• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TERHADAP SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT PADA LAZNAS WAHDAH ISLAMIYAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KAJIAN TERHADAP SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT PADA LAZNAS WAHDAH ISLAMIYAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN TERHADAP SISTEM PENGELOLAAN ZAKAT PADA LAZNAS WAHDAH ISLAMIYAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG

NOMOR 23 TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar

Sarjana Ekonomi (S.E) Jurusan Ekonomi Islam Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam

UIN Alauddin Makassar

Oleh:

A. AINUN JARIYAH NIM. 90100116061

JURUSAN EKONOMI ISLAM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR 2021

(2)

i

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Mahasiswa yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : A. Ainun Jariyah

NIM : 9010116061

Tempat/Tgl. Lahir : Bone, 21 November 1998 Jurusan : Ekonomi Islam

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Alamat : Kompleks anging mammiri blok f3/no.1 Kota Makassar

Judul : Kajian Terhadap Sistem Pengelolaan Zakat Pada LAZNAS Wahdah Islamiyah Berdasarkan UU No.23 Tahun 2011

Menyetakan dengan sesungguhnya dan penuh kesadaran bahwa skripsi ini benar hasil karya sendiri. Jika dikemudian hari merupakan duplikat, tiruan, plagit, atau dibuat oleh orang lain sebagian atau seluruhnya maka skripsi dan gelar yang diperolah akan batal demi hukum.

Gowa, Februari 2021 Penyusun,

A.Ainun Jariyah NIM: 90100116061

(3)

ii

(4)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt, serta rahmat shalawat dan salam untuk junjungan Nabi Muhammad saw, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul: “Kajian Terhadap Sistem Pengelolaan Zakat Pada LAZNAS Wahdah Islamiyah Berdasarkan UU No.23 Tahun 2011” Skripsi ini penulis dedikasikan untuk kedua orang tua dan suami penulis A.Fajarudi. Terima kasih atas cinta dan kasih sayang yang tidak akan tergantikan, dukungan moril maupun materil, perhatiannya dan atas segala doanya selama ini. Semoga Allah swt, selalu men-jaga kesehatan dan mem-berikan kemuliaan disisi- Nya. Aamiin.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak menghadapi tantangan, hambatan dan tidak dapat lepas dari bimbingan, dorongan dan bantuan baik materil maupun spritual dari berbagai pihak, karena itu perkenankanlah penulis meng-hanturkan ucapan Terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak A. Anwar dan Ibu A. Suarni yang senantiasa berkorban baik berupa materi dan non materi. Dan kepada suami tercinta A.

Fajarudi yang selalu memberikan dukungan moril dalam penyelesaian tugas akhir ini.

2. Bapak Prof. H. Hamdan Juhanis, Ph.D, selaku Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

3. Bapak Prof. Dr. H. Abustani Ilyas M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Univeritas Islam Negari Alauddin Makassar.

(5)

iv

4. Bapak Akramunnas, SE.,MM selaku Ketua Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makssar.

5. Ibu Ayu Ruqayyah Yunus, S.Ei., M.E.K. selaku Skretaris Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makssar.

6. Bapak Akramunnas, SE.,MM dan Bapak Kamaruddin, SE, ME selaku Pembimbing yang telah mendidik, memberikan arahan dan motivasi untuk kemajuan skripsi.

7. Bapak Prof. Dr. Mukhtar Lutfi, M.Pd dan Bapak Dr. Ir. H. Idris Parakkasi,MM selaku penguji skripsi telah memberikan arahan dan masukan.

8. Seluruh Dosen Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar yang telah berkenan memberikan kesempatan, membina, serta memberikan ke-mudahan kepada penulis dalam menimba ilmu pengetahuan sejak awal kuliah hingga penyelesaian skripsi.

9. Seluruh Staf jurusan Ekonomi Islam, staf akademik dan tata usaha Fakulta Ekonomi an Bisnis Islam Universitas Islam Negeri Alauddin Makssar.

10. Kepada semua pihak yang turut andil secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini dan memberikan informasi, penulis ucapkan banyak terima kasih.

Akhirnya kepada Allah swt, tempat penulis memohon doa dan berharap semoga ilmu yang didapatkan bermanfaat bagi orang lain, terutama bagi penulis sendiri serta dapat berguna bagi banyak orang. Aamiin.

Samata-Gowa, Februari 2021 Penulis,

A.Ainun Jariyah NIM:90100116061

(6)

v

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI i

PENGESAHAN SKRIPSI ii

KATA PENGANTAR iii-iv

DAFTAR ISI v-vi

PEDOMAN TRANSLASI vii-xi

ABSTRAK xii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Rumusan Masalah 5

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus 6

D. Kajian Pustaka 6

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS 11

A. Tinjauan Umum Tentang Zakat 11

B. Jenis-jenis Harta Wajib Zakat 15

C. Orang-orang Yang Berhak Menerima Zakat 27

D. Konsep Pengelolaan Zakat 30

E. Pengelolaan Zakat Dalam UU No. 23 Tahun 2011 39

F. Kerangka Fikir 41

BAB III METODE PENELITIAN 43

A. Jenis dan Lokasi Penelitian 43

(7)

vi

B. Pendekatan Penelitian 44

C. Sumber Data 44

D. Teknik Pengumpulan Data 45

E. Instrumen Penelitian 46

F. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data 46

G. Pengujian Keabsahan Data 48

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 50

B. Sistem Pengelolaan Zakat Pada Laznas Wahdah Islamiyah 52 C. Peluang dan Tantangan Dalam Pengelolaan Zakat Pada Laznas 65 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 71

B. Saran 72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(8)

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Penulisan pedoman transliterasi Arab-Latin berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158 tahun 1987 dan No. 0543 b/U/1987 yang secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:

A. Konsonan Tunggal

No. Huruf Arab Huruf Latin Keterangan

1. ا Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan

2. ب B Be

3. ت T Te

4. ث Ts Te dengan es

5. ج j je

6. ح h ha dengan garis bawah

7. خ kh ka dengan ha

8. د d De

9. ذ dz de dengn zet

10. ر r Er

11. ز z Zet

12. س s Es

13. ش sy es dengan ye

14. ص s es dengan grais bawah

15. ض d d dengan garis bawah

16. ط t te dengan garis bawah

17. ظ z zet dengan garis bawah

18. ع ‘ Koma terbalik diatas hadap kanan

19. غ gh ge dengan ha

20. ف f Ef

21. ق q Ki

22. ك k Ka

23. ل l El

24. م m Em

25. ن n En

26. و w We

27. ه h Ha

28. ء , Apostrof

29. ي y Ye

(9)

viii

B. Vokal

Vokal bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri atas vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda diartikan atau harakat, transliterasinya, yaitu:

Vokal Nama Trans. Nama

Fatḥah A/a A

Kasrah I/i I

Ḍammah U/u U

Vokal rangkap bahasa Arab yang lambangnya berupa gabungan antara harakat dan huruf, trasliterasi berupa gabungan huruf, yaitu :

Vokal rangkap Nama Trans. Nama

ي Fatḥah dan ya’ Ai/ai A dan I و fatḥah dan wau Au/au A dan u Contoh:

ََ َفْيَك Kaifa َََل ْوَح Ḥaula

C. Maddah

Maddah atau vokal panjang yang lambang berupa harakat dan huruf, trasliterasinya berupa huruf dan tanda, yaitu:

Vokal panjang Nama Trans. Nama

َ ا Fatḥah dan alif ā a dan garis di atas

َ ى Fatḥah dan alif maqṣūrah

َ ي Kasrah dan ya ī dan garis di atas

َ و Ḍammah dan wau ū u dan garis di atas

Contoh :

ََ َتاَم Māta

(10)

ix

ىَمَر Ramā َََمْيِق Qīla َُ َت ْوُمَي Yamūtu D. Ta Marbūṭah

Transliterasi untuk ta marbūṭah ( ة atau ة ) ada dua, yaitu: ta marbūṭah yang hidup atau mendapat harakat fatḥah, kasrah, dan ḍammah, transliterasinya adalah t sedangkan ta marbūṭah yang mati atau mendapat harkat sukun, transliterasinya adalah h. Kalau pada kata yang berakhir dengan ta marbūṭah diikuti oleh kata yang menggunakan kata sandang al- serta bacaan kedua kata itu terpisah, maka ta marbūṭah itu ditransliterasikan dengan h. Contoh:

َلاَفْطَلأَا ُةَضْوَر Rauḍah al-aṭfāl َةَهِضاَفنَا ُةَىْيِدَمنا Al-madīnah al-fāḍilah

ِحنا

َةَمْك Al-ḥikmah

E. Syaddah

Huruf konsonan yang memiliki tanda syaddah atau tasydid, yang dalam abjad Arab dilambangkan dengan sebuah tanda tasydid (ا), dalam transliterasi ini dilambangkan dengan perulangan huruf (konsonan ganda). Contoh:

انبر Rabbanā

ىجن

ان Najjainā

قحلا Al-Ḥaqq

جحلا Al-Ḥajj

معن Nu‘‘ima

ودع ‘Aduww

Jika huruf ي bertasydid di akhir sebuah kata dan didahului oleh huruf kasrah (ي), maka ia ditransliterasi seperti huruf maddah ī. Contoh:

يلع ‘Alī

يبرع Arabī

(11)

x

F. Kata sandang

Kata sandang dalam abjad Arab dilambangkan dengan huruf لا (alif lam ma’arifah).

Dalam pedoman transliterasi ini, kata sandang ditransliterasi seperti biasa, al-, baik ketika ia diikuti oleh huruf syamsiah maupun huruf qamariah. Kata sandang tidak mengikuti bunyi huruf langsung yang mengikutinya. Kata sandang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya dan dihubungkan dengan garis men-datar (-). Contoh:

سمشا Al-Syamsu (bukan asy-syamsu) ةلزلزا Al-Zalzalah (bukan az-zalzalah) ةفسلفلا Al-Falsafah

دلابلا Al-Bilād

G. Hamzah

Aturan transliterasi huruf hamzah menjadi apostrof (’) hanya berlaku bagi hamzah yang terletak di tengah dan akhir kata. Namun, bila hamzah terletak di awal kata, ia tidak dilambangkan, karena dalam tulisan Arab ia berupa alif. Contoh:

نورمات Ta’murūna ءونلا An-Nau’

ءيش Syai’un

ورما Umirtu

H. Lafẓ al-Jalālah

Lafẓ al-jalālah (lafal kemuliaan) “Allah” ( الله) yang didahului partikel seperti huruf jarr dan huruf lainnya atau berkedudukan sebagai muḍāf ilaih (frasa nominal), ditransliterasi tanpa huruf hamzah (hamzah wasal). Contoh:

للهانيد Dīnullāh

(12)

xi

للهاب Billāh

Adapun ta marbutah di akhir kata yang disandarkan kepada lafẓ al-jalālah, ditransliterasi dengan huruf t. Contoh:

الله ةمحر يف مه Hum fī rahmatillāh

I. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat dapat ditulis menurut bunyi atau pengucapan atau penulisannya.

ةنسلا لهأ Ditulis ahlussunnah atau ahl al-sunnah J. Pengecualian

Sistem transliterasi ini tidak penulis berlakukan pada:

1. Kata Arab yang sudah lazim dalam bahasa Indonesia, seperti Alquran 2. Judul dan nama pengarang yang sudah dilatinkan, seperti Yusuf Qardawi 3. Nama pengarang Indonesia yang menggunakan bahasa Arab, seperti Munir

Nama penerbit Indonesia yang menggunakan kata Arab, misalnya Al-bayan.

(13)

0

ABSTRAK

Nama : A. Ainun Jariyah Nim : 90100116061 Jurusan : Ekonomi Islam

Judul Skripsi : Kajian Terhadap Sistem Pengelolaan Zakat Pada LAZNAS Wahdah Islamiyah Berdasarkan Undang-undang No.23 Tahun 2011

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui sistem pengelolaan zakat pada laznas wahdah islamiyah dalam hal pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan berdasarkan undang- undang pengelolaan zakat No. 23 Tahun 2011.

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field reseach) dengan meng-gunakan pendekatan kualitatif. Sumber datanya adalah lembaga zakat wahdah islamiyah serta beberapa mustahik penerima manfaat zakat produktif, dikumpulkan dengan teknik wawancara dan observasi. Metode analisis-nya adalah deskriptif, yaitu mendeskripsikan bagaimana sistem pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan yang diterapkan oleh laznas wahdah islamiyah.

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Sistem pengelolaan zakat yang dilakukan oleh Badan Amil Zakat Nasional Kota Makassar adalah dengan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan dimana Pelaksanaan pengelolaan zakat tersebut berjalan sesuai dengan tugas dan fungsinya berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Walaupun realisasi pengumpulan dana belum mencapai target potensi zakat yakni dilihat dari rincian penerimaan pada tahun 2020 hanya sebesar Rp 550.826.169 sedangkan potensi zakat di Sulawesi selatan sebesar Rp 7 Triliun setiap tahunnya..

Implikasi penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi lembaga penghimpun dan pendistribusian zakat agar melaksanakan pengawsan dan pengevaluasian serta mengatur pengelolan dana zakat produktif dengan lebih baik dan optimal secara meneyeluruh agar masyarakat binaan lebih meningkat dalam segi kuantiti. Agar lembaga zakat lebih efektif dalam menjalankan programnya serta masyarakat umum dapat merasakan dana zakat produktif tersebut. Untuk para mustahiq yang telah mendapat dana zakat produktif tersebut agar hasil usaha yang didapatkan bisa digunakan dengan cara yang lebih optimal sehingga makin produktif, serta mustahiq dapat menjadi muzakki-muzakki baru untuk membantu masyarakat pada umumnya yang membutuhkan bantuan.

Kata Kunci : Pengelolaan Zakat, Peluang, Tantangan.

xii

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Zakat merupakan sebuah kegiatan sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan umat manusia. Zakat termasuk dalam kategori ibadah seperti salat, haji, dan puasa yang telah diatur secara rinci berdasarkan al- qur’an dan sunnah. Hal ini juga ditegaskan dalam sebuah hadis dari umar, bahwa rasulullah menyebutkan “islam dibangun diatas lima tiang pokok, yaitu kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa pada bulan ramadhan, dan naik haji bagi orang yang mampu. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib fardhu atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Abdullah bin mas’ud RA menyebutkan: anda sekalian diperintah menegakkan shalat dan membayar zakat, siapa yang tidak mengeluarkan zakat maka shalatnya tidak diterima. Kewajiban berzakat melekat baik pada subjek maupun pada obyek zakat. Subyek yang wajib zakat (muzakki) adalah seorang muslim dewasa yang waras, merdeka, dan memiliki kekayaan. Kewajiban zakat melekat juga pada obyek harta yang memenuhi syarat-syarat tertentu.

Dalam pelaksanaan zakat pertanggungjawabannya tidak sama dengan ibadah yang lain karena dalam menunaikan ibadah zakat akan dipertanggung jawabkan oleh pemerintah maupun masyarakat. Oleh karena itu dibutuhkan kerjasama antara masyarakat dan pemerintah dalam mengoptimalkan pelaksanaan zakat yang sesuai aturan. Perintah pemungutan zakat terdapat dalam Al-Qur’an surah At-taubah/9:103.

ََُّللّٱ وَ ۡۗۡمُهَّلَ ٞن ك سَ ك ت َٰو ل صَ َّنِإَ ۡۖۡمِهۡي ل عَِّل ص وَا هِبَمِهيِّك زُت وَ ۡمُهُرِّه طُتَٗة ق د صَ ۡمِهِل َٰ و ۡم أَ ۡنِمَ ۡذُخ

ََلميِل عَلَيٌِ سَ

َ

(15)

2

Terjemahnya:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui1.

Ayat diatas menerangkan perintah untuk memungut zakat dari muzakki disinilah amil zakat memiliki kewajiban untuk melaksanakannya. Tidak hanya amil zakat yang turut berperan dalam keberhasilan pengumpulan zakat namun pemerintah juga harus mengontrol kinerja dari para lembaga yang bertugas sebagai amil zakat. Aturan-aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam pengelolaan zakat sangat menentukan terealisasinya pengelolaan zakat secara maksimal.

Di Indonesia pengelolaan zakat diatur berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Aturan tersebut mendorong terbentuknya badan dan lembaga amil zakat agar pengelolaan zakat dapat berjalan sesuai dengan aturan agama dan negara. Agar lembaga amil zakat dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan fungsinya maka orang-orang yang bertugas sebagai Amil Zakat Menurut Yusuf Qardhawi harus memiliki pemahaman dan pengetahuan hukum zakat sehingga dapat mensosialisasikannya kepada masyarakat dan berkemampuan menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya.2

Kurangnya kepercayaan masyarakat kepada lembaga amil zakat dalam menyalurkan dana zakatnya menjadikan potensi pengelolaan zakat yang maksimal kurang dapat

1Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 203

2Nurul Huda, dkk., Zakat Perspektif Mikro-Makro Pendekatan Riset, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), h. 172

(16)

3

terealisasikan hal ini dibuktikan melulalui riset yang dilakukan oleh BAZNAS dan fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011. Hasil riset menunjukkan potensi zakat nasional mencapai angka 3,40% dari PDB, atau tidak kurang dari Rp 217 triliun. Data tersebut menunjukkan serapan zakat diindonesia masih rendah. Data pusat kajian strategis badan amil zakat nasional (Baznas) mencatat pada tahun 2016 zakat masuk Rp 5 triliun yang jika dilihat data tersebut hanya 1% dari potensi zakat di Indonesia yang sebesar Rp 217 triliun3. Data ini menjadi bukti bahwa kepercayaan masyarakat kepada lembaga amil zakat masih sangat kurang.

Negara Indonesia dengan jumlah penduduk islam yang mencapai 88,2% atau 202,9 juta dari total penduduk 236,4 juta jiwa penduduk Indonesia4. Jumlah yang sangat besar dan merupakan potensi yang luar biasa dalam hal pengumpulan dana zakat. Tetapi realisasi yang terjadi tidak sebanding dengan jumlah penduduk muslim yang ada artinya terjadi sebuah ketimpangan antara potensi dan realisasi. Ini menujukkan bahwa keberadaan amil zakat belum optimal dalam kegiatan proses pengumpulan zakat.

Kota Makassar adalah ibukota Sulawesi Selatan yang memiliki jumlah penduduk yang cukup padat sehingga potensi zakatpun sangat besar. BAZNAS kota Makassar mengungkapkan bahwa potensi zakat kota Makassar mencapai kurang lebih 7 milyar akan tetapi baznas kota Makassar belum mampu mengumpulkan dana zakat sebesar itu sedang penduduk kota Makassar 80% dari 1,3 juta penduduk beragama islam. Factor utama penyebab ketidakmampuan mengoptimalkan pengumpulan dana zakat adalah kurangnya

3Karsono Tadjudin, dkk., “Zakat Mensucikan Harta dan Jiwa”, Badan Amil Zakat Nasional, (2013), h. 6

4The Pew Forum On Religion and Public Life, “Mapping the Global Muslim Population, A Report On The Size and Distribution Of The World’s Muslim Population”, (2011).

(17)

4

kesadaran masyarakat dalam mempercayakan lembaga amil zakat untuk mengelola dana zakatnya.

Jika dana zakat dikelola dengan menejemen yang baik mulai dari pengumpulan, pendistribusian, sampai dengan pendayagunaan dana zakat maka tujuan dari pelaksanaan UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dapat terealisasi dengan baik. Dengan lebih memproduktifkan dana zakat tersebut melalui pemberian edukasi dan modal usaha unuk Mustahiq, sehingga keterampilan dan keahlian mustahiq dapat tersalurkan dan bernilai uang.

Sehingga kedepannya akan mengurangi jumlah mustahiq dan menambah jumlah muzakki yang kedepannya akan meningkatkan jumlah dana zakat yang dapat terkumpul. Agar hal tersebut dapat terwujud dibutuhkan pengelola zakat yang professional dalam proses pengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan, pengorganisasian, pengawasan, dan pelaksanan zakat. Yang mana pengelolaannya dapat mengikuti perkembangan saman saat ini sehingga tujuan pengelolaan zakat dapat tercapai.

Salah satu lembaga amil zakat di Kota Makassar yaitu LAZNAS DPP-Wahdah Islamiyah merupakan sebuah lembaga dibawah naungan ORMAS Wahdah Islamiyah yang bertugas mengumpulkan dan menyalurkan zakat, infaq, sedekah dari kaum muslimin. Dana ZIS yang dikelola LAZNAS DPP-Wahdah Islamiyah telah banyak memberikan manfaat untuk Dakwah Islamiyah serta bantuan kepada golongan yang berhak dan layak menerima dana ZIS. Adapun visi yang ditanamkan LAZNAS DPP-Wahdah Islamiyah yaitu membangun lembaga zakat yang amanah, transparan, professional, dan mensejahterahkan ummat melalui pendistribusian dan pemberdayaan zakat5. LAZNAS DPP-Wahdah Islamiyah

5Wahdah, “Profil LAZNAS DPP-Wahdah Islamiyah”, Situs Resmi Wahdah, http://Wahdah.or.id (19 April 2020).

(18)

5

sejak tahun 2002 telah menyalurkan dana ZIS kaum muslimin untuk Pengembangan dakwah islamiyah maupun pertolongan kepada sebagian umat yang layak menerimanya baik dalam bidang dakwah, bidang informasi, dan komunikasi, bidang kesehatan, bidang pendidikan, bidang sosial, pemberdayaan, serta bidang pembangunan masjid dan fasilitas umum.

Berdasarkan uraian latar belakang dan data dari Badan Zakat Nasional mengenai potensi zakat yang sangat besar di kota Makassar namun pengumpulannya belum optimal.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Kajian Terhadap Pengelolaan Zakat Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Pada LAZNAS Wahdah Islamiyah Kota Makassar”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat diketahui masalah pokok dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana sistem pengumpulan zakat pada Laznas Wahdah Islamiyah Kota Makassar?

2. Bagaimana sistem pendistribusian zakat pada Laznas Wahdah Islamiyah Kota Makassar?

3. Bagaimana sistem pendayagunaan zakat pada Laznas Wahdah Islamiyah Kota Makassar?

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus 1. Fokus Penelitian

Agar menghindari terjadinya kekeliruan dari pembaca dan keluar dari pokok permasalahan. Maka yang menjadi fokus penelitian disini adalah Sistem Pengelolaan

(19)

6

Zakat berdasarkan UU No.23 Tahun 2011 yang meliputi Pengumpulan Zakat, Pendistribusian Zakat, dan Pendayagunaan Zakat.

2. Deskripsi Fokus

a. Pengumpulan Zakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses pembayaran dana zakat dari muzakki melalu lembaga amil zakat

b. Pendistribusian Zakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses penyaluran dana zakat kepada mustahiq

c. Pendayagunaan Zakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah bagaimana dana zakat tersebut dikelola sehingga dana zakat tersebut mampu memberdayakan ummat secara produktif.

D. Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah deskripsi ringkas tentang kajian/penelitian yang sudah pernah dilakukan diseputar masalah yang akan diteliti sehingga terlihat jelas bahwa kajian yang akan dilakukan ini bukan merupakan pengulangan dari kajian/penelitian yang sudah ada.

Dalam kajian pustaka ini, penulis akan memaparkan beberapa pnelitian terdahulu yang berkaitan dengan sistem pengelolaan zakat pada lembaga amil zakat. adapun beberapa enelitian tersebut diantaranya:

Jurnal Penelitian yang dilakukan oleh Indah Purbasari (2015) dengan judul

“Pengelolaan Zakat Oleh Badan Dan Lembaga Amil Zakat Di Surabaya Dan Gresik”.Hasil dari penelitian ini adalah pengelolaan zakat oleh badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat di wilayah surabaya dan gresik masih berorientasi pada zakat perseorangan dengan segmentasi wajib zakat yang berbeda dan yang menjadi kendala dalam penghimpunan dana zakat adalah faktor kesadaran hukum masyaakat atas hukum

(20)

7

wajib zakat dan kekurangpahaman pentingnya akad penyerahan harta kepada lembaga penyalur apakah untuk keperluan zakat, infaq, atau shodaqoh.

Ali Yusuf Nasution dan Qomaruddin (2015). Jurnal yang berjudul. “Mekanisme pengelolaan dana zakat, infak, dan sadaqah di Bank syariah sebagai implementasi fungsi social bank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan dana ZIS difokuskan pada penghimpunan dan pendistribusian. Dana zakat yang terkumpul di BPRS Amanah Ummah bersumber dari bank, dana zakat dari luar bank, karyawan dan administrator.

Pendistribusian disalurkan melalui bank yang menganut system produktif dan konsumtif

Jurnal penelitian yang dilakukan oleh Cucu Solihah, dan M. Budi Mulyadi (2018) yang berjudul “Realisasi Tujuan Pengelolaan Zakat Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 Melalui Program Zakat Community Development (ZCD) Pada Masyarakat Desa Sindanglaka Kabupaten Cianjur” Hasil dari penelitian tersebut mengungkapkan bahwa tingkat keberhasilan modal usaha bergulir zakat produktif terhadap kesejahteraan masyarakat melalui program ZCD (Zakat Community Development) pada Desa Sindanglaka Kabupaten Cianjur, dapat terukur dari adanya peningkatan kesejahteraan materil dan immateril, hal tersebut dilihat dari peningkatan pendapatan usaha rata-rata Rp 50.000; usaha berjalan dan dari segi immaterial adanya pemahaman fungsi zakat dan infak/shadaqoh bagi masyarakat penerima program, sehingga kebijakan kewajiban infak yang ditetapkan BAZNAS dilaksanakan oleh masyarakat dan hampir mencapai 35%

sebanding dengan pemahaman bahwa modal usaha dari zakat sama dengan kredit ringan berjangka.

(21)

8

Skripsi yang disusun oleh Fitriana (2018) yang berjudul “Kajian Terhadap Sistem Pengelolaan Zakat Pada BAZNAS Kota Makassar” hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengelolaan zakat yang dilakukan oleh BAZNAS kota Makassar adalah dengan pengengumpulan, pendistribusian, pendayagunaan, serta terdapat bagian perencanaan keuangan, pelaporan dan bagian administrasi SDM pengelolaan zakat infak tersebut telah berjalan sesuai dengan undang-undang No.23 tahun 2011. Walaupun realisasi pengumpulan dana belum mencapai sesuai yang ditargetkan. Adapun peluang dalam pengelolaan zakat pada BAZNAS kota makassar yakni adanya legalitas BAZNAS kota makassar, perintah agama untuk memungut zakat, dan besarnya potensi zakat di kota Makassar. Sedangkan tantangannya yakni, kurangnya kesadaran masyarakat, pengetahuan masyarakat yang beragam tentang zakat, sulitnya memberikan sosialisasi kepada masyarakat dan pola pikir UPZ masjid yang tidak mau dicampuri.

Jurnal penelitian yang dilakukan oleh Yuskar yang berjudul “Kajian Evektifitas Pengelolaan Zakat Sebagai Suatu Usaha Untuk Pemberdayaan Masyarakat Dan Pengentasan Kemiskinan Di Kota Padang” (2013) hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa rata-rata masyarakat telah memahami kewajiban zakat secara lebih baik, namun pelaksanaan pembayaran kewajiban zakat tersebut, masih dilakukan secara tradisional, yaitu dengan menyerahkan langsung kepada orang yang berhak menerima zakat (Mustahik) cara seperti ini mencapai 50% responden melakukanya. Hanya 7,6%

responden yang melakukan pembayaran zakatnya melalui LAZ, dan 30% responden melaksanakan kewajiban zakatnya melalui pemotongan gaji oleh UPZ-BAZ yang ada dikantor tempatnya bekerja.

(22)

9

Skripsi yang disusun oleh Mustaen yang berjudul “Pengelolaan Zakat Di pusat Kajian Zakat dan Wakaf (El-Zawa) UIN Maulana Malik Malang Dalam Tinjauan Undang-Undang No.38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat (2010). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa El-Zawa UIN Maulana Malik Malang pada hakekatnya memiliki 4 sistem pengelolaan yaitu sistem perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Namun dalam implementasi system tersebut belum maksimal. Begitu juga dengan pengelolaannya belum memenuhi standar yang diatur dalam UU Pengelolaan Zakat. Hal tersebut dibuktikan dengan minimnya struktur organisasi El-Zawa dan sistem pengawasannya yang lemah karena belum adanya dewan yang secara khusus mengawasi pengelolaan zakat di El-Zawa UIN Maliki Malang.

Nurul huda dan Tjiptohadi Sawrjuwono, (2013) jurnal yang berjudul akuntabilitas pengelolaan zakat melalui pendekatan modifikasi action research. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadinya tindih menindih program pemberdayaan di OPZ, kebijakan pemerintah bertentangan dengan program, belum didapatnya cara promosi yang murah, dan belum profesionalnya tenaga amil. Penelitian ini mengusulkan pemikiran untuk meningkatkan akuntabilitas zakat, yaitu kompilasi data mustahik dan muzaki melalui masjid, penyiapan tenaga amil bekerjasama dengan dunia Perguruan Tinggi, dan perlunya distribusi zakat sebagai program nasional dan lintas departemen, kerjasama dengan IKADI dan DKM.

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

(23)

10

a. Untuk mengetahui sistem pengumpulan zakat pada Laznas Wahdah Islamiyah Kota Makassar

b. Untuk mengetahui sistem pendistribusian zakat pada Laznas Wahdah Islamiyah Kota Makassar

c. Untuk mengetahui sistem pendistribusian zakat pada Laznas Wahdah Islamiyah Kota Makassar

2. Kegunaan Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk hal-hal berikut ini:

a. Kegunaan Ilmiah

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran serta kontribusi dalam penelitian selanjutnya tentang pengelolaan Zakat Pada Lembaga Zakat Nasional khususnya pada Laznas Wahdah Islamiyah Kota Makassar. Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan perbendaharaan pengetahuan serta bahan bacaan bagi masyarakat luas.

b. Kegunaan Praktis

Penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu rujukan bagi masyarakat dan Lembaga Zakat dalam pelaksanaan pengelolaan zakat yang sesuai dengan aturan pemerintah yaitu Undan-Undang Pengelolaan Zakat. Sehingga Zakat dapat berkontribusi besar dalam menentaskan masalah kemiskinan dimasyarakat.

(24)

11

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Tinjauan Umum Tentang Zakat

Zakat merupakan salah satu pilar (rukun) dari lima pilar yang membentuk Islam.

Zakat adalah ibadah maaliah ijtima’iyyah yang memiliki posisi strategis dan menentukan bagi pembangunan kesejahteraan umat. Zakat tidak hanya berfungsi sebagai suatu ibadah yang bersifat vertikal kepada Allah (habluminallah), namun zakat juga berfungsi sebagai wujud ibadah yang bersifat horizontal (habluminannas) .

Zakat adalah istilah Al-Qur’an yang menandakan kewajiban khusus memberikan sebagian kekayaan individu dan harta untuk amal6. Ditinjau dari segi bahasa zakat merupakan kata dasar (masdar) dari kata zaka yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. Menurut kitab lisan al-Arab arti dasar dari kata zakat ditinjau dari sudut bahasa arab adalah suci, tumbuh, berkah, dan terpuji semuanya digunakan didalam Alquran dan hadis7. Sedangkan kata ‘zakat’ secara etimologi berarti suci, berkembang, barakah, dan juga berarti tumbuh dan berkembang. Menurut terminologi zakat adalah kadar harta tertentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanya, dengan syarat tertentu. Adapun dalam artian lain zakat diartikan sebagai kewajiban terhadap harta yang spesifik, memiliki syarat tertentu, alokasi tertentu dan waktu tertentu8.Adapun defenisi zakat yang telah dirumuska oleh para fuqaha adalah:

6Nurul Huda, dkk., Zakat Perspetif Mikro-Makro Pendekatan Riset, (Jakarta: Prenada Media group, 2015), Cet. 1, h. 1

7Rahmawati Muin, Menejemen Zakat, (Makassar: Alauddin Press, 2011), h.1

8 Saiful Muchlis, Akuntansi Zakat, (Makassar: Alauddin University Press, 2014), h. 1

(25)

12

1. Mahmud Syaltut dalam bukunya al-fatawa, menyatakan zakat adalah nama sebagian harta yang dikeluarkan oleh hartawan untuk diberikan kepada saudaranya yang fakir miskin dan juga untuk kepentingan umum yang meliputi penertiban masyarakat dan peningkatan taraf hidup umat9 .

2. Wahbah al-Zuhaili dalam kitabnya al-Fiqh al Islami Adillatuh, mengungkapkan beberapa defenisi zakat menurut para ulama madzhab:

a. Menurut Malikiyah, zakat adalah mengeluarkan sebagian yang khusus dari harta yang telah mencapai nishabnya untuk yang berhak menerimanya, jika milik sempurna dan mencapai haul selain barang tambang, tanaman, dan rikaz.

b. Hanafiyah mendefenisikan zakat adalah kepemilikan dari bagian harta untuk orang atau pihak tertentu yang telah ditentukan oleh syar’i untuk mengharapkan keridha- Nya.

c. Menurut Syafi’iyyah yang dikutip oleh Wahbah dalam bukunya Al-Fiqh mendefinisikan zakat adalah nama bagi sesuatu yang dikeluarkan dari harta dan badan dengan cara tertentu10.

Menurut UU No. 23 Tahun 2011 tentang pengellaan zakat, bahwa zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam. Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa zakat merupakan kewajiban seorang muslim mengeluarkan sebagian hartanya yang telah mencapai nisab (batas minimum) dalam waktu tertentu dan diberikan kepada orang-orang yang berhak menerima zakat untuk menyucikan dan

9 Mahmud Syaltut, Al-fatawa, (Kairo: Darul Qalam, 1996), h.14

10Rahmawati Muin, Menejemen Zakat, (Makassar: Alauddin Press, 2011), h. 3

(26)

13

membersihkan jiwa dan hartanya sesuai dengan yang disyariatkan dalam Al-Qur’an.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S al-Taubah: 9/60.

َ وَِءٓا ر قُفۡلِلَ ُتَٰ ق دَّصلٱَا ٌَّنِإ

َ نيِمِر َٰ غۡلٱ وَِبا قِّرلٱَيِف وَ ۡمُهُبوُلُقَِة فَّل ؤٌُۡلٱ وَا هۡي ل عَ نيِلٌِ َٰ عۡلٱ وَِنيِك َٰ س ٌۡلٱ

ََ ٞميِك حَلميِل عَُ َّللّٱ وَِۡۗ َّللّٱَ نِّمَٗة ضيِر فَ ِۡۖليِبَّسلٱَِنۡبٱ وَِ َّللّٱَِليِب سَيِف و

َ

Terjemahnya:

Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana11.

Dalam syariat islam tidak semua umat islam dikenakan hukum untuk menunaikan zakat atau disebut dengan muzakki. Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh para wajib zakat menurut jumhur ulama adalah12:

1. Bergama Islam

Tidak ada kewajiban bagi mereka yang bukan islam untuk membayar zakat, dan tidak diterima zakat dari orang kafir. Menurut ijma, zakat tidak wajib atas orang kafir, karena zakat merupakan ibadah mahdhah yang suci, sedangkan orang kafir bukan orang yang suci. Madzhab syafi’i bebeda dengan madzhab-madzhab lainnya, yang mewajibkan orang murtad untuk mengeluarkan zakat hartanya sebelum

11Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan Terjemah, h. 196

12Fakhruddin Al-Muhsin, dikutip dalam Handri Susilowati, “Pelaksanaan Pendistribusian Zakat di Baznas Sumsel” Skripsi (Palembang: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah, 2018), h. 40

(27)

14

riddahnya terjadi, yakni harta yang dimilikinya ketika dia masih menjadi orang muslim13.

2. Merdeka

Zakat tidak wajib atas budak, karena budak tidak memiliki apapun, serta harta yang dimilikinya adalah milik tuannya. Menurut kesepakatan ulama bahwa zakat itu tidak wajib atas hamba sahaya, karena hamba sahaya tidak mempunyai hak milik.

Madzhab maliki berpendapat, bahwa tidak ada kewajiban zakat pada harta milik seorang hamba sahaya, baik atas nama hamba sahaya itu sendiri maupun atas nama tuannya.

3. Kepemlikan Penuh

Zakat yang dikeluarkan merupakan harta milik tetap pemiliknya. Madzhab syafi’i berpendapat bahwa yang dimaksud dengan harta yang dimiliki secara penuh ialah harta yang dimiliki secara asli, penuh dan ada hak untuk mengeluarkannya. Zakat yang dikeluarkan merupakan harta milik tetap pemiliknya. Madzhab syafi’i berpendapat bahwa yang dimaksud dengan harta yang dimiliki secara penuh ialah harta yang dimiliki secara asli, penuh dan ada hak untuk mengeluarkannya.

4. Berkembang dan berpotensi untuk berkembang

Maksudnya harta tersebut bisa berkembang secara konkrit atau berpotensi untuk berkembang. Misalkan seperti hewan ternak yang berkembang biak dengan beranak.

5. Lebih dari kebutuhan pokok

13Rahmawati Muin, Menejemen Zakat, (Makassar: Alauddin Press, 2011), h.13

(28)

15

Maksudnya hartanya melebihi kebutuhan pokok sang muzakki seperti makanan, minuman pakaian, tempat tinggal, nafkah istri, anak-anaknya dan orang-orang yang wajib dia nafkahi.

6. Mencapai nisab

Diwajibkan membayar zakat dari harta yang wajib zakat apabila telah mencapai batasan minimal harta untuk dizakati, batasan tersebut disebut nisab. Adapun nishab emas adalah 20 mitsqal, kalau menurut ukuran sekarang kira-kira sekitar 100 gram, karena 1 mitsqal adalah 5 gram. Kemudian nishab perak adalah 200 dirham yang seharga dengan 20 mitsqal, nishab kambing adalah 40 ekor, nishab sapi adalah 30 ekor, dan nishab unta adalah 5 ekor14.

7. Mencapai haul

Mencapai haul artinya telah berlalu satu tahun hijriyah sejak kepemilikannya atas harta wajib zakat. Syarat ini untuk sebagian harta wajib zakat bukan untuk semua jenis harta wajib zakat.

B. Jenis-jenis Harta Wajib Zakat

Sebagaimana yang telah diketahui, bahwa zakat merupakan ibadah yang memiliki dua fungsi yaitu hablum minallah dan hablumminannas, oleh sebab itu, maka dengan ditunaikannya zakat, maka terdapat beberapa tujuan diantaranya sebagai berikut:

1. Zakat Fitrah

Zakat yang bertujuan untuk membersihkan diri dibayarkan setiap bulan Ramadhan. Besarnya zakat firah yang harus dikeluarka per individu adalah satu sha’

atau setara dengan 2,5 kilogram atau 3,5 liter beras makanan pokok. Zakat ini

14Muhammad Abu Zahrah, Zakat Dalam Perspektif Sosial (Jakarta: t.p., 1995), h. 42; dikutip dalam Rahmawati Muin, Manajemen Zakat (Cet. 1; Makassar: Alauddin Press, 2011), h. 15

(29)

16

dibagikan kepada delapan golongan yang berhak menerima zakat, namun untuk fakir dan miskin lebih didahulukan15.

Zakat fitrah dilihat dari komposisi kalimat yang membentuknya terdiri dari kata

“zakat” dan “fitrah”. Zakat secara umum sebagaimana dirumuskan oleh banyak ulama’ bahwa dia merupakan hak tertentu yang diwajibkan oleh Allah terhadap harta kaum muslimin menurutukuran-ukuran tertentu (nishab dan haul) yang diperuntukkan untuk fakir miskin dan para mustahiq lainnya sebagai tanda syukur atas nikmat Allah swt. Sementara itu, fitrah dapat diartikan dengan suci sebagaimana hadist Rasul “Kullu mauludin yuladu ala al fitrah” (Setiap anak adam terlahir dengan keadaan suci) dan bisa juga diartikan sebagai ciptaan atau asal kejadian manusia.

Dari pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa zakat fitrah adalah zakat yang dikeluarkan pada bulan ramadhan untuk mensucikan orang yang berpuasa dari ucapan dan perilaku yang tidak ada manfaatnya16. Zakat fitrah telah dijelaskan dalam firman Allah swt. QS. At-Taubah: 103.

وَ ۡۗۡمُهَّلَ ٞن ك سَ ك ت َٰو ل صَ َّنِإَ ۡۖۡمِهۡي ل عَِّل ص وَا هِبَمِهيِّك زُت وَ ۡمُهُرِّه طُتَٗة ق د صَ ۡمِهِل َٰ و ۡم أَ ۡنِمَ ۡذُخ

ََلميِل عَلَيٌِ سَُ َّللّٱ َ

َ

Terjemahnya:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.

15Umi Hani, Analisis Tentang Penyamarataan Pembagian Zakat Kepada Asnaf Zakat Menurut pendapat Imam Syafi’i, (2015), h. 2442-2282 ; dikutip dalam Makhfudl Bayu Bahrudin,

“Efektivitas Penyaluran Dana Zakat di Baznas Provinsi Jawa Timur” Skripsi (Surabaya: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel Surabaya, 2017), h. 21

16Sultan Syahrir, “Pemahaman Masyarakat Terhadap Kewajiban Zakat Di Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang”, Skripsi, (Makassar: Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Alauddin Makassar, 2017), h. 13

(30)

17

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui17.

2. Zakat Maal

Zakat maal merupakan zakat harta yang dimiliki oleh muzakki seseorang atau badan usaha18. Dalam pengertian lain zakat maal adalah zakat kekayaan yang harus dikeluarkan dalam jangka satu tahun sekali yang sudah memenuhi nishab. Mencakup hasil ternak, emas & perak, pertanian (makanan pokok), harta perniagaan, pertambangan, hasil kerja (profesi), harta temuan, yang dimana masing-masing jenis memiliki perhitungan tersendiri dalam jumlah zakat yang harus dikeluarkan19. Ada beberapa harta yang wajib dikeluarkan zakatnya antara lain:

a. Zakat Hewan Ternak

Hewan ternak masuk dalam salah satu harta yang wajib untuk dikeluarkan zakatnya apabila telah mencapai nishab aka tetapi tidak semua hewan ternak ternak wajib untuk dikeluarkan zakatnya. Ada tiga jenis hewan yang termasuk dalam wajib zakat diantaranya:

1. Unta

Unta termasuk dalam hewan ternak yang wajib zakat berdarkan hadist yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Abu Dzar yang artinya: “Tiada seorang laki-laki yang mempunyai unta, lembu, atau kambing yang tidak diberikan zakatnya, melainkan datanglah binatang-binatang itu pada hari kiamat dalam keadaan lebih

17Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan Terjemahnya. h. 297

18 Undang-undang Republik Indonesia Pasal 4 Ayat 3 No.23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat

19Sultan Syahrir, “Pemahaman Masyarakat Terhadap Kewajiban Zakat Di Kecamatan Maritengngae Kabupaten Sidenreng Rappang”, Skripsi, (Makassar: Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Alauddin Makassar, 2017), h. 14

(31)

18

gemuk dan lebih besar dari masa di dunia, lalu ia menginjak-injaknya dengan telapak-telapaknya dan menanduknya dengan tanduk-tanduknya. Setiap selesai binatang-binatang itu melakukan hal itu, ia kembali lagi melakukannya dan demikianlah terus-menerus sehingga Allah selesai menghukum para manusia”.

Nishab unta antara lain:

a) 5 ekor unta dikeluarkan zakatnya sebesar 1 ekor kambing b) 20 ekor unta dikeluarkan zakatnya sebesar 4 ekor kambing

c) 25 ekor unta dikeluarkan zakatnya sebesar 1 ekor makhad (unta yang sudah berusia 1 tahun dan memasuki tahun kedua)20.

2. Sapi

Jumhur ulama berpendapat bahwa nishab zakat sapi adalah 30 ekor. Adapun perhitungannya sebagai berikut21:

a) 30-39 ekor sapi, dikeluarkan zakatnya sebesar 1 ekor sapi jantan/betina yang berumur 1 tahun

b) 40-59 ekor sapi, dikeluarkan zakatnya sebesar 1 ekor sapi betina yang berumur 2 tahun.

c) 60 ekor sapi, dikeluarkan zakatnya sebesar 2 ekor sapi jantan/betina yang berumur 1 tahun.

3. Kambing

Kambing yang belum mencapai 40 ekor tidak wajib untuk dikeluarkan zakatnya.

Nishab zakat kambing sebagai berikut:

20Nugraha Hasan,”Pengelolaan Zakat Mal Terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat”, Disertasi (Makassar: PPs UIN Alauddin Makassar, 2017), h. 29

21Pebri Ramadhani, “Hukum Mengeluarkan Zakat Mal Orang Yang Sudah Meninggal Dunia Bagi Ahli Waris Menurut Imam Syafi’i Studi Kasus Desa Kampung Pajak Labuhan Batu Utara”, Skripsi, (Medan: Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Sumatera Utara, 2018) h. 41

(32)

19

a) 40-120 ekor kambing, zakatnya sebesar 1 ekor kambing b) 121-200 ekor kambing, zakatnya sebesar 2 ekor kambing c) 201-300 ekor kambing, zakatnya sebesar 3 ekor kambing

d) 300 lebih ekor kambing, pada setiap 100 ekor kambing dikeluarkan zakatnya sebesar 1 ekor kambing.

b. Zakat Emas dan Perak

Emas dan perak merupakan hasil bumi yang memiliki banyak manfaat untuk manusia yang dapat dijadikan sebagai alat tukar selain uang dalam transaksi yang dilakukan oleh manusia. Syariat islam memandang emas dan perak sebagai harta potensial/berkembang.

Berkembang artinya member keuntungan investasi. Dari sudut inilah maka emas dan perak wajib dikeluarkan zakatnya apabila telah mencapai nishabnya.

Nishab emas adalah jika telah mencapai 20 Dinar dan selama satu tahun kepemilika, maka zakat yang harus dikeluarkan adalah sebesar 1/40-nya, yakni setengah Dinar22. Satu Dinar = 4,25 gram emas, jadi jika seseorang sudah memiliki 85 gram emas, maka wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 2,125 gram.

Nishab perak adalah 200 Dirham = 595 gr. Jika seseorang sudah memiliki 595 gram perak selama satu tahun kepemilikan maka wajib dikeluarkan zakatnya sebesar 14,875 gr perak.

c. Zakat Perdagangan

Zakat perdagangan atau perniagaan adalah zakat yang dikeluarkan atas kepemilikan harta dari hasil jual beli. Zakat ini diperuntukkan bagi usaha yang di bentuk baik

22Abu Daud, Kitab Az-Zakah bab Fii Zakah As Sa’imah, (1573), h. 102-103, dikutip dalam Pebri Ramadhani, Hukum Mengeluarkan Zakat Mal Orang Yang Sudah Meninggal Dunia Bagi Ahli Waris Menurut Imam Syafi’i Studi Kasus Desa Kampung Pajak Labuhan Batu Utara, (Medan:

Fakultas Syariah Dan Hukum UIN Sumatera Utara, 2018) h. 41

(33)

20

perorangan maupun perserikatan seperti CV, PT, dan Koperasi23. Harta dapat dipandang sebagai harta dagangan yang wajib dizakati apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut24:

1. Milik Penuh

Harta dagang benar-benar telah menjadi milik sempurna pedagangnya, baik telah dibeli secara tunai, maupun bertangguh.

Syarat harta dagangan telah menajdi milik penuh pedagang yakni tidak memasukkan para pedagang komisi yang menjual barang-barang titipan orang lain dengan ketentuan memperoleh komisi tertentu dari harga penjualnya.

2. Mencapai Waktu Satu Tahun (Al-Haul)

Haul dihitung dari waktu permulaan usaha dagang. Perhitungan tahun zakat harta dagangan dimulai dari waktu permulaan usaha berdagang meskipun barang dagangannya berganti-ganti ditengah perjalanan tahun usaha.

3. Cukup Nishab

Mencapai harga nishab zakat emas dan perak (seharga 85 gram emas) diperhitungkan dengan keadaan pada akhir tahun pada saat zakat harus dikeluarkan.

4. Bebas Dari Hutang

Orang yang mempunyai hutang sebesar atau mengurangi senishabyang harus dibayar pada waktu yang sama (dengan waktu mengeluarkan zakat) maka harta tersebut tidak wajib dikeluarkan zakatanya.

d. Zakat Pertanian

23Rahmawati Muin, Menejemen Zakat, (Makassar: Alauddin Press, 2011), h. 54

24Wahyu Emy Ariyanti, “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Zakat Perdagangan Pengusaha Muslim Di Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal”, Skripsi, (Semarang: Fakultas Syariah IAIN Walisongo, 2009) h. 25

(34)

21

Zakat pertanian adalah zakat yang dikeluarkan atas apa yang dihasilkan dari dalam bumi baik berupa tanaman dan buah-buahan. Dalam pengertian lain dijelaskan bahwa zakat pertanian adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil pertanian berupa tumbuh- tumbuhan, atau tanaman yang bernilai ekonomi seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur- mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dan lain-lain yang merupakan makanan pokok dan dapat disimpan25. Ada beberapa perbedaan pendapat dikalangan ulama mengenai tanaman apa saja yang wajib dikeluarkan zakatnya, antara lain26:

1. Pendapat pertama mengatakan bahwa yang wajib dizakati hanya empat macam tanaman, yaitu gandum, sya’ir, kurma, dan anggur kering.

2. Pendapat kedua membatasi sesuatu yang menjadi makanan pokok, bisa disimpan, dan kering dari biji-bijian atau buah-buahan.

3. Pendapat ketiga mengatakan semua biji-bijian atau buah-buahan dengan syarat kering, tahan lama, dan bisa ditakar.

4. Pendapat keempat menyatakan semua hasil panen baik pertanian maupun perkebunan, tidak dibatasi oleh biji-bijian dan buah-buahan.

Mengenai jenis zakat tanaman yang wajib dizakati, imam abu Hanifah berpendapat bahwa semua hasil bumi apapun bentuknya yang tujuannya untuk mendapatkan penghasilan, wajib dikeluarkan zakatnya setelah penuh syarat-syaratnya meski bukan

25Mufidah Kurniasari, “Pelaksanaan Zakat Hasil Pertanian Di Kalangan Petani Muslim Studi Di Desa Kampung Baru Kecamatan Tanjunganom Kabupaten Nganjuk”, Skripsi, (Malang: Fakultas Syariah UIN Maulana Malik Ibrahim, 2017) h. 26

26Wawan Shofwan Shalehuddin, Risalah Zakat, Infak, dan Sedekah (Bandung: t.p., 2011) h.

112, dikutip dalam Susi Nur Ajiati, Potensi Zakat Pertanian Di Desa Tunggalsari Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal (Semarang: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN Walisongo, 2017) h. 24

(35)

22

menjadi makanan pokok, kecuali kayu, rumput, dan tebu persi27. Zakat pertanian ditunaikan pada waktu panen sesuai dengan firman Allah swt dalam al-Qur’an surat al- An’am: 6/141 yang berbunyi sebagai berikut:

َ ل ۡخَّنلٱ وَ ٖت َٰ شوُر ۡع مَ رۡي غ وَ ٖت َٰ شوُر ۡعَّمَ ٖتََّٰن جَ أ شن أَ ٓيِذَّلٱَ وُه و

َ ناَّم ُّرلٱ وَ نوُت ۡيَّزلٱ وَۥُهُلُكُأَاًفِل ت ۡخُمَ ع ۡرَّزلٱ و َ

َِر ۡسُتَ لَ وَ ۡۖۦِهِدا ص حَ م ۡو يَ ۥُهَّق حَ ْاوُتا ء وَ ر ٌۡث أَ ٓا ذِإَ ٓۦِهِر ٌ ثَ نِمَ ْاوُلُكَ ٖٖۚهِب َٰ ش تُمَ رۡي غ وَ اٗهِب َٰ ش تُم

َ ُّبِحُيَ لََ ۥُهَّنِإَ ْٖۚآوُف

ََ نيِفِر ۡسٌُۡلٱ

َ

Terjemahnya:

Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjunjung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih- lebihan28.

Hasil pertanian dapat dikeluarkan zakatnya apabila telah memenuhi syarat sebagai berikut29:

1. Harta itu telah sampai kepada batas minimal yang diistilahkan dengan nishab.

Batas minimal ini diperkirakan untuk barang-barang komoditi seharga 20 dinar emas. Adapun untuk hasil-hasil pertanian jumhur fuqaha (kebanyakan ahli hukum islam) berpendapat bahwa setiap tetumbuhan bumi yang ada zakatnya, tidak ada nizabnya tertentu.

27Huda, Syubhat, h. 68, dikutip dalam Susi Nur Ajiati, Potensi Zakat Pertanian Di Desa Tunggalsari Kecamatan Brangsong Kabupaten Kendal (Semarang: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN Walisongo, 2017) h. 24

28Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan Terjemahnya, h. 146

29Saiful Muchlis, Akuntansi Zakat (Makassar: Alauddin University Press, 2014) h. 260

(36)

23

2. Pemilik harta tetap memiliki senisab ini dalam dalam masa satu tahun penuh selebihnya dari kebutuhan-kebutuhannya yang asli seperti tempat tinggal, makanan dan pakaian.

Zakat hasil pertanian dan hasil perkebunan wajib dikeluarkan zakatnya setelah panen. Zakat pertanian ada 3 jenis yaitu30.

1. Padi nisabnya 5 wasaq atau 750 kg kadarnya 5% untuk pengairan dengan irigasi dan 10% untuk pengairan tadah hujan.

2. Gabah nisabnya 1350 gr kadarnya 5% untuk pengairan dengan irigasi dan 10%

untuk pengairan dengan tadah hujan.

3. Tanaman lain/buah-buahan/sayuran dll nisabnya 5 wasaq atau 750 kg kadarnya 5% untuk pengairan dengan irigasi dan 10% untuk pengairan tadah hujan.

e. Zakat Barang Temuan

Barang temuan (rikaz) menurut jumhur ulama adalah harta peninggalan yang terpendam dalam bumi atau disebut harta karun. Sedangkan ma’din (hasil tambang) adalah segala sesuatu yang diciptakan Allah swt dalam perut bumi, baik padat, maupun cair, seperti emas, tembaga, minyak, gas, besi, dan sulfur .

Kewajiban zakat rikaz dan ma’din telah disepakati oleh jumhur ulama dan didasarkan hukumya pada dalam QS al-Baqarah ayat 267:

30 Saiful Muchlis, Akuntansi Zakat, h. 261

(37)

24

َ لَ وَ ِۡۖض ۡر ۡلۡٱَ نِّمَمُك لَا ن ۡج ر ۡخ أَٓاٌَِّم وَ ۡمُتۡب س كَا مَِتَٰ بِّي طَنِمَْاوُقِفن أَْآوُن ما ءَ نيِذَّلٱَا هُّي أَٰٓ ي

َُه ۡنِمَ َيِب خۡلٱَْاوٌٌَُّ ي تَ

َِبَمُت ۡس ل وَ نوُقِفنُت

َِن غَ َّللّٱَ َّن أَْآوٌُ ل ۡعٱ وَِٖۚهيِفَْاوُضٌِ ۡغُتَن أَٓ َّلَِإَِهيِذِخا َ َ

ََلديٌِ حٌَّي

َ

Terjemahnya:

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji31.

Nishab dan ukuran zakat barang temuan (rikaz) dan barang tambang (ma’din) tidak disyaratkan mencapai haul, akan tetapi wajib dikeluarkan zakatnya pada saat didapatkan.

Ukuran zakatnya adalah seperlima atau 20% namun mengenai nisabnya ada perbedaan pendapat dikalangan para ulama. Pendapat yanglebih kuat didukung oleh Yusuf Qardawi adalah bahwa rikaz tetap harus memenuhi persyaratan nishab, baik yang dimiliki individu maupun negara32.

Dalil mengenai nishab barang tambang terdapat dalam hadist shahih Bukhari:

Umar bin Abdul Aziz mengambil dari setiap 200 barang tambang (senilai 200 dirham) sebanyak 5 buah (sebagai zakatnya, senialai 5 dirham atau 21/2%)33.

31Departemen Agama Republik Indonesia, Al-qur’an dan Terjemahnya,h. 45

32Yusuf al-Qardawi, Fiqhus Zakat, (Beirut: Darul Irsyad, t.th) h.433, dikutip dalam Rahmawati Muin, Menejemen Zakat, (Makassar: Alauddin Press, 2011) h. 62

33Muhammad Nashruddin Al-Albani, Mukhtashar Shahih Imam Al-Bukhari (Jakarta: Pustaka Azzam, 2014), h. 278, dikutip dalam Aimatul Khoiriah, Zakat Tambang Pasir Studi Kasus di Desa Ngloram Kecamatan Cepu Kabupaten Blora (Semarang: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo, 2015) h. 37

(38)

25

Dari hadis diatas dapat disimpulkan bahwa nishab zakat barang tambang yaitu 20 mitsqol untuk ma’din emas, dan 200 dirham untuk ma’din perak. Dan kadar zakat yang harus dikeluarkan adalah 2,5%, dikeluarkan secara langsung tanpa menunggu satu tahun34.

Barang temuan (rikaz) adalah harta terpendam yang jika sudah ada satu nishab maka wajib langsung mengeluarkan zakatanya tanpa menunggu satu tahun, dan kadar yang dikeluarkan adalah 5% dari harta terpendam.

Syarat zakat rikaz, antara lain35: Berupa emas dan perak, kadar satu nishab, yang memendam orang jahiliyah, dan ditemukan dibumi mati atau ditanah milik.

f. Zakat Profesi

Zakat profesi adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil usaha yang halal yang mendatangkan hasil (uang) yang relative banyak dengan cara yang mudah, melalui suatu keahlian tertentu36 . Adapaun pengertian lain dari zakat profesi adalah zakat yang dikenakan pada setiap pekerjaan atau keahlian profesional tertentu, baik yang dilakukan sendiri maupun bersama orang/lembaga lain, yang mendatangkan penghasilan (uang)

34Didin Hafifuddin, Zakat Dalam Perekonomian (Jakarta: Gema Insani, 2014) h. 48,dikutip dalam Aimatul Khoiriah, Zakat Tambang Pasir Studi Kasus di Desa Ngloram Kecamatan Cepu Kabupaten Blora (Semarang: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo, 2015) h. 37

35Muhammad Sokhi Asyhadi, Fiqh Ibadah versi mazhab syafi’i (Grobogan: Ponpes Fadlul Wahid, 2011), h. 214-215, dikutip dalam, Aimatul Khoiriah, Zakat Tambang Pasir Studi Kasus di Desa Ngloram Kecamatan Cepu Kabupaten Blora (Semarang: Fakultas Syariah dan Hukum UIN Walisongo, 2015) h. 37

36Dahlia, Implementasi Zakat Profesi (Studi Kasus Pada Lembaga Amil Zakat Nasional) PKPU Cabang Makassar, Skripsi, (Makassar: Fakultas Ekonomi Bisnis Islam UIN Alauddin Makassar, 2014), h. 17.

(39)

26

yang memenuhi nisab37 . Profesi yang dimaksud seperti dokter, konsultan, advokat, dosen, arsitek, pegawai negri sipil, pegawai tetap perusahaan swasta, dan sebagainya.

Nisab zakat profesi menurut MUI bahwa nisab Zakat profesi adalah sebesar 85 gram emas. Jika harga emas pada saat ini sebesar Rp 574.000/gram, maka 85 x Rp. 574.000 = Rp 48.790.000, jika dibagi perbulan adalah sebesar Rp 4.065.833.

Cara mengeluarkan zakat profesi Dalam ensiklopedia islam dijelaskan bahwa para ulama sepakat harta pendapatan wajib dikeluarkan zakatnya apabila mencapai batas nisab. Adapun nisabnya sama dengan nisab uang, dengan kadar zakat 2,5%. Zakat profesi itu bisa dilaksanakan setahun sekali atau sebulan sekali, atau berapa bulan sekali yang jelas bila ditotal setahun besar zakat yang dikeluarkan harus sama. Namun, zakat tersebut wajib dikeluarkan jika penghasilannya, seandainya ditotal setahun setelah dikurangi kebutuhan-kebutuhannya selama setahun melebihi nisab. Dengan ketentuan nisab setara dengan 85 gram emas 24 karat, dan kadarnya sebesar 2,5% jika tidak mencapai nisab tidak wajib untuk dizakati.

C. Orang-orang Yang Berhak Menerima Zakat

Tidak semua orang berhak untuk mendapatkan bagian dari harta zakat, ada beberapa golongan orang-orang yang dijelaskan dalam al-Qur’an Surah At-taubah ayat 60 sebagai berikut38:

37Saiful Muchlis, Akuntansi Zakat, h. 111.

38Husnul Hami Fahrini, Efektivitas Program Penyaluran Dana Zakat Profesi Dalam Bentuk Pemeberian Beasiswa Bagi Siswa Muslim Kurang Mampu Oleh Badan Amil Zakat Nasional

(40)

27

1. Fakir (al-fuqarah)

Kata Fuqara berasal dari bahasa arab yang merupaka bentuk jamak dari kata fakir, yakni orang yang sama sekali tidak mempunyai pekerjaan, atau mempunyai pekerjaan akan namun penghasilannya sangat kecil sehingga tidak cukup untuk memenuhi setengah dari kebutuhannya. Dalam pengertian lain fakir adalah orang yang tidak memiliki pekerjaan atau orang yang memiliki pekerjaan akan tetapi tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya dalam hidup sehari-hari.

2. Miskin (al-Masakin)

Seseorang yang dikatakan miskin adalah orang yang memiliki penghasilan namun tidak cukup untuk memenuhi standar kelayakan hidup yang dibutuhkan.

Pengertian lain dari orang miskin adalah orang yan mempunyai kekayaan melebihi dari apa yang dipunyai oleh orang-orang fakir, atau orang yang mempunyai pekerjaan dan penghasilannya bisa menutupi setengah lebih sedikit dari kebutuhannya39

3. Amil Zakat (al-amilin)

Al-amilin adalah jamak dari kata amil. Imam Syafi’I mengatakan, bahwa amilin adalah orang-orang yang diangkat untuk memungut zakat dari para pemiliknya, yaitu (BAZNAS) di Kabupaten Tabanan Tahun 2015, (Tabanan: 2016), dikutip dalam Makhfudl Bayu Bahrudin, Efektifitas Penyaluran Dana Zakat Di Baznas Provinsi Jawa Timur (Surabaya: Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam UIN Sunan Ampel, 2017), h. 26

39 Mansur Ali Nashif, At Tajhul Jami’ Lil Ushul Fi Haditsir Rasul (Mesir: al-Babi al-Halabi), h. 29, dikutip dalam Rahmawati Muin, Menejemen Zakat (Makassar: Alauddin Press, 2011), h. 83

(41)

28

para Sai’ (orang-orang yang datang ke daerah-daerah untuk memungut zakat)40. Dalam pengertian lain Amil Zakat adalah orang-orang yang bertugas untuk memungut/mengumpulkan zakat dai para muzakki dan menyalurkannya kepada para mustahik yang termasuk dalam kategori amil zakat (amilin) adalah orang yang bekerja dalam perlengkapan administrasi zakat, baik urusan pengumpulan, pemeliharaan, pengelolaan, pendayagunaan, dan segala sesuatu yang terkait dengannya.

4. Muallaf (al-muallaf qulubuhum)

Muallaf (al-muallaf qulubuhum) adalah mereka yang perlu dijinakan hatinya agar tetap beriman kepada Allah, dan mencegah agar mereka tidak berbuat jahat, dan diharapkan para muallaf ini akan membela kaum muslimin. Muallaf dalam pengertian masyarakat luas artinya orang yang baru memeluk/masuk dalam agama islam.

5. Hamba Sahaya (ar-riqab)

Ar-riqab Menurut golongan syafi’I dan Hanafiah adalh budak mukattab yaitu budak yang diberi kesempatan oeh tuannya untuk berusaha membebaskan dirinya dari tuannya, dengan membayar ganti rugi secara angsuran41.

Adapun menurut jumhr ulama, yang dmaksud budak disini adalah para budak muslm yang telah membuat perjanjian dengan tuannya untuk dimerdekakan,

40Muhammad bin Idris asy-syafi’I, Al-umm (Mesir: tt.tp) h. 61, dikutip dalam Rahmawati Muin, Menejemen Zakat, h. 83

41Rahmawati Muin, Menejemen Zakat, h. 84

(42)

29

meskipun mereka telah berusaha keras dan bekerja mati-matian. Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk memberi zakat kepada mereka, agar dapat memerdekakan dirinya.

6. Orang yang Berhutang (al-gharimin)

Al-Gharimin adalah kata jamak dari al-gharim, yaitu orang yang berhutang yang tidak dapat melunasi hutangnya42.

Imam Malik, syafi’I dan Ahmad menetapkan ada dua macam gharimin43, yakni orang yang berhutang untuk kepentingan pribadi diluar maksiat, dan orang yang berhutang untuk kepentigan masyarakat (maslahat umum). Jadi gharim pada dasarnya adalah orang yang berhutang dalam hal yang tidak bersifat pemborosan.

7. Orang yang Berjuang Di Jalan Allah (fisabiillah)

Menurut Yusuf Al-Qardhawi dalam bukunya fatwa-fatwa mutakhir, makna secara bahasa dari sabilillah terserah pada mardhatillah (keridaan Allah). Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa fisabilillah adalah segala bentuk perbuatan baik yang mendekatkan manusia dengan tuhannya44.

8. Ibnu Sabil

42Abdul Khaliq an-nawawi, an-Nizam al-Malifil Islam (Mesir: Al-Matba’ah al Fanniyah al- hadis, 1971), h.109, dikutip dalam Rahmawati Muin, Menejemen Zakat, h. 85

43Rahmawati Muin, Menejemen Zakat, h. 85

44Firdaningsih, dkk., “Delapan Golongan Penerima Zakat Analisis Teks dan Konteks” Jurnal Equilibrium, Vol. 7, No. 2, (2019).

(43)

30

Ibnu sabil adalah orang asing yang menempuh perjalanan kenegri lain dan sudah tidak punya harta lagi. Ibnu sabil adalah orang yang sedang dalam perantauan atau perjalanan. Kekurangan atau kehabisan bekal untuk biaya hidup atau pulang ketempat asalnya. Yang termasuk dalam golongan ini adalah pengungsi-pengungsi yang meninggalkan kampung halamannya untuk menyelamatkan diri atau agamanya dari tindakan penguasa yang sewenang-wenang45.

D. Konsep Pengelolaan Zakat

Dalam undang-undang nomor 23 tahun 2011 pengelolaan zakat harus berasaskan:

Syariat islam, amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan akuntabilitas. Adapun tujuan dari pengelolaan zakat diantaranya meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat serta meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.

Konsep pengelolaan zakat berlandaskan pada Al-qur’an surah At-taubah ayat: 103

ََُّللّٱ وَ ۡۗۡمُهَّلَ ٞن ك سَ ك ت َٰو ل صَ َّنِإَ ۡۖۡمِهۡي ل عَِّل ص وَا هِبَمِهيِّك زُت وَ ۡمُهُرِّه طُتَٗة ق د صَ ۡمِهِل َٰ و ۡم أَ ۡنِمَ ۡذُخ

َلَيٌِ سَ

ََلميِل ع َ

َ

Terjemahnya:

Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu

45Ahmad Azhar Basyir, Hukum Zakat, (Yogyakarta: Lukman Offset, Cet. 1, 1997), h. 84

Gambar

Gambar 1.1  Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

permasalahan dalam penelitian ini maka penelitian ini dibatasi hanya pada pengelolaan zakat di LAZIS JATENG ditinjau dari undang-undang Nomor 23 Tahun 2011

Berdasarkan data yang dirilis oleh Baznas Kota Pekanbaru menyebutkan bahwa jumlah mustahik zakat yang telah mendapat distribusi dana zakat adalah sebanyak

Puji Syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah Swt, karena berkat rahmat dan karunia-Nya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Tinjauan Terhadap Sistem

Skripsi yang berjudul: “PENGELOLAAN ZAKAT PROFESI DALAM UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN DI KABUPATEN BREBES MENURUT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG

Pada dasarnya tujuan pemerintah menetapkan peraturan tersebut yaitu salah satu bentuk keseriusan pemerintah dalam pengelolaan zakat yaitu dengan dibentuknya lembaga

Hasil penelitian ini adalah pelaksanaan pengelolaan zakat fitrah di dusun Tukang untuk pemahaman terhadap pengelolaan zakat fitrah sebagian besar masih diberikan sendiri

Pada UU No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, menerangkan bahwa zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan hukum yang dimiliki oleh orang

Kelemahan dari Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat, yaitu kurangnya dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan, kurangnya dana untuk melakukan sosialisasi yang