• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd. ) Oleh Nama : Ernawati NIM :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd. ) Oleh Nama : Ernawati NIM :"

Copied!
198
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS ( STAD ) DAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY ( TSTS ) DENGAN BERBANTUKAN ALAT PERAGA KARTU

SKRIPSI

Disusun untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan ( S.Pd. )

Oleh Nama : Ernawati NIM : 2013830030

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2018

(2)

i Skripsi, 13 Februari 2018

Ernawati ( 2013830030 )

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS ( STAD ) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

( TSTS ) DENGAN BERBANTUKAN ALAT PERAGA KARTU

xvii + 171 halaman + 15 tabel + 3 gambar + 16 lampiran

ABSTRAK

Hal yang menjadi latar belakang dalam penelitian ini adalah pengalaman pribadi mengeni dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran koopertif tipe TSTS dengan memanfaatkan alat perga kartu. Untuk itu, Penelitian ini bertujuan untuk membedakan hasil belajar siswa pada pembelajaran matematika antara model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions dengan berbantukan alat peraga kartu dan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan berbantukan alat peraga kartu. Penelitian dilakukan menggunakan metode Quasi Experimental Design. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik purposive sampling. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII Sekolah Menengah Pertama MTs NU 01 Warureja dengan jumlah kelas sebanyak 5 kelas dan jumlah siswa sebanyak 159 siswa. Uji validitas instrumen menggunakan uji validasi konstruk menggunakan rumus Validitas dan Realibilitas, instrumen yang digunakan adalah instrumen tes uraian sebanyak 10 soal. Setelah sudah di uji coba ke kelas VII, data hasil test hasil belajar siswa dilakukan uji normalitas dengan rumus Chi Square dan uji homogenitas dengan rumus uji Fisher atau uji F. Setelah data berdistribusi normal dan varians homogen maka dilanjutkan dengan uji hipotesis dengan rumus uji t. Hasil uji hipotesis tes perbedaan hasil belajar siswa dalam pembelajaran matematika menghasilkan = 2,33 dan = 2,00 dengan taraf signifikansi 5%.

(3)

ii

berbantukan alat peraga kartu dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dengan berbantukan alat peraga kartu.

Kata Kunci : Hasil Belajar Matematika, Model pembelajaran kooperatif tipe STAD, Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS, Alat peraga.

Daftar Pustaka 16 (2009 - 2016)

(4)

iii

(5)

iv

(6)

v

Skripsi dengan judul “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Achievemen Divisions (STAD) dan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Berbantukan Alat Peraga Kartu” yang ditulis oleh Ernawati Nomer Pokok 2013830030 telah diujikan pada Selasa, 13 Februari 2018 diterima dan disahkan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Mengesahkan,

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN Dekan,

Dr. Iswan, M.Si

(7)

vi Ismah, M.Si

Ketua

……… ……….

Rahmita Nurul Muthmainnah, M.Pd,M.Sc Sekertaris

……… ………

Hastri Rosiyanti, M.PMat Pembimbing

……… ………

Rahmita Nurul Muthmainnah, M.Pd,M.Sc Penguji-1

……… ………

(8)

vii

(9)

viii

(10)

ix Yang bertanda tangan di bawah ini :

a. Nama : Ernawati

b. Tempat/Tanggal Lahir : Tegal, 04 Desember 1990 c. Fakultas/Prodi : Ilmu Pendidikan/Pendidikan

Matematika d. Nomor Pokok : 2013830030

e. Alamat Rumah : Kav.Bulak Macan jl.Khatulistiwa III

Rt/Rw 006/022 No.80 kel.Harapan Jaya, Bekasi Utara

f. No. Tlp/Hp : 0813-1462-2882

g. Judul Skripsi : Perbedaan Hasil Belajar Matematika

Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams

Achievement Divisions (STAD) dan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray ( TSTS ) dengan Berbantukan Alat Peraga Kartu

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa seluruh dokumen/data yang saya sampaikan dalam skripsi ini adalah benar sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau sebagian dokumen/data terdapat indikasi penyimpangan/pemalsuan pada bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi sesuai perundang-undangan yang berlaku.

Demikian fakta integritas ini dibuat dengan sesungguhnya tanpa ada paksaan dari siapapun juga, untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 13 Februari 2018 Yang Membuat Pernyataan,

Ernawati

(11)

x

(12)

xi

Skripsi ini kupersembahkan sebagai ungkapan cinta dan kasih sayang untuk Suami, Mama dan Bapak Tercinta, kedua kakakku yang membanggakan dan selalu mendoakan, memberi semangat serta kasih sayang yang tiada hentinya. Tak lupa jua teman-teman seperjuangan yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Untuk Mamaku Tercinta,meskipun engkau tak mendampingi perjuangan impianku sebagai pendidik tapi aku yakin mama bangga dengan anakmu ini….

A K U S A Y A N G K A L I A N 

(13)

xii

1.

Sukses adalah kemampuan untuk pergi dari 1 kegagalan ke kegagalan yang lainnya namun tanpa kehilangan antusiasme

- Winston Churchill –

2. Pendidikan akan menjadikan berilmu dan agama akan menjadikan berakhlaq

(14)

xiii Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah segala puji bagi Allah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta kepada umatnya yang selalu melaksanakan ajarannya.

Skripsi ini sengaja penulis ajukan sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta. Penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan yang baik ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada :

1. Bapak Dr. Iswan, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti studi di fakultas ini.

2. Ibu Rahmita Nurul Muthmainnah, M.Pd.,M.Sc., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta, yang telah memberikan dorongan dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Hastri Rosiyanti, M.PMat., Pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dan mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

4. Segenap dosen program studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Jakarta.

5. Segenap karyawan-karyawati Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta.

(15)

xiv

7. Orang tua penulis, suami, kakak dan anak tercinta, yang telah banyak memberikan semangat baik moril maupun materil dalam melanjutkan studi di universitas ini serta penyelesaian studi dengan tepat waktu.

8. Semua teman program studi Pendidikan Matematika angkatan 2013 yang selalu memberikan nasihat dan semangatnya.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah memberikan bantuan dan dukungan serta semangat kepada penulis dalam rangka penyelesaian studi dan penyusunan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini tentu masih banyak kekurangan dan kelemahannya, untuk itu penulis ingin menyampaikan permohonan kritik dan saran dalam rangka penyempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap Tugas Akhir Skripsi “Perbedaan Hasil Belajar Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievemen Divisions (STAD) dan Model Pembelajaran Koopertif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Berbantukan Alat Peraga Kartu” dapat bermanfaat bagi semua.

AMIN YA ROBBAL „ALAMIN

Bekasi, 13 Februari 2018

Penulis

(16)

xv

ABSTRAK ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PERSETUJUAN PANITIA UJUAN SKRIPSI ... iii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

FAKTA INTEGRITAS ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

MOTTO ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi masalah ... 8

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Perumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

(17)

xvi

A. Kajian Teori ... 13

1. Pengertian Matematika ... 13

2. Hasil Belajar ... 14

a. Pengertian Hasil Belajar ... 14

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar ... 16

3. Alat Peraga ... 19

a. Pengertian alat peraga ... 19

b. Syarat dan kriteria alat peraga ... 20

c. Manfaat penggunaan alat peraga ... 21

4. Model Pembelajaran Kooperatif ... 22

5. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions ( STAD ) ... 23

a. Langkah-langkah Model Pembelajaran STAD ... 24

b. Kelebihan Model Pembelajaran STAD ... 25

c. Kekurangan model Pembelajaran STAD ... 26

6. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray ... 26

a. Langkah-langkah Model Pembelajaran TSTS ... 27

b. Kelebihan model Pembelajaran TSTS ... 29

c. Kekurangan Model pembelajarn TSTS ... 31

B. Kerangka Berfikir ... 32

C. Hipotesis Penelitian ... 35

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 36

1. Tempat Penelitian ... 36

2. Waktu Penelitian ... 36

B. Metode Penelitian ... 37

(18)

xvii

D. Populasi dan Sampel ... 41

1. Populasi ... 41

2. Sampel ... 42

3. Teknik sampling ... 42

E. Kisi-kisi Instrumen Penelitian ... 43

1. Instrument tes ... 43

2. Observasi ... 43

3. Wawancara ... 44

4. Dokumentasi ... 44

F. Teknik pengumpulan data ... 44

1. Tes ... 44

2. Non Tes ... 45

3. Wawancara ... 45

G. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 45

1. Uji Prasyarat Analisis ... 46

a. Uji Normalitas ... 46

b. Uji Homogenitas ... 50

c. Uji Hipotesis ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 53

1. Deskripsi Tempat Penelitian ... 53

2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 55

a. Hasil Tes Belajar Matematika Siswa di Kelas VII D ... 58

b. Hasil Tes Belajar Matematika Siswa di Kelas VII E ... 62

(19)

xviii

1. Uji Analisis Instrumen Penelitian ... 67

a. Uji Validitas ... 67

b. Uji Reliabilitas ... 68

2. Uji Prasyarat Analisis ... 68

a. Uji Normalitas ... 69

b. Uji Homogenitas ... 69

c. Uji Hipotesis ... 70

C. Interpretasi Hasil Penelitian ... 71

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 75

B. Saran-saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(20)

xix

Tabel 3.2 Desain Penelitian ... 38

Tabel 4.1 Data Ruangan MTs NU 01 Warureja Tegal ... 54

Tabel 4.2 Data Staff MTs NU 01 Warureja Tegal ... 56

Tabel 4.3 Data Siswa MTs NU 01 Warureja... 56

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matematika Siswa dengan Model STAD ... 60

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Matemtika Siswa dengan Model TSTS ... 64

Tabel 4.6 Perbedaan Hasil Belajar Kelas VII D dan Kelas VII E... 66

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Test ... 68

Tabel 4.8 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 69

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Normalitas ... 70

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas ... 70

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis ... 71

(21)

xx

Gambar 4.1 Grafik Histogram Hasil Belajar Siswa Kelas VII D ... 62 Gambar 4.2 Grafik Histogram Hasil Belajar Siswa Kelas VII E ... 65

(22)

xxi

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas

Dengan Model STAD ... 80 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas

Dengan Model TSTS ... 110 Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen Soal dan Pedoman

Penskoran Hasil Belajar Siswa ... 139 Lampiran 4 Soal Tes Hasil Belajar Siswa dan Kunci Jawaban

Hasil Belajar Siswa ... 141 Lampiran 5 Perhitungan Uji Validitas Instrumen ... 145 Lampiran 6 Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen ... 147 Lampiran 7 Uji Normalitas... 149 Lampiran 8 Uji Homogenitas ... 157 Lampiran 9 Uji Hipotesis ... 158 Lampiran 10 Surat Permohonan Izin Penelitian dari UMJ untuk

MTs NU 01 Warureja Tegal ... 162 Lampiran 11 Surat Keterangan Penelitian dari

MTs NU 01 Warureja ... 163 Lampiran 12 Kartu Menyaksikan Sidang ... 164 Lampiran 13 Kartu Konsultasi Bimbingan ... 165

Lampiran 14 Tes Hasil Belajar ... 167

(23)

xxii

(24)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan di manapun ia berada. Pendidikan baik formal maupun informal merupakan hal yang penting bagi perkembangan seorang manusia.

Dengan pendidikan diharapkan seseorang akan mampu menjalani hidupnya dengan lebih baik, bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungan sekitarnya. Pendidikan juga merupakan proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia yang diperoleh melalui proses yang panjang dan berlangsung sepanjang kehidupan.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-qur’an, (surat Al- Mujadilah ayat 11 )

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, "Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.

Dan apabila dikatakan, "Berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya

(25)

2

Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah maha teliti apa yang kamu kerjakan. (Q.S:Al-Mujadilah ayat 11)

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ) berdampak pada semua lini kehidupan. Selain perkembangan yang pesat, perubahan juga terjadi dengan cepat. Karenanya diperlukan kemampuan untuk memperoleh, mengelola dan memanfaatkan iptek tersebut secara proporsional. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran yang sistematis, logis dan kritis yang dapat dikembangkan melalui peningkatan mutu pendidikan. Hal yang paling menentukan untuk tercapainya pendidikan yang berkualitas adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan. Kemampuan ini membutuhkan pemikiran yang sistematis, logis dan kritis yang dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika.

Dalam dunia pendidikan, sering kali kita jumpai siswa yang mengalami kesulitan khususnya pada mata pelajaran matematika dimana sangat erat kaitannya dengan perhitungan, angka serta berbagai variasi rumus. Matematika merupakan ilmu dasar yang memerlukan penguasaan bertahap dan saling berhubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain sehingga siswa dituntut memahami materi sebelumnya karena akan berkaitan dengan materi berikutnya. Untuk itu, terkadang siswa mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Selain itu, matematika di kategorikan sebagai

(26)

3

mata pelajaran yang sulit serta kurang diminati siswa karena siswa cenderung malas berfikir serta mencoba dalam perhitungan penyelesaian soal matematika. Untuk itu diperlukan model pembelajaran yang tepat serta di dukung dengan alat peraga yang dapat membantu memahami materi yang di pelajari. Hal ini bertujuan agar siswa merasa terbantu serta mempunyai tingkat pemahaman tersendiri tentang apa yang menjadi logika masing-masing. Dan yang terpenting, akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

Fenomena yang terjadi di dalam pembelajaran matematika di sekolah saat ini adalah banyak terdengar keluhan bahwa pelajaran matematika membosankan, tidak menarik bahkan penuh misteri.

Ilmu matematika dirasa sukar, sulit dan tidak nampak kaitannya dalam kehidupan sehari-hari. Kenyataan ini adalah sebuah persepsi yang negatif terhadap matematika. Sementara itu ada juga siswa yang sangat menikmati keasyikan bermain dengan matematika, mengagumi keindahan matematika dan tertantang untuk memecahkan setiap soal matematika. Kenyataan ini adalah persepsi yang positif terhadap matematika. Masalahnya yang terjadi saat ini adalah persepsi negatif lebih banyak daripada persepsi positifnya.

Setiap mata pelajaran sangat bergantung dari cara guru dalam mengajar begitu pula dengan mata pelajaran matematika. Banyak cara bagi seorang guru untuk menyampaikan materi pelajaran yang akan membuat siswa merasa senang diantaranya dengan

(27)

4

menggunakan strategi, metode dan model pembelajaran yang tepat serta dibantu alat peraga yang mendukung kegiatan belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Untuk itu, proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik sesuai dengan tujuan jika di dukung kerja keras dari semua pihak, baik siswa, guru orang tua, lingkungan maupun pemerintah. Guru diharapkan dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dan tepat di setiap materi pelajaran sehingga proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan konsep materi yang disampaikan dapat dengan mudah diterima oleh siswa. Dorongan dari guru dapat melalui penggunaan model pembelajaran yang diterapkan ketika mengajar, gaya guru yang menarik perhatian siswa dan di dukung dengan penguasaan materi matematika oleh guru tersebut. Guru tidak hanya memberikan materi dan contoh soal sedangkan siswa hanya mendengarkan dan dalam menyelesaikan soal, siswa hanya meniru pola-pola penyelesaian yang telah dijelaskan oleh guru yang akan mengakibatkan siswa pasif dan kurang berfikir secara kreatif.

Untuk mengatasi masalah di atas maka perlu adanya suatu model pembelajaran yang dapat menimbulkan suasana belajar menjadi lebih menarik dan menyenangkan. Suasana pembelajaran matematika yang menarik dan menyenangkan bagi siswa akan memberikan dampak positif untuk keberhasilan belajar siswa. Dalam pembelajaran matematika, siswa hendaknya diberi kesempatan

(28)

5

untuk terlibat dan ikut mengambil bagian dalam belajar serta berinteraksi dengan seluruh peserta belajar yang ada di dalam kelas.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu menggunakan model pembelajaran sehingga masing-masing siswa dapat memahami konsep materi pada saat proses pembelajaran berlangsung dan mereka juga terlibat langsung aktif dalam proses pembelajaran.

Namun untuk menghindari pengulangan hasil temuan yang membahas permasalahan yang sama dari seseorang baik dalam bentuk buku atau dalam bentuk tulisan lainnya, maka penulis akan menyebutkan beberapa penelitian lain yang relevan dengan penelitian ini yaitu :

1. Berdasarkan jurnal dari penelitian Ratna Indriyani (2016;17) yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Matematika yang diberi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TSTS dan STAD Bagi Siswa Kelas X Teknik Bangunan SMK Negeri 2 Salatiga” menyimpulkan bahwa Ada Hasil uji hipotesis Mann-Whitney menghasilkan nilai signifikan 0,009 (kurang dari 0,05). Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara rerata kedua kelompok sampel dan karena rata kelas eksperimen (84,29) lebih tinggi dari pada rerata kelas kontrol (80,11), maka dapat disimpulkan terdapat perbedaan hasil belajar matematika kedua kelompok tersebut, dimana hasil belajar siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe TSTS lebih baik daripada hasil belajar matematika

(29)

6

siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD bagi siswa kelas X Teknik Bangunan SMK Negeri 2 Salatiga.

Selain itu, penelitian ini berimplikasi terhadap kemampuan berbicara siswa. Ketika siswa melakukan kegiatan “bertamu” dan

“tuan rumah” siswa dituntut untuk menjelaskan materi kepada pihak tuan rumah atau tamu secara berulang sebanyak kelompok yang ada. Penjelasan secara berulang yang dilakukan secara tidak sengaja melatih kemampuan berbicara siswa sehingga siswa yang awalnya tidak dapat menjelaskan maka pada akhirnya ia dapat bergiliran untuk menjelaskan kepada pihak tamu atau tuan rumah. Hal ini juga dapat meningkatkan kepercayaan diri siswa ketika ia dapat menjelaskan materi dengan baik.

2. Berdasarkan penelitian dari Zikrina Nizmi Siregar (2013;32) yang berjudul “Perbedaan Hasil Belajar Menggunakan Kooperatif Tipe STAD Dengan Kooperatif Tipe TSTS Terhadap Hasil Belajar Biologi Pada Submateri Sistem Peredaran Darah Manusia di Kelas XI IPA SMA Swasta Muhammadiyah-8 Kisaran T.P 2012/2013” menyimpulkan bahwa:

a. Hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) Pada Materi Pokok Sistem Peredaran Darah Manusia di Kelas XI IPA SMA Swasta Muhammadiyah – 8 Kisaran Tahun

(30)

7

Pembelajaran 2012/2013 dengan nilai rata – rata sebesar 74,4.

b. Hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievment Divisio) Pada Materi Pokok Sistem Peredaran Darah Manusia di Kelas XI IPA SMA Swasta Muhammadiyah – 8 Kisaran Tahun Pembelajaran 2012/2013 dengan nilai rata - rata 83,00.

c. Ada perbedaan hasil belajar yang signifikan antara siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievment Divisio) dan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS (Two Stay Two Stray) Pada Materi Pokok Sistem Peredaran Darah Manusia di Kelas XI IPA SMA.

Berikut latar belakang yang telah peneliti paparkan di atas yang menjadi dasar bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul

“Perbedaan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions ( STAD ) dan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray ( TSTS ) dengan berbantukan alat peraga kartu “.

(31)

8 B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat di identifikasikan permasalahan sebagai berikut :

1. Matematika memerlukan penguasaan bertahap dan saling berhubungan antara konsep yang satu dengan konsep yang lain sehingga siswa dituntut untuk memahami setiap matari sebelumnya

2. Mayoritas siswa malas dalam perhitungan dan rumus yang terlalu banyak sehingga siswa cenderung malas berfikir dan enggan mencoba dalam perhitungan penyelesaian soal matematika.

3. Persepsi negatif terhadap mata pelajaran matematika lebih banyak daripada persepsi positifnya.

C. Pembatasan Masalah

Untuk membatasi kesalah pahaman dalam masalah yang akan di bahas, maka peneliti membatasi masalah yaitu “ Perbedaan hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions ( STAD ) dan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray ( TSTS ) dengan berbantukan alat peraga kartu pada materi Bentuk Aljabar“

(32)

9 D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, maka perumusan masalah dalam penelitian difokuskan pada :

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) pada proses pembelajaran matematika terhadap hasil belajar siswa dengan berbantukan alat peraga kartu ?

2. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada proses pembelajaran matematika terhadap hasil belajar siswa dengan berbantukan alat peraga kartu ?

3. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran koopertif tipe TSTS dengan berbantukan alat peraga kartu ?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran matematika terhadap hasil belajar siswa dengan berbantukan alat peraga kartu yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

(33)

10

2. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran matematika terhadap hasil belajar siswa dengan berbantukan alat peraga kartu yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

3. Untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar matematika antara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan berbantukan alat peraga kartu.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara umum, manfaat teoritis yang diharapkan dalam penelitian ini adalah hasil penelitian ini dapat berguna sebagai salah satu sumbangsih pemikiran bagi dunia pendidikan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1) Meningkatkan antusiasme siswa dan menghilangkan kejenuhan siswa saat mengikuti pelajaran matematika di kelas

2) Menumbhkan kerjasama serta sikap toleransi berbagi pemikiran dalam mengikuti pelajaran Matematika

(34)

11

3) Dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa b. Bagi Guru

1) Memberikan ide kepada guru untuk menerapkan setiap model pembelajaran agar tercapai hasil belajar matematika yang di harapkan

2) Mengurangi kejenuhan dalam proses pembelajaran karena siswa terlibat aktif saat model pembelajaran diterapkan

3) Memiliki pengalaman baru serta referensi dalam menerapkan model pembelajaran

c. Bagi peneliti

1) Mencari solusi dari suatu permasalahan dengan melatih kemampuan membuat penelitian

2) Hasil penelitian ini berguna bagi peneliti dalam menganalisis dengan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

3) Memberikan pengalaman baru bagi peneliti telah melaksanakan kegiatan penelitian dengan mengajar langsung di tempat penelitian

G. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini, peneliti menyusun sistematika penulisan sebagai berikut :

(35)

12

BAB I : Pada bab ini menjelaskan latar belakang masalah,

identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan

BAB II : Pada bab ini menjelaskan kajian teori, kerangka berfikir, dan hipotesis penelitian

BAB III : Pada bab ini menjelaskan tempat dan waktu penelitian, metode penelitian, variabel dan definisi perasional variabel, populasi dan sampel, kisi – kisi dan instrument penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknis nalisis data

BAB IV : Pada bab ini menjelaskan deskripsi data, hasil analisis data dan interpretasi hasil penelitian

BAB V : Pada bab ini menjelaskan kesimpulan dan saran

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

D. Kajian Teori

6. Pengertian Matematika

Menurut Sundayana (2016:2) menyatakan bahwa matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(36)

13

Menurut Susanto (2013:185) menyatakan bahwa matematika merupakan salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir dan berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan berbagai pendapat dari para ahli Matematika di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pada hakikatnya matematika adalah ilmu yang melatih kemampuan berfikir secara logis, yang diajarkan disetiap jenjang pendididkan untuk bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

7. Hasil Belajar

c. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Sobari (2011:24) Hasil belajar adalah segala sesuatu yang dicapai dalam proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sengaja dan dalam jangka waktu tertentu.

Kegiatan proses perubahan tingkah laku seseorang terjadi secara bertahap. Dari tahapan tersebut, seseorang akan mendapatkan pengalaman yang nantinya akan dijadikan pelajaran dalam mengambil sebuah keputusan. Dari penambahan pengalaman atau latihan inilah maka perubahan tingkah laku pun terjadi dan

(37)

14

sifatnya menentap. Perubahan yang terjadi merupakan perubahan secara merata, maksudnya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Hasil belajar meruapakan salah satu hal yang dijadikan pusat perhatian dalam dunia pendidikan, karena hasil belajar menentukan tingkat keberhasilan dari proses belajar mengajar.

Sedangkan menurut Nana Sudjana (dalam Purwanto 2014:16) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan- kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia mengalami pengalaman belajarnya.

Berdasarkan pengertian hasil belajar diatas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat dilihat melalui evaluasi pembelajaran untuk mendapatkan data pembuktian yang akan meunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Benyamin Bloom dalam taksonomi bloom, hasil belajar dapat dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor dengan rincian sebagai berikut :

1) Ranah kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan dan ingatan, pemahaman,

(38)

15

penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

2) Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi/ pembentukan pola hidup.

3) Ranah Psikomotoris

Berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada 6 aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan/ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretatif.

Berdasarkan dari indikator-indikator yang ada, maka peneliti memilih indikator hasil belajar ranah kognitif yang meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian. Peneliti menggunakan ranah kognitif karena sesuai dengan indikator yang akan diamati. Namun peneliti hanya mengambil 3 indikator saja yaitu pengetahuan, pemahaman, dan penerapan. Hal ini dikarenakan hanya 3 indikator yang sesuai dengan model pembelajaran yang akan diteliti oleh peneliti dan sudah menunjukkan untuk semua proses belajar.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

(39)

16

Banyak jenis faktor yang mempengaruhi hasil belajar.

Namun menurut Syah ( 2010:129 ) ada 3 faktor yang mempengarui yaitu :

1) Faktor internal (Faktor dari dalam siswa) yakni keadaan kondisi jasmani dan rohani siswa

a) Faktor jasmaniah

Secara umum, kondisi jasmaniah dapat mempengaruhi semangat siswa dalam mengikuti pelajaran, kondisi tubuh yang lemah dapat menurunan kualitas belajar siswa.

b) Faktor psikologis

Ada 5 faktor psikologis yang dapat mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah :

(1) Intelegensi atau tingkat kecerdasan

Intelegensi pada umumnya diartiakan sebagai kemampuan psikofisik seseorang dalam menanggapi rangsangan dengan cara yang tepat. Tingkat kecerdasan siswa sangat mempengruhi keberhasilan siswa dalam belajar.

(2) Sikap siswa

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (Response Tendency) dengan cara yang

(40)

17

relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya baik secara positif maupun negatif.

(3) Bakat Siswa

Secara umum bakat (attitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

(4) Minat Siswa

Secara sederhana minat (Interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

(5) Motivasi Siswa

Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme pada manusia yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Kemauan dapat dikatakan sebagai faktor utama penentu keberhasilan seseorang dimana kemauan merupakan motor penggerak utama yang menentukan keberhasilan seseorang dalam hidupnya.

2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa) yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. Faktor ekstern siswa terdiri atas 2 macam yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial

a) Lingkungan Sosial

(41)

18

Lingkungan sosial seperti para guru, para tenaga kependidikan dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.

Tetangga dan masyarakat serta teman sepermaian juga merupakan lingkungan sosial yang dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Lingkungan sosial yang sangat mempengaruhi kegiatan belajar siswa adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi keluarga dapat memberikan dampak baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.

b) Lingkungan nonsosial

Faktor-faktor yang mempengaruhi lingkungan sosoal seperti gedung dan letaknya,rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, keadaan cuaca dan waktu belajar siswa yang digunakan.

3) Faktor pendekatan belajar (Approach Learning) yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Faktor pendekatan siswa juga

(42)

19

sangat berpengaruh terhadap keberhasilan dalam belajar seperti adanya strategi dalam proses pembelajaran yang dapat mamacu minat siswa untuk mempeoleh hasil belajar yang baik.

8. Alat Peraga

a. Pengertian alat peraga

Menurut Ali ( dalam Sundayana (2016:7)) menyatakan bahwa Alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan merangsang pikiran, perasaan dan perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar.

Menurut Ruseffendi ( dalam Sundayana ( 2016:7)) menyatakan bahwa alat peraga adalah alat yang menerangkan atau mewujudkan konsep matematika.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah semua atau segala sesuatu yang bisa digunakan dan dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan konsep- konsep pembelajaran dari materi yang bersifat abstrak atau kurang jelas menjadi nyata dan jelas sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian serta minat para siswa yang menjurus kearah terjadinya proses belajar mengajar.

b. Syarat dan kriteria alat peraga

(43)

20 1) Tahan Lama

2) Bentuk dan warnanya menarik 3) Sederhana dan mudah dikelola

4) Dapat menyajikan konsep matematika baik dalam bentuk real, gambar atau diagram

5) Sesuai dengan konsep matematika

6) Dapat memperjelas matemtatika dan bukan sebaliknya 7) Peragaan itu supaya menjadi dasar tumbuhnya konsep

berfikir abstrak bagi siswa

8) Menjadikan siswa belajar aktif dan mandiri dengan memanipulasi alat peraga

9) Bila mungkin alat peraga tersebut bisa berfaedah banyak

c. Manfaat penggunaan alat peraga

1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan.

2) Mencapai sasaran yang lebih banyak.

3) Dapat membantu dalam mengatasi berbagai macam hambatan dalam proses pendidikan.

4) Dapat merangsang sasaran dari pendidikan untuk mengimplementasikan ataupun melaksanakan pesan-pesan kesehatan atau pesan pendidikan yang akan disampaikan.

(44)

21

5) Dapat membantu sasaran pendidikan untuk belajar dengan cepat serta belajar lebih banyak materi atau bahan yang disampaikan.

6) Merangsang sasaran pendidikan untuk bisa meneruskan berbagai pesan yang disampaikan yang memberi materi kepada orang lain.

7) Dapat mempermudah saat penyampaian materi pendidikan atau informasi oleh para pendidik.

8) Dapat Mendorong keinginan orang-orang maupun individu untuk mengetahui, lalu kemudian lebih mendalami, lalu pada akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik. Individu yang melihat sesuatu yang memang ia diperlukan tentu akan menarik perhatiannya. Dan juga apa yang dilihat dengan penuh perhatian akan dapat memberikan pengertian baru untuknya, yang merupakan pendorong untuk melakukan ataupun memakai sesuatu yang baru tersebut.

9. Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran muncul karena adanya perkembangan dalam sistem pembelajaran yang ada. Pembelajaran kooperatif menggantikan sistem pembelajaran yang individual, dimana guru terus memberikan informasi dan peserta didik hanya memperhatikan saja.

(45)

22

Menurut Asmani ( 2016 : 40 ) menyatakan bahwa cooperative learning merupakan suatu model pengajaran di mana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok, setiap anggota saling kerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran.

Sedangkan menurut Isjoni ( 2013 : 16 ) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa ( student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Model pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Banyak model pembelajaran yang merangsang siswa untuk belajar secara mandiri, kreatif dan lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran. Diantara model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar mandiri, kreatif, aktif, dan tanggung jawab adalah

(46)

23

dengan model pembelajaran kooperatif. Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran Student Team Achievement Divisions dan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stry.

10. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions ( STAD )

Metode ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawan – kawan dari universitas John Hopkins. Model ini digunakan para guru untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu, baik melalui penilaian verbal maupun tertulis.

Menurut Slavin ( dalam Rusman, 2012 : 213 ) mengemukakan bahwa model pembelajaran STAD merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang diajarkan oleh guru.

Menurut Trianto ( 2012 : 68 ) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 siswa secara heterogen, yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

(47)

24

Berdasarkan beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulakn bahwa model pembelajaran STAD adalah model pembelajaran yang sangat melibatkan siswa untuk belajar dalam kelompok-kelompok yang heterogen ( tingkat prestasi, jenis kelamin, budaya, dan suku ) yang terdiri dari 4 -5 siswa.

a) Langkah – langkah pembelajaran kooperatif model STAD adalah :

1). Penyampaian tujuan dan motivasi

Menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar.

2). Presentasi Guru

Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan itu di pelajari.

3). Kegiatan Belajar dalam Tim

Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembar kerja serta pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing –masing memberikan kontribusi.

4). Kuis

(48)

25

Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing- masing kelompok.

5). Penghargaan Prestasi tim

Guru memerika hasil belajar siswa dan memberikan nilai dengan rentang 0 – 100 kemudian memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik.

b) Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Kelebihan dari model pembelajran koopertif tipe STAD adalah : 1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan

keterampilan bertanya dan membahas suatu masalah.

2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan suatu masalah.

3) Mengembangkan bakat kepemiminan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.

4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya dan menghargai pendapat orang lain.

c) Kekurangan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

1) Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-gaya mengajar yang berbeda.

(49)

26

2) Adanya perpanjangan waktu karena kemungkinan besar tiap kelompok belum dapat menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan sampai tiap anggota kelompok memahami kompetensinya.

3) Rata rata siswa dalam kelas dengan jumlah yang terlalu banyak, maka guru kurang maksimal dalam mengamati belajar kelompok secara bergantian.

11. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray

Menurut Ngalimun ( 2016 : 228 ) menyatakan bahwa model pembelajaran TSTS adalah dengan cara siswa berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan kelompok lain. Sintaknya adalah kerja kelompok, dua siswa bertamu ke kelompok lain dan dua siswa lainnya tetap dikelompoknya untuk menerima dua orang dari kelompok lain, kerja kelompok,kembali ke kelompok asal, kerja kelompok, laporan kelompok.

Menurut Saefuddin dan Ika ( 2014 : 164 ) menyatakan bahwa strategi pembelajaran Two Stay Two Stray ( dua tinggal dua berkunjung ) merupakan bagian dari model pembelajaran kooperatif yang memberi pengalaman kepada peserta didik untuk berbagi, baik di dalam kelompok maupun dengan kelompok lainnya. Peserta didik semakin menambah pengetahuan atau mempelajari informasi baru atau menyelesaikan masalah. Dua orang berperan menjaga karya kelompok memberikan informasi kepada kelompok lain yang

(50)

27

berkunjung. Dua orang lainnya berkunjung ke kelompok lain untuk menggali banyak informasi.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah model pembelajaran kooperatif dengan teknik setiap kelompok membagikan hasil atau informasi kepada kelompok lain sehingga akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman.

a) Tahapan-tahapan model pembelajaran koopertif tipe TSTS 1) Persiapan

Pada tahap ini hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan system penilaian, desain pembelajaran dan menyiapkan tugas dan membagi siswa kedalam beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan masing-masing pemilihan berdasarkan akademik siswa dan suku secara heterogen

2) Presentasi guru

Pada tahap ini guru menyampaikan indikator pembelajaran, dan menjelaskan materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah di buat.

3) Kegiatan kelompok

Pada tahapan ini pembelajaran menggunakan lembar kegiatan yang berisi dengan tugas yang harus dipelajari oleh

(51)

28

tiap-tiap siswa dalam kelompok. Setelah menerima lembar kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil yaitu dengan mendiskusikan masalah tersebut bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan dan mendiskusikan pemecahan masalah dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota kelompoknya meninggalkan dan bertamu ke kelompok lain,sementara 2 anggota yang tertinggal dalam kelompok tersebut bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompoknya masing-masing melaporkan hasil temuannya serta membahas hasil kerja mereka.

4) Formalisasi

Setelah bekerja dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, salah satu kelompok mempresentasiakan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke bentuk formal.

(52)

29

5) Evaluasi kelompok dan penghargaan

Pada tahap evaluasi ini untuk megetahui seberapa besar kemampuan siswa dalam memahami materi dengan model pembelajaran tsts. Masing-masing siswa diberi kuis yang berisi pertanyaan –pertanyaan dari hasil pembelajaran kemudian dilanjutkan dengan memberikan penghargaan kepada kelompok dengan skor rata-rata tertinggi.

b) Langkah-langkah Model Pembelajaran kooperatif Tipe TSTS Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah sebagai berikut:

1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentukpun merupakan kelompok heterogen, misalnya satu kelompok terdiri dari 1 siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang, dan 1 siswa berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan karena pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray bertujuan untuk saling membelajarkan (peer Tutoring) dan saling mendukung.

2) Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama-sama dengan anggota kelompok masing-masing.

3) Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang. Hal ini bertujuan untuk memberikan

(53)

30

kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar.

4) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertemu ke kelompok lain.

5) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain

6) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk melaporkan temuan mereka dari kelompok lain

7) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka

8) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.

c) Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS

1) Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempata untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa membantu anggota kelompok lain.

2) Pembelajaran akan lebih bermakna.

3) Pembelajaran berpusat pada siswa.

4) Siswa akan lebih aktif

(54)

31

5) Siswa lebih berani mengungkapkan pendapatnya.

6) Meningkatkan kemampuan berbicara siswa.

7) Dapat meningkatkan minat siswa.

8) Siswa tidak hanya bekerja sama dengan anggota satu kelompok akan tetapi bisa juga bekerja sama dengan kelompok lain yang memungkinkan terciptanya keakraban sesama teman dalam suatu kelas dan lebih berorientasi pada keaktifan siswa.

d) Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TSTS 2) Memperlukan waktu yang lama.

3) Membutuhkan banyak persiapan.

4) Siswa yang kurang akan bergantung kepada siswa yang pintar maka ada kecenderungan siswa tidak mau belajar dalam kelompok.

5) Jumlah siswa dalam satu kelas tidak boleh ganjil harus berkelipatan empat.

E. Kerangka Berfikir

Matematika merupakan pelajaran yang sangat penting dan bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Namun banyak siswa yang merasa ketakutan dan mengeluh dengan pelajaran matematika yang selalu berhubungan dengan angka dan rumus. Perspektif negatif terhadap mata pelajaran matematika lebih dominan dan tinggi

(55)

32

dibanding perspektif positifnya. Padahal tanpa mereka sadari, pelajaran matematika adalah peljaran yang mudah karena sering di jumpai dalam kehidupan sehari-hari dan matematika merupakan ilmu pasti yang mempunyai perhitungan yang teratur dan tetap. Momok inilah yang menyebabkan mata pelajaran matematika kurang diminati para siswa sehingga mengakibatkan rendahnya pencapaian hasil belajar siswa.

Selain itu, model pembelajaran yang ditarapkan oleh guru juga terkesan kurang menarik dan menjemukkan karena siswa jarang diajak terlibat langsung dalam penyelesaian permasalahan materi dan hanya memperhatikan penjelasan dari guru saja. Untuk itu, setiap guru diharapkan mampu memberikan sensasi yang berbeda dengan menerapakan model pembelajaran yang tepat di setiap materi pelajaran agar siswa merasa tertantang dan tertarik semngatnya dalam mempelajari mata pelajaran matematika.

Dalam hal ini, peneliti mencoba memberikan solusi dari permasalahan tersebut yaitu dengan membedakan dua model pebelajaran yakni model pembelajaran koopertif tipe Students Team Achievement Divisions ( STAD ) dan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray ( TSTS ) yang masing-masing menggunakan alat peraga kartu. Kedua model pembelajaran ini sama-sama terbagi dalam bebeapa kelompok untuk saling berdiskusi bersama namun perbedaanya adalah jika model pembelajaran koopertif tipe STAD meskipun sama-sama berkelompok namun tipe pembelajaran ini hanya

(56)

33

berdiskusi dalam satu kelompok di tiap-tiap kelompok untuk menyelesaikan soal yang dibeikan oleh guru. Lain halnya jika model pembelajaran koopertif tipe TSTS antar kelompok saling terlibat dalam pembahasan materi dari setiap kelompok sehingga tiap kelompok memahami semua sub bab yang telah diberikan oleh guru kepada masing-masing kelompok. Untuk itu, diduga adanya perbedaan hasil belajar anatara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan menggunakan model pembelajaran koopertif tipe TSTS dengan berbantukan alat peraga kartu.

(57)

24 Gambar 2.1 Kerangka Berfikir

HASIL BELAJAR

Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions

( STAD )

Model Pembelajaran Two Stay Two Stray

( TSTS )

Pengetahuan Pemahaman Penerapan

Diduga terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan berbantukan alat

perga kartu

(58)

25 F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini di duga terdapat perbedaan hasil belajar matematika siswa antara menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions ( STAD ) dan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray ( TSTS ) dengan berbantukan alat peraga kartu.

(59)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat yang digunakan untuk penelitian ini adalah MTS NU 01 Warureja yang beralamat di Jln. Raya Kendayakan Kec. Warureja Kab. Tegal. Dalam pemilihan sekolah tersebut, peneliti memiliki alasan bahwa sekolah tersebut memiliki tingkat hasil belajar yang masih rendah dan kurang diminati oleh siswa. Hal tersebut dibuktikan dengan jumlah siswa yang masih belum banyak dengan jumlah pembagian kelas yang hanya berjumlah 5 kelas tiap tingkatan sehingga sesuai dengan apa yang akan dijadikan peneliti dalam penelitian yang nantinya akan mudah mendapatkan data yang akurat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksankan pada tahun ajaran 2017/2018 semester ganjil di bulan Juli 2017 - November 2017. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan terhitung mulai dari studi pendahuluan sampai penyusunan laporan. Untuk lebih jelasnya, berikut disajikan dalam tabel penelitian.

(60)

27 Tabel 3.1

Jadwal kegiatan Penelitian

No Jenis kegiatan Bulan

Aprl Mei Juli Nov Des Jan Feb

1. Observasi X

2. Pengajuan Judul X 3. Proposal

Penelitian

X 4. Instrumen

Penelitian

X

5. Uji Validitas x

6. Penelitian X

7 Bab IV dan Bab V X

8. Uji Referensi X

9. Acc sidang Skripsi

X

10. Sidang Skripsi X

H. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kuantitatif yang sering dijadikan sebagai metode penelitian karya ilmiah karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah seperti kongkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis dengan data penelitian berupa angka- angka dan analisis menggunakan statistik.

Penelitian kuantitatif ini dengan membandingkan 2 model pembelajaran. Data yang dihasilkan dari penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa diambil dari kelompok kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan yang

(61)

28

kelompok kelas lain menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dan masing-masing menggunakan alat peraga kartu.

Menurut Sugiyono ( 2012 : 77 ) metode yang digunakan peneliti termasuk jenis Quasi Eksperimen ( Penelitian Eksperimen Semu ) yaitu metode eksperimen yang tidak memungkinkan peneliti mengontrol semua variabel-variabel luar yang mempengaruhi hasil perbandingan.

Pengumpulan data menggunakan metode tes tertulis dengan instrument soal tes dimaksudkan untuk menguur hasil belajar siswa karena pada penelitian ini diberikan perlakuan yang berbeda yaitu menggunakan dua model pembelajaran yang berbeda antara model pembelajaran koopertif tipe STAD dan model pembelajaran koopertif tipe TSTS dengan berbantukan alat peraga kartu.

Tabel 3.2

Tabel Desain Eksperimen

Sampel Kelompok Perlakuan Quasioner ( S ) E E : VII D X Post test ( S ) K K : VII E Y Post test

Keterangan

S : Sampel yang dipilih

E : kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD K : kelas dengan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS X : Perlakuan pada semua kelas Sampel

O2 : Post tes yang sama pada kelas VII D dan kelas VII E

(62)

29

Dalam metode penelitian ini, populasi dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelas VII D dan kelas VII E. Post test diberikan kepada kedua kelas tersebut setelah diberikan pembelajaran dengan pengajaran yang sama kecuali model pembelajaran.

Pada kelas VII D menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions dan pada kelas VII E menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray dan masing-masing model pembelajaran di dukung alat peraga kartu sebagai alat bantu dalam memahami materi.

I. Variabel dan definisi Opersional Penelitian 3. Variabel Penelitian

Menurut sugiyono ( 2012 : 38 ) mengatakan bahwa variabel adalah suatu atribut, sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :

a. Variabel X ( Variabel bebas / Independen ) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

(63)

30

b. Variabel Y ( variabel terikat / Dependen ) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa.

4. Definisi Operasional Variabel

Menurut Sugiyono ( 2012 : 38 ) mengatakan bahwa definisi operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan memberikan arti atau menspesifikasikan kegiatan atau membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut.

a. Variabel terikat Hasil belajar matematika merupakan keinginan yang muncul dari sesuatu yang menyebabkan meningkatnya minat seseorang untuk melakukan sesuatu seperti belajar yang dapat dirangsang oleh faktor dari luar akan tetapi motivasi tumbuh di dalam diri seseorang sehingga dapat mencapai hasil belajar yang baik.

b. Variabel bebas model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS adalah salah satu model pembelajaran kooperatif dengan teknik setiap kelompok mencari penyelesaian serta pemahaman dari materi yang diajarkan. Penggunaan model pembelajaran kooperif tipe STAD akan mengarahkan siswa untuk aktif dalam berdiskusi, mencari jawaban, saling menjelasakan agar tiap anggota kelompok

(64)

31

memahami semua materi yang diajarkan sedangkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman.

J. Populasi dan Sampel 4. Populasi

Menurut Sugiyono ( 2012 : 80 ) menyatakan bahwa Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti kemudian ditarik kesimpulan. Ada dua jenis populasi yaitu populasi terbatas dan populasi tidak tebatas.

Populasi terbatas adalah populasi yang mempunyai sumber data yang jelas scara kuantitatif sehingga dapat di hitung jumlahnya.

Sedangkan populasi tidak terbatas adalah populasi yang sumber datanya tidak ada batasannya sehingga tidak dapat dinyatakan dalam bentuk jumlah.

Dalam penelitian ini, populasi yang diambil oleh peneliti adalah populasi terbatas karena terdiri dari elemen-elemen dengan jumlah yang jelas. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa MTS NU 01 Warureja kelas VII pada tahun 2016/2017 yang berjumlah 455 siswa.

(65)

32 5. Sampel

Menurut Sugiyono ( 2012 : 81 ) menyatakan bahwa sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang di miliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini yang dijadikan sampel adalah 2 kelas yaitu kelas VII D dengan jumlah siswa 30 orang dan kelas VII E dengan jumlah siswa 30 orang. Pemilihan kelas tersebut berdasarkan wawancara dengan guru matematika yang menyatakan bahwa 2 kelas terpilih merupakan kelas dengan hasil belajar rendah.

Kelas VII D diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan alat peraga kartu sedangkan kelompok kelas VII E menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan alat peraga kartu. Setelah dilakukan pembelajaran tersebut, kemudian dilakukan uji tes hasil belajar untuk memperoleh nilai dari kedua kelas tersebut.

6. Teknik sampling

Menurut Sugiyono ( 2012 : 81 ) mengatakan bahwa teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Dalam penelitian ini, teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel purposive ( Purposive Sampling ). Purposive Sampling adalah teknik sampling yang digunakan peneliti dimana mempunyai pertimbangan- pertimbangan tertentu dalam pengambilan sampelnya. Dalam hal ini peneliti mewawancarai guru matematika terlebih dahulu dan

(66)

33

memutuskan dua kelas yang mempunyai nilai hasil belajar sama rendah untuk diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan berbantukan alat peraga kartu dan model pembelajaran kooperatif tipe TSTS dengan berbantukn alat peraga kartu

K. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Instrumen Penelitian yang akan digunakan peneliti adalah : 5. Instrumen tes

Tes merupakan serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan ataupun bakat yng dimiliki individu atau kelompok. Instrumen yang digunakan dalam penenelitian ini menggunakan jenis instrumen tes yaitu soal tes berupa uraian.

Dalam melakukan penelitian, peneliti menggunakan instrumen tes berupa soal-soal tes sehingga peneliti akan mendapatkan hasil berupa nilai hasil belajar siswa yang dapat diolah untuk mengetahui adanya perbedaan hasil belajar antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan model pembelajaran koopertif tipe TSTS. Pengujian tes ini dilakukan setelah pembelajaran materi matematika selesai.

Gambar

Tabel  4.7  Distribusi  Frekuensi  Hasil  Belajar  Matematika  Siswa  Kelas    VIIE  dengan  menggunakan  model  pembelajaran kooperatif tipe TSTS
Tabel distribusi frekuensi skor baku kelas VII D
Tabel distribusi frekuensi skor baku kelas VII E

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menjamin kelancaran/ketertiban kegiatan belajar-mengajar, diminta kepada Bapak/Ibu/Asisten Dosen agar tidak mengganti secara sepihak hari/jam kuliah yang telah diatur.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Time Token Arend dengan pendekatan saintifik berbantu alat peraga elling (elemen

Penelitian yang dilakukan berupa analisis kerusakan undercarriage yang meliputi keausan dan sisa umur pakai komponen track shoe, track roller, dan carrier roller pada

IDENTIFIKASI PENYAKIT ACUTE LYMPHOBLASTIC LEUKEMIA (ALL) MENGGUNAKAN ‘FUZZY RULE-BASED SYSTEM’ BERDASARKAN MORFOLOGI CITRA SEL DARAH

Dengan penuh kesadaran diri, penulis mengetahui bahwasanya dalam proses penulisan tugas akhir yang berjudul “Analisis Pertanggung Jawaban Notaris- Pejabat Pembuat Akta Tanah

Hasil penelitian menyatakan bahwa (1) secara parsial modal kerja tidak berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas, (2) likuiditas tidak berpengaruh

Proses penelitian dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama pengumpulan data dengan menggunakan metode test untuk mengetahui kemampuan awal matematika dan hasil belajar matematika

Jumlah populasi pasien lansia bulan Maret ± 2017 sebanyak 43 orang.Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling, metode pengumpulan data