• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP)"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP)

Tahun 2020

Pusat Teknologi Produksi Pertanian

(2)

KATA PENGANTAR

Salam sejahtera

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya Pusat Teknologi Produksi Pertanian - BPPT dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tingkat Eselon II Tahun Anggaran 2020.

Laporan Akuntabilitas Kinerja merupakan salah satu komponen dari Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang bertujuan untuk memberikan informasi yang terukur kepada pemberi manfaat serta upaya peningkatan kinerja yang berkesinambungan. Sesuai Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, dan Peraturan Menteri PAN dan RB No. 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah maka setiap Instansi Pemerintah, baik di pusat maupun di daerah, diwajibkan untuk menyusun laporan kinerjanya

PTPP-BPPT menyusun Laporan Akuntabilitas Tahun 2020 sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada

BPPT atas pelaksanaan tugas pokok melalui program dan kegiatan yang ditetapkan dalam dokumen Perjanjian Kinerja PTPP BPPT. Laporan Kinerja PTPP Tahun 2020 merupakan laporan tahun pertama dari RPJM 2020-2024 dengan 3 (tiga) sasaran kegiatan yang masing-masing terdiri dari 1 indikator kegi. Adapun sasaran kegiatan tersebut adalah: 1) Inovasi Teknologi Bahan Baku Obat, 2) Inovasi Riset Covid19 TF2 dan TF5, serta 3). Diseminasi Teknologi Produksi Pertanian.

Secara umum realisasi capaian kegiatan PTPP - BPPT Tahun 2020 dapt terpenuhi dengan baik.

Kami berharap laporan kinerja ini bermanfaat dan dapat dipergunakan oleh para pemangku kepentingan terkait di BPPT dan PTPP.

Tangerang Selatan, Januari 2021

Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian

Dr. Ir. Dudi Iskandar, M.For.Sc

(3)

BAB I

1.1 Penjelasan Umum Organisasi 1.2 Struktur Organisasi

(4)

1.3 Profil Sumber Daya Manusia

(5)

BAB II

2.1 Rencana Strategis Unit Kerja

Visi pembangunan Indonesia dalam 5 (lima) tahun kedepan 2020-2024 disebutkan dalam Rencana Pembangunan jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005- 2025 sebagai tahap akhir yaitu “Mewujudkan Masyarakat Mandiri, Maju, Adil, dan Makmur Melalui Percepatan Pembangunan di Berbagai Bidang dengan Menekankan Terbangunnya Struktur Perekonomian yang Kokoh Berlandaskan Keunggulan Kompetitif di berbagai Wilayah yang Didukung oleh SDM Berkualitas dan Berdaya Saing”. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun 2020- 2025 menjadi sangat penting karena merupakan tahapan terakhir dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025.

Dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional, Visi Indonesia 2020-2024 adalah Terwujudnya Indonesia Maju yang Berdaulat, Mandiri, dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong Royong yang dicapai melalui Misi Nawacita ke 2 antara lain Peningkatan Kualitas Manusia Indonesia, Struktur Ekonomi yang Produktif, Mandiri dan Berdaya Saing, Pembangunan yang Merata dan Berkeadilan, Mencapai Lingkungan Hidup yang Berkelanjutan, Kemajuan Budaya yang mencerminkan Kepribadian Bangsa, Penegakan Sistem Hukum yang bebas Korupsi Bermartabat dan Terpercaya, Perlindungan Bagi Segenap Bangsa dan Memberikan Rasa Aman pada Seluruh Warga, Pengelolaan Pemerintahan yang Bersih Efektif dan Terpercaya, Sinergi Pemerintah Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan.

Undang Undang No. 11 tahun 2019 (pasal 1) menyebutkan bahwa dalam penyelenggaraan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi salah satunya dapat dilaksanakan melalui aktivitas kegiatan pengkajian dan penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Sebagai salah satu lembaga yang melakukan fungsi tersebut, BPPT bertanggung jawab untuk ikut berkontribusi terhadap pembangunan nasional dengan mewujudkan inovasi melalui aktualisasi 7 (tujuh) peran yaitu perekayasaan, audit teknologi, kliring teknologi, alih teknologi, intermediasi, difusi, dan komersialisasi teknologi.

Sesuai dengan “Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 110 Tahun 2OO1 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 52 Tahun 2005”, BPPT mempunyai tugas “Melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengkajian dan penerapan teknologi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, BPPT mempunyai fungsi sebagai berikut:

1.

Koordinasi kegiatan fungsional dalam pelaksanaan tugas BPPT;

2.

Pemantauan, pembinaan dan pelayanan terhadap kegiatan instansi pemerintah dan swasta dibidang pengkajian dan penerapan teknologi dalam rangka inovasi, difusi, dan pengembangan kapasitas, serta membina alih teknologi;

3.

Penyelenggaraan pembinaan & pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi & tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, persandian, perlengkapan & rumah tangga. ?Berdasarkan tugas dan fungsi, kondisi umum, potensi, dan permasalahan

Visi BPPT saat ini adalah:

“Menjadi lembaga terdepan dalam pengkajian dan penerapan teknologi yang andal, profesional, inovatif, dan berintegritas untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong-royong”

Dalam rangka mewujudkan visi dan melaksanakan misi BPPT ke dalam program-program yang mendukung pembangunan nasional dan pembangunan bidang yang akan dilaksanakan, maka tujuan BPPT tahun 2020-2024 adalah sebagai berikut:

1. Menghasilkan Rekomendasi kebijakan di bidang teknologi sebagai landasan pembangunan nasional

2. Menghasilkan inovasi teknologi untuk peningkatan produktivitas pembangunan nasional

Sedangkan pengembangan IPTEK untuk ekonomi diarahkan pada peningkatan kualitas dan kemanfaatan IPTEK nasional dalam rangka mendukung daya saing secara global. Hal itu dilakukan melalui:

1. Peningkatan, penguasaan, dan penerapan IPTEK secara luas dalam sistem produksi barang/jasa;

2. Pembangunan pusat-pusat keunggulan IPTEK;

3. Pengembangan lembaga penelitian yang handal;

4. Perwujudan sistem pengakuan terhadap hasil pertemuan dan hak atas kekayaan intelektual;

5. Pengembangan dan penerapan standar mutu;

6. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM IPTEK;

7. Peningkatan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana IPTEK.

Pusat Teknologi Produksi Pertanian sebagai bagian dari BPPT memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:

Tugas Pokok

(6)

Pusat Teknologi Produksi Pertanian mempunyai tugas melaksanakan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi produksi pertanian

Fungsi

1.

Pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi produksi tanaman

2.

Pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi produksi peternakan

3.

Pelaksanaan pengkajian dan penerapan di bidang teknologi produksi perikanan

4.

Penyiapan bahan rumusan kebijakan teknologi produksi pertanian

5.

Pelaksanaan perencanaan, monitoring, dan evaluasi program dan anggaran di Pusat Teknologi Produksi Pertanian

Visi Pusat Teknologi Produksi Pertanian

Menjadi Pusat Unggulan Teknologi di bidang Produksi Pertanian yang mengutamakan kemitraan dan pemanfaatan hasil rekayasa teknologi secara maksimum (100, 50, 2025)

Misi Pusat Teknologi Produksi Pertanian

Dalam rangka mencapai visi tersebut, maka misi yang akan dilaksanakan Pusat Teknologi Produksi Pertanian adalah:

1.

Memacu perekayasaan teknologi di bidang produksi pertanian untuk meningkatkan daya saing industri. Kontribusi teknologi dalam sektor produksi pertanian relatif rendah. Oleh karena itu Pusat Teknologi Produksi Pertanian BPPT harus mampu meningkatkan kontribusi teknologi di dunia industri pertanian, sehingga semua hasil kegiatan BPPT harus ditindaklanjuti dengan pemanfaatan oleh industri. Hal ini dapat dicapai apabila rencana kegiatan berorientasi pada kebutuhan (demand driven);

2.

Memacu perekayasaan teknologi di bidang produksi pertanian untuk meningkatkan pelayanan publik instansi pemerintah. Meningkatkan pelayanan publik instansi pemerintah yang terkait dengan pengunaan teknologi dan produk terknologi yang State of the Art;

3.

Memacu perekayasaan teknologi di bidang produksi pertanian untuk meningkatkan kemandirian bangsa.

2.2 Sasaran Kegiatan

Sasaran kegiatan dari Pusat Teknologi Produksi Pertanian Tahun 2020 adalah sebagai berikut:

1. Dihasilkannya Inovasi Teknologi Produksi Bahan Baku Obat

2. Terlaksananya Kegiatan Inovasi Riset Covid19 TF2 dan TF5

3. Terlaksananya Difusi Teknologi Produksi Pertanian

2.3 Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan

Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan Pusat Teknologi Produksi Pertanian tahun 2020 adalah:

1 (satu) jumlah rekomendasi propagasi bibit tanaman meniran sebagai bahan baku obat terstandar

1 (satu) jumlah prototipe PCR test kit (TF2) dan mobile hand washer (TF5) untuk mendukung kegiatan TFRIC19

1 (satu) jumlah paket difusi teknologi produksi pertanian

2.4 Perjanjian Kinerja (PK)

No Sasaran Kegiatan Indikator Kinerja Target

1 Dihasilkannya Inovasi Teknologi Produksi Bahan Baku Obat

Jumlah rekomendasi propagasi bibit tanaman meniran sebagai bahan baku obat terstandar

1

2 Terlaksananya Kegiatan Inovasi riset Covid19 TF2 dan TF 5

Jumlah prototipe PCR test kit (TF2) dan mobile hand Washer (TFS) untuk mendukung kegiatan TRFIC19

1

3 Terlaksananya difusi Teknologi Produksi Pertanian

Jumlah paket difusi teknologi produksi pertanian 1

Kegiatan :

1 Pengkajian dan Penerapan Rp.3.736.000.000,-

(7)

2.5 Rencana Aksi Perjanjian Kinerja (RAPK)

No Sasaran Kegiatan

Indikator

Kinerja Target Uraian Target

Rencana Kinerja Rencana Anggaran Semester

Keterangan Pagu

Semester (Rp.)

I (%) II (%) I (%) II (%)

TW 1

TW 2

TW 3

TW 4

TW 1

TW 2

TW 3

TW 4 1 Dihasilkannya

Inovasi Teknologi Produksi Bahan Baku Obat

Jumlah rekomendasi propagasi bibit tanaman meniran sebagai bahan baku obat terstandar

1 Uji

pendahuluan propagasi;

Propagasi di rumah kaca;

Propagasi di lapangan;

Propagasi optimasi.

17 30 30 23 Rekomendasi propagasi bibit tanaman meniran sebagai bahan baku obat terstandar

2 Terlaksananya Kegiatan Inovasi riset Covid19 TF2 dan TF 5

Jumlah prototipe PCR test kit (TF2) dan mobile hand Washer (TFS) untuk mendukung kegiatan TRFIC19

1 Koordinasi dengan mitra TF2 dan TF5;

Rencana kegiatan pembuatan PCR test kit dan mobile hand washer;

Pembuatan prototipe PCR test kit dan mobile Hand Washer;

Monitoring dan evaluasi kegiatan pembuatan prototipe PCR test kit dan mobile hand washer;

Laporan kegiatan pembuatan prototipe PCR test kit dan mobile hand washer

;

5 15 75 5 1 (satu) prototipe PCR test kit (TF2) dan mobile Hand Washer (TF5) untuk mendukung kegiatan TRFIC19

3 Terlaksananya difusi Teknologi Produksi Pertanian

Jumlah paket difusi teknologi produksi pertanian

1 Koordinasi dengan mitra BPPT;

Proposal dan infografis

5 10 25 60 1 paket difusi teknologi produksi pertanian

(8)

panduan difusi teknologi pertanian;

Pelaksanaan difusi teknologi produksi pertanian;

Monitoring dan evaluasi kegiatan difusi teknologi produksi pertanian;

Laporan kegiatan difusi teknologi produksi pertanian.

(9)

BAB III

3.1 Ringkasan Capaian Kinerja

Pengukuran Kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program yang ditetapkan dalam mewujudkan tujuan dan visi instansi pemerintah. Pengukuran kinerja merupakan salah satu kegiatan manajemen kinerja untuk membandingkan kinerja yang dicapai dengan standar, rencana atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan (Pasal 1 butir 2, PermenPAN No. 09 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah).

Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang bersih, transparan dan akuntabel maka PTPP menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2020. Penilaian keberhasilan atau kegagalan program kegiatan didasarkan pada indikator kinerja yang tertera dalam Perjanjian Kinerja (PK) PTPP-BPPT Tahun 2020.

Adapun capaian kinerja sasaran kegiatan PTPP pada tahun 2020 adalah sebagai berikut:

1. Inovasi Teknologi Produksi Bahan Baku Obat tercapai sebesar 100%, yaitu diperoleh 1 (satu) rekomendasi propagasi bibit tanaman meniran sebagai bahan baku obat terstandar

2. Kegiatan Inovasi Riset Covid19 TF2 dan TF5 tercapai sebesar 100%, yaitu diperoleh 1 (satu) prototipe PCR test kit (TF2) dan mobile hand washer (TF5) untuk mendukung kegiatan TFRIC19

3. Difusi Teknologi Produksi Pertanian tercapai 100%, yaitu dilaksanakan 1 paket Diseminasi Teknologi Produksi Pertanian pada beberapa daerah di Indonesia

Rekapitulasi sasaran dan indikator kegiatan, target serta realisasinya ditampilkan pada tabel dibawah ini.

No Sasaran Kegiatan

Indikator

Kinerja Target Realisasi Keterangan

1 Dihasilkannya Inovasi Teknologi Produksi Bahan Baku Obat

Jumlah rekomendasi propagasi bibit tanaman meniran sebagai bahan baku obat terstandar

1 1 Telah diperoleh 1 (satu) rekomendasi propagasi bibit meniran sebagai bahan baku obat terstandar

2 Terlaksananya Kegiatan Inovasi riset Covid19 TF2 dan TF 5

Jumlah prototipe PCR test kit (TF2) dan mobile hand Washer (TFS) untuk mendukung kegiatan TRFIC19

1 1 Telah dilaksanakan kegiatan produksi PCR test kit serta mobile hand washer yang telah digunakan oleh mitra BPPT untuk mendukung kegiatan TFRIC19

3 Terlaksananya difusi Teknologi Produksi Pertanian

Jumlah paket difusi teknologi produksi pertanian

1 1 Telah dilaksanakan 1 (satu) paket kegiatan Diseminasi Teknologi Produksi Pertanian pada beberapa lokasi yaitu di Palembang, Gowa, Garut, Bogor, Purwokerto, Bantul (Yogyakarta), Batang, Pekalongan, Jakarta, Malang dan Gresik

3.2 Capaian Kinerja Unit Kerja

3.2.1 Sasaran Kegiatan 1: Dihasilkannya Inovasi Teknologi Produksi Bahan Baku Obat

3.2.1.1 Indikator Kinerja 1: Jumlah rekomendasi propagasi bibit tanaman meniran sebagai bahan baku obat terstandar

Uraian pelaksanaan kegiatan indicator kinerja 1 disertai dengan evidence data dukung

Penggunaan tanaman obat untuk mengatasi penyakit sudah lama dilakukan, sejak bertahun-tahun yang lalu. Tanaman obat merupakan dasar bagi perkembangan obat modern untuk kesehatan manusia (Ekwenye dan Njoku, 2006). Pengembangan dan penelitian obat tradisional (terutama herbal) sejalan dengan kebutuhan pasar nasional yang mulai memberi perhatian besar pada obat tradisional. Berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2013, 49% masyarakat Indonesia menggunakan ramuan obat tradisional untuk menjaga kesehatan dan kebugaran (Widyastuti et al, 2017).

Saat ini terdapat 206 industri farmasi (4 BUMN, 178 swasta nasional, 24 multinasional). Sebagian besar merupakan industri Formulasi dan 95%

(10)

kebutuhan bahan baku obat (BBO) tergantung impor. Pasar farmasi nasional tahun 2017 mencapai Rp 82 triliun atau 40% dari pasar Asean.

Pasar Bahan Baku Obat Kimia Nasional tahun 2016 adalah Rp. 17,09 T, diprediksi tahun 2020 meningkat menjadi Rp. 25,25 T. Hal ini merupakan peluang yang besar untuk mengembangkan inovasi teknologi yang berkaitan dengan penyediaan bahan baku obat, khususnya obat herbal terstandar.

Di antara tanaman yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai obat tradisional adalah meniran dan temulawak. Meniran hijau (Phyllanthus niruri L.) dan meniran merah (Phyllanthus urinaria L.) merupakan tanaman herba yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh dan mempunyai efek farmakologi sebagai antiinflamasi, antipiretik, diuretik, penambah nafsu makan, sakit kuning, malaria, batuk, dan disentri dengan kandungan kimia utama berupa flavanoid, lignan dan alkaloid (BPOM, 2006).

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) juga merekomendasikan 6 tanaman herbal untuk meningkatkan daya tahan tubuh melawan Covid- 19 salah satunya adalah meniran. Enam tanaman rekomendasi tersebut yaitu sambiloto, meniran, temulawak, kunyit, jahe, dan jambu biji (pom.go.id). Kebutuhan simplisia tanaman meniran oleh pabrik obat tradisional mencapai 20 ton per tahun (Kartasubrata, 2010; Muhammad, 2013).

Kualitas simplisia meniran ditentukan oleh kandungan senyawa penanda tunggal dari golongan lignan (Elfahmi, 2006; Murugaiyah, 2008).

Produksi kandungan bioaktif meniran dibutuhkan sebagai bahan baku obat yang keberadaanya harus tersedia terus menerus. Mengingat meniran masih dianggap sebagai tumbuhan liar dan dikelompokan sebagai gulma maka penelitian mengenai keberadaan meniran yang ada di alam maupun meniran yang sudah dibudidayakan perlu dilakukan. Produktivitas dan mutu bahan aktif tanaman obat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain: (1) lingkungan tumbuh, (2) sifat unggul tanaman (varietas), (3) ketersediaan unsur hara (pupuk), (4) perlindungan tanaman terhadap organisme pengganggu tanaman (OPT) dan (5) penanganan pasca panen. Inovasi teknologi budidaya tanaman obat sangat diperlukan untuk meningkatkan mutu bahan baku obat herbal baik secara kualitas maupun kuantitas.

Program ini merupakan bagian dari kegiatan Prioritas Riset Nasional (PRN) fokus riset Kesehatan, Tema Riset Teknologi Produksi Sediaan Obat (Berbasis Bahan Baku Alam) dan Bahan Baku Obat Dalam Negeri Untuk Penguatan Industri Farmasi Nasional, topik riset Produksi Bahan Baku Obat Herbal Terstandar & Fitofarmaka (RM- SDA).

Program kegiatan ini berada pada program Produk Obat Herbal Terstandar dan Fitofarmaka yaitu WBS 1. Bibit dan simplisia terstandar dengan koordinator Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Kementerian Pertanian. Kegiatan program Inovasi Teknologi Produksi Bahan Baku Obat Pusat Teknologi Produksi Pertanian, menjadi bagian dari WP 1.2. Penyediaan benih dan simplisia terstandar herba (temulawak, keladi tikus, pegagan, kumis kucing, rosela, seledri, meniran).

Ketersediaan bahan baku obat merupakan salah satu fokus bidang yang masuk dalam Prioritas Riset Nasional Tahun 2020 – 2024. Dalam rangka mendukung program tersebut dan dalam rangka melaksanakan fungsi PTPP sesuai PERKA BPPT tersebut maka, PTPP mempunyai kebijakan dalam mendukung pengkajian dan penerapan teknologi yang menghasilkan inovasi dan layanan teknologi untuk meningkatkan ketersediaan bahan baku obat herbal tersandar. PTPP akan melakukan kegiatan program Inovasi Teknologi Produksi Bahan Baku Obat yaitu mencakup inovasi teknologi budidaya tanaman obat meniran dan temulawak terstandar dengan produktivitas dan kandungan bahan aktif bermutu tinggi serta perakitan varietas unggul meniran.

Teknologi Propagasi Bibit Meniran

Banyak spesies Phyllantus dari family Euphorbiaceae yang terdistribusi di sebagian besar negara tropis, namun Phyllantus niruri L. (meniran hijau) dan Phyllantus urinaria L (meniran merah) merupakan dua spesies yang biasa digunakan dalam pengobatan dimana meniran hijau lebih sering digunakan dalam pengobatan dibandingkan dengan meniran merah (Oktavidiati, 2012).

Meniran hijau juga merupakan spesies perintis yang pertama muncul diawal musim hujan. Tumbuh di tanah basah dan tanaman dewasa mentolerir kondisi tergenang air selama beberapa tahun tanpa kematian. Tanaman ini merupakan tanaman liar yang belum dibudidayakan sehingga pelru dilakukan optimasi budidaya. Pada prakteknya, penyediaan bibit meniran membutuhkan tahapan yang memerlukan standar untuk memperoleh hasil optimal.

Gambar 3.1. Alur penyediaan bibit meniran

Benih/biji meniran yang akan ditanam terlebih dahulu direndam pada air steril selama 5 jam dan dipisahkan antara benih yang tenggelam dan mengapung. Benih yang digunakan untuk semua perlakuan adalah benih yang tenggelam (bernas). Kemudian biji yang telah dipisahkan dari kotorannya lewat cara perendaman di tiriskan dan direndam kembali kedalam air panas t 40°C selama 16 jam (dibiarkan hingga dingin). Adapun beberapa perlakuan selain air panas seperti yang tercantum pada tabel dibawah ini dapat dipertimbangkan untuk dipergunakan.

Tabel 3.1. Perlakuan perendaman benih meniran

(11)

Gambar 3.2. Perendaman biji meniran

Setelah proses perendaman, biji ditiriskan kemudian dicampurkan secara homogen dengan pasir halus kering dengan perbandingan 1:10 , dimana 1 bagian biji meniran dan 10 bagian pasir , tujuannya untuk memudahkan penaburan biji meniran kedalam lahan yang akan ditanami.

Biji meniran yang digunakan dalam produksi biomass adalah biji meniran hijau (Phyllantuhs niruri L). Sehubungan belum diproduksinya biji /benih meniran secara mandiri, maka sebagai biji semai digunakan biji yang ada di pasaran (dibeli dari Jember) yang kemudian dilakukan pengujian kualitas benih dengan hasil seperti tertera pada tabel dibawah ini.

Tabel 3.2 Pengujian kualitas biji meniran

Berdasarkan data Tabel 1 dan 2 , dapat dihitung bahwa dalam 1 gr biji kering (berat kotor) meniran = 12/0,02 x 20% = 120 butir biji tenggelam dan biji yang tumbuh sekitar = 120 x Faktor (R) perendaman air panas (16,5 %) = 20 butir, sehingga dapat dirumuskan seperti dalam persamaan dibawah ini

B = W x 120 x R Dimana :

B = Jumlah butir biji berkecambah, W= Berat biji kering kotor meniran, R= Faktor perendaman

Mempersiapkan Lahan tanam

Aerasi dan drainase media merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan keberhasilan perkecambahan, untuk mencapai tujuan ini maka tanah perlu diolah/digemburkan. Ada 2 (dua) sistim yang digunakan dalam produksi biomass meniran yaitu penanaman dengan sistim larikan dan sistim mulsa.

Gambar 3.3. Mempersiapkan lahan untuk penanaman biji meniran tanpa mulsa atau dengan mulsa plastik

Kerapatan biji meniran

Dalam beberapa pengujian, kerapatan biji meniran sangat mempengaruhi jumlah produksi biomass, membantu tegakan tanaman meniran agar tidak rubuh dan menjaga kelembaban tanah karena tertutup tajuk tanaman.

(12)

Gambar 3.4. Sistim larikan (kiri) dengan kerapatan 2,5 gr/m, sistim mulsa (kanan) dengan kerapatan tanaman 0,3 gr /lubang (d 6,5 cm)

Untuk sistim larikan berat biji yang ditebarkan adalah 2,5 gr per meter panjang larikan dan jarak antar larikan adalah 10 cm. Sedangkan untuk sistim mulsa plastic diambil 0,3 gr biji perlubang dengan diameter lubang 6,5 cm dan jarak antar pusat lubang adalah 10 cm.

Gambar 3.5. Tanaman meniran yang ditanam dengan sistim tugal (satu lubang satu tanaman)

Pemupukan

Budidaya meniran dengan menggunakan NPK 750 kg/ha menghasilkan tinggi tanaman maupun berat basah tajuk yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Secara umum perlakuan NPK (dengan ataun tanpa pupuk kandang) memberikan hasil yang lebih baik dalam pertumbuhan tinggi tanaman dan biomassa (bobot tajuk dan akar)

Gambar 3.6. Grafik tinggi tanaman, bobot , kandungan kuercentin dan filantin

Sistem pengairan a. Terkontrol

Sistim Irigasi tetes (Drip irrigation) membantu menjaga ketersedian air dimusim kemarau pada pertanian lahan terbuka (outdoor farming) maupun lahan tertutup (indoor farming), karena tanaman meniran menyukai tanah yang lembab (basah), dengan irigasi tetes air didistribusikan langsung ke tanah di dekat akar melalui alat khsus pelepas air lambat.

Gambar 3.7. Sistem irigasi tetes

b. Tergantung pada curah hujan

Untuk budidaya yang mengandalkan cura hujan, budidaya dilakukan pada saat masuk awal musim hujan, sehingga diperlukan data perkiraan curah hujan dengan melihat laju persipitasi (meteorology), untuk daerah Tangerang selatan seperti yang terlihat pada grafik dibawah ini , maka penanaman sebaiknya tidak dilakukan pada bulan Juni, Juli, Agustus dan September

(13)

Gambar 3.8. Laju persipitasi (meteorology) Tangerang selatan

Pengendalian gulma

Tanaman meniran termasuk tanaman gulma, tetapi dalam budidaya tanaman obat ini maka tanaman meniran yang akan dijaga dari golongan gulma lainnya. Salah satu cara pengendalian gulma adalah dengan cara mencabut untuk merusak gulma dan melepaskannya dari tanah tempat tanaman budidaya tumbuh. Penyiangan yang tepat dilakukan sebelum tajuk gulma menghentikan penyerapan zat zat makanan dari akar, terutama pada sistim budidaya tanpa menggunakan mulsa plastik.

Gambar 3.9. Tanaman meniran yang bercampur gulma

Selain itu juga dapat digunakan Mulsa Plastik Hitam Perak (PHP) yang dapat membantu pengendalian hama thrips selain fungsinya sebagai pengendali gulma. Dengan menggunakan mulsa tadi lingkungan sekitar tanaman menjadi panas dan pantulan cahaya yang silau menjadikan membuat thrips tidak menyerang.

Waktu pemasangan mulsa untuk tanaman meniran dilakukan pada periode awal penebaran biji. Setelah mulsa terpasang biasanya gulma-gulma hanya tumbuh didalam lingkaran lubang mulsa dan mudah untuk dikontrol /dicabut, selanjut jika tanaman meniran sudah mulai dewasa maka gulma disekitarnya akan kalah . Mulsa plastik ini dapat digunakan sampai 12 x musim tanam (siklus produksi hingga panen per 3 bulan) atau 3 tahun.

Gambar 3.10. penanaman meniran dengan mulsa plastic

Gambar 3.11. penanaman meniran tanpa mulsa plastic (sistim larikan)

Dari hasil penelitian yang dilakukan WP 2.1 Teknik Propagasi Meniran menujukan bahwa sistim larikan menghasilkan biomass lebih banyak tetapi penyiangan gulma juga cukup sering , dibandingkan dengan menggunakan mulsa plastic akan tetapi pekerjaan penyiangan gulma jarang dilakukan. Grafik berat biomass antar pelakuan dapat dilihat seperti gambar dibawah ini :

(14)

Gambar 3.12. Grafik berat biomass vs perlakuan

Panen

Tidak membutuhkan waktu lama untuk memanen tanaman meniran, kira-kira dalam waktu 2 hingga 3 bulan tanaman meniran sudah dapat dipanen. Tanamanan yang siap dipanen adalah daun yang sudah berwarna hijau tua hampir menguning, dan bagian buah agak keras jika ditekan. Meniran yang sudah dipanen harus segera dikeringkan dalam beberapa jam. Pengeringan dapat dilakukan dengan pencahayaan matahari langsung atau menggunakan oven. Setelah itu jika sudah kering, meniran dikemas ke dalam wadah yang kedap udara. Pengemasan dengan cara tersebut dapat mencegah simplisa dari jamur yang kemungkinan tumbuh (menurunkan kuallitas herbal meniran)

Gambar 3.13. Panen dan sortasi tanaman meniran

Tabel 3.3. Capaian Kinerja Sasaran Kegiatan 1, Indikator Kinerja 1

Tabel 3.4. Kriteria indikator SMART pada kegiatan Inovasi Teknologi Produksi Bahan Baku Obat

(15)

Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun ini

Sasaran Kegiatan dari Pusat Teknologi Produksi Pertanian adalah Inovasi teknologi bahan baku obat dengan indikator kinerja Tahun 2020 adalah rekomendasi propagasi bibit tanaman meniran sebagai bahan baku obat terstandar. Rekomendasi propagasi bibit meniran tersebut telah melalui berbagai uji yaitu kualitas benih, kerapatan tanam, pemupukan, sistem pengairan, pengendalian gulma dan pemanenan. Hasil pengujian menunjukkan bahwa dengan standar operasional prosedur propagasi bibit yang tepat dapat diperoleh meniran dengan biomass dan kandungan metabolit sekunder yang cukup tinggi untuk bahan baku obat terstandar.

Berdasarkan uraian tersebut di atas diketahui bahwa realisasi kinerja tahun ini untuk kegiatan Inovasi teknologi produksi bahan baku obat adalah sebesar 100% yaitu diperoleh 1 (satu) rekomendasi propagasi bibit meniran sebagi bahan baku obat terstandar sebagaimana yang tercantum dalam perjanjian kinerja PTPP Tahun 2020.

Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

Realisasi serta capaian kinerja tahun 2020 pada kegiatan Inovasi Teknologi Produksi Bahan Baku Obat adalah sebesar 100%, yaitu menghasilkan 1 rekomendasi propagasi bibit tanaman meniran sebagai bahan baku obat terstandar dari 1 target yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja PTPP.

Kegiatan Inovasi Teknologi Produksi Bahan Baku Obat baru dilaksanakan pada tahun 2020, dan menjadi bagian dari kegiatan PRN bidang Kesehatan tahun 2020-2024. Berdasarkan realisasi kegiatan yang telah dicapai memberikan hasil yang cukup baik sebagai awal dari kegiatan selanjutnya, namun belum dapat dibandingkan dengan kinerja tahuun-tahun sebelumnya.

Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis

Ketersediaan bahan baku obat merupakan bagian dari program Prioritas Riset Nasional (PRN) fokus riset Kesehatan Tahun 2020-2024, yang mana meniran menjadi salah satu komoditas yang dikembangkan. Realisasi kinerja Tahun 2020 berupa 1 (satu) rekomendasi propagasi bibit meniran sebagai bahan baku obat terstandar telah sesuai dengan target jangka menengah dalam dokumen perencanaan strategis yaitu tercapainya rekomendasi teknik propagasi bibit meniran. Persentase pencapaian adalah 20% dari target jangka menengah kegiatan PRN fokus riset Kesehatan

Tahun 2020 : 1 (satu) rekomendasi propagasi bibit meniran sebagai bahan baku obat terstandar

Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional (jika ada)

Saat ini belum ada standar nasional untuk teknik propagasi bibit meniran sehingga kinerja yang dicapai dapat dianggap merupakan pioneer dalam standard operational procedure propagasi bibit meniran di Indonesia

Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan

Faktor penyebab keberhasilan kinerja:

1.

PTPP memiliki teknologi dan peralatan yang memadai untuk melakukan kegiatan pengembangan teknologi produksi bahan baku obat

2.

PTPP memiliki SDM yang kompeten dalam bidang teknologi produksi bahan baku obat

3.

Dukungan pimpinan, mitra dan ktersediaan dana terhadap kegiatan pengembangan teknologi produksi bahan baku obat yang dilakukan PTPP

Faktor yang menghambat pencapaian kinerja adalah:

(16)

Adanya rekayasa Work From Ofiice (WFO) dan Work From Home (WFH) karena pandemi Covid19 pada akhir Triwulan 1 sehingga terdapat pergeseran waktu pelaksanaan pekerjaan yang mengakibatkan target perubahan waktu capai pekerjaan meskipun pada akhir Tahun 2020 keseluruhan target kegiatan dapat direslisasikan.

Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya Efisiensi Penggunaan SDM :

Seluruh SDM sudah terlibat aktif dalam kegiatan dan tersusun dalam WBS. Masing-masing personel dalam WBS melakukan tugas dan fungsinya berdasarkan struktur WBS yang meliputi kepala progam, chief engineering, progam manajer, group leader, leader dan engineering staff.

Efisiensi Penggunaan Keuangan :

Efisiensi penggunaan anggaran dilakukan dengan mempertimbangkan pada prioritas target kinerja kegiatan Inovasi Bahan Baku Obat. Namun dengan adanya wabah covid19, menyebabkan pengalihan dana Inovasi BBO pada kegiatan riset covid19.

Efisiensi Penggunaan Laboratorium

Peralatan dalam laboratorium pertanian sudah digunakan secara maksimal untuk memperoleh data pengujian teknik propagasi bibit tanaman meniran seperti Spektrofotometer UV vis, HPLC, lahan percobaan dan greenhouse untuk pengujian tanaman meniran.

Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja

Peningkatan produksi dan bahan aktif temulawak serta karakterisasi morfologi meniran hasil eksplorasi

3.2.2 Sasaran Kegiatan 2: Terlaksananya Kegiatan Inovasi riset Covid19 TF2 dan TF 5

3.2.2.1 Indikator Kinerja 1: Jumlah prototipe PCR test kit (TF2) dan Mobile Hand Washer (TF5) untuk mendukung kegiatan TRFIC19

Uraian pelaksanaan kegiatan indicator kinerja 1 disertai dengan evidence data dukung

A. Prototipe PCR test kit (TF2)

BPPT mendukung setiap upaya pemerintah dalam pencegahan penyebaran dan/atau penularan dan penanggulangan wabah COVID-19. Salah satu kegiatan yang dilakukan oleh BPPT adalah inovasi teknologi produksi kit deteksi COVID-19 untuk dapat melakukan deteksi dini COVID-19.

Kegiatan yang dilakukan meliputi penelitian, pengkajian dan perekayasaan teknologi test kit RT-PCR yang dapat digunakan pada sampel saliva, sample swab naso/orofaring pasien positif pasien COVID-19. PTPP berperan serta dalam mendukung kegiatan produksi 4000 test kit RT-PCR.

Diagnostic qualitative PCR (PCR kualitatif diagnostik) digunakan untuk mendeteksi dengan cepat asam nukleat yang menjadi penanda diagnosis, misalnya, penyakit menular, kanker, dan kelainan genetik. Penggunaan tes PCR kualitatif di laboratorium mikrobiologi klinis telah meningkatkan diagnosis penyakit menular secara signifikan, dan digunakan sebagai alat untuk diagnosis penyakit yang baru muncul, seperti strain flu baru serta coronavirus. Pada 8 Januari 2020, penyebab pneumonia parah yang sebelumnya tidak diketahui berhasil diidentifikasi sebagai virus yang dinamai (sementara) 2019-nCoV. Pada tanggal 12 Februari 2020 International Committee on Taxonomy of Viruses secara resmi menamai 2019-nCoV sebagai virus SARS-CoV-2, dan pada hari yang sama WHO resmi menamakan penyakit yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 sebagai coronavirus disease 2019 (COVID-19). SARS-CoV-2 berkerabat dekat dengan SARS-CoV original. Virus ini diduga berasal dari hewan (zoonosis). Analisis genetik telah membuktikan bahwa virus corona secara genetik termasuk dalam cluster genus Betacoronavirus, dalam subgenus Sarbecovirus (lineage B), bersama dua strain lain yang berasal dari kelelawar. Virus ini 96% identik pada level whole genom dengan sampel virus korona kelelawar lainnya (BatCov RaTG13) (Rathore & Ghosh, 2020). Protein struktural SARS-CoV-2 antara lain membran glikoprotein (M), Envelope (E), Nukleocapsid (N), dan Spike (S). Protein M SARS-CoV-2 memiliki 98,6% kemiripan dengan protein M SARS-CoV kelelawar, memiliki 98,2%

homologi dengan SARS-CoV trenggiling, dan memiliki 90% homologi dengan protein M SARS-CoV; namun hanya 38% kemiripannya dengan protein M MERS-CoV (Thomas, 2020).

Metode standar yang direkomendasikan oleh WHO dalam deteksi COVID-19 adalah real time reverse transcription PCR (rRT-PCR). Karena genom virus SARS-CoV-2 adalah RNA, maka tahapan reaksi diawali dengan mengubah gen target menjadi cDNA dengan bantuan enzim reverse transcriptase. Tes ini biasanya dilakukan pada sampel pernapasan yang diperoleh dengan swab nasofaring; namun, sampel usap hidung atau dahak juga dapat digunakan. Beberapa metode pengujian yang dikembangkan di berbagai negara dan direkomendasikan WHO dalam booklet WHO in-House Assays menggunakan target gen E, Rdrp, N, Orf1ab, Spike dan ORF1b-nsp14 (World Health Organisation, 2020). Hasil uji dari berbagai merek perusahaan dan metode pengambilan sampel menunjukkan bahwa sensitivitas rata-rata untuk uji ini adalah 95,2% (antara 68% - 100%) dan spesifisitas rata-ratanya adalah 98,9% (antara 92% - 100%) (Dinnes dkk, 2020). Sementara cara pengambilan sampel yang berbeda menghasilkan sensitivitas pengujian 63% untuk swab nasal, 32% untuk swab faring, 48% untuk feses, 72-75% untuk dahak, dan 93-95% untuk bronchoalveolar lavage (Ghoshal, Vasanth, & Tejan, 2020).

(17)

Gambar 3.15. Alignment primer dan probe pentarget gen Rdrp dengan genom virus SARS-CoV-2 isolat Indonesia yang ada di database GISAID (GISAID Initiative, 2020)

Gambar 3.16. Analisa deteksi gen Rdrp dengan primer TFRIC7 dengan variasi copy number. Jumlah copy number terrendah yang terdeteksi adalah 30 copy number

Kit Real Time PCR yang dihasilkan oleh PTFM menggunakan primer yang didesain untuk mentarget gen Rdrp dan N, dengan internal control menggunakan gen Rpp30 pada manusia. Alignment antara primer yang digunakan dalam kit Real Time PCR ini dengan gen Rdrp dan N dari isolat Indonesia yang ada dalam database GISAID (GISAID Initiative, 2020) menunjukkan bahwa sekuens primer yang digunakan dalam kit ini sesuai dengan urutan gen virus isolat Indonesia (Gambar 12 dan Gambar 13). Pengujian kit juga menunjukkan hingga 30 copy number gen target dapat terdeteksi oleh primer yang digunakan, baik pada gen Rdrp (Gambar 14) maupun N (Gambar 15). Validasi dalam skala terbatas juga manunjukkan hasil yang sesuai antara kit hasil desain PTFM dengan kit komersial. Belum dilakukan perbandingan sensitivitas maupun spesifisitas terhadap sampel yang berbeda (swab, saliva, faeces, dan lainnya).

Gambar 3.17. Analisa deteksi gen N dengan primer TFRIC8 dengan variasi copy number. Jumlah copy number terendah yang terdeteksi adalah 30 copy number

Gambar 3.18. Prototype 1 Kit qPCR BPPT

Prototype Kit Real Time PCR yang dibuat, terdiri dari 6 tabung (Gambar 3.18) dengan isi sebagaimana dicantumkan dalam Tabel 3.5. Hasil pengujian template kontrol positif yang digunakan menunjukkan hasil sebagaimana ditunjukkan dalam Gambar 3.19.

(18)

Tabel 3.5. Komposisi Prototype Kit Real Time PCR

Gambar 3.19. Hasil pengujian template kontrol positif prototype Kit Real Time PCR

Real Time PCR merupakan salah satu metode diagnostik yang semakin luas digunakan, karena kemampuannya secara spesifik mendeteksi keberadaan pathogen, maupun mengkuantifikasinya berdasarkan jumlah material genetic yang dapat teramplifikasi oleh primer dan terdeteksi oleh probe spesifik. Kit Real Time PCR yang didesain oleh PTFM BPPT mampu mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV-2 pada pengujian dengan sampel terbatas. Masih diperlukan validasi dengan jumlah sampel lebih besar untuk membuktikan spesifisitas dan sensitivitasnya.

B. Prototipe Mobile Hand Washer (TF5)

Sars cov-2 penyebab wabah covid19 merupakan virus menular yang mudah menempel pada permukaan kulit dan tangan dan berpotensi menginfeksi seseorang jika virus tersebut masuk ke dalam tubuh. Salah satu rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk mencegah penyebaran virus covid19 adalah penerapan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir selama 20 detik untuk membunuh bakteri dan virus. Namun keberadaan sarana cuci tangan (hand washer) pada fasilitas umum di Indonesia yang masih belum memadai sangat memprihatinkan ditengah pandemi covid19.

Dalam rangka mendukung upaya pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid19, BPPT membentuk tim Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk Penanganan COVID-19 (TFRIC19) dengan berpartisipasi melaksanakan rekayasa mobile hand washer. Mobile hand washer yang dikembangkan oleh BPPT merupakan tempat cuci tangan portable berkapasitas 300 liter, berbahan besi siku, dilengkapi wastafel dan sabun cuci tangan dengan pedal injak otomatis, tempat tisu dan tempat sampah.

Gambar 3.20. Desain Mobile Hand Washer (MHW) BPPT

Pada pelaksanaan distribusi mobile hand washer, BPPT bekerjasama dengan rumah sakit pemerintah yang ditugaskan melayani pasien covid19, diantaranya RS Persahabatan dan RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta. Untuk kedua rumah sakit tersebut telah diserahkan masing-masing 2 mobile hand washer yang telah berfungsi dan digunakan oleh lingkungan rumah sakit. Dengan desain yang efisien dan mudah dibuat diharapkan mobile hand washer hasil rekayasa BPPT dapat menjadi rujukan mobile hand washer lainnya.

(19)

Gambar 3.21. Serah terima Mobile Hand Washer di RSPAD Gatot Soebroto dan RS Persahabatan, Jakarta

Gambar 3.22. Berita Acara Serah Terima (BAST) Mobile Hand Washer dan ucapan terima kasih dari RS Persahabatan

Gambar 3.23. Berita Acara Serah Terima Mobile Hand Washer untuk RSPAD Gatot Soebroto

Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun ini

(20)

Indikator kinerja kegiatan Inovasi riset covid19 TF2 dan TF5 adalah jumlah prototipe test kit (TF2) dan mobile hand washer (TF5) untuk mendukung kegiatan TFRIC19. PTPP berperan serta dalam mendukung produksi 1 (satu) prototipe test kit sebanyak 4000 buah dan mendukung produksi 1 (satu) prototipe mobile hand washer sebanyak 4 buah. Secara akumulasi sampai akhir tahun 2020 target kegiatan telah tercapai 100% yaitu dihasilkan 1 (satu) prototipe test kit RT-PCR sebanyak 4000 buah dan 1 (satu) prototipe mobile hand washer sebanyak 4 buah.

Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

Realisasi capaian kinerja tahun 2020 pada kegiatan Inovasi Teknologi Produksi Bahan Baku Obat adalah sebesar 100%, yaitu PTPP mendukung produksi 1 (satu) prototipe test kit RT-PCR (TF2) sebanyak 4000 buah serta (satu) prototipe mobile hand washer (TF5) sebanyak 4 buah.

Kegiatan Inovasi Riset Covid19 TF2 dan TF5 baru dilaksanakan pada tahun 2020, dan menjadi bagian dari kegiatan Task Force Riset dan Inovasi Teknologi untuk penanganan Covid19 (TFRIC-19). Berdasarkan realisasi kegiatan yang telah dicapai memberikan hasil yang cukup baik, namun belum dapat dibandingkan dengan kinerja tahun-tahun sebelumnya.

Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis

Kit Real Time PCR yang didesain oleh BPPT didasarkan pada sekuen genom virus SARS-Cov2 yang beredar di Indonesia dan diharapkan mampu mendeteksi keberadaan virus SARS-CoV-2 pada pengujian dengan sampel terbatas. Namun demikian, masih diperlukan validasi dengan jumlah sampel lebih besar untuk membuktikan spesifisitas dan sensitivitasnya.

Prototipe mobile hand washer telah diserahkan kepada rumah sakit pemerintah rujukan Covid19 dan dapat berfungsi dengan baik. Desain mobile hand washer hasil rekayasa BPPT yang efisien dan mudah dibuat diharapkan dapat menjadi rujukan mobile hand washer lainnya.

Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional (jika ada)

Realisasi kinerja Tahun 2020 berupa 1 (satu) prototipe test kit RT-PCR sebanyak 4000 buah dan 1 (satu) prototipe mobile hand washer sebanyak 4 buah tidak dapat dibandingkan dengan standar nasional karena belum terdapat standar dalam memproduksi test kit real time RT-PCR untuk covid19 dan mobile hand washer.

Analisis penyebab keberhasilan/kegagalan atau peningkatan/penurunan kinerja serta alternatif solusi yang telah dilakukan

Faktor penyebab keberhasilan kinerja:

Dukungan pimpinan BPPT, peneliti dan perekayasa, tenaga medis dan rumah sakit mitra yang bekerja sama dengan baik dalam mendukung terlaksananya kegiatan inovasi riset covid19 TF2 dan TF5 untuk program TFRIC19.

Faktor yang menghambat pencapaian kinerja adalah:

1.

Adanya keputusan penganggaran riset covid19 ditengah tahun berjalannya kegiatan dengan dana yang terbatas menyebabkan perencanaan kegiatan tidak optimal

2.

Bahan baku komponen reagents yang masih impor dan berebut diantara pengembang kit deteksi covid19 di dunia menyebabkan ketersediaannya terbatas dan proses pengadaan menjadi lama.

3.

Industri pendukung reagents deteksi PCR Covid-19 terkait belum berkembang, sehingga harga bahan baku dan reagents masih mahal dan menyababkan pembengkakan anggaran

Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya Efisiensi Penggunaan SDM :

SDM perekayasa bagi dalam sistem matriks dan diorganisasi dalam sebuah organisasi kerekayasaan. Setiap pekerjaan dibagi habis kepada semua anggota perekayasa sesuai dengan kompetensi masing-masing dan difokuskan pada kegiatan penanganan covid19.

Efisiensi Penggunaan Keuangan :

Efisiensi penggunaan anggaran dilakukan dengan mempertimbangkan pada prioritas dan rasionalitas kegiatan dengan mengutamakan pada riset dan inovasi penanganan covid19.

Efisiensi Penggunaan Laboratorium

Alat laboratorium digunakan secara maksimal dan kemampuan penuh untuk menunjang pelaksanaan riset covid19.

Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja

3.2.3 Sasaran Kegiatan 3: Terlaksananya Difusi Teknologi Produksi Pertanian

3.2.3.1 Indikator Kinerja 1: Jumlah paket difusi teknologi produksi pertanian

(21)

per hari untuk rata-rata kecukupan energi dan 57 kkal untuk rata-rata kecukupan protein per orang per hari. Saat ini, target tersebut belum tercapai, sehingga masih terus diperjuangkan mengingat pola pangan hewani dari daging, telur, susu dan ikan secara keseluruhan baru mencapai 95,9 gram/kapita/tahun, masih jauh di bawah angka harapan yaitu sebesar 150 gram/kapita/tahun.

Kecukupan gizi protein tersebut juga harus di barengi dengan kebutuhan gizi lainnya dari sayuran, hortikultura dan buah-buahan untuk menghasilkan sumber daya manusia sehat yang potensial pembangunan menghadapi perkembangan zaman dan revolusi industry. Peningkatan penduduk yang tersebar diperkotaan juga menjadi tantangan dalam mengembangan produksi pertanian ini. RPJMN 2020-2024 telah ditargetkan peningkatan produksi ikan dan konsumsi daging nasional. Produksi perikanan ditargetkan meningkat dari 14,8 juta ton menjadi 20,4 juta ton dan konsumsi ikan meningkat dari 58,3 kg/kapita menjadi 60,9 kg/kapita/tahun pada tahun 2024. Demikian pula dengan peternakan, Konsumsi daging ditarget kan sebesar 7,1 Kg/Kapita/tahun pada tahun 2020 dan 9.7 Kg/kapita/tahun pada tahun 2024. Undang-Undang Nomor 18 tahun 2002, Pemerintah dan Pemerintah Daerah berkewajiban mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk peningkatan Produksi Pangan.

Pada Tahun 2020, BPPT melalui Pusat Teknologi Produksi Pertanian (PTPP) telah menghasilkan berbagai inovasi bidang pertanian, peternakan dan perikanan yang didisemiasikan kepada masyarakat untuk menunjang kecukupan pangan protein hewani dan nabati. Demikian juga dengan teknologi urban farming yang dapat dikembangkan masyakat perkotaan sebagai solusi atas keterbatasan lahan pertanian.

1. Diseminasi Teknologi Pakan Lokal dan Hijauan Makanan Ternak Unggul untuk Pengembangan Ternak Ruminansia Di Kota Palembang

Kegiatan Diseminasi Teknologi Pakan Lokal dan Hijauan Makanan Ternak Unggul Untuk Pengembangan Ternak Ruminansia di Kota Palembang diselenggarakan pada tanggal 22 September 2020 dengan format tatap muka dengan menerapkan protocol kesehatan covid 19, disediakan hand washer dan hand sanitaizer, peserta wajib bermasker dan menjaga jarak. Kegiatan diikuti sekitar 50 peserta dan dihadiri oleh wakil ketua komisi VII Bapak Ir. H. Alex Noerdin, Assisten I Pemkot Palembang, Kepala Dinas Pertanian dan ketahanan pangan Kota Palembang, Camat Sukaramai, Kepala Desa Talang Betutu dan dari pihak BPPT ikut hadir Kepala Bidang Program dan Anggaran PTPP, RORENKEU, HKH, Biro Umum-BMN.

Dalam kegiatan ini juga diserahkan 10 unit mesin pengolah pakan yang berfungsi sebagai perajang (chopper) dan menghancur bijian (hammer mill) kepada sepuluh kelompok ternak di kota Palembang, dan 1 unit mesin pengolah biji kopi.

Acara utama dalam kegiatan ini adalah pelatihan Teknologi peternkan yang diisi oleh tiga Nara Sumber yaitu: Dr. Najib Asmani tentang pentingnya pertanian yang berkelanjutan, dan dua dari Pusat Teknologi Produksi Pertanian – BPPT tentang teknologi budi daya hijauan pakan oleh bapak Setiawan Martono, SPt. MSc. dan teknologi pengolahan pakan ternak berbasis agro industry oleh Ruslan Abdul Gopar, SPt. MSi.

Gambar 3.24. Pemberian materi hijauan pakan ternak unggul oleh tim PTPP-BPPT

Gambar 3.25. Pemberian materi pengolahan pakan ternak berbasis hijauan unggul oleh tim PTPP-BPPT

2. Diseminasi Teknologi Urban Farming dan Teknologi Peternakan Sapi Perah di Kabupaten Garut

Kegiatan Diseminasi Teknologi Urban Farming dan Peternakan Sapi Perah di kabupaten Garut diselenggarakan pada tanggal 1 Oktober 2020 dengan format tatap muka dengan menerapkan protocol kesehatan covid 19, disediakan hand washer dan hand sanitaizer, peserta wajib bermasker dan menjaga jarak. Kegiatan diikuti sekitar 50 peserta dan dihadiri oleh wakil ketua komisi VII Ibu Wulansari, Bapak Camat Malangbong, Kapolsek Malambong dan Kepala Dinas Pertanian dan ketahanan pangan Kabupaten Garut serta beberapa perwakilan dari beberapa kelompok tani ternak di kabupaten Garut. Dari pihak BPPT ikut hadir Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian (PTPP), Kordinator bidang program dan anggaran PTPP, staf teknis PTPP, RORENKEU, HKH dan Biro Umum-BMN.

Pelatihan dan praktek mengenai teknologi hidroponik, dilakukan oleh pemateri dari PTPP yaitu Djatmiko Pinardi dan Dr. Windu Negara dengan metode aktif pembelajaran (lebih banyak diskusi dan praktek).

Acara berikutnya dalam kegiatan ini diisi dengan acara pelatihan Teknologi peternakan yang diisi oleh Nara Sumber yaitu: Dr. Windu Negara

(22)

tentang pentingnya menghasilkan produk susu yang berkualitas dan aman melalui manajemen produksi ternak yang baik, Teknologi Hidroponik pada urban farming untuk menghasilkan beberapa produk tanaman sayuran yang berkualitas dipaparkan oleh Bapak Djatmiko Pinardi.

Gambar 3.26. Kegiatan paparan diseminasi Teknologi Garut

3. Diseminasi Teknologi Pakan Lokal dan Hijauan Makanan Ternak Unggul untuk Pengembangan Ternak Ruminansia di Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan

Kegiatan diseminasi teknologi ini dilaksanakan pada tanggal 10 Oktober 2020. Kegiatan dilakukan secara online melalui aplikasi Zoom meeting dan juga offline. Peserta yang mengikuti acara kegiatan berada di beberapa lokasi, diantaranya di Jakarta, Serpong, Kabupaten Gowa, Makassar serta beberapa daerah di Sulawesi Selatan. Kegiatan offline dilakukan di Kota Makassar yang berlokasi di Aula Kampus STIE Makassar Maju dengan menerapkan protocol kesehatan.

Kegiatan offline di Kota Makasaar dihadiri sekitar 50 peserta yang terdiri dari mahasiswa, anggota kelompok peternak, serta perwakilan dari Dinas Peternakan dan Keswan Propinsi Sulawesi Selatan yang diwakili oleh Ir. M. Nuryadi, MM (Kepala Bidang Penyuluhan dan Pengembangan Usaha Dinas Peternakan dan Keswan Propinsi Sulawesi Selatan), dan Ir. Lambe Todingan , MH, IPM (Pejabat Fungsional Pengawas Bibit Ternak Dinas Peternakan dan Keswan Propinsi Sulawesi Selatan).

Dalam kegiatan diseminasi teknologi ini turut diserahkan 20 ekor sapi Bali bakalan yang terdiri dari 2 ekor pejantan dan 18 ekor betina dalam kondisi sehat dan telah melalui proses pemeriksaan kesehatan dari dinas terkait. Ternak sapi ini selanjutnya diserahkan kepada Kelompok Tani Ternak Bukit Harapan Bali Diwa dan Masyarakat Peternak Binaan di Kampung Bujuluh, Kabupaten Gowa . Ternak yang diserahkan ini diharapkan menjasi stimulan dalam rangka peningkatan produktivitas ternak sapi potong di Kabupaten Gowa, terlebih lagi anggota kelompok ternak dan yang mengelola ternak ini adalah generasi muda. Pendampingan dan pembinaan terus dilakukan oleh tim dari BPPT dan dinas terkait agar program diseminasi ini bisa berjalan sesuai yang diharapkan.

Pemaparan materi di bidang peternakan dilakukan oleh tim ahli dari BPPT, dimana topik yang dibahas adalah mengenai manajemen pakan dan reproduksi pada ternak sapi. Paparan mengenai “Teknologi dan Manajemen Pakan Ternak Ruminansia” disampaikan oleh Dr. Ir. M. Nasir Rofiq, M.Si. Pemaparan tentang “Teknologi Reproduksi dan Kesehatan Ternak Sapi” disampaikan oleh Prof. Dr. drh. Herdis, M.Si, yang membahas mengenai jenis ternak sapi potong yang banyak dikembangkan di Indonesia, perkembangan teknologi reproduksi ternak sapi potong, dan kesehatan hewan ternak.

Gambar 3.27. Serah terima ternak sapi dari BPPT kepada Kelompok Tani Ternak Bukit Harapan Bali Diwa dan Masyarakat Peternak Binaan di Kampung Bujuluh, Kabupaten Gowa

Gambar 3.28. Paparan presentasi mengenai Teknologi dan Manajemen Pakan Ternak Ruminansia” oleh Dr. Ir. Nasir Rofiq, M.Si

(23)

Gambar 3.29. Paparan presentasi mengenai Teknologi Reproduksi dan Kesehatan Ternak Sapi yang disampaikan oleh Prof. Dr. drh. Herdis, M.Si

4. Diseminasi Teknologi Produksi Pertanian Untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten Banyumas

Kegiatan Diseminasi Teknologi Produksi Pertanian Untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten Banyumas diselenggarakan pada tanggal 22 Oktober 2020 dengan format tatap muka dengan menerapkan protocol kesehatan covid 19, disediakan hand washer, masker dan menjaga jarak. Kegiatan diikuti sekitar 50 peserta dan dihadiri oleh ketua Komisi VII DPR RI Bapak Sugeng Suparwoto, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Banyumas, Camat Purwokerto Timur Bapak Drs, Kristanto, MSi, Lurah Purwokerto Lor Bapak Sugeng Wahyudi, dan dari pihak BPPT ikut hadir Sekretaris Utama BPPT bapak Ir. Dadan Moh.Nurjaman, M.T, Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian bapak BPPT Dr. Ir. Dudi Iskandar, M.For.Sc., Kepala Biro Perencanaan dan Keuangan BPPT Bapak Dr. Drs. Mahendra Anggaravidya M.Si.

Dalam kegiatan ini juga diserahkan 3 unit mesin pengolah pakan yang berfungsi sebagai perajang (chopper), 1 unit mesin sangrai kopi, 10 paket bioflok, 10.000 ekor benih ikan nila, 1200 kg pakan ikan, 50 unit hidroponik, 3 paket benih tanaman sayuran dan pupuk hidroponik. kepada kelompok tani di kabupaten Banyumas. Acara utama dalam kegiatan ini adalah pelatihan Teknologi peternkan yag diisi oleh tiga narasumber yaitu:

Drs. Sujatmiko Pinardi, M.Eng mengenai teknologi budidaya tanaman secara hidroponik, Putut Suryo Negoro, S.Pt mengenai teknologi pengolahan pakan ternak, Wisnu Sujatmiko, A.Pi, M.Si mengenai Teknologi Bioflok dalam Akuakultur.

Gambar 3.30. Pengenalan Teknologi Bioflok dalam Akuakultur

Gambar 3.31. Pengenalan Teknologi Pengolahan Pakan Ternak

Gambar 3.32. Pengenalan Teknologi Budidaya Tanaman Secara Hidroponik

5. Pelatihan Diseminasi Teknologi Hidroponik Sebagai Pendukung Penerapan Urban Farming di Kota Bogor

Kegiatan “Diseminasi Teknologi Hidroponik Sebagai Pendukung Penerapan Urban Farming di Kota Bogor” bertujuan untuk memberikan informasi dan penerapan teknologi bidang pertanian dan perikanan. Diseminasi yang disampaikan meliputi teknik budidaya tanaman secara hidroponik, yang telah dikaji oleh Pusat Teknologi Produksi Pertanian, Deputi Bidang Teknologi Agroindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Pelatihan Diseminasi Teknologi Hidroponik Sebagai Pendukung Penerapan Urban Farming di Kota Bogor dilaksanakan pada hari Jumat, 23

(24)

Oktober 2020. Lokasi bertempat di Aula Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor.

Peserta difokuskan pada masyarakat kota Bogor yaitu Kelompok Wanita Tani dan PKK. Secara keseluruhan peserta berjumlah 60 orang.

Pada kegiatan ini dilakukan penyerahan sarana untuk budidaya hidroponik berupa instalasi hidroponik, benih, pupuk, media tanam sebanyak 60 paket dan mesin sangria kopi fluidized model sebanyak 1 unit.

Gambar 3.33. Penyampaian materi pelatihan hidroponik oleh BPPT

6. Kegiatan Pelatihan Teknologi Pembibitan Secara Ex-Vitro, Teknologi Hidroponik dan Teknologi Bioflock di Gresik

Kegiatan Pelatihan Teknologi Pembibitan Secara Ex-Vitro, Teknologi Hidroponik dan Teknologi Bioflock di Gresik

Kegiatan ini di laksanakan pada dua lokasi yang berbeda pada tanggal 2 November 2020, pada dua lokasi yang berbeda yaitu di Aula Kelurahan Gending Alamat: Jl. Veteran Madya Tama 45, RT 02/RW03, Kelurahan Gending, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik dan Pendopo Sayun RT. 02 / RW. 01, Desa Siwalan, Kecamatan Panceng, Kabupaten Gresik.

Gambar 3.34. Kegiatan Diseminasi Teknologi di Gresik

7. Diseminasi Teknologi Produksi Pertanian dan Perikanan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten Bantul

Kegiatan “Diseminasi Teknologi Produksi Pertanian dan Perikanan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten Bantul” bertujuan untuk memberikan informasi dan penerapan teknologi bidang pertanian dan perikanan. Diseminasi yang disampaikan meliputi teknik budidaya tanaman secara hidroponik dan teknik budidaya perikanan secara bioflock, yang telah dikaji oleh Pusat Teknologi Produksi Pertanian, Deputi Bidang Teknologi Agroindustri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Sosialisasi “Diseminasi Teknologi Produksi Pertanian dan Perikanan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kabupaten Bantul” ini dilaksanakan pada hari Selasa, 3 November 2020. Lokasi bertempat di Gandung Pardiman Center, Numpukan, Karangtengah, Imogiri, Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta.

Peserta difokuskan pada masyarakat Kabupaten Bantul yaitu kelompok tani peternakan dan perikanan. Secara keseluruhan peserta berjumlah 59 orang.

Materi yang akan disampaikan pada pelatihan ini adalah

Pengenalan teknologi budidaya tanaman hidroponik oleh Dr. Lukita Devy Pengenalan teknologi budidaya perikanan dengan bioflock oleh Aditya Atmojo, SPi

Pada kegiatan ini dilakukan penyerahan sarana untuk budidaya tanaman secara hidroponik berupa instalasi hidroponik, benih dan pupuk sebanyak 35 paket kepada kelompok tani di Kabupaten Bantul. Selain itu diserahkan pula bantuan ventilator sebanyak 1 unit dan rapid test kit Covid 19 sebanyak 200 unit kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul.

(25)

Gambar 3.35. Penyampaian materi pelatihan hidroponik dan bioflock oleh BPPT

8. Diseminasi Teknologi Peternakan dan Perikanan Di Kabupaten Batang, Jawa Tengah

Kegiatan ini di laksanakan pada hari Kamis tanggal 5 November 2020, berlokasi di Gedung Dakwah Muhamadiyah Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Jalan Wahid Hasim No. 56, Singosari, Kauman, Kec. Batang, Kabupaten Batang, Jawa Tengah. Peserta difokuskan pada masyarakat Anggota Kelompok tani Kec. Batang, Kabupaten Batang, Jawa yaitu kelompok tani peternakan dan perikanan Secara keseluruhan peserta berjumlah kira kira 80 orang.

Acara utama dalam kegiatan ini adalah pelatihan Teknologi Bioflok pada Budidaya Ikan Lele yang disampaikan oleh Narasumber Perekayasa BPPT yaitu Sutanti, S.Pi., M.Si., dan Pelatihan Teknologi Pengolahan Pakan Ternak oleh Narasumber Perekayasa BPPT yaitu Ruslan Abdul Gopar, SPt.MSi. Review materi pelatihan teknologi bioflok adalah penjelasan tentang teknologi bioflok, keunggulan teknologi, cara-cara pembuatan kolam bioflok, tata cara pembuatan media bioflok dan jenis-jenis bioflok, serta tata cara pemeliharaan ikan lele pada kolam bioflok.

Review materi pelatihan teknologi pengolahan pakan ternak adalah tata cara penyediaan pakan ternak, jenis-jenis pakan ternak, kandungan nutrisi pakan, tata cara pengoperasian mesin chopper dan perhitungan kebutuhan pakan ternak untuk menghasilkan produktivitas yang optimal.

Dalam kegiatan ini juga diserahkan 3 unit mesin pengolah pakan yang berfungsi sebagai perajang (chopper) dan menghancur bijian (hammer mill) kepada kelompok peternak. Paket bantuan yang lain adalah 20 paket kolam bioflok serta benih ikan lele sebanyak 20.000 ekor dan pakan ikan sebanyak 1.000 kg.

Gambar 3.36. Pemberian materi teknologi bioflok pada budidaya ikan lele oleh tim perekayasa PTPP-BPPT

9. Diseminasi Teknologi Perikanan Di Kota Pekalongan, Jawa Tengah

Kegiatan Diseminasi Teknologi Perikanan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kota Pekalongan diselenggarakan pada tanggal 6 November 2020 melalui format tatap muka dengan menerapkan protocol kesehatan covid19, disediakan hand washer dan hand sanitaizer, peserta wajib bermasker dan menjaga jarak. Kegiatan diikuti sekitar 15 peserta dan dihadiri oleh Kabid Budidaya Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Batang dan jajarannya, Kelompok pembudidaya ikan, Kelompok pembesaran udang dan masyarakat. Pihak BPPT yang adalah Direktur Pusat Teknologi Produksi Pertanian (PTPP) dan Perekayasa PTPP.

Dalam kegiatan ini juga diserahkan 10 paket kolam terpal yang dilengkapi dengan rangka besi wiremesh, blower, imhoff cone, dan pHmeter.

Acara utama dalam kegiatan ini adalah Serah terima bantuan paket bioflok dan diskusi Teknologi Bioflok pada Budidaya Ikan yang disampaikan oleh Narasumber Perekayasa BPPT yaitu Sutanti, S.Pi., M.Si. Review materi pelatihan teknologi bioflok adalah penjelasan tentang teknologi bioflok, keunggulan teknologi, cara-cara pembuatan kolam bioflok, tata cara pembuatan media bioflok dan jenis-jenis bioflok, serta tata cara pemeliharaan ikan lele pada kolam bioflok.

Gambar 3.37. Penyerahan Paket Kolam Bioflok kepada Kelompok Pembudidaya Ikan

(26)

10. Program Diseminasi Teknologi di Kota Malang

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dengan Komisi VII DPR RI pada hari Jumat, pada tanggal 6 November 2020 menggelar sosialisasi Diseminasi Teknologi di Hall Gedung DPRD Kota Malang. Kegiatan Diseminasi Teknologi mengambil tema Teknologi Perbanyakan Benih Tanaman secara ex-Vitro Serta bantuan Ventilator, Peralatan Hidroponik dan Milk Can. Kegiatan diatas telah diikuti sekitar 50 peserta dan dihadiri oleh Ketua komisi VII Bapak Moreno Suprapto, Kabag Bidang Kerjasama Biro Hukum BPPT Ir. Novandi Arisoni dan BPPT Dr Nasir Rofik.

Wakil Ketua DPRD Kota Malang, dll. Para peserta merupakan perwakilan dari setiap Rukun Warga (RW) di wilayah Kota Malang. Pelaksanaan kegiatan dimulai pukul 13.00 WIB sampai pukul 16.00 WIB. Beberapa hasil inovasi BPPT yang di diseminasi pada kegiatan ini adalah Teknologi Budidaya Hidroponik untuk masyarakat kota (Urban Farming). Pada kesempatan ini , BPPT juga memberikan bantuan hasil inovasi dibidang kesehatan antara lain berupa alat Ventilator kepada Rumah Sakit Muhammaddiyah, dan Reagen Rapit Test sebaganyak 150 buah, juga menyediakan 250 bibit kopi, 30 set peraltan hidroponik dan bibit tanaman sayuran dan pupuk hidroponik ABmix dan Milk Can.

Gambar 3.38. Kegiatan Diseminasi Teknologi di Kota Malang

11. Diseminasi Teknologi Urban Farming Sebagai pendukung Ketahanan Pangan di DKI Jakarta

Kegiatan diseminasi teknologi ini di laksanakan pada tanggal 2 Desember 2020. Kegiatan dilakukan di kelurahan kampung Bali, kecamatanan Tanah Abang, DKI Jakarta. Pelatihan dan praktek mengenai teknologi hidroponik, dilakukan oleh pemateri dari PTPP yaitu Dr.Lukita Devy, SP.MSi dengan metode aktif pemebelajaran (lebih banyak diskusi dan praktek). Jumlah peserta 50 orang.dpBV

Kegiatan dilanjutkan dengan penandatanganan berita acara serah terima dari BPPT kepada Kelompok tani yang diketahui oleh pemda setempat yaitu perwakilan dari kelurahan kampung Bali. Beberapa barang yang diserahkan adalah : 65 paket Hidroponik; Pupuk Hidroponik; Benih tanaman sayuran; 1 mesin Sangrai kopi

Gambar 3.39. Pemberian Pelatihan dan Praktek Urban Farming Hidroponik

Perbandingan antara target dan realisasi kinerja tahun ini

Indikator kinerja kegiatan Diseminasi Teknologi Produksi Pertanian adalah 1 (satu) paket Diseminasi Teknologi Produksi Pertanian. Pada tahun 2020 telah dilaksakan kegiatan Diseminasi Teknologi Produksi Pertanian pada 11 daerah di Indonesia sesuai dengan target yang direncanankan.

Berdasarkan data tersebut maka realisasi kinerja tahun 2020 untuk kegiatan Diseminasi Teknologi Produksi Pertanian adalah sebesar 100%.

Perbandingan antara realisasi kinerja serta capaian kinerja tahun ini dengan tahun lalu dan beberapa tahun terakhir

Realisasi capaian kinerja tahun 2020 untuk kegiatan Diseminasi Teknologi Produksi Pertanian adalah sebesar 100% yaitu telah dilaksanakan diseminasi teknologi produksi pertanian pada 11 daerah di Indonesia sesuai dengan target yang direncanakan. Pada tahun sebelumnya telah dilaksanakan Diseminasi Teknologi Produksi Pertanian dengan nilai capain 100% dan serapan anggaran yang cukup baik.

Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis

Kegiatan Diseminasi Teknologi Produksi Pertanian pada tahun 2020 merupakan tahun pertama pada RPJMN 2020-2024. Kegiatan ini diharapkan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan sebagai bentuk transfer teknologi dari BPPT kepada masyakarat.

Perbandingan realisasi kinerja tahun ini dengan standar nasional (jika ada)

(27)

Faktor penyebab keberhasilan kinerja:

1.

Tersedia SDM dengan pendidikan dan kompetensi sesuai.

2.

Tersedia teknologi dan peralatan yang memadai

3.

Networking dengan antar unit kerja internal TAB dan mitra Faktor yang menghambat pencapaian kinerja adalah:

1.

Adanya wabah covid19 yang mengatur tentang pembatasan kegiatan masyarakat menyebabkan pelaksanaan kegiatan diseminasi mundur dari jadwal yang telah ditetapkan

2.

Adanya pengalihan dana Diseminasi Teknologi Produksi Pertanian untuk kegiatan pengadaan rapid test antibodi covid19

3.

Adanya rekayasa WFO dan WFH sehingga SDM kurang optimal Analisis atas efisiensi penggunaan sumber daya

Efisiensi Penggunaan SDM :

Program kegiatan ini dijalankan menggunakan sistem tatakerja kerekayasaan yang diisi oleh pegawai dengan berbagai disiplin ilmu dan masing- masing telah menempati posisi sesuai dengan kompetensinya. Pegawai yang terlibat pada kegiatan ini telah mampu memberikan kontribusi yang maksimal dan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik serta tepat waktu sehingga tujuan dan sasaran kegiatan yang telah ditentukan dapat tercapai. Namun demikian tetap perlu upaya peningkatan kualitas sumberdaya manusia dengan mengikuti diklat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Efisiensi Penggunaan Keuangan :

Efisiensi penggunaan anggaran dilakukan dengan melakukan pencairan dana secara maksimal hingga mencapai 97,2%. Hal ini dilakukan untuk dapat memperoleh kinerja yang optimal, mengingat sebagian dana Diseminasi Teknologi Produksi Pertanian dialihkan untuk pengadaan rapid test antibodi covid19.

Efisiensi Penggunaan Laboratorium

Alat laboratorium yang memadai untuk mendukung kegiatan Diseminasi Teknologi Produksi Pertanian.

Analisis program/kegiatan yang menunjang keberhasilan ataupun kegagalan pencapaian pernyataan kinerja

Keberhasilan kegiatan Diseminasi Teknologi Produksi Pertanian ditunjang oleh adanya kualitas SDM yang sesuai dengan kebutuhan kegiatan, hubungan yang baik dengan mitra kerjasama, sarana dan prasaran pendukung kegiatan serta anggaran yang memadai dan cair tepat pada waktunya.

3.3 Realisasi Anggaran

Pagu anggaran akhir PTPP pada Tahun 2020 adalah sebesar Rp 3.736.000.000,- yang dibagi untuk pelaksanaan tiga kegiatan yaitu Inovasi Bahan Baku Obat, Riset Covid19 untuk mendukung TFRIC19, serta Diseminasi Teknologi Produksi Pertanian.

Adanya wabah covid19, menyebabkan komposisi anggaran berubah meskipun total anggaran yang terima oleh PTPP tidak mengalami perubahan. Pagu anggaran akhir kegiatan Inovasi BBO adalah Rp 1.036.800.000,- (terdiri dari anggaran kegiatan Inovasi BBO sebesar Rp 286.800.000, serta pengadaan rapid test antibodi sebesar Rp 750.000.000,-). Pagu anggaran akhir kegiatan Riset covid19 sebesar Rp 449.200.000,- serta pagu anggaran akhir Diseminasi Teknologi Produksi Pertanian sebesar Rp 2.250.000.000,-.

Adapun realisasi dari masing masing kegiatan tersebut atas yaitu realisasi kegiatan Inovasi BBO sebesar 99.9% (Rp 1.036.329,- dari pagu total Rp 1.036.800.000,-); realisasi kegiatan riset covid19 sebesar 99.8% (Rp 448.399.000,- dari pagu total Rp 449.200.000,-) serta realisasi kegiatan Diseminasi teknologi Produksi Pertanian sebesar 97.2% (Rp 2.187.881.000,- dari pagu total Rp 2.250.000.000,-).

Berdasarkan data realisasi diatas diketahui bahwa serapan dana cukup optimal yang ditandai dengan tingginya persentase realisasi anggaran kegiatan. Rataan realisasi kegiatan PTPP Tahun 2020 adalah sebesar 99.01% yaitu terealisasi sebanyak Rp 3.672.609.000,- dari pagu total Rp 3.736.800.000,-.

3.4 Capaian Kinerja Lainnya

Capaian Kinerja Lainnya yang tidak dicantumkan dalam Perjanjian Kinerja (PK) PTPP-BPPT Tahun 2020 adalah sebagai berikut:

1. Penerapan Teknologi Tepat Guna (TTG) Budidaya Ikan Nila Salina dan Sosialisasi Ina-TEWS (Indonesia Technology Early Warning System) pada Masyarakat Lampung Selatan

Telah terlaksana paket kegiatan Teknologi Tepat Guna yang meliputi koordinasi dan survei dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan. Pelatihan teknologi budidaya ikan nila Salina meliputi kegiatan pembelajaran teori, diskusi dan praktek serta pendampingan, serta penyerahan peralatan hibah kepada kelompok pembudidaya. Praktek lapang meliputi teknik penebaran benih, pemeliharaan, pemilahan ukuran ikan (grading), pemberian pakan, pencampuran pakan komersial dengan suplemen rGH dan Vaksin DNA Streptococcus dan cara pemberiannya pada ikan budidaya. Pembuatan demplot budidaya ikan Nila Salina dan pemberian bantuan hibah sarana produksi berupa benih, pakan ikan, kincir air, genset dan refractometer untuk mendukung budidaya ikan. Serta Sosialisasi tentang teknologi Ina-TEWS bagi masyarakat.

(28)

Gambar 1. Tim BPPT, Kepala Dinas Perikanan Kab. Lampung Selatan dan tim dalam kegiatan koordinasi kegiatan TTG

Gambar 2. Serah terima hibah barang dari BPPT kepada Dinas Perikanan Kab. Lampung Selatan dalam kegiatan Sosialisasi

Gambar 3. Proses aklimatisasi dan penebaran benih dalam pembuatan demplot

Gambar 4. Pendampingan dan monitoring tambak meliputi kondisi ikan dan kualitas air

2. Pengkajian dan Pengembangan Hijauan Makanan Ternak Bernutrisi Tinggi (PPHMTBT)

BPPT bekerjasama dengan PT. Biofarma dan Universitas Padjadjaran melaksanakan pengkajian dan pengembangan teknologi HMT bernutrisi tinggi. Kolaborasi ini bertujuan untuk mengembangkan hijauan makanan ternak bernutrisi tinggi sebagai pakan pokok ternak ruminansia kecil, ruminansia besar dan kuda. Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk menyedikan bibit HMT dan meningkatkan produktifitas HMT bagi peternak domba, kambing dan sapi di Indonesia. Pada ternak kuda MHTBT dapat meningkatkan stamina serta kepulihan kuda sebagai hewan donor dalam pembuatan serum yang dikembangkan PT Biofarma. Kegiatan yang dilakukan meliputi inovasi budidaya HMT bernutrisi tinggi (rumpul Kikuyu), inovasi pengawetan pakan berbahan baku HMTBT, pengembangan pakan komplit dan pakan suplemen. Hasil pengujian inovasi budidaya menunjukkan adanya beberapa metode yang dapat direkomendasikan dalam ekstraksi DNA Kikuyu, pengemasan dan penunasan bibit Kikuyu.

Kajian terhadap kualitas rumput Odot dan Kikuyu menunjukkan bahwa kualitas produksi bahan segar dipengaruhi oleh umur tanaman dan intensitas hujan. Kajian terhadap kesehatan kuda menunjukkan bahwa rumput Odot mampu menghasilkan titer anti-tetanus lebih tinggi dibandingkan rumput Gajah dan Kikuyu.

Gambar

Gambar 3.3. Mempersiapkan lahan untuk penanaman biji meniran tanpa mulsa atau dengan mulsa plastik
Gambar 3.4. Sistim larikan (kiri) dengan kerapatan 2,5 gr/m, sistim mulsa (kanan) dengan kerapatan tanaman 0,3 gr /lubang (d 6,5 cm)
Gambar 3.8. Laju persipitasi (meteorology) Tangerang selatan
Tabel 3.3. Capaian Kinerja Sasaran Kegiatan 1, Indikator Kinerja 1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Tahun 2020 ini merupakan perwujudan akuntabilitas penyelenggaraan kegiatan dinas untuk mempertanggungjawabkan keberhasilan

Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) Tahun 2020 Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat merupakan hasil kinerja Tahun 2020 atau tahun pertama

Pengamatan tentang pengaruh luasan sunspot terhadap potensi terjadinya flare sudah banyak dilakukan, maka dari itu dalam artikel ini memaparkan potensi terjadinya

Dengan ruang lingkup sedemikian rupa maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagai- mana luas pengungkapan tata kelola perusahaan pada bank syariah dipengaruhi

elektromagnetik, kondisi kesehatan dan interaksi antara frekuensi gelombang elektromagnetik dengan kondisi kesehatan terhadap nilai kadar gula darah tikus putih.selain itu

m. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang secara berkala dalam rangka kelancaran pelaksanaan tugas Bidang Perumahan.. 3) Seksi Pembiayaan dan

LKIP Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah dan Tenaga Kerja Kabupaten Tasikmalaya tahun 2020 ini merupakan laporan untuk menginformasikan dan mengkomunikasikan

Penyusunan Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKIP) BPPID Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2019 dimaksudkan untuk mengkomunikasikan capaian kinerja organisasi Pemerintah