• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAH KOTA PASURUAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMERINTAH KOTA PASURUAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KOTA PASURUAN

PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN

NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG

PEDOMAN TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA PASURUAN,

Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya beberapa Peraturan Daerah tentang Retribusi Daerah, dan sebagai aturan pelaksanaannya dipandang perlu menetapkan Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah;

b. bahwa guna pelaksanaan maksud tersebut pada huruf a Konsideran Menimbang ini, pedoman pelaksanaannya ditetapkan dalam Peraturan Daerah.

Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kota Kecil Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur ( Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 46 );

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3685 );

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839);

4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3848);

5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4048);

6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 1982 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Pasuruan ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3241);

7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

(2)

8. Peraturan…….

8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139);

9. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan dan Bentuk Rancangan Undang-undang, Rancangan Peraturan Pemerintah dan Rancangan Keputusan Presiden;

10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang Perubahan Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah.

Dengan Persetujuan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PASURUAN,

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan:

a. Daerah adalah Kota Pasuruan;

b. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah;

c. Kepala Daerah adalah Walikota Pasuruan;

d. Dinas Pendapatan Daerah, yang selanjutnya disebut Dinas Pendapatan adalah Dinas Pendapatan Kota Pasuruan;

e. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

f. Dinas adalah Dinas yang mengelola Retribusi Daerah di lingkungan Pemerintah Kota Pasuruan;

g. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut Retribusi, adalah pungutan Daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan;

h. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi Perseroan Terbatas, Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi masa, organisasi Sosial Politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap, dan bentuk badan lainnya;

i. Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan Retribusi Daerah;

j. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut peraturan perundang-undangan Retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran atau penyetoran Retribusi, termasuk pungutan atau pemotongan Retribusi tertentu;

k. Masa Retribusi…….

(3)

k. Masa Retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi Wajib Retribusi untuk memanfaatkan jasa dan perizinan tertentu dari Pemerintah Daerah;

l. Pendaftaran dan Pendataan adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh data dan atau informasi serta penatausahaan yang dilakukan oleh petugas Retribusi dengan cara penyampaian SPTRD kepada Wajib Retribusi untuk diisi secara lengkap dan benar;

m. Nomor Pokok Wajib Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat NPWRD adalah nomor pokok yang telah didaftar menjadi identitas bagi setiap Wajib Retribusi;

n. Penetapan adalah serangkaian kegiatan memperhitungkan besarnya Retribusi yang harus dibayar oleh setiap Wajib Retribusi;

o. Perhitungan Retribusi Daerah adalah perincian besarnya Retribusi yang harus dibayar oleh Wajib Retribusi, termasuk pokok Retribusi, bunga, kekurangan pembayaran Retribusi, kelebihan pembayaran Retribusi, maupun sanksi administrasi;

p. Surat Pemberitahuan Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut SPTRD adalah surat yang dipergunakan oleh Wajib Retribusi untuk melaporkan perhitungan dan pembayaran retribusi yang terutang menurut peraturan Retribusi;

q. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya disingkat SKRD, adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan besarnya pokok Retribusi;

r. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya disingkat SKRDKB, adalah surat keputusan yang menentukan besarnya jumlah Retribusi yang terutang, jumlah kredit retribusi, jumlah kekurangan pembayaran pokok retribusi, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah yang masih harus dibayar;

s. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKRDKBT, adalah surat keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah Retribusi Daerah yang telah ditetapkan;

t. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar, yang selanjutnya disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan Retribusi yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran Retribusi karena jumlah kredit Retribusi lebih besar dari pada Retribusi yang terutang dan tidak seharusnya terutang;

u. Kelebihan Pembayaran Retribusi Daerah adalah kelebihan yang tercantum dalam SKRDLB yang timbul karena diterbitkannya, Surat Keputusan Pembetulan, dikabulkannya Surat Permohonan Keberatan, Putusan Banding Pemberian Keringanan Retribusi atau karena pembayaran lebih atas utang Retribusi;

v. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Nihil yang selanjutnya disingkat SKRDN adalah surat keputusan yang menentukan jumlah Retribusi terutang sama besarnya dengan jumlah kredit Retribusi atau Retribusi tidak terutang dan tidak ada kredit Retribusi;

w. Surat Setoran Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SSRD adalah surat yang digunakan Wajib Retribusi untuk melakukan pembayaran atau penyetoran Retribusi yang terutang ke Kas daerah atau ke tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah;

x. Pembayaran Retribusi Daerah, adalah besarnya kewajiban yang harus dipenuhi oleh Wajib Retribusi sesuai SKRD, SKRDKB, SKRDKBT, dan STRD ke Kas Daerah atau tempat lain yang ditunjuk sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan;

y. Pemungutan………

(4)

y. Pemungutan adalah suatu rangkaian kegiatan mulai dari penghimpunan data obyek dan subyek Retribusi, penentuan besarnya retribusi yang terutang sampai kegiatan penagihan retribusi kepada Wajib Retribusi serta pengawasan penyetorannya;

z. Penagihan Retribusi Daerah adalah serangkaian kegiatan pemungutan Retribusi Daerah yang terlambat dibayar, diawali dengan penerbitan Surat Tegoran, Surat Peringatan, atau surat lain yang sejenis agar Wajib Retribusi yang bersangkutan melaksanakan kewajiban untuk membayar Retribusi sesuai dengan jumlah Retribusi yang terutang;

aa. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD, adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda;

bb. Surat Teguran, Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis adalah surat yang diterbitkan oleh Pejabat untuk menegur atau memperingatkan Wajib Retribusi untuk melunasi utang Retribusinya;

cc. Utang Retribusi Daerah adalah sisa utang Retribusi atas nama Wajib Retribusi yang tercantum pada STRD, SKRDKB, atau SKRDKBT yang belum kedaluwarsa dan Retribusi lainnya yang masih terutang;

dd. Pembukuan Retribusi Daerah adalah proses pencatatan yang dilakukan oleh Petugas Retribusi terhadap SKRD, SKRDKB, SKRDKBT, SKRDLB, SKRDN, Penerimaan Retribusi Daerah, Tunggakan Retribusi daerah, Bunga dan Denda serta Setoran Retribusi ke Kas Daerah;

ee. Laporan Pembukuan Retribusi Daerah adalah bentuk penyampaian informasi Retribusi secara berkala dari petugas Retribusi kepada Pejabat atasannya.

BAB II

TATA CARA PENDAFTARAN, PENDATAAN, PERHITUNGAN DAN PENETAPAN RETRIBUSI

Pasal 2

Untuk mendapatkan data Obyek Retribusi dan Wajib Retribusi, dilaksanakan pendaftaran dan pendataan terhadap Wajib Retribusi baik yang berdomisili didalam maupun diluar wilayah Daerah tetapi memiliki Obyek Retribusi di wilayah Daerah.

Pasal 3

(1) Berdasarkan data yang diperoleh Pejabat, memeriksa, meneliti, memberi Nomor Pokok Wajib Retribusi Daerah (NPWRD), mencatat dalam Daftar Induk Wajib Retribusi, dan Kartu Data Wajib Retribusi.

(2) Petugas Retribusi memberikan Kartu Nomor Pokok Wajib Retribusi kepada Wajib Retribusi yang bersifat langganan.

(3) Kartu Data Wajib Retribusi setelah diisi, diserahkan kepada Petugas Penetapan Retribusi.

(4) Bentuk/format, isi, warna dan ukuran Buku Induk Wajib Retribusi, Kartu NPWRD dan Kartu Data Wajib Retribusi ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.

Pasal 4

(1) Penetapan retribusi berdasarkan SPTRD dngan menerbitkan SKRD.

(2) Dalam hal SKRD tidak dipenuhi oleh Wajib Retribusi sebagaimana mestinya, maka diterbitkan SKRD secara jabatan.

(3) Bentuk dan isi SKRD sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 5……

(5)

Pasal 5

(1) Setiap Wajib Retribusi yang memiliki Nomor NPWRD, diwajibkan untuk melunasi kewajiban retribusinya sesuai dengan masa retribusi.

(2) Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ditemukan data baru dan atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penambahan jumlah retribusi yang terutang, maka dikeluarkan SKRD Tambahan.

BAB III

TATA CARA MEMBAYAR RETRIBUSI

Pasal 6

(1) Wajib Retribusi harus membayar lunas atau sekaligus retribusi yang terutang sesuai waktu yang ditentukan dalam SKRD, SKRDKB dan SKRDKBT yang diterima.

(2) Pembayaran dilakukan dengan menggunakan SSRD.

(3) SSRD dapat digantikan dengan bentuk media lain yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.

(4) Apabila pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat waktu yang ditentukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), maka dukenakan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% ( dua persen ) dengan menerbitkan STRD.

Pasal 7

(1) Pembayaran dilakukan ke Kas Daerah melalui Bendahara Khusus Penerima pada Dinas Pendapatan.

(2) Apabila pembayaran retribusi dilakukan ditempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah, hasil penerimaan Retribusi harus disetor ke Kas daerah selambat-lambatnya 1 (satu ) x 24 ( dua puluh empat ) jam atau dalam waktu yang ditentukan lain oleh Kepala Daerah;

(3) Tata cara penyetoran kepada Kas Daerah dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 8

(1) Kepala Daerah atau Pejabat dapat memberikan persetujuan kepada Wajib Retribusi untuk mengangsur retribusi yang terutang dalam kurun waktu tertentu, dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

(2) Kepala Daerah atau Pejabat dapat mengijinkan Wajib Retribusi untuk menunda pembayaran retribusi sampai batas waktu yang ditentukan dengan alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.

BAB IV

TATA CARA PEMBUKUAN DAN PELAPORAN

Pasal 9

(1) Pembayaran yang dilakukan oleh Wajib Retribusi dibukukan oleh Pejabat.

(2) Pembukuan meliputi retribusi yang harus dibayar, besarnya pembayaran dan sisa yang masih harus dibayar dan hal – hal lain yang berhubungan dengan pelunasan retribusi.

(3) Bentuk, jenis, isi, ukuran buku, tanda bukti pembayaran retribusi dan Tata Cara pembukuan Retribusi ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.

Pasal 10…….

(6)

Pasal 10

(1) Setiap bulan Pejabat diwajibkan untuk melaporkan realisasi pembayaran retribusi kepada Kepala Daerah;

(2) Sistem dan bentuk pelaporan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.

BAB V

TATA CARA PENAGIHAN RETRIBUSI

Pasal 11

(1) Bagi Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan pembayaran retribusi setelah melewati masa jatuh tempo sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan diberikan surat teguran pertama, teguran kedua, teguran ketiga dan peringatan atau surat lain yang sejenis;

(2) Tenggang waktu diantara surat teguran dan peringatan atau surat lain yang sejenis sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ), adalah 7 ( tujuh ) hari;

(3) Khusus bagi retribusi yang masa retribusinya relatif pendek dapat langsung diadakan penindakan berupa pencabutan izin retribusi;

(4) Surat teguran dan peringatan atau surat lain yang sejenis dikeluarkan oleh Pejabat;

(5) Bentuk surat teguran dan peringatan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.

BAB VI

TATA CARA PEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI

Pasal 12

(1) Kepala Daerah berdasarkan permohonan Wajib Retribusi dan memperhatikan rasa keadilan, dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi;

(2) Tata Cara pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah sesuai dengan peraturan perundang - undangan yang berlaku.

BAB VII

TATA CARA PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN, KETETAPAN, DAN PENGHAPUSAN

ATAU PENGURANGAN SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 13

(1) Kepala Daerah karena jabatannya atau atas permohonan Wajib Retribusi dapat:

a. membetulkan SKRD atau SKRDKB atau SKRDKBT atau STRD yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan penulisan, kesalahan hitung dan atau kekeliruan dalam penerapan peraturan perundang - undangan Retribusi Daerah;

b. membatalkan atau mengurangkan ketetapan retribusi yang tidak benar; dan

c. mengurangkan……..

(7)

c. mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan retribusi yang terutang, dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Retribusi atau bukan karena kesalahannya.

(2) Permohonan pembetulan, pembatalan atau pengurangan ketetapan atas SKRD, SKRDKB, SKRDKBT, STRD dan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga, denda dan kenaikan retribusi yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ), harus disampaikan secara tertulis oleh Wajib Retribusi kepada Kepala Daerah, atau Pejabat selambat-lambatnya 30 ( tiga puluh ) hari sejak tanggal diterimanya SKRD, SKRDKB, SKRDKBT dan STRD dengan memberikan alasan yang jelas;

(3) Kepala Daerah atau Pejabat paling lama 3 ( tiga ) bulan sejak surat permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ) diterima, sudah harus memberikan keputusannya;

(4) Apabila setelah waktu 3 ( tiga ) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 3 ), Kepala Daerah atau Pejabat tidak memberikan keputusan permohonan pembetulan, pembatalan, pengurangan ketetapan dan penghapusan atau pengurangan sanksi administrasi dianggap dikabulkan.

BAB VIII

TATA CARA PENYELESAIAN KEBERATAN

Pasal 14

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala Daerah atau Pejabat atas suatu:

a. Surat Ketetapan Retribusi Daerah ( SKRD );

b. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar ( SKRDKB );

c. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKRDKBT );

d. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar ( SKRDLB );

e. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Nihil ( SKRDN ); dan

f. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak Ketiga berdasarkan peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah yang berlaku.

(2) Permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus disampaikan secara tertulis dalam bahasa Indonesia paling lama 3 (tiga) bulan sejak tanggal SKRD, SKRDKB, SKRDKBT, SKRDLB dan SKRDN diterima oleh Wajib Retribusi atau tanggal pemotongan / pemungutan oleh pihak Ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ) huruf f dengan alasan yang jelas, kecuali apabila Wajib Retribusi dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya;

(3) Pemberian keputusan atas permohonan keberatan oleh Kepala Daerah.

(4) Kepala Daerah atau Pejabat dalam jangka waktu paling lama 12 ( dua belas ) bulan sejak tanggal surat permohonan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ), diterima sudah memberikan keputusan;

(5) Apabila setelah lewat waktu 12 ( dua belas ) bulan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 3 ), Kepala Daerah belum memberikan keputusannya, permohonan keberatan dianggap dikabulkan;

(6) Pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ), tidak menunda kewajiban membayar retribusi.

Pasal 15…….

(8)

Pasal 15

Apabila pengajuan keberatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan pembayaran retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan 2 % ( dua persen ) sebulan untuk paling lama 24 ( dua puluh empat ) bulan.

BAB IX

TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN RETRIBUSI

Pasal 16

(1) Wajib Retribusi dapat mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala Daerah atau Pejabat untuk perhitungan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi;

(2) Kepala Daerah atau Pejabat dalam jangka waktu 12 ( dua belas ) bulan sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 1 ), harus memberikan keputusannya;

(3) Apabila Jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ), dilampaui, Kepala Daerah atau Pejabat tidak memberikan keputusan, permohonan pengembalian pembayaran Retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam waktu 1 ( satu ) bulan;

(4) Apabila Wajib Retribusi mempunyai utang Retribusi lainnya, kelebihan pembayaran Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat ( 2 ), langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu utang dimaksud.

(5) Pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan dalam waktu paling lama 2 ( dua ) bulan sejak diterbitkannya SKRDLB dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Uang ( SPMU ) kepada Kas Daerah;

(6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran Retribusi dilakukan setelah lewat 2 ( dua ) sejak diterbitkannya SKRDLB, Kepala Daerah memberikan imbalan sebesar 2% ( dua persen ) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan Retribusi.

Pasal 17

Apabila Kelebihan pembayaran Retribusi diperhitungkan dengan hutang Retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (4), pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai bukti pembayaran.

BAB X PEMERIKSAAN

Pasal 18

(1) Pejabat berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan dalam Peraturan daerah ini dan ketentuan peraturan perundang-undangan Retribusi yang berlaku.

(2) Pedoman dan tata cara pemeriksaan ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.

BAB XI…….

(9)

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 19

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 sampai dengan Pasal 17, tidak berlaku, apabila masa Reribusinya relatif pendek.

Pasal 20

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Pasuruan.

Disahkan di Pasuruan

Pada tanggal 12 Januari 2002 WALIKOTA PASURUAN

Ttd,

AMINUROKHMAN

Diundangkan di Pasuruan Pada tanggal 12 Januari 2002

SEKRETARIS DAERAH KOTA PASURUAN

Ttd,

Ir. Drs. H. HANDOKO LEPDO PRASTOWO Pembina Utama Muda

NIP. 510 040 490

LEMBARAN DAERAH KOTA PASURUAN TAHUN 2002 TANGGAL 12 JANUARI NOMOR 01 SERI C

(10)

P E N J E L A S A N

PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN

NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG

PEDOMAN TATA CARA PEMUNGUTAN

RETRIBUSI DAERAH

I. UMUM

Dewasa ini pengadministrasian beberapa jenis retribusi belum dilakukan dengan baik sehingga realisasi penerimaannya lebih kecil dari yang semestinya. Dalam Peraturan Daerah ini usaha perbaikan administrasi guna peningkatan efektivitas dan efisiensi pemungutan dalam rangka peningkatan penerimaan daerah cukup mendapat perhatian.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas, Peraturan Daerah ini bertujuan untuk memperbaiki sistem administrasi retribusi Daerah.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1 : Pasal ini memuat pengertian istilah yang

dipergunakan dalam Peraturan Daerah ini.

Dengan adanya pengertian tentang istilah tersebut dimaksudkan untuk mencegah timbulnya salah tafsir dan salah pengertian dalam memahami dan melaksanakan pasal - pasal yang bersangkutan sehingga baik Wajib Retribusi dan aparatur dalam menjalankan hak dan kewajibannya dapat berjalan dengan lancar dan akhirnya dapat dicapai tertib administrasi.

Pengertian ini diperlukan karena istilah - istilah tersebut mengandung pengertian yang baku dan teknis dalam bidang peraturan perundang - undangan Retribusi Daerah.

Pasal 2 : Cukup jelas.

Pasal 3 : Cukup jelas.

Pasal 4 : Cukup jelas.

Pasal 5 : Cukup jelas.

Pasal 6 : Cukup jelas.

Pasal 7 : Cukup jelas.

Pasal 8 : Cukup jelas.

Pasal 9 : Cukup jelas.

Pasal 10 : Cukup jelas.

Pasal 11 : Cukup jelas.

Pasal 12 : Cukup jelas.

Pasal 13 : Cukup jelas.

Pasal 14 : Cukup jelas.

Pasal 15 : Cukup jelas.

Pasal 16 : Cukup jelas.

Pasal 17 : Cukup jelas.

Pasal 18…….

(11)

Pasal 18 : Pengertian Masa Retribusi relatif pendek adalah jangka waktu yang diperlukan untuk memproses pengajuan keberatan, banding dan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi tidak mencukupi, seperti retribusi yang dibayar oleh Wajib Retribusi secara harian, mingguan dan bulanan.

Pasal 19 : Cukup jelas.

Pasal 20 : Cukup jelas.

_____________

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pengertian yang lebih luas, istilah hama juga berlaku bukan hanya pada hewan pengganggu kegiatan usahatani tetapi dapat pula digunakan untuk organisme yang

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai perbedaan peningkatan hasil belajar siswa terhadap kemampuan representasi matematis, antara siswa yang memperoleh

Berdasarkan hasil penelitian diatas maka dapat dilihat bahwa responden memiliki sikap yang baik terhadap penggunaan earphone, dapat dilihat bahwa 50,% tidak setuju

Bagi guru, dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh guru kimia dalam pelaksanaan proses pembelajaran untuk membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis

Dari tabel 12 di atas, menunjukkan bahwa motivasi Masyarakat Kecamatan Medan Selayang masuk BPJS Kesehatan menuruti pendapat orang lain atau kelompok preferen secara

Kondisi perairan Teluk Ambon Luar memiliki indeks pencemaran perairan berdasarkan baku mutu untuk biota laut seluruhnya dalam kondisi baik meskipun ada beberapa

Walaupun hasil pembacaan ini didasarkan atas anggapan bahwa nilai rata-rata pem- bacaan termometer (umumnya 9 nilai) merupakan nilai sesungguhnya yang ditun- jukkan oleh

1. Makna tindak tutur ekspresif dalam drama Koukousei Resutoran ada delapan jenis, yakni: memuji 16 kali kemunculan, mengucapkan terima kasih 7 kali kemunculan, meminta