45 BAB III
SETTING PENELITIAN 3.1 Profil Desa Sumolawang
Desa yang dijadikan objek penelitian yakni desa Sumolawang. Desa Sumolawang merupakan salah satu dari 16 (enam belas) desa yang ada di kecematan Puri kabupaten Mojokerto. Kecamatan Puri sendiri memiliki 16 (enam belas) desa yaitu, desa Balong Mojo, Banjaragung, Brayung, Kebonagung, Ketemasdungus, Kintelan, Medali, Mlaten, Plososari, Puri, Sumbergirang, Sumolawang, Tambakagung, Tampungrejo, Tangunan dan Gayaman.
Awal mula pemberian nama Sumolawang yaitu, konon pada zaman dahulu diceritakan ada peperangan besar antara Kiyai Seto dengan bangsa Cina yang membawa pasukan Singa untuk menguasai sebuah desa. Sang Kiyai yang bersih kokok tidak ingin jika Cina masuk ke wilayahannya, karena akan meluluhlantahkan dan menginjak agama Islam. Maka dengan begitu untuk melawan Singa bawaan dari bangsa Cina, Kiyai tersebut bisa merubah dirinya seperti halnya burung gagak. Ketika peperangan terjadi antara Kiyai Seto dan Singa, bangsa Cina justru bersembunyi di dalam rumah tepatnya di belakang pintu (lawang istilah jawa). Alhasil Kiyai Seto berhasil memenangkan kekuasaan dengan menikam Singa. Sehingga Singapun mati, namun ketika bangsa Cina hendak keluar dibalik pintu/lawang untuk melawan Kiyai Seto ia justru malah terjepit mungkin karena faktor tubuh besar bangsa Cina sehingga membuatnya tidak dapat keluar dari pintu, dan tewaslah bangsa Cina itu
46 dibalik pintu/lawang. Akhir cerita Kiyai Seto menamakan kewilayahannya menjadi desa Sumolawang.
3.1 Tabel Daftar Kepala Desa yang Pernah Menjabat
3.1.1 Kondisi Geografis
Desa Sumolawang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto. Desa Sumolawang memiliki luas wilayah kurang lebih 283 hektar. Diantaranya terbagi atas luas pemukiman 76 ha/m2, luas persawahan 192 hektar, dan luas perkebunan hektar. Wilayah Desa Sumolawang berbatasan dengan desa lain yang berada di Kecamatan Puri diantaranya yakni :
1. Sebelah utara : Desa Kenanten 2. Sebelah selatan : Desa Sumber Girang 3. Sebelah timur : Desa Tambak Agung 4. Sebelah barat : Desa Balong Lombok
No. Nama Kepala Desa Masa Jabatan
1. Pak Munawi Tahun 1992-1998 2. Pak Muslikh Zainuri Tahun 1998-2013 3. Pak M. G Suseno Tahun 1998-2013 4. Pak Aminudin Tahun 2013-sekarang
47 Tidak memiliki wahana wisata dan hanya terdapat beberapa tanah perkebunan, secara geografis letak desa Sumolawang berada di dataran rendah, sehingga tanah di desa Sumolawang tidak cocok dijadikan untuk berkebun. Tanaman- tanaman yang ditanam biasanya hanya palawija, padi, jagung, kacang kedelai, kacang tanah. Desa Sumolawang jauh dari hutan, namun soal air jangan diragukan. Selalu juara, karena tidak pernah kekurangan air bersih sedikitpun dan bahkan tidak pernah mendapat musibah banjir. Petani desa tidak dikeluhkan dengan kekeringan, atau bahkan sulitnya pengeboran untuk sawah mereka. Karena terdapat 9 sungai yang mengalir untuk dialirkan ke tiap-tiap sawah. Sehingga tidak terdapat banyak depot isi ulang air, seperti di desa lain atau kota-kota. Pemerataan listrik merata pada tiap-tiap rumah, teknologi komunikasi dan informasi dapat berjalan selaras tanpa penyimpangan.
Di desa ini memiliki curah hujan 275,00 mm/ tahun dengan suhu udara rata-rata yakni 35°C. Hal ini membuat desa Sumolawang menjadi salah satu desa yang tergolong gersang. Jumlah bulan hujan di desa Sumolawang yakni berjumlah lima bulan setiap tahunnya. Desa Sumolawang termasuk dataran rendah yang memiliki warna tanah abu-abu, tekstur tanah seperti lempung atau lempungan dengan kedalaman tanah ...m dan membuat lahan di desa Sumolawang kondisinya subur. Lahan yang ada di desa Sumolawang seluas 2,50 hektar digunakan sebagai permukiman warga, lahan seluas 192,00 hektar berupa lahan pertanian penduduk desa, dan 52,41 hektar digunakan sebagai fasilitas atau sarana dan prasarana untuk penduduk dan pemerintahan.
48 Desa Sumolawang memiliki 4 dusun yakni dusun Sumolawang, dusun Padangan, dusun Pohgurih, dan dusun Balong Lombok. Jarak dari desa ke kecamatan Puri yakni sejauh 6 km, sedangkan jarak dari desa menuju kabupaten/kota yakni 7 km. Desa Sumolawang merupakan desa yang di klasifikasikan menjadi desa swasembada karena di desa Sumolawang memiliki lahan pertanian yang cukup luas, sehingga penduduk yang memiliki lahan pertanian akan menanam padi, jagung, dan ubi-ubian untuk kebutuhan hidup.
Desa Sumolawang memiliki struktur pemerintahan yang terdiri dari kepala desa, sekretaris desa, kaur pemerintahan, kaur pembangunan, kaur pemberdayaan masyarakat, kaur kesra, kaur umum, kaur keuangan, dan staff desa. Adapun nama-nama perangkat dan staff desa Sumolawang, yakni :
Tabel 3.2 Nama- Nama Perangkat Desa Sumolawang
NAMA JABATAN PENDIDIKAN
Aminudin Kepala Desa SLTP
Ardina AI Sekdes SD
Masnuah Kaur Pemerintahan SLTA
Abd Halim Kaur Pemberdayaan Masyarakat
SLTA
Nunuk Farida KaurKesra SLTA
Masrifatul U Kaur Keuangan SLTA
Ardina AI Kaur Umum SD
H. Alim Staff Pemerintah Desa S-1
Syamsudin Staff Pemerintah Desa SLTA
AH. Ibrohim Staff Pemerintah Desa SLTA M. Hasan Bisri Staff Pemerintah Desa SLTA Edi Bakrowi Staff Pemerintah Desa SLTA AH. Kuhzaini Staff Pemerintah Desa SLTA H.Shi Abadi Staff Pemerintah Desa SLTA
Sumber: dokumen desa, 2019
49 3.1.2 Kondisi Demografis
Desa Sumolawang memiliki penduduk berjumlah 7302 jiwa dengan penduduk laki-laki sebanyak 3641 jiwa dan penduduk perempuan sebanyak 3661 jiwa (dokumen profil desa Sumolawang, 2019). Tabel berikut memberikan informasi lebih jelas mengenai jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di desa Sumolawang, Kecamatan Puri, Kabupaten Mojokerto, yakni:
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Desa Sumolawang
NO TINGKATAN JUMLAH (Jiwa)
1. Jumlah Penduduk Desa Sumolawang
7302
2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki 3641
Perempuan 3611
3. Jumlah Keluarga
KK Laki-laki 2132
KK Perempuan 126
Sumber : dokumen desa, 2019
Tingkat pertumbuhan penduduk di desa Sumolawang dapat dikatakan relatif besar. Sebab masyarakat dahulu merupakan penduduk asli yang masih meyakini ajaran leluhur bahwa “ banyak anak, banyak rezeki “ dan belum mengenal KB. Sehingga jumlah anggota keluarga setiap KK dapat mencapai lima sampai dua belas anggota. Setelah adanya program KB, pemerintah desa
50 Sumolawang menerapkan wajib Program KB bagi setiap rumah tangga atau ibu-ibu berusia produktif. Sehingga dengan adanya hal ini tingkat perkembangan penduduk tidak tinggi dan dapat diminalisir. Beikut jumlah penduduk Desa Mojorejo yang dapat dilihat atau diklasifikasikan berdasarkan tingkat Kesejahteraan Keluarga, yakni :
Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan Keluarga NO. JENIS KESEJAHTERAAN
KELUARGA
JUMLAH (Jiwa) 1. Keluarga Prasejahtera 585 Keluarga 2. Keluarga Sejahtera 1 497 Keluarga 3. Keluarga Sejahtera 2 480 Keluarga 4. Keluarga Sejahtera 3 398 Keluarga 5. Keluarga Sejahtera 3 Plus 298 Keluarga Sumber : dokumen desa, 2019
Kesejahteraan dalam keluarga di desa Sumolawang dapat dilihat melalui kondisi kehidupan masyarakat secara materil, mental spiritual, dan kehidupan sosial dapat dipenuhi secara seimbang bagi para anggota keluarga dalam situasi penuh ketentraman dan kebahagian hidup bersama. Keluarga bagi masyarakat desa Sumolawang juga dianggap sebagai rumah sebab segala sesuatu seperti pendidikan, kasih sayang, dan cinta dilahirkan dari dalam keluarga. Bagi masyarakat desa Sumolawang kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut
51 tentang persoalan materil, melainkan ketentraman yang diberikan dari dalam keluarga seperti, ayah, ibu, adik, kakak, kakek, nenek, dan saudara.
Taraf kesejahteraan di desa Sumolawang tidak dapat diukur melalui tingkat pendidikan akhir yang di tempuh oleh masyarakat. Adapun jumlah penduduk desa Sumoalwang mayoritas tatanan pendidikannya yakni :
Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
NO JENIS PENDIDIKAN JUMLAH
1. Usia 3-6 Tahun Yang Belum Masuk TK 23 2. Usia 3-6 Tahun Yang Sedang TK/Play Group 536 3. Usia 7-18 Tahun Yang Sedang Sekolah 2457 4. Usia 18-56 Tahun Tidak Pernah Sekolah 7 5. Usia 18-56 Tahun Pernah SD Tetapi Tidak Tamat
SD/sederajat
121
6. Tamat SD/Sederajat 238
7. Usia 12-56 Tahun Tidak Tamat SMP 32
8. Usia 18-56 Tahun Tidak Tamat SMA 69
9. Tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP) 975 10. Tamat Sekolah Menengah Atas (SMA) 606
11. Tamat D-1 / D-2 84
12. Tamat D-3 49
13. Tamat S-1 95
14. Tamat S-2 9
JUMLAH 5.301
Sumber : dokumen desa, 2019
52 Penduduk Desa Sumolawang mayoritas tamatan pendidikannya yakni Sekolah Menengah Pertama. Sehingga membuat masyarakat atau penduduk desa Sumolawang bekerja sebagai buruh, baik buruh tani maupun buruh harian lepas. Bagi masyarakat yang bermata pencaharian menjadi buruh biasanya mengandalkan lahan persawahan milik orang lain. Masyarakat yang perpendidikan Sekolah Menengah Atas mayoritas bekerja sebagai buruh pabrik ataupun buruh harian di home industri sekitar desa Sumolawang. Minimnya pendidikan masyarakat desa Sumolawang tidak menyurutkan keinginan dalam mengembangkan kreativitas yang dimiliki untuk menjalankan bebrapa home industri. Hal tersebut dibuktikan dari adanya hasil penelitian dari peneliti bahwa pemiliki home industri sebagian besar merupakan masyarakat yang pendidikannya tidak tamat Sekolah Dasar.
3.1.3 Kondisi Ekonomi
Kondisi ekonomi berkaitan erat dengan sumber mata pencaharian atau pekerjaan dan sebagai jantung kehidupan manusia. Setiap manusia memiliki suatu usaha untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan keinginannya agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan mensejahterakan keluarganya secara materil. Kondisi ekonomi memungkinkan terjadinya perubahan mata pencaharian masyarakat. Di desa Sumolawang sendiri kondisi ekonomi masyarakat mengalami perubahan secara bertahap. Dari semula yang bermatapencaharian petani beralih sebagian ke sektor industri. Persentase perubahan ekonomi masyarakat tersebut dapat dilihat dari jumlah penduduk desa Sumolawang berdasarkan pada jenis pekerjaan penduduk desa yakni :
53 Tabel 3.6 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
Sumber : dokumen desa, 2019
Berdasarkan tabel di atas, jumlah masyarakat yang bekerja sebagai TNI lebih tinggi dari petani dan industri. Hal ini dikarenakan di desa Sumolawang terdapat pemukiman (perumahan) anggota TNI yang masyarakatnya bukan
No Pekerjaan Jumlah
1. Petani 293
2.
3 4
Buruh Tani 154
3. Buruh Migran 4
4. Pegawai Negeri Sipil 102
5. Peternak 5
6. Montir 2
7. Perawat Swasta 16
8. Bidan Swasta 8
9. TNI 329
10. POLRI 5
11. Pengusaha Kecil, Menengah, dan Besar 172
12. Dosen Swasta 5
13. Seniman/Artis 2
14.
1
Pedagang Keliling 44
15. Pembantu Rumah Tangga 19
16. Dukun Tradisionsl 2
17. Karyawan Perusahaan Swasta 141
18. Karyawan Perusahaan Pemerintah 6
19. Purnawirawan/Pensiunan 45
20. Pengrajin Industri Rumah Tangga Lainnya 43 Total
54 penduduk asli desa Sumolawang melainkan pendatang dari berbagai daerah.
Luasnya lahan pertanian di desa Sumolawang yakni sekitar 192 hektar menjadikan penduduk desa memilih untuk bekerja mengelola lahan pertanian yang mereka miliki. Tidak dapat dikatakan sebagai desa penghasil pertanian yang melimpah meskipun jumlah penduduk yang bekerja sebagai petani mencapai 293 jiwa, karena melihat kecilnya desa Sumolawang masyarakat telah berhasil melakukan transisi dan meningkatkan roda perekonomian melalui kreativitas home industri.
Berdasarkan data yang diperoleh, perbandingan jumlah petani dan industri cenderung yang berdominan ialah industri kecil, menengah, dan besar (home industri). Hal ini dapat dibuktikan bahwa home indutri telah menjadi ikon desa Sumolawang. Kecilnya jumlah industri dari jumlah petani juga di bandingkan dengan beberapa desa di kecamatan Puri yang bahkan terdapat desa yang tidak memiliki industri kecil, menengah, dan besar (home industri). Keberadaan home industri di tenagh lapisan masyarakat, selain meningkatkan perekonomian
juga akan meningkatkan pola pikir masyarakatnya. Secara garis besar dapat dikatakan bahwasanya masyarakat desa Sumolawang merupakan masyarakat yang memiliki tingkat perekonomian menengah ke atas dengan melihat pekerjaan yang digeluti oleh mayoritas penduduk desa.
Besar kecilnya pendapatan yang dimiliki oleh masyarakat tergantung pada sektor apa masyarakat bekerja. Sedikitnya jumlah pengangguran membuktikan bahwa tingkat kemiskinan di desa Sumolawang tergolong rendah. Masyarakat yang perekonomiannya menengah ke bawah merupakan masyarakat lansia yang
55 hanya mengandalkan bantuan dari pemerintah desa. Sehingga masyarakat desa Sumolawang dapat digolongkan sebagai masyarakat yang telah mampu memenuhi perekonomian serta kebutuhan hidup selayaknya.
3.1.4 Kondisi Sosial dan Budaya
Kondisi sosial budaya masyarakat merupakan pola hubungan dalam kehidupan masyarakat sehari-hari. Masyarakat merupakan makhluk sosial yang hidup sendiri, akan tetapi tetap dilingkungi oleh komunitas dan alam semesta sekitarnya. Dengan demikian, masyarakat pada hakikatnya merupakan makhluk sosial yang memiliki ketergantungan dalam segala aspek kehidupan terhadap sesamanya. Nilai kehidupan sosial budaya yang tercermin di desa Sumolang telah mengalami perubahan dan membuat krisis solidaritas masyarakat yang dulu pernah berlaku dilingkungan. Indikator perubahan nilai sosial budaya masyarakat dilihat dari sedikitnya partisipasi masyarakat antara sebelum dan sesudah pembangunan home industri.
Keberadaan home industri di desa Sumolawang memiliki pengaruh terhadap krisis nya solidaritas masyarakat yang masuk tingkat korelasi tinggi. Hal ini ditunjukkan bahwa kegiatan sosial masyarakat seperti gotong royong, karang taruna, kerja bakti, paguyuban, dan tradisi jagongan tidak terjaga karena pembagian kerja yang ada pada lingkungan home industri. Sehingga kegiatan sosial masyarakat hanya dapat terlihat di waktu dan keadaan tertentu, karena masyarakat desa Sumolawang tidak dapat mempertahankan identitas sosialnya dalam menjaga nilai-nilai sosial biudaya pada keberlangsungsn hidupnya.
56 3.1.5 Kondisi Keagamaan
Desa Sumolawang memiliki penduduk dengan menganut dua macam agama.
Kehidupan masyarakat berjalan selayaknya, tetap mengharagai satu sama lain dan tidak membeda-bedakan hal apapun yang berkaitan dengan agama. Berikut jumlah penduduk desa Sumolawang jika di klasifikasikan berdasarkan agama yang dianut :
Tabel 3.7 Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Yang Dianut
Agama Laki-Laki Perempuan
Islam 3.617 3.505
Kristen 17 15
Jumlah 3.634 3.530
Sumber : dokumen desa, 2019
Mayoritas penduduk desa Sumolawang yakni menganut agama islam berjumlah 7.122 jiwa. Sebagain besar masyarakat islam di desa Sumolawang merupakan masyarakat Nahdatul Ulama (NU). Sedangkan masyarakat yang menganut agama kristen lebih sedikit jumlahnya dan berada di wilayah pemukiman/perumahan anggota TNI. Meski mayoritas masyarakat menganut agama islam, tidak menyurutkan rasa kekeluargaan satu sama lain di daerah tersebut. Pelaksanaan agama di desa Sumolawang berjalan dengan baik, meskipun tidak terdapat tempat ibadah untuk umat kristen (gereja) dan lebih didominasi masjid-masjid, bangunan pesantren, TPQ, serta kegiatan keagamaan umat muslim seperti banjari, pengajian, tahlil, dan lain sebagainya. Desa Sumolawang tetap hidup berdampingan dan bahkan masyarakat non islam turut berkontribusi serta memberikan fasilitas berupa tempat maupun konsumsi pada pelaksanaan takbir di bulan ramadhan.
57 3.2 Home Industri di Desa Sumoalawang
Home industri bagi masyarakat Desa Sumolawang dianggap sebagai roda
perekonomian, sebab home industri sendiri merupakan tumpuan untuk dapat melanjutkan hidup. Masyarakat Desa Sumolawang masih menganggap uang dan pekerjaan sebagai tolak ukur kesejahteraan. Indsutri menjadi suatu hal yang bergengsi bagi masyarakat desa, terutama generasi muda masa kini. Home industri sebagai industri rumahan dikelola oleh perorangan dan biasanya dijalankan sebagai bisnis keluarga yang diwariskan secara turun-temurun.
Seluruh kegiatan industri dilakukan di dalam rumah. Masyarakat menyebutnya sebagai besali, memiliki arti rumah yang digunakan untuk bekerja dan menghasilkan suatu kegiatan produksi untuk menghasilkan barang. Keberadaan besali di dalam rumah dinilai sangatlah efektif dan efisien, tidak perlu ada biaya
transportasi menuju tempat kerja, bagian ruangan bisa menjadi multifungsi, karena tidak jarang yang dipakai masyararkat Desa Sumolawang sebagai besali adalah teras rumah, halaman samping rumah, garasi, ruang tamu, dan ruangan setelah dapur.
Gambar 3.1 Foto Besali
58 Sumber : dokumentasi peneliti
Home industri biasanya hasil dari pemberdayaan yang dilakukan oleh pemerintah maupun PNPM Mandiri Pedesaan. Lain halnya dengan home industri di Desa Sumolawang, justru berawal dari besarnya keinginan, serta inisatif masyarakat untuk merubah kesejahteraan keluarganya. Sebagaimana yang disampaikan oleh salah satu pemilik home industri berikut :
“awal mula bangun home industri itu ya gak karena ikut-ikutan, tapi melihat peluang usaha yang semakin tinggi. Lah dari situ langsung tertarik, wong awal mulanya masyarakat sini itu buruh harian. Kemudian nyari peluang, ada modal yang dikumpulkan dari bekerja sebagai buruh itu nah terus keinginan dan tekat melihat perekonomian yang semakin menghimpit ya kan. Akhirnya kan muncul inisiatif buat memulai bangun home indutri kecil.” (wawancara dengan bapak Ahmad Kohan, tanggal 13 Agustus 2020)
Pasang surut hingga jatuh bangun menjadi permasalahan biasa bagi masyarakat dalam menjalankan industri rumahan tersebut. Keterbatasan pendidikan dan minimnya pengetahuan tidak menjadi hambatan masyarakat untuk mengembangkan home industri. Rata-rata pemilik home industri di Desa Sumolawang pendidikan terakhirnya, SD (Sekolah Dasar), SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama), dan SLTA (Sekolah Lanjutan Tingkat Atas).
Keberadaan beberapa home industri tersebut telah menjadikan Desa Sumolawang dikenal sebagai desa home industri. Dusun Pohgurih menjadi
59 tempat paling dominan keberadaan home industri, jumlahnya tiap RT memiliki 10 sampai 15. Tiap home industri memiliki 2 hingga 25 pekerja yang pekerjanya diambil dari masyarakat dalam desa dan luar desa jika kriteria yang dibutuhkan tidak ada. Berikut merupakan bagan awal mula home industri ada di Desa Sumolawang :
60 Gambar 3.2 Bagan Awal Mula Masuknya Home Industri
3.3 Pergesaran Mata Pencaharian Masyarakat Desa Sumolawang
Pada lingkup desa tidak terlepas dari kehidupan masyarakatnya, desa sebagai tempat tinggal memiliki kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan interaksi sosial, kegiatan perekonomian, dan kegiatan sosial lain yang melibatkan pean masyarakat. Berbicara mengenai desa tidak terlepas juga dari mayoritas mata pencaharian masyarakat yakni petani. Masyarakat petani dalam desa juga tergolong sebagai masyarakat primitif. Luas lahannya pertanian digunakan masyarakat sebagai usaha untuk bertahan hidup. Tahun 1994 merupakan tahun awal perkembangan teknologi masuk ke Desa Sumolawang, ditandai dengan diperkenalkannya gadget sebagai alat komunikasi dan pembangunan industri kecil yang disebut oleh masyarakat sebagai home industri.
Era modernisasi yang masuk di Desa Sumolawang telah membawa dampak perubahan pada masyarakat desa, masyarakat semakin terbuka dan menerima segala bentuk teknologi yang masuk sehingga masyarakat primitif tersebut telah
Masyarakat Petani dan Buruh
Perekonomian Lemah
Inovasi
Transisi Masyarakat
Home Industri Berkembang
61 berkembang menuju masyarakat modern. Tahun 2000 dimulainya perkembangan industri suatu desa, masyarakat petani meninggalkan sektor pertanian untuk beralih ke industri. Meskipun industri di Desa Sumolawang tergolong kecil, namun dapat meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat. Masyarakat petani yang bertransisi sebagian besar merupakan buruh tani yang memiliki inovasi serta keinginan untuk merubah perekonomian. Hal tersebut juga dijelaskan oleh bapak khoirudin :
“petani sama home industri sekarang itu sudah menunukkan jumlah yang sama. Itu ya karena banyak masyarakat yang memilih pindah ke home industri karena dianggap lebih menguntungkan dan bisa meningkat perekonomian. Dilihat juga sendiri masyarakat industri sudah menunjukkan kesejahteraan yang lebih baik”. (wawancara di rumah narasumber)
Pergesaran mata pencaharian yang ada di Desa Sumolawang terjadi bukan karena dorongan dari luar melainkan dari kesadaran masyarakat itu sendiri. Jumlah petani dan home indutri hampir menunjukkan presentasi yang seimbang.
3.4 Bentuk-bentuk Home Industri di Desa Sumolawang
Keberadaan home industri di Desa Sumolawang telah berlangung hampir 20 tahun ini belum pernah dilirik oleh pemerintah kota atau kabupaten, berbeda halnya dengan home industri yang berada di perkotaan. Padahal, barang yang dihasilkan oleh home industri desa Sumolawang, telah mampu bersaing dan meluaskan pemasaran hingga luar pulau Jawa. Hal tersebut menunjukkan bahwa, keterbatasan yang dimiliki tidak menghambat masyarakat untuk berkarya dan terus berkembang. Home industri desa Sumolawang tidak memiliki ikon yang
62 menjadi ciri khas, akan tetapi telah banyak masyarakat yang memiliki ide-ide untuk model barang yang akan dihasilkan. Meski ada sebagaian juga masyarakat yang belum mengerti mengenai manajemen pasar dan menggunakan brand luar sebagai plagiasi dari logo, bentuk, model, dan pengemasan.
Home industri desa Sumolawang telah banyak memproduksi barang-barang
jadi dan siap pakai. Bahan baku yang sederhana biasanya digunakam untuk produksi masker, sarung tangan, tas dan pouch. Sedangkan bahan baku yang sedikiti sulit didapkanan adalah kulit sapi atau kambing untuk sepatu dan sandal.
Selain home industri, juga terdapat industri rumahan lain yang membantu menyediakan packaging seperti kardus dan sablon. Hasil produksi dari home industri masing-masing telah memiliki pemasaran sendiri, yang nantinya dijual langsung ke pasar besar, diambil oleh sales, atau reseller. Berikut merupakan hasil produksi home industri desa Sumolawang :
63 Tabel 3.8 Jenis dan Hasil Produksi Home Industri Desa Sumolawang
No. Jenis Produksi Hasil Produksi
1. Sepatu
2. Sandal
3. Kopyah atau Peci
4. Masker Kain
64 5. Sarung Tangan
6. Tas Kain
7. Pouch Jas Hujan
Sumber : data yang dioleh oleh peneliti