1
ANALISIS MOTIVASI BELAJAR SISWA
(Studi Tentang Peserta Didik yang Memiliki Motivasi Rendah Di Sekolah Menengah Atas Santun Untan Pontianak)
Ismi Tri Wahyu Yuha, Indri Astuti, Ana Fergina
Program Studi Bimbingan Konseling FKIP Untan Pontianak Email : [email protected]
Abstract
This study aims to analyze students' learning motivation (study of students who have low motivation at Santun Untan Pontianak High School). The research method used is descriptive with a qualitative research approach. The data sources of this research are homeroom teachers, subject teachers, counseling guidance teachers, and students whose learning outcomes are below the minimum completeness criteria. Interview data collection techniques. Data analysis using an interactive model consists of data reduction, data presentation and conclusion drawing. The results of the study show that the factors that influence low learning motivation are the ability of teachers, students' abilities, and the condition of parents of students, the impact of low learning motivation is not being able to carry out tasks, quickly despairing, indifferent to their own problems, depending on other people, and cannot be responsible for the tasks given, and the efforts of Guidance and Counseling teachers to increase low learning motivation, namely adjustments to the implementation of learning needed by students, such as when starting learning the teacher can start with questions, During the learning process the teacher stimulates In order to create the attractiveness of the lesson, it can be done by holding games. At the end of learning the teacher must evaluate and provide input. Teachers must provide grades, give rewards or prizes, build competitive competitions, and notify learning outcomes.
Kata Kunci: Motivasi Belajar Rendah
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi atau kelebihan sumber daya manusia meliputi kegiatan pengajaran. Pendidikan adalah sebuah usaha yang dilakukan oleh individu secara sadar dan terencana untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dengan tujuan mendidik peserta didik dalam mengembangkan potensi dirinya (Dahliana , 2016, p. 73).
Keadaan ini tentu saja memberikan dampak pada kualitas pembelajaran, Siswa dan guru yang sebelumnya berinteraksi secara langsung dalam ruang kelas sekarang harus
berinteraksi dalam ruang virtual yang terbatas. guru dituntut memberikan pengajaran yang baik, menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar dan secara kreatif dan inovatif menggunakan media belajar yang menarik agar siswa dapat memahami materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Namun, Banyak terdengar keluhan dari peserta didik saat pembelajaran online berlangsung. Salah satu kendalanya, peserta didik kesulitan mendapatkan jaringan untuk dapat mengikuti pembelajaran, terlalu banyaknya tugas yang diberikan oleh guru
2 sehingga membuat peserta didik kebingungan. Dari masalah-masalah yang dialami peserta didik tersebut, dapat memicu menurunnya semangat belajar atau motivasi belajar peserta didik rendah.
Motivasi diri untuk terus belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa sekolah, karena motivasi tersebut akan menggugah anak untuk tetap bersemangat dalam belajar. Sebaliknya, tanpa motivasi tersebut, siswa sekolah akan merasa sangat sulit untuk memahami materi yang telah dijelaskan oleh guru. Tentu saja hal ini akan berdampak buruk bagi kualitas dirinya sendiri, juga kualitas generasi muda bangsa ini.
Pada masa pubertas siswa ditandai dengan sejumlah ciri-ciri atau perubahan yang dialami pada siswa. Perubahan tersebut meliputi perubahan fisik, kognitif, dan sosio- emosional. Selain itu, dalam masa remaja, siswa memiliki tugas perkembangan yang perlu dilakukan, salah satunya yaitu mencapai kematangan intelektual. Siswa yang belum memiliki motivasi belajar dapat dikatakan belum mempu mencapai kematangan intelektual
Faktanya, kurangnya motivasi diri untuk belajar pada siswa di sekolah ternyata menjadikan masalah yang begitu membingungkan bagi guru, misalnya banyak siswa menghabiskan waktu belajar untuk tidur selama pelajaran berlangsung atau mengabaikan penjelasan guru, dan lain-lain.
Ini adalah contoh masalah serius yang dialami oleh kebanyakan guru saat ini.
Akibatnya pemerintah harus bekerja sama untuk menekan laju penyebaran virus Covid-19 dengan mengeluarkan kebijakan agar seluruh warga masyarakat untuk melakukan social distancing atau menjaga jarak. Sehingga dengan adanya kebijakan tersebut seluruh aktivitas masyarakat yang dulu dilakukan di luar rumah dengan berkumpul dan berkelompok, kini harus diberhentikan sejenak dan diganti dengan beraktivitas di rumah masing-masing. Salah satu dampak social distancing juga terjadi pada sistem pembelajaran di sekolah.
Berdasarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam masa darurat penyebaran virus, Mendikbud menghimbau agar semua lembaga pendidikan tidak melakukan proses
belajar mengajar secara langsung atau tatap muka, melainkan harus dilakukan secara tidak langsung atau jarak jauh (Kemdikbud, 2020).
Dengan adanya himbauan tersebut membuat semua lembaga pendidikan mengganti metode pembelajaran yang digunakan yaitu menjadi online atau dalam jaringan (daring). Motivasi diri untuk terus belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa sekolah, karena motivasi tersebut akan menggugah anak untuk tetap bersemangat dalam belajar. Sebaliknya, tanpa motivasi tersebut, siswa sekolah akan merasa sangat sulit untuk memahami materi yang telah dijelaskan oleh guru. Tentu saja hal ini akan berdampak buruk bagi kualitas dirinya sendiri, juga kualitas generasi muda bangsa ini.
“Motivasi merupakan penggerak atau pendorong seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan dalam diri mereka”. motivasi dapat diartikan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikanarah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai”. (Hamzah, 2008; (sardiman, 2014).
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil subjek siswa Sekolah Menengah Atas Santun Untan Pontianak kelas XI. Siswa SMA termasuk dalam kategori remaja pertengahan, karena usia siswa SMA 15-18 Tahun bisa dikatakan masa peralihan seseorang dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa.
King (2012, p. 188) mengatakan bahwa masa remaja adalah masa perkembangan yang merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa. Masa ini sering disebut pubertas.
Dari keseluruhan jumlah siswa di Sekolah Menengah Atas Santun Untan Pontianak yang berjumlah 137 siswa, hanya siswa kelas XI yang cendrung memiliki hasil belajar rendah. Hal tersebut dilihat dari nilai rapor siswa menunjukkan ada beberapa nilai siswa dibawah KKM.
Hal ini Karena disebabkan bahwa selama proses pembelajaran online siswa merasa jenuh dan bosan sehingga siswa menjadi cendeerung pasif dalam proses pembelajaran. Siswa ketika di beri materi
3 ataupun tugas dari guru siswa mengerjakan hanya asal-asalan, setengan dari siswa mengerjakan dengan penuh semangat, ada juga siswa yang di beri tugas mereka mengerjakan asal-asalan. Bahkan ketika guru menjelaskan materi pembelajaran, beberapa diantaranya tidak fokus, berperilaku tidak sopan, dan ada yang sibuk dengan hp nya masing-masing. Motivasi siswa juga menjadi hal yang tidak boleh diabaikan dalam belajar, karena dengan adanya motivasi siswa untuk belajar, proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik.
Jadi jelas bahwa dalam kegiatan belajar banyak masalah-masalah yang timbul terutama yang dirasakan oleh siswa sendiri.
Sekolah mempunyai tanggung jawab yang besar dalam membantu siswa agar mereka berhasil dalam belajar. Untuk itu hendaknya sekolah memberikan bantuan kepada siswa dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan belajar
Hal ini Karena disebabkan bahwa selama proses pembelajaran online siswa merasa jenuh dan bosan sehingga siswa menjadi cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Siswa ketika di beri materi ataupun tugas dari guru siswa mengerjakan hanya asal-asalan, setengan dari siswa mengerjakan dengan penuh semangat, ada juga siswa yang di beri tugas mereka mengerjakan asal-asalan. Bahkan ketika guru menjelaskan materi pembelajaran, beberapa diantaranya tidak fokus, berperilaku tidak sopan, dan ada yang sibuk dengan hp nya masing-masing.
Menurut Sukmadinata (2007, p. 71) bimbingan dan konseling merupakan bagian dari kesuluruhan penyelenggaraan pendidikan khususnya di sekolah yaitu memberikan layanan bantuan atau bimbingan kepada para siswa supaya mencapai tugas perkembangannya secara optimal. Maka dari itu, sekolah sebagai lembaga pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan formal, mempunyai peranan yang penting tak kalah penting dengan peranan keluarga dan masyarakat, kerjasama pihak sekolah dengan orang tua sangat tepat di lakukan untuk membantu remaja mengatasi masalah yang terjadi.
METODE PENELITIAN
Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
menurut Subhana dan Sudrajat (2005, p. 27) penelitian deskriptif cenderung tidak melakukan tindakan ataupun pengontrolan perlakuan pada subjek penelitian. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan metode deskriptif merupakan metode pemecahan masalah dalam suatu penelitian berdasarkan fakta- fakta lapangan dengan memusatkan perhatian pada suatu kejadian, peristiwa, gejala pada masalah yang terjadi.
Menurut Sugiyono (2013, p. 9), penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang dilandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan peneliti untuk mengungkap atau menjaring informasi kuantitatif dari responden sesuai lingkup penelitian. Nawawi (2012, p. 101) menyatakan ada enam teknik pengumpul data dalam penelitian, yaitu: a. Teknik observasi langsung b. Teknik observasi tidak langsung c. Teknik komunikasi langsung d. Teknik komunikasi tidak langsung e. Teknik studi dokumenter f. Teknik pengukuran.
Alat Pengumpul Data
Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Wawancara.
Wawancara akan digunakan untuk mengetahui bagaimana perkembangan dalam penelitian ini. Sugiyono (2015, p. 72)
‟wawancara adalah pertemuan yang dilakukan oleh dua orang untuk bertukar informasi maupun suatu ide dengan cara tanya jawab, sehingga dapat dikerucutkan menjadi sebuah kesimpulan atau makna dalam topik tertentu‟‟. Sugiyono (2016, p.
115) membagi wawancara menjadi 2 jenis yaitu: a. Wawancara terstruktur b.
Wawancara semiterstruktur.
4 Adapun tahapan yang dilakukan dalam periksaan keabsahan data diantaranya:
1.Peneliti terjun langsung dalam penelitian.
2.Pengamatan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan memusatkan diri pada persoalan yang terjadi, hal ini bertujuan agar mendapatkan informasi sampai sedetail mungkin. 3.Langkah terakhir adalah menggunakan triangulasi adalah salah satu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan sesuatu yag ada di luar data, hal ini bertujuan untuk mengecek dan membandingkan data tersebut. Ada 3 macam triangulasi untuk teknik pembanding yaitu:
a.Triangulasi sumber yaitu pengecekan data yang dilakukan dengan cara melalui beberapa sumber. Dari beberapa sumber berbeda tersebut harus menemukan jawaban yang sama dengan pertanyaan yang peneliti berikan. b.Triangulasi teknik yaitu pengecekan dengan menggunakan teknik yang berbeda seperti observasi dan dokumentasi. c.Triangulasi waktu yaitu mengecek data dengan melakukan wawancara observasi dan teknik lainnya dalam waktu yang berbeda akan tetapi pertanyaan dan jawaban tetap sama.
Didalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik untuk mengecek keabsahan data penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil wawancara yang telah dikumpulkan kemudian dipemaparkan hasil analisis data yang telah peneliti kumpulkan dari wawancara selama melakukan penelitian. Dibawah ini adalah hasil temuan yang telah dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:
1. Faktor-faktoryang mempengaruhi motivasi belajar yang rendah
Motivasi belajar yang rendah dapat terjadi karena beberapa faktor penyebab.
Faktor yang mempengaruhi motivasi belajar rendah berdasarkan hasil wawancara yaitu:
a. Kemampuan Peserta Didik
Terdapat beberapa subjek penelitian yang pasif dalam mengikuti pembelajaran online yaitu J, R, AF, FI, NA, RI, dan RC.
Pasif disini adalah bersifat menerima saja, tidak giat, dan tidak aktif. Maka dapat dikatakan peserta didik yang pasif disini adalah peserta didik yang memiliki sikap
diam atau pasrah terhadap pembelajaran walaupun peserta didik tidak memahaminya.
Alasan peserta didik pasif karena tidak ada dorongan untuk melakukan kegiatan belajar karena kurang berminat dengan materi atau merasa materinya sulit untuk dipahami
Tingkat kompetensi peserta didik terhadap pemahaman materi yang disampaikan guru sangat penting apabila peserta didik tidak mengerti dengan materi yang disampaikan maka peserta didik menjadi pasif dalam pembelajaran, untuk itu peserta didik dituntut untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran. Keaktifan peserta didik bisa berupa aktivitas tanya jawab dengan guru, apabila peserta didik kurang mengerti dengan pemaparan guru hendaknya peserta didik bertanya kepada guru agar dijelaskan lagi dengan jelas, dan apabila guru memberikan pertanyaan peserta didik harus lebih berani untuk menjawab pertanyaan yang diberikan guru tanpa harus ditunjuk terlebih dahulu.
b. Kemampuan Guru
Berdasarkan hasil wawancara terhadap subjek penelitian, guru telah menyampaikan materi dengan baik, namun cara penyampaian yang membuat peserta didik kurang tertarik dan bosan dengan materi yang disampaikan. Pernyataan diatas dikuatkan dengan hasil wawancara terhadap wali kelas, guru mapel, dan guru BK dimana sebagian besar peserta didik tidak menyukai pembelajaran online karena tidak ada kegiatan aktifitas fisik.
Adapun alasan peserta didik merasa bosan sehingga tidak aktif dalam pembelajaran karena cara penyampaian materi tidak bervariasi, guru hanya menjelasakan dan peserta didik hanya mendengarkan. Penyampaian materi tidak tuntas sehingga menyebabkan peserta didik tidak memahami materi yang disampaikan.
Guru hanya memberikan tugas sebagai evaluasi tanpa penjelasan terlebih dahulu.
Namun ada beberapa guru sudah berusaha membuat peserta didik untuk aktif dan membuat suasana menyenangkan dalam pembelajaran, sehingga peserta didik merasa bosan yaitu dengan menayangkan video pembelajaran dengan berbagai animasi untuk menarik perhatian peserta didik. Selain itu, guru juga memberikan quiz online untuk mengetahui pemahaman peserta didik
5 terhadap materi yang diberikan guru.
Dalam kegiatan pembelajaran, selain sebagai pendidik guru juga sebagai fasilitator. Sebagai fasilitator, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi peserta didik untuk mencapai tujuan.
Guru memiliki tanggung jawab dalam membantu proses perkembangan peserta didik. Subjek J, R, FI, NA, FA, RC, RI, FI dan AF menyatakan bahwa mereka cepat bosan ketika belajar. Hal ini disebabkan oleh cara penyampaian materi yang kurang bervariasi.
Hal ini sebenarnya bisa ditangani jika guru melakukan persiapan mengajar dengan maksimal seperti persiapan sebelum mengajar. Hal ini diungkapkan oleh Ellior dalam Khodijah (2016, p. 158-159), dimana persiapan awal mengajar dapat menimbulkan motivasi belajar pada siswa. Selain itu, melakukan berbagai aktivitas selama pembelajaran daring dapat meningkatkan motivasi peserta didik dalam belajar. Subjek J, R, FI, NA, FA, RC, RI, FI dan AF menyatakan mereka tidak tertarik dengan penyampaian materi dapat diatasi dengan pemberian pujian atau hadiah setelah mereka bisa menjawab atau selesai mengerjakan pekerjaan sekolah.
c. Keadaan orangtua peserta didik Berdasarkan hasil wawancara terhadap subjek penelitian dapat diungkapkan bahwa peran orang tua sangatlah besar dalam proses pembelajaran online yaitu mengawasi atau mendampingi peserta didik selama proses pembelajaran serta bisa memberi motivasi terhadap peserta didik agar lebih giat belajar dan memperbaiki nilai hasil belajar yang rendah. Hasil wawancara tersebut dikuatkan dengan wawancara terhadap wali kelas, guru mapel, dan guru BK yaitu sebagian besar orangtua atau wali peserta didik tidak mendampingi atau mengawasi proses pembelajaran peserta didik, karena kesibukan kerja.
Orang tua memiliki peran sangat besar dalam proses pembelajaran mengingat proses pembelajaran yang dilakukan hanya pembelajaran online. Orang tua yang sadar pentingnya belajar akan memantau dan mengawasi anak mereka belajar serta memberikan semangat dan memotivasi anak mereka untuk lebih giat belajar.
Dalam proses pembelajaran daring orang tua mengawasi atau mendampingi anak selama proses pembelajaran serta bisa memberi motivasi terhadap peserta didik agar lebih giat belajar. Subjek J, R, FI, NA, FA, RC, RI, FI dan AF menyatakan bahwa mereka tidak didampingi dan diawasi oleh orang tua selama proses pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh kesibukan orang tua yang bekerja.
2. Dampak dari motivasi belajar yang rendah
Motivasi belajar yang rendah dapat memiliki dampak yang sangat buruk terhadap peserta didik. Dampak yang ditemukan antara lain:
a. Tidak Bisa Menekuni Tugas
Karena motivasi peserta didik yang rendah, maka peserta didik tidak menekuni tugas tersebut. Peserta didik hanya mengerjakan tugas yang menurutnya lebih mudah tidak ada keinginan untuk menekuni tugas tersebut.Subjek J, R, FI, NA, FA, RC, RI, FI dan AF menyatakan bahwa mereka hanya mengerjakan tugas atau soal yang mudah saja. Hal ini disebabkan karena mereka tidak memahami materi sehingga merasa jenuh terhadap materi tersebut dan membuat mereka tidak menekuni tugas yang diberikan guru.
b. Cepat Putus Asa
Cepat putus asa merupakan alah satu dampak dari motivasi belajar yang rendah.
Subjek J, R, FI, dan AF menyatakan bahwa mereka mudah putus asa dalam menghadapi tugas yang diberikan guru. Hal ini disebabkan karena mereka tidak memahami materi sehingga mereka tidak memiliki kemauan untuk bertanya kepada guru atau temannya. Sardiman (2007, p. 83) mengungkapkan salah satu ciri-ciri orang yang memiliki motivasi dalam belajar adalah ulet dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan. Subjek J, R, FI, dan AF tidak termasuk ciri-ciri orang yang memiliki motivasi tinggi.
c. Acuh tak acuh terhadap permasalahan sendiri
Sebagian besar ketika peserta didik J, R, FI, dan AF mengalami kesulitan belajar dan hasil evaluasinya rendah, peserta didik tidak berusaha untuk mencari sosulisi atau
6
menceritakan kesulitan tersebut dengan guru atau pun dengan keluarga, peserta didik memilih untuk mengacuhkannya. Hasil
wawancara dengan walikelas, guru mapel, dan guru BK tersebut yaitu terlihat dari beberapa peserta didik yang memang acuh tak acuh dengan hasil evaluasi dan kesulitannya dalam belajar, namun sebagian peserta didik berusaha untuk memperbaiki hasil evaluasi dan mencari solusi terhadap masalah yang mereka hadapi.
Namun ada beberapa subjek penelitian NA, FA, RC, RI, FI apabila subjek penelitian tersebut mengalami kesulitan belajar dan hasil evaluasinya rendah subjek penelitian tersebut memiliki keinginan untuk belajar. Ketika subjek penelitian tersebut mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan guru, subjek penelitian tersebut bertanya kepada teman yang menurutnya lebih paham atau memahami materi tersebut dan bertanya kepada saudara, jika benar-benar tidak mendapatkan jawaban maka subjek penelitian tersebut akan berusaha menghubungi guru dan menanya materi atau tugas yang tidak subjek penelitian tersebut pahami.
Sikap acuh tak acuh merupakan salah satu ciri-ciri peserta didik yang bermotivasi rendah. Subjek J, R, FI, dan AF akan acuh tak acuh terhadap permasalahan sendiri, Subjek J, R, FI, dan AF tidak mencari solusi atau memecahkan permasalahan diri sendiri.
Hal ini disebabkan karena mereka kesulitan dalam belajar seperti tidak memahami materi yang diberikan guru atau tugas yang diberikan guru. Sikap acuh tak acuh tersebut karena peserta didik memiliki motivasi belajar yang rendah.
Sardiman (2007, p. 83) menyatakan salah satu ciri-ciri orang yang memiliki motivasi dalam belajar adalah memungkinkan memiliki minat terhadap bermacam-macam masalah yang dihadapinya. Keempat saubjek diatas belum bisa mengatasi masalah mereka sendiri.
d. Bergantung pada orang lain
Berdasarkan hasil penelitian terdapat beberapa subjek penelitian J, R, FI, dan AF, bergantung pada orang lain seperti banyak bergantung dengan teman dan saudara, untuk mencari penyelesaian tugas yang tidak dipahami tanpa ada usaha untuk menyelesaikan sendiri. Namun ada beberapa
subjek penelitian NA, FA, RC, RI, FI apabila subjek penelitian tersebut mengalami kesulitan belajar subjek penelitian tersebut berusaha menyelesaikan sendiri. Begitu pula apabila mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan guru, subjek penelitian tersebut langsung bertanya kepada guru tersebut.
Meminta bantuan dengan orang lain merupakan perbuatan yang wajar, sebagai peserta didik sedah sepatutnya memerlukan bantuan jika mengalami kesulitan. Namun, jika peserta didik tersebut terlalu tergantung dengan orang lain tanpa usaha sendiri akan menimbulkan masalah.
Bergantung pada orang lain merupakan dampak dari motivasi rendah terhadap belajar. Subjek J, R, FI, dan AF menyatakan jika mereka merasa malas untuk mengerjakan tugas yang diberikan guru, mereka lebih sering meminta bantuan kepada saudara atau teman. Hal ini disebabkan karena mereka tidak memahami materi sehingga mereka bergantung kepada orang lain.
Sardiman (2007, p. 83) salah satu ciri- ciri orang yang memiliki motivasi dalam belajar adalah lebih sering bekerja secara mandiri.
e. Tidak bisa bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan
Jika dilihat dari hasil wawancara terdapat beberapa subjek penelitian J, R, FI, dan AF, ketika mendapatkan tugas hanya mengerjakan yang sebisanya saja, selebihnya tidak dikerjakan. Karena alasan tidak memahami materi dan tugas yang diberikan guru sehingga tidak bisa menjawab dan mengabaikan tugas tersebut, dapat dikatakan subjek penelitian tersebut tidak bisa bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Hasil wawancara dengan walikelas, guru mapel, dan guru BK yaitu ada sebagian peserta didik yang acuh tak acuh dan tidak bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, namun ada juga peserta didik yang berusaha mengerjakan semaksimal mungkin terhadap tugas tersebut
Namun ada beberapa subjek penelitian NA, FA, RC, RI, FI ketika mendapatkan tugas berusaha untuk menyelesaikannya, subjek penelitian tersebut masih merasa memiliki rasa tanggung jawab terhadap
7 tugas yang diberikan guru.
Subjek J, R, FI, dan AF menyatakan tidak bisa bertanggung jawab dengan segala sesuatu yang dipercayakan kepada mereka ataupun tugas-tugas yang diberikan untuk diselesaikan dengan baik. Hal ini disebabkan karena mereka kurang memahami materinya sehingga tidak bisa menjawab dan mengabaikan tugas tersebut.
Hamzah B. Uno (2008, p. 23) menjelaskan salah satu ciri-ciri orang yang memiliki motivasi dalam belajar adalah adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, sehingga peserta didik merasa bertanggung jawab terhadap tuga yang diberikan oleh guru. Keempat peserta didik tersebut belum memiliki tanggungjawab terhadap tugas yang diberikan. Hal ini dapat di lihat dari tugas yang diberikan selalu terlambat mengumpulkan dan hampir sering tidak di kerjakan.
3. Upaya guru Bimbingan dan Konseling meningkatkan motivasi belajar yang rendah
Untuk menumbuhkan motivasi anak, pada saat mengawali belajar guru dapat memulai dengan pertanyaan-pertanyaan untuk memancing siswa mengungkapkan sikap dan kebutuhan mereka terhadap pelajaran. Selama proses belajar guru menstimulasi siswa agar menimbulkan daya tarik pelajaran, bisa dilakukan dengan mengadakan permainan. Pada saat mengakhiri pembelajaran guru harus melakukan evaluasi dan memberikan masukan.
Selain itu, apapun yang dilakukan siswa guru harus memberikan nilai, nilai merupakan motivasi siswa. Memberikan reward atau hadiah merupakan salah satu cara untuk membangun keinginan mereka menekuni bidang tersebut. Kompetisi Persaingan, baik yang individu atau kelompok karena terkadang jika ada saingan, siswa akan menjadi lebih bersemangat dalam mencapai hasil yang terbaik. Memberi tahu hasil belajar juga dorongan untuk siswa mengetahui apakah hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa pasti akan berusaha mempertahankannya atau bahkan termotivasi untuk dapat meningkatkannya.
Guru bimbingan konseling bertugas mengadakan hubungan kerja sama dengan guru, dan siswa dalam kaitannya dengan
permasalahan dalam motivasi siswa untuk belajar di sekolah. Guru Bimbingan dan Konseling tetap memantau peserta didik melalui grup Whats App dan juga laporan dari guru bidang studi maupun wali kelas.
Guru bimbingan konseling telah melakukan layanan untuk menumbuhkan motivasi anak.
Mencakup evaluasi terhadap pembelajaran yang dilakukan oleh guru, dan tahap awal dalam memulai pelajaran. Selama proses belajar guru menstimulasi siswa agar menimbulkan daya tarik pelajaran, guru mengadakan permainan.
Pada saat mengakhiri pembelajaran guru melakukan evaluasi dan memberikan masukan. Selain itu apapun yang dilakukan siswa guru memberikan nilai, karena nilai dapat memotivasi siswa. Pada beberapa pertemuan, guru juga memberikan hadiah kepada peserta didik, karena hal tersebut dapat memotivasi.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan hasil analisis temuan penelitian yang dipaparkan, maka dapat disimpulkan hasil penelitian sebagai berikut (a)Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar yang rendah adalah kemampuan Guru, kemampuan Peserta didik, dan Keadaan Orang Tua Peserta didik . (b) Dampak dari motivasi belajar yang rendah yaitu tidak bisa menekuni tugas, cepat putus asa, acuh tak acuh terhadap permasalahan sendiri, bergantung pada orang lain, dan tidak bisa bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. (c) Upaya guru Bimbingan dan Konseling meningkatkan motivasi belajar yang rendah yaitu penyesuaian pelaksanaan belajar yang dibutuhkan peserta didik seperti pada saat mengawali pembelajaran guru dapat memulai dengan pertanyaan- pertanyaan, Selama proses belajar guru menstimulasi siswa agar menimbulkan daya tarik pelajaran, bisa dilakukan dengan mengadakan permainan.
Pada saat mengakhiri pembelajaran guru harus melakukan evaluasi dan memberikan masukan. Guru harus memberikan nilai, memberikan reward atau hadiah, membangun kompetisi persaingan, serta memberi tahu hasil belajar.
8 Saran
Berdasarkan temuan penelitian dan kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut: 1. Bagi Guru Pelaksanaan proses pembelajaran sebaiknya menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi / melakukan kombinasi metode pembelajaran agar peserta didik tidak jenuh bisa dengan membuat media pembelajaran yang menarik.
2. Bagi Peneliti Selanjutnya Saran bagi peneliti untuk penelitan selajutnya harus di perhatikan dan di siapkan pada saat akan melakukan penelitian di masa pandemi COVID-19 karena pada masa pandemi pembelajaran siswa dialihkan ke pembelajaran online, sehingga peneliti selanjutnya harus mempersiapkan keperluan untuk penelitian sedemikian mungkin.
9 DAFTAR RUJUKAN