• Tidak ada hasil yang ditemukan

HAK-HAK KONSUMEN DALAM SISTEM LISTRIK PRA BAYAR DITINJAU DARI UU PERLINDUNGAN KONSUMEN. Lenny Verawaty SH Siregar Dosen Universitas HKBP Nommensen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HAK-HAK KONSUMEN DALAM SISTEM LISTRIK PRA BAYAR DITINJAU DARI UU PERLINDUNGAN KONSUMEN. Lenny Verawaty SH Siregar Dosen Universitas HKBP Nommensen"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

93

HAK-HAK KONSUMEN DALAM SISTEM LISTRIK PRA BAYAR DITINJAU DARI UU PERLINDUNGAN KONSUMEN

Lenny Verawaty SH Siregar Dosen Universitas HKBP Nommensen

ABSTRACT

Electricity is one of the most important community needs and is the most important economic resource needed in a business activity, both in the household, lighting, communication, industrial and other sectors. ESDM Minister Regulation Number 33 of 2014 concerning Service Quality Levels and Costs Related to Electricity Distribution by PT. The National Electricity Company, mentions two service systems provided by PT. PLN (Persero) to the public, namely: Postpaid Electricity System and Pre-paid Electricity System. In terms of protection, there are consumer rights that are violated, consumers have the right to choose and get clear information on the application of the prepaid system, as stated in Article 4 letter b, and letter c of Act Number 8 of 1999 concerning Consumer Protection. harming potential customers.

The problem raised in the writing of this research is how legal protection for consumers of electricity tokens in Nias and what efforts can be done by consumers if harmed in the use of prepaid electricity in Nias, with data collection methods obtained from library data and interviews with staff of PT. PLN (Persero) Region of North Sumatra Area Nias.

The conclusions are: Prepaid electricity legal protection includes: related to the Electricity Purchase Agreement (SPJBTL). If the consumer rights that have been agreed upon in the Electricity Purchase Agreement (SPJBTL) are not carried out the consumer has the right to make a complaint to the PLN, Prepaid electricity dispute resolution in the Nias area, has been resolved directly between the PLN and the consumer, submit a complaint directly to PLN through the contact center service "PLN 123 In principle the PLN area of Nias prioritizes dispute resolution in consensus to reach consensus, if the PLN refuses and / or does not respond and / or does not meet compensation for claims, then PLN can be sued through the Consumer Dispute Settlement Agency ("BPSK") or consumers can submit to the judiciary in the consumer's place of residence.

Keywords: Efforts, Consumer Protection, Prepaid Electricity Tokens

A. LATAR BELAKANG

Dalam kehidupan modern tenaga listrik merupakan unsur mutlak yang harus dimiliki untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat oleh karena itu energi listrik merupakan tolak ukur kemajuan masyarakat. Listrik merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat penting dan sebagai sumber daya ekonomis yang paling utama yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan usaha, baik pada sektor rumah tangga, penerangan, komunikasi, industri maupun tempat lainnya.

Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum, terkait erat dengan isi dalam Pasal 33 Ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945, maksud dan tujuannya adalah, memberikan perlindungan terhadap rakyat atas ketersediaan cabang-cabang produksi yang menjadi kebutuhan rakyat. Negara sangat berkepentingan untuk berusaha menyelamatkan penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum, karena

(2)

94

merupakan kewajiban dan tanggung jawab negara terhadap rakyat.

Energi listrik adalah energi utama yang dibutuhkan bagi peralatan listrik/energi yang tersimpan dalam arus listrik dengan satuan amper (A) dan tegangan listrik dengan satuan volt (V) dengan ketentuan kebutuhan konsumsi daya listrik dengan 2 satuan Watt (W) untuk menggerakkan motor, lampu penerangan, memanaskan, mendinginkan atau menggerakkan kembali suatu peralatan mekanik untuk menghasilkan bentuk energi yang lain. Energi yang dihasilkan dapat berasal dari berbagai sumber, seperti air, minyak, batu bara, angin, panas bumi, nuklir, matahari, dan lainnya. Energi ini besarnya dari beberapa Joule sampai ribuan hingga jutaan Joule.1 Pemerintah, pada 6 Juli 2012 menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 62 Tahun 2012 tentang Usaha Jasa Penunjang Ketenagalistrikan. PP ini adalah amanat dari Pasal 16 ayat (4), Pasal 26 dan Pasal 48 ayat (3) UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan. Penerbitan PP ini dimaksudkan agar terwujud usaha jasa penunjang tenaga listrik yang mampu memberikan pelayanan profesional. Pasalnya, usaha jasa penunjang tenaga listrik berperan penting dalam menunjang kegiatan usaha penyediaan tenaga listrik untuk mewujudkan penyediaan tenaga listrik yang andal, aman, dan ramah lingkungan.

PT. PLN (Persero) merupakan satu satunya perusahaan penyedia jasa kelistrikan di Indonesia.

Pemenuhan kebutuhan tenaga listrik, pemerintah pusat dan pemerintah daerah melakukan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan usaha penyediaan tenaga listrik. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah juga melakukan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum yang pelaksanaannya dilakukan oleh badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah. Peraturan Menteri ESDM Nomor 33 Tahun 2014 tentang Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya Yang Terkait dengan Penyaluran Tenaga Listrik oleh Perusahaan (Persero) PT. Perusahaan Listrik Negara, menyebutkan dua sistem layanan yang disediakan oleh PT. PLN (Persero) kepada publik, yaitu: Sistem Listrik Pasca Bayar dan Sistem Listrik Pra Bayar.

Listrik pra bayar mulai diperkenalkan kepada masyarakat Indonesia pada tahun 2012 tepatnya di Nusa Tenggara Barat. Perusahaan Listrik Negara (PLN) melakukan inovasi baru dengan nama listrik pra bayar atau lebih dikenal dengan sebutan token. Kemungkinan besar PLN terinspirasi dengan kartu pra bayar dari perusahaan-perusahaan telekomunikasi. Sehingga menamakan produk unggulannya sebagai listrik pra bayar. Sebab listrik pra bayar juga dapat diisi ulang sama seperti kartu pra bayar dari perusahaan- perusahaan telekomunikasi. Selain itu dengan listrik pra bayar maka kita akan cenderung lebih hemat dalam pemakaian listrik sehari-hari. Dikatakan sebagai listrik pra bayar karena kita harus membayar terlebih dahulu alias membeli Token PLN sebelum kita menikmati fasilitas listrik yang diberikan oleh PLN. Jadi bayar/beli Token PLN dulu baru bisa menikmati fasilitas listrik. Sistem Listrik Pasca Bayar adalah sistem yang pertama kali digunakan oleh konsumen di Indonesia, penggunaan tarif tenaga listrik reguler ini adalah tenaga listrik disediakan oleh PT. PLN (Persero) yang dibayarkan setelah pemakaian tenaga listrik oleh konsumen2, melalui sistem ini pelanggan dapat menggunakan energi listrik terlebih dahulu dan membayar pada bulan berikutnya. PT. PLN (Persero) akan melakukan pencatatan meteran di lokasi tempat tinggal atau tempat usaha pelanggan, menghitung dan menerbitkan rekening yang harus dibayar pelanggan, dan melakukan penagihan kepada pelanggan yang terlambat membayar. Besaran biayanya sesuai dengan jumlah pemakaian selama sebulan.

1 www.pln.co.id, diakses hari Sabtu, tanggal 6 Oktober 2018

2 Pasal 1 ayat 2 Permen ESDM Nomor 33 Tahun 2014 tanggal 17 November 2014 tentang Tingkat Mutu Pelayanan dan Biaya yang Terkait dengan Penyaluran Tenaga Listrik oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Perusahaan Listrik Negara.

(3)

95

Sistem listrik pra bayar adalah layanan baru yang disediakan oleh PT. PLN (Persero), penggunaan tarif tenaga listrik pra bayar adalah tarif tenaga listrik disediakan oleh Perusahaan Perseroan PT. PLN yang dibayarkan sebelum pemakaian tenaga listrik oleh konsumen, pemanfaatkan listrik untuk kebutuhan sehari- hari dilakukan dengan cara, membeli token atau pulsa listrik terlebih dahulu dengan nominal bervariatif di tempat yang telah ditentukan oleh PT. PLN.(Persero), seperti di bank-bank yang bekerja sama dengan PT.

PLN (Persero), PPOB (Payment Point Online Bank), dan mitra lain yang bekerja sama.

Asal mula diterapkannya sistem pra bayar di Indonesia adalah dengan mengadopsi Sistem listrik Pra Bayar di Negara Afrika. Teknologi yang digunakan adalah teknologi digital protokol Standard Transfer Specification (STS) dengan sistem token tanpa menggunakan kartu yang saat ini telah digunakan secara umum di Indonesia. Penerapan sistem listrik pra bayar bertujuan untuk mengurangi layanan sistem pasca bayar. Sistem listrik pasca bayar tetap dipergunakan khusus bagi pelanggan lama yang, tetapi sejak penerapan sistem pra bayar di Medan, maka bagi pelanggan baru yang ingin mendapatkan layanan listrik dari PT. PLN (Persero) langsung diarahkan menggunakan layanan sistem pra bayar. Pertimbangan dari PT.

PLN (Persero) untuk mengurangi sistem tersebut adalah, secara internal sistem tersebut tidak efisien lagi bagi PT. PLN (Persero).

Dalam perkembangannya, masyarakat Indonesia ternyata menerima dengan baik listrik pra bayar ini, sehingga sekarang sebagian besar kota-kota besar di Indonesia sudah memakai listrik pra bayar atau lebih dikenal dengan sistem token.3 Sistem listrik token adalah produk dari PT PLN (Persero) yang merupakan layanan terbaru untuk konsumen dalam mengelola konsumsi listrik melalui Meter Prabayar (selanjutnya disebut MPB). MPB adalah meter energi listrik yang dipergunakan untuk mengukur listrik yang dikonsumsi oleh konsumen listrik. Melalui sistem token, konsumen Iistrik mengeluarkan biaya lebih dahulu untukmembeli energi listrik yang akan dikonsumsinya. Besar energi listrik yang telah dibeli dimasukkan ke dalam MPB yang terpasang di lokasi konsumen listrik melalui sistem token. MPB menyediakan informasi jumlah energi listrik (selanjutnya disebut kWh) yang masih bisa dikonsumsi. Persediaan kWh tersebut bisa ditambah berapa saja dan kapan saja sesuai kebutuhan dan keinginan konsumen listrik. Dengan demikian, konsumen listrik bisa lebih mudah mengoptimalkan konsumsi listrik dengan mengatur sendiri jadwal dan jumlah pembelian listrik. Dengan sistem token konsumen listrik tidak perlu berurusan dengan pencatatan meter yang biasanya dilakukan setiap bulan, dan tidak perlu terikat dengan jadwal pembayaran listrik bulanan. Pada saat pemasangan atau penyambungan baru, setiap konsumen memperoleh pemasokan listrik sesuai dengan kemampuan mereka, alat ini akan disertai stroom perdana atau persediaan kWh pertama.4

Keluhan-keluhan dari masyarakat terkait kehadiran sistem token,konsumen sering melaporkan kendala yang terjadi selama penggunaan sistem token terkait pemakaian kWh meter listrik. Sebagian pelanggan menilai bahwa pemakaian token listrik cenderung lebih mahal daripada listrik pasca bayar, penetapan tarif tenaga listrik (Tarif Adjustment) yang selalu berubah-ubah setiap bulannya dan kurangnya sosialisasi secara menyeluruh mengenai sistem listrik token pada berbagai lapisan masyarakat terutama di pedesaan. Sehingga konsumen merasa dirugikan akan sistem token tersebut, padahal keluhan tersebut tidak terjadi selama penggunaan sistem listrik pascabayar.

Fenomena lain yang terjadi di masyarakat adalah persoalan pembelian token/stroom yang tidak sesuai dengan nominal yang dikeluarkan oleh konsumen. Contoh pembelian token/stroom Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah), besar kWh yang didapatkan adalah lebih rendah dari jumlah uang yang dikeluarkan. Disisi

3 https://www.sepulsa.com/blog/penjelasan-token-pln-yang-anda-harus-tahu, diakses hari Sabtu tanggal 6 Oktober 2018

4 http://www.pln.co.id/p=501 “apa itu listrik pintar”

(4)

96

lain biaya administrasi yang tidak seragam antara PPOB dengan mitra lain yang bekerja sama dengan PT.

PLN (Persero). Pemberlakuan sistem pra bayar tidak mengindahkan asas keadilan dan keseimbangan sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Perlindungan konsumen. Selaku Perusahaan BUMN, PT.

PLN (Persero) jelas harus mengamanatkan asas kesamaan hak yaitu tidak bersikap diskriminatif, sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.

Kebijakan PT PLN (Persero) yang mengharuskan konsumen menggunakan sistem token bisa menimbulkan polemik apakah hal ini tidak melanggar Pasal 4 huruf (b) UUPK, dimana hak konsumen dalam pemilihan barang dijamin oleh UndangUndang. Dengan beralihnya sistem listrik pascabayar ke sistem token juga menimbulkan pertanyaan apakah kebijakan ini merupakan hal yang sudah tepat karena dalam Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan.

B. PERMASALAHAN

1. Apa saja upaya yang dilakukan PT. PLN dalam memenuhi hak-hak konsumen?

2. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap konsumen yang bermasalah dalam penggunaan listrik Prabayar?

3.

C. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui apa saja upaya yang dilakukan PT. PLN dalam memenuhi hak-hak konsumen?

2. Untuk mengetahui bagaimanakah perlindungan hukum terhadap konsumen yang bermasalah dalam penggunaan listrik Prabayar?

3.

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Secara Teoritis

Penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan secara teoritis bagi penulis sendiri maupun para pembaca dan masyarakat umum atau pada pelaku-pelaku usaha.

2. Secara Praktis

Memberikan manfaat dalam kajian-kajian ilmu dan penelitian yang dibahas dalam penelitian ini dapat menjadi transfer pemikiran serta pembanding dalam praktek pelaksanaan dalam ruang lingkup hukum pelaku-pelaku usaha, penyedia jasa, pengguna jasa, arbitrase, konsultan, advokat dan hakim.

E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengertian Perlindungan Konsumen

Perkembangan globalisasi ekonomi dimana arus barang dan jasa tidak lagi mengenal batas Negara membuat timbul berbagai permasalahan, antara lain kemungkinan penerapan product liability dalam doktrin perbuatan melawan hukum. Kepentingan-kepentingan konsumen telah lama menjadi perhatian, yang secara tegas telah dikemukakan oleh Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy yang menyampaikan pesan di depan Kongres tentang pentingnya kedudukan konsumen di dalam masyarakat.5Peristiwa berikutnya yang merupakan perhatian atas kepentingan konsumen, secara tegas telah ditetapkan dalam putusan Sidang Umum PBB pada sidang ke-106 tanggal 9 April 1985. Resolusi PBB tentang Perlindungan Konsumen (Resolusi 39/248) telah menegaskan enam kepentingan konsumen, yaitu sebagai berikut:

a. Perlindungan konsumen dari bahaya terhadap kesehatan dan keamanannya.

5Mariam Darus Badrulzaman, Pembentukan Hukum Nasional dan Permasalahan, 2001, Bandung, hlm. 47.

(5)

97

b. Promosi dan perlindungan pada kepentingan ekonomi konsumen.

c. Tersedianya informasi yang mencukupi sehingga memungkinkan dilakukannya pilihan sesuai kehendak.

d. Pendidikan konsumen.

e. Tersedianya cara-cara ganti rugi yang efektif.

f. Kebebasan membentuk organisasi konsumen dan diberinya kesempatan kepada mereka untuk menyatakan pendapat sejak saat proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kepentingan konsumen. Pada masa kini, kecenderungan untuk memperluas ruang lingkup Hukum.6

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Perlindungan konsumen sebenarnya menjadi tanggungjawab semua pihak baik pemerintah, pengusaha, organisasi konsumen dan konsumen itu sendiri. Tanpa adanya andil dari keempat unsur tersebut, sesuai dengan fungsinya masing-masing, maka tidaklah mudah mewujudkan kesejahteraan konsumen.7 Akibat kemudahan di dalam memperoleh barang dan jasa maka mulai timbul sikap yang konsumtif dari sebagian masyarakat. Ditambah lagi masyarakat yang kurang memiliki kesadaran akan hak- haknya sebagai akibat dari rendahnya tingkat pendidikan merupakan sasaran yang empuk bagi para pelaku usaha yang nakal. Mewujudkan sistem hukum perlindungan yang baik, diperlukan beberapa pengaturan perlindungan konsumen yaitu:

a. Menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur keterbukaan akses dan informasi, serta menjamin kepastian hukum.

b. Melindungi kepentingan konsumen pada khususnya dan kepentingan seluruh pelaku usaha.

c. Meningkatkan kualitas barang dan pelayanan jasa.

d. Memberikan perlindungan kepada konsumen dari praktek usaha yang menipu dan menyesatkan.

e. Memadukan penyelenggaraan, pengembangan dan pengaturan perlindungan konsumen dengan bidang- bidang perlindungan pada bidang-bidang lain.8

2. Pengertian Konsumen

Istilah konsumen berasal dari kata konsumer (Inggris-Amerika) atau konsument/consument (Belanda).

Pengertian dari konsumen atau consument itu tergantung dari posisi mana ia berada.9 Pengertian konsumen secara harfiah adalah lawan dari produsen yaitu setiap orang yang menggunakan barang. Tujuan penggunaan barang atau jasa itu nanti menentukan termasuk konsumen kelompok mana pengguna tersebut.10

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen menyebutkan konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

6 Az. Nasution “Sekilas Hukum Perlindungan Konsumen”, Majalah Hukum dan Pembangunan, No. 6 tahun ke XVI, Desember 1986. hal. 57.

7 Zumrotin K. Susilo. Penyambung Lidah Konsumen. YLKI, Jakarta, 2001, hal. 5

8Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati.Hukum Perlindungan Konsumen. Mandar Madju, Bandung, 2000, hal. 7

9 Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, 2008, hal. 22.

10 Az. Nasution. Hukum Perindungan Konsumen Suatu Pengantar. Daya Widya, Jakarta, 2008, hal.

3.

(6)

98

Pengertian Konsumen dalam pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

a. Konsumen adalah setiap orang

Maksudnya adalah orang perorangan dan termasuk juga badan usaha (badan hukum atau non badan hukum).

b. Konsumen sebagai pemakai

Pasal 1 angka (2) Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 Perlindungan Konsumen hendak menegaskan bahwa Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 Perlindungan Konsumen menggunakan kata “pemakai” untuk pengertian Konsumen sebagai Konsumen akhir (end user). Hal ini disebabkan karena pengertian pemakai lebih luas, yaitu semua orang mengkonsumsi barang dan/atau jasa untuk diri sendiri.

c. Barang dan/jasa

Barang yaitu segala macam benda (berdasarkan sifatnya untuk diperdagangkan) dan dipergunakan oleh Konsumen. Jasa yaitu layanan berupa pekerjaan atau prestasi yang tersedia untuk digunakan oleh Konsumen.

d. Barang dan/jasa tersebut tersedia dalam masyarakat

Barang dan/jasa yang akan diperdagankan telah tersedia di pasaran, sehingga masyarakat tidak mengalami kesulitan untuk mengkonsumsinya.

e. Barang dan/jasa digunakan untuk kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain atau mahluk hidup lain. Dalam hal ini tampak adanya teori kepentingan pribadi terhadap pemakaian suatu barang dan/jasa. Barang dan/jasa tidak untuk diperdagangkan.

f. Barang dan/jasa tidak untuk diperdagangkan.

Pengertian Konsumen dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 Perlindungan Konsumen dipertegas, yaitu hanya Konsumen akhir, sehingga maksud dari pengertian ini adalah konsumen tidak memperdagangkan barang dan/jasa yang telah diperolehnya. Namun, untuk dikonsumsi sendiri.11 3. Hak Dan Kewajiban Konsumen

Diberbagai negara seperti Amerika serikat, negara-negara Eropa dan Jepang, hak-hal konsumen pada umumnya telah dituangkan di dalam undang-undang seperti undang-undang jual beli, sewa menyewa, asuransi, pemberian kredit, pertanggung jawaban terhadap iklan dan perdagangan yang tidak wajar.

Secara konseptual mengenai hak-hak dan kewajiban konsumen dalam Undang-undang No. 8 Tahun 1999 diatur dalam Pasal 4 dan 5, dan hak-hak konsumen ini adalah hak-hak yang bersifat universal.

Pasal 4 Undang-undang No. 8 tahun 1999, menyatakan hak konsumen:

a. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa.

b. Hak atas memilih barang dan atau jasa serta mendapatkan barang dan atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

c. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan atau jasa.

d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan atau jasa yang digunakan.

e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.

f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen

g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif

11Ibid, hal.8

(7)

99

h. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi atau penggantian jika barang dan atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Pasal 5 undang-undang No. 8 Tahun 1999 menyatakan kewajiban konsumen.

a. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan jasa demi keamanan dan keselamatan.

b. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan jasa.

c. Membayar sesuai dengan nilai yang disepakati

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

Berdasarkan hal tersebut maka masalah kenyamanan, keamanan dan keselamatan merupakan hal yang paling pokok dan utama dalam perlindungan konsumen. Sedangkan yang menjadi kewajiban dari konsumen adalah :

a. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang atau jasa.

b. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang atau jasa demi keamanan dan keselamatan.

c. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati.

d. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.12 4. Hak dan Kewajiban Pemegang Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

Untuk kepentingan umum, pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik dalam melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik berhak untuk:13

a. melintasi sungai atau danau baik di atas maupun di bawah permukaan;

b. melintasi laut baik di atas maupun di bawah permukaan;

c. melintasi jalan umum dan jalan kereta api;

d. masuk ke tempat umum atau perorangan dan menggunakannya untuk sementara waktu;

e. menggunakan tanah dan melintas di atas atau di bawah tanah;

f. melintas di atas atau di bawah bangunan yang dibangun di atas atau di bawah tanah; dan g. memotong dan/atau menebang tanaman yang menghalanginya.

Dalam pelaksanaan kegiatan, pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik harus berdasarkan peraturan perundang-undangan.14 Pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik wajib:15

a. menyediakan tenaga listrik yang memenuhi standar mutu dan keandalan yang berlaku;

b. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada konsumen dan masyarakat;

c. memenuhi ketentuan keselamatan ketenagalistrikan; dan d. mengutamakan produk dan potensi dalam negeri.

5. Hak Konsumen Tenaga Listrik

Selain penyedia tenaga listrik, konsumen sebagai orang atau badan yang membeli tenaga listrik dari pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik juga memiliki hak serta kewajiban.16

Konsumen berhak untuk:17

12 Sudaryatmo, Hukum dan Advokasi Konsumen, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2009, hal.17

13 Undang-undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, Pasal 27 ayat 1

14 Undang-undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, Pasal 27 ayat 2

15 Undang-undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, Pasal 28

16 Undang-undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, Pasal 1 angka 7

(8)

100 a. mendapat pelayanan yang baik;

b. mendapat tenaga listrik secara terus-menerus dengan mutu dan keandalan yang baik;

c. memperoleh tenaga listrik yang menjadi haknya dengan harga yang wajar;

d. mendapat pelayanan untuk perbaikan apabila ada gangguan tenaga listrik; dan

e. mendapat ganti rugi apabila terjadi pemadaman yang diakibatkan kesalahan dan/atau kelalaian pengoperasian oleh pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik sesuai syarat yang diatur dalam perjanjian jual beli tenaga listrik.

Di samping memiliki, konsumen memiliki kewajiban yaitu:18

a. melaksanakan pengamanan terhadap bahaya yang mungkin timbul akibat pemanfaatan tenaga listrik;

b. menjaga keamanan instalasi tenaga listrik milik konsumen;

c. memanfaatkan tenaga listrik sesuai dengan peruntukannya;

d. membayar tagihan pemakaian tenaga listrik; dan e. menaati persyaratan teknis di bidang ketenagalistrikan.

6. Pengertian Listrik Prabayar

Program Listrik Prabayar merupakan suatu program yang ditawarkan oleh PLN kepada pelanggan agar dapat mengendalikan pemakaian listrik sesuai dengan kebutuhan, baik bagi pelanggan pasang baru maupun pelanggan yang pindah dari pascabayar ke prabayar dengan mudah dapat mengajukan pemasangan listrik prabayar dengan menghubungi kantor pelayanan PLN terdekat termasuk melalui Contact Center PLN di Nomor (061) 123, website pln.co.id dan kemudian melengkapi syarat administrasi lainnya serta pembayaran biaya penyambungan dan kemudian petugas PLN akan melakukan pemasangan.

Program listrik prabayar sejak diluncurkan pada tahun 2008 menjadi salah satu pilihan masyarakat dalam kemudahan pengelolaan pemakaian listrik. Listrik prabayar merupakan cara pembelian listrik dimana pelanggan membayar terlebih dahulu baru kemudian menikmati aliran listrik. Layanan listrik prabayar menggunakan alat khusus yang berbeda dengan layanan listrik pascabayar atau yang biasa.

Listrik prabayar biasa disebut dengan listrik pintar dikarenakan penghuni dapat mengendalikan pemakaian listrik sendiri. Alat ini tidak lagi berbentuk analog, melainkan digital yang dapat digunakan untuk memasukan kode pengisian listrik. Namun PLN tidak mewajibkan pelanggan menggunakan listrik prabayar, PLN hanya memberikan pilihan kepada pelanggan untuk menggunakan listrik prabayar atau paskabayar

Logo Listrik Pintar PLN

17 Undang-undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, Pasal 29 ayat 1

18 Undang-undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, Pasal 29 ayat 2

(9)

101 7. Tarif Listrik Prabayar

Tarif Dasar Listrik (TDL) adalah tarif yang boleh dikenakan oleh pemerintah untuk para pelanggan PLN. PLN adalah satu-satunya perusahaan yang boleh menjual listrik secara langsung kepada masyarakat Indonesia, maka Tarif Dasar Listrik(TDL) bisa dibilang adalah tarif untuk penggunaan listrik di Indonesia.

Saat ini Tarif Dasar Listrik (TDL) rata-rata adalah USD 0,065 /kWh. Perkembangan tarif listrik selalu mengalami perubahan secara khusus mulai pada 2004, tarif nonsubsidi pelanggan 6.600 VA ke atas sekitar Rp 1.380 per kilowatt-hour (kWh), sedang tarif subsidi sekitar Rp 600 per kWh [1]. Kemudian pada awal 2008 , diberlakukan tarif non subsidi untuk pelanggan listrik dengan daya 6600 keatas.

8. Transaksi Pembelian Token PLN.

Listrik Pintar adalah pembayaran listrik dengan cara prabayar. Pada sistem listrik pintar, pelanggan menggunakan listrik sesuai dengan pembelian token atau pulsa listrik, jika token sudah limit, maka pemakai harus mengisi ulang token listrik. Karena listrik sudah menjadi kebutuhan sehari-hari, maka penting untuk kita mencari cara untuk membeli token listrik ini.

Sebelum beli token listrik, pelanggan diharapkan sudah terlebih dahulu memeriksa saldo token listrik yang tersisa. Walaupun terdapat berbagai macam merk meteran listrik, cara mengecek sisa token listrikpun mudah sekali dengan langkah-langkah berikut:

a. Merk Hexing, tekan angka 801 lalu tekan enter. Sisa token akan muncul.

b. Merk Conlog, kamu bisa melihat sisa token listrik pada monitor. Pada Monitor terdapat kWH dan angka xxxx.

c. Merk Star, tekan angka 07 setelah itu tekan enter.

d. Merk Itron, bisa langsung lihat di monitor. Di monitor terdapat kWH dan angka xxxx.

F. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Peneltian

Ruang lingkup dimasukkan untuk membatasi permasalahan agar tidak mengambang. Adapun ruang lingkup penelitian dalam penulisan ini adalah Untuk mengetahui apa saja upaya yang dilakukan PT. PLN dalam memenuhi hak-hak konsumen dan Untuk mengetahui bagaimanakah perlindungan hukum terhadap konsumen yang bermasalah dalam penggunaan listrik Prabayar?

B. Sumber Data

Jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

1. Bahan Hukum primer bersumber dari PT. PLN (Persero) wilayah Sumatera Utara dengan cara wawancara berkaian dengan rumusan masalah.

2. Bahan Hukum sekunder yaitu sumber data yang bersifat mengikat yang terdiri dari literatur-literatur berupa bahan tulisan-tulisan jurnal ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan.

3. Bahan Hukum tertier atau sumber hukum penunjang yang mencakup bahan yang memberi petunjuk- petunjuk dan penjelasan terhadap data primer, data sekunder, seperti kamus hukum, majalah, serta bahan-bahan dari internet, dan dapat dipergunakan untuk melengkapi data yang diperlukan dalam penelitian.

C. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan ini, digunakan studi literatur yakni dengan mengumpulkan bahan-bahan pustaka dan mengumpulkan data yang diperoleh dengan cara mengadakan wawancara dengan staf PT. PLN (Persero) atau Pelanggan PLN Wilayah Sumatera Utara dan

(10)

102

metode sekunder yaitu mempelajari buku-buku, media massa, makalah ilmiah, majalah, internet, dan bahan- bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas.

G. PEMBAHASAN

1. Upaya yang dilakukan PT. PLN dalam memenuhi hak-hak konsumen.

Jika konsumen menderita kerugian akibat gangguan pelayanan tenaga listrik, maka pelaku usaha (dalam hal ini penyedia tenaga listrik/PLN) bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan.19

Jika pelaku usaha (PLN) menolak dan/atau tidak memberi tanggapan dan/atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan, pengusaha dapat digugat melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen ("BPSK") atau konsumen dapat mengajukan ke badan peradilan di tempat kedudukan konsumen.20

Berdasarkan ketentuan Pasal 45 ayat (1) jo Pasal 47 Undang-Undang Perlindungan Konsumen penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan dapat ditempuh dengan dua cara yaitu penyelesaian tuntutan ganti kerugian seketika dan penyelesaian sengketa melaluiBadan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK).

Penyelesaian sengketa yang telah dilakukan oleh PT. PLN terkait listrik prabayar selama ini menggunakan penyelesaian sengketa secara langsung atau seketika. Sedangkan penyelesaian sengketa melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dan pengadilan terkait listrik prabayar belum pernah dilakukan oleh PLN artinya konsumen listrik yang mempunyai sengketa dengan PLN belum ada yang menuntut untuk penyelesaian sengketa melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) dan Pengadilan. Jadi konsumen listrik yang dirugikan dalam penggunaan listrik prabayar dapat menuntut penyelesaian secara langsung kepada PLN.

Pada dasarnya PLN lebih mengedepankan penyelesaian sengketa secara musyawarah untuk mufakat. Jadi dari keluhan atau aduan yang disampaikan pelanggan, oleh PLN sebisa mungkin langsung diadakan penyelesaian sengketa secara kekeluargaan dengan melakukan pertemuan secara langsung antara PLN dengan Konsumen listrik dengan tujuan supaya keadilan dari sisi pelaku usaha dan konsumen dapat tercapai

Berkaitan dengan penyelesaian sengketa secara langsung, PLN membuka beberapa alternatif untuk konsumen menyampaikan keluhan dan mengakses layanan. Beberapa contact center PLN yaitu PLN 123 yang dapat diakses untuk keluhan atau gangguan listrik antara lain: melalui telepon atau ponsel dengan menekan 123, melalui email (pln123@pln.co.id), melalui Short Message Service (SMS) kirim ke 0838 8888 123, melalui facebook (PLN123), melalui twitter (@pln_123).

Dalam keluhan yang diberikan konsumen melalui beberapa contact PLN, Pihak PLN akan meneruskan keluhan konsumen dan mencatat keluhan konsumen dan langsung memeriksa atau menyelesaikan keluhan yang diberikan oleh konsumen sehingga hak konsumen dapat diberikan oleh pihak PLN.

Jika konsumen menderita kerugian akibat gangguan pelayanan tenaga listrik, maka pelaku usaha (dalam hal ini penyedia tenaga listrik/PLN) bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen.

19 Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 19 ayat 1

20 Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Pasal 23

(11)

103

Apabila PLN menolak dan/atau tidak memberi tanggapan dan/atau tidak memenuhi ganti rugi atas tuntutan, maka PLN dapat digugat melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen ("BPSK") atau konsumen dapat mengajukan ke badan peradilan di tempat kedudukan konsumen.21

Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK) hanya menangani kasus yang umumnya bersifat ganti rugi langsung yang dialami oleh konsumen atas kesalahan/kelalaian Pelaku Usaha.

Cara penyelesaian sengketa di BPSK dilakukan dengan cara : a. Konsiliasi

Adalah usaha mempertemukan keinginan pihak yang berselisih untuk mencapai persetujuan dan penyelesaian. Dalam menyelesaikan perselisihan, konsiliator memiliki hak dan kewenangan untuk menyampaikan pendapat secara terbuka dan tidak memihak kepada yang bersengketa.22

b. Mediasi

Penyelesaian permasalahan yang terjadi antara dua individu atau kelompok sosial kadang dapat diselesaikan dengan bantuan pihak ketiga. Misalnya ketegangan yang terus-menerus terjadi antara pemerintah RI dengan GAM (Gerakan Aceh Merdeka) akhirnya dapat diselesaikan secara damai setelah melibatkan pihak ketiga, yakni negara Swedia yang memberikan fasilitas bagi terselenggaranya pertemuan antara perwakilan dua kelompok tersebut untuk saling menjalin kesepakatan damai.

c. Arbitrase.

Sengketa perdagangan akan menjadi masalah jika tidak dapat diselesaikan sendiri oleh pihak-pihak, untuk mengatasi hal tersebut, para pengusaha yang bersengketa berupaya mencari penyelesaian melalui peradilan umum (litigasi atau non litigasi) yang dibentuk oleh negara.

Menurut Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Umum, yang dimaksud dengan arbitrase adalah cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Adapun perjanjian arbitrase diartikan sebagai suatu kesepakatan berupa klausul arbitrase yang tercantum dalam suatu perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa, atau suatu perjanjian arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa.23

Keputusan BPSK Keputusan BPSK bersifat FINAL dan MENGIKAT atau dengan kata lain wajib dan harus dipatuhi oleh Para Pihak yang bersengketa.Prinsip BPSK Dalam Penyelesaian Sengketa Prinsip BPSK melakukan penyelesaian sengketa adalah: Mengutamakan Musyawarah,Cepat,Murah, dan Adil.24

2. Perlindungan hukum terhadap konsumen yang bermasalah dalam penggunaan listrik Prabayar.

Perlindungan hukum adalah suatu hak yang bias didapatkan oleh semua warga Negara secara merata, dan hak itu diberikan pemerintah bila warga Negara tersebut sudah memenuhi syarat-syarat tertentu.

Menurut Soetjipto Rahardjo Perlindungan Hukum adalah upaya melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya dan salah satu sifat sekaligus tujuan dari Hukum itu sendiri adalah memberikan perlindungan kepada masyarakat. Hal ini diwujudkan

21http://www.hukumonline.com /bisakah-konsumen-yang-dirugikan-oleh-pln-menggugat-ke-bpsk, diakses tanggal 25/08/2018 pukul 10.55.

22www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-konsiliasi-dan-contohnya, diakses tanggal 22/08/2018, 15.40

23http://tinjauan-yuridis-terhadap-konsep-negoisasi, diakses tanggal 21/08/2018, 10.00

24 Gunawan Johanes, pemberlakukan Undang-Undang perlindungan konsumen PT.PLN sebagai pelayanan umum, jurnal hukum tahun 2001, nomor 4, oktober 2001.

(12)

104

dalam bentuk adanya kepastian hokum agar masyarakat dapat menikmati hak-hak yang diberikan sebagai perlindungan hokum terhadap masyarakat.25

Menurut CST Kansil, Perlindungan Hukum adalah berbagai upaya hokum yang diberikan oleh aparat penegak hukum untuk memberikan rasa aman, baik secara pikiran maupun fisik dari gangguan dan berbagai ancaman dari pihak manapun.

PT. PLN (Persero) merupakan satu-satunya badan usaha milik Negara (BUMN) yang menyediakan pasokan tenaga listrik bagi rakyat Indonesia.PT. PLN (Persero) yang berkedudukan sebagai badan Usaha Milik Negara merupakan badan usaha yang oleh pemerintah diserahi tugas semata-mata untuk melaksanakan usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum. Hal ini termuat dalam Pasal 7 UU No. 15 tahun 1985 Tentang Ketenagalistrikan juncto Pasal 3 ayat 1 dan 13 PP No. 10 Tahun 1989 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik menyatakan bahwa dalam koperasi, swasta dan BUMN atau lembaga Negara lainnya selaku Pemegang Usaha Ketenagalistrikan dari BUMN yaitu PLN.

Hubungan antara PT. PLN Persero dengan pelanggan atau konsumen dapat terjadi dengan adanya kontrak yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Pola hubungan tersebut diatur dalam pasal 25 Peraturan Pemerintah No 10 Tahun 1985 Tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Listrik, yaitu : Pasal 25 (Hak pelaku Usaha)

1. Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum dalam menyediakan tenaga listrik diberi hak untuk :

a. memeriksa instalasi ketenagalistrikan yang diperlukan oleh masyarakat, baik sebelum maupun sesudah mendapat sambungan tenaga listrik;

b. mengambil tindakan atas pelanggaran perjanjian penyambungan listrik oleh pemakai;

c. mengambil tindakan penertiban atas pemakaian tenaga listrik secara tidak sah.

2. Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum tidak bertanggung jawab atas bahaya terhadap kesehatan, nyawa, dan barang yang timbul karena penggunaan tenaga listrik yang tidak sesuai dengan peruntukannya atau salah dalam pemanfaatannya.

3. Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan dan Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum dalam menyediakan tenaga listrik wajib :

a. memberikan pelayanan yang baik;

b. menyediakan tenaga listrik secara terus menerus dengan mutu dan keandalan yang baik;

c. memberikan perbaikan, apabila ada gangguan tenaga listrik;

d. bertanggung jawab atas segala kerugian atau bahaya terhadap nyawa, kesehatan, dan barang yang timbul karena kelalaiannya.

Sedangkan hak dan kewajiban masyarakat sebagai konsumen listrik diatur dalam pasal 26 PP 10 tahun 1989 sebagai berikut:

1. Masyarakat di daerah usaha Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan atau Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum berhak mendapat tenaga listrik yang disediakan oleh Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan atau Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum yang bersangkutan.

2. Masyarakat yang telah mendapat tenaga listrik mempunyai hak untuk : a. mendapat pelayanan yang baik;

25 Soetijpto Rahardjo, Permasalahan Hukum Di Indonesia, Alumni : Bandung, 1983, hlm. 121

(13)

105

b. mendapat tenaga listrik secara terus menerus dengan mutu dan keandalan yang baik;

c. mendapat pelayanan untuk perbaikan apabila ada gangguan tenaga listrik.

(3) Masyarakat yang telah mendapat tenaga listrik mempunyai kewajiban :

a. melaksanakan pengamanan terhadap bahaya yang mungkin timbul akibat pemanfaatan tenaga listrik;

b. menjaga dan memelihara keamanan instalasi ketenagalistrikan;

c. menggunakan tenaga listrik sesuai dengan peruntukannya.

(4) Masyarakat yang telah mendapat tenaga listrik bertanggungjawab karena kesalahannya mengakibatkan kerugian bagi Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan atau Pemegang Izin Usaha Ketenagalistrikan Untuk Kepentingan Umum.

Hasil wawancara penulis dengan Marwan Zebua (pelanggan) dengan ditemukan beberapa permasalahan perlindungan hukum konsumen listrik prabayar yaitu :

a. Terkait dengan Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik(SPJBTL)

Berdasarkan hasil penelitian, merasa keberatan terhadap perjanjian SPJBTL karena isi perjanjiannya sudah ditentukan dan tidak dapat diubah lagi serta lebih menguntungkan PLN.

Konsep perjanjian dalam Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) termasuk standar kontrak (perjanjian baku). Konsep tersebut telah disusun sedemikian rupa oleh PLN sehingga pada waktu penandatanganan perjanjian, para pihak hanya tinggal mengisi beberapa hal yang bersifat subyektif seperti identitas diri dan alamat, sedangkan ketentuan-ketentuan mengenai substansi perjanjian (term conditions) sudah tertulis (tercetak) lengkap yang pada dasarnya tidak dapat diubahlagi.

Jika dilihat dari segi isinya, di dalam Surat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) terdapat ketidak seimbangan antara hak dan kewajiban para pihak sebagaimana yang diatur di dalam perjanjian tersebut. Ini berartipihak PLN sebagai pihak pengusaha cenderung melindungi kepentingannya sedemikian rupa dengan menetapkan sejumlah hak sekaligus membatasi hak-hak lawan. Sebaliknya PLN meminimalkan kewajibannya sendiri dan mengatur sebanyak mungkin kewajiban pihaklawan.26

Apabila hak konsumen yang telah sepakati diSurat Perjanjian Jual Beli Tenaga Listrik (SPJBTL) tidak dilaksanakan konsumen berhak melakukan keluhan kepada pihak PLN.

b. Tarif Listrik prabayar yang lebih mahal dibandingkan dengan Tarif listrik pascabayar.

Tarif listrik prabayar lebih mahal dibandingkan dengan tarif listrik pasca bayar sehingga ingin beralih menggunakan listrik pascabayar. Staf PT.PLN (Persero) memberikan keterangan bahwa tarif tenaga listrik yang dikenakan sebenarnya sama antara listrik prabayar dengan listrik pascabayar, yaitu berdasarkan Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 31 Tahun 2014 Tentang Tarif Tenaga Listrik.

Faktor yang menyebabkan tagihan listrik prabayar lebih mahal atau boros menurut Staf PT.

PLN (Persero) yaitu pemasangan instalasi listrik di dalam rumah yang kurang tepat atau teknik pemasangan listrik yang kurang tepat. Pemasangan instalasi listrik di dalam rumah, PLN tidak bertanggungjwab, sebab diserahkan kepada si pemilik rumah untuk menentukan sendiri instalasi pemasangannya yaitu melalui Biro Tenaga Listrik (BTL) yang terdaftar dan mempunyai izin resmi ataupun dipasang sendiri.

26PT. PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Pelayanan Pelanggan (Diklat Profesi Non Teknik), (Jakarta : PT. PLN, 2009)., hal.23

(14)

106

c. Tidak diberikannya hak untuk memilih dari PLN kepada konsumen listrik ketika akan melakukan pemasangan baru ataupun perubahan daya

Ketika konsumen yang melakukan transaksi jual beli tenaga listrik dalam bentuk pemasangan baru, konsumen tidak menerima informasi bahwa terdapat dua sistem pembayaran listrik yaitu pascabayar dan prabayar, tapi oleh PLN langsung seketika dikasih prabayar, demikian juga konsumen yang melakukan penambahan daya. PLN menyampaikan jika meter listrik pascabayar (untuk tegangan rendah) tidak disediakan oleh PLN sekarang ini, hal ini telah disebutkan dalam SPJBTL bahwa meter listrik yang akan digunakan tertulis meter listrik dengan sistem prabayar, dan pelanggan/ konsumen sudah menyetujui hal itu dengan kesanggupan yang ditunjukkan dengan penandatangan perjanjian SPJBTL, maka telah terjadi kesepakatan antara PLN dengan konsumen dan perjanjian tersebut sah.27

d. Adanya penambahan biaya administrasi dan PPJ (Pajak Penerangan Jalan) setiap pembelian token atau voucher listrik.

PT. PLN (Persero) melakukan praktek pungutan liar atas pengenaan biaya administrasi bank pada setiap pembelian token listrik prabayar serta pengenaan biaya Pajak Penerangan Jalan (PPJ) setiap pembelian token listrik. Hal ini tentu saja memberatkan konsumen, karena setiap akan mengisi token listrik berapapun nilainya harus membayar biaya administrasi dan PPJ (Pajak Penerangan Jalan). PT.

PLN mengenai biaya administrasi yaitu bahwa listrik prabayar merupakan inovasi dari pemerintah untuk jangka panjang dan mempunyai banyak keuntungan yaitu: Konsumen dapat mengatur sendiri pemakaian listrik dan pembelian tokennya dan dengan adanya listrik prabayar, tunggakan konsumen dan piutang perusahaan dapat berpotensi menurun dan PLN tidak lagi dibebankan biaya operasional seperti teller, custumer service, dll karena pembayaran dilakukan melalui sistem online yaitu melalui bank bisa melalui teller ataupun ATM, serta melalui loket PPOB (mitra Bank). Pembelian token listrik yang online melalui jasa bank itulah yang menyebabkan munculnya biaya administrasi, jadi wajar jika bank menarik biaya untuk pelaksanaannya, karena bank merupakan perusahaan yang juga mencari keuntungan.28

Dari permasalahan tersebut apabila konsumen dirugikan maka perlindungan hukum terhadap konsumen menurut Pasal 16 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 yaitu: “Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa melalui pesanan dilarang untuk:

a. tidak menepati pesanan dan/atau kesepakatan waktu penyelesaian sesuai dengan yang dijanjikan;

b. tidak menepati janji atas suatu pelayanan dan/atau prestasi.

Pihak yang merupakan pelaksana penyedia tenaga listrik diatur dalam Pasal 11 ayat (1) UU 30/2009 yang berbunyi: “Usaha penyediaan tenaga listrik untuk kepentingan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1) dilaksanakan oleh badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha swasta, koperasi, dan swadaya masyarakat yang berusaha di bidang penyediaan tenaga listrik.

H. DAFTAR PUSTAKA BUKU

Az. Nasution “Sekilas Hukum Perlindungan Konsumen”, Majalah Hukum dan Pembangunan, No. 6 tahun ke XVI, Desember 1986.

__________, Hukum Perindungan Konsumen Suatu Pengantar. Daya Widya, Jakarta, 2008

27https://etheses.uin-malang.ac.id/10503/1/1322047.pdf, diakses tanggal 23/08/2018, 09.54

28Hasil wawancara dengan HUMAS PLN Area SUMUT, hari Jumat, 31 Agustus 2018

(15)

107

Celina Tri Siwi Kristiyanti, Hukum Perlindungan Konsumen, Sinar Grafika, Jakarta, 2008

Gunawan Johanes, Pemberlakukan Undang-Undang Perlindungan Konsumen PT.PLN sebagai Pelayanan Umum, Jurnal Hukum tahun 2001, nomor 4, oktober 2001.

Husni Syawali dan Neni Sri Imaniyati. Hukum Perlindungan Konsumen. Mandar Madju, Bandung, 2000

Mariam Darus Badrulzaman, Pembentukan Hukum Nasional dan Permasalahan, Bandung, 2001 R.H. Khan, T.F. Aditi, V.Sreeram, & H.H. C. Iu, A Prepaid Smart Metering Scheme Based on WiMAX

Prepaid Accounting Model, Smart Grid and Renewable Energy, vol. 1, pp. 63-69, 2010

Soetijpto Rahardjo, Permasalahan Hukum Di Indonesia, Alumni : Bandung, 1983 Sudaryatmo, Hukum dan Advokasi Konsumen, PT. Citra Aditya Bhakti, Bandung, 2009

PT. PLN (Persero) Pusat Pendidikan dan Pelatihan, Pelayanan Pelanggan (Diklat Profesi Non Teknik), (Jakarta : PT. PLN, 2009)

Zumrotin K. Susilo. Penyambung Lidah Konsumen. YLKI, Jakarta, 2001 PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-undang No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan Undang-undang No. 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen WEBSITE

https://id.wikipedia.org/wiki/Perusahaan_Listrik_Negara#Listrik_Prabayar_(Listrik_Pintar) https://penerapan-listrik-pln-prabayar-de.pdf,

https://ilmiinfo.wordpress.com/apa-itu-listrik-pintar/

https://etheses.uin-malang.ac.id/10503/1/1322047.pdf,

http://www.hukumonline.com /bisakah-konsumen-yang-dirugikan-oleh-pln-menggugat-ke-bpsk http://tinjauan-yuridis-terhadap-konsep-negoisasi

www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-konsiliasi-dan-contohnya

Referensi

Dokumen terkait

Pace dan Faules (2000, p. 168) yang mengatakan bahwa Iklim komunikasi organisasi merupakan gabungan dari persepsi-persepsi suatu evaluasi makro mengenai peristiwa

Jembatan yang harus dapat dilalui oleh kendaraan darurat dan untuk kepentingan keamanan/pertahanan beberapa hari setelah mengalami gempa rencana dengan periode ulang 1000 tahun).

Siswa mengerjakan semua soal yang ada di media, namun dari semua pengerjaan, belum ada siswa yang mendapatkan nilai sempurna, hal ini ditunjukkan dari nilai emas

Pada penelitian oleh Timpatanapong dan Rojanasakul (1997) didapatkan peningkatan prolaktin pada pasien akne vulgaris dibandingkan dengan kontrol dan didapatkan korelasi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kecepatan pertumbuhan tanaman kopi dengan menggunakan pupuk daun anorganik cair Seprint yang cara

Perpustakan sebagai sebuah unit kerja, baik yang berdiri sendiri maupun yang tergabung kepada unit organisasi yang membawahinya, sebaiknya perlu menetapkan visi dan misi, tugas

1. Implementasi Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2000 terhadap Pengaturan dan Pembinaan Pedagang Kaki Lima di Kota Semarang, Satuan Polisi Pamong Praja selalu menggunakan metode

Pengadaan Tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak (Pasal 1 angka 2). Dalam penjelasan umum