyawa 2-) sikloheksana-1,3-dion.
oheksana-1,3-dion dengan enam hidrogen alfa dan karbonil
ksana-1,3-dion memiliki enam hidrogen alfa (gam berada diantara 2 gugus keton memiliki re ng tidak memiliki ksi melalui reaksi 2-(4’-hidroksi-3’
-a d-an du-a gugus
Proses sintesis senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion diawali dengan peningkatan elektrofilisitas dari 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida oleh katalis asam klorida. Kemudian ditambahkan sikloheksana-1,3-dion yang akan membentuk intermediate enol. Pembentukan
intermediate enol diawali dengan adanya protonasi atom O pada gugus karbonil dari sikloheksana-1,3-dion oleh katalis HCl sehingga terbentuk atom C karbonil yang bermuatan positif. Terbentuknya muatan positif pada atom C karbonil mengakibatkan atom Hα akan mudah lepas sehingga menghasilkan intermediate
enol. Intermediate enol akan meningkatkan nukleofilisitas Cα dari sikloheksana-1,3-dion sehingga lebih reaktif dan lebih mudah menyerang atom C karbonil pada senyawa 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida yang bermuatan parsial positif.
Muatan positif yang terbentuk pada C karbonil senyawa 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida merupakan akibat pengaruh induksi atom oksigen yang bersifat elektronegatif dan resonansi pada gugus karbonil. Adanya atom O pada gugus karbonil yang bersifat elektronegatif menyebabkan elektron pada atom C karbonil lebih tertarik pada atom oksigen sehingga menyebabkan muatan parsial positif pada atom C karbonil. Terbentuknya muatan parsial positif memungkinan enol dari sikloheksana-1,3-dion dapat menyerang C karbonil dari senyawa 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida sehingga dihasilkan senyawa 2-(4’-hidroksi-3’ -metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion.
hingga homogen kemudian ditambahkan dengan sikloheksana-1,3-dion. Starting material yang digunakan digerus didalam mortir dengan tujuan untuk meratakan persebaran dan memperkecil ukuran partikel. Adanya penggerusan menyebabkan ukuran partikel dari starting material menjadi lebih kecil dan luas bidang kontak antar partikel semakin besar sehingga reaksi dapat berlangsung secara efisien. Pada proses penggerusan, akan terjadi perubahan warna campuran dari yang semula berwarna putih menjadi berwarna kekuningan yang menandakan adanya reaksi yang terjadi. Perubahan warna tersebut disebabkan oleh perpanjangan gugus kromofor yang terjadi dalam proses sintesis. Adanya energi yang diberikan melalui proses penggerusan mengakibatkan terjadinya reaksi pada campuran tersebut.
Hasil rekrista kali replikasi yaitu se yang didapat perlu di didapat merupakan se sikloheksana-1,3-dion.
istalisasi menunjukkan berat kristal yang didap u sebesar 0,091; 0,083; dan 0,087 gram. Krist u dianalisis lebih lanjut untuk memastikan apaka
n senyawa target yaitu 2-(4’-hidroksi-3-metoksi dion.
B. Analisis Pendahuluan organoleptis
ksaan organoleptis dilakukan dengan melihat pe awa hasil sintesis yang dihasilkan. Pemeriksaa hui sifat fisik dari senyawa hasil sintesi n sifat fisik dari senyawa hasil sintesis denganst
. Pemeriksaan ini meliputi bentuk, warna, dan ba rbandingan sifat fisik senyawa hasil sintesis d
material
ksaan organoleptis yang dilakukan pada senyaw profil yang berbeda dengan starting material y
tampak nyata adalah starting materialberbent
sedangkan senyawa hasil sintesis berbentuk kristal putih. Dari segi bau,
starting material masing-masing memiliki bau yang khas tetapi senyawa hasil sintesis tidak berbau. Hasil pemeriksaan organoleptis menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis merupakan senyawa yang berbeda dengan starting materialyang digunakan dari segi bentuk dan bau.
2. Pemeriksaan kelarutan
Tabel III. Perbandingan kelarutan senyawa hasil sintesis danstarting
DMSO mudah larut mudah larut larut
Air dingin mudah larut sukar larut sangat sukar larut Air panas (80oC) mudah larut agak sukar larut sangat sukar larut NaOH 3N mudah larut mudah larut larut
HCl 3N larut agak sukar larut sukar larut Etanol 96% mudah larut mudah larut agak sukar larut Etil asetat mudah larut mudah larut larut
Aseton mudah larut mudah larut larut
Kloroform larut agak sukar larut mudah larut n-heksan praktis tidak
larut
praktis tidak larut praktis tidak larut
Hasil pemeriksaan kelarutan menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis larut dalam pelarut etil asetat, aseton, dan kloroform. Selain itu, terlihat bahwa senyawa hasil sintesis dan starting material memiliki profil kelarutan yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis merupakan senyawa yang berbeda dengan starting material yang digunakan dimana senyawa hasil sintesis cenderung lebih larut pada pelarut yang bersifat non polar.
3. Pemeriksaan titik lebur
yang digunakan. Dari hasil pengujian diketahui bahwa jarak lebur dari senyawa hasil sintesis sebesar 238,42 - 239,16˚C. Hasil ini menunjukkan bahwa serbuk senyawa hasil sintesis memiliki jarak lebur sebesar 0,74˚C yang menandakan bahwa senyawa hasil sintesis sudah murni. Titik lebur tersebut menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis merupakan senyawa yang berbeda dengan
starting material yang digunakan karena senyawa hasil sintesis memiliki titik lebur yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan starting material yang digunakan. Titik lebur senyawa hasil sintesis yang lebih tinggi disebabkan ukuran molekul senyawa hasil sintesis yang lebih besar jika dibandingkan denganstarting materialyang digunakan. Semakin besar ukuran molekul suatu senyawa, maka titik leburnya akan semakin tinggi pula.
Tabel IV. Jarak lebur senyawa hasil sintesis danstarting material
Senyawa Jarak lebur (oC) Titik lebur
standar (oC) Senyawa hasil sintesis 238,42–239,16 -Sikloheksana-1,3-dion 103,06–104,92 103–105 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida 082,45–083,02 080–081
(Lide, 2004; Roweet al., 2009). 4. Pemeriksaan kemurnian dengan kromatografi lapis tipis (KLT)
lempeng KLT. Tiap senyawa memiliki nilai Rf yang spesifik sesuai dengan interaksinya pada fase diam dan fase gerak yang digunakan.
Pada penelitian ini, pemeriksaan KLT dilakukan dengan menggunakan fase diam silika gel F254 yang dapat berfluoresensi hijau jika dilihat dibawah sinar UV 254 nm. Fase gerak yang digunakan adalah etil asetat : kloroform (1:5). Hasil pemeriksaan dengan KLT menunjukkan kromatogram KLT seperti pada gambar 5.
Keterangan :
Gambar 5. Penampakan lempeng KLT dibawah sinar UV 254 nm
Hasil pemeriksaan dengan KLT memperlihatkan masing-masing totolan menghasilkan bercak yang memadamkan fluoresensi (berwarna hitam). Totolan dari kedua starting material yang digunakan (bercak S dan V) dan senyawa hasil sintesis (bercak R) menunjukkan bercak tunggal.
Berdasarkan bercak yang muncul pada lempeng KLT, maka dapat diidentifikasi secara kualitatif bahwa senyawa hasil sintesis merupakan senyawa yang berbeda dengan starting material yang digunakan. Hal ini ditunjukan dari adanya perbedaan nilai Rf pada bercak totolan senyawa hasil sintesis dengan starting material yang digunakan seperti yang terlihat pada tabel V.
Tabel V. Nilai Rfsenyawa hasil sintesis danstarting material
Senyawa Nilai Rf
Dalam pemeriksaan ini juga dilakukan pengelusian pada senyawa hasil replikasi untuk mengetahui reprodusibilitas dari metode sintesis yang digunakan. Dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa senyawa hasil replikasi memiliki nilai Rf yang cenderung sama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa senyawa hasil replikasi merupakan senyawa yang sama dengan senyawa hasil sintesis dan metode yang digunakan memiliki reprodusibilitas yang baik.
Dalam penelitian ini, analisis kemurnian senyawa hasil sintesis dilakukan dengan menggunakan kromatografi cair. Penggunaan instrumen ini memberikan keuntungan yaitu adanya pemisahan terhadap campuran senyawa hasil sintesis.
Instrumentasi kromatografi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan kromatografi cair fase terbalik (reverse phase). Hal ini ditunjukkan pada fase diam yang digunakan yaitu kolom C18 cenderung lebih non polar dibandingkan fase geraknya yaitu metanol : air (95:5).
Gambar 6. Kromatogram LC senyawa hasil sintesis
Dari kromatogram yang diperoleh, terlihat bahwa hanya ada satupeak
C. Elusidasi Struktur Senyawa Hasil Sintesis
Elusidasi struktur merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam proses sintesis senyawa baru dimana elusidasi struktur dilakukan untuk mengetahui struktur dari senyawa hasil sintesis. Dalam penelitian ini, elusidasi struktur yang dilakukan antara lain sebagai berikut:
Gambar 7. Spektra massa senyawa hasil sintesis
Spektra massa tersebut juga menunjukkan beberapa puncak lain yang merupakan hasil ionisasi dari senyawa hasil sintesis yang terukur sebagai [M+H]+, [M+2H]+, 2M+, dan [2M+H]+.
M+
[M+H]+
[M+2H]+ 2M
+
Gambar 8. In 2. Elusidasi struktu
inframerah
Spektrofot informasi terkait gu Dari hasil penguj diketahui bahwa se ditandai dengan munc 1
dengan intensita munculnya pita se serapan tersebut di
ar 8. Interpretasi spektra massa senyawa hasil ktur senyawa hasil sintesis dengan sp
ofotometri inframerah (IR) dapat memberi t gugus fungsional yang terdapat dalam senyaw gujian spektrofotometri inframerah senyawa
senyawa hasil sintesis memiliki gugus karboni n munculnya pita serapan pada bilangan gelomba nsitas kuat dan tajam. Gugus alkena (C=C) di
serapan pada panjang gelombang 1651,06 t diperkuat dengan serapan pada bilangan gelom
asil sintesis
spektrofotometri
cm-1 yang merupakan penanda adanya alkil alifatis. Kedua pita serapan tersebut mempertegas informasi adanya ikatan C=C alifatis yang merupakan ciri khas dari senyawa yang diharapkan terbentuk yaitu α,β-unsaturated
karbonil. Interpretasi spektra inframerah senyawa hasil sintesis dapat dilihat pada tabel VI.
Gambar 9. Spektra inframerah senyawa hasil sintesis (pelletKBr)
Jika dibandingkan dengan starting material yang digunakan, tampak adanya perbedaan pita serapan yang muncul. Perbedaan tersebut terlihat pada serapan gugusan karbonil sikloheksana-1,3-dion yang muncul pada bilangan gelombang 1566,20 cm-1 dengan intensitas kuat dan melebar. Bentuk peak
mempunyai karakteristik intensitas sedang dan melebar merupakan ciri khas untuk serapan gugus –OH bentuk enol yang dimiliki oleh sikloheksana-1,3-dion (Silverstein,et al., 2005). Untuk spektra pada senyawa hasil sintesis, tidak ditemukan adanya peakdi daerah bilangan gelombang 2500 cm-1. Hal tersebut menegaskan bahwa senyawa hasil sintesis merupakan senyawa yang berbeda denganstarting material-nya, yakni sikloheksana-1,3-dion.
Gambar 10. Spektra inframerah sikloheksana-1,3-dion (pelletKBr)
Gambar 11. Spektra inframerah 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida (pelletKBr)
Pita serapan lainnya yang muncul pada spektra senyawa hasil sintesis adalah serapan pada panjang gelombang 3348, 42 cm-1 dengan intensitas kuat dan puncak melebar yang merupakan ciri khas dari gugusan –OH. Struktur – OH yang merupakan alkohol/ fenol akan memberikan serapan pada bilangan gelombang 3600-3300 cm-1(Sastrohamidjojo, 2001).
Berdasarkan data-data tersebut, terlihat bahwa ada perbedaan karakteristik pita serapan antara senyawa hasil sintesis dengan starting material yang digunakan utamanya pada pita dengan bilangan gelombang 1651,06 cm-1 milik alkena yang tidak terdapat pada kedua starting material
Tabel VI. Perbedaan informasi terkait j struktur senyawa
daan hasil interpretasi spektra inframerah senya denganstarting material 1643,35 cm-1 1566,20 cm-1 1666,50 c
1651,06 cm-1 not available not av not available not available 2738,92 c
2854 3348,42 cm-1 not available 3178
not available 2553,75 cm-1 not av
(Sastrohamidjojo, 2001; Silverstein
tur senyawa hasil sintesis dengan1H-NMR oskopi resonansi magnet inti dapat member
it jumlah, posisi, dan lingkungan dari atom a hasil sintesis. Pada data spektra 1H-NMR t 10 puncak sinyal dimana 9 puncak sinyal m hasil sintesis dan 1 sinyal yang terletak paling
ri pelarut (kloroform). Jumlah sinyal ini tidak umlah proton pada 2-(4’-hidroksi-3-metoksi
-dion secara teoritis yaitu sebanyak 7 puncak si
Pembagian tipe proton dari perkiraan struktur s sintesis dak sesuai dengan etoksibenzilidena) k sinyal.
Kesembilan puncak sinyal pada spektra 1H-NMR memberikan intensitas yang berbeda-beda dengan tinggi masing-masing garis integrasi yang memberikan informasi jumlah relatif tiap jenis proton.
Gambar 13. Spektra1H-NMR senyawa hasil sintesis
Proton A munculpada δ 2,00 ppm, proton B muncul pada 2,33 ppm, dan proton C muncul pada δ 2,60 ppm. Adanya gugus karbonil dapat menarik elektron sehingga mereduksi kerapatan elektron disekitar proton yang terletak dekat dengan gugus karbonil tersebut sehingga proton C terletak lebih down field dibandingkan proton A dan B. Proton A muncul lebih up field
Proton D merupakan proton milik bagian metoksi dari senyawa hasil sintesis muncul di δ 3,87 ppm. Hal ini disebabkan proton tersebut terikat pada atom C yang berikatan dengan atom O yang bersifat elektronegatif sehingga mereduksi kerapatan elektron disekitar proton tersebut. Akibatnya proton-proton tersebut memiliki pergeseran kimia yang lebih besar.
Proton E merupakan proton milik hidroksi fenolik senyawa hasil sintesis muncul di δ 5,49 ppm. Hal ini disebabkan proton tersebut terikat pada atom O yang bersifat elektronegatif sehingga mereduksi kerapatan elektron disekitar proton tersebut. Akibatnya proton tersebut memiliki pergeseran kimia yang lebih besar.
Proton H pada cincin benzena muncul pada δ 6,53 ppm, proton F
muncul pada δ 6,73 ppm sedangkan protonGtampak pada δ 7,05 ppm. Hal ini
disebabkan terikatnya proton tersebut pada cincin benzena sehingga terpengaruh oleh efek anisotropi yang mengakibatkan proton-proton benzena memiliki pergeseran kimia yang lebih besar. Proton H terletak paling up field
Proton I m mengikat proton I gugus penarik elekt
Tabel VII. In
δ (ppm
2,00
2,33
2,60
3,87
4,73
I muncul pada δ 4,73 ppm. Hal ini disebabkan on I bersebelahan dengan tiga gugusan alkena y
lektron sehingga pergeseran kimia proton tersebut II. Interpretasi spektra1H-NMR senyawa hasi
m) Jumlah
atom H Split Gugus
2,00 4 m
2,33 4 m
2,60 4 m
3,87 3 s
4,73 1 s
bkan atom C yang na yang merupakan
5,49 senyawa 2-(4’-hidroksi
5,49 1 s
6,53 1 dd
6,73 1 d
5 1 d
an hasil elusidasi struktur diatas, maka dapa antara sikloheksana-1,3-dion dengan da dengan katalis HCl menghasilkan senyawa9 3,4,5,6,7,9-hexahydro-1H-xanthene-1,8-dione yan
tu 2-(4’-hidroksi-3-metoksibenzilidena) siklohe n bahwa hipotesis penelitian ini ditolak karena dion dan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida tida droksi-3’-metoksibenzilidena)
sikloheksana-1,3-dapat disimpulkan n 4-hidroksi-3-a
senyawa 9-(4'-hydrox 1,8-dione sehingga re rendemen senyawa ha
Senyawa
xanthene-1,8-dione da dari sikloheksana-1,3-usulan mekanisme rea
Pembentukan senyawa9-(4'-hy
hydroxy-3'-methoxyphenyl)-3,4,5,6,7,9-hexahydro
rendemen yang dihasilkan tidak dapat dibandi hasil sintesis dengan katalis basa.
9-(4'-hydroxy-3'-methoxyphenyl)-3,4,5,6,7,9
dapat terbentuk diduga akibat terjadinya kond 1,3-dion akibat terjadinya enolisasi pada suasana reaksi sebagai berikut:
'-hydroxy-3'-methoxyphenyl)-3,4,5,6,7,9-hexahydro-1H-xanthene-1,
ydro-1H-xanthene-bandingkan dengan
,5,6,7,9-hexahydro-1H-kondensasi internal sana asam dengan
Gambar 14. Usu methoxyphen
Senyawa
xanthene-1,8-dione di protein NF-κB sehingg
Usulan mekanisme reaksi pembentukan9-(4'-hy phenyl)-3,4,5,6,7,9-hexahydro-1H-xanthene-1,8
9-(4'-hydroxy-3'-methoxyphenyl)-3,4,5,6,7,9
diperkirakan memiliki kemampuan dalam hingga perlu dilakukan uji aktivitas senyawa te
-hydroxy-3'--1,8-dione
vitro. Berdasarkan perhitungan stokiometri dari senyawa hasil sintesis, rendemen yang diperoleh sebesar 12,7; 12,2; dan 12,2%. Hasil perhitungan menunjukan rendemen senyawa hasil sintesis yang relatif kecil, dimana rendemen kurang dari 50%. Rendemen senyawa hasil sintesis yang kecil disebabkan oleh adanya self
53
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: 1. Senyawa 2-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidena) sikloheksana-1,3-dion tidak
terbentuk dari hasil reaksi antara sikloheksana-1,3-dion dan 4-hidroksi-3-metoksibenzaldehida dengan katalis asam klorida. Senyawa yang terbentuk adalah adalah senyawa 9-(4'-hydroxy-3'-methoxyphenyl)-3,4,5,6,7,9-hexahydro-1H-xanthene-1,8-dione dengan kemurnian sebesar 100% dan rerata rendemen sebesar 12,4%.
2. Rendemen yang dihasilkan dari penggunaan katalis asam klorida dan kalium hidroksida tidak dapat dibandingkan karena menghasilkan senyawa yang berbeda.
B. Saran
1. Perlu dilakukan optimasi waktu reaksi dan variasi volume katalis, serta penggunaan katalis oksida logam seperti ZnO agar dapat diperoleh senyawa hasil sintesis dengan rendemen yang lebih besar.
2. Perlu dilakukan uji aktivitas senyawa 9-(4'-hydroxy-3'-methoxyphenyl)-3,4,5,6,7,9-hexahydro-1H-xanthene-1,8-dione terhadap protein NF-κB secara
DAFTAR PUSTAKA
Atkins, P.W., Jones, dan Loretta, 2010, Chemical Principles: The Quest for Insight,5thedition, W. H. Freeman, New York,p. 459.
Bresnick, S.D., 2004, Intisari Kimia Organik, Penerbit Hipokrates, Jakarta, pp. 96-97, 101-107.
Christy, A. M., 2010, Sintesis Senyawa 2-(4’-klorobenzilidena) sikloheksanadion dari 1,3-Sikloheksanadion dan 4-Klorobenzaldehid dengan Katalis Kalium Hidroksida, Skripsi, Program Sarjana Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope Indonesia, jilid IV, Departemen Kesehatan RI, Jakarta, 1.
Dolcet, X., Llobat, D., Pallares, J., Guiu, X.M., 2005, NF-κB in Development and
Progession of Human Cancer,Virchows Arch, 446 (5): 475-482.
Escárcega RO, Fuentes AS, García CM, Gatica A and Zamora A. 2007. The transcription factor nuclear factor-kB and cancer. Clinical Oncology19 (2): 154–161.
Ettre, L.S., 1993, Nomenclature for chromatography (IUPAC Recommendations 1993),Pure and Appl.Chem., 65 (4): 839-845.
Fessenden, R.J. and Fessenden, J.S., 1994, Kimia Organik, Jilid 2, PenerbitErlangga, Jakarta, pp. 181-183, 455.
Gandjar, I.G., dan Rohman, A., 2007, KimiaFarmasiAnalisis, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, pp. 323, 378.
Hanahan D. and Weinberg R.A., 2011. Hallmarks of Cancer : The Next Generation,Cell, 144 (5):646-674.
Hendayana, 2006, Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan Elektroforesis Modern, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, pp. 21-25.
Istyastono, E.P, Yuniarti N., dan Jumina, 2009, Sintesis Senyawa Berpotensi sebagai Inhibitor Angiogenesis: 2-benzilidenasikloheksana-1,3-dion,
Majalah Farmasi Indonesia,20: 1-8.