• Tidak ada hasil yang ditemukan

METABAHASA Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "METABAHASA Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

METABAHASA: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Journal homepage: http://journal.stkipyasika.ac.id/index.php/metabahasa

Journal Email: metabahasayasika@gmail.com PISSN: 2656-5315 EISSN: 2656-5579

PENERAPAN TEKNIK BERCERITA BERPASANGAN DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI FABEL

Cynthia Ratna Nugraha

Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan YASIKA Majalengka E-mail: cynthia.nugraha@gmail.com

ABSTRACT

Indonesian people must be ready to facing ASEAN Economic Community (AEC). Human resources from Indonesia will compete with another people in ASEAN. So, the youth generation must be smart, strong, and have personality values. The values could be sourced from Indonesian culture. The wisdom could be achieved by literature learning.

One of the literature studied is fables. Fables learning is mixing with paired storytelling technique. Learning is expected to be more interesting. Student are asked to retell fables in pairs. Then, each pair is asked to produce their best work. In addition, student are expected to be more interested in fables.

Keywords: learning, apreciation, fable, paired storytelling

ABSTRAK

Pendidikan merupakan salah satu jalan untuk menyiapkan generasi muda Indonesia agar siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Untuk menghadapi MEA, Indonesia perlu mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang cerdas, mampu bersaing, dan menerapkan nilai-nilai kepribadian bangsa. Hal tersebut bisa diraih dengan pembelajaran apresiasi sastra. Salah satu pembelajaran apresiasi sastra yang dipelajari di sekolah adalah teks fabel. Pembelajaran teks fabel dikolaborasikan dengan penggunaan teknik bercerita berpasangan agar pembelajaran lebih menarik minat peserta didik. Peserta didik diminta untuk meceritakan kembali isi teks fabel secara berpasangan. Dengan demikian, setiap pasangan didorong untuk menghasilkan karya terbaiknya. Pembelajaran teks fabel dengan menggunakan teknik bercerita berpasangan diharapkan mampu meningkatkan minat peserta didik terhadap fabel.

Kata Kunci: pembelajaran, apresiasi, teks fabel, bercerita berpasangan

Article Received: 01 Desember 2017, Review process: 06 Desember 2017, Accepted: 05 Januari 2018, Article published: 30 Januari 2018

(2)

PENDAHULUAN

Setelah terbentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), Indonesia membuka pintu perdagangan yang selebar-lebarnya dengan negara-negara ASEAN.

Hal tersebut juga berpengaruh pada interaksi masyarakat Indonesia dengan masyarakat dari negara-negara ASEAN. Kontak budaya yang terjadi antarmasyarakat dari negara-negara ASEAN pun akan semakin sering terjadi.

Sebagai bekal menghadapi MEA, Indonesia harus mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang cerdas, mampu bersaing, dan memahami nilai-nilai kepribadian bangsa.

SDM Indonesia harus mampu bertahan di tengah persaingan dengan SDM dari negara-negara ASEAN. Proses pendidikan dapat digunakan sebagai upaya membekali SDM Indonesia sejak dini dengan kemampuan-kemampuan tersebut.

Salah satu upaya untuk mewujudkan generasi yang cerdas, mampu bersaing, dan menerapkan nilai-nilai kepribadian bangsa yaitu dengan pembelajaran sastra. Salah satu bentuk pembelajaran sastra, dilakukan melalui kegiatan apresiasi sastra.

Melalui kegiatan apresiasi sastra, peserta didik diharapkan dapat menikmati dan menghargai karya sastra yang disajikan. Di samping itu, agar peserta didik mau mengapresiasi karya sastra, peserta didik harus merasa tertarik dengan karya sastra tersebut. Selanjutnya, peserta didik juga diharapkan mampu menemukan hubungan (relevansi) antara karya sastra dengan kehidupan nyata. Hal tersebut sesuai dengan langkah-langkah mengapresiasi sastra yang dijelaskan oleh Sumardjo dan Saini (1988: 174-175) yaitu (1) adanya keterlibatan jiwa dengan karya sastra; (2) memahami dan menghargai pengalaman yang terkandung dalam karya sastra; (3) menemukan relevansi pengalaman dalam karya sastra dengan kehidupan nyata.

Melalui langkah-langkah tersebut, peserta didik diharapkan mampu menyerap nilai- nilai yang terkandung dalam karya sastra dengan cara yang menyenangkan.

Di dalam Kurikulum 2013, pembelajaran sastra dilakukan melalui teks naratif.

Salah satu, teks yang dipelajari oleh peserta didik adalah teks fabel. Fabel adalah dongeng yang tokoh-tokohnya merupakan binatang. Dananjaja (2007: 86) menjelaskan bahwa fabel adalah dongeng binatang yang mengandung pelajaran moral karena binatang-binatang dalam fabel berbicara dan berperilaku seperti manusiaDi Indonesia, binatang yang sering menjadi tokoh sentral di dalam fabel adalah si Kancil.

(3)

berpasangan. Teknik bercerita berpasangan atau paired storytelling dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara peserta didik, pengajar, dan materi pembelajaran (Lie dalam Huda, 2011: 151). Teknik bercerita berpasangan cocok digunakan dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia karena menggabungkan kegiatan membaca, menulis, medengarkan, dan berbicara. Teknik bercerita berpasangan dapat diterapkan di semua tingkatan kelas. Bahan pelajaran yang cocok digunakan dengan teknik tersebut adalah bahan-bahan yang bersifat naratif dan deskriptif (Huda, 2011: 151).

Melalui teknik bercerita berpasangan, peserta didik akan dirangsang untuk mengambangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Dalam pengggunaan teknik bercerita berpasangan, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman peserta didik dan membantu peserta didik mengaktifkan skemata itu agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna (Isjoni, 2009: 70). Teknik tersebut juga memberi kesempatan pada peserta didik untuk belajar menggali dan mengolah informasi dalam rangka meningkatkan kemampuan berkomunikasi. Penerapan teknik bercerita berpasangan diharapkan menjadi salah satu alternatif pembelajaran teks fabel agar menjadi pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik.

METODOLOGI

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode penelitian yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah adalah deskriptif analisis. Dalam penelitian kualitatif, instrumen penelitian adalah diri peneliti sendiri. Peneliti melakukan studi pustaka terhadap referensi-referensi yang berkaitan dengan pembelajaran teks fabel dan teknik bercerita berpasangan. Setelah itu, peneliti merancang rencana pembelajaran teks fabel dengan menggunakan teknik bercerita berpasangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Teks fabel merupakan materi pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah menengah. Di dalam Standar Isi Kurikulum 2013 mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, teks fabel dipelajari di kelas VII. Kegiatan pembelajaran teks fabel meliputi kegiatan mengenali ciri fabel, menceritakan kembali isi fabel, menelaah struktur bahasa fabel, dan memerankan isi fabel. Teknik bercerita berpasangan dapat diterapkan dalam pembelajaran menceritakan kembali isi fabel. Langkah-langkah pembelajaran menggunakan teknik bercerita berpasangan adalah sebagai berikut.

(4)

1) Guru membagi bahan atau topik pembelajaran menjadi dua bagian.

2) Sebelum bahan pembelajaran dibagikan, guru memberikan pengenalan mengenai bahan yang akan dibahas hari itu.

3) Guru perlu menekankan bahwa dalam kegiatan pembelajaran peserta didik tidak perlu memberi prediksi yang benar-benar tepat. Peserta didik diminta untuk siap mengantisipasi bahan pembelajaran yang akan diberikan.

4) Peserta didik dipasangkan.

5) Bagian pertama dari bahan pembelajaran diberikan kepada peserta didik nomor satu sedangkan pasangannya (peserta didik nomor dua) menerima bagian kedua.

6) Peserta didik diminta membaca atau mendengarkan bahan pembelajaran tersebut.

7) Sambil membaca/mendengarkan peserta didik diminta mendaftar sejumlah kata atau frasa kunci yang terdapat dalam bagian masing-masing.

8) Setelah selesai membaca, peserta didik saling bertukar daftar kata-kata/frasa- frasa kunci dengan pasangannya masing-masing.

9) Sambil mengingat-ingat bagian yang telah dibaca/didengarkan sendiri, peserta didik berusaha mengarang bagian lain yang dibaca/didengarkan oleh pasangannya berdasarkan daftar kata-kata/frasa-frasa kunci dari pasangannya.

10) Peserta didik yang telah membaca/mendengarkan bagian pertama memprediksikan dan menulis apa yang terjadi selanjutnya sedangkan peserta didik yang membaca/mendengarkan bagian kedua memprediksikan apa yang terjadi sebelumnya.

11) Setelah selesai menulis, beberapa peserta didik diberi kesempatan untuk membacakan hasil karangan mereka. Versi karangan yang dibuat peserta didik tidak harus sama dengan bahan yang sebenarnya. Tujuan kegiatan ini bukanlah agar peserta didik dapat mendapatkan jawaban yang benar melainkan untuk memprediksi suatu kisah/bacaan.

12) Kemudian, guru memberikan bahan pembelajaran yang belum dibaca oleh peserta didik. Peserta didik membaca bagian tersebut.

13) Kegiatan ini dapat diakhiri dengan diskusi mengenai topik pembelajaran pada pertemuan hari itu.

Pembelajaran menceritakan kembali isi fabel meliputi tiga kegiatan pembelajaran, yaitu: (1) menentukan tokoh dan watak tokoh; (2) menentukan

(5)

Pembelajaran dimulai dengan meminta peserta didik untuk membaca fabel yang berjudul “Semua Istimewa”. Fabel tersebut menceritakan seekor katak bernama Ulu yang memiliki watak sombong dan menganggap dirinya yang paling istimewa. Akan tetapi, pada akhir cerita Ulu menyadari bahwa setiap binatang yang tinggal di hutan memiliki keistimewaannya masing-masing. Fabel “Semua Istimewa” menjadi bahan pembelajaran menceritakan kembali teks fabel.

Proses pembelajaran teks fabel juga menggunakan pendekatan saintifik yaitu kegiatan menggali informasi melalui mengamati, menanya, mengeksplorasi, menalar, dan mencoba (Harsiati, dkk. 2016: 12). Hal tersebut sesuai dengan penggunaan pendekatan pembelajaran yang diisyaratkan oleh Kurikulum 2013.

Dengan demikian penerapan teknik bercerita berpasangan juga harus dikombinasikan dengan pendekatan saintifik.

Sebelum memulai pembelajaran, guru harus membagi bahan pembelajaran menjadi dua bagian. Hal tersebut terkait dengan pelaksanaan teknik bercerita berpasangan yang mengharuskan peserta didik berpasangan dengan teman sekelasnya. Selanjutnya, langkah-langkah pembelajaran menceritakan kembali isi teks fabel dengan menggunakan teknik bercerita berpasangan yaitu sebagai berikut.

Tabel. Langkah-langkah Pembelajaran Teks Fabel dengan Menggunakan Teknik Bercerita Berpasangan

Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan awal 1. Guru menyapa peserta didik.

2. Guru mengecek kehadiran peserta didik.

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.

4. Guru menyampaikan manfaat mengapresiasi fabel.

5. Guru memotivasi peserta didik.

6. Peserta didik diberi penjelasan mengenai langkah- langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan.

7. Peserta didik diminta untuk berpasangan dengan teman sebangkunya.

Kegiatan inti MENGAMATI

8. Peserta didik diberi pengenalan mengenai fabel

“Semua Istimewa” yang akan diapresiasi.

(6)

Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran 9. Salah satu peserta didik diminta untuk tetap di kelas

sedangkan pasangannya diminta menunggu di luar kelas.

MENANYA

10. Peserta didik yang berada di dalam kelas diminta untuk membaca bagian pertama fabel “Semua Istimewa”. Sambil mendaftar sejumlah kata kunci yang terdapat dalam bagian fabel yang sedang dibacanya.

11. Setelah selesai, peserta didik diminta untuk menyimpan daftar kata kunci yang telah ia tulis dan menunggu di luar kelas.

12. Peserta didik yang belum mendengarkan diminta masuk ke kelas untuk membaca fabel “Semua Istimewa” bagian kedua sambil mendaftar sejumlah kata kunci yang terdapat dalam bagian fabel yang sedang dibacanya

MENCOBA

13. Setelah peserta didik selesai membaca, peserta didik yang berada di dalam kelas diminta untuk masuk ke kelas.

14. Peserta didik saling bertukar daftar kata kunci dengan pasangannya masing-masing.

15. Peserta didik menelaah kata-kata kunci yang diberikan pasangannya sebagai bahan untuk menceritakan fabel secara utuh.

MENALAR

16. Sambil mengingat-ingat bagian yang telah dibaca, peserta didik berusaha mengarang bagian lain yang didengar oleh pasangannya berdasarkan daftar kata kunci dari pasangannya.

17. Peserta didik yang membaca bagian pertama

(7)

memprediksikan dan menulis kejadian yang terjadi selanjutnya sedangkan peserta didik yang membaca bagian kedua memprediksikan kejadian yang terjadi sebelumnya.

MENGOMUNIKASIKAN

18. Peserta didik diberi kesempatan meceritakan kembali fabel “Semua Istimewa” secara utuh di muka kelas.

Kegiatan penutup 19. Guru dan peserta didik membahas fabel yang diapresiasi pada pertemuan hari itu.

20. Guru merefleksikan pembelajaran dengan cara lempar pertanyaan terhadap peserta didik.

21. Guru dan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran yang telah disampaikan.

SIMPULAN

Hal yang penting dalam pembelajaran apresiasi sastra adalah proses pembelajaran yang dinikmati peserta didik dengan rasa senang. Peserta didik yang merasa senang akan mampu memproses pengetahuan dan pengalaman baru yang disajikan kepadanya. Dengan penggunaan teknik bercerita berpasangan dalam pembelajaran naskah drama, peserta didik diharapkan merasakan adanya variasi dalam kegiatan pembelajaran. Peserta didik yang tidak merasa bosan dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan menghasilkan karya yang terbaik. Selain itu, dengan menceritakan kembali isi fabel, peserta didik juga mendapatkan kesempatan untuk menuliskan dan menceritakan hasi karyanya serta dapat bermanfaat bagi kehidupannya.

DAFTAR PUSTAKA

Danandjaja, James. (2007). Folklor Indonesia: Ilmu gosip, dongeng dan lain-lain.

Jakarta: Grafiti Pers.

Harsiati, T., Trianto, A., & Kosasih, E. (2016). Buku guru bahasa Indonesia untuk SMP/MTs kelas VII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Huda, Miftahul. (2011). Cooperative learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

(8)

Isjoni, H. (2009). Pembelajaran kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumardjo, J. dan Saini K.M. (1988). Apresiasi kesusastraan. Jakarta: Gramedia.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap evaluasi penelitian ini, dilakukan beberapa perbandingan hasil temu kembali pada kueri uji berdasarkan metode pembobotan TF- IDF, TF-RIDF dan TF-F1. Kueri yang

DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF

Menurut SNI 01-2973-1992 biskuit adalah produk yang diperoleh dengan memanggang adonan dari tepung terigu dengan penambahan makanan lain dan dengan atau tanpa penambahan

LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN BULANAN PT BANK MESTIKA

Padahal sekretaris adalah pekerjaan yang longtime (terus menerus) dan beban kerjanya bisa dikatakan berat tetapi upah yang diterima oleh sekretaris di Bank Syariah

Distribusi Responden Penelitian Berdasarkan Riwayat Cedera Kepala Pada gambar 3 dapat dilihat bahwa responden penelitian pada kelompok kasus memiliki hasil yang berbeda dengan

SMA Cenderawasih II adalah organisasi yang bergerak di bidang pendidikan. Untuk pencatatan pembayaran siswa pada tiap bulannya, baik yang sudah terjadwal maupun tidak oleh Bagian

Bila ada masalah pada keluarga Tn. A selalu dimusyawarahkan dengan anggota keluarga. Pengambil keputusan adalah Tn. A sebagai kepala rumah tangga. Keluarga mengatakan selama ini