• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materi PTK PLPG Bhs. Jawa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " Materi PTK PLPG Bhs. Jawa"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL

PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU

(PLPG)

WORKSHOP PENELITIAN TINDAKAN

KELAS (PTK)

BAHASA DAERAH

Oleh :

Drs. Edy Suryanto, M. Pd.

Drs. Swandono, M.Hum.

PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 113

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas rahmat dan nikmat serta karunia-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan modul ini sesuai dengan rencana.

Modul ini dibuat sebagai bahan acuan dalam kegiatan workshop Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) Tahun 2012. Para praktisi pendidikan seperti guru dituntut untuk selalu berupaya meningkatkan kemampuan profesionalnya melalui berbagai kegiatan. Salah satu kegiatan yang dapat mewujudkan hal tersebut secara sederhana dan lebih bersifat mandiri bagi mereka adalah dengan melakukan PTK. Kegiatannya dapat dilakukan secara bersamaan dengan teman sejawat ketika melakukan tugas pengajaran.

Penyusunan modul ini lebih ditekankan pada pertimbangan kepraktisan agar guru mudah memahaminya dan sekaligus mempraktekkannya. Namun tentu dalam penyajiannya masih memiliki kekurangan, sehingga kritik dan saran dari para guru diperlukan untuk memperbaiki isi modul ini di masa yang akan datang.

Akhirnya, dengan harapan dan keyakinan penuh, semoga modul ini memberikan manfaat pada kita semua, khususnya bagi peserta PLPG dalam upaya meningkatkan kompetensi dan profesionalisme kinerjanya.

Surakarta, Mei 2013

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... ii

PENDAHULUAN ... 1

A. Deskripsi ... 1

B. Tujuan Workshop PTK ... 2

MATERIWORKSHOP... 3

A. Judul Penelitian ... 3

B. Latar Belakang Masalah... 4

C. Perumusan dan Pemecahan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Kajian Pustaka/Landasan Teoretik... 13

G. Metode Penelitian... 19

H. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 35

I. Daftar Pustaka ... 35

PENYUSUNAN RANCANGAN PROPOSAL DAN... 39

LAPORAN HASIL PTK ... 39

A. Penyusunan Rancangan Proposal PTK ... 39

B. Laporan Hasil PTK ... 47

PENUTUP... 54

A. Contoh Proposal PTK ... 54

B. Refleksi ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

Lampiran 1. Wawancara Terstruktur dengan Informan... 79

Lampiran 2. Hasil Observasi Pratindakan... 81

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran... 83

Lampiran 4. Hasil Observasi Siklus I ... 87

Lampiran 5. Angket/Kuesioner... 89

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Deskripsi

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu jenis pene-litian pendidikan yang dapat membantu meningkatkan karier dan kompe- tensi guru. Namun, setakat ini masih banyak guru yang belum dapat me- nyusun proposal PTK dengan baik dan benar. Bahkan, tidak sedikit pula guru yang menghadapi berbagai permasalahan cukup mendasar. Sumber utama masalah itu ialah kurangnya pemahaman guru terhadap kompo-nen-komponen yang seharusnya terdapat di dalam proposal PTK. Dalam konteks inilah buku PanduanWorkshop

Penelitian Tindak-an Kelas (PTK) Bahasa Daerah hadir membantu para guru Bahasa Daerah, khususnya pada guru peserta pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG) mata pelajaran Bahasa Jawa dalam memahami pembuatan pro-posal PTK secara baik dan benar. Oleh karena itu, buku panduan work-shop

PTK ini berupaya memformulasikan suatu cara praktis kepada pe-serta PLPG mata pelajaran Bahasa Jawa dalam membuat proposal PTK.Pemaparan buku panduan ini dimulai dengan pendahuan. Pada ba-gian ini, peserta PLPG mata pelajaran Bahasa Jawa diarahkan untuk da- pat memahami dan merealisasikan tujuan mengikuti workshop PTK. Ke-mudian, pada bagian berikutnya disajikan

materi workshop PTK. Secara berturutan dibahas tentang judul, latar belakang,

perumusan dan peme- cahan masalah, tujuan, manfaat, kajian pustaka, metode penelitian, jadwal penelitian, daftar pustaka. Agar peserta PLPG mata pelajaran Bahasa Ja-wa dapat memiliki pahaman konseptual dengan baik maka setiap pemba-hasan topik selalu disertakan contoh-contoh yang relevan. Hal ini dimak-sudkan agar peserta PLPG mata pelajaran Bahasa Jawa juga mampu membuat sendiri contoh-contoh yang lebih realistis. Dari hasil internalisasi materi

workshop ini, selanjutnya peserta PLPG mata pelajaran Bahasa Ja-wa digiring

(5)

diharapkan dapat memberikan gambaran bagi para peserta PLPG mata pelajaran Bahasa Jawa dalam menyusun propo- sal PTK. Untuk mewujudkan hal tersebut, setiap peserta PLPG itu dituntut mengerjakan tugas membuat proposal PTK dengan arahan dan bimbing-an fasilitator.

Proposal PTK yang telah dihasilkan dari kegiatan workshop ini akan makin

terasa nilainya bila setiap peserta PLPG menindaklanjutinya dalam wujud penelitian di sekolah masing-masing. Sudah tentu niat itu akan ter- laksana bila para peserta PLPG memiliki semangat dan tekad untuk maju dan berkembang menjadi pendidik yang berhasil. Kata orang bijak bahwa membangun untuk meraih keberhasilan itu harus dimulai dari diri sendiri. Tunggu apa lagi? Mari kita wujudkan hal tersebut mulai dari sekarang!

B. Tujuan Workshop PTK

Setelah mempelajari buku Panduan Workshop Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Bahasa Daerah ini, para peserta PLPG mata pelajaran Ba-hasa Jawa diharapkan dapat:

1. memahami komponen-komponen proposal PTK;

2. membuat contoh-contoh pada setiap komponen proposal PTK; 3. menyusun rancangan proposal PTK;

4. melakukan penilaian terhadap proposal PTK; 5. membuat proposal PTK;

6. memahami bagaimana melaksanakan PTK; dan

(6)

BAB II

MATERI

WORKSHOP

A. Judul Penelitian

Judul, yaitu nama atau titel karangan. Sebagai nama atau titel ka-rangan, judul PTK harus dirumuskan secara singkat, padat, spesifik, dan tidak ambigu, serta mencerminkan masalahan pokok yang akan dipecah-kan. Selain itu, judul PTK juga harus dalam bentuk frasa dan bukan kali-mat, serta mampu memikat pembaca. Indikator judul singkat-padat adalah mudah dipahami, mudah diingat, dan tidak melebihi 20 kata. Spesifik, arti-nya judul harus sesuai dengan masalah penelitian. Indikator judul tidak ambigu, yaitu: menggunakan kata lugas; setiap kata bersifat operasional; tidak menggunakan kata kias; dan dalam istilah penelitian kuantitatif, hu-bungan antarvariabel (bebas dan terikat) menunjukkan

arah yang jelas. Selanjutnya, judul PTK

harus memberi gambaran yang jelas ten-tang masalah yang diteliti (misal: kemampuan berbicara siswa mengguna- kan unggah-ungguh bahasa Jawa) dan

bentuk tindakan yang akan dilaku-kan untuk mengatasi masalah tersebut (misal: penerapan metode group investigation). Jadi, judul PTK dapat dirumuskan:

PENERAPAN METODEGROUP INVESTIGATION

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MENGGUNAKANUNGGAH-UNGGUHBAHASA JAWA

atau

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MENGGUNAKANUNGGAH-UNGGUHBAHASA JAWA

MELALUI PENERAPAN METODEGROUP INVESTIGATION

Judul juga dapat ditambahkan keterangan yang memuat tentang subjek dan latar (setting) penelitian, seperti siswa di kelas berapa, di mana dan kapan

(7)

PENERAPAN METODEGROUP INVESTIGATION

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MENGGUNAKANUNGGAH-UNGGUHBAHASA JAWA

PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR TAHUN 2012

atau

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MENGGUNAKANUNGGAH-UNGGUHBAHASA JAWA

MELALUI PENERAPAN METODEGROUP INVESTIGATION

PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 JATEN KARANGANYAR TAHUN 2012

Keterangan tentang subjek dan latar (setting) yang dijadikan PTK juga da-pat

digunakan sebagai subjudul, sebagai contoh:

PENERAPAN METODEGROUP INVESTIGATION

UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MENGGUNAKANUNGGAH-UNGGUHBAHASA JAWA

(Penelitian Tindakan di Kelas IX SMPN 1 Jaten Karangnyar Tahun 2012)

atau

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MENGGUNAKANUNGGAH-UNGGUHBAHASA JAWA

MELALUI PENERAPAN METODEGROUP INVESTIGATION

(Penelitian Tindakan di Kelas IX SMPN 1 Jaten-Karanganyar Tahun 2012)

B. Latar Belakang Masalah

Lazimnya, latar belakang masalah itu berisi uraian tentang kere-sahan,

(8)

Terkait dengan hal di atas, ada beberapa hal yang dapat dijelaskan dalam latar belakang masalah. Pertama, mengapa masalah tersebut perlu diteliti. Kedua, uraikan proses yang terjadi dalam upaya mengidentifikasi masalah penelitian. Ketiga, kemukakan kesenjangan antara kondisi faktu-al yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran (das sein) dan kondisi yang diharapkan (das sollen)

yang perlu dipecahkan secara tepat melalui PTK. Keempat, kemukakan realitas kegiatan pembelajaran dengan didukung data atau fakta-fakta yang ditemukan di sekolah atau di kelas, baik yang diperoleh dari pengamatan terhadap kegiatan belajar-mengajar (KBM), wawancara dengan siswa atau guru, analisis berbagai dokumen yang re-levan, refleksi guru, dan sebagainya. Data itu lebih bermakna bila dileng- kapi pula dengan diagnosisnya. Kelima, ungkapkan kekhawatiran peneliti dan masalah yang akan muncul seandainya masalah tersebut tidak diteliti. Keenam, sejalan dengan masalah yang telah dikemukakan pilihlah tin- dakan untuk mengatasi masalah tersebut dan jelaskan mengapa tindakan itu dipilih. Ketujuh, agar tindakan yang dipilih itu meyakinkan dan memiliki dasar pijakan ilmiah sedapat mungkin dicerahi dengan teori atau konsep yang menopang tindakan dan gagasan pemecahan masalah.

Contoh:

Selama ini hasil pembelajaran sastra Jawa modern dinilai belum memuaskan. Hal itu karena guru kurang memperhatikan proses pembel-ajarannya. Hampir semua jenis sastra Jawa disajikan kepada siswa de-ngan cara-cara yang kurang menarik. Mengingat objek kajian sastra ada-lah daya imajinasi dan nilai rasa mestinya sastra bisa menjadi pemicu bagi siswa untuk berkreasi. Daya imajinasi sangat menunjang bagi siswa untuk berkreasi, sedangkan nilai rasa dapat menumbuhkan kepekaan siswa ter-hadap fenomena kehidupan. Dengan menggabungkan keduanya maka akan tercipta suasana pembelajaran sastra yang lebih menyenangkan se- hingga hasil yang diinginkan akan memenuhi standar.

(9)

Dengan hal tersebut diharapkan siswa memiliki kepe-kaan tinggi terhadap nilai-nilai kehidupan. Penanaman konsep kesastraan seperti itu diharapkan akan mampu pula melahirkan generasi-generasi muda yang mampu bersaing pada era globalisasi dengan tetap menjun-jung tinggi nilai-nilai kehidupan secara arif dan bijaksana.

Dalam situasi seperti itu, kedudukan pembelajaran sastra Jawa ma- kin strategis. Hal ini dibuktikan dengan dimasukkannya pembelajaran sas- tra ke dalam kurikulum. Persoalannya adalah penyikapan terhadap keber- adaan sastra (Indonesia maupun daerah) di dalam kurikulum tidak berban-ding lurus dengan perannya dalam pendidikan. Buktinya, pada soal Ujian Nasional (UN) atau Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SMPTN) mi-salnya, kita temukan sedikit pertanyaan yang menyinggung tentang sas- tra. Padahal, seperti tertuang dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran Bahasa (dan Sastra) Daerah (termasuk Bahasa dan Sastra Jawa) sebagai muatan lokal (mulok) perannya tidak dapat di- pandang sebelah mata.

Hal ini tentu dapat merusak tatanan ideal pendidikan. Sebab, keba- nyakan guru, penyelenggara pendidikan, apalagi siswa cenderung meng- utamakan lulus UN atau SMPTN. Tidak salah jika kemudian sastra kurang diperhatikan. Pada akhirnya, orang akan memilih pada posisi aman dan nyaman. Padahal keadaan seperti itu justru merugikan.

(10)

Kondisi ini tentu berpengaruh pada kegiatan proses belajar-meng-ajar di kelas. Kurang termotivasinya guru terhadap materi yang disajikan menyebabkan suasana pembelajaran tidak kondusif. Imbasnya, siswa je- nuh, malas, dan minat siswa terhadap sastra Jawa makin turun. Selanjut- nya, kreativitas siswa dalam berkarya pun terhambat. Siswa menjadi tidak kreatif, tidak imajinatif, bahkan nilai-nilai yang dapat ditanamkan melalui sastra justru menjadi luntur.

Sastra adalah suatu kegiatan kreatif sebuah karya seni (Wellek dan Warre, 2004:34). Karena itu, sudah semestinya pembelajaran sastra Jawa ditujukan ke pengembangan proses kreativitas siswa. Di samping itu, su- dah seharusnya pula pembelajaran sastra Jawa diarahkan untuk memu-puk minat siswa sehingga siswa akan tertarik dengan sastra Jawa.

Menulis lebih sulit dibandingkan dengan keterampilan berbahasa lainnya. Sebab, menulis dibutuhkan wawasan luas dan motivasi kuat. Ter- lebih lagi hal yang ditulis itu karya sastra, seperti puisi, cerpen, dan novel. Tidak bisa dipungkiri bahwa kualitas pembelajaran menulis sastra Jawa modern, khususnya

geguritan, baik proses dan hasil dapat dikatakan ma-sih rendah. Hal ini

disebabkan pembelajaran yang diterapkan oleh guru cenderung teoretis-informatif.

Kondisi itu dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, yaitu tidak semua guru Bahasa Jawa: (1) memiliki kemampuan bersastra yang baik; (2) me- miliki pemahaman cukup tentang menulis geguritan sehingga potensi sis- wa belum

tergali; dan (3) kreatif dan inovatif sehingga pembelajarannya menjemukan. Guru kurang memahami strategi pembelajaran yang bisa memicu pengembangan potensi dan kreativitas siswa. Dengan strategi yang tepat, siswa akan mempunyai keyakinan bahwa dirinya mampu bel- ajar dengan memanfaatkan segenap potensi yang dimilikinya.

Uraian tersebut merupakan gambaran permasalahan yang terjadi pada proses pembelajaran menulis geguritan di kelas X-3 SMAN 5 Sura-karta.

Pembelajaran menulis geguritan dinilai sulit karena siswa merasa ti- dak mampu

(11)

minimnya perbendaharaan kata. Kemampuan guru berkreasi dan merumuskan konsep pembelajaran inovatif dinilai lemah. Strategi pembelajaran yang diterapkan guru masih bersifat ceramah-teoretis.

Berdasarkan hasil survei terhadap proses pembelajaran menulis geguritan

di kelas menunjukkan bahwa siswa yang nilainya mencapai ba-tas KKM hanya sebanyak 6 siswa (24%) dari 25 siswa yang ada. Hal ini menunjukkan bahwa secara proses dan hasil, pembelajaran menulis ge-guritan di kelas X-3 SMAN 5

Surakarta belum berhasil.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, muncullah gagasan untuk menerapkan sebuah pendekatan sinektik dalam pembelajaran menulis ge-guritan.

Mujahir (2007:5) menjelaskan bahwa pendekatan sinektik adalah pendekatan pembelajaran baru yang sangat menarik karena dalam pelak-sanaan proses belajar-mengajar di kelas, pendekatan sinektik digunakan untuk mengembangkan kreativitas. Pendekatan sinektik mencoba meng- gunakan pola berpikir analogi dan metafora yang mengajak siswa untuk menambah daya imajinasi dengan cara membandingkan, mempersama-kan, mengganti perwujudan suatu objek dengan objek yang lain untuk menghasilkan objek atau konsep yang baru. Perkembangan daya imajina- si ini yang diharapkan akan memicu munculnya kreativitas baru siswa.

Berpijak dari penjelasan di atas maka dipilihlah pendekatan sinek- tik sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pro- ses pembelajaran menulis geguritan di SMAN 5 Surakarta kelas X-3. De- ngan

diterapkannya pendekatan sinektik ini diharapkan mampu mening- katkan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis geguritan. Lebih jauh peneliti

mencoba melaksanakannya dalam bentuk penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Pendekatan Sinektik untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis

Geguritan pada Siswa Kelas X-3 SMA Negeri 5 Su-rakarta Tahun Pelajaran

(12)

C. Perumusan dan Pemecahan Masalah

Perumusan masalah itu merupakan kelanjutan dari paparan latar belakang masalah. Hakikat rmasalah yang diuraikan pada latar belakang perlu dipertajam dengan dirumuskannya masalah yang akan dijadikan to- pik penelitian. Pada umumnya, perumusan masalah itu diawali dengan indentifikasi masalah, yaitu kegiatan mendeteksi, melacak, dan menjelas- kan berbagai aspek masalah yang berkait dengan topik yang akan diteliti.

Contoh:

Berdasarkan judul di atas dapat diidentifikasi permasalahan peneli-tian sebagai berikut:

1. Penyikapan terhadap pembelajaran sastra Jawa di dalam kurikulum belum seimbang dengan perannya dalam pendidikan;

2. Kebanyakan penyelenggara pendidikan, guru, dan siswa cende-rung mengutamakan pencapaian hasil daripada proses;

3. Tidak semua guru Bahasa Jawa memiliki pengetahuan dan ke-mampuan bersastra Jawa serta memahami hakikat pembelajaran sastra Jawa, khususnya sastrageguritan;

4. Rendahnya minat dan motivasi siswa belajar sastra Jawa;

5. Strategi pembelajaran yang digunakan guru bersifat konvensional;

6. Lemahnya kemampuan guru dalam berkreasi dan merumuskan konsep pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan;

7. Pembelajaran sastra Jawa, khususnya dalam menulis geguritan be- lum

memberikan hasil yang memuaskan.

Selanjutnya, indentifikasi masalah ini dirumuskan masalahnya yang akan dijadikan topik penelitian dan sebaiknya dalam bentuk kalimat perta- nyaan dengan disertai alternatif tindakan. Jadi, perumusan masalah dalam PTK itu merupakan upaya untuk mengungkap berbagai hal terkait dengan masalah faktual di kelas/di sekolah yang akan dipecahkan setelah tindak- an dilakukan. Karena itu, masalah harus dirumuskan secara jelas, padat, dan menunjukkan adanya data untuk memecahkan masalah.

Contoh:

1. Apakah penerapan metode Jigsaw dapat meningkatkan kemampu-an

(13)

2. Apakah model contextual teaching and learning (CTL) dapat

me-ningkatkan kemampuan menulis pengalaman pribadi dengan menggunakan bahasa krama pada siswa kelas VII-5 SMPN 8 Sra-gen Tahun Pelajaran 2011?

3. Bagaimanakah penerapan teknik bercerita berpasangan untuk me-ningkatkan kemampuan memahami isi cerkak pada siswa kelas XI-2

MAN 1 Wonogiri Tahun Pelajaran 2011?

Hal yang harus disadari oleh peneliti adalah bahwa tidak semua masalah keilmuan yang dihadapi dan telah diidentifikasi akan dijamin se-bagai masalah yang layak dan sesuai untuk diteliti. Karena itu, peneliti da-lam menentukan masalah penelitian harus cermat dan hati-hati. Kecermat-an dan kehati-hatian tersebut, menurut Suwandi (2009:47) hendaknya pe- neliti perlu memperhatikan hal-hal, antara lain:

1. Kemanfaatan hasil penelitian, yaitu seberapa jauh hasil penelitian tersebut akan memberikan sumbangan pada khasanah teori ilmu pengetahuan atau pada pemecahan masalah-masalah praktis.

2. Kriteria pengetahuan yang dipermasalahkan, yaitu mempunya kha-sanah keilmuan yang dapat dipakai untuk pengajuan hipotesis dan memiliki kemungkinan mendapatkan sejumlah fakta empirik yang diperlukan guna pengujian hipotesis.

3. Persyaratan dari segi peneliti, yaitu seberapa jauh kemampuan pe-neliti untuk melakukan penelitian, baik menyangkut waktu, biaya, peralatan dan bahan, bekal kemampuan teoretis, dan penguasaan metode yang akan digunakan.

Selaras dengan masalah penelitian yang telah dirumuskan itu maka perlu dipikirkan cara pemecahannya. Pemecahan masalah PTK diawali dengan peneliti menguraikan alternatif tindakan yang akan dilakukan, ya-itu menggunakan pendekatan sesuai kaidah PTK. Cara memecahkan ma-salah ditentukan berdasarkan akar masalah penelitian, yang dirumuskan dalam bentuk tindakan sebagai solusi terhadap masalah yang dihadapi.

Contoh:

Masalah dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini dipecahkan de- ngan cara penerapan metode Jigsaw. Dengan menggunakan metode ini diharapkan

(14)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah rumusan target yang ingin dicapai dari pe-nelilitian tersebut, atau sebagai jawaban terhadap masalah penelitian. Tu-juan penelitian itu harus sejalan dengan masalah yang diteliti. Karena itu, perihal yang dikemukakan dalam tujuan penelitian harus sesuai dengan permasalahan yang telah diidentifikasi dan dirumuskan sebelumnya. Ini berarti, antara tujuan dengan masalah penelitian memiliki kesamaan mak-na. Perbedaannya terletak pada redaksinya. Tujuan penelitian dinyatakan secara spesifik dalam bentuk pernyataan yang jelas dan tegas sehingga tidak menimbulkan makna ambigu dalam pemaparan hasil-hasil penelitian yang diharapkan. Tujuan dalam PTK merupakan tujuan yang bersumber dari keingin-an peneliti atas hasil tindakan dengan mengemukakan indikator-indikator yang ingin ditemukan, terutama yang terkait dengan variabel penelitian. Tujuan penelitian itu dapat dibedakan atas tujuan umum dan tujuan khu-sus. Tujuan umum mengacu kepada makna yang tersirat pada judul pene-litian, sedangkan tujuan khusus mengacu kepada pertanyaan penelitian dan atau pada hipotesis penelitian.

Contoh:

1. Meningkatkan kemampuan siswa kelas VII-6 SMPN 2 Karanganyar dalam membacageguritanmelalui model pembelajaranquantum.

2. Meningkatkan kemampuan siswa kelas IX-1 MTsN 2 Boyolali dalam mengapresiasi tembang macapat melalui metode student teams achievement divisions(STAD).

3. Mendeskripsikan dan menjelaskan penerapan model workshop sastra

untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas XI-2 MAN Su-koharjo dalam menulis cerita pendek berbahasa Jawa.

4. Meningkatkan kualitas pembelajaran menulis cerita wayang pada siswa kelas XII-3 SMK Negeri 1 Klaten dengan menggunakan me-tode peta pikiran (mind mapping).

5. Mendeskripsikan dan menjelaskan penerapan metode tematik un-tuk meningkatkan kemampuan berdialog dalam bahasa Jawa pada siswa kelas X-5 SMA Negeri 2 Sragen.

E. Manfaat Penelitian

(15)

dapat juga dipisahkan dengan maksud untuk memberi penekanan ikhwal manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut. Menurut Su- djana dan Ibrahim (1989), hal ini penting bagi pemberi dana, agar hasil penelitian tersebut dapat digunakan bagi kepentingannya. Karena itu, jika penelitian tersebut didanai oleh pihak luar, yakinkan kepada pemberi dana bahwa hasilnya secara langsung maupun tidak langsung memiliki manfa-at bagi kepentingannya. Cara ini yang sering kali menjadi pertimbangan utama bagi pemberi dana untuk menerima usulan penelitian, padahal me- reka belum menilai usulan penelitian itu secara keseluruhan.

Manfaat penelitian dapat digunakan untuk berbagai kepentingan, tergantung kepada permasalahan dan ruang lingkupnya. Karena itu, man- faat penelitian dapat digunakan untuk memecahkan masalah, merumus-kan kebijakan, pengembangan ilmu, membuat model yang lebih efektif, dan sebagainya. Manfaat yang akan diperoleh dari hasil PTK, yaitu kemu- kakan hal-hal positif yang bisa diperoleh melalui pencapaian tujuannya, baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis, kemukakan manfaat penelitian untuk menjelaskan dalil, kaidah, atau minimal prinsip yang diha- rapkan dapat dihasilkan dari PTK dan hasilnya secara eksplisit dinyatakan dalam bab simpulan. Secara praktis, kemukakan manfaat penelitian untuk menjelaskan kemungkinan digunakannya hasil PTK oleh pihak-pihak ter-tentu dan hasilnya secara eksplisit dinyatakan dalam rekomendasi. Terkait dengan manfaat praktis ini, kemukakan manfaat hasil PTK terhadap per-baikan kualitas proses dan hasil pembelajaran sehingga tampak keguna-annya bagi siswa, guru, kepala sekolah sebagai pengambil kebijakan, dan pihak-pihak lain yang terkait dengan penelitian yang dilakukan.

Contoh:

1. Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengapresiasi susas-tra Jawa tentang

geguritan.

2. Ditemukannya strategi pembelajaran menulis parikan yang aktif, inovatif,

kreatif, efektif, dan menyenangkan.

(16)

4. Membangkitkan motivasi belajar siswa dalam mengerjakan tu-gas-tugas menulis pengalaman pribadi dengan menggunakan bahasa Jawa, baik secara terstruktrur maupun mandiri.

5. Menjadi model yang efektif dalam pembelajaran membaca dan memahami bacaan sederhana berhuruf Jawa.

F. Kajian Pustaka/Landasan Teoretik

Kajian pustaka/landasan teoretik dalam PTK digunakan untuk men-jelaskan masalah penelitian. Artinya, permasalahan penelitian tersebut da- pat dijelaskan maknanya dari sudut ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, kajian pustaka/landasan teoretik memiliki peran penting dalam memba-ngun kerangka berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Kajian pustaka/landasan teoretik diuraikan teori-teori, temuan-temuan, dan ba-han-bahan penelitian lain yang relevan dengan masalah dan mendukung tindakan yang akan digunakan untuk memecahkan masalah PTK. Lazimnya, dalam kajian pustaka/landasan teori dikemukakan des- kripsi teori, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan perumusan hi-potesis. Secara berurutan, berbagai hal itu dijelaskan berikut ini.

1. Deskripsi Teori

(17)

yang diteliti atau tidak. Apabila variabel-variabel itu dapat dijelas- dengan baik, berarti peneliti menguasai teori dan konteks penelitian. Penguasaan teori itu dapat dicapai apabila peneliti rajin dan cakap membaca. Kemampuan tersebut dapat menjadi landasan kuat untuk lang- kah selanjutnya. Agar menjadi pembaca yang baik, peneliti harus menge- tahui dan memahami pokok masalah dari berbagai sumber bacaan. Sum- ber bacaan itu dapat berupa buku-buku, jurnal ilmiah, laman, hasil-hasil penelitian, kamus, ensiklopedia, dan sumber lain yang relevan. Menurut Mulyasa (2009), kriteria yang harus diperhatikan oleh pe- neliti dalam mendeskripsikan teori, utamanya berkait dengan:

a. Sumber yang dikaji mendukung pemecahan masalah dan mengan-dung isi serta menunjang teori yang akan ditelaah/dikembangkan.

b. Sumber yang dikaji aktual, baru, dan mutakhir, tidak terbatas pada pada buku teks, tetapi menggali dari jurnal dan internet.

c. Sumber yang digunakan dapat memberi arahan dalam mengidenti-fikasi masalah penelitian dan operasionalisasinya.

Contoh PTK dengan judul Penerapan Metode SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) untuk Meningkatkan Kemampuan Menu-lis Tembang Macapat pada Siswa Kelas IX-A SMPN 4 Surakarta Tahun Pelajaran

2011/2012 dapat dipaparkan topik-topik sebagai kajian teoretis-nya, antara lain:

a. Metode SAVI (Somatis, Auditori, Visual, dan Intelektual) b. Pembelajaran Menulis Sastra Jawa Sederhana

c. Tembang Macapat

d. Kemampuan MenulisTembang Macapat

Topik-topik yang telah ditentukan tersebut diuraikan dengan ditun-jang sumber-sumber yang relevan. Sekali lagi perlu diingat bahwa dalam memanfaatkan berbagai sumber yang relevan itu selalu memperhatikan ketiga kriteria yang telah dikemukakan di atas.

2. Penelitian yang Relevan

(18)

bagian ini peneliti dapat merujuk dua atau tiga sumber hasil pe-nelitian yang relevan dan berhubungan dengan topik penelitian yang akan dilakukan. Di sini, peneliti tidak sekedar mendaftar dan mendeskripsikan hasil-hasil penelitian tersebut sebagai pendukung PTK yang akan dilaku-kan. Akan tetapi, peneliti harus berupaya mendeskripsikan secara meng-alir yang dapat menjelaskan hubungan dan kedudukan topik penelitiannya di antara hasil-hasil penelitian sebelumnya yang akan dirujuk. Boleh jadi, peneliti dalam pendeskripsiannya akan memverifikasi atau menindaklanjuti penelitian yang telah dilakukan oleh orang lain.

Contoh:

(19)

berdialog dengan menggunakan bahasa Jawa Krama. Berdasarkan penjelasan di atas, ternyata hasil penelitian yang rele-van itu mampu meningkatkan kemampuan siswa berbahasa Jawa. Untuk itu, peneliti akan mencoba menggunakan media gambar karikatur tersebut untuk meningkatkan keterampilan berbahasa Jawa lainnya, yaitu berdilog menggunakan bahasa Jawa Krama.

3. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran PTK merupakan sinte-sis tentang hubungan antartopik atau antarvariabel yang disusun dari ber- bagai teori yang telah dideskripsikan. Selanjutnya, teori yang dideskripsi- kan itu dianalisis secara kritis dan sistematis sehingga menghasilkan sin-tesis tentang hubungan antartopik atau antarvariabel yang akan diteliti. Hasil sintesis tersebut selanjutnya dapat dimanfaatkan oleh peneliti untuk merumuskan

hipotesis tindakan.

Berdasarkan penjelasan di atas, berarti sebelum menyusun kerang- ka berpikir peneliti hendaknya menguasai teori-teori ilmiah yang akan di-gunakan sebagai dasar argumentasi untuk membuat hipotesis. Hal ini dije-laskan oleh Suriasumantri (1988) bahwa argumentasi itu dapat terbaca ke- tika peneliti menjelaskan hubungan teoretis antarvariabel yang menjadi masalah penelitian. Karena itu, kerangka berpikir PTK itu bisa meyakinkan pembaca bila kerangka berpikir yang membuahkan hipotesis itu dibangun dengan

menggunakan alur pemikiran yang logis.

Kerangka berpikir yang baik, menurut Suwandi (2009), antara lain memuat: (1) penjelasan antarvariabel yang akan diteliti dan (2) argumen-tasi yang dapat menunjukkan dan menjelaskan kaitan antarvariabel yang diteliti dan dilandasi adanya teori-teori. Berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan, penyusun proposal PTK harus mampu menjelaskan bahwa bentuk tindakan yang akan dilakukan dapat mengatasi permasalahan.

(20)

Pembelajaran menyimak wacana teks berita berbahasa Jawa di SMPN 6 Surakarta masih dilakukan dengan cara konvensional, yang pe-laksanaanya cenderung mononton dan membuat siswa pasif. Realisasi- nya siswa hanya menyimak yang dibacakan oleh guru, kemudian menja- jwab pertanyaan. Selain itu, media yang digunakan dalam pembelajaran masih sangat minim. Guru masih mengandalkan buku teks sebagai media utama. Padahal di sekitar masih banyak media yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran. Namun, tampaknya guru lebih senang melaksanakan pembelajaran yang tidak banyak

menuntut persiapan dan kreativitas.

Kondisi seperti itu menyebabkan siswa tidak tertarik terhadap pem-belajaran bahasa Jawa, khususnya menyimak. Ketidaktertarikan siswa itu terlihat pada saat mereka mengganggu proses pembelajaran, misalnya mengobrol atau melamun. Akibatnya, hasil pembelajaran menyimak belum

memenuhi hasil seperti yang diharapkan.

(21)

Gambar 1. Kerangka Berpikir

4. Perumusan Hipotesis Tindakan

Hipotesis dalam PTK adalah dugaan mengenai perubahan yang mungkin terjadi jika suatu tindakan itu dilakukan. Umumnya, hipotesis tin-dakan itu dirumuskan dalam bentuk keyakinan bahwa tintin-dakan yang dila-kukan itu dapat memperbaiki proses dan hasil pembelajaran.

Hipotesis tindakan itu merupakan jawaban sementara terhadap ru-musan masalah penelitian. Lazimnya, rumusan masalah penelitian disu- sun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, menurut Su- wandi (2009:53) karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada te- ori-teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang di-peroleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis tindakan juga dapat di- nyatakan sebagai jawaban teoretis terhadap rumusan masalah penelitian, belum

mengarah pada jawaban empirik.

Hipotesis tindakan yang tepat dapat dirumuskan dengan menga-nalisis beberapa prosedur untuk mencapai perbaikan yang diharapkan. Untuk itu,

Terbatasnya media yang digunakan dalam pembelajaran Pembelajaran menyimak masih

bersifat konvensional

Siswa tidak tertarik terhadap pembelajaran menyimak

Siswa tertarik terhadap pembelajaran menyimak

Perlu dilakukan tindakan menggunakan media film animasi Hasil yang dicapai tidak memuaskan

(22)

Mulyasa (2009:106) mengemukakan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan hipotesis tindakan, yaitu:

a. Diskusikan rumusan hipotesis tindakan dengan teman sejawat.

b. Pelajari hasil-hasil penelitian yang relevan yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu.

c. Identifikasi berbagai alternatif tindakan pemecahan masalah yang diusulkan untuk menghasilkan perbaikan yang diinginkan.

d. Pilih tindakan paling tepat untuk memecahkan masalah yang diha-dapi dan dapat dilakukan oleh guru.

e. Tentukan cara untuk menguji hipotesis tindakan.

Karena hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi, berarti hipotesis tindakan sangat erat kaitannya dengan masalah yang dijadikan variabel penelitian. Sebagai contoh, se-orang guru kelas VII menghadapi masalah dalam pembelajaran bahasa Jawa, yaitu siswa tidak dapat membaca tembang macapat sesuai dengan lafal, intonasi,

dan irama yang benar. Setelah masalah tersebut dianalisis, peneliti menyimpulkan bahwa sebagian besar siswa menganggap mem-baca

tembang macapat itu sulit dan tidak menarik. Hipotesis tindakannya adalah

anggapan siswa tersebut diatasi melalui penerapan model pem-belajaran yang tepat, yaitu model pembelajaran quantum. Melalui pene-rapan model

pembelajaran quantum akan mampu memecahkan masalah dalam membaca tembang macapat. Dengan demikian, setiap masalah yang diteliti melalui

PTK perlu dirumuskan hipotesis tindakannya. Agar pembaca mendapat pemahaman berkait dengan perumusan hipotesis tindakan, berikut ini disajikan contoh-contoh hipotesis tindakan.

a. Penerapan teknik bercerita berpasangan dapat meningkatkan ke-mampuan siswa kelas IX MTsN 1 Surakarta dalam menyimak teks pidato upacara adat berbahasa Jawa.

b. Kemampuan menulis dongeng siswa kelas XII SMA Krida Bangsa Sragen dapat ditingkatkan melalui metodemind mapping.

c. Penggunaan metode jigsaw dapat meningkatkan kemampuan sis-wa

mengapresiasi tembang campursari dalam mata pelajaran ba-hasa Jawa

di kelas IX SMP Citra Mandiri Boyolali.

G. Metode Penelitian

(23)

masalah penelitian, termasuk untuk menguji hipotesis tindakan mela-lui indikator kinerja yang telah ditetapkan sebelumnya. Sebagai prosedur dan cara, metode dalam PTK memiliki beberapa komponen, yaitu: setting penelitian, subjek

penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, validitas data, teknik analisis data, indikator kinerja, dan prosedur pe- nelitian. Bagi peneliti, komponen-komponen tersebut harus dipahami dan dikuasai sebelum merencanakan dan melaksanakan PTK. Karena itu, komponen-komponen tersebut harus tercermin pula dalam penyusunan proposal dan terealisasikan

dalam pelaksanaan penelitian. Metode

penelitian memiliki peran sangat penting dalam upaya pe-neliti mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Dengan kata lain, metode penelitian akan memberikan petunjuk bagi peneliti terhadap berbagai hal yang terkait dengan pelaksanaan penelitian, misalnya: bagai- mana prosedurnya, data apa saja yang harus dikumpulkan, alat apa yang digunakan untuk memperoleh data, dari mana data tersebut diperoleh,dan sebagainya. Itu semua terwadahi dalam komponen-komponen metode PTK yang telah dikemukakan di depan. Ringkasnya, komponen-kompo-nen tersebut akan dijelaskan berikut ini.

1.SettingPenelitian

Setting dalam PTK menjelaskan tentang tempat dan waktu peneliti-an

dilakukan. Terkait dengan penjelasan tempat penelitian, peneliti dapat melengkapi dengan menyebutkan alamat dan alasan memi lih tempat ter- sebut. Demikian pula terkait dengan waktu penelitian, peneliti dapat men- jelaskan perkiraan rentang berapa lama penelitian itu dilakukan dan rinci-an kegiatannya apa saja. Agar penjelasan waktu mudah dipahami oleh pembaca, peneliti dapat menyertakan ringkasannya dalam bentuk tabel.

Contoh:

(24)

tersebut sehingga peneliti sudah mengenal baik dengan para guru; dan (3) sekolah tersebut belum pernah digunakan untuk penelitian yang sesuai dengan topik penelitian sehingga terhindar dari kemungkinan pene-litian ulang maupun

duplikasi. Penelitian ini berlangsung

selama empat bulan, yaitu mulai Juli sampai Oktober 2011. Kegiatan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut: (1) Persiapan survei awal, (2) Persipan instrumen dan alat; (3) Pengum-pulan data; (4) Analisis data; dan (5) Penyusunan laporan. Secara singkat, rincian waktu dan kegiatan penelitian dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian

No Waktu

Kegiatan

2011

Juli Agust. Sept. Okt.

1 Persiapan survai awal

2 Persiapan instrumen danalat

3 Pengumpulan data

4 Analisis data

5 Penyusunan laporan

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam PTK ialah siswa dan guru yang terlibat dalam pelak-sanaan pembelajaran. Penentuan subjek sangat bergantung pada setting penelitian dan

(25)

Contoh:

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII-C SMPN 20 Surakarta. Siswa kelas ini berjumlah 40 orang, yang terdiri dari 24 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki. Kolaborator penelitian ini adalah bapak Anggoro Kasih, S.Pd., selaku pengampu mata pelajaran Bahasa Jawa di kelas VII.

3. Data dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian tindakan itu bersifat des-kriptif dalam bentuk kata-kata. Data ini berupa hasil interviu, catatan peng-amatan lapangan, dokumen, hasil rekaman tape atau video, dan potret. Data ini yang

memungkinkan dapat memberi arah kepada peneliti pada pengertian mengenai apa yang ditelitinya. Karena itu, pada bagian ini di- uraikan jenis data apa saja yang dibutuhkan dan dari mana saja sumber data tersebut diperoleh. Jenis data yang diuraikan sesuai dengan topik pe- nelitian.

Contoh:

Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang proses pembelajaran membaca geguritan, kemampuan siswa dalam membaca geguritan, minat siswa dalam membaca geguritan, strategi yang diguna-kan

guru dalam pembelajaran susastra Jawa di kelas, dan kemampuan guru dalam dalam menyusun perangkat pembelajaran (RPP dan pelaksa-naan pembelajarannya). Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi:

a. Tempat dan peristiwa berlangsungnya kegiatan pembelajaran membaca geguritan dengan menggunakan metode SAVI dan kegi-atan

lain yang berkaitan.

b. Informan atau nara sumber, yaitu siswa dan guru pengampu baha-sa Jawa kelas VII-C SMPN 20 Surakaarta.

c. Dokumen atau arsip, antara lain berupa foto-foto peristiwa kegiatan pembelajaran membaca geguritan, hasil tes siswa, buku pendam-ping

pelajaran bahasa Jawa, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), silabus, dan hasil angket siswa.

(26)

Pada dasarnya teknik pengumpulan data dalam PTK itu selaras de-ngan data yang akan dikumpulkan dan sumber data yang dapat diperoleh peneliti. Karena itu, teknik pengumpulan data yang dapat digunakan oleh peneliti tidak hanya satu teknik saja, tetapi menggunakan banyak teknik. Walcott (dalam Nana Syaodih Sukmadinata, 2008) mengemukakan tiga kelompok teknik pengumpulan data, yang disebutnya sebagai strategi pekerjaan lapangan primer. Ketiga kelompok teknik pengumpulan data yang dimaksud itu adalah pengalaman, pengungkapan, dan pengujian. Dalam PTK, pengalaman dapat dilakukan dalam bentuk observasi pasif dan observasi partisipatif. Strategi pengungkapan dilakukan melalui wa-wancara, angket, dan pengukuran dengan tes. Strategi pembuktian dilaku-kan dengan mencari bukti-bukti tertulis atau dokumentasi. Seturut dengan penjelasan di atas maka teknik yang dapat diguna-kan untuk mengumpulkan data dalam PTK itu meliputi observasi, wawan-cara, angket, kajian dokumen, dan tes. Secara singkat, teknik-teknik pe-ngumpulan data tersebut dapat dijelaskan berikut ini.

a. Observasi atau Pengamatan

Observasi atau pengamatan dalam PTK digunakan untuk mengu-kur tingkah laku individu siswa atau proses suatu kegiatan yang dapat di-amati, baik dalam situasi alamiah maupun dalam situasi buatan. Tingkah laku atau proses suatu kegiatan PTK yang dapat diobservasi, misalnya: tingkah laku siswa pada saat belajar, tingkah laku guru pada saat menga-jar, partisipasi siswa dalam diskusi, penerapan media pembelajaran. Kare-na itu, melalui pengamatan dapat diketahui tingkah laku siswa maupun guru pada saat proses pembelajaran berlangsung. Jadi, pengamatan itu dilakukan terhadap guru ketika ia melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas maupun kinerja siswa selama proses

pembelajaran berlangsung. Dalam

(27)

dilakukan dengan cara memberi tanda cek ( ) bila pedoman observasi disediakan jawaban.

b. Wawancara

Wawancara dan kuesioner sebagai alat pengumpul data digunakan untuk mendapatkan informasi berkenaan dengan pendapat, aspirasi, ha-rapan, persepsi, keinginan, keyakinan, dan sebagainya dari responden. Cara ini dilakukan melalui pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diajukan oleh peneliti secara lisan kepada responden dan jawaban yang diberikan oleh responden juga secara lisan. Agar data tidak mudah hilang atau lupa dan informasi yang diperoleh bisa lengkap maka wawancara dapat dire-kam dengan menggunakan

tape,video, atau jenis alat perekam lain. Ada dua jenis

wawancara, yaitu wawancara terstruktur dan wawan-cara bebas. Dalam wawancara terstruktur, pertanyaan dan jawaban telah disiapkan oleh peneliti sehingga jawaban dari responden tinggal dikatego-risasi pada alternatif jawaban yang telah dibuat. Data yang diperoleh me-lalui cara ini mudah diolah dan dianalisis untuk membuat simpulan. Dalam wawancara bebas, peneliti tidak perlu menyiapkan pertanyaan maupun jawaban sehingga responden memiliki kebebasan dalam mengemukakan pendapatnya. Cara ini dapat memberikan data lebih lengkap dan padat kepada peneliti. Namun, peneliti dalam menganalisis data harus bekerja keras untuk membuat simpulan yang diperoleh dari hasil jawaban respon- den yang beraneka ragam.

c. Angket atau Kuesioner

(28)

nominal, namun ada juga yang berbentuk data ordinal maupun data interval. Agar dapat menghasilkan data interval, alternatif jawaban yang terdapat dalam angket dapat ditransformasi dalam bentuk simbol ku- antitatif. Hal itu dapat dilakukan dengan cara memberi skor terhadap seti-ap jawaban berdasarkan kriteria tertentu. Misalnya, dalam angket ditanya- nyakan tentang tingkat pendidikan responden. Makin tinggi tingkat pendi- dikan responden maka makin besar skor yang dapat diberikan kepadanya. Karena itu, untuk melihat validitas jawaban angket, ada baiknya peneliti melakukan wawancara secara acak pada responden dengan pertanyaan yang identik dengan isi angket yang telah dijawabnya.

d. Kajian Dokumen

Dalam PTK juga dilakukan kajian terhadap berbagai dokumen/ ar-sip, baik yang dimiliki oleh siswa, guru, atau pihak sekolah. Biasanya kaji-andokumen/arsip itu seperti kurikulum, RPP yang dibuat oleh guru, buku-buku atau materi pelajaran, hasil tulisan atau tugas siswa, dan nilai yang diberikan oleh guru kepada siswa.

e. Tes

(29)

mengukur dan ada pula hanya mendeskripsikan. Tes bersifat mengukur biasanya di- susun dalam bentuk skala, skala sikap, minat, motivasi; sedangkan bersi- sifat mendeskripsikan biasanya dikategorikan sebagai inventori.

Contoh:

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindak-an

kelas ini, yaitu: a.

Observasi

Dalam penelitian ini, observasi yang peneliti lakukan adalah obser-vasi berperanserta pasif. Artinya, peneliti hanya mengamati kegiatan pem- belajaran yang dilakukan oleh guru dan siswa di kelas, tidak terlibat aktif selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Karena itu, peneliti mengam- bil tempat duduk di belakang agar dapat melakukan observasi secara lelu- asa. Melalui cara ini peneliti berharap dapat mencatat atau merekam se-gala sesuatu yang terkait

dengan pembelajaran yang terjadi di kelas.

Observasi terhadap guru difokuskan pada pelaksanaan pembelajar- an menulis cerkak dengan metode peta pikiran (mind mapping). Observasi kinerja

guru diarahkan pada kegiatannya dalam menjelaskan materi pel-ajaran, memotivasi siswa, mengajukan pertanyaan dan menanggapi ja-waban siswa, memberikan latihan dan umpan-balik, dan melakukan peni-laian terhadap hasil belajar siswa. Sementara itu, observasi terhadap sis- wa difokuskan pada tingkat respons dalam mengikuti pelajaran, seperti: aktif bertanya dan menanggapi rangsangan dari guru atau pun dari teman, aktif mengerjakan tugas, aktif memberikan sumbangan pikiran dalam me- mecahkan masalah tanpa diminta oleh guru, dan kegiatan lain yang positif dapat menunjang kegiatan belajarnya. Hasil observasi tersebut peneliti diskusikan dengan guru, kemudian dianalisis bersama untuk mengetahui kekurangan dan diupayakan menca-ri solusi pemecahannya. Hasil diskusi ini sebagai pijakan bagi guru dalam melakukan tindakan pembelajaran berikutnya.

(30)

Teknik wawancara digunakan setelah peneliti selesai mengobser-vasi kegiatan pembelajaran di kelas dan mengkaji dokumen. Wawancara dilakukan antara peneliti dengan guru dan siswa. Wawancara ini dimak- sudkan untuk memperoleh data tentang berbagai hal yang berkaitan de- ngan pelaksanaan pembelajaran menulis cekak. Kemudian, dari hasil wa- wancara, observasi, dan

kajian dokumen dilakukan identifikasi permasa-lahan dalam pembelajaran

menulis cekak dan faktor-faktor penyebabnya.

Wawancara juga dilakukan setelah peneliti selesai mengobservasi kegiatan pembelajaran dan mengkaji dokumen dalam setiap siklus yang direncanakan. Guna menggali informasi lebih mendalam, peneliti melaku- kan diskusi dengan guru terkait dengan pelaksanaan pembelajaran menu- lis cerkak

dengan metode peta pikiran (mind mapping). Dalam diskusi ini diharapkan

guru bisa lebih terbuka untuk mengungkapkan ikhwal kelebih-an dan kekuranganya selama melaksanakan kegiatan pembelajaran dan mau menerima masukan dari peneliti. Hal ini dilakukan untuk menyama-kan persepsi tentang berbagai hal yang perlu disepakati dan dilakukan gu- ru dalam pembelajaran menuliscerkakpada siklus berikutnya.

c. Angket

Dalam penelitian ini, peneliti juga menggunakan angket sebagai alat pengumpul data. Hal ini dilakukan dengan cara meminta guru dan siswa untuk menjawab beberapa pertanyaan yang berhubungan dengan pembelajaran menulis cerkak, minat dan motivasi menulis cerkak, teknik pembelajaran

menulis cerkak, dan sebagainya. Jadi, angket ini diberikan untuk mengetahui

berbagai hal yang terkait dengan pembelajaran menulis cerkak dengan metode

peta pikiran (mind mapping).

Angket diberikan sebelum dan sesudah tindakan. Hasil angket ini kemudian dianalisis untuk membuat simpulan apakah telah terjadi pening- katan kualitas proses dan hasil terkait dengan pembelajaran menulis cer-kak yang

dilaksanakan dengan metode peta pikiran (mind mapping).

(31)

Teknik ini digunakan untuk menganalisis dokumen yang telah dida-patkan dari hasil observasi. Dokumen-dokumen yang dimaksud meliputi catatan lapangan, RPP yang dibuat guru, kurikulum/silabus, buku atau materi pelajaran, hasil karangan siswa, nilai karangan yang dibuat guru, rekaman kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru di kelas. Kajian ber- bagai dokumen ini bertujuan untuk mendapatkan profil kemampuan siswa dalam menulis cerkak

secara komprehensif.

e. Tes

Tes ini digunakan untuk mengetahui perkembangan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis cerkak yang dilaksanakan dengan meto-de peta

pikiran (mind mapping). Dalam penelitian ini, guru melaksanakan pretes dan

postes. Pretes menuliscerkakdiberikan di awal penelitian, di- maksudkan untuk

mengindentifikasi kekurangan guru dan siswa dalam proses pembelajaran; sedangkan postes diberikan di setiap akhir siklus (sesuai siklus yang ada) untuk mengetahui perkembangan kualitas hasil kemampuan siswa menulis cerkak.

Langkah peneliti dalam pengambilan data dengan menggunakan tes ini adalah menyiapkan perangkat tes, menyiapkan indikator keberhasil- an, melakukan tes, dan kemudian menilai serta mengolah data yang di-peroleh dari hasil pembelajaran.

5. Teknik Pemeriksaan Validitas Data

Salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh data penelitian, yaitu pemeriksaan validitas data. Pemeriksaan validitas data dapat menja- di dasar yang kuat bagi peneliti dalam mempertanggungjawabkan data penelitian dan menarik simpulan. Karena itu, sebelum melakukan pemerik- saan validitas data, peneliti perlu memahami tekniknya. Teknik yang digu- nakan untuk memeriksa validitas data antara lain adalah triangulasi dan reviu informan kunci.

(32)

yaitu: (1) triangulasi sumber; (2) triangulasi metode; (3) triangulasi peneliti; dan (4) triangulasi teori. Triangulasi sumber berarti pe- neliti membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawan- cara. Triangulasi metode, yaitu peneliti memeriksa beberapa sumber data dengan menggunakan metode yang sama. Triangulasi peneliti ialah pe- meriksaan data dengan cara membandingkan hasil pekerjaan peneliti de-ngan pengamat lainnya. Triangulasi teori dilakukan dengan cara memban- dingkan satu teori dengan teori yang lain. Reviu informan kunci adalah mengonfirmasikan data atau interpre-tasi temuan kepada informan kunci sehingga diperoleh kesepakatan anta- ra peneliti dan informan tentang data atau interpretasi temuan tersebut (Suwandi, 2009:60). Kesepakatan ini dapat tercapai bila keduanya saling terbuka dan jujur. Sikap terbuka dan jujur itu dikembangkan ketika antar-tim peneliti berdiskusi setelah kegiatan observasi dan kajian dokumen.

Contoh:

Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data dalam pe-nelitian ini, antara lain:

a. Triangulasi sumber data. Teknik ini digunakan untuk menguji validi- tas data, misalnya tentang keantusiasan siswa selama mengikuti pembelajaran membaca tembang macapat. Untuk itu, peneliti mela-kukan pemeriksaan

data yang diperoleh dari siswa selaku informan dengan sumber data dokumen yang berupa foto-foto pada waktu pembelajaran berlangsung dan catatan lapangan.

b. Triangulasi metode. Teknik ini digunakan untuk membandingkan data, misalnya tentang kesulitan siswa dalam membaca tembang macapat dan

faktor-faktor penyebabnya. Dalam hal ini peneliti membandingkan hasil observasi dengan data dari siswa yang di-peroleh melalui angket dan wawancara terstruktur.

c. Revieu informan.Teknik ini dilakukan untuk mengecek kevalidan informasi dari informan kunci. Teknik ini dilakukan dengan cara mendiskusikan kembali informasi yang sudah diperoleh kepada informan agar diperoleh kesepakatan, misalnya tentang kesulitan siswa dalam membaca tembang macapat, model pembelajaran membaca tembang macapat,dan sebagainya.

6. Teknik Analisis Data

(33)

teknik analisis kritis. Teknik deskriptif komparatif adalah teknik mendeskripsikan data yang dilakukan dengan cara membandingkan data kuantitatif yang diperoleh dari hasil pembelajaran antarsiklus. Di sini, pe-neliti membandingkan hasil pratindakan dengan hasil pada akhir tindakan setiap siklus. Teknik analisis kritis adalah teknik mendeskripsikan data untuk mengungkap data kualitatif yang diperoleh dari pengamatan kegiat- an siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Teknik pengungkapan da- ta ini dikerjakan berdasarkan kajian teoretis maupun dari standar yang su- dah ditentukan. Sebagai peneliti, teknik analisis data ini harus dipahami agar hasil penelitiannya dapat memberikan manfaat dalam upaya mening- katkan kualitas pembelajaran secara tepat sesuai kondisi yang terjadi di kelas. Selanjutnya, hasil analisis data tersebut dapat dijadikan dasar oleh peneliti dalam menyusun rencana tindakan pada tahap berikutnya, sesuai dengan siklus yang ada.

Contoh:

Sesuai dengan tujuan penelitian, teknik analisis data yang diguna-kan dalam penelitian ini adalah teknik analisis deskriptif komparatif dan teknik analisis kritis. Teknik analisis deskriptif komparatif digunakan untuk membandingkan nilai rata-rata kemampuan siswa berpidato dengan me-nerapkan

unggah-ungguhbahasa Jawa sebelum tindakan, setelah siklus I, dan setelah siklus

II. Teknik analisis kritis digunakan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja guru dan siswa dalam proses pembel-ajaran sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Dari kedua hasil analisis tersebut akan menjadi dasar bagi peneliti dalam menyusun perencanaan tindakan selanjutnya sesuai dengan siklus yang telah direncanakan.

7. Indikator Kinerja

(34)

tanpa didasari penetapan indikator-indikator pengukurnya terlebih dahulu? Kemungkinan tersebut sangat kecil, kecuali itu terjadi pa- pada kegiatan penelitian dasar. Jadi, indikator kinerja dalam PTK adalah rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan bagi peneliti dalam menentu- kan keberhasilan atau keefektifan

tindakan yang telah dilakukan.

Indikator kinerja tersebut dapat disajikan secara deskriptif dengan disertai tolok ukur kuantitatifnya atau dibuat dalam bentuk tabel yang di dalamnya berisi deskripsi dan tolok ukur kuantitatif. Biasanya pemilihan cara penyajian itu tergantung pada aspek komunikatif dan kepraktisan.

Contoh:

Pada umumnya, kualitas pembelajaran dapat dilihat dari segi pro-ses dan hasil. Proses pembelajaran dikatakan berhasil bila setidaknya 75% siswa terlibat aktif, baik secara fisik, mental, ataupun sosial selama pembelajaran berlangsung. Selain itu, siswa juga harus menunjukkan se-mangat yang tinggi dalam belajarnya. Dari segi hasil, proses pembelajaran dikatakan berhasil bila setidaknya terdapat 75% siswa mengalami per-ubahan positif dan memiliki

outputbermutu tinggi.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah terjadi peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran. Proses pembelajaran dikatakan berhasil bila setidaknya 75% siswa fokus dan aktif dalam pembelajaran. Dari aspek hasil, setidak- nya terdapat 75% siswa mampu mengerjakan soal menulis kalimat seder- hana berhuruf Jawa, dengan perolehan nilai 70 sesuai batas KKM.

atau

Untuk mengukur keberhasilan tindakan, peneliti perlu merumuskan indikator-indikatornya. Berdasarkan prosedur pembelajaran yang dilaku-kan, ternyata guru dalam membelajarkan apresiasi tembang campursari belum

(35)

Tabel 2. Indikator Kinerja Penelitian

Rendah Tinggi 70% Diamati dari jumlah

siswa yang

memper-Rendah Tinggi 70% Diamati saat

pem-belajaran dengan Banyak sedikitnya siklus tersebut sesuai dengan masalah yang akan dipe-cahkan dan kondisi yang akan ditingkatkan. Sebelum pelaksanaan peneli-tian, peneliti dapat melakukan persiapan sebagai kegiatan pratindakan. Setelah itu, peneliti melaksanakan kegiatan penelitian sesuai siklus yang telah direncanakan. Setiap siklus memiliki tahapan, yaitu:(1) Perencanaan; (2) Pelaksanaan; (3) Pengamatan; dan (4) Refleksi. Selanjutnya, setiap tahapan penelitian tersebut dapat dijelaskan berbagai kegiatan.

Contoh:

(36)

Pratindakan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pratindakan meliputi:

a. mengidentifikasi masalah pembelajaran menulis narasi di kelas VII-E SMPN 20 Surakarta, dengan mewawancarai siswa, guru, dan kepala sekolah. Hasil wawancara itu diuji kebenarannya dengan melakukan observasi pembelajaran menulis narasi yang dilakukan guru di kelas;

b. menganalisis masalah pembelajaran menulis narasi yang didasari pa-da teori dan penelitian yang relevan;

c. menyusun bentuk tindakan yang sesuai untuk mengatasi permasalah-an yang ditemukan dengan menerapkan media cerita wayang bergam-bar pada siklus I, II, dan seterusnya;

d. menyusun jadwal penelitian dan rancangan pelaksanaan tindakan;

e. menyusun lembar observasi dan lembar evaluasi kinerja siswa, yang berupa rubrik penilaian menulis narasi.

Pelaksanaan Tindakan

Indikator kinerja penelitian ini adalah meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis narasi pada siswa kelas VII-E SMPN 20 Sura- karta melalui penerapan media cerita wayang bergambar. Setiap tindakan menunjukkan peningkatan indikator yang telah dirancang dalam siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelak-sanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi untuk perencanaan siklus ber-ikutnya. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus.

Siklus I

a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini peneliti menyusun:

1) perangkat pembelajaran, berupa penentuan kompetensi dasar yang akan diteliti, menyiapkan media pembelajaran berupa teks cerita yang bergambar, dan rubrik penilaian menulis narasi.

2) skenario pembelajaran dengan kegiatan, antara lain peneliti:

(37)

b) menugasi siswa membaca dialog dalam teks cerita wayang dan mengamati gambar naratifnya.

c) menugasi siswa menulis kerangka cerita wayang bergambar yang baru saja disimaknya.

d) menugasi siswa mengembangkan kerangka itu dengan mengamati gambar naratif yang tersedia.

e) menugasi siswa merevisi hasil karangannya.

f) menilai hasil karangan narasi siswa pada lembar penilaian.

3) Peneliti dan siswa mendiskusikan kesimpulan pembelajaran dan memberitahu hasil karangan yang terbaik di kelas tersebut.

4) Peneliti mengakhiri pembelajaran dengan memberi tugas untuk per-temuan berikutnya.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap ini merupakan pelaksanaan atas skenario pembelajaran yang telah disusun seperti di atas. Dalam satu siklus alokasi waktu yang ter-sedia adalah 2 x 40 menit. Bersamaan dengan tahap ini, dilakukan pu-la observasi terhadap dampak tindakan.

c. Tahap Pengamatan

Tahap ini dilakukan dengan mengamati jalannya penerapan media teks cerita wayang pada proses pembelajaran menulis narasi yang telah di-laksanakan untuk mendapatkan data tentang hasil tindakan pertama. Peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa dan guru yang sedang melakukan kegiatan belajar-mengajar di kelas. Peneliti mengamati ke-aktifan siswa mulai sebelum dan selama proses pembelajaran menulis narasi berlangsung. Kegiatan yang lain, yaitu mengisi rubrik penilaian yang telah dipersiapkan. Hasil penilaian tersebut dicek ulang dengan mengamati lebih seksama hasil tulisan narasi siswa. Pada akhir tin-dakan, dilakukan wawancara dengan siswa mengenai kesan mereka menulis narasi dengan media teks cerita wayang.

(38)

Pada tahap ini dilakukan analisis hasil observasi dan interpretasi ke-mudian disimpulkan untuk melakukan pembenahan dan penyempur-naan bagian mana yang telah dan belum memenuhi target.

Siklus II dan Siklus berikutnya

Tahap-tahap yang akan dipaparkan pada siklus II sama dengan

si-klus I. Akan tetapi, pada sisi-klus II harus didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil refleksi siklus I. Hal ini dimaksudkan agar kele-mahan-kelemahan yang terjadi pada siklus I tidak terjadi pada siklus II. Demikian juga pada siklus III, termasuk tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi mengacu pada siklus sebelumnya. Media cerita wayang bergambar yang digunakan pada tiap siklus melalui diskusi de-ngan siswa dan teman sejawat yang dinilai memiliki pemahaman di bidang tersebut serta disesuaikan dengan tema yang sedang dibahas.

H. Jadwal Kegiatan Penelitian

Jadwal kegiatan penelitian merupakan urutan dan rincian rencana kerja yang menggambarkan kegiatan penelitian mulai dari awal sampai penyusunan laporan. Dalam jadwal tersebut hendaknya mampu menjelas-kan jenis-jenis kegiatan apa saja yang akan dilakukan dan kapan pelaksa-naannya. Bila di dalam jadwal berisi rencana kerja seperti itu maka jadwal dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi peneliti dalam melakukan kegiat-annya agar tepat waktu dan tepat

sasaran. Dalam paparan ini, pembuatan jadwal

kegiatan penelitian tidak per-lu dikemukakan contohnya lagi. Sebab, pembuatan jadwal seperti ini su-dah penulis sajikan dalam pembahasansettingpenelitian.

I. Daftar Pustaka

(39)

memuat semua sumber rujukan yang diacu. Ada beberapa alasan pengacuan dilakukan, antara lain:

1. Menunjukkan keterkaitan dengan temuan-temuan penelitian sebe-lumnya sehingga posisi kontribusi keilmuan penelitiannya terlihat.

2. Menunjukkan kemajuan ilmu yang ditandai dengan akumulasi te-muan-temuan secara berkesinambungan (state of the arts).

3. Pengakuan adanya temuan atau ide serupa sebagai pembanding untuk ditelaah atau dibahas lebih lanjut.

4. Mendukung argumentasi penulis.

5. Menghindari kecenderungan plagiasi.

Penjelasan di atas menunjukkan bahwa daftar pustaka memiliki peran penting dalam penulisan proposal atau laporan PTK. Karena itu, tulislah bahan-bahan pustaka yang dirujuk dalam proposal atau laporan PTK. Pada umumnya, penyusunan daftar pustaka dilakukan menurut ab-jad nama pengarang pertama.Cara menuliskan nama pengarang terlebih dahulu nama belakang, kemudian nama depan (disingkat). Susun balik nama ini tidak hanya nama pengarang pertama, tetapi juga dilakukan pa-da nama pengarang berikutnya. Cara

ini berlaku secara internasional.

(40)

ialah pencantuman gelar akade-mis. Kesalahan ini sering dilakukan tidak hanya para pelajar, mahasiswa, dan guru, tetapi tidak terkecuali juga dosen. Hal ini terjadi mungkin karena mereka benar-benar tidak tahu cara penulisan daftar pustaka, mereka ingin menghargai dan mendewakan gelar, atau karena penerbit yang di-acunya memang salah telah mencantumkan gelar tersebut bersama nama

pengarangnya. Acuan

penyusunan daftar pustaka dapat ditemukan dari berbagai sumber dan masing-masing sumber memiliki cara penulisan yang berbeda

Contoh:

Buku

Elliot, J. 1991. Action Research for Education Change. Philadelphia: Open

University Press.

Buku terjemahan

Freire, P., et.al. 2004.Menggugat Pendidikan: Fundamentalis, Konservatif, Liberal, Anarkis. Diterjemahkan oleh Omi Intan Naomi. Yogyakarya:

Pustakan Pelajar.

Skripsi, tesis, disertasi, laporan penelitian

Utami, TS.2011. Penggunaan Metode Peta Pikiran (Mind Mapping) untuk

Meningkatkan Kemampuan Menulis Argumentasi pada Siswa Kelas X-1 SMAN 1 Slogohimo, Wonogiri . Skripsi tidak diterbitkan.

Sura-karta: Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP Universitas Sebelas Maret.

Makalah seminar, lokakarya, penataran

Suryanto, E. 2010. Teknik Penulisan Artikel di Jurnal Ilmiah . Makalah di-sajikan dalam Seminar Peningkatan Kualitas Guru Melalui Penulis-an Karya Ilmiah yang diselenggarakan SMPN 1 Colomadu,

(41)

Dokumen resmi

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.2006. Jakarta: PT Tamita Utama.

Artikel dalam jurnal atau majalah

Arifin, S. 2004. Konflik dan Harmonitas Sosial dalam Relasi dengan Sesa-ma .Jurnal Character Building,Volume 1, Nomor 1, hlm. 21-23.

Buku kumpulan artikel

Saukah, A. & Waseso, MG (Ed.). 2002. Menulis Artikel untuk Jurnal Ilmiah

(Edisi ke-4, cetakan ke-1). Malang: UM Press.

Artikel dalam internet

Kumaidi. 1998. Pengukuran Bekal Awal Belajar dan Pengembangan Tes-nya . Jurnal Ilmu Pendidikan (Online), Jilid 5, Nomor 4. Tersedia pada

(42)

BAB III

PENYUSUNAN RANCANGAN PROPOSAL DAN

LAPORAN HASIL PTK

Pada bab ini akan dikemukakan dua hal, yaitu: (1) penyusunan ran-cangan proposal PTK dan (2) laporan hasil PTK. Penyusunan rancangan proposal sering disebut usulan penelitian atau proposal penelitian, se-dangkan laporan hasil penelitian merupakan laporan hasil akhir dari kegi-atan penelitian atau laporan tertulis terkait proses dan hasil penelitian. La-zimnya, rancangan proposal dibuat peneliti sebelum penelitian dilaksana-kan. Demikian halnya, laporan hasil penelitian dibuat setelah pelaksanaan penelitian selesai.

Pemaparan rancangan proposal dalam bab ini hanya menjelaskan gambaran pokok-pokok isi dan cara menjelaskannya. Demikian pula da-lam pemaparan laporan hasil penelitian hanya disajikan kerangka isi dan sistematika laporan.

A. Penyusunan Rancangan Proposal PTK

Rancangan proposal atau usulan penelitian atau proposal peneliti-an adalah rancangan yang menggambarkan apa yang akan diteliti dan ba-gaimana penelitian dilakukan. Dengan demikian, rancangan itu sebagai pedoman bagi peneliti dalam melaksanakan penelitian. Seseorang dalam menyusun rancangan proposal diperlukan pema-haman dasar-dasar penelitian. Sebab, rancangan penelitian pada hakikat-nya menjelaskan berbagai unsur penelitian dalam kaitannya dengan ma-salah yang diteliti.

Semua penelitian, termasuk PTK, yaitu dilandasi adanya masalah, adanya keinginan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya kita melihat data bahwa hasil keterampilan menulisparikankelas VII sangat rendah. Berdasarkan

(43)

Keterampilan Menulis Parikan pada Siswa Kelas VII-3 SMPN IV Surakarta

Melalui Penerapan Metode Keterampilan Proses .

Setelah permasalahan sudah ditemukan, peneliti lalu menyusun rancangan proposal yang sering disebut usulan penelitian atau proposal penelitian. Bentuk dan isi rancangan proposal PTK kadang-kadang kita temu-kan urutannya berbeda, namun hakikatnya adalah sama. Oleh karena itu, jika lembaga atau instansi telah merujuk atau menetapkan penyusunan rancangan proposal PTK dengan menggunakan sistematika tertentu, se-baiknya peneliti mengikuti gaya selingkung tersebut. Sekedar bahan per- perbandingan, berikut ini dipaparkan rancangan proposal PTK dari penda-pat beberapa pakar.

Menurut Arikunto (dalam Arikunto, dkk., 2006:34), komponen pro-posal penelitian tindakan meliputi hal-hal berikut:

JUDUL PENELITIAN

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Sasaran Tindakan C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Hasil Penelitian II. KAJIAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian B. Sasaran Penelitian C. Rencana Tindakan

D. Data dan Cara Pengambilannya E. Analisis Data

IV. PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

(44)

A. JUDUL PENELITIAN

B. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

2. Perumusan dan Pemecahan Masalah 3. Tujuan Penelitian

4. Membuat Penelitian

C. KAJIAN PUSTAKA

D. METODOLOGI PENELITIAN

E. JADWAL PELAKSANAAN

DAFTAR PUSTAKA

Di lain pihak, Mulyasa (2009:60-74) mengemukakan bahwa propo-sal PTK memuat:

A. Judul Penelitian B. Bidang Kajian

C. Latar Belakang Masalah

D. Identifikasi dan Perumusan Masalah E. Cara Memecahkan Masalah

F. Hipotesis Tindakan

G. Tujuan dan Kegunaan Penelitian H. Kajian Teori

I. Rencana dan Prosedur Penelitian J. Jadwal Kegiatan

K. Pembiayaan

L. Personalia Penelitian M. Daftar Pustaka N. Lampiran-lampiran

Berikutnya, Suwandi (2009:43) mengungkapkan bahwa proposal PTK pada umumnya terdiri atas komponen-komponen berikut:

(45)

Pengesahan (jika perlu

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Tujuan C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori B. Kerangka Berpikir C. Hipotesis Tindakan

III. METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian B. Subjek Penelitian C. Data dan Sumber Data D.Teknik Pengumpulan Data E.Validitas Data

F. Teknik Analisis Data

G. Indikator Kinerja/Keberhasilan H. Prosedur Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Beberapa pendapat di atas ternyata banyak kesamaan. Intinya, peyusunan rancangan proposal PTK meliputi komponen-komponen berikut:

1. Judul Penelitian

Judul penelitian hendaknya singkat, jelas, tidak menimbulkan tafsir anda,menggambarkan masalah yang diteliti dan berbagai tindakan untuk

meng-atasi masalah tersebut

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir
Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan Penelitian
Tabel 2. Indikator Kinerja Penelitian
Gambar 1. Kerangka Berpikir
+4

Referensi

Dokumen terkait

Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan inferensial (Ankova Dua Jalur). Hasil penelitian diperoleh: 1) terdapat pengaruh

Penulisan ini menggunakan metode deskriptif analisis yang memanfaatkan data kualitatif, sesuai dengan tujuan peneliti yaitu untuk mendeskripsikan penerapan model

Setelah data terkumpul, selanjutnya data dianalisis sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Analisis data dimulai sejak pengumpulan data dan dikerjakan secara

Setelah berbagai data terkumpul, maka untuk menganalisisnya digunakan teknik analisis deskriptif, artinya peneliti berupaya menggambarkan kembali data-data yang telah

Setelah semua data terkumpul, maka langkah berikutnya adalah analisis data.Data yang diperoleh dalam penelitian ini kemudian dianalisis menggunakan teknik analisis

Data yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan mengikuti cara kerja PTK yang dilakukan melalui putaran spiral terdiri dari

Data yang terkumpul kemudian diolah dengan menggunakan alat analisis deskriptif dan Structural Equation Model (SEM). Teknik analisis yang dipergunakan untuk menganalisis data

Penggunaan analisis kuantitatif supaya data yang terkumpul dapat memberikan angka yang sesuai dengan yang diinginkan, maka peneliti menganalisa data secara deskriptif kuantitatif