47 BAB III
SETTING WILAYAH PENELITIAN Deskripsi Desa Gondang, Kecamatan Gangga
Desa Gondang adalah sebuah desa yang mulai berdiri di tahun 1800, memiliki wilayah pemerintahan yang meliputi Amor-amor dan selengen pada bagian barat hingga kali segara dan pada wilayah timur yakni Desa Selengen. Terdapat sebuah fakta tentang sejarah desa gondang yang melakukan pemerintahan dengan sistem adat istiada yakni pemusungan yang berlangsung 5 periode yang dimulai pada tahun 1900 hingga 1963. Sistem ini memiliki peran dan status di tiap jabatan seperti : pemusungan yang bertugas sebagai kepala pemerintahan dan mengatur hal-hal yang bersifat administratif, mangku yang mengurusi segala hal tentang adat istiadat, dan kyai serta penghulu yang bertugas untuk memimpin acara keagamaan islam.
Sebelum Desa Gondang ada, wilayah kekuasaannya yakni kedatuan artinya diatur melalui sustem paer. Paer ialah kesatuan sistem berdasarlan satu kesatuan hukum adat dan kesatuan tata kelola. Yang mana desa pada saat itu tidak terbatas pada administratif.
Masyarakat yang berada di Lombok utara sangat terpengaruh budaya jawa dan bali serta pengaruh belanda atau kolonial. Dibuktikan dengan cara pengelolaan lahan yang menggunakan cara pekasih serta subak. Selain itu, kehidupan masyarakat di Lombok Utara menggunakan metode awig awig dan banjar. Pengaruh belanda terbukti dengan adanya keadaan bahwa Desa Gondang sebagai pusat pemerintahan dengan sistem distrik, dan datu putrawa atau orang pilihan bayan diberi tugas untuk memimpin distrik di bawah bayan.
Tahun 1800, datu putrawa mengirim orang kepercayaan yang bernama pemekel subaya dalam hal melakukan penjelajahan dengan tujuan memperluas wilayah dengan cara membuat sebuah sistem irigasi lahan. Akhirnya orang utusan ini melihat bahwa terdapat sebuah tanah
48 yang luas dan subur yang dianggap cocok sebagai tempat tinggal. 44 orang dibawa olehPemekel subaya dari daerah Gumantar dan mendiami tanah kososng tersebut, seiring berjalannya waktu mulai muncul lapisan masyarakat yang berminat di untuk tinggal di daerah tersebut seperti masyarakat lading, amor, beriri jarak serta kerurak.
Hingga suatu ketika wulayah itu kemudian berkembang sangat pesat yang membuat masyarakat bermusyawarah untuk menentukan nama wilayah tersebut kemudian dipilihlah nama Gondang. Gondang berakar dari kata gong serta gendang yang memiliki arti bahwasanya setiap pesta panen perayaannya selalu ditandai dan diiringi oleh gong dan gendang. Adapun sumber referensi lain mengatakan bahwa gondang adalah nama orang yang dipercaya oleh Pemkel Subaya untuk memimpin serta membuka wilayahnya.
Kantor Desa Gondang juga sering disebut bencingah yang merupakan tempat untuk melakukan musyawarah dan wilayah lain disut sebagai dalem jeru yang memiliki arti tempat kepala pemerintahan yang pada zamannya di lindungi oleh sebuah tembok melingkar yang menjulang tinggi. Pemimpin pertama kali di desa Gondang memiliki jumlah masa jabatan 10 tahun kepemimpinan dengan urutan sebagai berikut : Langgia (1900-1910), Senanji (1910- 1920), Amak Saminah (1920-1930), Assa’at (1930-1957), dan Sukarta (1957-1963). Setelah itu baru masa jabatan berubah menjadi 5 tahun dimulai pada tahun 1967 dan boleh menjabat selama 2 periode, nama namanya ialah sebagai berikut : Nurimah (1963-1967), Sirajudin (1967-1978), Lalu Syahrul (1978-1979), Soewardi (1979-1980), Saduro (1980-1981), Rustam Effendi (1981-1987). Terjadi kekosongan kekuasaan yang kahirnya dijabat oleh Saleh Usman (1987-1988), kemudian dilanjutkan oleh Suhardi (1989-1997), M. Syaripudin (1997-2005), Edy (2006-2007), Ahmad Jauhari (2007-2013), Kemudian ahmad Jauhari dipilih lagi hingga menjabat sampai tahun 2019.
49 Mayarakat Desa Gondang berkembang karena terdapat masyarakat pendatang seperti masyarakat Lombok Timur, Lombok Barat, Mataram, Jawa, Sumbawa. Pada bagian pesisir dihuni oleh masyarakat pendatang dari Bugis Makasar, dan Sulawesi. Masyarakat ini hidup rukun di lombok menjadi satu kesatuan karena waktu yang lama hingga terjadilah proses perkawinan mencerminkan toleransi yang besar dan heterogenitas yang terjadi.
Kondisi Geografis Desa Gondang, Kecamatan Gangga
Kecamatan Gangga memiliki 5 Desa yakni terdiri dari Desa Rempek, Desa Gondang, Desa Bentek, Desa Genggelang dan Sambik Bangkol. Kecamatan gangga memiliki luas wilayah 157,35 kilometer per segi. Kecamatan ini di dominasi wilayah tanah yang kering dan sebagian kecil dapat dimanfaatkan sebagai area persawahan. Kecamatan gangga mempunyai curah hujan yang tidak banyak mengalami perubahan di setiap tahun. Sebelah utara dari Kecamatan Gangga berbatasan langsung dengan Laut Jawa.
Kondisi Demografis Desa Gondang, Kecamatan Gangga
Berdasarkan pada data sensus penduduk yang dilaksanakan pada tahun 2014, Desa gondang memiliki penduduk sebesar 11.275 (sebelas ribu dua ratus tujuh puluh lima) jiwa, dengan rincian 5.641 (lima ribu enam ratus empat puluh satu) laki-laki dan 5.634 (lima ribu enam ratus tiga puluh empat) perempuan yang tersebar di beberapa RW. Jumlah ini tentu meningkat seiring dengan berjalannya waktu.
Adapun secara suku, mayoritas penduduk yang ada di Desa Gondang berasal dari suku sasak dengan persentase hampir mencapai 50%. Sedangkan 50% lainnya merupakan
50 masyarakat yang berasal dari suku bali, jawa, bima, dan sumbawa. Di samping itu, jika dikategorikan berdasarkan kepercayaan, masyarakat Desa Gondang terdiri dari 3 kepercayaan atau agama, yaitu Islam sebesar 11.239 (sebelas ribu dua ratus tiga puluh sembilan) jiwa, Hindu dengan jumlah 34 (tiga puluh empat) jiwa, dan 3 (tiga) lainnya menganut agama Budha.
Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat Desa Gondang, Kecamatan Gangga Secara garis besar, kondisi sosial dan budaya Desa Gondang sangat memegang teguh tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang. Sejak zaman dahulu masyarakat Desa Gondang masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Salah satu adalah segala macam bentuk tradisi yang ada pada Desa Gondang seperti tradisi memulang. Karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain dalam segala bentuk kegiatan. Begitu juga dengan masyarakat Desa Gondang Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara. Pola kehidupan masyarakat ditandai dengan kerja sama dalam berbagai bidang kehidupan dilihat dalam interaksi sosial sehari-hari. Bentuk lain dari masyarakat adalah komunikasi yang dikakukan masih kental dengan bahasa sasak.
Adapun dalam konteks ekonomi, mayoritas penduduk Desa Gondang berada ditingkat perekonomian menengah ke bawah. Hal ini terjadi karena mayoritas penduduk yang tidak bekerja atau pengangguran sebesar 7200 (tujuh ribu dua ratus) jiwa atau dalam prosentase 59,84%, disusul oleh masyarakat yang bermatapencaharian sebagai buruh atau pekerja lepas 1.307 (seribu tiga ratus tujuh) jiwa atau 10,86%, dilanjutkan masyarakat yang bekerja di bidang wiraswasta berjumlah 550 (lima ratus lima puluh) jiwa atau 4,57%.. Hanya segelintir masyarakat yang mempunyai mata pencaharian sebagai pegawai negeri maupun aparat pemerintah, hal ini tentu menjadi suatu tantangan bagi Pemerintah setempat agar menyediakan
51 lapangan pekerjaan bagi masyarakatnya sehingga tingkat perekonomian masyarakat juga meningkat.
Realitas Pernikahan dan Perceraian di Desa Gondang, Kecamatan Gangga
Praktik perkawinan memulang diketahui secara pasti tahun berapa dilakukannya tradisi memulang pertama kali dilaksanakan. Tradisi ini sudah diwariskan sejak zaman dahulu oleh
nenek moyang masyarakat Desa Gondang secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Tradisi memulang dilakukan sampai sekarang. Masyarakat menganggap bahwa tradisi memulang adalah jalan menuju pernikahan yang sah menurut hukum adat yang ada di Desa
Gondang. Tradisi ini juga merupakan keyakinan masyarakat Desa Gondang sebelum mengenal tata cara perkawinan secara agama mereka1. Sebagian masyarakat Desa Gondang menganggap bahwa tradisi memulang merupakan bagian dari adat dan budaya. Adat dan budaya adalah suatu kebiasaan dan jati diri masyarakat yang harus dipertahankan. Nilai-nilai yang terkandung dalam adat dan budaya yang ada dalam masyarakat masih dijalankan sebagaimana mestinya dan dijadikan sebuah identitas bagi masyarakat setempat. Masyarakat yang masih mempertahankan adat dan budaya merupakan masyarakat yang masih menghargai peninggalan dari leluhur.
Berikut uraian terkait dengan perkawinan dan perceraian yang terjadi di Desa Gondang Kecamatan Gangga.
Tabel 3. 1 : Data Status Perkawinan Desa Gondang, Kecamatan Gangga
No. Status
Perkawinan Uraian
52 1 Perkawinan 5.508 (lima ribu lima ratus delapan) perkawinan di
Desa Gondang) atau 45,78%
2 Belum
menikah
5.039 (lima ribu tiga puluh sembilan) masyarakat yang belum menikah atau 41,88%
3 Perceraian 692 (enam ratus sembilan puluh dua) masyarakat yang telah bercerai atau 5,75%
4 Cerai mati Sisanya merupakan masyarakat yang mengalami cerai mati atau 6,59%
Sumber: Data status perkawinan Desa Gondang
Berdasarkan pada tabel 3.1 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perceraian yang terjadi di Desa Gondang telah meluas menjadi skala yang lebih besar meskipun tidak semua merupakan perceraian yang diakibatkan oleh tradisi memulang.