• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR ANALISIS PENAGIHAN DENGAN SURAT PAKSA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT OLEH:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TUGAS AKHIR ANALISIS PENAGIHAN DENGAN SURAT PAKSA UNTUK MENINGKATKAN PENERIMAAN PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT OLEH:"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT

OLEH:

THERESIA MAGDALENA SIMANJUNTAK 172101049

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Studi Menyelesaikan Pendidikan Pada Program Studi Diploma III

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEUANGAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2020

(2)
(3)
(4)

kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini yang berjudul

“Analisis Penagihan dengan Surat Paksa untuk Meningkatkan Penerimaan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat”. Tugas Akhir ini merupakan syarat wajib bagi setiap mahasiswa agar dapat menyelesaikan Program Studi Diploma III jurusan Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, peneliti banyak mendapat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak sehingga pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, SE, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Raja Bongsu Hutagalung, M.Si selaku Ketua Program Studi Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Yasmin Chairunisa Muchtar, SP., MBA. selaku Sekretaris Program Studi Diploma III Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Beby Kendida Hasibuan, SE, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan saran-saran serta petunjuk dan bimbingan kepada peneliti.

(5)
(6)

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Jadwal kegiatan ... 5

1.6 Sistematika Penelitian ... 5

BAB II PROFIL KPP PRATAMA MEDAN BARAT 2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Barat ... 7

2.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 8

2.3 Struktur Organisasi KPP Medan Barat ... 8

2.4 Job Description ... 10

2.5 Kinerja Usaha Terkini ... 14

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Teori Perpajakan Secara Umum ... 15

3.2 Pengertian Penagihan Pajak ... 20

3.3 Tahapan Penagihan Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ... 27

3.4 Prosedur Penerbitan Surat Paksa di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat ... 38

3.5 Kendala-kendala yang dihadapi KPP Pratama Medan Barat dalam Kegiatan Pelaksanaan Surat Paksa ... 44

3.6 Analisis Pelaksanaan Kegiatan Penagihan dengan Surat Paksa ... 45

BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 55

4.2 Saran ... 57

(7)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 1.1 Jadwal Kegiatan... 5 3.1 Jumlah Wajib Pajak terdaftar di KPP Medan Barat

Tahun 2015-2018... 45 3.2 Jumlah Target dan Realisasi Penerimaan Pajak

Tahun 2015-2018 ... 46

(8)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 1.2 Jadwal Kegiatan... 5 3.3 Jumlah Wajib Pajak terdaftar di KPP Medan Barat

Tahun 2015-2018... 45 3.4 Jumlah Target dan Realisasi Penerimaan Pajak

Tahun 2015-2018 ... 46

(9)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Ide ini muncul karena adanya peningkatan kebutuhan pelayanan publik yang memadai serta peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan sarana dan prasarana yang layak.

Salah satu media peningkatan pendapatan negara adalah melalui penerimaan pajak. Pajak dipungut dari warga Negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan penagihannya. Sistem perpajakan Indonesia mengalami perubahan pada tahun 1983 dari Official Assessment System menjadi Self Assessment System.

Self Assessment System adalah suatu sistem dimana pemerintah memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan sendiri kewajiban perpajakannya. Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak (fiskus), sesuai dengan fungsinya berkewajiban melaksanakan pembinaan, pelayanan, pengawasan, dan penerapan sanksi perpajakan terhadap pelaksanaan kewajiban perpajakan wajib pajak berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan perpajakan. Self Assessment System memungkinkan potensi adanya wajib pajak tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan baik akibat dari kelalaian, kesengajaan atau mungkin ketidaktahuan para wajib pajak atas kewajiban perpajakannya. Oleh karena itu,

(10)

diperlukan adanya peran aktif dari fiskus untuk menjalankan fungsi pembinaan dan pengawasannya (Trisnayanti dan I Ketut Jati, 2015: 294)

Self Assessment System ini dapat berjalan secara efektif melalui keterbukaan dan pelaksanaan penegakan hukum yang merupakan hal utama. Kepercayaan yang sangat besar dari pemerintah kepada wajib pajak untuk menghitung sendiri pajak yang harus dibayarnya harus diimbangi dengan upaya penegakan hukum dan pengawasan yang ketat atas kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Penegakan hukum ini dapat dilakukan dengan adanya pemeriksaan atau penyidikan pajak dan penagihan pajak. Penagihan pajak yang efektif merupakan sarana yang tepat untuk mencapai target penerimaan pajak yang maksimal. Dalam kegiatan penagihan pajak tidak semua wajib pajak taat dan mematuhi semua peraturan perpajakan. Dikarenakan kegiatan penagihan bukan pekerjaan yang mudah. Melainkan pelaksanaanya sangat sulit di lapangan, karena harus berhadapan langsung dengan wajib pajak yang karakternya beraneka ragam.

Optimalisasi penerimaan pajak masih terbentur pada berbagai kendala, salah satu kendalanya adalah tingginya angka tunggakan pajak dari masyarakat karena masyarakat merasa rugi bila membayar pajak maupun ketidakmampuan masyarakat dalam membayar utang pajak. Peran fiskus dalam penerimaan pajak mempunyai peran besar sebagai pengawas wajib pajak dalam melaporkan dan membayar kewajiban perpajakannya guna mengurangi jumlah tunggakan pajak yang berpengaruh terhadap penerimaan pajak baik secara langsung maupun tidak langsung. Untuk mengamankan penerimaan negara dan meminimalisir wajib pajak menunggak dalam pembayaran pajaknya, pemerintah khususnya Direktorat

(11)

Jenderal Pajak melakukan tindakan penagihan pajak yang dilindungi oleh hukum berupa Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000. Di KPP Pratama Medan Barat terdapat 286 wajib pajak yang telah menerima surat paksa namun hanya 91 wajib pajak yang melunasi utang pajak.

195 wajib pajak diberikan waktu untuk melunasi utang pajaknya. Pada umumnya sector usaha yang tidak melunasi utang pajak adalah pedagang UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Wajib pajak yang belum melunasi utang pajaknya sampai dengan 21 hari, telah melakukan penagihan seketika dan sekaligus, penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak maka akan diberikan Surat Paksa. Apabila wajib pajak telah menerima surat paksa namun tetap belum membayar, maka akan diberikan sanksi berupa pemblokiran rekening, penyitaan asset dan lelang. Pelunasan utang pajak merupakan salah satu tujuan penting dari pemberlakuan undang-undang ini. Penagihan pajak yang efektif merupakan sarana yang tepat untuk mencapai target penerimaan pajak yang maksimal. Apabila kekurangan pajak sebagaimana tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak tersebut sampai dengan jatuh tempo, maka penagihan pajak dengan surat paksa dianggap perlu untuk dilaksanakan sebagai salah satu upaya pencapaian penerimaan pajak.

Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk membahas lebih jauh mengenai Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Penagihan Dengan Surat Paksa Untuk

(12)

Meningkatkan Penerimaan Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat “.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana prosedur penerbitan Surat Paksa yang diterapkan di KPP Pratama Medan Barat?

2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam kegiatan pelaksanaan Surat Paksa di KPP Pratama Medan Barat?

3. Bagaimana menganalisa penagihan dengan menggunakan Surat Paksa di KPP Pratama Medan Barat?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penulisan Tugas akhir ini adalah:

1. Untuk mengetahui prosedur penerbitan Surat Paksa yang diterapkan oleh KPP Pratama Medan Barat.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam kegiatan pelaksanaan Surat Paksa di KPP Pratama Medan Barat.

3. Untuk menganalisis penagihan dengan menggunakan Surat Paksa di KPP Pratama Medan Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat kita ambil dalam penulisan ini adalah:

1. Bagi Mahasiswa dapat menambah pengetahuan dan wawasan di bidang perpajakan.

(13)

2. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat dapat digunakan sebagai bahan evaluasi atas hasil kinerja sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan dalam memperbaiki kinerja sehingga dapat berjalan lebih baik.

3. Bagi Pihak Lain dapat digunakan sebagai informasi untuk pihak luar serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan atau salah satu acuan penelitian selanjutnya.

1.5 Jadwal Kegiatan

Penelitian ini dilakukan menggunakan data primer pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat Jalan Asrama No. 7A, 20123, Medan. Penelitian ini berlangsung mulai tanggal 5 Mei 2020 sampai 27 Juli 2020. Jadwal kegiatan dapat dilihat dari Tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Apr-20 Mei-20 Juni-20 Juli-20

III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1 Pengajuan Judul

2

Pengajuan Dosen

Pembimbing

3 Pengumpulan Data

4 Penyusunan Tugas Akhir

5 Bimbingan Tugas Akhir

6 Penyelesaian Tugas Akhir 1.6 Sistematika Penelitian

Adapun sistematika penulisan dari Tugas Akhir ini adalah:

(14)

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, jadwal kegiatan dan sistematika penelitian.

BAB II : PROFIL KPP PRATAMA MEDAN BARAT

Bab ini membahas sejarah singkat perusahaan, visi dan misi, struktur organisasi, job description dan kinerja usaha terkini perusahaan.

BAB III : PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan mengenai teori perpajakan secara umum, pengertian penagihan pajak, tahapan penagihan pajak di KPP Pratama Medan Barat, prosedur penerbitan surat paksa, kendala-kendala yang dihadapi di KPP Pratama Medan Barat dalam kegiatan pelaksanaan surat paksa dan analisis pelaksanaan kegiatan penagihan dengan surat paksa.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini menguraikan kesimpulan dan saran mengenai analisis penagihan dengan surat paksa di KPP Pratama Medan Barat.

(15)

BAB II

PROFIL KPP PRATAMA MEDAN BARAT 2.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Barat

Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak Pratama masih disebut dengan Kantor Inspeksi Pajak (KIP). Pada saat itu di Kota Medan terdapat dua Kantor Inspeksi Pajak yaitu Kantor Inspeksi Pajak Medan Selatan dan Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara.

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK/01/1989 tanggal 25 Maret 1989 tentang Organisasi dan Tata Usaha Direktorat Jendral Pajak, maka Kantor Inspeksi Pajak Medan Utara diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Medan.Kemudian pada tanggal 29 Maret 1994 dikeluarkan Keputusan Menteri Keuangan No 94/KMK/1994 yang memecah Kantor Pelayanan Pajak Medan menjadi 4 Kantor Pelayanan Pajak yaitu:

1. Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat yang beralamat di Jalan Sukamulia No 17-A Medan;

2. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur di Jalan Diponegoro No 30 Medan;

3. Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara di Jalan Asrama No 7 Medan;

4. Kantor Pelayanan Pajak Binjai di Jalan Asrama No 7 Medan.

Kemudian sesuai dengan surat Keputusan Menteri Keuangan No.

443/KMK/01/2001 tanggal 23 Juli 2001 Kantor Pelayanan Pajak Medan Barat dipecah menjadi dua yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Polonia, yang berlaku sejak tanggal

(16)

25 Januari 2002. Mulai 1 Juni 2006, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Barat berpindah alamat ke jalan Asrama no 7-A Medan.

Kemudian sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 123/PKM/01/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak (DJP) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan No.

67/PMK.C1/2008, tanggal 27 Mei 2008 Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Medan Barat diubah menjadi Pratama dan dipecah menjadi dua yaitu Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Petisah, masa ini lebih dikenal dengan masa reformasi pajak. KPP Pratama Medan Barat merupakan Wilayah Direktorat Jendral Pajak Sumatera Utara I.

2.2 Visi dan Misi Perusahaan 2.2.1. Visi Perusahaan

Menjadi Kantor Pelayanan Pajak Modern sebagai Penghimpun Pajak Negara yang Handal dan Dipercaya oleh Masyarakat.

2.2.2. Misi Perusahaan

Menyelenggarakan fungsi administrasi perpajakan dengan mengedepankan kepatuhan terhadap aturan yang didukung Sumber Daya Manusia yang professional, mempunyai integritas dan komitmen yang tinggi.

2.3 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat Struktur organisasi yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat adalah struktur orgaisasi lini dan staf , yang dipimpin oleh seseorang kepala kantor dibawah naungan kantor wilayah DJP Sumatera Utara I , dimana seluruh

(17)

pegawai adalah pegawai negeri sipil Republik Indonesia dibawah nauangan Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Setelah adanya modernisasi perpajakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama yang berdasarkan peraturan Menteri Keuangan maka Kantor Pelayanan Pajak Pratama terbagi menjadi beberapa seksi yaitu :

1. Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal 2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi 3. Seksi Pelayanan

4. Seksi Penagihan 5. Seksi Pemeriksaan

6. Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan 7. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, III dan IV 9. Fungsional Pemeriksa Pajak

Berdasarkan uraian diatas maka gambar struktur organisasi KPP Medan Barat dapat digambarkan sebagai berikut :

Sumber : KPP Pratama Medan Barat,2020

Gambar 2.1

Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

(18)

2.4 Job Description

Berikut ini adalah Uraian Tugas (Job Description) dari setiap unit pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat yang terdiri dari :

1. Kepala Kantor

Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama mempunyai tugas yaitu mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, pengawasan wajib pajak dibidang PPh, PPN, PPnBM, Pajak Tidak Langsung lainnya. Dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2. Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal (SUKI)

Subbagian Umum dan Kepatuhan Internal mempunyai tugas yaitu :

1. Melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, rumah tangga dan pengelolaan kinerja pegawai

2. Melakukan pemantauan pengendalian intern, pemantauan pengelolaan risiko, pemantauan kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin dan melakukan pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan

3. Melakukan penyusunan rekomendasi perbaikan proses bisnis 3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI)

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas yaitu :

1. Melakukan pencarian, pengumpulan, pengolahan, penyajian data dan informasi perpajakan

2. Melakukan perekaman dokumen perpajakan 3. Melakukan tata usaha penerimaan perpajakan 4. Melakukan pengalokasian PBB

(19)

5. Melakukan dukungan teknis computer 6. Melakukan pemantauan aplikasi perpajakan

7. Melakukan pengelolaan kinerja organisasi dan pengelolaan risiko 8. Serta melakukan tindak lanjut kerja sama perpajakan

4. Seksi Pelayanan

Seksi pelayanan mempunyai tugas yaitu :

1. Melakukan penetapan dan penerbitan produk hokum perpajakan 2. Melakukan penatausahaan dan penyimpanan dokumen perpajakan 3. Melakukan penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuaan 4. Melakukan penyelesaian permohonan konfirmasi status Wajib Pajak 5. Serta melaksanakan pendaftaran Wajib Pajak dan objek pajak atau

pengukuhan Pengusaha Kena Pajak 5. Seksi Penagihan

Seksi penagihan mempunyai tugas yaitu : 1. Melakukan penagihan tunggakan pajak 2. Melakukan penatausahaan piutang pajak

3. Melakukan penyelesaian permohonan penundaan dan angsuran tunggakan pajak

4. Melakukan usulan penghapusan piutang pajak atau sanksi administrasi perpajakan

5. Serta melakukan penatausahaan dan penyimpanan dokumen penagihan

(20)

6. Seksi pemeriksaan

Seksi pemeriksaan mempunyai tugas yaitu : 1. Melakukan penyusunan rencana pemeriksaan

2. Melakukan pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan

3. Melakukan penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak 4. Melakukan administrasi pemeriksaan perpajakan

5. Serta melaksanakan pemeriksaan yang dilakukan oleh petugas pemeriksa pajak yang ditunjuk oleh kepala kantor

7. Seksi ekstensifikasi dan penyuluhan

Seksi ekstensifikasi dan penyuluhan mempunyai tugas yaitu :

1. Melakukan pemberian atau penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, pengukuhan atau pencabutan Pengusaha Kena Pajak dan pemberian atau penghapusan Nomor Objek Pajak secara jabatan

2. Melakukan pengawasan kepatuhan Wajib Pajak baru dan Wajib Pajak yang belum pernah setor dan lapor sejak pertama kali terdaftar di Direktorat Jendral Pajak

3. Melakukan penyuluhan pajak

4. Melakukan pengamatan potensi perpajakan

5. Melakukan pendataan dan pemetaan Wajib Pajak dan objek pajak 6. Melakukan pemutakhiran basis data nilai objek pajak

7. Serta melakukan kegiatan penilaian.

(21)

8. Seksi pengawasan dan konsultasi I

Seksi pengawasan dan konsultasi I mempunyai tugas yaitu :

1. Melakukan proses penyelesaian tindak lanjut pengajuan atau pencabutan permohonan Wajib Pajak

2. Melakukan usulan pembetulan ketetapan hasil pemeriksaan atau penelitian 3. Melakukan pemberian bimbingan dan konsultasi teknis perpajakan kepada

Wajib Pajak

4. Serta melakukan tindak lanjut permohonan pengurangan PBB 9. Seksi pengawasan dan konsultasi II, III dan IV

Seksi pengawasan dan konsultasi II, III dan IV mempunyai tugas yaitu : 1. Melakukan pengawasan kepatuhan Wajib Pajak

2. Melakukan penyusunan dan pemutakhiran profil Wajib Pajak 3. Melakukan analisis kinerja Wajib Pajak

4. Melakukan rekonsiliasi data Wajib Pajak dalam rangka melakukan intensifikasi

5. Melakukan imbauan dan konseling kepada Wajib Pajak

6. Serta melakukan pengawasan dan pemantauan tindak lanjut pengampunan pajak.

10. Fungsional pemeriksa pajak

Dalam melakukan pemeriksaan pajak yang dilakukan oleh fungsional pemeriksa pajak tentunya harus berpedoman terhadap hak dan kewajibannya sebagai pemeriksa pajak agar tidak melakukan pelanggaran kode etik dalam melakukan pemeriksaan pajak. Tujuan pemeriksaan pajak adalah untuk menguji

(22)

kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2.5 Kinerja Usaha Terkini

Kinerja usaha saat ini yang dilakukan oleh KPP Pratama Medan Barat yaitu:

a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak;

b. Penetapan dan penerbitan produk hokum perpajakan;

c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;

d. Penyuluhan perpajakan;

e. Pelayanan perpajakan;

f. Pelaksanaan pendaftaran Wajib Pajak;

g. Pelaksanaan ekstensifikasi

h. Penatausahaan piutang pajak dan pelaksanaan penagihan pajak;

i. Pelaksanaan pemeriksaan pajak;

j. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;

k. Pelaksanaan konsultasi perpajakan

(23)

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Teori Perpajakan Secara Umum

3.1.1 Pengertian Pajak

Didalam Resmi Siti (2017: 1) terdapat beberapa pengertian pajak menurut para ahli dan menurut UU yaitu :

a. Soemitro menyatakan bahwa pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas Negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan

“surplus’-nya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama untuk membiayai public investment.

b. Djajadiningrat menyatakan bahwa pajak sebagai suatu kewajiban menyerahkan sebagian dari kekayaan ke kas Negara yang disebabkan suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi bukan sebagai hukuman, menurut peraturan yang ditetapkan pemerintah serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari Negara secara langsung untuk memelihara kesejahteraan secara umum.

c. Feldmann menyatakan bahwa pajak adalah prestasi yang dipaksakan oleh sepihak dan terutang kepada penguasa, tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.

d. UU Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, menyatakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara

(24)

langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pajak, yaitu :

1. Pajak dipungut berdasarkan UU serta aturan pelaksanaannya.

2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

3. Pajak dipungut oleh Negara, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus maka digunakan untuk membiayai public investment (Resmi Siti, 2017: 2).

3.1.2 Fungsi Pajak

Terdapat dua fungsi pajak, yaitu:

1. Fungsi Budgetair (Sumber Keuangan Negara)

Maksud dari pajak mempunyai fungsi budgetair adalah sebagai salah satu sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran, baik rutin maupun pembangunan. Pemerintah berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas Negara. Upaya yang dilakukan yaitu dengan ekstensifikasi dan intensifikasi pemungutan pajak melalui penyempurnaan peraturan berbagai jenis pajak, seperti PPh, PPN, PBB, dan sebagainya (Resmi Siti, 2017: 3).

(25)

2. Fungsi Regularend (Pengatur)

Pajak mempunyai fungsi pengatur artinya pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi serta mencapai tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan. Sebagai contoh yaitu Pajak Penjualan atas Barang Mewah dikenakan pada saat terjadi transaksi jual beli barang tergolong mewah. Pengenaan pajak ini ditujukan supaya rakyat tidak berlomba-lomba untuk mengonsumsi barang mewah (mengurangi gaya hidup mewah) (Rahayu Puji, 2019: 3).

3.1.3 Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak

Didalam Supramono dan Damayanti (2015: 5) terdapat beberapa teori yang mendukung hak Negara untuk memungut pajak dari rakyatnya:

a. Teori Asuransi

Teori ini menyatakan bahwa Negara bertugas untuk melindungi orang dan segala kepentingannya, meliputi keselamatan dan keamanan jiwa dan harta bendanya. Seperti halnya dalam perjanjian asuransi (pertanggungan), untuk melindungi orang dan kepentingan tersebut diperlukan pembayaran premi. Dalam hubungan Negara dengan rakyatnya, pajak inilah yang dianggap sebagai premi tersebut yang sewaktu-waktu harus dibayar oleh wajib pajak.

b. Teori Kepentingan

Dalam teori ini pembebanan pajak kepada masyarakat didasarkan atas besarnya kepentingan masyarakat dalam suatu negara. Kepentingan yang dimaksud adalah perlindungan masyarakat atas jiwa dan hartanya.

(26)

c. Teori Gaya Pikul

Teori ini menyatakan bahwa biaya-biaya atas perlindungan yang diberikan oleh negara kepada warga negara haruslah dipikul oleh segenap orang yang menikmatinya dalam bentuk pajak.

d. Teori Kewajiban Pajak Mutlak

Teori ini mendasarkan pada paham Organische Staatsleer. Paham ini mengajarkan disuatu Negara timbul hak mutlak untuk memungut pajak. Maka, persekutuan menyadari bahwa menjadi suatu kewajiban mutlak untuk membuktikan tanda baktinya terhadap Negara dalam bentuk pembayaran pajak.

e. Teori Asas Gaya Beli

Teori ini mengajarkan bahwa penyelenggaraan kepentingan masyarakat yang dianggap sebagai dasar keadilan pemungutan pajak.

3.1.4 Jenis Pajak

Terdapat beberapa jenis pajak yaitu : a. Menurut Golongan

Dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

1. Pajak Langsung yaitu pajak yang harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak bisa dibebankan kepada pihak lain. Contoh : PPh Pasal 21 dan PPh Tahunan orang pribadi (Rahayu Puji, 2019: 6).

2. Pajak Tidak Langsung yaitu pajak yang dapat dibebankan kepada orang lain. Jenis ini terjadi jika terdapat suatu kegiatan, peristiwa atau perbuatan yang menyebabkan terutangnya pajak, misalnya terjadi penyerahan barang atau jasa.

(27)

b. Menurut Sifat

Menurut Resmi Siti (2017: 7), Pajak dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu : 1. Pajak Subjektif yaitu pajak yang pengenaannya memperhatikan

keadaan pribadi Wajib Pajak.

2. Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh : PPN.

c. Menurut Lembaga Pemungutannya

Menurut Rahayu Puji (2019: 7), Ada 2 jenis lembaga pemungutan, yaitu : 1. Pajak Pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan

digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh : PPh, PPN, PPnBM.

2. Pajak Daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara. Contoh : pajak kendaraan bermotor dan pajak bahan bakar kendaraan bermotor termasuk kedalam pajak provinsi. Sedangkan pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan termasuk kedalam pajak kabupaten atau kota.

3.1.5 Asas Pemungutan Pajak

Menurut Resmi Siti (2017: 10), Terdapat tiga asas pemungutan pajak, antara lain :

a. Asas Domisili (Asas Tempat Tinggal)

Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik peng-

(28)

hasilan yang berasal dari dalam maupun luar negri.

b. Asas Sumber

Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal Wajib Pajak.

c. Asas Kebangsaan

Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu Negara.

3.1.6 Sistem Pemungutan Pajak

Didalam Mardiasmo (2018: 9) terdapat beberapa system dalam memungut pajak, yaitu :

1. Official Assessment System adalah suatu system pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

2. Self Assessment System adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang.

3. With Holding System adalah suatu system pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk memotong atau memungut pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.

3.2 Pengertian Penagihan Pajak

Penagihan pajak adalah proses yang dilakukan Direktorat Jendral Pajak dalam hal memberi tekanan kepada Wajib Pajak untuk melunasi utang pajaknya.

(29)

Tindakan ini dilakukan karena Wajib Pajak tidak mematuhi aspek material peraturan perundang-undangan perpajakan (Rahayu Siti Kurnia , 2020: 335).

Biaya penagihan pajak adalah biaya pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, Pengumuman Lelang, Pembatalan Lelang, Jasa Penilai dan biaya lainnya yang berhubungan dengan penagihan pajak.

3.2.1 Penagihan Seketika dan Sekaligus

Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilakukan oleh DJP bagi Wajib Pajak yang diindikasikan tidak beritikad baik dalam menyelesaikan utang pajaknya setelah dilakukan penagihan pajak, sebelum jatuh tempo pembayaran (Rahayu Siti Kurnia, 2020: 341).

Penyampaian Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus dilaksanakan secara langsung oleh Jurusita Pajak kepada Penanggung Pajak.

Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan Surat Paksa, penyitaan dan penyanderaan. Sedangkan Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Jurusita Pajak melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran berdasarkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus yang diterbitkan oleh Pejabat apabila :

a. Penaggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selamanya

(30)

b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia

c. Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan badan usahanya, atau menggabungkan usahanya, atau memekarkan usahanya, atau memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya, atau melakukan perubahan bentuk lainnya

d. Badan usaha akan dibubarkan oleh Negara

e. Terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan.

Didalam Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus harus memuat : a. Nama Wajib Pajak atau nama Penaggung Pajak

b. Besarnya utang pajak c. Perintah untuk membayar d. Saat pelunasan pajak

Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus diterbitkan sebelum penerbitan Surat Paksa.

3.2.2 Penagihan Pajak dengan Surat Paksa

Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2015: 206).

Surat Paksa berkepala kata-kata “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”, mempunyai kekuatan eksekutorial dan

(31)

kedudukan hokum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hokum tetap. Surat Paksa sekurang-kurangnya harus memuat:

a. Nama Wajib Pajak, atau nama Wajib Pajak dan Penanggung Pajak b. Dasar penagihan

c. besarnya utang pajak d. perintah untuk membayar.

Surat paksa diterbitkan apabila:

a. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan

b. terhadap Penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus; atau

c. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

Surat paksa diberitahukan oleh Jurusita pajak dengan pernyataan dan penyerahan salinan surat paksa kepada penaggung pajak. Pemberitahuan surat paksa dituangkan dalam Berita Acara yang memuat hari dan tanggal pemberitahuan Surat Paksa, nama Jurusita Pajak, nama yang menerima, dan tempat pemberitahuan Surat Paksa.

Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan kartu tanda pengenal dan harus diperlihatkan kepada penanggung pajak. Penaggung pajak yang dimaksud adalah orang pribadi dan badan (Wahyu, 2011: 20)

Sarana Penagihan Pajak adalah Sarana administrasi yang digunakan oleh Direktorat Jendral Pajak (DJP) dalam melakukan penagihan antara lain :

(32)

1. Surat Tagihan Pajak (STP)

Direktur Jendral Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak dalam hal :

a. Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar

b. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis atau salah hitung

c. Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda atau bunga (https://klikpajak.id/blog/tips-pajak/jenis-ketetapan-pajak//31 Juli 2020/

4.26)

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah pajak yang masih harus dibayar (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2015: 155).

Surat ini diterbitkan dalam hal adanya pajak yang tidak atau kurang bayar berdasarkan :

a. hasil verifikasi terhadap keterangan lain berupa : 1. hasil konfirmasi Faktur Pajak

2. bukti pemotongan pajak penghasilan

3. bukti transaksi atau data perpajakan yang dapat digunakan untuk menghitung kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

(33)

b. hasil pemeriksaan terhadap : 1. surat pemberitahuan

2. kewajiban perpajakan Wajib Pajak karena Wajib Pajak tidak menyampaikan surat pemberitahuan dan setelah ditegur secara tertulis Wajib Pajak tidak menyampaikan surat pemberitahuan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran

c. hasil pemeriksaan bukti permulaan terhadap Wajib Pajak yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A UU KUP.

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. Setelah 7 hari berlangsung, maka diterbitkan Surat teguran.

4. Surat Teguran

Surat Teguran adalah surat yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak untuk memberikan peringatan kepada Wajib Pajak untuk segera melunasi utang pajaknya.

5. Surat Paksa

Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak.

6. Surat Penyitaan

Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(34)

7. Lelang

Lelang adalah penjualan barang dimuka umum dengan cara penawaran harga secara lisan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli.

Apabila wajib pajak belum melunasi utang pajaknya selama 14 hari, maka akan dilakukan pengumuman lelang dan lelang akan dilakukan setelah 14 hari pengumuman berlangsung.

3.2.3 Keberatan

Keberatan adalah cara yang dilakukan oleh Wajib Pajak jika merasa tidak puas atau kurang pas atas suatu ketetapan pajak yang dikenakan pemotongan (pajaktaxes.blogspot.com/2007/07/keberatan-dan-banding.html). Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan kepada Direktur Jendral Pajak atas suatu :

a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan c. Surat Ketetapan Pajak Nihil

d. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar; atau

e. Pemotongan pajak pleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2015: 52).

Adapun syarat-syarat pengajuan keberatan, yakni : 1. Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia

2. Mengemukakan jumlah pajak yang terutang, jumlah pajak yang dipotong atau dipungut, atau jumlah rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan yang menjadi dasar penghitungan.

(35)

3. Satu keberatan diajukan hanya untuk satu surat ketetapan pajak, untuk satu pemotongan pajak atau untuk satu pemungutan pajak.

4. Diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal dikirim surat ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak kecuali Wajib Pajak dapat menunjukkan bahwa jangka waktu tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan diluar kekuasaannya (Ratnawati Juli dan Retno Indah Hernawati, 2015: 40).

3.3 Tahapan Penagihan Pajak di KPP Pratama Medan Barat

Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Medan Barat

Gambar 3.1

Bagan Tahapan Penagihan Pajak

Ada beberapa tindakan atau tahapan yang dilakukan juru sita pajak dalam melakukan penagihan pajak. Berikut ini tahapan dan penjelasan setiap langkahnya:

1. Surat Tagihan Pajak (STP)

Direktur Jendral Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak untuk Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak dalam hal :

a. Pajak penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar

(36)

b. Dari hasil penelitian Surat Pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis atau salah hitung

c. Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda atau bunga

d. Pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang PPN tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

e. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tetapi membuat Faktur pajak; atau

f. Pengusaha yang sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak membuat Faktur Pajak atau membuat Faktur Pajak tetapi tidak tepat waktu atau tidak mengisi selengkapnya Faktur Pajak (https://klikpajak.id/blog/tips- pajak/jenis-ketetapan-pajak//31 Juli 2020/ 4.26)

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.

Surat ini diterbitkan dalam hal adanya pajak yang tidak atau kurang bayar berdasarkan :

a. Hasil verifikasi terhadap keterangan lain berupa : 1. Hasil konfirmasi Faktur Pajak

2. Bukti pemotongan pajak penghasilan

(37)

3. Bukti transaksi atau data perpajakan yang dapat digunakan untuk menghitung kewajiban perpajakan Wajib Pajak.

b. Hasil pemeriksaan terhadap : 1. Surat pemberitahuan

2. Kewajiban perpajakan Wajib Pajak karena Wajib Pajak tidak menyampaikan surat pemberitahuan dan setelah ditegur secara tertulis Wajib Pajak tidak menyampaikan surat pemberitahuan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam surat teguran

c. Hasil pemeriksaan bukti permulaan terhadap Wajib Pajak yang melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A UU KUP (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2015: 157).

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. Direktur Jendral Pajak dapat menerbitkan SKPKBT apabila ditemukannya data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan SKPKBT. (Dauli, Andrian Wijaya dan Chairul Anwar, 2012: 157). Setelah 7 hari berlangsung, maka diterbitkan Surat teguran.

4. Surat Teguran

Surat Teguran adalah surat yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak untuk memberikan peringatan kepada Wajib Pajak untuk segera melunasi utang pajaknya. Surat teguran ini disampaikan kepada Wajib Pajak setelah 7

(38)

(tujuh) hari sejak tanggal jatuh tempo pelunasan (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2015: 92).

Penyampaian surat teguran dapat dilakukan:

a. Secara langsung b. Melalui pos; atau

c. Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti pengiriman surat.

5. Surat Paksa

Surat Paksa adalah surat perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan pajak (Mardiasmo, 2018: 143).

Surat Paksa berkepala kata-kata “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”, mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hokum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hokum tetap. Surat Paksa sekurang-kurangnya harus memuat:

a. Nama Wajib Pajak atau Penanggung Pajak b. Dasar penagihan

c. Besarnya utang pajak d. Perintah untuk membayar.

Surat paksa diterbitkan apabila:

a. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya telah diterbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan

b. terhadap Penanggung pajak telah dilaksanakan penagihan seketika dan sekaligus; atau

(39)

c. Penanggung Pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2015: 98).

Surat paksa diberitahukan oleh Jurusita pajak dengan pernyataan dan penyerahan salinan surat paksa kepada penaggung pajak. Pemberitahuan surat paksa dituangkan dalam Berita Acara yang memuat hari dan tanggal pemberitahuan Surat Paksa, nama Jurusita Pajak, nama yang menerima, dan tempat pemberitahuan Surat Paksa. Jurusita Pajak dalam melaksanakan tugasnya harus dilengkapi dengan kartu tanda pengenal dan harus diperlihatkan kepada penanggung pajak. Penaggung pajak yang dimaksud adalah orang pribadi dan badan.

Di KPP Pratama Medan Barat terdapat 286 wajib pajak yang telah menerima surat paksa namun hanya 91 wajib pajak yang melunasi utang pajak. 195 wajib pajak diberikan waktu untuk melunasi utang pajaknya. Pada umumnya sector usaha yang tidak melunasi utang pajak adalah pedagang UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Pada umumnya pedagang UMKM membayar pajak setiap bulan. Surat paksa terhadap orang pribadi diberitahukan oleh Jurusita pajak kepada :

a. Penanggung pajak ditempat tinggal, tempat usaha atau di tempat lain yang memungkinkan

b. Orang dewasa yang bertempat tinggal bersama atau yang bekerja di tempat usaha penanggung pajak, apabila penanggung pajak yang bersangkutan tidak dapat dijumpai;

(40)

c. Salah seorang ahli waris atau yang mengurus harta peninggalannya, apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan belum dibagi; atau d. Para ahli waris, apabila wajib pajak telah meninggal dunia dan harta warisan

telah dibagi.

Surat paksa terhadap badan diberitahukan oleh Jurusita Pajak kepada :

a. Pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal, baik di tempat kedudukan badan yang bersangkutan, di tempat tinggal mereka maupun di tempat lain yang memungkinkan; atau

b. Pegawai tetap ditempat kedudukan atau tempat usaha badan yang bersangkutan apabila Jurusita Pajak tidak dapat menjumpai salah seorang sebagaimana dimaksud dalam poin pertama.

Surat paksa tidak dapat dilakukan penerbitan ulang, kecuali terjadi sesuatu hal diluar kekuasaan pejabat, seperi kecurian, kebanjiran, kebakaran atau gempa bumi yang menyebabkan asli Surat paksa rusak, tidak terbaca atau tidak dapat ditemukan lagi. Maka pejabat dapat menerbitkan Surat paksa pengganti sebagaimana diatur dalam Pasal 9 Undang-undang Nomor 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa. Penerbitan Surat Paksa Pengganti dapat dilakukan dengan cara :

a. Konfirmasi kepada Wajib Pajak apakah pernah atau belum terima SP.

b. Dalam hal sudah menerima kemudian dibuat Berita Acara mengenai hilang, rusak dan tidak terbacanya Surat Paksa dengan menyebutkan antara lain sebab-sebab tidak dapat ditemukannya Surat Paksa yang bersangkutan.

(41)

c. Selanjutnya dibuat Surat Paksa Pengganti berikut salinannya dengan nomor, tanggal, bulan dan tahun yang sama, sebagaimana tercantum dalam Buku Register Surat Paksa, Surat Paksa Pengganti yang harus ditandatangani oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang baru, “Asli” Surat Paksa Pengganti dimasukkan dalam berkas Penagihan dan “salinannya” diberitahukan kepada Wajib Pajak.

d. Apabila nomor, tanggal, bulan dan tahun Surat Paksa yang hilang tidak ditemukan lagi baik kepada Wajib Pajak ataupun pada administrasi KPP, maka dianggap bahwa Surat Paksa tersebut belum pernah diterbitkan, sehingga dapat diterbitkan Surat Paksa baru (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2015: 237).

Apabila pajak yang masih harus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu dua kali duapuluh empat jam (2X24 jam) sesudah tanggal pemberitahuan Surat Paksa kepada penanggung pajak yang diberitahukan oleh jurusita pajak, maka segera diterbitkan SPMP (Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan).

6. Surat Penyitaan

Penyitaan adalah tindakan Jurusita Pajak untuk menguasai barang Penanggung Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2015: 206).

Penyitaan dilaksanakan terhadap barang milik Penanggung Pajak yang berada ditempat tinggal, tempat usaha, tempat kedudukan, atau di tempat lain termasuk yang penguasaannya berada di tangan pihak lain atau yang dijaminkan sebagai pelunasan utang tertentu seperti :

(42)

1. Barang bergerak seperti mobil, uang tunai, tabungan, surat berharga, dll 2. Barang tidak bergerak seperti tanah, bangunan, dll.

Dalam melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak harus : 1. Memperlihatkan kartu tanda pengenal Jurusita Pajak 2. Memperlihatkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan 3. Memberitahukan tentang maksud dan tujuan penyitaan.

Penyitaan dilaksanakan oleh Jurusita Pajak dengan disaksikan oleh sekurang- kurangnya 2 orang dewasa, WNI, dikenal oleh Jurusita Pajak dan dapat dipercaya.

Setiap melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita yang ditandatangani oleh Jurusita Pajak, Penaggung Pajak dan saksi. Dalam hal Penanggung Pajak adalah Badan maka Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani oleh pengurus, kepala perwakilan, kepala cabang, penanggung jawab, pemilik modal atau pegawai tetap perusahaan. Walaupun Penanggung Pajak tidak hadir, penyitaan tetap dapat dilaksanakan dengan syarat salah seorang saksi dari Pemerintah Daerah setempat hadir. Berita Acara Pelaksanaan Sita ditandatangani Jurusita Pajak dan saksi. Salinan Berita Acara Pelaksanaan Sita dapat ditempelkan pada barang yang disita atau barang yang disita berada ditempat umum. Atas barang yang disita dapat ditempel atau diberi segel sita.

Jurusita Pajak diangkat dan diberhentikan oleh Pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk penagihan pajak pusat atau Gubernur, Bupati/Walikota untuk penagihan pajak daerah, beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk diangkat menjadi Jurusita Pajak yaitu:

a. Berijazah serendah-rendahnya SMU

(43)

b. Berpangkat serendah-rendahnya Pengatur Muda/ Golongan II c. Berbadan sehat

d. Lulus pendidikan dan latihan Jurusita Pajak e. Jujur, bertanggung jawab dan penuh pengabdian.

Jurusita Pajak diberhentikan apabila:

a. Meninggal dunia b. Pensiun

c. Alih tugas atau kepentingan dinas lainnya d. Lalai atau tidak cakap dalam menjalankan tugas e. Melakukan perbuatan tercela

f. Melanggar janji Jurusita Pajak

Sakit jasmani atau rohani terus menerus (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2015: 130). Bila Penanggung Pajak belum melunasi utang pajaknya, maka setelah 14 hari sejak tanggal pelaksanaan SPMP, pejabat membuat pengumuman lelang 14 hari setelah pengumuman lelang Penanggung Pajak tidak melunasi utang pajaknya, maka KPP mengajukan kepada Kepala Kantor Lelang Negara supaya dilaksanakan lelang.

7. Lelang

Lelang adalah penjualan barang dimuka umum dengan cara penawaran harga secara lisan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli.

Sebelum lelang dilaksanakan pejabat membuat pengumuman lelang dahulu setelah 14 hari sejak tanggal pelaksanaan SPMP.

(44)

Pengumuman lelang dilaksanakan melalui surat kabar harian yang terbit ditempat barang berada yang akan dilelang. Pengumuman lelang paling sedikit memuat:

a. Identitas penjual

b. Hari, tanggal, waktu dan tempat pelaksanaan lelang c. Jenis dan jumlah barang

d. Lokasi, luas tanah, ada/tidak adanya bangunan (khusus untuk barang tidak bergerak)

e. Jumlah dan jenis/spesifikasi (untuk barang bergerak) f. Jangka waktu barang yang akan dilelang

g. Uang jaminan penawaran lelang meliputi besaran, jangka waktu dan tempat penyetoran

h. Jangka waktu pembayaran harga lelang; dan

i. Harga limit, sepanjang hal itu diharuskan dalam peraturan perundang- undangan atau atas kehendak penjual/pemilik barang (Rusjdi Muhammad, 2010: 135).

Apabila setelah 14 hari pengumuman lelang penanggung pajak tidak melunasi utang pajaknya, maka dilakukan lelang. Ada beberapa persiapan lelang seperti : 1. Permohonan Lelang.

Penjual mengajukan surat permohonan lelang secara tertulis kepada Kepala Kantor Pelayanan Piutang dan lelang Negara (KP2LN) atau pemimpin Balai Lelang disertai dokumen persyaratan.

2. Penjual /Pemilik Barang.

(45)

Penjual atau pemilik barang bertanggung jawab terhadap keabsahan barang dokumen persyaratan lelang dan penggunaan Jasa Lelang oleh Balai Lelang.

Penjual atau pemilik barang wajib menguasai fisik barang yang dilelang.

Setiap pelaksanaan lelang harus dihadapkan Pejabat Lelang kecuali ditentukan oleh peraturan perundang-undangan. Pejabat Lelang adalah orang yang khusus diberi wewenang oleh Menteri Keuangan melaksanakan penjualan barang secara lelang. Pejabat Lelang terdiri dari:

1. Pejabat Lelang Kelas I berkedudukan di Kantor Pelayanan Piutang dan lelang Negara (KP2LN) dan berwenang melaksanakan lelang untuk semua jenis lelang.

2. Pejabat Lelang II berkedudukan di Kantor Pejabat Lelang Kelas II yaitu di kantor swasta tempat kedudukan Pejabat Lelang Kelas II dan hanya berwenang melaksanakan lelang berdasarkan permintaan Balai Lelang atas jenis Lelang Non Eksekusi Sukarela, lelang asset BUMN/BUMD berbentuk Persero.

Tempat pelaksanaan lelang berada di wilayah kerja KP2LN atau wilayah jabatan Pejabat Lelang Kelas II tempat barang berada dan ditentukan oleh Kepala KP2LN atau Pejabat Lelang Kelas II. Apabila lelang dilaksanakan diluar wilayah kerja KP2LN maka harus mendapat persetujuan dari Pejabat yang berwenang dahulu supaya bisa dilaksanakan.

Waktu pelaksanaan lelang dilakukan pada jam dan hari kerja KP2LN dan ditetapkan oleh Kepala KP2LN atau Pejabat Lelang Kelas II (Rusjdi Muhammad, 2010: 131).

(46)

Hasil lelang diatur dalam Pasal 28 ayat (1) UU PPSP sebagai berikut:

a. Terlebih dahulu untuk membayar biaya penagihan, yaitu biaya Surat Paksa, biaya Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, biaya Pengumuman Lelang, biaya penyitaan barang yang dilelang dan ditambah 1 persen dari pokok lelang sebagai insentif bagi Jurusita Pajak.

b. Sisanya untuk membayar utang pajak

c. Kelebihannya dikembalikan kepada Penanggung Pajak (Ayza Bustamar, 2017: 198).

3.4 Prosedur Penerbitan Surat Paksa di KPP Pratama Medan Barat a. Deskripsi:

Prosedur operasi ini menguraikan tata cara penerbitan dan pemberitahuan surat paksa. Dalam hal jumlah utang pajak tidak dilunasi oleh Wajib Pajak setelah lewat waktu 21 hari sejak tanggal disampaikan Surat Teguran, Surat Paksa diterbitkan dan diberitahukan secara langsung oleh Jurusita Pajak kepada Wajib Pajak. Selain itu, Surat Paksa juga dapat diterbitkan dalam hal:

1. Terhadap penanggung pajak telah dilaksanakan Penagihan Seketika dan Sekaligus; atau

2. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

b. Dasar Hukum:

1. Undang-undang nomor 19 tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa s.t.d.d Undang-undang nomor 19 tahun 2000

(47)

2. Peraturan Menteri Keuangan nomor 24/PMK.03/2008 tanggal 6 Februari 2008 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan dengan Surat Paksa dan Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus s.t.d.d Peraturan Menteri Keuangan nomor 85/PMK.03/2010 tanggal 13 April 2010

3. Keputusan Direktur Jenderal Pajak nomor KEP-645/PJ./2001 tanggal 4 oktober 2001 tentang Bentuk, Jenis, dan Kode Kartu, Formulir, Surat, dan Buku yang Digunakan dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa s.t.d.d KEP-474/PJ/2002 tanggal 10 november 2002

c. Surat Edaran Terkait:

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-08/PJ.75/2000 tanggal 2 september 2000 tentang Tata Cara Penerbitan Ulang Surat Teguran, Penerbitan Surat Paksa Pengganti, Dan Pembetulan atau Penggantian Surat-Surat Dalam Rangka Pelaksanaan Penagihan Pajak

d. Pihak yang Terkait:

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak 2. Kepala Seksi Penagihan

3. Jurusita Pajak

4. Wajib Pajak/ Penaggung Pajak e. Input:

1. Surat Teguran 2. Surat Tagihan Pajak

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar

(48)

4. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan 5. Surat Keputusan Pembetulan

6. Surat Keputusan Keberatan 7. Putusan Banding

8. Putusan Peninjauan Kembali 9. Surat Setoran Pajak

10. Bukti Pemindahbukuan f. Output:

1. Surat Paksa

2. Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa 3. Laporan Pelaksanaan Surat Paksa

g. Prosedur Kerja:

1. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menugaskan Kepala Seksi Penagihan untuk melakukan penerbitan Surat Paksa atas utang pajak yang tidak dilunasi oleh Wajib Pajak/Penanggung Pajak setelah lewat waktu 21 hari sejak tanggal disampaikan Surat Teguran.

2. Kepala Seksi Penagihan menugaskan Jurusita Pajak untuk melakukan penerbitan Surat Paksa atas utang pajak yang tidak dilunasi oleh Wajib Pajak/Penanggung Pajak setelah lewat waktu 21 hari sejak tanggal disampaikan Surat Teguran.

3. Jurusita melakukan penelitian kemudian menyusun dan menyerahkan konsep Surat Paksa dan konsep Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa kepada Kepala Seksi Penagihan. Dalam melakukan penelitian,

(49)

Jurusita Pajak melakukan koordinasi antar seksi terkait, contohnya dengan Seksi Pengawasan dan Konsultasi untuk memperoleh data yang valid tentang nama, alamat serta harta kekayaan Wajib Pajak/Penanggung Pajak.

4. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan memaraf kemudian menyerahkan konsep Surat Paksa dan konsep Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak.

5. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menyetujui dan menandatangani kemudian menugaskan Kepala Seksi Penagihan untuk melakukan pemberitahuan Surat Paksa kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak.

6. Kepala Seksi Penagihan menugaskan Jurusita Pajak untuk melakukan pemberitahuan Surat Paksa kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak.

7. Jurusita Pajak melakukan pemberitahuan Surat Paksa dengan membacakan isi Surat Paksa dan menyerahkan salinan Surat Paksa kepada Wajib Pajak/Penanggung Pajak. Selanjutnya Jurusita Pajak menuangkan pelaksanaan pemberitahuan Surat Paksa tersebut dalam Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa dan menandatangani Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa bersama-sama dengan Wajib Pajak/Penanggung Pajak.

Setelah melakukan pemberitahuan Surat Paksa, Jurusita Pajak menyusun, menandatangani dan menyerahkan konsep Laporan Pelaksanaan Surat Paksa kepada Kepala Seksi Penagihan:

(50)

a. Dalam hal Wajib Pajak/Penanggung Pajak atau pihak lain yang terhadapnya bisa diberitahukan Surat Paksa menolak untuk menerima Surat Paksa, Jurusita Pajak meninggalkan Surat Paksa dimaksud dan mencatatnya dalam Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa bahwa Penanggung Pajak tidak mau menerima Surat Paksa.

b. Dalam hal pemberitahuan Surat Paksa atas Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan tidak dapat dilaksanakan, misalnya Jurusita Pajak tidak menumpai seorangpun sebagai pihak yang dapat diberikan dan diberitahukan Surat Pajak dimaksud, maka salinan Surat Paksa disampaikan kepada Penanggung Pajak melalui aparat Pemerintah Daerah setempat.

c. Dalam hal Wajib Pajak/Penanggung Pajak tidak diketahui tempat tinggalnya, tempat usahanya, atau tempat kedudukannya, penyampaian Surat Paksa dilaksanakan dengan menempelkan salinan Surat Paksa pada papan pengumuman di kantor Pejabat yang menerbitkannya, dengan mengumumkan melalui media massa, atau dengan cara lain.

8. Kepala Seksi Penagihan meneliti dan menandatangani kemudian menugaskan Jurusita Pajak untuk menatausahakan Surat Paksa, Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa dan Laporan Pelaksanaan Surat Paksa.

9. Jurusita menatausahakan Surat Paksa, Berita Acara Pemberitahuan Surat Paksa dan Laporan Pelaksanaan Surat Paksa.

10. Proses selesai

(51)

h. Bagan Arus (Flow Chart)

Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Medan Barat,2020

Gambar 3.2

Bagan Tata Cara Penerbitan dan Pemberitahuan Surat Paksa

(52)

3.5 Kendala-kendala yang dihadapi KPP Pratama Medan Barat dalam kegiatan pelaksanaan Surat Paksa

Seksi penagihan merupakan salah satu seksi yang sangat mempunyai peranan penting dalam upaya melaksanakan penagihan tunggakan pajak dimana sangat berpengaruh terhadap penerimaan pajak, yang salah satunya dengan menggunakan Surat Paksa. Pelaksanaan penagihan dengan Surat Paksa yang dilaksanakan oleh seksi penagihan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat mendapat beberapa kendala yang akhirnya dapat menghambat jalannya proses pelaksanaan kegiatan penagihan. Kendala-kendala yang dimaksud adalah:

1. Pemberitahuan Surat Paksa tidak dapat dilaksanakan terhadap perwakilan orang pribadi atau badan karena wajib pajak atau yang mewakili tidak ada ditempat, dalam keadaan sakit atau sudah meninggal dunia.

2. Wajib Pajak atau Penanggung Pajak tidak diketahui tempat tinggalnya, tempat usaha atau tempat kedudukannya sehingga menyusahkan pada saat penyampaian surat paksa.

3. Penanggung Pajak orang pribadi atau badan menolak untuk menerima Surat Paksa karena wajib pajak merasa sudah membayar dan melaporkan pajaknya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

4. Penagihan Surat Paksa harus dilaksanakan di luar wilayah kerja Pejabat karena wajib pajak atau penanggung pajak telah berpindah domisili atau tempat kedudukan usaha. Hal lain juga bisa disebabkan karena objek sitanya berada diluar wilayah kerja Pejabat yang menangani penagihan dengan surat paksa.

(53)

Adapun solusi yang dilakukan KPP Pratama Medan Barat dalam menghadapi kendala tersebut adalah:

1. Surat Paksa dapat disampaikan melalui Pemerintah Daerah setempat atau ahli waris apabila sudah meninggal dunia.

2. Penyampaian Surat Paksa bisa dilakukan dengan cara menempelkan Surat Paksa pada papan pengumuman kantor Pejabat yang menerbitkannya, mengumumkan melalui media massa, ataupun cara lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri atau Keputusan Kepala Daerah.

3. Jurusita Pajak meninggalkan Surat Paksa dan mencatatnya dalam Berita Acara bahwa Penanggung Pajak tidak mau menerima Surat Paksa, dan Surat Paksa dianggap telah diberitahukan.

4. Pejabat dimaksud meminta bantuan kepada Pejabat yang wilayah kerjanya meliputi tempat pelaksanaan Surat Paksa.

3.6 Analisis Pelaksanaan Kegiatan Penagihan dengan Surat Paksa 1. Jumlah Wajib Pajak Terdaftar di KPP Pratama Medan Barat

Tabel 3.1

Jumlah Wajib Pajak Terdaftar di KPP Medan Barat tahun 2015-2018

Jenis WP 2015 2016 2017 2018

Badan 4.467 4.609 4.717 4.864

OP Non Karyawan 10.751 10.745 11.159 11.471 OP Karyawan 15.188 16.164 17.052 17.714 Total WP Terdaftar 30.406 31.518 32.928 34.049

Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Medan Barat,2020

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2015 jumlah keseluruhan untuk Wajib Pajak terdaftar yaitu sebesar 30.406. Surat teguran diterbitkan sekitar 2.185. Lalu jumlah surat teguran yang dibayar adalah 846. Sekitar 1.770 diterbitkan surat paksa dan jumlah surat paksa yang dibayar sekitar 379.

(54)

Pada tahun 2016 jumlah Wajib Pajak terdaftar adalah 31.518. Diterbitkan surat teguran sekitar 8.464. Jumlah wajib pajak yang membayar surat teguran tersebut sekitar 1.309. sekitar 3.607 diterbitkan surat paksa bagi yang belum melunasi utang pajaknya. Setelah diterbitkan surat paksa hanya 517 yang membayar.

Jumlah Wajib Pajak yang terdaftar pada tahun 2017 adalah 32.928. Sekitar 3.345 yang menerima surat teguran. Lalu yang membayar surat teguran tersebut berjumlah 1.044. Setelah surat teguran diterbitkan, maka pihak kantor mengeluarkan surat paksa berjumlah 2.698 bagi wajib pajak yang belum melunasinya. Setelah surat paksa diterbitkan ternyata hanya 1.143 yang melunasi utang pajak. 34.049 adalah jumlah wajib pajak terdaftar di KPP Pratama Medan Barat tahun 2018. Berjumlah 6.729 diterbitkan surat teguran dan yang membayar sekitar 2.156. Sekitar 2.623 surat paksa diterbitkan. Hanya 1.351 yang melunasi utang pajaknya setelah diterbitkan surat paksa.

2. Jumlah Keadaan Target dan Realisasi Penerimaan Pajak di KPP Pratama Medan Barat

Tabel 3.2

Jumlah target dan realisasi penerimaan pajak tahun 2015-2018

Tahun Target Penerimaan Realisasi (%)

2015 Rp 608.185.237.611 Rp 554.321.118.638 91,14 2016 Rp 702.156.526.000 Rp 683.800.486.141 97,39 2017 Rp 600.814.834.000 Rp 501.300.122.422 83,44 2018 Rp 601.522.401.000 Rp 628.456.754.238 104,48

Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Medan Barat,2020

(55)

Dari table diatas dapat dijelaskan bahwa untuk tahun 2015 penerimaan pajak di KPP Pratama Medan Barat ditargetkan mencapai Rp. 608.185.237.611, tetapi dalam realisasinya bisa mencapai Rp. 554.321.118.638 atau 91,14% dari jumlah yang ditargetkan. Melihat realisasi penerimaan pajak tahun 2015 hampir bisa mencapai target yang diharapkan, maka untuk tahun 2016 kantor memutuskan untuk menaikkan target penerimaan pajak menjadi Rp. 702.156.526.000 dan diharapkan dapat tercapai.

Strategi yang dilakukan pada tahun 2016 ternyata berhasil karena pada realisasinya penerimaan pajak mencapai total Rp. 683.800.486.141 atau sekitar 97,39% dari yang ditargetkan.

Untuk penerimaan pajak pada tahun 2017 ditargetkan mencapai Rp.

600.814.834.000, namun dalam realisasinya hanya bisa mencapai Rp.

501.300.122.422 atau sekitar 83,44% dari jumlah yang ditargetkan. Terjadi penurunan penerimaan pada tahun ini disebabkan oleh banyak wajib pajak yang mengalami penurunan usaha atau omset sehingga pajak yang terhutang semakin kecil, masih banyaknya tunggakan pajak yang belum dilunasi. Meskipun realisasi penerimaan pajak pada tahun 2017 menurun dari tahun-tahun sebelumnya tetapi pihak kantor tetap memutuskan untuk menaikkan target penerimaan pajak ditahun 2018 menjadi Rp. 601.522.401.000. Keputusan yang ditentukan ternyata berhasil karena pada kenyataannya penerimaan pajak ditahun 2018 bisa melebihi target yang ditentukan yaitu Rp. 628.456.754.238 atau sekitar 104,48%.

Pada umumnya terjadi peningkatan penerimaan pajak sebesar 20-30% setiap tahunnya setelah diterbitkannya Surat Paksa. Peningkatan ini terjadi sebagian

(56)

besar dari penerimaan rutin seperti pajak atas penghasilan, pajak atas penjualan barang dan jasa dan sisanya dari penagihan itu sendiri. Upaya yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak adalah dengan gencarnya melakukan sosialisasi pajak sehingga masyarakat semakin sadar akan pentingnya membayar pajak, Kantor Pelayanan Pajak melakukan tindakan pemeriksaan pajak sehingga diterbitkan Surat Ketetapan Pajak atas wajib pajak yang diperiksa, Kantor Pelayanan Pajak melalui account representative gencar melakukan himbauan dan konseling atas data-data yang terkait dengan kewajiban perpajakan.

Wajib pajak akan dikenakan konsekuensi apabila tidak melunasi utang pajaknya. Konsekuensinya yaitu akan dilanjutkan ke tindakan penagihan berikutnya berupa:

a. Pemblokiran rekening yang akan membuat mereka tidak dapat bertransaksi via bank

b. Penyitaan asset yang menjadikan wajib pajak akan kehilangan assetnya c. Pencekalan

d. Sandera e. Lelang

(57)

3. Contoh Surat Paksa

(58)
(59)
(60)

Sumber : Seksi Penagihan KPP Pratama Medan Barat,2020

GAMBAR 3.3 Contoh Surat Paksa

Gambar

Tabel 1.1   Jadwal Kegiatan
GAMBAR 3.3  Contoh Surat Paksa

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Modul diklat guru bahasa Inggris kelompok kompetensiG ini mencoba menguraikan materi yang harus dikuasai oleh guru tidak hanya untuk bahan mengikuti Uji Kompetensi Guru

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti selama melakukan kegiatan belajar mengajar di SDN 2 Suntenjaya, masih banyak guru menggunakan metode yang kurang inovatif

Konsep penghawaan atau pengudaraan pada bangunan Taman Edukasi Gempa di Bantul ini menerapkan system penghawaan alami yang memaksimalkan potensi alam (udara sekitar) dengan

Untuk membangun sebuah fire hydrant supaya prinsip kerja fire hydrant dapat berjalan dengan baik, dibutuhkan kontraktor dan engineering yang berpengalaman.

2.3. franciscana EG-grade, INVE Aquaculture NV, Belgium cysts were decapsulated, incubated for 24 h at 28 8 C and 5‰ salinity under strong illumination and aeration, and fed for 3

The irrigation scheduling practices were: tensiometer-based with the tensiometers placed at 50% or 75% of the root-zone depth and irrigations started when tensiometer's readings

* Formutir Nomor : X.H.1-2 Laporan Butanan Kepemitikan Saham Emiten atau Perusahaan Pubtik dan Rekapitutasi yang tetah Ditaporkan.. * Laporan Penggunaan Btangko

Simpulan dan Saran: Pendidikan kesehatan P4K memberikan pengaruh terhadap tingkat pengetahuan, namun tidak memberikan pengaruh pada sikap ibu hamil primigravida