Jovi Nuriana Putra, 2015
Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu dalam kepercayaan Sunda Wiwitan pada masyarakat Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan dimana nilai adat Pikukuh Tilu menjadi landasan atau pedoman hidup masyarakat Sunda Wiwitan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif studi kasus, yang menekankan kepada gambaran mengenai gejala-gejala yang terjadi di masyarakat yang paling aktual. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi, studi dokumentasi dan studi kepustakaan. Teknik analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan conclusion drawing verification. Dalam hasil penelitian pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu ditemukan bahwa Pikukuh Tilu ialah tiga peneguh yang terdiri dari konsep ngaji badan, tuhu/mikukuh kana tanah, dan madep ka ratu raja 3-2-4-5 lilima 6. Peranan keluarga dalam pewarisan Pikukuh Tilu sangat penting karena keluarga ialah tempat sosialisasi yang paling utama dalam masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Kendala yang dihadapi dalam pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu ialah kendala internal dan eksternal baik itu dari lingkungan masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur maupun dari luar. Upaya pelestarian yang dilakukan untuk melestarikan nilai adat Pikukuh Tilu ialah dengan kegiatan kumpul rutin, pangeusian kurasan ngeunaan ajaran karuhun, surasa basa, nabeuh pusaka, dan pemberian materi atau sosialisasi secara indoor dan outdoor. Dalam bentuk yang bersifat benda diantaranya adalah relief Sri Resi Maharaja, batik, dan gamelan monggang. Dalam bentuk ritual dan upacara adat seperti ritual Olah Rasa, pernikahan, tari buyung, dan upacara adat serentaun. Hal inilah yang membuat nilai adat Pikukuh Tilu terus ada dan lestari dalam masyarakat adat Sunda Wiwitan Cigugur atau Paguyuban Adat Cara Karuhun Urang.
Jovi Nuriana Putra, 2015
Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan).
ABSTRACT
This study aims to find out and describe about inherenting the value of pikukuh tilu in belief system of Sunda Wiwitan and it becomes ideology for society of Sunda wiwitan in Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan. This study is qualitative approach with descriptive method and case study which focus on phenomenons occuring in society. Data is collected through observation, depth interview, documentation, literature study. Data is analysed by reducing, displaying and concluding. The result of this study shows that Pikukuh Tilu is three foundations of life which is the concept of ngaji badan, tuhu/mikukuh kana tanah, and madep ka ratu raja 3-2-4-5 lilima 6. The role of family is important in inherenting the value of pikukuh tilu due to family is the first stage of socialization. Barriers of inherenting Pikukuh Tilu are divided into two factors which is internal and external factors come from within the group or outside the group of Sunda Wiwitan in Cigugur. The attempt of maintaining belief system of pikukuh tilu is to carry out routine gathering of pangeusian kurasan ngeunaan ajaran karuhun, surasa basa, nabeuh pusaka, and discussing about these concept. Relief Sri Resi Maharaja, batik, and gamelan monggang are tangible and part of the concept. Ritual of olah rasa, marriage, tari buyung, and serentaun are implemented into the concept of Pikukuh Tilu. This thing keeps the value of Pikukuh Tilu exsisting and maintaining in indigenous people of Sunda Wiwitan Cigugur or gemeinshaft Cara Karuhun Urang.
Jovi Nuriana Putra, 2015 SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Rumusan Masalah Penelitian ... 8
1.3 Tujuan Penelitian... 9
1.4 Manfaat Penelitian... 9
1.5 Strukur Organisasi Skripsi ... 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 12
2.1 Tinjauan Teori Sosialisasi ... 12
2.1.1 Pengertian Sosialisasi ... 12
2.1.2 Tujuan Sosialisasi ... 14
2.1.3 Proses Pelaksanaan Sosialisasi ... 15
2.1.4 Proses Internalisasi ... 17
2.1.5 Proses Enkulturasi ... 18
2.2 Tinjauan Sistem Sosial ... 21
2) Fungsi Nilai Sosial ... 24
2.3.2 Norma ... 26
a. Wujud Norma ... 28
b. Norma Moral ... 29
c. Hubungan Norma Dalam Sosialisasi ... 30
2.4 Tinjauan Kebudayaan ... 30
2.4.1 Pengertian Kebudayaan ... 30
2.4.2 Wujud Kebudayaan ... 32
2.4.3 Sifat Kebudayaan... 33
2.4.4 Prinsip Pelestarian Budaya ... 35
2.4.5 Adat dan Tradisi ... 35
2.5 Tinjauan Masyarakat Sunda ... 37
2.5.1 Sistem Kekerabatan Orang Sunda ... 37
2.5.2 Kehidupan Keagamaan dan Kepercayaan Orang Sunda ... 38
2.5.3 Sejarah Sunda Wiwitan ... 41
2.6 Penelitian Terdahulu ... 45
BAB III METODE PENELITIAN ... 47
3.1 Metode dan Pendekatan Penelitian ... 47
3.1.1 Metode Penelitian ... 47
3.1.2 Pendekatan Penelitian ... 48
3.2 Partisipan dan Tempat Penelitian ... 50
3.2.1 Partisipan ... 50
3.2.2 Tempat Penelitian ... 51
3.3 Sumber Data ... 51
3.4 Instrumen Penelitian ... 52
3.5 Pengumpulan Data ... 53
Jovi Nuriana Putra, 2015
3.6 Penyusunan Alat dan Pengumpulan Data ... 57
3.6.1 Penyusunan Kisi-kisi Penelitian ... 57
3.6.2 Penyusunan Alat Pengumpulan Data ... 57
3.6.3 Penyusunan Pedoman Wawancara ... 57
3.6.4 Penyusunan Pedoman Observasi ... 57
3.7 Analisis Data ... 58
3.7.1 Reduksi Data ... 58
3.7.2 Penyajian Data ... 59
3.7.3 Penarikan kesimpulan dan verifikasi (Conclusion Drawing Verification) ... 59
3.8 Validitas Data ... 60
3.8.1 Memperpanjang Waktu Penelitian ... 60
3.8.2 Pengamatan yang Terus Menerus ... 61
3.8.3 Triangulasi ... 61
3.8.4 Menggunakan Bahan Referensi ... 63
3.8.5 Melakukan Member Check ... 63
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 64
4.1 Temuan Penelitian ... 65
4.1.1 Gambaran Letak Geografis... 65
1. Visi ... 65
2. Misi ... 66
3. Luas Wilayah ... 66
4. Wilayah Administratif ... 67
5. Data Kependudukan ... 68
6. Sarana dan prasarana ... 69
7. Wisata dan Budaya ... 70
4.1.5 Tuntunan Tentang Manusia ... 82
4.1.6 Tuntunan Tentang Alam Semesta ... 84
4.1.7 Tuntunan Tentang Kesempurnaan Hidup ... 84
4.1.8 Pedoman Penghayatan ... 85
4.1.9 Perilaku Penghayatan ... 87
4.1.10 Kelengkapan Penghayatan... 88
4.1.11 Pengamalan Budi Luhur ... 88
4.1.12 Cara dan Ciri Bangsa ... 89
4.1.13 Usaha-Usaha Penanaman Budi Luhur ... 90
4.1.14 Aspek Pengamalan Dalam Kehidupan Masyarakat ... 91
4.2 Profil Objek Penelitian ... 91
4.3 Deskripsi Temuan Penelitian ... 93
4.3.1 Gambaran Nilai Adat Pikukuh Tilu yang Menjadi Landasan Atau Pedoman Hidup Pada Masyarakat Sunda Wiwitan Di Cigugur ... 93
1. Gambaran Nilai Adat Pikukuh Tilu ... 93
2. Fungsi Pikukuh Tilu Dalam Masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur ... 100
3. Upaya Pengamalan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kehidupan Sehari-hari ... 102
4. Sanksi Melanggar Pikukuh Tilu ... 107
4.3.2 Peranan Keluarga Sunda Wiwitan Dalam Mewariskan Nilai-nilai Adat Pikukuh Tilu ... 108
4.3.3 Kendala yang Dihadapi Dalam Pewarisan Nilai-nilai Adat Pikukuh Tilu ... 112
Jovi Nuriana Putra, 2015
Sunda Wiwitan Dalam Pelestarian Nilai-nilai Adat Pikukuh
Tilu ... 117
4.4 Pembahasan atau Analisis Data Penelitian... 127
4.4.1 Nilai Adat Pikukuh Tilu yang Menjadi Landasan atau Pedoman Hidup Pada Masyarakat Sunda Wiwitan Di Cigugur ... 128
1. Gambaran Nilai Adat Pikukuh Tilu ... 128
2. Fungsi Pikukuh Tilu Dalam Masyarakat dan Keluarga ... 137
3. Pewarisan dan Upaya Pengamalan Nilai Adat Pikukuh Tilu ... 141
4. Sanksi Dalam Melanggar Pikukuh Tilu ... 144
4.4.2 Bagaimana Peranan Keluarga Sunda Wiwitan Dalam Mewariskan Nilai-nilai Adat Pikukuh Tilu ... 147
4.4.3 Bagaimana Kendala yang Dihadapi Dalam Pewarisan Nilai-nilai Adat Pikukuh Tilu ... 150
4.4.4 Upaya-upaya yang Dilakukan Oleh Anggota Kelompok Sunda Wiwitan Dalam Pelestarian Nilai-nilai Adat Pikukuh Tilu ... 158
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN ... 176
5.1 Kesimpulan... 176
5.2 Implikasi ... 182
5.3 Rekomendasi ... 183
DAFTAR PUSTAKA ... 185
RIWAYAT HIDUP
Jovi Nuriana Putra, 2015
dengan ragam masyarakat yang sangat majemuk, beragam suku, ras, bahasa,
kebudayaan, adat istiadat dan agama. Menurut Koentjaraningrat (2009, hlm. 215) “suku bangsa adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas”. Hal ini menjadi bukti bahwa Indonesia adalah negara yang masyarakatnya sangat majemuk, sehingga Indonesia merupakan salah satu contoh
konkrit Negara yang multikultural di dunia. Ragam suku dan ras di Indonesia
yang masing-masing memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang berbeda membuat
ragam adat dan tradisi setiap masyarakat Indonesia menjadi sangat banyak dan
setiap wilayah memiliki ciri khas atau karakter yang menjadi identitas bagi
masyarakatnya. Ras adalah pengelompokan manusia berdasarkan ciri fisik dan
genetiknya, misalnya rambut, mata, hidung, warna kulit dan lainnya yang
mencirikan masing-masing jenis ras, contohnya orang Jawa memiliki ciri ras
Mongoloid Melayu dan orang Irian memiliki ciri ras Melanesoid, menurut ilmu
antropologi fisik, orang Sunda memiliki ciri-ciri ras Paleo-Mongoloid.
Keberagaman di Indonesia juga menjadi faktor yang melatarbelakangi
ragam agama yang dianut oleh masyarakatnya, termasuk aliran kepercayaan yang
berlandaskan pada keyakinan terhadap ajaran nenek moyang atau roh halus,
namun secara politis negara mengakui adanya lima agama formal yang sah secara
hukum atau telah diakui secara konstitusional, diantaranya adalah Islam, Kristen
Katolik, Kristen Protestan, Hindu, dan Budha.
Terlepas dari agama yang diakui oleh negara secara konstitusional atau
agama formal, terdapat beberapa kampung adat di Jawa Barat yang merupakan
manifestasi dari keberadaan masyarakat adat di Indonesia yang tepatnya berada di
Jawa Barat. Keberadaan kampung adat menjadi daya tarik tersendiri bagi
lain, contohnya seperti masyarakat Sunda Kampung Dukuh di Garut, Kampung
Naga di Tasikmalaya, Kampung Gede Kasepuhan Ciptagelar di Sukabumi,
Kampung Kuta di Ciamis, dan wilayah lainnya.
Berbicara tentang wilayah-wilayah yang memiliki keragaman budaya,
salah satu wilayah yang memiliki kebudayaan mengenai Sunda Wiwitan adalah
Kabupaten Kuningan yang tepatnya berada di Kampung Wage Kecamatan
Cigugur. Menurut data yang didapat dari Dinas Pariwisata, Kabupaten Kuningan
Propinsi Jawa Barat mempunyai luas wilayah 117.857,55 hektar, yang terbagi
dalam 361 desa serta 15 kelurahan. Jumlah penduduknya, sebanyak 1.061.291
jiwa.
Kabupaten Kuningan terletak di kaki Gunung Ciremai, sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Cirebon, sebelah timur berbatasan dengan
Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah, sebelah selatan dengan Kabupaten
Cilacap Provinsi Jawa Tengah dan Kabupaten Ciamis, serta sebelah barat dengan
Kabupaten Majalengka. Daerah Kabupaten Kuningan terdiri atas perbukitan,
lereng, lembah, daratan yang indah, berudara sejuk dengan temperatur sekitar
18-30 derajat celcius, kaya dengan objek dan daya tarik wisata yang alami dan
menyegarkan, serta didukung oleh atraksi kesenian daerah yang beraneka ragam.
Wisata tirta dan budaya merupakan daya tarik wisata yang menjadi unggulan.
Kabupaten Kuningan memiliki 18 objek wisata, tersebar di beberapa desa, yang
terdiri dari wisata budaya, alam, olah raga, agama dan lain-lain.
Manusia hidup memerlukan sebuah keyakinan dimana keyakinan tersebut
berupa ajaran agama, atau aliran kepercayaan yang menurut masyarakat dianggap
baik dan benar. Di Kabupaten Kuningan Kecamatan Cigugur, terdapat budaya dan
unsur-unsur adat yang masih kental dengan nuansa religius dan berbagai kearifan
lokal lainnya. Nilai dan norma yang dijunjung oleh masyarakatnya juga sangat
baik dan memiliki kekhasan yang ditunjukkan dengan tingkat toleransi yang
sangat tinggi diantara masyarakatnya.
Terdapat beberapa masyarakat yang berbeda keyakinan di tempat yang
wilayah Kecamatan Cigugur, masyarakat dengan beda agama yakni Islam, Kristen
Protestan, Katolik, dan Sunda Wiwitan yang masyarakatnya hidup rukun serta
saling berdampingan ini dapat menjadi contoh dalam pola sikap multikulturalisme
di masyarakat.
Hal ini merupakan contoh yang sangat bagus untuk diterapkan oleh setiap
masyarakat di Indonesia karena Negara Indonesia merupakan negara multikultural
yang memiliki ragam agama, budaya, suku, ras, dan lain-lain yang jumlahnya
sangat banyak.
Terdapat bangunan kuno di Kabupaten Kuningan Kecamatan Cigugur
tepatnya di Kampung Wage yang digunakan sebagai pusat berkumpulnya
penganut kepercayaan Sunda Wiwitan Cigugur atau biasanya disebut Agama
Djawa-Sunda (ADS), bangunan tersebut merupakan tempat dimana keberadaan aliran ini berada. ADS aliran Madrais ini sudah sangat terkenal hampir di seluruh
nusantara dan negara tetangga, hal tersebut diperkuat dengan adanya upacara adat
Seren Taun yang dilaksanakan setiap tahunnya semakin menambah daya tarik turis lokal maupun internasional untuk datang ke Cigugur.
Agama Djawa Sunda atau ADS adalah nama yang diberikan oleh Antropolog Belanda terhadap kepercayaan sejumlah masyarakat yang tersebar di
daerah Kecamatan Cigugur, Kuningan, Jawa Barat. Oleh para penganutnya
Agama ini dikenal dengan sebutan Cara Karuhun Urang yang artinya tradisi
nenek moyang, Agama Sunda Wiwitan, ajaran Madrais atau Agama Cigugur.
Menurut Abdul Rozak (2014, hlm. 2) seorang peneliti kepercayaan Sunda,
menyatakan bahwa;
Madrais menetapkan tanggal 22 Rayagung menurut kalender Sunda
sebagai hari raya Seren Taun yang diperingati secara besar-besaran. Upacara ini
dipusatkan di Paseban Tri Panca Tunggal, rumah peninggalan Kiai Madrais yang
didirikan pada sekitar tahun 1860, dan yang kini dihuni oleh
Pangeran Djatikusuma yang merupakan keturunan atau penerus dari kyai Madrais.
Pelaksanaan upacara adat ini dilaksanakan dengan sangat meriah, berbagai
rombongan dari setiap masyarakat setempat datang membawa bermacam-macam
hasil bumi atau hasil bertani. Padi-padian yang dibawa, kemudian ditumbuk
beramai-ramai dalam lesung sambil bernyanyi dan mengitari lesung atau biasa
disebut (ngagondang). Esensi dari upacara ini sebagai ungkapan syukur untuk
hasil bumi yang telah dikaruniakan oleh Tuhan kepada manusia/masyarakat.
Upacara Seren Taun yang biasanya berlangsung hingga tiga hari dan diwarnai
oleh berbagai kesenian daerah ini, pernah dilarang oleh pemerintah Orde Baru
selama 17 tahun, namun kini upacara adat serentaun dihidupkan kembali dan
biasanya dihadiri oleh pejabat pemerintahan.
Gambaran mengenai serentaun dan Sunda Wiwitan di Cigugur dapat kita
jadikan sebagai suatu contoh bahwa agama atau keyakinan ini merupakan budaya
yang dihasilkan dari karya, rasa, cipta dan karsa masyarakat Indonesia, yang
merupakan bentuk asli dan nyata sebagai keyakinan masyarakat terhadap agama
asli dari nenek moyang. Banyak hal yang menimbulkan polemik dalam urusan
keagamaan, jika masyarakat tidak bisa hidup berdampingan dan tidak memiliki
rasa toleransi yang tinggi bisa saja terjadi konflik keagamaan, namun di
Kecamatan Cigugur ini masyarakat hidup aman, tertib dan saling menghormati
satu sama lain, mereka bekerjasama, bergotong royong, dan saling membantu
dalam setiap kegiatan.
Berbeda tetapi satu dalam kebersamaan atau satu kesatuan, itulah
masyarakat Kecamatan Cigugur, hal ini termanifestasikan dalam upacara adat
Seren Taun yang dilaksanakan setiap tahun, meskipun upacara adat ini merupakan kepemilikan dari agama Sunda Wiwitan aliran Madrais, masyarakat Cigugur
ikut terlibat dalam kegiatan yang kental dengan nuansa budaya Sunda. Respon
yang sangat baik untuk ukuran suatu wilayah kecil dengan tingkat kemajemukan
agama dan orang-orang yang heterogen, karena di sana terdapat suku
Sunda/penduduk asli, suku Batak, Cina/Tionghoa, dan lainnya yang berdatangan
dari daerah lain.
Keunikan yang jarang ini menjadi daya tarik bagi para peneliti untuk
melakukan penelitian pada unsur-unsur yang ada di wilayah Kecamatan Cigugur,
terutama ajaran Sunda Wiwitan Cigugur atau aliran Madrais sebagai topik utama
yang menarik untuk dipelajari lebih dalam sehingga baik pemerintah maupun
masyarakat dapat mengambil manfaat dari informasi yang didapatkan peneliti,
agar masyarakat tidak memiliki persepsi yang salah karena kurang mengetahui
apa yang sebenarnya terjadi mengenai aliran Madrais.
Urgensi dari penelitian ini adalah mengenal lebih dalam pewarisan nilai
adat Pikukuh Tilu dalam kepercayaan Sunda Wiwitan pada generasi masyarakat
Sunda Kecamatan Cigugur yang beraliran Madrais. Pikukuh Tilu berasal dari
bahasa sunda, Pikukuh berasal dari kata kukuh yang berarti teguh, konsisten,
panceg lalu ditambah imbuhan kata pi untuk fungsi kata kerja. Sedangkan Tilu merupakan jumlah bilangan yang dalam bahasa Indonesia berarti tiga, jadi
Pikukuh Tilu dapat didefinisikan sebagai, tiga ketentuan yang harus dipegang teguh dan konsisten dalam kehidupan. Hal ini merupakan faktor yang
mempengaruhi masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur tetap mempertahankan nilai
adatnya meskipun terjadi berbagai perubahan yang terjadi di lingkungannya.
Pikukuh Tilu juga merupakan hakikat manusia, yang telah melekat pada manusia sejak lahir hingga tumbuh dewasa dan menjalani kehidupan sosial, sehingga
manusia harus menyadari bahwa hakikatnya sebagai manusia yang berasal atau
diciptakan oleh Tuhan adalah makhluk ciptaanNya yang paling sempurna.
Masyarakat kepercayaan Sunda Wiwitan terus berupaya mempertahankan
nilai adat serta regenerasinya agar tidak hilang tergerus oleh zaman. Dalam proses
mempertahankan nilai-nilai adat dalam kepercayaan Sunda Wiwitan, konsep
Cigugur masih dapat mempertahankan nilai-nilai adat yang saat ini masih
dilestarikan meskipun terjadi berbagai perubahan baik dari dalam kelompoknya
maupun dari luar kelompoknya. Konsep Pikukuh Tilu inilah yang memberikan
banyak esensi dalam kehidupan masyarakat Sunda Wiwitan di Cigugur, sehingga
masyarakatnya taat terhadap ajaran-ajaran yang telah diwariskan secara turun
temurun oleh nenek moyangnya.
Ciri khas dalam penelitian ini adalah mencari dan menggali informasi
mengenai pewarisan nilai-nilai yang menjadi suatu pola tradisi bagi para penganut
kepercayaan Sunda Wiwitan Cigugur, serta diharapkan dapat diketahui bagaimana
cara-cara yang dilakukan untuk mempertahankan nilai-nilai adat. Menurut
pengamatan sementara yang dilakukan oleh peneliti, pewarisan nilai adat di
masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur ini berpatokan pada konsep Pikukuh Tilu
yang merupakan pedoman atau tata cara hidup yang baik. Hal ini dapat
memberikan gambaran tentang bagaimana pola pewarisan nilai-nilai adat dalam
kepercayaan Sunda wiwitan dapat berjalan secara turun temurun dengan mengacu
pada konsep Pikukuh Tilu sebagai inti dari ajaran Sunda wiwitan aliran Madrais.
Berdasarkan pengamatan sementara tentang masyarakat Sunda Wiwitan
Cigugur memiliki keteguhan dalam mempertahankan keyakinan dalam
masyarakatnya. Meskipun begitu banyak pengaruh dan tekanan dari luar,
masyarakatnya masih dapat mempertahankan ajaran yang dianutnya. Hal ini
menjadi acuan bagi peneliti untuk memilih lokasi langsung pada pusat informasi
yang memang sudah pasti menjadi induk dari cabang Sunda Wiwitan aliran
Madrais. Kelompok Sunda Wiwitan Cigugur memiliki potensi yang sangat baik
dalam pencarian informasi penelitian tentang kepercayaan Sunda Wiwitan, aliran
Madrais Cigugur merupakan pusat dari beberapa wilayah lain yang ditempati oleh
masyarakat penganut aliran Madrais, contohnya Kampung Cireundeu yang berada
di Kota Cimahi. Masyarakat Kampung Cireundeu merupakan pengembangan dari
aliran Madrais yang berada di Kabupaten Kuningan. Peneliti yakin dibalik
berpengaruh dan memiliki filosofi kuat dalam ajaran Sunda Wiwitan aliran
Madrais ini.
Pewarisan yang dibahas dalam penelitian ini adalah pola pewarisan
nilai-nilai adat yang terdapat dalam konsep adat Pikukuh Tilu. Pikukuh Tilu yang
merupakan sistem atau tata cara manusia hidup dan berhubungan dengan Tuhan
maupun dengan sesama manusia serta alam sekitarnya. Pikukuh Tilu berfungsi
sebagai penyelaras antara kehidupan manusia dengan Tuhan juga dengan alam.
Ditinjau dari sudut pandang sosiologis kita dapat mengetahui proses sosial yang
terjadi di kalangan masyarakat Sunda Wiwitan dari konsep Pikukuh Tilu. Peran
dari pewarisan nilai-nilai adat Pikukuh Tilu yang terus dipertahankan hingga
sampai saat ini, merupakan gambaran bagaimana konsep adat dan tradisi sangat
melekat dalam kelompok Sunda wiwitan aliran Madrais, sehingga sangat menarik
untuk dijadikan sebuah penelitian.
Judul penelitian yang dilaksanakan adalah “Pewarisan Nilai Adat Pikukuh
Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan (Studi Kasus Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan)”, sudah ada yang pernah meneliti
kepercayaan Sunda Wiwitan Cigugur yang khusus meneliti konsep Pikukuh Tilu
dengan sudut pandang Agama atau religiusitas, penelitian tersebut dilaksanakan oleh Ujang Ma’mun Fuh mahasiswa Filsafat Islam dalam skripsinya yang berjudul “Pikukuh Tilu Jalan Menuju Kesejatian Manusia (Studi Ajaran Kebatinan Djawa Sunda)” dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah. Menurut Ma’mun Fuh (2008, hlm. 63) mengungkapkan bahwa;
Menurut ADS tujuan hidup manusia adalah Purwa Wisesa. Purwa adalah Wiwitan atau asal mula dan wisesa adalah kekuasaan nu maha kersa, esa dalam bahasa sunda nungersakeun, nu kagungan, purwa ning dumadi. Kita dari gusti dan mau ke sana dalam perantara itu kita harus sesuai dengan kehendak gusti. Kersa gusti kita telah dijadikan manusia dan bangsa jadi kita sebagai manusia dan sebagai bagian dari suatu bangsa bukan kemauan kita. Singkatnya ajaran Madrais adalah menjadikan manusia yang sadar akan kemanusiaannya dan kebangsaannya dalam cara dan ciri manusia.
Hasil tersebut menyatakan bahwa konsep Pikukuh Tilu merupakan konsep
langsung baik antara manusia dengan Tuhan maupun antara manusia dengan
manusia dan tak lupa hubungan yang selaras dengan alam, karena semua yang ada
di dunia ini adalah ciptaan-Nya. Terdapat beberapa konsep dalam Pikukuh Tilu
diantaranya adalah kiblat dua, kiblat tilu, kiblat opat, kiblat lima, dan kiblat enam,
kiblat-kiblat tersebut merupakan tata cara Sunda Wiwitan dalam menjalani
kehidupan, jika ada yang terlewat dari kelima hal tersebut maka kesejatian hidup
tidak akan tercapai.
Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi suatu acuan baik
bagi pemerintah Kabupaten Kuningan maupun bagi masyarakatnya untuk lebih
mengenal lebih jauh dan menghargai budaya yang ada di daerah-daerahnya,
sehingga tidak terjadi sikap acuh dan tidak tahu sama sekali tentang bagaimana
sebenarnya kelompok minoritas memperjuangkan nilai-nilai yang dianutnya agar
dapat terus lestari terutama bagi keturunannya, karena manusia di hadapan Tuhan
adalah sederajat yang membedakan adalah akhlak dan perbuatannya selama
manusia tersebut hidup.
1.2Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka penulis mengajukan rumusan masalah pokok penelitian ini, yaitu: “Bagaimana Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan?”
Agar penelitian ini terarah dan terfokus pada pokok permasalahan, maka
masalah pokok tersebut penulis jabarkan dalam beberapa sub-sub masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimanakah gambaran nilai adat Pikukuh Tilu yang menjadi
landasan atau pedoman hidup pada masyarakat Sunda Wiwitan di
Cigugur?
2. Bagaimanakah peranan keluarga Sunda Wiwitan dalam mewariskan
nilai-nilai adat Pikukuh Tilu?
3. Bagaimanakah kendala yang dihadapi dalam pewarisan nilai-nilai adat
4. Bagaimanakah upaya-upaya yang dilakukan oleh anggota kelompok
Sunda Wiwitan dalam pelestarian nilai-nilai adat Pikukuh Tilu?
1.3Tujuan Penelitian
Adapun secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah:
1.3.1 Tujuan Umum
Secara umum, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mendapatkan gambaran mengenai “Pewarisan Nilai-Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan di Kampung Wage Kecamatan Cigugur
Kabupaten Kuningan”.
1.3.2 Tujuan Khusus
Adapun tujuan secara khusus, tujuan yang hendak dicapai dalam
penelitian ini adalah:
a. Mendeskripsikan nilai adat Pikukuh Tilu yang menjadi landasan
atau pedoman hidup masyarakat Sunda Wiwitan pada masyarakat
Cigugur.
b. Menggali dan mengkaji peranan keluarga Sunda Wiwitan dalam
mewariskan nilai-nilai adat Pikukuh Tilu.
c. Mengidentifikasi kendala yang dihadapi dalam pewarisan
nilai-nilai adat Pikukuh Tilu.
d. Mengidentifikasi dan mengkaji upaya-upaya yang dilakukan oleh
anggota kelompok Sunda Wiwitan dalam pelestarian nilai-nilai
adat Pikukuh Tilu.
1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Secara Teoritis
Secara Teoretis hasil dari penelitian ini adalah dapat memperluas
bidang Sosiologi pada umumnya dan khususnya dalam kajian Sosiologi
mengenai kearifan lokal budaya yang terdapat dalam suatu masyarakat.
1.4.2 Praktis
a. Bagi Peneliti, memberikan informasi mengenai salah satu nilai adat dan
budaya yang ada dalam masyarakat, khususnya yang ada di Cigugur.
b. Memberikan sumbangsih pemikiran kepada pemerintah, Dinas Pariwisata
dan Kebudayaan untuk pengembangan informasi tentang kebudayaan atau
kearifan lokal yang telah ada sehingga dapat meningkatkan pelayanan
publik dan kualitas sumber daya yang ada.
c. Memberikan sumbangsih pemikiran bagi pemerintah Kecamatan maupun
Desa tentang perkembangan nilai-nilai adat dan budaya yang masih ada
dalam masyarakatnya.
d. Memberikan sumbangsih pemikiran bagi masyarakat untuk tetap
melestarikan kearifan lokal atau nilai adat dan budaya yang ada sehingga
tidak terus menurun kualitasnya karena pengaruh era globalisasi.
1.5Struktur Organisasi Skripsi
Sistematika penulisan di dalam penyusunan skripsi ini meliputi lima bab,
yaitu:
1. BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan mengenai latar belakang
penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
2. BAB II : Tinjauan pustaka. Pada bab ini diuraikan
dokumen-dokumen atau data-data yang berkaitan dengan fokus penelitian serta
teori-teori yang mendukung penelitian penulis.
3. BAB III : Metodologi penelitian. Pada bab ini penulis menjelaskan
metodologi penelitian, pendekatan penelitian, subjek dan lokasi penelitian,
data dan sumber data, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data,
jadwal penelitian yang digunakan dalam penelitian mengenai Pewarisan
Nilai-nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan (Studi
Kasus di Kampung Wage Cigugur Kuningan).
4. BAB IV : Temuan dan Pembahasan. Dalam bab ini penulis
mendeskripsikan temuan data tentang nilai-nilai adat Pikukuh Tilu yang
menjadi landasan atau pedoman hidup masyarakat Sunda Wiwitan pada
masyarakat Cigugur, Peranan keluarga Sunda Wiwitan dalam mewariskan
nilai-nilai adat Pikukuh Tilu, Kendala yang dihadapi dalam pewarisan
nilai-nilai adat Pikukuh Tilu, dan Upaya-upaya yang dilakukan oleh
anggota kelompok Sunda Wiwitan dalam pelestarian nilai-nilai adat
Pikukuh Tilu.
5. BAB V : Simpulan, implikasi dan rekomendasi. Dalam bab ini
penulis berusaha mencoba memberikan kesimpulan dan saran sebagai
penutup dari hasil penelitian dan permasalahan yang telah diidentifikasi
Jovi Nuriana Putra, 2015 3.1.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode
penelitian deskriptif dengan desain studi kasus. Metode penelitian deskriptif
merupakan metode yang dapat digunakan untuk menguraikan dan mengupas
berbagai permasalahan yang diteliti sampai rinci dengan menggunakan
pendekatan kualitatif. Peneliti akan berupaya agar penelitian yang dilakukan
mengenai Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda
Wiwitan Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan, dapat
terurai dan diketahui berbagai informasinya. Menurut Sevilla, dkk (dalam Tuwu, 1993, hlm. 73) “umumnya penelitian deskriptif terdiri dari berbagai jenis, yaitu (1) studi kasus, (2) survei, (3) penelitian pengembangan
(developmental study), (4) penelitian lanjutan (follow up study), (5) analisis
dokumen, (6) analisis kecenderungan (trend analysis), (7) penelitian korelasi
(correlational study)”.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode deskriptif studi
kasus, metode ini akan melibatkan peneliti dalam penyelidikan yang lebih
mendalam terhadap hal-hal yang diteliti seperti individu atau kelompok
berdasarkan tingkah laku dan kegiatan objek yang diteliti atau variabel yang
diteliti. Pengumpulan data meliputi pengalaman masa lalu, kondisi sekarang,
dan lingkungan serta bagaimana hal-hal penting yang terdapat dalam variabel
penelitian dapat digali untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan guna
kepentingan penelitian.
Peneliti akan berupaya mengumpulkan data sebanyak mungkin
mengenai Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda
Wiwitan Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan.
Menganalisis secara intensif data-data yang telah diperoleh sehingga
sebaik mungkin. Peneliti berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan
dari data yang ada, mengenai Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam
Kepercayaan Sunda Wiwitan Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur
Kabupaten Kuningan.
Penelitian yang dilakukan dengan metode studi kasus, dapat membantu
peneliti dalam mempelajari berbagai wawasan yang baru, mengenai tingkah
laku individu atau kelompok, hingga suatu masyarakat pula dapat
diidentifikasi. Peneliti akan menemukan berbagai macam hal baru yang belum
ditemukan sebelumnya. Sevilla, dkk (dalam Tuwu, 1993, hlm. 73)
menyebutkan studi kasus adalah:
Studi kasus memberikan beberapa keuntungan, keuntungan utama, kita dapat melakukan penelitian lebih mendalam, dengan menggali lebih dalam seluruh kepribadian seseorang, yakni dengan memperhatikan keadaannya sekarang, pengalamannya masa lampau, latar belakang dan lingkungannya mungkin kita dapat mengetahui kenapa orang itu bertingkah laku atau bersikap seperti itu? Keuntungan lain yang kita peroleh dari studi kasus adalah kesempatan untuk memperoleh wawasan mengenai konsep-konsep dasar tingkah laku manusia. Melalui penyelidikan intensif, kita dapat menemukan hubungan-hubungan yang tidak diharapkan sebelumnya.
Tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu,
termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan
pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Selain itu metode ini bertujuan untuk
menggambarkan karakter masyarakat dan gejala sosial yang berlangsung di
masyarakat serta menggambarkan dengan jelas tentang objek yang diteliti
secara alamiah. Itulah alasan-alasan yang menyebabkan peneliti memilih
metode studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini.
3.1.2 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, karena dengan
menggunakan pendekatan kualitatif penelitian ini bertujuan untuk memahami
Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan Di
Pendekatan kualitatif digunakan untuk memahami fenomena sosial
mengenai kearifan lokal yang ada di wilayah Cigugur melalui gambaran yang
menyeluruh dan pemahaman yang mendalam. Sehingga tidak hanya
memandang kepercayaan Sunda Wiwitan sebagai fenomena sosial yang
disebabkan karena mitos dan sejarah saja tetapi kita dapat melihatnya dari
sudut pandang nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Penelitian
kualitatif dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mencoba untuk
mendapatkan pemahaman lebih intensif mengenai kompleksitas yang ada
dalam interaksi manusia. Oleh karena itu pendekatan kualitatif sangat tepat
dipergunakan dalam penelitian ini.
Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2000, hlm. 3) penelitian kualitatif adalah ‘prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati’.
Ada beberapa asumsi yang menjadi landasan dalam penelitian kualitatif
sebagaimana yang dikatakan Merriam (dalam Creswell 1994, hlm. 145).
Asumsi-asumsi tersebut ialah sebagai berikut:
1) Peneliti kualitatif lebih memiliki perhatian pada proses daripada hasil atau produk.
2) Peneliti kualitatif tertarik pada makna, yaitu bagaimana orang berusaha memahami kehidupan, pengalaman, dan struktur lingkungan mereka.
3) Peneliti kualitatif merupakan instrumen utama dalam pengumpulan dan analisis data. Data diperoleh melalui instrumen manusia daripada melalui inventarisasi, kuesioner, ataupun melalui mesin. 4) Penelitian kualitatif sangat berkaitan dengan fieldwork. Artinya,
peneliti secara fisik terlibat langsung dengan orang, latar (setting), tempat, atau institusi untuk mengamati atau mencatat perilaku dalam latar alamiahnya.
5) Penelitian kualitatif bersifat deskriptif, dalam arti peneliti tertarik pada proses, makna, dan pemahaman yang diperoleh melalui kata-kata atau gambar-gambar.
6) Proses penelitian kualitatif bersifat induktif dalam arti peneliti membangun abstraksi, konsep, hipotesis, dan teori.
Dari penjelasan di atas dalam penelitian ini peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif, karena penelitian mengenai Pewarisan Nilai-nilai Adat
yang sangat mendalam dan tidak mengacu pada hasil, melainkan proses selama
penelitianlah yang menjadi acuan dalam penelitian, karena suatu perilaku
manusia tidak dapat diukur dengan perhitungan statistik atau perkiraan saja
tetapi secara mendalam setiap perilaku manusia memiliki makna dan faktor
yang melatarbelakanginya. Oleh karena itu, alasan tersebut semakin
menguatkan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk meneliti
Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan Di
Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan.
3.2Partisipan dan Tempat Penelitian 3.2.1 Partisipan
Partisipan dapat disebut juga sebagai informan dalam penelitian,
menurut Bungin (2012, hlm. 78) “informan penelitian adalah subjek yang
memahami informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian”.
Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah pimpinan
Sunda Wiwitan Cigugur, masyarakat Kampung Wage Kecamatan Cigugur, dan
pihak-pihak terkait yang mendukung dalam penelitian ini. Hal ini didasarkan
bahwa dalam penelitian kualitatif yang menjadi sumber informasi dipilih secara
snowball sampling. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 301) “snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya berjumlah
sedikit, lama-lama menjadi besar.” Sedangkan menurut Bungin (2012, hlm.
108) dijelaskan bahwa;
Prosedur bola salju (snowball) dikenal juga sebagai prosedur rantai rujukan atau disebut juga prosedur networking sering dianggap prosedur purposive namun sesungguhnya berbeda. Prosedur snowball sering digunakan untuk mencari dan merekrut informan tersembunyi, yaitu kelompok yang tidak mudah diakses para peneliti melalui strategi pengambilan informan.
Dalam prosedur snowball peneliti akan menentukan informan kunci
yang dianggap dapat merujuk pada informan lainnya. Setelah melakukan
verifikasi kelayakan informan diharapkan peneliti dapat mendapatkan data dan
3.2.2 Tempat Penelitian
Tempat penelitian Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam
Kepercayaan Sunda Wiwitan Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur
Kabupaten Kuningan.
Alasan peneliti memilih lokasi penelitian ini dikarenakan lokasi
memiliki potensi yang sangat baik dalam pencarian informasi, aliran Madrais
Cigugur ini merupakan pusat dari beberapa wilayah lain yang ditempati oleh
masyarakat penganut aliran Madrais. Contohnya Kampung Cireundeu yang
berada di Kota Cimahi, masyarakat Cireundeu merupakan pengembangan
Sunda Wiwitan dari aliran Madrais yang berada di Kabupaten Kuningan.
Keberadaan Sunda Wiwitan di Kuningan ini sudah cukup lama sehingga sudah
terkenal di berbagai wilayah di Indonesia dan Mancanegara, terutama pada saat
pelaksanaan upacara adat Serentaun, banyak turis lokal maupun mancanegara
yang datang untuk ikut terlibat dalam upacara tersebut ataupun hanya sekedar
melihat prosesi upacara tersebut.
Sunda Wiwitan Cigugur aliran Madrais merupakan kelompok Sunda
wiwitan yang memiliki keteguhan dalam memegang teguh ajaran yang
diturunkan oleh para leluhur atau nenek moyang. Meskipun banyak pengaruh
dari luar yang dapat menyebabkan gangguan berarti dalam kelompoknya, para
penganut Sunda Wiwitan Cigugur ini tetap panceg atau teguh dalam
memegang teguh keyakinannya terhadap nilai-nilai adat terutama inti dari
ajarannya yakni pikukuh tilu.
3.3Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini didapatkan melalui informan yang dipilih
oleh peneliti atas keperluan penelitian dan data yang dibutuhkan. Adapun Menurut
Bungin (2012, hlm. 78) “informan penelitian adalah subjek yang memahami
informasi objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian”. Lazimnya informan atau narasumber penelitian ini ada dalam penelitian yang subjek penelitiannya berupa kasus (satu kesatuan unit), antara lain
yang berupa lembaga atau organisasi atau pranata sosial. Diantara sekian banyak
seorang ataupun beberapa orang, yaitu orang atau orang-orang yang paling banyak
menguasai informasi (paling banyak tahu) mengenai objek yang sedang diteliti
tersebut. Informan kunci akan menjadi suatu subjek penelitian yang sangat
dibutuhkan data-datanya sehingga harus adanya sikap kerja sama antara peneliti
dengan informan kunci.
Adapun pihak yang menjadi informan pokok atau informan kunci pada
penelitian ini adalah:
1) Anggota komunitas/Warga adat Sunda Wiwitan Cigugur.
2) Pangeran Gumirat Barna Alam sebagai pimpinan aliran Madrais atau
Sunda Wiwitan Cigugur.
3) Warga masyarakat Kampung Wage Kecamatan Cigugur.
Sedangkan pihak yang menjadi informan pendukung pada penelitian ini
adalah:
a. Aparatur Desa atau Kelurahan sebagai pemerintah yang menaungi
keberadaan masyarakat Sunda Wiwitan di Kampung Wage Kecamatan
Cigugur.
b. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan sebagai pihak yang bergerak di
bidang kepariwisataan dan kebudayaan yang ada di Kabupaten
Kuningan.
3.4Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2005, hlm. 59), bahwa “dalam penelitian kualitatif,
yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.”
Selanjutnya Nasution (dalam Sugiyono, 2013, hlm. 223), menyatakan bahwa:
Berdasarkan pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dari segi
kejelasan dalam penelitian kualitatif suatu permasalahan belum dapat dikatakan
sesuatu hal yang pasti. Maka instrumen dalam penelitianpun merupakan peneliti
itu sendiri, seperti halnya dalam penelitian tentang Pewarisan Nilai Adat Pikukuh
Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur
Kabupaten Kuningan, namun ketika masalahnya sudah jelas dan terstruktur
dengan baik, peneliti dapat mengembangkan instrumen penelitian lebih lanjut.
3.5Pengumpulan Data
3.5.1 Wawancara Mendalam
Wawancara merupakan percakapan dan proses tanya jawab yang
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu. Bungin (2010, hlm.108)
menyebutkan bahwa:
Wawancara mendalam secara umum adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.
Wawancara mendalam dilakukan guna mendapat informasi langsung
dari subjek penelitian dan dari individu atau kelompok penunjang penelitian.
Subjek yang diteliti adalah masyarakat atau kelompok penganut Kepercayaan
Sunda Wiwitan dan yang paling utama yakni Pangeran Djatikusumah atau
putranya pangeran Gumirat Barna Alam selaku pimpinan aliran Kepercayaan
Sunda Wiwitan yang merupakan keturunan dari Kyai Madrais selaku pendiri di
Cigugur. Masyarakat juga dijadikan objek yang diteliti, selain itu untuk
melakukan konfirmasi data, dapat dilakukan juga survei pada aparat desa atau
kecamatan serta pihak pihak yang terkait dalam penelitian ini.
Dalam penelitian mengenai Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam
Kepercayaan Sunda Wiwitan Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur
Kabupaten Kuningan, alur wawancara akan dilaksanakan terhadap masyarakat
setempat yang tinggal di sekitar lokasi, pada aparatur desa dan kecamatan, lalu
Pengetahuan mengenai makna subjektif individu terhadap fokus
penelitian didapat melalui teknik wawancara. Teknik wawancara juga
memberikan ruang bagi peneliti untuk dapat mengekplorasi isu penelitian yang
tidak dapat dilakukan melalui teknik lain sehingga diharapkan data yang akan
[image:26.595.109.513.252.602.2]didapat mampu memenuhi data-data yang dibutuhkan.
Tabel 3.1 Informan Kunci
No Nama Jenis
Kelamin Usia Alamat No Telpon
1 Asep Laki-laki 23 Lamping 0896916507
36
2 Asep (Nunu) Laki-laki 23 Cigugur -
3 Kundang Laki-laki 53
Lamping/
Kampung Wage
(Paseban Tri Panca
Tunggal)
-
4 K. Rusman Laki-laki 67 Cipari (Taman
Purbakala Cipari) -
5 P. Gumirat
Barna Alam Laki-Laki 37
Kampung Wage
Kecamatan
Cigugur (Paseban
Tri Panca Tunggal)
0813130809
55
Tabel 3.2 Informan Pendukung
No Nama Jenis
Kelamin Usia Alamat Jabatan
1 Enday
Sadari Laki-laki 54 Caracas
Kasi Seni
Budaya
2 Slamet
Riyadi Laki-laki 52 Jalaksana
Kasi
Sejarah
Sumber : Diolah oleh Peneliti (2015)
3.5.2 Observasi
Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan langsung terhadap subjek penelitian di mana sehari-hari mereka
berada dan biasa melakukan aktivitasnya. Menurut Creswell (2010, hlm. 267)
observasi adalah:
Observasi kualitatif merupakan observasi yang di dalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian. Dalam pengamatan ini, peneliti merekam/mencatat baik secara terstruktur maupun semistruktur (misalnya dengan mengajukan pertanyaan yang memang ingin diketahui oleh peneliti). Aktivitas-aktivitas dalam lokasi penelitian. Para peneliti kualitatif juga dapat terlibat peran-peran yang beragam, mulai dari sebagai non partisipan hingga partisipan utuh.
Sedangkan Menurut Bungin (2010, hlm. 115) observasi atau
pengamatan adalah:
Peneliti dalam penelitian ini melakukan observasi langsung pada
kelompok Sunda Wiwitan Cigugur. Artinya, peneliti berada bersama subjek
penelitian guna ikut merasakan dan mengalami kegiatan subjek penelitian yang
berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah dirumuskan. Observasi akan
membuat pengamatan peneliti lebih matang dan lebih dapat mengambil makna
dari kegiataan subjek penelitian.
3.5.3 Studi Dokumentasi
Metode dokumentasi merupakan salah satu cara pengumpulan data
yang digunakan dalam metodologi penelitian sosial. Selain sumber manusia
(human resources) melalui observasi dan wawancara mendalam, sumber
lainnya yaitu foto, video, rekaman, hingga objek-objek seni, dan lainnya, hal
tersebut dapat dijadikan sebagai pendukung selain dokumen-dokumen tertulis
yang resmi ataupun tidak resmi yang terdapat di kelompok Sunda Wiwitan
Cigugur maupun pada dokumen Pemerintah.
Dokumentasi dapat membantu peneliti dalam melengkapi kebutuhan
penunjang dalam penelitian. Dokumentasi juga digunakan sebagai penguat
peneliti dalam melakukan kajian penelitian.
3.5.4 Studi Literatur
Studi literatur yaitu mempelajari buku-buku yang berhubungan dengan
masalah yang menjadi pokok bahasan dengan objek penelitian. Teknik ini
digunakan karena peneliti memerlukan teori-teori yang dapat membantu untuk
tercapainya tujuan penelitian yang dilakukan. Teori-teori ini tentu saja
didapatkan dari literatur yakni buku-buku, jurnal ilmiah dan lain-lain, dengan
teknik ini peneliti akan mendapatkan informasi dan data yang berupa
teori-teori, pengertian-pengertian serta uraian para ahli yang berhubungan dengan
yang diperlukan dalam penelitian. Hal ini merujuk pendapat Kartono (1996,
hlm. 33) yang mengemukakan bahwa “Studi literatur adalah teknik penelitian
yang dapat berupa informasi-informasi data-data yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti yang di dapat dari buku-buku, majalah, naskah-naskah,
3.6Penyusunan Alat dan Pengumpulan Data
Untuk mempermudah peneliti dalam mengumpulkan data dari hasil
wawancara dan observasi maka diperlukan penyusunan alat untuk mengumpulkan
data. Penyusunan alat dan pengumpulan data ini dilakukan sebelum peneliti
melaksanakan langsung penelitian ke lapangan guna dapat mengumpulkan data
yang benar-benar dibutuhkan dalam penelitian. Adapun penyusunan alat
pengumpul data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.6.1 Penyusunan Kisi-kisi Penelitian
Dalam mempermudah pelaksanaan penelitian maka peneliti menyusun
kisi-kisi penelitian. Penyusunan kisi-kisi penelitian ini dijabarkan dalam bentuk
pertanyaan agar memudahkan dalam alat pengumpulan data. Penyusunan
kisi-kisi bertujuan untuk memandu peneliti dalam melakukan penelitian guna
mengumpulkan data-data yang valid.
3.6.2 Penyusunan Alat Pengumpul Data
Alat pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu berupa observasi dan
wawancara kepada pihak-pihak terkait yang dibutuhkan datanya serta berada di
lingkungan masyarakat Sunda Wiwitan Kampung Wage Kecamatan Cigugur.
3.6.3 Penyusunan Pedoman Wawancara
Sebelum melakukan wawancara perlu disusun pedoman wawancara
yang bertujuan untuk mempermudah peneliti melakukan wawancara dengan
adanya patokan pertanyaan yang pada pelaksanaannya bisa bertambah,
sehingga wawancara yang dilakukan terarah. Adapun pedoman wawancara
adalah daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada responden mengenai
penelitian yang akan dilakukan.
3.6.4 Penyusunan Pedoman Observasi
Pedoman observasi perlu disusun sebelum peneliti melakukan
pengamatan. Hal ini dilakukan agar kedatangan peneliti di lingkungan
masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur sesuai dengan tujuan penelitian yang telah
3.7Analisis Data
Analisis data adalah bagian terpenting dalam penelitian ini, peneliti harus
dapat mengolah data yang telah didapat dari hasil penelitian di lapangan secara
sistematik seperti hasil wawancara, catatan, dan data-data lain yang ditemukan
pada saat penelitian. Bogdan dan biklen (dalam Gunawan, 2013, hlm. 210)
menyatakan bahwa ‘Analisis data adalah proses pencarian dan pengaturan secara
sistematik hasil wawancara, catatan-catatan, dan bahan-bahan yang dikumpulkan
untuk meningkatkan pemahaman terhadap semua hal yang dikumpulkan dan
memungkinkan menyajikan apa yang ditemukan’.
Analisis data menurut Creswell (2012, hlm. 274) “Merupakan proses
berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus-menerus terhadap data,
mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian.” Sedangkan menurut Miles dan Huberman (dalam Bungin 2010, hlm. 144) ‘Analisis data dalam penelitian berlangsung bersamaan dengan proses
pengumpulan data. Diantaranya adalah melalui tiga tahap model air, yaitu reduksi
data, penyajian data, dan verifikasi. Namun ketiga tahapan tersebut berlangsung secara simultan’.
3.7.1 Reduksi Data
Reduksi data, adalah kegiatan dalam penelitian guna mengolah data
yang merujuk pada proses pemilihan, pemokusan, penyederhanaan, abstraksi
dan pentransformasian data mentah yang terdapat dalam catatan-catatan
lapangan tertulis maupun tidak tertulis. Sebagaimana kita ketahui, reduksi data
terjadi secara kontinu melalui kehidupan suatu proyek yang diorientasikan
secara kualitatif.
Menurut Sugiyono (dalam Gunawan, 2013, hlm. 210) ‘mereduksi data
merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada
hal-hal yang penting, dan mencari tema dan polanya’.
Berikut ini ialah salah satu contoh reduksi data yang telah dilaksanakan
oleh peneliti, pada tanggal 21 April 2015. Peneliti melaksanakan penelitian
Asep yang sedang berada di rumahnya di daerah Lamping. Pada saat itu Kang
Asep menjelaskan beberapa hal mengenai penelitian yang akan dilaksanakan
oleh peneliti, selanjutnya saya melakukan wawancara terhadap Kang Asep
secara langsung, sehingga pada wawancara awal ini peneliti menemukan
beberapa hal yang sangat penting seperti dalam Pikukuh Tilu terdapat sir rasa
pikir, ngaji rasa, undak usuk wiwaha yuda nagara. Hal ini merupakan aturan yang harus diamalkan dan dipikukuh, karena dengan mengamalkan nilai-nilai
yang terdapat dalam Pikukuh Tilu kondisi hati kita akan terasa tenang dan
tentram sehingga terjauh dari perbuatan-perbuatan yang melanggar nilai dan
norma yang berlaku di masyarakat, seperti berbuat jahat, berjudi, berzinah dan
lain-lain.
3.7.2 Penyajian Data
Langkah selanjutnya dari kegiatan analisis data adalah penyajian
data/data display. Kita mendefinisikan penyajian data sebagai suatu kumpulan
informasi yang tersusun yang memungkinkan kita melakukan penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Setelah penyajian data dilakukan
peneliti dapat lebih meningkatkan pemahaman terhadap kasus yang diteliti.
Miles dan Huberman (dalam Gunawan, 2013, hlm. 210) menyatakan bahwa ‘pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan’.
3.7.3 Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi (Conclusion Drawing Verification)
Langkah ketiga dari aktivitas analisis adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Dari awal pengumpulan data hingga pengolahan data peneliti
kualitatif mulai memutuskan apakah makna sesuatu, mencatat keteraturan,
pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kausal, dan
proposisi-proposisi.
Data mengenai penelitian Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam
Kepercayaan Sunda Wiwitan Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur
Kabupaten Kuningan, yang telah diperoleh peneliti dari mulai observasi,
berlangsung akan disortir mana yang penting dan diperlukan untuk memenuhi
tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan rumusan masalah yang telah
dirumuskan sehingga data yang penting dapat terproses dengan baik.
Data-data yang telah disortir mengenai penelitian Pewarisan Nilai Adat
Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda Wiwitan Di Kampung Wage
Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan tersebut kemudian dipelajari,
dimengerti dan dipahami oleh peneliti. Setelah alur dari data-data tersebut
dapat dipahami oleh peneliti, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti
yaitu menginterpretasikan data dengan mendeskripsikan dan menggunakan
peta konsep agar data-data tersebut menjadi lebih mudah dipahami dan
penelitian Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam Kepercayaan Sunda
Wiwitan Di Kampung Wage Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan, dapat
diidentifikasi dengan jelas.
Setelah data-data tersebut dapat dipahami melalui bentuk peta konsep
dan telah terdeskripsikan oleh peneliti tahap selanjutnya adalah penarikan
kesimpulan. Dari data-data tersebut dapat terlihat proses dari mulai Sejarah
atau asal-usul keberadaan kepercayaan sunda wiwitan, proses terjadinya
kelompok kepercayaan Sunda Wiwitan di Cigugur, pewarisan, hingga proses
atau upaya kelompok sunda wiwitan cigugur ini dalam melestarikan nilai-nilai
adat.
3.8Validitas Data
Untuk melakukan pembenaran terhadap data yang diperoleh peneliti di
lingkungan Sunda Wiwitan Cigugur maka diperlukan validitas data untuk dapat
menguji data, dan valid tidaknya data yang diperoleh dari informan, adapun
caranya yaitu sebagai berikut:
3.8.1 Memperpanjang Waktu Penelitian
Pada saat melakukan observasi diperlukan waktu untuk mengenal
lingkungan Sunda Wiwitan Cigugur, oleh sebab itu peneliti berusaha
memperpanjang waktu penelitian. Jika terdapat data yang masih dibutuhkan
penelitian untuk dapat mengumpulkan data kembali dimana pada penelitian
sebelumnya mengadakan hubungan baik dengan orang-orang disana, dengan
cara mengenal kebiasaan yang ada dan mengecek kebenaran informasi di
sekitar lingkungan Sunda Wiwitan Cigugur guna memperoleh data dan
informasi valid yang diperlukan dalam penelitian ini.
Adapun lamanya perpanjangan penelitian ini didasarkan kepada
kebutuhan peneliti untuk melakukan cek ulang terhadap data yang telah
didapat. Hal ini seperti yang dikatakan Sugiyono (2009, hlm. 123) bahwa “perpanjangan penelitian bisa diakhiri bila data yang dilakukan cek ulang sudah benar yang berati kredibel”.
3.8.2 Pengamatan yang Terus Menerus
Dengan pengamatan yang dilakukan secara terus menerus atau kontinu
peneliti dapat memperhatikan sesuatu secara lebih cermat, terinci dan
mendalam. Melalui pengamatan yang kontinu peneliti dapat memberikan
deskripsi yang terinci mengenai apa yang sedang diamatinya. Pengamatan
secara terus menerus dapat menemukan hal-hal yang dibutuhkan dari penelitian
yang dilakukan ketika di lingkungan Sunda Wiwitan Cigugur.
3.8.3 Triangulasi
Triangulasi, yaitu pengecekan kebenaran data yang diperoleh dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Triangulasi
berfungsi untuk mengecek validasi data dengan menilai kecukupan data dari
Gambar 3.1 Triangulasi Sumber Data
a.Menggunakan Bahan Referensi
Triangulasi dengan Tiga Teknik Pengumpulan data Sumber : Sugiyono (2009, hlm 126)
Sumber : Sugiyono (2010, hlm. 273)
Gambar 3.2
Triangulasi Teknik Pengumpulan Data
Sumber : Sugiyono (2009, hlm. 126)
[image:34.595.116.522.356.514.2]Sumber : Sugiyono (2010, hlm. 273)
Gambar 3.3
Triangulasi Waktu Pengumpulan Data
Sumber : Sugiyono (2010, hlm. 274) Minggu ke-I - III
Minggu ke-VII dan VIII
Minggu ke-IV dan VI
Komunitas/Masyarakat Sunda Wiwitan Pangeran Djatikusumah/
Pangeran Gumirat Barna Alam
Pemerintah Desa dan Kecamatan/Disparbud
Studi Dokumentasi Wawancara
Mendalam
[image:34.595.107.528.583.738.2]3.8.4 Menggunakan Bahan Referensi
Sebagai bahan referensi untuk meningkatkan kepercayaan akan
kebenaran data, peneliti menggunakan bahan dokumentasi yakni hasil rekaman
wawancara dengan subjek penelitian atau bahan dokumentasi yang diambil
dengan cara tidak mengganggu atau menarik perhatian informan, sehingga
informasi yang didapatkan memiliki validitas yang tinggi.
3.8.5 Melakukan Member Check
Dalam penelitian ini dilakukan cara untuk menguji keabsahan data,
menurut Sugiyono (2010, hlm. 276) Member chek adalah, “proses pengecekan
data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Pengecekan atau verifikasi
data kepada subjek yang diteliti ini bertujuan untuk mengetahui data atau
informasi yang didapat apakah sudah sesuai dengan apa yang dimaksud oleh
sumber data atau informan”.
Member check yang dimaksud dalam penelitian ini adalah peneliti akan melakukan cek ulang atau verifikasi data yang sudah diperoleh peneliti kepada
subjek atau informan baik informan kunci maupun pelengkap agar tidak terjadi
kesalahpahaman yang dapat berpengaruh terhadap penarikan kesimpulan yang
dilakukan oleh peneliti. Teknik ini dilakukan peneliti dengan menggunakan
pertanyaan-pertanyaan telah disusun dalam pedoman wawancara. Agar
informasi yang diperoleh benar-benar jelas dan peniliti pun mengerti apa yang
dimaksud oleh infoman.
Selain menggunakan member check dalam penelitian ini untuk menguji
keabsahan datanya digunakan juga triangulasi. Triangulasi merupakan
pengecekan kebenaran data yang dikumpulkan dari suatu sumber berdasarkan
kebenarannya dari sumber-sumber lain. Karena peneliti tidak dapat begitu saja
percaya dengan semua informasi yang diperoleh dari suatu sumber maka harus
dilakukan pengecekan akan kebenaran informasi tersebut. Pengecekan ini
dilakukan dengan mengecek informasi dari suatu sumber dengan
Setelah penulis memaparkan hasil penelitian dan analisis hasil penelitian,
maka skripsi yang penulis beri judul “Pewarisan Nilai Adat Pikukuh Tilu Dalam
Kepercayaan Sunda Wiwitan (Studi Kasus Di Kampung Wage Kecamatan
Cigugur Kabupaten Kuningan)” dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Nilai adat pikukuh tilu yang menjadi landasan atau pedoman hidup pada
masyarakat sunda wiwitan di cigugur. Mempelajari nilai adat Pikukuh Tilu
berarti menyentuh aspek budaya spiritual dalam masyarakat Paguyuban Adat
Cara Karuhun Urang/Masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Dari permulaan sejarah tuntunan hingga pada aspek-aspek tuntunan tentang arti penghayatan,
Ketuhanan, manusia, alam semesta, kesempurnaan hidup, serta pengamalan
penghayatan dan budi pekerti yang terdapat dalam budaya masyarakat Sunda
Wiwitan Cigugur. Pikukuh Tilu secara bahasa dapat diartikan sebagai
peneguh yang berasal dari kata kukuh dan tiga yang berasal dari kata tilu, jadi
apabila dijabarkan maksudnya Pikukuh Tilu ialah tiga peneguh yang
berfungsi sebagai pedoman kehidupan. Nilai adat Pikukuh Tilu merupakan
pedoman kehidupan yang menjadi Pangangger (peneguh) masyarakat Sunda
Wiwitan Cigugur untuk menuju kesempurnaan hidup (Purwawisesa).
Purwawisesa dimaknai sebagai kata sempurna, kesempurnaan dalam kehidupan akan tercapai apabila manusia dapat mengontrol sifat, keinginan,
pola perilaku, perasaan dan pikiran yang seluruhnya baik secara langsung
maupun tidak langsung akan memberikan pengaruh dalam tata kehidupan
manusia secara individu maupun sosial dalam lingkungan masyarakat. Dalam
nilai adat Pikukuh Tilu terdapat tiga bagian yang menjadi rumusan tuntunan
hidup masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur, yakni Ngaji Badan,
berhubungan. Segala hal yang terdapat di sekeliling kehidupan yang dapat
dirasakan oleh panca indera akan membuat manusia menyadari bahwa
kehidupan ini terdiri dari Tri Daya Eka Karsa (tiga taraf kehidupan) yang
terdiri dari taraf Nabati (hidup tapi pasif), Hewani (hidup aktif berdasarkan
insting saja), dan Insani (hidup aktif berdasarkan akal, budi, perasaan dan
pikiran). Ngaji badan juga dapat diartikan sebagai konsep introspeksi diri
karena selaku manusia yang merupakan makhluk sosial sudah pasti akan
membutuhkan manusia lain, alam, dan hal lainnya yang memiliki sifat saling
ketergantungan.
Tuhu/Mikukuh Kana Tanah terbagi menjadi dua konsep yakni Tanah Adegan maksudnya ialah raga secara jasmani/fisik dan Tanah Amparan yakni tanah
tempat berpijak. Tuhu/Mikukuh Kana Tanah ini lebih mengarah kepada
konsep cara dan ciri bangsa yang maksudnya ialah bagaimana suatu bangsa
memiliki kebudayaan, adat, tradisi dan nilai serta norma yang berlaku dalam
masyarakatnya, selanjutnya suatu bangsa itu memiliki ciri khasnya
masing-masing dilihat dari segi rupa, adat, bahasa, aksara (tulisan), dan kebudayaan.
Madep Ka Ratu-Raja 3-2-4-5 Lilima 6 merupakan sekumpulan konsep tata nilai yang berlaku dalam masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Dalam
penjabarannya Madep artinya mengarah, Ratu dan Raja yang dimaksud ialah
Ratu dan Raja dalam wujud yang bukan merupakan seseorang, akan tetapi
mengandung makna Ratu Nunggararata dan Raja nu Ngajagat Rata,
(menyeluruh) keduanya mengacu pada makna kesempurnaan.
Fungsi Pikukuh Tilu ialah sebagai pedoman masyarakat Sunda Wiwitan
Cigugur dalam menuju kesempurnaan hidup. Pedoman menuju kesempurnaan
hidup ini merupakan manifestasi dari nilai dan norma yang berlaku dalam
masyarakatnya. Pikukuh Tilu dikatakan sebagai nilai karena merupakan
konsep-konsep umum dalam masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur yang
mempertegas tentang sesuatu yang dianggap baik, patut, layak, pantas,
dicita-citakan, diinginkan, dihayati serta dilaksanakan, dalam kehidupan sehari-hari
lalu menjadi tujuan kehidupan bersama didalam kelompok masyarakat Sunda
Dalam upaya pengamalan nilai adat Pikukuh Tilu terdapat beberapa hal yang
harus diperhatikan seperti, Sir (kahayang) keinginan, Rasa (ngarasakeun)
merasakan,dan Pikir (memikirkan). Hal ini sebisa mungkin harus di olah oleh
manusia dengan cara yang sebaik mungkin. Upaya pengamalan Pikukuh Tilu
dilakukan dengan cara penerapan atau aplikasi dalam kehidupan sehari-hari
dalam kehidupan masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Pikukuh Tilu
diaplikasikan dalam bentuk hubungan manusia dengan Tuhan, interaksi
dalam masyarakat, dan dalam menjaga lingkungan alam. Manusia hidup
memerlukan kesadaran diri agar tetap berada dalam keadaan stabil, contohnya
dalam mengontrol tekad, ucap, lampah/niat, ucapan, dan perilaku yang
mengacu pada bagaimana seseorang harus bersikap dan berperilaku baik.
Pikukuh Tilu merupakan nilai adat yang merupakan tradisi dan kebudayaan masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur. Dilihat dari segi adat, wujud ideal dari
kebudayaan yaitu adat atau adat istiadat untuk bentuk jamaknya.
Dalam proses pelaksanaannya terdapat sanksi apabila melanggar nilai-nilai
adat Pikukuh Tilu, bentuk pelanggaran terhadap nilai adat Pikukuh Tilu pada
dasarnya ialah hal yang pada umumnya terjadi dalam kehidupan sosial
masyarakat seperti berjudi, zina, mencuri, selingkuh, membunuh dan lainnya
yang bersifat mengganggu terhadap ketertiban sosial dan merugikan
aspek-aspek kehidupan sekitarnya. Bila terjadi pelanggaran terhadap nilai-nilai adat
Pikukuh Tilu maka akan diberlakukan sanksi sosial yang secara langsung maupun tidak langsung oleh masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur yang berupa
teguran, diacuhkan, hingga dikucilkan dari wilayah adat. Adat istiadat
merupakan norma yang sangat kuat dan memiliki daya pengikat terhadap
kelompok masyarakatnya, sehingga anggota-anggota masyarakat yang
melanggar nilai adat akan menerima sanksi keras, yang terkadang
diberlakukan secara tidak langsung.
2. Peranan keluarga sunda wiwitan dalam mewariskan nilai-nilai adat pikukuh
tilu. Peran keluarga Sunda Wiwitan dalam pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu tidak terlepas dari konsep sosialisasi yang dilaksanakan oleh pihak keluarga
Sosialisasi ialah proses belajar (Learning Process) dimana manusia
mempelajari, menginternalisasikan, dan mengadaptasi apa yang
disosialisasikan seperti nilai, norma, dan sistem sosial dalam tatanan hidup
masyarakatnya, sehingga setiap individu dalam kelompoknya mampu
berperan dan mengikuti berbagai sistem atau aturan dalam masyarakatnya dan
dapat diterima dengan baik.
Peran orang tua dalam keluarga Sunda Wiwitan Cigugur sangat penting,
contohnya dalam memberikan petuah dan wejangan tentang berbagai nilai
kehidupan yang berlandaskan pada nilai adat Pikukuh Tilu. Biasanya ayah
dan ibu akan silih bergantian mensosialisasikan nilai adat Pikukuh Tilu dan
nilai budi pekerti lainnya yang berlaku dalam kelompok masyarakat Sunda
Wiwitan Cigugur sehingga proses tersebut terus berjalan secara
berkesinambungan dengan kondisi di lingkungan masyarakatnya.
Dalam pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur
memiliki sistem Silih Asah, Silih Asuh, Silih Asih (saling mendidik, saling
mengingatkan, dan saling menyayangi) yang berfungsi dalam setiap
kelompok keluarga masyarakatnya, sehingga satu sama lain dalam anggota
keluarga sebenarnya memiliki peran masing-masing yang mengacu pada
terwujudnya pewarisan kebudayaan, adat, dan tradisi Sunda Wiwitan
Cigugur.
3. Kendala yang dihadapi dalam pewarisan nilai-nilai adat pikukuh tilu. Kendala
dalam pewarisan nilai adat Pikukuh Tilu terbagi menjadi dua, diantaranya
ialah kendala internal dan eksternal. Kendala internal biasanya terjadi
dikarenakan sikap masyarakat Sunda Wiwitan Cigugur yang terkadang
memiliki pemikiran dan pemahaman yang berbeda-beda tentang apa yang