PENGELOLAAN ZAKAT FITRAH DI DUSUN TUKANG
KEC. PABELAN DALAM TINJAUAN UNDANG-UNDANG
NO 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Cholidatul Chodriah
NIM : 21412026
JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
iv
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa:
Nama :Cholidatul Chodriah Nim : 21412026
Judul : PENGELOLAAN ZAKAT FITRAH DI DUSUN TUKANG KEC. PABELAN DALAM TINJAUAN UNDANG-UNDANG
NO 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT
Dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah.
Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.
Wassalamu’ alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 15 September 2016 Pembimbing
Tri Wahyu Hidayati, M.Ag
vi
MOTTO
Hidup di dunia hanya sekali, sekali hidup harus berarti
Berlarilah mengejar mimpi meski jalan terjal berduri
PERSEMBAHAN
Kepada:
Ayah dan Ibunda tercinta
Semoga pengabdian dan jerih payah mu
Mendapat Ridho Allah Swt.
Semuanya yang memberiku arti dan manfaat
Dalam hidup ini, yang tidak dapat dilukiskan
vii
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kepada Allah SWT, karena berkat limpahan rahmatNya penilitian ini dapat terselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.
Shalawat dan salam selalu penulis panjatkan kehadirat Nabi Muhammad yang telah membawa umat dari zaman kebodohan kezaman yang tahu akan ilmu. Semoga selalu mendapatkan Syafaat dari beliau di dunia maupun diakhirat nanti.
Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Jurusan Hukum Ekonomi Syariah yang berjudul Pengelolaan Zakat Fitrah Di Dusun Tukang Kec, Pabelan Dalam Tinjauan Undang-Undang No 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
2. Dekan Fakultas Syariah Dra. Siti Zumrotun, M.Ag.
3. Ibu Evi Ariyani, SH., MH, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah di IAIN Salatiga.
viii
5. Ibu Tri Wahyu Hidayati, M.Ag, selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberikan saran, pengarahan, dan masukan sehingga skripsi dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.
6. Bapak ibu dosen fakultas Syariah yang telah memberikan ilmunya selama menempuh pendidikan S1 Hukum Ekonomi Syariah.
7. Seluruh anggota tim penguji yang telah meluangkan waktunya untuk menilai kelayakan proposal dan meguji skripsi dalam rangka menyelesaikan studi Hukum Ekonomi Syariah di IAIN Salatiga.
8. Kepada Bapak Ibu Dusun Tukang yang telah memberikan data-data yang penulis butuhkan untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Kepada Bapak Takmir Masjid di Dusun Tukang yang sudah memberikan informasi.
10.Ayah dan Ibunda tercinta yang telah mendidik, memberikan dukungan pada setiap langkang yang saya ambil hingga saya menjadi sarjana, yang telah mengorbankan segalanya dan tidak akan mungkin bandinganya kepada penulis dimanapun dan sampai kapanpun.
11.Bapak Amir Subadi, M.Ag, Pak Ridwan, S.Pd. Kakak ku M. Irfangi, S.Sy dan segenap keluarga ku semua yang selalu mendukung dan memberikan semangat dalam perjalanan ini.
ix
menyelesaikan skripsi ini. Semoga engkau pilihan yang baik buat ku dan masa depan aku.
13.Teman-teman S1 Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2012 terimakasih atas kebersamaanya motifasi dan dukunganya.
14.Semua yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu dalam tulisan ini.
Semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari apa yang mereka berikan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembaca pada umumnya.
Salatiga, 15 September 2016
x
ABSTRAK
Chodriah,Cholidatul. 2016. Pengelolaan Zakat Fitrah di Dusun Tukang, Kec. Pabelan Kab Semarang Dalam Tinjauan UU no 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Skripsi. Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Ekonomi
Syari‟ah. Institut Agama Islam Negeri. Salatiga. Pembimbing: Tri Wahyu Hidayati,M.Ag.
Kata Kunci: Pengelolaan, Zakat Fitrah.
Zakat fitrah adalah bagian dari harta dengan persyaratan tertentu yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya. Pasal 5 dan 17 Undang-Undang no 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat menyatakan bahwa untuk melaksanakan pengelolaan zakat, Pemerintah membentuk BAZNAZ kemudian untuk membantu pengelolaan zakat, masyarakat dapat membentuk LAZ. Dalam pengumpulan zakat fitrah dilaksanakan oleh seluruh warga Dusun Tukang dengan mengumpulkan zakat fitrah kepada takmir masjid yang menjadi panitia zakat yang berada di Masjid At-Taqwa Dusun Tukang. Peneliti melakukan penelitian mengenai bagaimana pengelolaan zakat fitrah di Dusun Tukang dan apakah pengelolaan zakat fitrah di Dusun Tukang sudah sesuai Undang-undang no 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan zakat fitrah di Dusun Tukang dan mengetahui pengelolaan zakat fitrah di Dusun Tukang sudah sesuai Undang-undang no 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat atau belum.
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan, yaitu data yang diperoleh dari penelusuran secara langsung mengenai pengelolaan di Dusun Tukang Kec Pabelan. Lokasi penelitian ini adalah Dusun Tukang Desa Tukang Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang dengan obyek penelitian para warga dusun Tukang tersebut. Sumber data yang digunakan adalah Data Primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dilapangan dan wawancara yang bersangktan. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari perpustakaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah obserasi, wawancara dan dokumentasi.
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Riwayat Hidup. 2. Daftar Nilai SKK
3. Daftar Nota Pembimbing
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LOGO IAIN ... ii
SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... v
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ... vi
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... vii
KATA PENGANTAR... viii
ABSTRAK ... x
DAFTAR TABEL ... DAFTAR LAMPIRAN ... DAFTAR ISI ... ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
A. ...Rumusan Masalah ... 6
xiv
C. ...Kegunaan 6
D. ...Penegasan Istilah ... 7
E. ...Tinjauan Pustaka ... 8
F....Metode Penelitian ... 10
G. ...Sistematika Penulisan ... 12
BAB II Seputar Zakat Fitrah dan Pengelolaannya ... 14
A. ...Pengertian Zakat Fitrah ... 14
B. ...Dasar Hukum Zakat Fitrah ... 18
C. ... Syarat-syarat Wajib Zakat Fitrah ... 20
D. ...Kadar dan Jenis Zakat ... 22
E. ...Waktu Pengeluaran Zakat ... 25
F....Hikmah Zakat Fitri ... 27
xv
H. ...Amil Zakat ... 35
I. ...Pengelolaa n Zakat Fitrah (Undang-undang no 23 tahun 2011
dan Peraturan Pemerintah no 14 tahun 2014 ... 38
BAB III PELAKSANAAN ZAKAT FITRAH DI DUSUN TUKANG
A. ...Kondisi Umum Dusun Tukang ... 46
1. ...Letak Geografis ... 46
2. ...Keadaan Sosial, Ekonomi, Agama dan Pendidikan ... 47
B. ...Pelaksanaa n Zakat Fitrah di Dusun Tukang ... 50
1. ...Muzzaki 50
2. ...Mustahik 52
3. ...Amil 54
4. ...Pengelolaa n Zakat Fitrah ... 55
xvi
BAB IV PENGELOLAAN ZAKAT FITRAH DI DUSUN TUKANG
KEC. PABELAN KAB. SEMARANG
A. ...Zakat Fitrah di Dusun Tukang ... 62
B. ...Analisa Menurut UU dan PP ... 71
BAB V PENUTUP
A. ...Kesimpula n ... 76
B. ...Saran-saran ... 77
C. ...Penutup 77
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
1
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat adalah salah satu rukun Islam,yang merupakan salah satu tiang penting dalam Islam. Selain sebagai perintah yang harus dilaksanakan, zakat juga merupakan bentuk ibadah kepada Allah sekaligus merupakan bentuk amal sosial terhadap masyarakat serta sebagai kegiatan untuk mensucikan harta, yang bertujuan juga menambah tingkat kemakmuran masyarakat dan juga mengurangi penderitaan masyarakat.
Di dalam al-Qur‟an banyak ayat-ayat yang menerangkan secara tegas memeritahkan pelaksanaan zakat. Perintah Allah untuk melaksanakan zakat tersebut sering kali beriringan dengan perintah pelaksanaan sholat. Hal ini menunjukan betapa pentingnya peran zakat dalam kehidupan umat Islam, hal ini berdasarkan firman Allah dalam surat Al-Baqoroh ayat 43:
“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku'.”
2
membersihkan diri dari sifat rakus dan kikir, dan mendorong manusia untuk mengembangkan sifat kedermawanan dan sensitivitas kesetiaan sosial. Demikian pula halnya dengan sholat, sholat bertujuan menghindarkan kehidupan manusia dari kejahatan dan kerusakan.
Hal ini menunjukkan bahwa zakat dan sholat mempunyai kedudukan yang erat dalam hal keutamaanya, dimana sholat dipandang seutama-utamanya ibadah bathiniyah begitu juga zakat dipandang seutama-utamanya ibadah amaliyah. Zakat juga merupakan salah satu unsur pokok bagi tegaknya syariat Islam, maka dari itu siapa yang mengabaikan rukun ini maka meruntuhkan sendi-sendi Islam.
Agama Islam membagi zakat menjadi dua macam yaitu: zakat
mal dan zakat fitrah. Zakat Mal (zakat harta) merupakan zakat yang harus dikeluarkan oleh seorang muslim terhadap harta yang dimilikinya dan telah memenuhi syarat, baik haul, nisab, kadar dan waktu yang telah ditetapkan oleh ketentuan hukum agama. Zakat
fitrahadalah zakat yang diwajibkan karena berahirnya bulanRamadhan. Hukumnya wajib atas setiap diri muslim baik anak-anak ataupun dewasa, laki-laki ataupun perempuan, budak ataupun sudah merdeka.
3
ketempat sembahyang, melaksanakan sholat Idul Fitri (Jdamal, 1982:243).
Penyaluran zakat fitrah disalurkan kepada Mustahiq
(penerima zakat) sesuai ketentuan Islam yang terdapat dalam
Al-“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah,
dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana”
Ayat diatas menyebutkan bahwa mustahiq zakat terdiri dari
4
Yang mengambil dan menjemput tersebut adalah para petugas („amil). Imam Qurthbi ketika menafsirkan ayat tersebut meyatakan bahwa amil itu adalah orag-orang yang ditugaskan (diutus oleh Imam/pemeritah) untuk mengambil, menuliskan, menghitung dan mencatatkan zakat yang diambilnya dari para muzakki untuk kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya.
Dalam UU no 23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat Pasal 1 berbunyi: Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan pengoordiasian dalam pengumpulan, pendistribsian dan pendayagunaan zakat. Pasal 2 berbunyi: Pengelolaan zakat harus berasaskan: bersyariatkan Islam,amanah, kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, akuntabilitas. Pasal 3 berbunyi: Pengelolaan Zakat yang baikbertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam pengelolaan zakat dan meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan masyarakat.
Pengelolaan zakat harus syariah baik dalam pembagian maupun ukuran kadarnya. Zakat fitrah besarnya 2,5 kg berdasarkan Abu Said al-Khudzri, “Kami pernah membayar zakat fitrah dan Rosulullah bersama kami, berupa satu sha‟ makanan, kurma atau gandum, baik atas budak, merdeka, laki-laki, wanita, anak kecil, maupun dewasa dari kalangan kaum muslimin” (HR. Al Bukhori
5
Ada keragaman dimasyarakat dalam mengelola zakat. Misalnya, di Dusun Tukang Kec. Pabelan pada setiap malam Hari Raya Idhul Fitri, masyarakat menyisihkan sebagian hartanya untuk menunaikan zakat fitrah dengan kesadaran dan tanpa paksaan dari siapapun. Dalam sistem pengumpulan zakat fitrahnya dilaksanakan oleh seluruh warga dengan mengumpulkan zakat fitrahnya kepada panitia zakat yang berada di Masjid At-Taqwa Dusun Tukang. Sebagian dari masyarakat Dusun Tukang Melaksanaan zakat fitrah tidak kepada pengurus zakat, tetapi menyerahkan zakat fitrahnya secara langsung kepada mustahiq.
Masyarakat Dusun Tukang Kec. Pabelan mayoritas menggunakan literan karena tidak semua rumah punya timbangan, 1 sho‟= 2,5 kg dikira-kirakan kalau menggunakan literan yaitu 3 liter
lebih satu gelas, terkadang ada yang kurang 3 liter lebih satu gelas, literan disetiap rumah tentu saja berbeda-beda, ada yang menggunakan literan yang dari kaleng susu bekas ada juga yang dari batok kelapa.
Terkait dengan persoalan zakat fitrah yang masih diberikan kepada mustahiq sendiri dan takeran tidak sampai 1 sho‟= 2,5 kg yang
terjadi di Dusun Tukang Kec. Pabelan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang selanjutnya dijadikan skripsi yang berjudul
Pengelolaan Zakat Fitrah Di Dusun Tukang Kec. Pabelan Dalam
6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan di atas, maka yang menjadi pokok pembahasan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pengelolaan zakat fitrah di Dusun Tukang Kec. Pabelan?
2. Apakah pengelolaan zakat fitrah di Dusun Tukang Kec. Pabelan sudah sesuai dengan UU no 23 Tahun 2011?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pengelolaan zakat fitrahdi Dusun Tukng Kec. Pabelan.
2. Untuk mengetahuiapakah pengelolaan zakat fitrah di Dusun Tukang Kec. Pabelan sudah sesuai UU no 23 Tahun 2011.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan khususnya bagi penulis dan ummnya bagi masyarakat umum. Adapun kegunaan yang peneliti harapkan adalah sebagai berikut:
7
2. Secara praktis penelitian ini dapat di jadikan sumbangan pemikiran mengenai masalah penentuan penerima zakat fitrah yang tepat, khususnya bagi panitia penerima zakat di Dusun Tukang Kec. Pabelan dan umumnya bagi masyarakat Islam. 3. Memberikan sumbangan pemikiran kepada umat Islam khususya
warga Dusun Tukang Kec. Pabelan, mengenai pelaksanaan zakat yang sesuai dengan hukum Islam.
E. Penegasan Istilah
Untuk mendapatkan pengertian yang jelas dan mempermudah dalam pemahaman serta menghindari kesalahan terhadap judul skripsi ini, maka terlebih dahulu peneliti akan mengemukakan arti istilah yang terkandung dalam judul sebagai berikut:
1. Pengelolaan Zakat Fitrah
8
2. Tinjuan
Tinjauan: Pendapatan meninjau, pandangan, pendapat (sesudah menyelidiki, mempelajari dsb) (Kamus Umum bahasa Indonesia:1281).
3. UU no 23 tahun 2011
Ketentuan dan peraturan Negara yang di buat oleh pemerintah (Dewan Perwakilan Rakyat, Badan Legislatif, dsb) dan di tandatangani oleh kepala negara (Presiden, Kepala Pemerintah, Raja) dan mempunyai kekuatan yang mengikat (Kamus Besar Bahasa Indonesia).
F. Tinjauan Pustaka
Kajian yang serius mengenai segala hal tentang zakat fitrah telah banyak di kupas dan di kemas memenuhi khasanah koleksi perpustakaan baik dalam bentuk kitab berbahasa Arab, kitab-kitab terjemah, buku-buku serta karya ilmiyah lainya yang ada kaitanya dengan zakat.
9
menengah (berprofesi petani, sopir angkutan, dan pengrajin), dan golongan kebawah ( keluarga yang kurang dalam kecukupan, orang janda , dan anak-anak yatim), serta bagian yang diperoleh dari tiap-tiap golongan tersebut berbeda-beda. Penetapan mustahiq seperti ini tidak diperbolehkan dalam hukum Islam karena tidak tepat sasaran dan bertentangan hukum syara‟.
M. Syarifudin Juhri 2012 menyusun skripsi yang berjudul
Ulama dan Guru Ngaji sebagai Prioritas Utama Penerimaan Zakat Fitrah (study kasus di Desa Bendogarap Kec. Klirong Kab. Kebumen).
Skripsi ini membahas tentang pembagian zakat fitrah yang memprioritaskan ulama dan guru ngaji sebagai mustahiq utama karena ingin mendapatkan do‟a dari kyai dan juga sebagai tanda rasa hormat
serta balas budi karena kyai mempunyai peran besar dalam kegiatan keagamaan setempat. Kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa memprioritaskan kyai sebagai mustahiq utama jika ditinjau dari hukum Islam tidak dapat dibenarkan, karena dalam hikmah zakat tidak disebutkan bahwa do‟a dari kita yang zakati akan diterima atau
10
G. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan yaitu melakukan penelitian dengan obyek utamanya adalah yang berkaitan dengan masalah-masalah dimasyarakat. Dalam penelitian ini adalah pelaksanaan zakat fitri di Dusun Tukang Kec. Pabelan.
a. Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti bertindak sebagai instrument sekaligus sebagai pengumpulan data. Kehadiran peneliti juga diketahui sebagai peneliti. Yang dilengkapi dengan surat penelitian resmi dari lembaga IAIN salatiga.
b. Lokasi penelitian
Penelitian ini dilakukan di masyarakat Dusun Tukang Kec. Pabelan yang beragama Islam semua.
c. Sumber Data
Untuk memperoleh data yang berhubungan dengan penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data antara lain: 1) Data Primer
11
2) Data Sekunder
Merupakan keterangan-keterangan yang mendukung data primer, data sekunder adalah data-data yang diperoleh dengan cara penelitian kepustakaan melalui literatur maupun dengan cara peneliti secara langsung datang kelapangan untuk melakukan observasi.
3) Teknik Pengumpulan Data
Untuk menyusun skripsi ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, sehingga memudahkan dalam penganalisaan dan penyimpulan. Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut:
a. Observasi
Teknik observasi ini merupakan upaya memperoleh data dengan melihat atau mengamati obyek yang diteliti serta melakukan pencatatan terhadap kejadian yang peneliti ketahui pada masyarakat Dusun Tukang Kec. Pabelan.
b. Wawancara (interview).
12
wawancara ini peneliti gunakan untuk mengetahui bagaimana prosedur tentang pembayaran zakat fitrah di Masjid At-Taqwa Dusun Tukang Kec. Pabelan.
H. SistematikaPenulisan
Untuk mengetahui gambaran tentang pembahasan skripsi ini peneliti menggunakan sistematika pembahsan, dimana setiap bab memiliki kesatan yang utuh yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain serta merupakan gambaran yang singkat mengenai pokok-pokok pembahasan. Dalam pembahasan skripsi ini peneliti memaparkan kedalam lima bab, dimana setiap bab terbagi dalam beberapa sub-bab. Adapun sistematikanya sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, yang merupakan garis-garis besar pembahas an alisa pokok penelitian yang terdiri atas: latar belakang masalah, rumusan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan penelitian.
Bab II membahas tinjauan umum tentang zakat fitrah yang meliputi pengertian zakat fitrah, dasar hukum zakat fitrah, waktu pembayaran, jenis dan ukuran zakat fitrah, muza‟ki (Pemberi zakat),
mustahiq (penerima zakat), Pengelolaan Zakat menurut UU no 23 tahun 2011 serta hikmah zakat fitrah.
13
(keadaan geografis, kondisi ekonomi, dan kondisi pendidikan), kehidupan sosial, kehidupan beragama, dan pengelolaan zakat fitrah diDusun Tukang, Kec.Pabelan serta alasan-alasan pembagian zakat diberikan sendiri kepada mustahiq.
Bab VI merupakan bagian analisis mengenai pengelolaan zakat diDusun Tukang, Kec Pabelan dalam tinjauan UU no 23 tahun 2011.
14
BAB II
SEPUTAR ZAKAT FITRAH DAN PENGELOLAANNYA
A. Pengertian Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang sebab diwajibkannya adalah futur (berbuka puasa) pada bulan Ramadhan. Fitri berarti berbuka puasa, yang dimaksudkan di sini ialah berbuka puasa di waktu matahari terbenam pada hari terakhir bulan ramadhan. Berakhirnya bulan ramadhan itu merupakan sebab lahiriah pada kewajiban zakat tersebut sehingga diberi nama zakat fitrah atau sedekah fitri. Demikian pula nama hari raya fitri, hari yang berkenaan dengan takbir, tahlil dan tahmid sebagai tanda kemenangan.
Selaindari istilah “zakat fitri” maka yang lebih populer
dimasyarakat adalah zakat fitrah. Fitrah berarti ciptaan, sifat awal, bakat, perasaan keagamaan dan perangai (Ja‟far, 2007:60-61). Jadi zakat ini disebut zakat al-fithr, sehubungan dengan masa mengeluarkannya yaitu waktu berbuka (al-fithr) setelah selesai puasa pada bulan ramadhan dan disebut zakat fitrah karena dikaitkan dengan diri (al-fithrah) seseorang bukan dengan hartanya (Nasution, 1995:168).
15
dimaksudkan untuk mensucikan dosa-dosa kecil yang munkin ada ketika melaksanakan puasa Romadhon, agar orang itu benar-benar kembali kepada keadaan fitrah, suci ketika dilahirkan ibunya (Ali,1988:49).
Disebut zakat fitrah karena zakat tersebut diwajibkan setelahberbuka puasa, dan juga karena zakat fitrah untuk membersihkan jiwa danraga, dan juga amal baiknya bertambah. Hukum zakat dalam al- Qur‟an masihbersifat mujmal (global), tanpa penjelasan detail mengenai
ketentuan orangyang wajib mengeluarkan zakat, berapa yang wajib di zakati, dan apa sajayang wajib dizakati. Lalu datanglah sunnah yang bertugas menjelaskan hal tersebut secara rinci (Azam, 2010:395).
Zakat fitrah ini wajib dikeluarkan untuk dirinya sendiri dan dan keluarga yang menjadi tanggungannya. Jadi,ayah atau ibu wajib mengeluarkan zakat fitrah anak-anaknya, dan sebaliknya anakpun wajib mengeluarkan zakat fitrah ayah dan ibunya, bila mereka itu wajib dibelanjainya.Suami wajib mengeluarkan zakat fitrah istrinya, kecuali bila istri itu nusus, karena istri yang nusus tidak wajib dibelanjai. Demikian juga seorang tuan wajib mengeluarkan zakat budaknya.
16
“ Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui “(QS Ar- Rum: 30).
Fitrah Allah disini maksudnya: Ciptaan Allah, manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama Tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar.Mereka tidak beragama tauhid hanyalah karena pengaruh agama tauhid lingkungan, dan bertentangan dengan pembawaan lahir batin manusia. Firman Allah:
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”( QS Al- A‟raf: 172).
17
(
مكالحا وححصو وجام ن او دواد و أ هاور
(
“Rosululloh Saw. telah mewajibkan untuk mengeluarkan zakat
fitrah sebagai penyuci bagi orang yang berpuasa dari ucapan keji dan tidak ada gunanya, juga untuk memberi makan kepada orang-orang miskin.Maka
barang siapa yang menunaikan zakat fitrah sebelum sholat „Id, maka itu
adalah zakat yang diterima, sedang siapa yang menunaikannya setelah sholat „Id maka hanya bernilai sedekah biasa.”(H.R Abu Dawud, Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Imam Hakim).
Zakat fitrah merupakan salah satu dari kekhususan umat ini, menurut pendapat yang masyhur, bahwasannya zakat fitrah disyariatkan pada tahun kedua Hijriah, dua hari sebelum „Idul Fitri yang salah satu tujuan pentingnya adalah sebagai penutup dari kholal (kekurangan) yang terjadi di waktu puasa Ramadhan.Sujud sahwi itu menutup kekurangan yang terjadi di dalam sholat.
Karena zakat adalah ibadah seperti ibadah lainya, maka pelaksanaan zakatpun tidak sah tanpa niat. Pemilik harta wajib berniat menunaikan zakat atau shodaqah wajib. Niat itu sebaiknya bersamaan dengan waktu ia menyerahkan kepada mustahik atau amil zakat.
18
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan
Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”(At- Taubah: 103).
B. Dasar Hukum Zakat Fitrah
Jumhur Ulama‟ berpendapat bahwa zakat fitrah hukumnya wajib,
karena ada kata Fardu. Di samping itu, perintah menunaikan zakat secara umum sebagaimana firman Allah SWT dalam:
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah;
(tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS Ar- rum: 30).
Fiman Allah yang lain dalam Al Qur‟an:
“Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa
saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu
kerjakan”(QS Al Baqoroh: 110).
19
“Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah
kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat".(An-Nur: 56). Hadist zakat fitrah (terbuka) bulan Ramadan sebanyak 1 sa‟ (3,1 liter) kurma atau
gandum atas tiap-tiap orang muslim merdeka atau hamba, laki-laki atau
perempuan (Muttafaqun „alaih)”. Dalam hadits Bukhari disebutkan :
Mereka membayar fitrah itu sehari atau dua hari sebelum hari raya”
ِوْغَّللا ْنِم ِمِئاَّصلِل ًةَرْهُط ِرْطِفْلا َةاَكَز َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُللها ىَّلَص ِللها ُلْوُسَر َضَرَ ف
ِْ ِكاَ َ ْلِل ً َ ْ ُطَو ِ َفَّرلاَو
“Rasulullah Shallallahu „alaihi wa sallam mewajibkan zakat fitrah
sebagai penyuci bagi orang yg berpuasa dari perbuatan yg sia-sia dan kata-kata kotor serta sebagai pemberian makanan utk orang2 miskin.”
َيِهَف ِة َلاَّصلا َ ْ َ اَىاَّدأ ْنَمَو ٌ َلْوُ بْقَم ٌةاَكَز َيِهَف ِة َلاَّصلا َلْبَ ق اَىاَّدأ ْنَ َف
ِااَقَ َّصلا َنِم ٌ َقَ َص
20
C. Syarat-syarat Wajib Zakat Fitrah
1. Beragama Islam
Zakat fitrah diwajibkan hanya kepada orang yang beragama Islam.Hal ini berdasarkan riwayat hadis ibnu Umar ra yang menyebutkan, Laki-laki dan perempuan muslim, pada hakikatnya, zakat fitrah pertama-tama diwajibkan kepada kerabatnya yang muslim, kemudian pembatunya yang muslim, kemudian menunaikan zakat fitrah orang yang nafaqahnya menjadi tanggunganya. Sebab, zakat fitrah itu seperti nafaqah (Madani, 2013:143).
2. Adanya kelebihan makanan pokok.
21
3. Mendapati bagian akhir Ramadhan dan bagian awal bulan Syawal. Maksudnya zakat fitrah wajib bagi orang yang telah bertemu dengan bagian akhir Ramadhan dan bagian awal bulan Syawal, sebab hadis Rasulullan saw telah menyandarkan zakat fitrah tersebut kepada fitrah, dan zakat fitrah itu wajib berkaitan dengan puasa dan al-fithr
(fast breaking, lepas dari puasa) keduanya sama-sama masuk dalam kategori wajib, maka zakatpun disandarkan kepada keduanya tidak pada salah satunya agar tidak mengharuskan penetapan hukum sepihak (Azam, 2010:397).
Dan apabila seseorang telah mengumpulkan syarat-syarat tersebut di atas, maka wajiblah baginya untuk mengeluarkan zakat fitrah untuk dirinya sendiri. Kemudian setelah dirinya terpenuhi, siapa lagi yang ia harus bayarkan dari orang-orang yang ditanggungnya. Maka, dalam hal ini urutannya adalah sebagai berikut:
1. Istrinya
2. Anaknya yang masih kecil 3. Bapaknya
4. Ibunya
5. Anaknya yang sudah besar
Ini semua berdasarkan apa yang dijelaskan oleh Imam Muhammad Az-Zuhri Al-Ghomrowi dalam kitabnya Anwarul Masalik:
“Dan barang siapa yang diwajibkan atasnya zakat fitrah dan
22
(untuk dikeluarkan zakatnya) kemudian istrinya, lalu anaknya yang kecil kemudian bapaknya kemudian ibunya kemudian anakanya yang
besar (yang belum bekerja)”.
D. Kadar dan Jenis Zakat Fitrah
Jenis benda yang dikeluarkan untuk zakat fitrah adalah makanan pokok di Indonesia ini adalah beras. Hal ini dikarenakan tujuan dari zakat ini tiada lain adalah untuk mengenyangkan fakir miskin dan mustahiq-mustahiq lain pada malam dan siang hari raya tersebut. Jadi jelasnya orang yang berada di daerah Jawa kalau dia hendak mengeluarkan zakat fitrahnya, hendaknya dia mengeluarkan zakat dalam bentuk makanan pokok penduduk jawa, yaitu beras, karena inilah yang dijadikan makanan pokok pada lazimnya.
Menurut mazhab syafi‟i, zakat fitrah itu hanya dapat dibayar dengan biji-bijian (al-hubb), dan tidak boleh digantikan dengan hartanya dalam bentuk uang atau lainya. Bahan makanan yang dikeluarkan itu disyariatkan pula mestilah dalam keadaan baik, bersih, tidak busuk, berbau dan sebagainya.
ْنِم اًعاَص ْوَأ ٍرَْتَ ْنِم اًعاَص ِرْطِفْلا ِةاَكَزِ َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُللها ىَّلَص ُِّبَِّنلا رمأ
ٍْيِْ َش
“Nabi memerintahkan zakat fitri satu sha‟ kurma atau satu sha‟gandum.” (HR. Al-Bukhari no. 1507).
23
Adapun kadar dan ukuran zakat fitrah adalah satu sha‟ yang pernah
dipakai Rasulullah SAW yang menurut ukuran kita adalah: 1 Sha‟= 4 Mud
1 Mud = 600 gram
4 Mud = 2400 gram = 2,4 Kg
Satu sha‟ menurut ijma‟ setara dengan 4 mud beras itu kurang lebih2,4 kilogram, kemudian di bulatkan menjadi dua setengah kilogram. Takaranini berlaku untuk jenis biji-bijian yang bersih dari campuran atau ulat atauberubah bau, rasa, dan warnanya.
Dari pemahaman di atas dapat dipahami, bahwa yang dijadikan zakat fitrah itu adalah bahan makanan pokok bagi orang yang mengeluarkan zakat fitrah atau bahan makanan pokok di daerah tempat berzakat fitrah (Ja‟far, 2007:64-65).
Kewajiban zakat fitrah itu dibayar dengan mengeluarkan satu sha‟ (2,75 liter) dari biji-bijian yang menjadi bahan makanan pokok utama di negerinya (Nasution, 1995: 170).
Menurut Imam Malik dalam penjelasannya mengenai ukuran zakat fitrah terdapat beberapa penjelasan,
”Yahya menceritakan kepadaku, dari Nafi‟, dari Abdullah bin
Umar,bahwasanya Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah pada
bulanRamadhan atas setiap orang muslim sebanyak satu sha‟ kurma atau
satu sha‟gandum atas setiap orang yang merdeka maupun budak, laki – laki
maupunprempuan dari kalangan kaum muslimin.”
24
mendengar AbuSa‟id Al Khudri mengatakan, “Kami mengeluarkan zakat fitrah sebanyak satusha‟ makanan atau satu sha‟ gandum atau satu sha‟ kurma atau sha‟ kejuatau satu sha‟ kismis, dan itu berdasarkan ukuran sha‟
Nabi Muhammad SAW.
“Ia menceritakan kepadaku, dari Malik, dari Nafi‟, bahwasanya
Abdullah binUmar tidak pernah mengeluarkan zakat fitrah kecuali satu kali
mengeluarkan berupa gandum.”.
ImamMalik mengatakan, “Semua kafarat, zakat fitrah dan zajat
biji-bijian diukur dengan mud kecil, yakni mud Nabi Muhammad SAW, kecuali kafarat zhihar diukur dengan mud Hisyam, yaitu ukuran mud besar.
Berdasarkan dari penjelasan Imam Malik diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwasanya dalam penyerahan benda zakat harus berupa bahan makanan pokok, tidak menggunakan uang sebagai alat bayar zakat.
Menurut jumhur ulama, zakat fitrah itu harus dibayarkan denganmakanan pokok setempat dan tidak sah dibayar dengan uang. Kadar wajibyang dibayarkan itu menurut mereka sebanyak satu sha‟ (Dahlan, 1997: 2011).
E. Waktu Mengeluarkan zakat.
25
َيِهَف ِةَلاَّصلا َ ْ َ اَىاَّدَأ ْنَمَو ٌ َلْوُ بْقَم ٌةاَكَز َيِهَف ِةَلاَّصلا َلْبَ ق اَىاَّدَأ ْنَ َف
ِااَقَ َّصلا َنِم ٌ َقَ َص
“Maka barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum sholat, iamenjadi zakat yang diterima dan barangsiapa mengeluarkannya setelah
sholat, ia menjadi sedekah biasa.‟‟
Sesungguhnya sebagian Ulama‟ fiqih berpendapat bahwa untuk
membayar zakat fitrah itu ada 5 waktu:
a. Waktu jawaz (boleh), ialah sejak awal bulan Ramadhan
b. Waktu wajib, ialah waktu yang wajib mengeluarkan zakat fitrah yaitu pada waktu setelah terbenamnya matahari pada akhir bulan Ramadhan.
c. Waktu afdol (utama), ialah sebelum orang-orang keluar untuk mengerjakan sholat hari raya (pagi-pagi hari raya) d. Waktu makruh, ialah sesudah selesai shalat hari
raya karena menunggu kerabatnya atau orang yang paling memerlukan.
e. Waktu haram, ialah sesudah selesai hari raya (esok hari).
26
seorang supaya jangan mengakhirkan pembayaran zakat fitrah itu sampai selesai (Abidin,1998:235).
Hadis Rasulullah SAW menyatakan:
ملسو ويلع للها ىلص ِللها ُلْوُسَر َضَرَ ف َلاَق اَ ُهْ نَع ُللها َيِضَر َرَ ُع ِنْ ا ِنَع
ِرَكَّذلاَو ،ِّرُْلحاَو ِ ْبَ ْلا ىَلَع ،ٍْيِْ َش ْنِم اًعاَص ْوَأ ٍرَْتَ ْنِم اًعاَص ،ِرْطِفلا َةاَكَز
ِجْوُرُخ َلْبَ ق ىَّدَؤُ ت ْنَأ اَِبِ َرَمَأَو ،َْ ِ ِلْ ُ ْلا َنِم ،ِْيِْبَكْلاَو ِْيِْغَّصلاَو ،ىَثْ نُْلْاَو
ِة َلاَّصلا َ ِ ِساَّنلا
.(
ويلع قفتم
)
Dari Ibnu Umar, radhiyallahu „anhuma ia berkata: Rasulullah
saw. telah mewajibkan mengeluarkan zakat fitrah satu sha‟ kurma atau satu
sha‟ sya‟ir atas hamba sahaya ataupun orang merdeka, laki-laki maupun
perempuan, anak kecil atau dewasa, dari orang-orang (yang mengaku) Islam. Dan beliau menyuruh menyerahkan sebelum orang-orang keluar dari shalat Hari Raya Fitri.(muttafaqun „alaih).
Menurut pendapat masing-masing Ulama adalah sebagai berikut; 1. Menurut madzhab Hanafi: Waktu yang diwajibkan
untuk mnegeluarkanya adalah dari terbitnya fajar malam hari raya sampai akhir umur seorang karena kewajiban zakat fitrah termasuk kewajiban-kewajiban yang sangat luas waktunya, dan pelaksanaanya juga sah dilakukan dengan mendahulukan ataupun mengahirkan.
27
Dan bila dikeluarkan sebelum hari raya atau dua hari sebelumnya dapat pahala, tetapi bila diberikan sebelum hari-hari tersebu diatas tidak mendapat pahala.
3. Syafi‟i: Waktu yang diwajibkan untuk mengeluarkanya adalah akhir bulan Ramadhan dan awal bulan Syawal, artinya pada tenggelamnya matahari dan sebelumnya sedikit (dalam jangka waktu dekat) pada akhir bulan Syawal, artinya pada tenggelamnya matahari dan sebelumnya sedikit (dalam waktu yang dekat) pada akhir bulan Ramadhan. Dan disunahkan mengeluarkanya setelah tenggelamnya matahari pada hari pertama, kecuali ada udhur.
F. Hikmah Zakat
28
Pertama, mendorong orang untuk bekerja keras agar mampu memberikan zakat pada orang yang membutuhkan, serta kepedulian orang kaya terhadap orang miskin (Mu`iz, 2001:14).
Dalam firman Allah QS Al-Hasyr ayat 7;
jangan beredar di antara orang-orang Kaya saja di antara kamu. apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan bertakwalah kepada Allah. SesungguhnyaAllah Amat keras hukumannya.‟‟
29
Setiap golongan bertanggung jawab untuk mencukupi kebutuhan orang-orang fakir.Seperti firman Allah QS Maidah ayat 2:
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.”
Ketiga, zakat fitrah mensucikan jiwa dari penyakit kikir, bakhil, keji, Rakus dan tamak (Mu`iz, 2011:31)
Keempat, zakat fitrah diwajibkan sebagai ungkapan rasa syukur atas nikmat harta yang telah di titipkan kepada seseorang.
Kelima, mengurangi kefakiran yang merupakan masalah sosial dan ekonomi yang penting dalam Islam sebagai ibadah. Salah satu jalan menwujudkan keadilan sosial (Ali, 1988: 41).
G. Mustahik Zakat
30
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, Para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha
Bijaksana”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa penyaluran zakat itu hanya diserahkan kepada delapan golongan tersebut (Abidin, 1998:226). Berikut penjelasan satu persatu:
1. Orang fakir.
Orang fakir yaitu orang yang tidak mempunyai harta, pekerjaan, dan usaha atau orang yang memilki harta, pekerjaan, dan usaha, tetapi hasilnya sangat kecil, sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada prinsipnya orang fakir adalah orang yang hidup materialnya sangat kurang. Orang fakir itu, baik ia menyatakan maupun tidak menyatakan kepayahannya hidupnya diketahui oleh umum.
31
Orang miskin yaitu orang yang mempunyai harta, usaha, dan pekerjaan, tetapi hasilnya masih belum mencukupi kebutuhan hidupnya, kebutuhan yang dimaksud disini adalah makanan, minuman, pakaian dan lain-lain menurut keadaan yang layak baginya, namun tidak kekurangan seperti orang fakir. Oleh karena itu, orang miskin jarang menampakkan kekurangan hidupnya dari segi material, sehingga kadang-kadang tidak diketahui orang bahwa ia itu miskin.
Seperti halnya orang fakir, orang miskinpun diberikan zakat dalam jumlah yang dapat menutupi kebutuhanya, berupa makanan, uang, peralatan kerja dan seebagainya sesuai dengan keadaan.
Abu Hanifah berpendapat, makruh memberikan lebih dari satu nisab zaka kepada orang miskin, tetapi menurut Imam Malik dan Syafi‟i, jumlah yang diberikan kepada mereka sama sekali
tidak dibatasi,bila kadaanya menghendaki, seorang fakir atau miskin dapat saja diberikan melebihi satu nisab.
3. Amilin.
32
mustahik tetapi para qadi dan pejabat pemerintahantidak termasuk dalam kelompok amil.
Amil dapat menerima bagian dari zakat, hanya sebesar upah yang pantas untuk pekerjanya. Bila bagian amil ternyata lebih besar dari jumlah upahnya, maka sisanya dialihkan kepada mustahik lainya, sedangkan bila jumlah bagian amil itu kurang dari upahnya, Imam harus memenuhi upah mereka.
4. Muallaf
Muallaf yaitu orang yang dibujuk hatinya karena imanya masih lemah.Imam Malik, Syafi‟I dan Ahmad berpendapat bahwa muallaf itu ada 4 golongan;
a. Orang-orang yang baru masuk Islam dan Iman masih lemah. Mereka diberikan zakat, sebagai bantuan untuk meningkatkan imannya.
b. Orang Islam yang berpengaruh yang diharapkan akan mempengaruhi kaumnya yang masih kafir untuk masuk Islam.
c. Orang Islam yang berpengaruh terhadap orang kafir, yang dengan pengaruhnya kaum muslimin dapat terpelihara dari kejahatan orang-orang kafir.
d. Orang-orang yang dapat mencegah tindakan orang-orang yang tidak mau membayar zakat (anti zakat).
33
Hamba atau budak belian yang oleh tuanya dijanjikan boleh menebus dirinya untuk memerdekakannya.Kepadanya diberi bagian zakat untuk dapat memerdekakan dirinya.Pada masa sekarang ini golongan budak belian sudah tidak ada lagi.
6. Al-Garimi
Al-Garimi yaitu orang-orang yang berhutang karena kegiatanya dalam usaha kepentingan umum. Menurut Imam Syafi‟I, golongan Garimi ada 2 macam:
a. Orang yang berhutang untuk menanggulangi biaya mendamaikan antara orang-orang yang berselisih.
b. Orang yang berhutang untuk kepentingan dirinya karena perbuatan yang bukan maksiat, dapat bagian zakat bila ia tidak mampu lagi membayar.
7. Sabilillah
34
disesuaikan biaya perjalanan, pengadaan perlengkapan persenjataan, dan alat-alat pengangkutan yang dibutuhkanya. Jika setelah menerima zakat itu ternyata ia tidak jadi melakukan jihad, maka harta yang telah diambilnya itu wajib dikembalikannya.
Menurut sebagian Ulama, orang-orang yang melakukan ibadah haji dan umrah juga dibenarkan menerima zakat atas nama fi sabilillah. Malik dan Hanifah membatasinya pada tempat-tempat berjihad dan ribath, sedang Imam Syafi‟i mengatakan
bahwa bagian fi sabilillah itu hanya dapat diberikan kepada orang yang berperang seperti yang dijelaskan diatas.
8. Ibnu Sabil
Ibnu Sabil yaitu orang-orang yang mengadakan perjalan jauh dari kampung halamannya. Mereka mendapat bagian zakat apabila memerlukanya, dan perjalananya bukan perjalanan maksiat (Abidin,1998:228). Para Ulama sepakat bahwa orang melakukan perjalanan untuk ketaaan berhak mendapat zakat. Menurut pendapat yang shohih, orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan yang mubahpun dapat diberikan bagian zakat, sebagaimana ia berhak mendapat rukhsoh seperti berbuka puasa dan menqoshor sholat (Nasution, 1995: 179).
35
1. Pengertian Amil
Kata Amil terambil dari kata amal yang biasa diterjemahkan dengan yang mengerjakan/pelaksanaan. Sedangkan secara istilah berarti orang yang diberikan tugas untuk mengurus zakat dan mengumpulkannya dari orang yang berhak mengeluarkan zakat, kemudian ia akan membagikan kepada golongan yang berhak menerima, dan ia diberikan otoritas oleh penguasa untuk mengurus zakat tersebut.
Sayid Sabiq mengatakan, “Amil zakat adalah orang-orang
yang diangkat oleh penguasa atau wakil penguasa untuk bekerja mengumpulkan zakat dari orang-orang kaya. Termasuk amil zakat adalah orang yang bertugas menjaga harta zakat, pengembala hewan ternak zakat dan juru tulis yang bekerja di kantor amil zakat.
„Adil bin Yusuf al „Azazi berkata, “Yang dimaksud dengan
36
Muhammad Rasyid Ridha, 1368:513, ketika menafsirkan ayat 60 surat Attaubah menjelaskan apa yang dimaksud dengan amil zakat.
Mereka yang ditugaskan oleh Imam/ Pemerintah atau yang mewakilinya, untuk melaksanakan pengumpulan zakat dan dinamai Aljubaat, serta menyimpan/memeliharanya yang dinamai Alhazanah/Bendaharawan, termasuk pula para pengembala, petugas administrasi, mereka semua harus dari orang-orang muslim.
Jika diamati definisi di atas, seorang amil haruslah yang diangkat sebagai petugas oleh Pemerintah, pendapat ini dilonggarkan oleh beberapa ulama khususnya Almutaakhirin. Menurut Abu Zahrah, 1965:192 menyatakan bahwa amil adalah sebagai berikut.
Mereka yang bekerja untuk mengelola zakat, menghimpun , menghitung, mencari orang-orang yang butuh mustahiqin, serta membagikannya kepada mereka.
Salah satu bentuk perorganisasian zakat yang diusulkannya adalah melalui organisasi-organisasi kemasyarakatan tetapi yang diawasi oleh Pemerintah. Al-Qardhawi lebih jelas lagi memperinci para amil zakat menyatakan:Semua orang yang terlibat/ikut aktiv dalam organisasi kezakatan, termasuk penanggung jawab, para pengumpul, pembagi, bendaharawan, penulis dan sebagainya.
2. Tugas-tugas Amil Zakat
Pada garis besarnya para amil zakat dapat dikatagorikan menjadi kelompok besar:
37
Bertugas mengamati dan menetapkan para muzaki macam-macam harta mereka yang wajib dizakati, serta jumlah yang harus mereka bayar, kemudian mengambil dan menyimpanya untuk kemudian diserahkan kepada petugas-petugas yang membagikan apa yang telah mereka kumpulkan itu.
b. Para Pembagi
Bertugas mengamati dan menetapkan setelah peengamatan dan penelitian yang seksama siapa saja yang berhak mendapatkan zakat, perkiraan kebutuhan mereka, kemudian membagikan kepada masing-masing dengan pertimbangan jumlah zakat yang diterima dan kebutuhan mereka masing-masing.
3. Syarat-syarat Amil
Untuk menjadikan pengelolaan yang profesional, maka diperlukan syarat-syarat tertentu bagi amil zakat. Menurut Yusuf Qordowi seorang amil zakat hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Hendaknya seorang muslim, karena zakat itu urusan kaum muslimin, maka Islam menjadi syarat bagi segala urusan mereka.
38
c. Petugas zakat hendaknya orang yang jujur, karena diamanati harta kaum Muslimin. Demikian pula sifat keamanahan yang sangat menonjol dari para petugas zakat di zaman Rosulullah saw. Dan pada zaman khalifah Ar-Rasyidin yang keempat, menyebabkan baitul mal tempat menampung zakat selalu penuh terisi dengan harta zakat kemudian segera disalurkan kepada orang yang berhak menerimanya.
d. Memahami hukum-hukum zakat. Para ulama menyaratkan petugas zakat itu faham terhadap hukum zakat apabila ia diserahi urusan umum.
e. Kemampuan untuk melaksanakan tugas. Petugas zakat hendaklah memenuhi syarat untuk melaksanakan tugasnyadan sanggup memikul tugas itu.
f. Disyaratkan laki-laki.
Para amil yang bertugas diharapkan mengetahui tatakrama pembagian zakat, serta Doa-doa yang berkaitan dengan tugas-tugasnya, karena hal ini mempunyai arti yang tidak kecil bukan saja bagi para pemberi dan penerima tetapi juga bagi kesempurnaan ibadah zakat disisi Allah.
I. Pengelolaan Zakat (UU no 23 tahun 2011 dan PP
14 tahun 2014)
39
bahwa dalam peraturan-peraturan tersebut masih banyak kekurangan yang sangat mendasar, misalnya tidak dijatuhkanya sanki bagi muzakki, tetapi undang-undang tersebut mendorong upaya pembentukan lembaga pengelolaan zakat yang amanah, kuat dan dipercaya oleh masyarakat.
Pengelolaan Zakat adalah kegiatan perencanaan, pelaksanaan dan mengkoordinasikan dalam pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan zakat (UU Pasal 1 no 23 tahun 2011).
Perencanaan adalah penentuan sasaran yang ingin dicapai,tindakan yang harus dilakukan, bentuk organisasi yang tepat untuk mencapainya dan orang-orang yang bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Proses perencanaan terdiri dari beberapa langkah yaitu penetapan penjadwalan waktu, penetapan lokasi, penetapan fasilitas dan lain-lain yang diperlukan.
Pelaksanaan adalah upaya ketua dalam menggerakkan anggotanya untuk melakukan pekerjaan secara efektif dan efesiensi berdasarkan perencanaan dan pembagian tugas. Fungsi pelaksanaan yaitu membuat orang lain menyukai tugasnya sehingga dapat mengerjakan dengan baik dan menanamkan dan memupuk tanggung jawab secara penuh.
40
kesatuan kerja dan membantu efektifitas organisasi dan mengambil langkah penyesuaian untuk mempertahankan atau meningkatkan efektifitas.
Pengumpulan Pasal 21 “Dalam rangka pengumpulan zakat,
muzzaki melakukan perhitungan sendiri atas kewajiban zakatnya. Kemudian Pasal 25 tentang pendistribusian “Zakat wajib didistribusikan kepada
mustahik sesuai dengan syariat Islam. Pendayagunaan Pasal 27 menyebutkan “Zakat dapat didayagunakan untuk usaha produktif dalam
rangka penanganan fakir miskin dan meningkatkan kualitas umat.
Menurut Undang-undang pasal 4 Pengelolaan zakat juga berasaskan sebagai berikut:
a. Syariat Islam, b. Amanah, c. Kemanfaatan, d. Keadilan, e.Kepastian hukum
Dalam pasal 3 Pengelolaan zakat bertujuan sebagai berikut:
1. Meningkatkan efektifitas dan efesiensi pelayanan dalam pengelola zakat dan
2. Meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan.
3. Organisasi Lembaga Pengelolaan Zakat
BAZNAS terdiri dari 11 orang anggota (pasal 8 ayat 1).
41
b. Unsur masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat 2 terdiri atas unsur ulama, tenaga profsional,dan tokoh masyarakat Islam (Pasal 8 ayat 3).
c. Unsur pemerintah sebagaimana ayat 2 ditunjuk dari kementrian/instansi yang berkaitan dengan pengelola zakat (Pasal 8 ayat 4).
Zakat mempunyai peran yang penting dalam sistem perekonomian Islam, karena zakat bisa dijadikan sumber dana bagi menciptakan pemerataan hidup ekonomi masyarakat Islam.
Zakat disamping fungsinya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan membersihkan diri dan harta kekayaan dari kotoran-kotoran juga menjadi batu harapan bagi kaum fakir miskin dan menajadi sarana penunjang pengembangan dan pelestarian ajaran Islam didalam masyarakat. Zakat merupakan sarana penciptaan kerukunan hidup antara golongan kaya dan kaum fakir miskin. Zakat merupakan sumber dana pembangunan umat Islam, sebagai sumber dana zakat dapat menjadi kekuatan modal yang sangat besar apabila ditunjang oleh cara pengelolaan yang baik (Daradjat, 1995:246).
42
lebih besar dari lainya, sehingga betul-betul dapat diterapkan azaz manfaat yang sebesar-besarnya dan prinsip efektifitas dan efisiensi kerja (berdaya hasil dan berdaya guna) didalam pengelolaan zakat.
Jadi didalam pengelolaan zakat ini dapat dipikirkan cara-cara pelaksanaanya dengan memanfaatkan kemajuan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan tujuan zakat ialah membantu meningkatkan taraf hidup anggota masyarakat yang lemah ekonomi dan mempercepat kemajuan agama Islam, menuju tercapainya masyarakat yang adil, maju dan makmur yang diridoi oleh Allah swt.
Dalam surat at-Taubah: 60 tersebut dikemukakan bahwa salah satu golongan yang berhak menerima zakat (mustahiq zakat) adalah orang-orang yang bertugas mengurus urusan zakat („amilina „alaiha). Yang mengambil dan menjemput tersebut adalah para petugas („amil). Imam Qurtubi ketika
menafsirkan ayat tersebut meyatakan bahwa amil itu adalah orang-orang yang ditugaskan (diutus oleh Imam/pemeritah) untuk mengambil, menuliskan, menghitung dan mencatatkan zakat yang diambilnya dari para muzakki untuk kemudian diberikan kepada yang berhak menerimanya (Didin, 2002:125).
Karena itu, Rasullah saw. Pernah memperkerjakan seorang pemuda dari suku Asad, yang bernama Ibnu Luthaibah, untuk mengurus urusan zakat Bani Sulaim. Pernah pula mengutus Ali bin Abi Tholib ke Yaman untuk menjadi amil zakat (Didin, 2002:125). Demikian pula yang dilakukan
43
yang menegatur masalah zakat, baik pengambilan maupun pendidstribusiannya.
Untuk menciptakan Pengelolaan yang baik diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu yaitu antara lain:
a. Kesadaran masyarakat akan makna, tujuan serta hikmah zakat.
b. Amil zakat benar-benar orang yang terpercaya, karena masalah zakat adalah masalah yang sensitive. Oleh karena itu dibutuhkan adanya kejujuran dan keikhlasan amil zakat untuk menumbuhkan adanya kepercayaan masyarakat kepada amil zakat.
c. Perencanaan, dan pengawasan atas pelaksanaan pemungutan zakat yang baik (Daradjat, 1995:246).
44
syariah adalah sah, akan tetapi di samping akan terabaikannya hal-hal tesebut diatas, juga hikmah dan fungsi zakat, terutama yang bekaitan dengan kesejahteraan umat, akan sulit diwujudkan.
Dalam Undang-Undang Pasal 38 menyebutkan “Setiap orang dilarang dengan sengaja bertindak selaku amil zakat melakukan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat tanpa izin pejabat yang berwenang”.
Sebagaimana pasal diatas, masyarakat yang tidak termasuk anggota yang sudah ditentukan dalam Undang-Undang no 23 tahun 2011 bahwa organisasi pengelolaan zakat terdiri dari dua organisasi, yaitu Badan Amil Zakat Nasional (pasal 5) dan Lembaga Amil Zakat (pasal 7). Maka masyarakat yang tidak termasuk dari 2 organisasi tersebut tidak boleh melakukan pengelolaan zakat termasuk takmir masjid. Bagi masyarakat yang melanggar pasal 38 diatas akan dikenakan pasal 41, “Setiap orang
yang dengan sengaja dan melawan hukum melanggar ketentuan sebagaimana pasal 38 dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 tahun atau pidana denda paling banyak Rp 50.000.000.00.
Akan tetapi kenyataan dimasyarakat, diberbagai daerah Indonesia setiap menjelang hari Raya Idul Fitri takmir masjidlah yang mengelola zakat.Apakah mereka dipidanakan?
45
kegiatan pengelolaan zakat dapat dilakukan oleh perkumpulan orang, perseorangan tokoh umat Islam (alim ulama), pengurus takmir masjid atau musola sebagai amil zakat. Selanjutnya ayat 2 juga menyebutkan “ Kegiatan
46
BAB III
PELAKSANAAN ZAKAT FITRAH DI DUSUN TUKANG
KECAMATAN PABELAN
A. Kondisi Umum Dusun Tukang Kec. PabelanKab. Semarang
1. Letak Geografis
Dusun Tukang adalah salah satu wilayah yang termasuk kecamatan Pabelan kabupaten Semarang. Jarak desa dengan pusat pemerintahan kecamatan 9 km, jarak pemerintahan kabupaten 50 km.
Secara geografis batas dusun Tukang sebagai berikut: a.Sebelah timur berbatasan dengan dusun Gentan. b. Sebelah selatan berbatas dengan Desa Terban. c.Sebelah barat berbatas dengan dusun sindon. d. Sebelah utara berbatas dengan dusun Maliyan.
47
Tabel 3.1 Jumlah Penduduk Dusun Tukang kelompok
umur tahun 2016
No Umur Jumlah
1. 0-6 40
2. 7-12 30
3. 13-18 17
4. 19-24 75
5. 25-55 57
6. 56-79 60
7 80 17
Jumlah 336
2. Keadaan Sosial Ekonomi, Agama dan Pendidikan.
a. Keadaan Sosial Ekonomi
48
Tabel 3.2 Keadaan Penduduk menurut Mata Pencaharian.
No JenismataPencaharian Jumlah
1. Petani pemilik tanah 30
2. Petani penggarap tanah 40
3. Pengusaha sedang/besar 23
4. Bangunan 35
Masyarakat Dusun Tukang Kec.Pabelan dalam segi keagamaan berjalan cukup baik. Keseluruhan masyarakat Dusun Tukang beragama Islam dan taat pada ajaran agama serta mengedepankan rasa kerukunan dan kebersamaan.
Sebagai masyarakat yang beragama Islam, masyarakat dusun Tukang selalu melaksanakan kegiatan-kegiatan keagamaan yang diwujudkan dalam bentuk Ibadah, Pengajian, Pengajian Hari Besar Islam, silaurrohmi dan sebagainya baik yang diselenggarakan di masjid-masjid, musola dan rumah penduduk, diantaranya:
1) Al-Barzanji
49
2) Yasinan dan Tahlil
Kegiatan ini dilakukan oleh Bapak-bapak atau Ibu-ibu dan remaja. Dilaksanakan seminggu sekali pada malam jum‟at yang bertempat di rumah-rumah secara bergantian.
3) Manakib
Kegiatan ini berbeda dengan kegiatan yang lain. Kegiatan manakib ini biasanya dilakukan dirumah penduduk yang mempunyai hajatan tertentu.
Untuk melaksanakan kegiatan ibadah/kegiatan agama yang lain, di Dusun Tukang telah dibangun sarana/tempat ibadah. Sebagaiman telah disampaikan bahwa masyarakat dusun Tukang secara keseluruhan beragama Islam, maka hanya ada tempat ibadah orang Islam saja yaitu terdapat 1 masjid dan 1 musola.
c. Latar BelakangPendidikan.
50
Tabel 3.3 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan.
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Belum Sekolah 40
Tabel tersebut hanya menggabarkan pendidikan formal, sedangkan seperti yang telah dijelaskan bahwasanya lebih dari 115 dari masyarakat dusun Tukang adalah lulusan dari pondok pesantren namun hanya 70 orang yang lulus dari Aliyah Pesantren.
B. Pelaksanaan Zakat Fitrah Di Dusun Tukang Kec. Pabelan
1. Muzaki
Masyarakat desa Tukang Kec. Pabelan adalah termasuk masyarakat yang taat dengan perintah agama. Dengan demikian masyarakat Dusun Tukang selalu taat menjalankan perintah agama baik dalam hal beribadah ataupun kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islami termasuk kewajiban membayar zakat fitrah.
51
Dalam permasalahan ini penulis mewawancarai beberapa kepala keluarga yang diantaranya adalah Bajuri, yang mengatakan bahwa salah satu bagian dari keluarganya selalu mengeluarkan zakat fitrah setiap malam hari raya Idul Fitri, zakat tersebut diberikan kepada guru ngaji. Beliau juga menambahkan bahwa memberikan zakat fitrah kepada guru ngaji karena sudah menjadi adat dan tanda terimakasih atas jasa guru ngaji tersebut (wawancara Bapak Bajuri,11 juni 2016).
Lain halnya dengan Munjiatun, beliau selalu mengeluarkan zakat fitrah melalui panitia zakat karena dengan melalui panitia, maka zakat akan sampai kepada yang berhak dengan merata tanpa ada yang terlewati. Beliau juga menambahkan bahwa panitia zakat adalah orang yang lebih tahu masalah zakat fitrah dan apabila ada kesalahan itu adalah tanggung jawab panitia (wawancara Ibu Munjiatun,10 Juni 2016).
52
tiap-tiap orang Islam (hasil suvai dusun Tukang, 6 juni 2016. Malam idul fitri).
Data para wajib zakat yang ada pada panitia ada ada 248 orang (81 KK). Data tersebut adalah termasuk fakir miskin yang mendapatkan bagian zakat, karena mereka orang-orang yang mempunyai kelebihan bahan makan, namun taraf ekonominya masih rendah (miskin) (Data panitia zakat fitrah dusun Tukang tahun 2016).
2. Mustahik
Di Dusun Tukang Kec. Pabelan berbeda dengan dusun lain dalam halorang menerima zakat fitrah. Di dalam ketentuan al-Qur‟an dijelaskan ada delapan asnaf yang berhak menerima zakat fitrah. Namun di Dusun Tukang pada dasarnya hanya terdapat tiga asnaf yaitu para Fakir Miskin, Sabilillah dan Amil. Pembagian dari tiga asnaf tersebut dibagi rata antara fakir, miskin, sabilillah dan amil.
Di Dusun Tukang antara fakir dengan miskin tidak ada perbedaan yang mendasar, pada intinya keduanya sama-sama orang yang kurang mampu atau tidak bisa memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
53
mendapat bagian zakat fitrah, bahkan mendapat lebih banyak yaitu dari pemberi zakat secara langsung dari pada dari panitia (wawancara Bapak Muhyar, 11 juni 2016, jam 16.00).
Data para fakir miskin ada 89 KK, yang terbagi menjadi 44 KK golongan fakir yaitu pata janda-janda tua dan orang yang berusia 80 tahun keatas yang sudah tidak mampu bekerja, dan 45 KK golongan orang yang miskin yang kebanyakan adalah orang yang bekerja sebagai penggarap sawah dan kuli (Data mustahik zakat fitrah panitia zakat dusun Tukang 2016).
Yang kedua para guru ngaji, Imam masjid, muazdin dan khotib, mereka dianggap asnaf karena meraka sama-sama menerima zakat fitrah yang diberikan oleh para yang membayar zakat (muzakki). Menurut pendapat salah seorang kiai diDusun Tukang mereka semua termasuk Sabilillah (wawancara Bapak Darusi 6 Juni 2016 19.00 WIB).
Sebagai seorang muslim yang mengaku sebagai umatnya Nabi Muhammad Saw, merupakan suatu kewajiban yang harus dilakukan bagi siapapun yang mempunyai ilmu untuk mengajarkan dan mengamalkannya kepada orang lain walau hanya sedikit atau satu ayat. Sebagaimana sabdanya‚„„sampaikanlah apa-apa yang berasal dariku walau hanya satu ayat„„ tutur salah satu guru ngaji (wawancara Ibu
Munjiatun 15 Juli 2016).
54
memberikan zakatnya kepada para guru ngaji mereka masing-masing dengan maksud sebagai bayar jasa karena mereka telah mendidik mereka. Hal ini adalah sebuah tradisi karena hal ini sudah melekat dalam jiwa dan benak mayoritas masyarakat muslim di Dusun Tukang. Bahkan ketika penulis bertanya kepada salah satu warga, beliau mengatakan bahwa hal tersebut sudah berlangsung sejak mbah buyut, masyarakat beranggapan bahwa memberikan zakat kepada guru ngaji itu adalah sebuah keharusan bagi muridnya (wawancara Ibu bi‟ah 18 Juli 2016
18.30 WIB).
Berdasarkan hasil wawancara Munjiatun, setiap tahun beliau menerima zakat fitrah dari murid-muridnya baik yang masih aktif mengikuti proses pengajian maupun yang sudah lulus (wawancara Ibu Munjiatun 15 Juli 2016).
Jumlah yang menerima zakat fitrah guru ngaji ada 6, Imam masjid ada 6, muazdin ada 6, khotib ada 6. Jadi ada 24 yang mendapat bagian zakat fitrah.
3. Amil
55
Panitia zakat (amil) didusun Tukang dipilih oleh modin
setempat atas usulan dari pengurus zakat tingkat kecamatan. Dalam masalah ini modin memilih seorang ketua saja yang dianggap mampu dan tahu dalam penanganan zakat fitrah, seterusnya anggota lain dipilih oleh oleh ketua yang dipilih tersebut. Panitia ini terdiri dari beberapa orang diantaranya adalah ketua, sekretaris, bendahara dan pelaksana (anggota) (wawancara Bapak Imron 10 Juli 2016).
Sususnan Panitia zakat fitrah didusun Tukang Kec Pabelan, Kab. Semarang diambil dari mereka yang telah lulusan pondok pesantren dan minimal ijazah Tsanawiyah yang tersusun sebagai berikut: sebagai Penasehat dan Penanggung Jawab: Bpk KH Kasrun Ismail dan Kiai Abdur Rohman, Ketua: Darusi Ahmad, Wakil: Imron Al-faruq, Sekretaris: Sakroni, Bendahara: Sutrisno (wawancara Bpk Imron10 Juli201609.00).
Panitia-panitia tersebut mempunyai beberapa tugas antara lainmemberikanpengarahan,mengumumkan, menerima (menampung) zakat, mengelola dan membagikan zakat fitrah.
4. Pengelolaan Zakat
Fitrah
56
menerima dan menampung, serta membagikan hasil zakat dari muzzaki yang membayar zakatnya melalui panitia (amil) zakat.
a. Penerimaan
Dalam penerimaan zakat fitrah di dusun Tukang, panitia lebih dahulu memberikan pengumumkan atau pengarahan kepada masyarakat agar dalam pelaksanaan zakat fitrah sedapat mungkin disampaikan melalui panitia minimal tiap kepala keluarga satu bagian (wawancara Bapak Zakariya, 6 Juli 2016 20.00). Pada hari pelaksanaan zakat fitrah, menerima zakat dari para muzzaki dengan bertempat di Masjid sebagai pusat peribadahan masyarakat Dusun Tukang yang letaknya setrategis yaitu berada di tengah-tengah desa.
b. Pendistribusian
Pelaksanaan zakat fitrah diDusun Tukang Kec Pabelan pada dasarnya sama dengan yang dilakukan di tempat-tempat lain, yaitu dengan menyerahkan bahan makanan (beras) sebanyak 2,5 kg. Pengeluaran zakat fitrah ini dilakukan pada malam hari raya Idul Fitri atau pada malam akhir bulan dari bulan puasa Ramadhan.
57
beliau juga menambahkan bahwa si A ini orang yang kurang mampu dan usia si A tersebut sudah lanjut usia. (wawancara Bapak Darusi, 6 Juli 2016 18.30).
Untuk mengetahui lebih jauh tentang pelaksanaan zakat fitrah di dusun Tukang Kec. Pabelan, penulis melakukan berbagai penelitian antara lain dengan metode observasi dan wawancara (interview). Melalui metode observasi penulis dapat melihat langsung bagaiman proses/pelaksanaan zakat fitrah di Dusun Tukang Kec. Pabelan. Dan dengan metode wawancara, penulis dapat mengetahui data-data atau alasan-alasan dari pihak-pihak yang bersangkutan.
Aturan atau system pemberian zakat fitrah di Dusun Tukang ada yang diberikan secara langsung kepada fakir miskin, ada yang diberikan kepada guru ngaji dan ada yang diberikan melalui panitia zakat fitrah.
1) Pembagian Langsung.