• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hipertensi Menurut Kedokteran Barat 2.1 Anatomi dan Fisiologi

2.1.1 Jantung

Jantung adalah sebuah organ dalam yang mempunyai ukuran sebesar genggaman tangan, dan berat kurang lebih 250-300 gram.berongga di tengahnya. Berbentuk kerucut yang mana tersusun atas jaringan otot jantung yang sifatnya involunteer (tidak sadar) (Gama, 2019).

a. Letak Jantung

Jantung terletak didalam rongga dada, berposisi di tengah condong ke kiri, berbatas kanan dan kiri dengan paru-paru, berbatas bawah dengan otot diagframa, terletak di sebuah ruang atau celah diantara paru-paru kanan dan kiri yang disebut sebagai ruang mediastinum.

(Gama, 2019)

b. Selaput Pembungkus Jantung

Selaput pembungkus jantung tersusun oleh membrane fibroserosa dan permukaan pembuluh darah besarnya. Fungsi selaput ini adalah untuk melindungi jantung dari gesekan dari organ-organ yang berada di sekitarnya, seperti tulang rusuk dan paru-paru. Selaput ini terdiri dari 2 lapisan, yaitu:

1) Selaput pembungkus jantung fibrosa merupakan lapisan bagian luar yang keras.

2) Selaput pembungkus jantung serosa merupakan lapisan bagian dalam, dan terdiri dari 2 lapisan:

a) Selaput pembungkus jantung parietal

Adalah selaput yang melekat pada tulang rusuk, rongga dada dan organ paru-paru.

b) Selaput pembungkus jantung visceral

Adalah selaput yang melekat pada jantung pada lapisan pericardium (Rizka, 2018).

(2)

6 2.1.2 Pembuluh Darah

Pembuluh darah terdiri atas arteri, arteriol, , kapiler, venula dan vena.

a. Arteri

Adalah tabung yang dilalui darah yang dialirkan pada jaringan dan organ. Arteri terdiri dari lapisan dalam: lapisan yang licin, lapisan tengah jaringan elastin/otot: aorta dan cabang-cabangnya besar memiliki laposan tengah yang terdiri dari jaringan elastin (untuk menghantarkan darah untuk organ), arteri yang lebih kecil memiliki lapisan tengah otot (mengatur jumlah darah yang disampaikan pada suatu organ).

b. Arteriol

Adalah pembuluh darah dengan dinding otot polos yang relatif tebal. Otot dinding arteriol dapat berkontraksi. Kontraksi menyebabkan kontriksi diameter pembuluh darah. Bila kontriksi bersifat lokal, suplai darah pada jaringan/organ berkurang. Bila terdapat kontriksi umum, tekanan darah akan meningkat.

c. Kapiler.

Pembuluh darah utama adalah pembuluh berdinding tipis yang berjalan langsung dari arteriol ke venul. Kapiler adalah jaringan pembuluh darah kecil yang membuka pembuluh darah utama.

d. Venula dan vena

Venula adalah vena kecil yang dibentuk gabungan kapiler. Vena dibentuk oleh gabungan venula. Vena memiliki tiga dinding yang tidak berbatasan secara sempurna satu sama lain (Rizka, 2018).

2.2.3 Darah

Darah adalah jaringan cair yang terdisi atas 2 bagian. Bahan interseluler adalah cairan yang disebut plasma dan didalamnya terdapat unsur-unsur padat, yaitu sel darah. Volume darah secara keseluruhan kira- kira merupakan 1/12 berat badan atau kira-kira 5 liter. Sekitar 55% adalah cairan, sedangkan 45% sisanya terdiri dari sel darah. Plasma terdiri dari air (91%), protein (8%), Mineral (0,9%), dan sisanya diisi oleh sejumlah

(3)

7

bahan organic yaitu glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatin, kolestrol, dan asam amino.(Evelyn, 2013)

2.2. Definisi Hipertensi

Tekanan darah merupakan kekuatan yang diberikan oleh darah ke dinding pembuluh darah. Tekanan darah pada seseorang tergantung pada pekerjaan yang dilakukan oleh jantung dan daya tahan pembuluh darah (Jitowiyono, 2018). Tekanan darah tinggi atau hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah secara konsisten yang meliputi tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik dengan nilai diatas 140/90 mmHg (Mary et al, 2008).

Denyutan jantung bisa memompa darah ke seluruh bagian tubuh. Ketika darah dipompa ke dalam pembuluh arteri, tekanan yang mendorong dinding pembuluh arteri disebut sebagai “tekanan darah”. “Tekanan sistolik” atau

“tekanan darah atas” merupakan tekanan yang diberikan pada dinding pembuluh arteri saat jantung berkontraksi. “Tekanan diastolik” atau “tekanan darah bawah” merupakan tekanan yang diberikan pada dinding pembuluh arteri saat jantung berelaksasi. Hipertensi (peningkatan tekanan darah) adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus- menerus lebih dari satu periode. Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole konstriksi. Kontriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan melawan dinding arteri (Udjianti, 2011).

2.3. Etiologi Hipertensi

Penyebab hipertensi primer atau hipertensi esensial yang diderita sekitar 95% individu secara umum tidak dapat diidentifikasi. Hipertensi primer biasanya menyerang orang dewasa dan berhubungan dengan faktor genetik.

Sedangkan pada sekunder, penyebabnya sudah dapat diidentifikasi atau diketahui. Penyebab dari hipertensi sekunder meliputi penggunaan esterogen, penyakit ginjal, dan hipertensi vaskular ginjal (Marrelli, 2008)

Penyebab hipertensi menurut Ardiansyah (2012):

a. Hipertensi primer

(4)

8

Disebabkan oleh faktor genetik, jenis kelamin, usia, diet yang tidak tepat, berat badan berlebih atau obesitas, dan gaya hidup yang tidak sehat (konsumsi alkohol dan merokok),

b. Hipertensi sekunder

Disebabkan oleh coarctation aorta, penyakit parenkim dan vaskular ginjal, penggunaan kontrasepsi hormonal (estrogen), gangguan endokrin, kegemukan, gaya hidup yang tidak sehat (kurang olahraga), stres, kehamilan, dan peningkatan volume intravascular.

2.4. Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis (Jitowiyono, 2018), menyatakan beberapa klasifikasi hipertensi, antara lain:

a. Hipertensi berdasarkan faktor penyebabnya

Faktor penyebab hipertensi atau tekanan darah tinggi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu hipertensi primer dan sekunder.

Hipertensi primer atau esensial merupakan tekanan darah tinggi yang tidak disebabkan oleh suatu penyakit. Hal ini juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti stres dan kurang olahraga. Hipertensi sekunder memiliki penyebab spesifik dan merupakan komplikasi dari masalah lain. Hipertensi jenis ini biasanya disebabkan karena diabetes (karena kedua masalah ginjal dan kerusakan saraf), penyakit ginjal, Pheochromocytoma (kanker langka kelenjar adrenal), Sindrom cushing (bisa disebabkan oleh obat kortikosteroid), hiperplasia adrenal kongenital (kelainan pada kelenjar adrenal yang menskresi kortisol), hipertiroidisme, hiperparatiroidisme, kehamilan, apnea saat tidur dan obesitas

b. Hipertensi berdasarkan bentuknya

Selain berdasarkan penyebabnya, hipertensi juga dibedakan berdasarkan bentuknya, yakni hipertensi sistolik, hipertensi diastolik, dan hipertensi campuran. Selain itu, ada juga yang disebut hipertensi pulmonal, yaitu suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang

(5)

9

menyebabkan sesak nafas, pusing, bahkan pingsan pada saat melakukan aktivitas tertentu.

c. Hipertensi pada kehamilan

Jenis hipertensi yang terakhir adalah hipertensi pada kehamilan.

Kementerian Kesehatan RI (2014) menyebutkan bahwa pada dasarnya terdapat 4 jenis hipertensi yang umumnya terdapat pada saat kehamilan, antara lain:

1) Preeklampsia atau hipertensi yang diakibatkan kehamilan (selain tekanan darah meningkat, juga didapat kelainan lain pada air kencingnya). Preeklamsi adalah penyakit yang timbul dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria yang timbul karena kehamilan.

2) Hipertensi kronik yaitu hipertensi yang sudah ada sejak sebelum ibu mengandung janin.

3) Preeklampsia pada hipertensi kronik, yang merupakan gabungan preeklampsia dengan hipertensi kronik.

4) Hipertensi gastrointestinal atau hipertensi yang sifatnya sesaat.

Hipertensi juga dapat diklasifikasikan menurut tingkatan derajat tekanan darah tinggi.

The World Health Organization (WHO) menetapkan mengenai klasifikasi hipertensi untuk memenugi tujuan pencegahan dan pengobatan hipertensi. Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekana darah diastolik ≥ 90 mmHg.

Table 2.1 Klasifikasi tingkat tekanan darah (mmHg) (2015).

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg) Optimal

Normal

Hipertensi tinggi normal Hipertensi tingkat 1 (ringan) Hipertensi tingkat 2 (sedang) Hipertensi tingkat 3 (berat)

< 120

<130 130-139 140-159 160-179

≥180

<80

<85 85-89 90-99 100-109

≥110

(6)

10 2.5. Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah tinggi pada penderita hipertensi terjadi melalui mekanisme tertentu. Beberapa mekanisme yang mempengaruhi terjadinya hipertensi antara lain:

a. Curah jantung dan tahanan perifer

Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer berpengaruh terhadap skala pengukuran tekanan darah. Sebagian besar kasus hipertensi esensial, terjadi peningkatan pada tahanan perifer tanpa diikuti peningkatan curah jantung. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan pada kondisi tersebut tubuh akan kekurangan untuk suplai oksigen dan nutrisi sehingga mengakibatkan daya kontraksi jantung menurun dan menyebabkan terjadinya penurunan curah jantung. Selain itu, tekanan darah dipengaruhi oleh konsentrasi sel otot halus yang terdapat pada arteriol. Apabila terjadi peningkatan konsentrasi otot halus yang semakin lama, maka akan mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol yang diperantarai oleh angiotensin sehingga terjadi peningkatan tahanan perifer yang bersifat irreversible (Gray et al., 2005).

b. Sistem Renin Angiotensin Aldosteron

Renin-angiostensin merupakan sistem endokrin yang berperan dalam mengontrol tekanan darah. Hipertensi terjadi melalui mekanisme terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh ACE (Angiotensin I-Converting Enzyme). Hati memproduksi angiostensinogen yang terkandung di dalam darah. Hormon renin yang diproduksi ginjal akan mengubah angiostensinogen menjadi angiostensin I (dekapeptida tidak aktif). ACE yang diproduksi di paru- paru mengubah angiostensin I menjadi angiostensin II. Angiostensin II sangat berpotensi meningkatkan tekanan darah dengan cara meningkatkan sekresi ADH (Antidiuretic Hormon) dan menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal (Fauci et al., 2008; Nuraini, 2015).

(7)

11 c. Sistem Saraf Otonom

Sirkulasi sistem saraf otonom akan menyebabkan terjadinya vasokonstriksi dan dilatasi arteriol. Sistem saraf otonom memiliki peran dalam mempertahankan tekanan darah. Pada hal ini, hipertensi terjadi karena adanya interaksi antara sistem saraf otonom dan sistem renin angiotensin aldosteron sehingga akan memengaruhi keseimbangan natrium dan volume sirkulasi (Gray et al., 2005).

2.6. Manifestasi Klinis Hipertensi

Gejala yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi yaitu sakit kepala, gelisah, jantung berdebar, perdarahan hidung, sulit tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai meliputi gangguan penglihatan, saraf, jantung, fungsi ginjal dan gangguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan dan gangguan kesadaran hingga koma (Cahyono, 2008)

Dalimarta, S. (2008) mengemukakan bahwa gejala dari hipertensi adalah sebagai berikut:

a. Sakit Kepala

Darah mengalir lebih cepat di dalam pembuluh darah di kepala sehingga kinerja otak untuk memenuhi kebutuhan oksigennya juga lebih besar. Sehingga akibat yang ditimbulkan adalah sakit kepala.

b. Leher kaku

Pembuluh darah yang ada di sekitar leher menjadi menyempit dengan berkala sehingga leher akan mengalami pengerutan baik oleh otot leher maupun pembuluh darahnya.

c. Pendarahan dari hidung (Epistaksis)

Terjadi karena lesi local hidung yang menyebabkan pembuluh darah infeksi atau penyebab lainnya yang menghancurkan pembuluh darah, sementar ahipertensi hanyalah factor pemberat dari epistaksis itu sendiri.

(8)

12 d. Wajah kemerahan dan kelelahan

Kerja jantung semakin cepat dan aliran darahnya juga cepat maka akan mempengaruhi system saraf pusat sehingga sebagai kompensasinya tubuh akan mengalami kelelahan dan aliran darah akan mengumpul di daerah wajah.

e. Mual

Pada saat darah masuk ke dalam organ lambung, maka lambung akan mendapatkan suplai darah yang banyak dan lambung juga akan meningkatkan asam lambung. Sementara asam lambung harus seimbang dengan volume makanan yang masuk. Pada pasien hipertensi terjadi penurunan nafsu makan, sehingga produktifitas asam lambung meningkat dan akan menimbulkan gejala mual.

f. Muntah

Muntah merupakan tanda umum gangguan saluran cerna dan jantung.

Muntah disebabkan oleh suatu rangkaian kontraksi otot abdomen terkoordinasi dan Gerakan peristaltic esofagus yang terbalik, khasnya didahului mual.

g. Gelisah

Pada saat ini system saraf simpatis yang merangsang pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi. Saat itu juga akan mengakibatkan tambahan aktivitas yaitu muncul perasaan gelisah

h. Pandangan kabur

Otot siliaris pada mata akan melemah akibat tekanan intraokuler. Otot ini akan merangsang daya akomodasi pada lensa sehingga letak bayangan tidak bisa sampai ke dalam titik buta retina, sehingga bayangan tidak jelas pada say di proyeksikan.

2.7. Faktor Resiko Hipertensi

Riwayat penyakit keluarga atau genetika tentu saja merupakan faktor resiko yang memegang peranan besar dalam perkembangan kasus hipertensi.

Akan tetapi, masih banyak faktor resiko lain yang dapat memicu terjadinya hipertensi. Kowalski (2010) menjelaskan faktor-faktor resiko yang menyebabkan seseorang mengalami hipertensi sebagai berikut:

(9)

13 a. Ras Hipertensi atau tekanan darah tinggi

Lebih sering dijumpai pada warga kulit hitam dibandingkan ras lain, bahkan menimpa mereka pada usia yang lebih muda. Warga negara Afrika-Amerika jauh lebih peka terhadap natrium daripada orang dengan kulit putih.

b. Obesitas dan Diabetes

Obesitas adalah faktor resiko lain yang juga menentukan tingkat keparahan dari hipertensi. Semakin besar massa tubuh seseorang maka semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi ke otot maupun jaringan tubuh yang lainya. Obesitas meningkatkan jumlah panjang pembuluh darah, sehingga meningkatkan resistensi darah yang seharusnya mampu menempuh jarak lebih jauh.

Peningkatan resistensi darah tersebut menyebabkan tekanan darah menjadi lebih tinggi.

c. Asupan Natrium dan Garam Berlebih

Natrium merupakan salah satu bentuk mineral atau elektrolit yang berpengaruh terhadap tekanan darah. Akan tetapi, respon tubuh terhadap natrium dan garam pada setiap individu berbeda-beda.

d. Alkohol

Alkohol sangat berpengaruh pada peningkatan tekanan darah dalam tubuh terutama saat dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan.

e. Stres

Stres merupakan subjek kontroversial lain dikalangan komunitas peneliti medis, meskipun dokter rumah sakit sering melihat bahwa stres sangat memengaruhi kondisi pasien mereka. Stres dapat mempercepat produksi senyawa berbahaya dalam tubuh, meningkatkan kecepatan denyut jantung dan kebutuhan suplai darah, dan kemudian meningkatkan tekanan darah serta dapat berpotensi menimbulkan serangan jantung dan sroke.

(10)

14 B. Hipertensi Menurut Ilmu Akupunktur

2.1.Definisi Hipertensi

Hipertensi merupakan keluhan yang sering terlihat didalam praktek klinis yang ditandai oleh tekanan darah yang tinggi. Menurut Ilmu Akupunktur, Hipertensi dikategorikan sebagai Xuan Yuan (Vertigo), dan Tuo Tong (sakit kepala). Keduanya disebabkan oleh stagnasi Qi hati , naiknya Yang hati dengan defisiensi Yin ginjal dan diet yang tidak tepat yang menyebabkan defisiensi limpa dan akumulasi fleghma di interior (Xinghua, 1996 ; Yin dan Lin, 2000).

Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi hipertensi tipe primer dan sekunder jika dilihat berdasarkan etiologi dan phatogenesisnya.

patogenesis primer pada hipertensi primer adalah gangguan sistem saraf pusat, sedangkan Hipertensi sekunder terjadi akibat masalah organik seperti gangguan nefrik, cardiac atau endokrin. (Xinghua, 1996 ; Yin dan Lin, 2000).

2.2. Etiologi dan Phatogenesis

Hipertensi Chinese Medicine mengklaifikasikan hipertensi menjadi dua yaitu sakit kepala atau vertigo. Penyebab hipertensi memiliki hubungan erat dengan konstutitusi genetik, diet yang tidak tepat, terlalu lelah, gangguan emosional, penuaan, depresi emosi yang berkepanjangan, ketegangan mental yang berlebihan, kebiasaan mengkonsumsi alkohol yang berlebihan, dan kecenderungan suka terhadap makanan yang berlemak dan manis (Xinghua, 1996; Ren 2006).

Penyebab lain hipertensi adalah mental injury, yang mengakibatkan stagnasi Qi hati dan selanjutnya menyebabkan berkobarnya api hati, diet yang tidak tepat, yang menyebabkan defisiensi limpa dan akumulasi phelgm interior (Xinghua, 1996 ; Ren 2006).

2.3. Diferensiasi Sindrom Hipertensi

Zhang dan Xu (2007) menjelaskan diferensiasi sindrom pada kasus hipertensi meliputi:

a. Sindrom Hiperaktivitas Yang Hati

(11)

15

Manifestasi utama pada sindrom Hiperaktivitas Yang Hati berupa dizziness, nyeri distensi di kepala, pandangan mata kabur, kemerahan pada wajah, mata merah, tinnitus, mudah marah, insomnia, urin kuning, konstipasi, lidah merah kering dengan sedikit selaput, nadi cepat seperti benang dan tegang.

b. Sindrom Defisiensi Yin Hati dan Ginjal

Manifestasi utama pada sindrom Defisiensi Yin Hati dan Ginjal berupa dizziness, palpitasi, pandangan mata kabur, tinnitus, sensasi panas di lima titik, sakit dan lemah di lutut dan pinggang, sering buang air kecil pada malam hari, keringat malam, lidah merah, nadi dalam lemah dan seperti benang

c. Sindrom Berkobarnya Api Hati

Manifestasi utama pada sindrom Berkobarnya Api Hati berupa sakit kepala, dizziness, wajah dan mata merah, mudah marah, tinnitus, ketulian, konstipasi, kering dan rasa pahit dimulut, kelelahan, gelisah, urin kuning, lidah merah dengan selaput kuning, nadi tegang dan cepat.

d. Sindrom Akumulasi Pleghma Lembab di Jiao Tengah

Manifestasi utama pada sindrom Akumulasi Pleghma Lembab di Jiao Tengah berupa pusing berputar-putar, sensasi berat di kepala, mudah ngantuk, sensasi penuh dan rasa tertekan di dada, lidah gemuk, terdapat tapak gigi dan berminyak dengan selaput keputihan, nadi licin atau tegang.

2.4. Penatalaksanaan Akupunktur dengan Kasus Hipertensi Akumulasi Phlegma Lembab di Jiao Tengah

a. Pemeriksaan

Menurut Saputra dan Idayanti (2005). Pengobatan konvensional mempunyai berbagai macam alat bantu untuk menentukn diagnosis suatu penykit. Namun dalam Chinese Medicine hanya menggunkan observasi yang cermat dari berbagai kelainan yang ada dan terlihat pada pasien yaitu menggunakan Wang, Wen, Wun, Cie yang diartikan

(12)

16

sebagai inspeksi atau cara pemeriksaan dengan cara penglihatan, pendengran, anamnesa dan perabaan

1) Pengamatan (Wang)

Wang merupakan pemeriksaan akupunktur dengan cara melihat atau mengamati berbagai kelainan yang ditunjukkan oleh penderita, pemeriksaan Wang meliputi : Shen meliputi pemeriksaan keadaan semangat, kesadaran, raut muka, dan pandangan mata penderita, Se meliputi pemeriksaan dengan memperhatikan warna kulit dan ekspresi wajah, Sing Tay meliputi pemeriksaan dengan memperhatikan bentuk tubuh, gerak-gerik, posisi tubuh, keadaan kulit, hidung, tenggorokan, pernafasan, telinga, bibir, mulut, dan kuku. Lidah meliputi pemeriksaan dengan memperhatikan otot lidah dan selaput lidah. Jika pasien terlihat bersemangat dan mata bersinar, maka menunjukkan Jing dan Qi hati serta Shen dalam keadaan cukup dan tubuh pasien masih kuat dengan penyakit yang diderita (Sim, 2012). Dan jika pada lidah pasien terlihat warna merah, maka adanya panas. Bentuk lidah yang gemuk dan pucat menandakan retensi lembab uang mengakibatkan defisiensi yang (Maciocia, 2001).

2) Pendengaran dan Penciuman (Wen)

Diagnosa dengan cara mendengarkan termasuk mendengarkan tinggi rendahnya suara, keras tidaknya suara, batuk, erangan, suara nafas, suara muntah, hiccup, borborigmus, atau suara apapun yang dikeluarkan oleh pasien. Mendiagnosa dengan penciuman untuk mencium bau mulut, keringat, bau tinja, dan bau urin pasien. Apabila suara terdengar keras dan kasar menunjukkan kondisi ekses, sedangkan suara yang halus dan kecil menunjukan kondisi defisien (Maciocia, 2001). Sedangkan pada penciuman, jika tercium bau nafas yang tidak sedap maka hal tersebut menandakan adanya panas dalam lambung (Saputra & Idayanti, 2005).

(13)

17 3) Anamnesis (Wun)

Wun adalah teknik bertanya pada pasien atau keluarga pasien yang berkaitan dengan keluhan pasien untuk mengerti proses patologi pasien. Pemeriksaan Wun untuk mengetahui data umum pasien, keluhan yang dirasakan pasien, lingkungan hidup pasien, keadaan kesehatan sebelum terserang penyakit, serta pertanyaan yang mencangkup secara luas pada keluhan utama. Dari hasil anamnesis, jika disimpulkan dapat diperoleh berbagai keterkaitan antar organ satu dengan organ lainnya. Seperti jika pasien mengeluh sering pusing dan sesak nafas itu menandakan adanya api hati mempengaruhi paru-paru.

4) Palpasi (Cie)

Pemeriksaan Akupunktur dengan cara penekanan atau perabaan pada daerah tubuh tertentu. Pemeriksaan palpasi meliputi palpasi nadi, abdomen, meridian, titik akupunktur, serta area keluhan. Cie adalah cara menentukan diagnosis dengan palpasi atau perabaan. Palpasi dapat dilakukan pada nadi dan tubuh (epigastrium, abdomen, dan titik akupunktur) Jika nadi licin menunjukan retensi cairan dan dahak, retensi makanan dan kelebihan panas (Koosnadi, 2017).

b. Diagnosis Akupunktur

Dalam menentukan diagnosa akupunktur harus diperlukan data hasil pemeriksaan dan analisa sesuai keterkaitan data atau berdasarkan teori 5 unsur yang digunakan sebagai acuan dasar ilmu akupunktur guna untuk mendapatkan hasil diagnosa yang akurat dan kuat. (Saputra & Idayanti, 2005).

c. Perencanaan

Dalam perencanaan pelaksanaan akupunktur meliputi terapi akupunktur, modalitas terapi yang digunakan dan saran anjuran.

Menurut Zhang dan Xu (2007), Bai (1996), yaitu : 1) Menentukan titik

a) Titik Utama

(14)

18 (1) Fengchi (GB 20)

Terletak pada lekuk antara m. Sternokleidomastoideus dan m. Trapezius 1 cun kranial batas rambut merupakan titik pertemuan antara meridian GV, LV, dan enam meridian Yang tangan dan kaki untuk menenangkan hati dan pikiran,

(2) Baihui (GV 20)

Terletak pada vertex tepat pada midline garis pertemuan antara telinga kanan dan kiri merupakan titik penting meridian kandung empedu yang berfungsi untuk menenangkan pikiran, (3) Sanyinjiao (SP 6)

Terletak 3 cun prominen malleolus medialis tepat tepi posterioros tibis, untuk menguatkan limpa dan menghilangkan lembab

(4) Taiyang (EX-HN 5)

Terletak pada bagian temporal dari kepala antara lateral ujung mata dan canthus eksternus dengan jarak 1 jari tangan merupakan titik yang sangat efektif untuk kasus hipertensi.

b) Titik Difrensial (1) Zusanli (ST 36)

Terletak pada 3 cun di atas os. Patela, 1 jari lateral krista tibia merupakan titik He-Sea meridian Yang Ming kaki untuk tonifikasi jiao tengah dan menghilangkan flegma-lembab, (2) Fenglong (ST 40)

Terletak pada pertengahan antara Dubi dan Jiexi, 2 jari letral krista tibia merupakan titik Luo meridian lambung untuk mengusir phlegma-lembab,

(3) Zhongwan (CV 12)

Terletak pada garis tengah 4 cun kranial umbilikus merupakan titik Mu meridian lambung untuk menguatkan limpa dan lambung,

(4) Neiguan (PC 6)

(15)

19

Terletak pada 2 cun proksimal lipat pergelangan tangan untuk merlaksasikan dada dan meregulasi Qi. Prinsip terapi yang digunakan adalah menguatkan Limpa dan menghilangkan flegma.

(5) Taichong (LR3)

Terletak pada lekuk distal pertemuan basis metatarsal I dan II. Prinsip terapi yang digunakan adalah untuk menambah yin hati dan menenangkan hati

2) Modalitas Terapi

Elektrostimulator adalah suatu perangkat elektronik yang menghasilkan gelombang listrik dengan bentuk gelombang, intensitas, dan frekuensi tertentu. Elektrostimulator merupakan alat bantu dalam terapi akupunktur modern yang digunakan untuk menciptakan keseimbangan energi didalam tubuh. Prinsip kerja dari elektrostimulator yaitu merangsang pasa titik akupunktur dengan menggunakan gelombang arus listrik. Pemilihan jenis gelombang ini sangat penting karena menentukan keamanan dan efektifitas dalam terapi (Suharningsih, 2004). Penggunaan elektrostimulator harus diperhatikan dalam pemakaian frekuensi karena berkenaan dengan tujun perlakuan yang diberikan. Penggunaan frekuensi rendah yang berkisar 1 Hz-10 Hz bertujuan untuk meningkatkan energi (tonifikasi) serta dapat dipakai pada kondisi kronis. Sedangkan untuk frekuensi tinggi dari 80 Hz-120 Hz berfungsi untuk melemahkan (sedasi) atau untuk penderita penyakit akut. Frekuensi sangat tinggi yaitu 120 Hz – 200 Hz dapat digunakan untuk efek anastesi atau untuk menghilangkan nyeri. Frekuensi rangsangan yang rendah dapat memacu pertumbuhan dan frekuensi rangsangan yang tingi dapat menekan rasa nyeri Intensitas di sesuaikan dengan sensitifitas pasien selama 15-20 menit (Suharningsih, 2004).

3) Saran dan Anjuran

Menurut Dalmatha (2008). Saran dan anjuran tersebut yaitu :

(16)

20

a) Mengatur keadaan emosi, terutama emosi banyak berpikir, selalu berfikir positif. Ketidak seimbangan emosi turut berperan dalam menjaga keadaan fungsi organ.

b) Keadaan rileks menciptakan untuk mengontrol system saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

c) Pasien dianjurkan untuk mengontrol diet, dengan menghindari makanan berlemak, pedas, gorengan,, asin dan menganti minuman dengan putih. Karena pola makan mempengaruhi peningkatan volume darah.

d) Olahraga teratur seminggu 3 kali. Olahraga dapat tekanan darah dan juga berkaitan dengan peran kegemukan pada hipertensi.

C. Mekanisme Akupunktur Terhadap Hipertensi

Menurut Zhang dan Zu (2007), mekanisme akupunktur pada hipertensi berdasarkan hasil dari beberapa penelitian yaitu berpengaruh terhadap Sistem Renin – Angiostensin – Aldosteron, Sistem Cardiovascular, Fungsi Endokron dan Endothelium :

a. Pengaruh pada system renin-angiostensin-aldosteron

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada binatang menunjukkan bahwa akupunktur dapat menurunkan tekanan darah sistolik dengan cara menghambat aktivitas plasma hypertensiongenase pada arteri renalis. Sehingga akupunktur memberikan efek dalam menurunkan aktivitas renin-angiostensin II, aldosterone, ketegangan pembuluh darah, resistensi perifer, dan retensi sodium.

b. Pengaruh pada sistem kardiovascular

Pada percobaan mengindikasikan bahwa akupunktur dapat menurunkan resistensi perifer, denyut jantung, kenaikan curah jantung, meningkatkan fungsi jantung dan mengontrol sirkulasi darah. Selain itu akupunktur dapat memperbaiki irama pembuluh darah kecil dengan pengulangan manipulasi dan stimulasi.

c. Mengatur fungsi endokrin dan endothelium

(17)

21

Jaringan endothelium mensekresikan EDRF (Endothelium Derived Relaxing Factor) dan EDCF (Endothelium Derived Contracting Factor), yang berperan penting dalam mengatur angiotasis dan mengatur tekanan darah. Akupunktur berperan dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi dengan mempengaruhi sekresi sel endotel pembuluh darah, dan mengatur keseimbangan antara EDRF dan EDCF

Menurut PDAI (2016), tujuan terapi akupunktur untuk hipertensi adalah untuk:

• Menghambat rangsang simpatis.

• Mempengaruhi SRAA (Sistem Renin Angiotensin) dengan menurunkan plasma renin, angiotensin II, dan aldosterone sehingga terjadi penurunan aktivitas SRAA

• Merugelasi subtansi vasoaktif: meningkatkan askititas NOS (nitric oxide synthase) dan kadar nirit oksida (NOS) yang merupakan vasodilator serta menurunkan kadar endotelin (ET) yang bersifat vasokonstriktor.

D. Mekanisme Kerja Titik Akupunktur

Michael D Corradino (2017) dalam bukunya

“Neuropuncture: a clinical handbook of neuroscience acupuncture 2nd.“ menjelaskan bahwa didalam mekanisme akupunktur setidaknya terdapat 4 mekanisme yang harus dilewati yaitu local, spinal segmental, endogenous opioid circuit, dan central.

a. Mekanisme Lokal

Terjadi saat jarum mulai ditusukan diarea penusukan, tubuh menstimulasi melalui sebuah “axon reflex” (yang merupakan jaringan syaraf disekitar area penusukan. Refleks ini menghasilkan stimulasi serat spesifik yang terletak di jaringan terminal primer yang disebut dengan the primary nociceptive afferent A-delta fibers (termasuk A-gamma dan terkadang A- beta) dan syaraf otot II serta III. Hal ini memicu diluncurkan CgRp, salah satu dari bagian tubuh yang memiliki kekuatan melepaskan vasodilator yang akan melebarkan pembuluh

(18)

22

kapiler lokal dan memicu peluncuran `neuropeptides`

(neuropeptides diluncurkan karena ada local neuro-tissue stimulus). Neuropeptides merupakan cairan kimia yang memiliki efek terapi lokal. Akumulasi neurochemical akan terdiri dari prostaglandins, merah dan putih sel darah merah, glutamate, dan excitatory amino acids seperti, Substance P.

Terkadang serotonin juga dilepaskan oleh sel mast lokal.

Pelepasan cairan cairan kimia itu mulai mengurangi rasa nnyeri, membantu mengurangi peradangan, memulai penyembuhan proses jaringan lokal dan sekitarnya, melawan infeksi, dan meningkatkan sirkulasi peredaran darah lokal.

b. Mekanisme Segmental Spinal

Pada tahap mekanisme segmental Spinal melihatkan syaraf tulang belakang (spinal). Penting untuk mengenali semua syaraf primary afferent nociceptive (A-delta group, C-fibers, dan syaraf otot II dan III) yang masuk melalui kolom spinal melalui sebuah dorsal horn. Kedua, bagian syaraf somato dan viscera afferent yang saling berkaitan dan berjalan di sebuah jalur tunggal (spinothalamic tracts, baik paleo atau neo). Terakhir jalur ini akan berakhir disejumlah area di bagian otak dengan hasil neurological yang berbeda. Mekanisme dimulai saat berada pada tahap dorsal horn, sel small intermediate terstimulasi dan neuromodulator/endorphin, enkephalin, mulai dilepaskan sehinga bisa memblok transmisi nyeri pada bagian substantiagelatinosa.

Selain itu sebuah neurotransmitters juga diluncurkan di dorsalhorn oleh spinal cord yang disebut dengan serotonin and noradrenaline. Pelepasan neurotransmitters akan memberikan efek menekan pada dorsal horn yang akan segera akan mulai mengurangi dan memodifikasi sinyal nyeri. Hal ini akan berdampak jika seorang terapis melakukan penusukan dan menstimulasi sebuah titik akupunktur yang memiliki neuroanatomy pada bagian spinal, maka semua hal akan memiliki keuntungan

(19)

23

dari mulai terdepresinya transmisi sinyal nyeri yang mengarah ke otak (afferent).

c. Mekanisme Endogenous Opioid Circuit (EOC)

Penusukan titik akupunktur memiliki efek pada jaringan celebral (Otak). Dari sel intermedia di dorsal horn hingga sel transmisi, perjalanan mencapai jalur spinothalamic dan berahir pada bagian hypothalamus dan bagian lainya terhantung dari titik akupunktur yang distimulasi. Hypothalamus merupakan salah satu bagian pembuat beta-endorphins terbesar, yang memiliki peran seperti endogenous poly-opioid (biasa digunakan sebagai penghilang nyeri). Saat hypothalamus dapat distrumlasi beta- endorphins akan dilepaskan dan kemudian berjalan ke bagian tubun yang mengalami nyeri (disebut pag). Kehadiran beta- endorphins akan merangsang pag untuk menekan semua sinyal nyeri dan kemudian di kirim peripheral. Didalam endogenous endorphins terdapat tiga bagian besar yaitu beta-endorphins, enkephalins, dan dynorphins. Setiap bagian memiliki reseptor masing masing yaitu : mu, delta, dan kappa. Serotonin adalah neurotransmitter lain yang bertindak sangat kuat dan salah satu komponenkomponen dalam matriks kontrol nyeri. Serotonin juga dilepaskan pada batang otak, yang terlibat dalam penghambatan nyeri pada system inhibitory (zat kimia penghambat).

d. Mekanisme Central

Saat sebuah titik akupunktur dilakukan penjaruman, sebuah perangkat system nervous mengirimkan sinyal ke otak, dimana mekanisme ini merupakan salah satu kontribusi dari efek akupunktur. CNS (Central Nervous System) merupakan pusat yang melakukan regulasi yang berkaitan dengan hormon pituitari.

Kelenjar pituitari, atau hipofisis, adalah kelenjar produsen hormon- hormon tertentu yang bertindak sebagai pengedali berbagai aspek tubuh manusia. Hormon yang diproduksi oleh hipofisis membantu mengatur pertumbuhan, tekanan darah, produksi dan pembakaran

(20)

24

energi. Karena mekanisme central ini maka akupunktur bisa digunakan untuk melakukan modulasi fungsi endokrin dan metabolisme. Penusukan yang dilakukan membuat CNS melepaskan neuropeptide sementara pada efek hipotalamus akan melepaskan beta endhorpin yang menekan sinyal nyeri.

Referensi

Dokumen terkait

Spektrum mempunyai bandwidth 2x bipolar dan mempunyai zero DC level pada tiap-tiap bit, sehingga deretan bit-bit 0 tidak menyebabkan kehilangan sinyal clock...

Kepuasan masyarakatadalah hasil pendapat dan penilaian penerima pelayanan terhadap mutu dan kinerja BBRSBD Prof. Soeharso Surakarta dalam menyelenggarakan pelayanan

aktiviti untuk merehatkan diri dan minda setelah penat bekerja. Untuk melancong mahupun pergi bercuti, anda perlulah melakukan pelbagai perancangan, termasuk persiapan belanjawan

8., Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah Dal am BIdang Lalu Lirttas Dan Angkutan Jalan Kepada Oaerah Ting- kat I Dan Daerah Tlngkat

Gambar 4.1 simulasi pada kecepatan aliran 2 m/s proses cut plot analisis pressure Dari hasil proses cut plot analisis presure, dapat disimpulkan bahwa pada bagian depan

Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan polutan NH 4 Cl dan Pantai, dapat diketahui bahwa kenaikan persentase bahan pengisi silane menyebabkan sudut kontak

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini memberikan batasan operasional, berupa model yang digunakan untuk mencari seberapa

Puji syukur kehadirat Alla SWT atas rahmat, anugrah dan karunia-Nya yang telah dilimpahkan sehingga skripsi berjudul “Pengaruh Penerapan Metode Guided