• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS WACANA SARA MILLS DALAM FILM ANIMASI ISLAM HIJRAH NISA (ANALISIS AKUN YOUTUBE CISFORM UIN SUNAN KALIJAGA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS WACANA SARA MILLS DALAM FILM ANIMASI ISLAM HIJRAH NISA (ANALISIS AKUN YOUTUBE CISFORM UIN SUNAN KALIJAGA)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Wacana Sara Mills dalam Film… (Erna Kurniawati)

ANALISIS WACANA SARA MILLS

DALAM FILM ANIMASI ISLAM “HIJRAH NISA”

(ANALISIS AKUN YOUTUBE CISFORM UIN SUNAN KALIJAGA)

Oleh : Erna Kurniawati

Sekolah Pascasarjana Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi

UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Email: Ernhadena@gmail.com

Abstract;

The meaning and understanding of Hijrah is still a human problem in today's era, many who support hijrah are struggles and battles in the way of Allah by taking up arms, but on the other hand there are also those who improve hijrah is a place to move from place to place and there is also another meaning often pronounced is hijrah is an action to go away. On the other hand, the meaning of emigration is often equated with jihad in the sense of taking up arms to preach or spread the religion of Islam, the compilation of preaching objectives is not appropriate by trying and teaching. Islamic animated film "Hijrah Nisa" comes with a new discourse that tries to be implanted about the meaning of a hijrah. Then for the formulation of the problem in this study is what is the position of the subject and object taken in this film? It is certain to answer from the formulation of this problem, namely by using Sara Mills' discourse analysis. Based on the analysis of the data presented by the youtube CISFrom UIN Sunan Kalijaga media, it shows that this media supports to build and embed the meaning of hijrah by using terms and examples that are easily debated by viewers, using migration from negative gadget and internet addiction that is used by comments from each other Blaming, blaspheming people on SOSMED and debating coaches with unknown people, switching to reducing the activities of holding gadgets and doing I'tikaf in mosques. This of course can lead the conversation to mean that hijrah does not have to be carried out in a radical way and does an attack, taking up arms like understanding what has been done a lot on the mindset of the audience. Although this subtitle film does not at all present a Nisa party to be a subject (storyteller), but the plot and journey regarding Nisa's migration is represented by another subject (Pak 'Ust) as the storyteller.

Kata Kunci: Hijrah Nisa, Social Media, I’tikaf A. PENDAHULUAN

Teknologi dalam bidang komunikasi yang semakin berkembang pesat menuntut masyarakat untuk bisa menyesuaikan diri, dengan perubahan-perubahan yang ada sebagai akibat dari kemajuan teknologi informasi yang telah mampu mengubah perilaku dan pola hidup masyarakat lebih luas, yang menyebabkan dunia menjadi tanpa batas dalam hal ini

(2)

berdampak pada perubahan sosial budaya dan ekonomi. Seperti halnya perfilmman, menjadi media komunikasi yang dipilih masyarakat untuk mendapatkan informasi dan hiburan.

Sebab lebih dari 70 tahun terakhir, film telah memasuki kehidupan umat manusia yang sangat luas lagi beranekaragam.1 Begitupun dengan film yang memiliki nilai seni tersendiri yang dibuat oleh tenaga-tenaga kreatif dan penyajian yang profesional, dalam hal ini ada beberapa jenis film yaitu film cerita, film berita, film dokumenter dan film kartun.2

Saat ini banyaknya film yang diproduksi oleh industri perfilmman yang mengusung perempuan, yang terkadang lebih sering digambarkan sebagai sosok yang termarjinalkan dan penggambaran buruk lainnya. Dalam hal ini kajian mengenai perempuan atau yang disebut dengan feminisme cukup menarik perhatian publik. Salah satu film yang dipublikasikan pada 5 Juni 2018, mengangkat isu feminisme adalah film animasi Islam yang diproduksi oleh CISFrom UIN Sunan Kalijaga bekerjasama dengan PPIM UIN Syarif Hidayatullah dengan panjang durasi tayangan 1 menit 30 detik yang berjudul “HIJRAH NISA”, ini merupakan salah satu pilihan judul dari beberapa film animasi Islam yang dimuat dan diproduksi. Film ini menggambarkan tentang sebuah perjalanan hijrah Nisa yang diwakilkan atau diceritakan oleh subjek lain, sehingga Nisa tidak ditampilkan sama sekali untuk memberikan tanggapan maupun pendapatnya mengenai hijrah dirinya, sementara pihak lain (Udin dan Ari) mengansumsikan bahwa hijrah yang dilakukan oleh Nisa adalah dengan melakukan Jihad (mengangkat senjata atau perang) di Syiria, sedangkan pendapat lain juga diungkapkan oleh Pak’ Ustad yang mengatakan bahwa hijrah Nisa adalah hijrah dari kecanduan gadget serta internet negatif yang menyangkut komen-komen saling menyalahkan, menghujat orang di SOSMED dan debat kusir dengan orang yang tak dikenal, beralih dengan mengurangi kegiatan memegang gadget serta melakukan I’tikaf di Masjid.

Dalam penelitian ini, akan lebih mengfokuskan pada film animasi Islam “HIJRAH NISA” dengan menggunakan metode analisis wacana Sara Mills yang lebih menitik beratkan pada feminisme, bagaimana wanita ditempatkan dan dimarjinalkan dalam sebuah pemberitaan maupun dalam sebuah penceritaan disebuah teks, gambar dan foto. Titik perhatian dari analisis wacana adalah menunjukkan bagaimana wanita digambarkan dan dimarjinalkan

1 Alo Liliweri, Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004), h. 153

2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000), h. 210

(3)

dalam teks berita, gambar dan bagaimana bentuk dan pola pemarjinalan itu dilakukan. Ini tentu saja melibatkan strategi wacana tertentu sehingga ketika ditampilkan dalam teks dan gambar, wanita tergambar secara buruk.

Adapun alasan peneliti dalam pemilihan pada film animasi Islam mengenai “HIJRAH NISA yang dipublikasikan dan digarap oleh CISFrom UIN Sunan Kalijaga bekerjasama dengan PPIM UIN Syarif Hidayatullah, karena pada film ini lebih menggambarkan sosok Nisa yang diceritakan oleh pihak laki-laki dan tidak ada keterlibatan Nisa dalam hal ini sehingga Nisa menjadi objek yang diceritakan dan kedudukannya menjadi pihak illegitimate.

Kemudian dalam wacana Sara Mills juga lebih melihat pada bagaimana posisi-posisi aktor itu ditampilkan pada teks atau gambar dalam arti posisi siapa yang menjadi subjek penceritaan dan siapa yang menjadi objek penceritaan akan menentukan bagamaina struktur teks, gambar dan bagaimana makna diperlakukan secara keseluruhan, selain itu titik perhatiannya juga pada bagaimana pembaca dan penulis ditempatkan.

Namun dalam hal ini makna dan pengertian Hijrah masih menjadi sebuah problematika manusia pada era dewasa ini, banyak yang mendefinisikan bahwa hijrah adalah berjuang dan berperang di jalan Allah dengan mengangkat senjata, namun disisi lain ada juga yang berpendapat bahwa hijrah adalah berpindah dari suatu tempat ke tempat lain dan ada juga makna lain yang sering diucapkan adalah hijrah merupakan sebuah tindakan untuk meninggalkan perilaku buruk menuju kepada perilaku baik. Hal ini tentu menjadi khazanah keilmuan mengenai perbedaan pendapat yang semunya memang mempunyai dalil, disisi lain muncul pemaknaan bahwa hijrah sering disamakan dengan jihad dalam artian mengangkat senjata untuk berdakwah atau penyebaran agama Islam ketika sasaran dakwahnya tidak sesuai dengan pemikiran dan ajarannya.

Banyaknya masyarakat Indonesia, yang sekarang mulai berbondong-bondong untuk menuju predikat HIJRAH, yang sudah mulai menjamur, namun hijrah yang ditekankan di sini adalah hijrah dengan melakukan perubahan pada prilaku menjadi lebih baik maupun perubahan dari segi tampilan atau pakaian. Entah itu karena trend hijab yang berkembang dan menjadi trend fashion masa kini, sehingga bukan hanya dari kalangan masyarakat tapi para figur artis-artis juga sudah melakukan hijrah dengan merubah penampilan yang awalnya minim pakean menjadi menutup keseluruhan auratnya sesuai dengan ajaran agama Islam.

(4)

Tentunya hal ini harus disambut baik dan positif dengan harapan semoga selalu istiqamah dalam hijrahnya dan membawa kebaikan, sehingga bisa dicontoh oleh masyarakat yang belum menemui hijrahnya.

Kemudian media juga ikut terlibat untuk memproklamirkan makna-makna hijrah yang mulai digaungkan baik dalam bentuk film animasi, novel, cerpen, pemberitaan dan sastra lain yang mengindikasikan kepada pemaknaan hijrah dari sudut pandang yang berbeda sesuai dengan pemaknaan agama Islam yang membawa kedamaian. Seperti halnya yang terdapat dalam sebuah film animasi Islam mengenai “HIJRAH NISA” yang akan dianalisis dengan menggunakan wacana Sara Mills, sehingga nantinya tujuan dari tulisan ini adalah untuk menemukan wacana apa yang coba ditanamkan dalam video ini.

B. METODE PENELITIAN

Penelitian ini mengacu pada pendekatan kualitatif yang sifatnya deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha mengungkapkan gambaran yang ada pada sebuah film animasi Islam

“Hijrah Nisa” dan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari film yang dapat diamati.3 Untuk pengumpulan data, penelitian ini akan menggunakan kaidah analisis analisis wacana Sara Mills, dengan beberapa penekanan analisis yaitu pada posisi subjek-objek serta bagaimana menempatkan posisi pembaca pada film animasi Islam “Hijrah Nisa”, di mana dalam hal ini peneliti menganalisa hasil temuan-temuan dari film ini dengan menggunakan analisis Sara Mills. Untuk pengumpulan data dibagi menjadi dua bagian, yaitu primer dan sekunder. Sumber dari primer didapat dari film Hijrah Nisa, sedangkan untuk sumber sekunder didapat dari buku, jurnal, artikel, disertasi, skripsi, tesis dan dari Al-Qur’an maupun halaman website sebagai bahan pembantu dalam penulisan penelitian ini.

Kemudian setelah data mulai dikumpulkan dan langkah selanjutnya adalah data dianalisis dengan teknik Miles and Hubermen yang terdiri dari tahap reduksi data, penyajian data dan menganalisis, setelah data terkumpul untuk kemudian tahap terakhir adalah pengambilan kesimpulan.

3 Lexy Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 1995), h. 27

(5)

C. PEMBAHASAN Makna Hijrah

Hijrah secara hurufiah berarti “perpindahan ke lain negeri” atau “pemisahan diri dari handai tolan atau negeri asal”. Secara teknis yakni Islami, “Hijrah” bermakna keberangkatan Nabi Muhammad Saw, dari Mekkah al-Mukarramah, tempat kelahiran dan kota beliau, ke Yatsrib yang saat ini dikenal sebagai “Madinat al-Nabiyy” atau “al-Madinah al- Munawwarah” dan kedatangan beliau di sana pada 24 September 622 M.4

Sehingga lazimnya pengertian hijrah yang paling popular yaitu sebuah perjalanan hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw, dari Mekkah ke Madinah guna untuk melanjutkan misi dakwahnya, ketika sebuah misi dakwah belum bisa diterima oleh kaum Quraisy Mekkah.

Hijrah tidak terbatas pada kejadian-kejadian sejarah ini saja, namun kejadian-kejadian hijrah bisa diterapkan pada istilah bahasa maupun teknis. Istilah-istilah ini mengandung beberapa arti kiasa yang bersifat agamis dan akhlak.5

Semua ini adalah arti baru yang oleh Islam diterapkan pada akar kata : h-j-r beserta kata-kata turunannya. Dalam pikiran kaum muslim, arti-arti etis-religius melebihi arti biasa hajara (berpindah). Hijrah menjadi praktek keagamaan terbesar, yaitu untuk meninggalkan tuntutan-tuntutan keduniaan demi kesalehan, pencurahan tenaga demi kesucian dan kemuliaan, mempelajari ilmu-ilmu yang meneguhkan keimanan, mengabdi kepada Allah, pengetahuan dan kemanusiaan.6 Dalam artian bahwa orang bisa “berpindah” tanpa meninggalkan rumahnya, walau dalam berbagai hal, perpindahan ketempat lain guna untuk belajar dan ibadah ataupun pada bidang-lain yang menyangkut misi atau melakukan riset serta guna memperkuat perpindahan ruhani untuk menuju pada kebaikan.

Sepanjang sejarah, masjid-masjid utama dunia muslim berfungsi sebagai tempat tinggal orang-orang saleh yang tak terhingga jumlahnya dan datang ke masjid hanya untuk belajar, mengajar dan menyampaikan gagasan mulia, untuk memperdalam wawasan Islami pria dan wanita muslim. Orang-orang seperti ini tidak pernah terorganisi menjadi suatu tatanan, tak mengharap balasan apapun kecuali dari Tuhan mereka, yang untuk-Nya-lah mereka berhijrah.

Bila makna-makna etis-religius diterapkan dan dipahami kapan pun akar kata itu diberi

4 Isma’il R. Al-Faruqi, Hakekat Hijrah, (Bandung : Mizan, 1994), h. 7

5 Ibid., h. 11

6 Isma’il R. Al-Faruqi, Loc.cit.,h. 12

(6)

bentuk kata kerja untuk diterapkan pada tindakan saat ini, maka pengertian “hijrah”

sebenarnya bila dikhaskan dengan kata al (the), hanya berlaku bagi perpindahan Nabi Saw, pada tahun 622 M itu. Sebutan ini hanya milik peristiwa tunggal dalam kehidupan Nabi, yang selalu disadari oleh kaum Muslim di sepanjang masa sebagai peristiwa utama dalam sejarah Islam. Dengan kata benda partisipel al-Muhajirun (yang secara hurufiah, orang yang pindah) kaum muslim senantiasa memahami orang-orang Mekkah yang berpindah dari Mekkah ke Madinah di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad Saw.7

Namun jika dilihat dari segi bahasa kata Al-Hijrah adalah lawan dari kata Al-Washol (sampai/tersambung). Ha-ja-ra-hu, Yah-ju-ru-hu, Hij-ran dan Hij, ra, nan yang artinya

“memutuskannya”, mereka berdua Yah-ta-ji-ran atau Ya-ta-ha-ja-ran yaitu saling meninggalkan. Bentuk Isim-nya adalah Al-Hijrah. Di dalam hadis disebutkan :

Artinya : “tidak halal seorang mukmin meninggalkan saudaranya (membiarkan dan tidak bertanya) lebih dari tiga hari”. (HR. Muslim)8

Kemudian yang dimaksud dengan kata meninggalkan dalam hadis ini adalah kebalikan dari tersambung yaitu apa yang terjadi antara dua orang muslim baik itu menodai atau mengurangi hak-hak pergaulan atau persahabatan yang tidak tercatat dalam tinjauan agama.

Fairuz Abadi mengatakan hijrah kebalikan dari Washal. Perginya suatu kaum dari satu wilayah ke wilayah lain adalah hijrah. Mereka meninggalkan wilayah pertama menuju wilayah yang kedua sebagaimana yang dilakukan oleh kaum Muhajirin dari Mekah menuju Madinah.9 Selain itu Ibnu Arabi juga berpendapat mengenai hijrah yaitu menjauh dari sesuatu yang memiliki arti bahwa Al-hij-ru yang artinya jauh dari keakraban yang seharusnya terjadi kasih sayang dan persahabatan yang baik, apa yang tidak semestinya diucapkan (jauh dari kebenaran), menjauhi sesuatu (jauh dari sesuatu itu dan mendekati sesuatu yang lain dan pemuda yang baik (menjauhi banyak bermain hura-hura).10 Sedangkan pengertian kata ha-ja- ra dalam Al-Qur’an memiliki makna berpindah dari suatu negeri ke negeri yang mencari keselmatan agama sebagai manifestasi taat kepada Allah Swt, seperti firman Allah yang berbunyi :

7 Ibid., h.12-13

8 Ahzami Samiun Jazuli, Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an, (Jakarta : GEMA INSANI, 2006), h. 15

9 Ibid.

10 Ibid., h. 16

(7)

ُميِكَحْنا ُزي ِزَعْنا َىُه ُهَّوِإ ۖ يِّب َر ٰىَنِإ ٌر ِجاَهُم يِّوِإ َلاَق َو ۘ ٌطىُن ُهَن َهَمآَف ۞

Terjemahan : Maka Luth membenarkan kenabiannya dan berkatalah Ibrahim “sesungguhnya aku akan berpindah ke tempat yang diperintahkan Tuhanku kepadaku, sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. Al- Ankabuut/29:26)11

Penjelasan pada ayat tersebut berdasarkan kitab-kitab tafsir mengenai perpindahan mereka adalah berpindah menuju ke Palestina. Dalam ayat lain Allah Swt, berfirman :

يِف ْر ِجاَهُي ْهَم َو ۞ ًةَعَس َو ا ًريِثَك اًمَغا َرُم ِض ْرَ ْلْا يِف ْد ِجَي ِ َّللَّا ِميِبَس

ِهِتْيَب ْهِم ْج ُرْخَي ْهَم َو

َّمُث ِهِنىُس َر َو ِ َّللَّا ىَنِإ ا ًر ِجاَهُم ُه ُرْجَأ َعَق َو ْدَقَف ُت ْىَمْنا ُهْك ِرْدُي

َناَك َو ۗ ِ َّللَّا ىَهَع اًمي ِح َر ا ًرىُفَغ ُ َّللَّا

Terjemahan : Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang Luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. An-Nisa/4:100)12

Dalam penjelasan lain dijelaskan bahwa hijrah tidak mengharuskan perpindahan secara fisik atau dari satu tempat ke tempat lain. Terkadang hijrah dilakukan dengan mengasingkan diri dari hiruk-pikuk kehidupan masyarakat umum, tidak bergaul dengan para pelaku maksiat dan kemungkaran, menjauhi orang-orang yang berakhlak buruk dan meninggalkan para pembikin onar dan permusuhan. Terkadang hijrah juga bisa dilakukan dengan meninggalkan akhlak yang buruk atau kebiasaan yang rendah, atau meninggalkan segala sesuatu yang dapat menjerumuskan manusia kepada kehinaan, segala sesuatu yang dapat menggelorakan syahwat dan nafsu atau meninggalkan pembicaraan yang menjerumus pada kemewahan duniawi.

Makna ini adalah spesifikasi dari orang-orang sufi.13

11 Departemen Agama RI, “Al-Qur’an dan Terjemah”, (Jakarta : Syaamil, 2009), h. 399

12 Departemen Agama RI, “Al-Qur’an dan Terjemah”, (Jakarta : Syaamil, 2009), h. 93

13 Ahzami Samiun Jazuli, Ibid., h. 20

(8)

Jadi bisa disimpulkan bahwa dasar dari hijrah adalah meninggalkan baik secara perbuatan maupun perkataan.14 Namun sering pula ditemukan kalimat hijrah yang dihubung- hubungkan dengan jihad, padahal dua kata ini memiliki makna yang berbeda, sebagaimana sabda Rasul :

Artinya : “seseorang Mujahid adalah orang yang berjihad menundukkan dirinya untuk taat kepada Allah dan seorang Muhajir adalah orang yang berhijrah meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah Swt”.(Zaadul Ma’ad/3:6)15

Film

Pengertian film menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah selaput tipis yang dibuat dari Selluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop).16 Sedangkan secara etimologi, film adalah gambar hidup dan cerita hidup. Jadi bisa disimpulkan bahwa film adalah alat komunikasi yang bersifat audio visual, berfungsi memberikan hiburan, informasi, pemahaman, pendidikan dan bisa dijadikan sebagai media dokumentasi.

Seperti halnya yang terdapat pada film animasi yang menggunakan teknis ilusi dari serangkaian gambar dua dimensi atau tiga dimensi.17 Pembuatan film animasi membutuhkan konsentrasi dan ketelitian yang baik. Awal produksi film animasi harus membuat sketsa terlebih dahulu untuk latar belakang gambar. Film jenis ini lebih banyak proses editing karena membutuhkan seorang dubber (pengisi suara). Salah satu film animasi adalah “HIJRAH NISA” (2017) menceritakan tentang sebuah perjalanan hijrah.

Wacana Sara Mills Pada Film Animasi Islam “Hijrah Nisa” Di Media Youtube Cisfrom Uin Sunan Kalijaga

Pada penelitian ini, Peneliti akan menguraikan dan menjelaskan serta menganalisis menggunakan wacana Sara Mills pada film animasi Islam “HIJRAH NISA”. Sebelum itu,

14 Ibid., h. 17

15 Ibid., h. 30

16 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h. 316

17 Marcel Danesi, Pengantar Memahami Semiotika Media, (Yogyakarta : Percetakan Jalasutra, 2010) h.

134-135)

(9)

perlunya ada pendefinisian dari wacana, dalam hal ini Wacana bisa diartikan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu mencangkup tiga hal : pertama : ucapan, percakapan dan tutur kata. Kedua : keseluruhan tutur atau cakap yang merupakan kesatuan. Ketiga : satuan bahasa terbesar, terlengkap dan terealisasi pada bentuk karangan utuh seperti novel, buku dan artikel.18 Secara terminologi, wacana memiliki pengertian yang luas mulai dari studi bahasa, psikologi, sosiologi, politik, komunikasi dan sastra.

Analisis wacana memiliki definisi studi tentang struktur pesan dalam komunikasi atau telaah mengenai aneka fungsi pragmatik bahasa.19 Bahasa yang dianalisis bukan hanya bahasa semata melainkan konteks dalam wacana tersebut. Konteks ini digunakan untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk praktik kekuasaan untuk memarjinalkan individu atau kelompok.20

Menurut Michel Foucault seperti yang dikutip Eriyanto bahwa kajian analisis wacana tidak hanya dipahami sebagai serangkaian kata atau proposisi dalam teks saja tetapi kajian wacana merupakan sesuatu yang memproduksi suatu ide, opini, konsep dan pandangan hidup dibentuk dalam suatu konteks tertentu sehingga mempengaruhi cara berpikir dan bertindak.21

Bisa disimpulkan bahwa analisis wacana adalah sebuah metode atau cara dalam mengkaji isi pesan komunikasi yang ada pada sebuah teks dari segi bahasa ataupun penulisan.

Pada dasarnya dalam penggunaan analisis wacana ini adalah bagaimana media mengemas sebuah ide dan gagasan pokok dalam sebuah teks untuk bisa merubah cara pikir dan bertindak manusia.

Sedangkan dalam hal ini, peneliti akan menggunakan model analisis wacana Sara Mills yang merujuk pada bagaimana wanita digambarkan dan dimarjinalkan dalam teks baik berita, novel, gambar, foto atau film serta bagaimana pola pemarjinalan itu dilakukan. Titik perhatian dari perspektif wacana feminis adalah menunjukkan bagaimana teks bias dalam menampilkan wanita. Sara Mills sedikit membedakan model critical linguistics yaitu yang memusatkan perhatian pada struktur kebahasaan dan bagaimana pengaruhnya dalam pemaknaan khalayak,

18 Pater Y. Salim dan Yenny Salim, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta : Modern English Press, 2002), h. 1709

19 Alex Sobur, Analisis Teks Medis, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis SemiotikA dan Analisis Framing, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h. 72

20 Aris Badara, Analisis Wacana Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana Media, (Jakarta : Kencana, 2012) h. 28

21 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media, (Yogyakarta : LKIS Yogyakarta, 2001), h. 65

(10)

namun Sara Mills lebih melihat pada bagaimana posisi-posisi aktor ditampilkan dalam teks.

Posisi-posisi ini dalam arti siapa yang menjadi subjek penceritaan dan siapa yang menjadi objek penceritaan akan menentukan bagaimana struktur teks dan bagaimana makna diperlakukan dalam teks secara keseluruhan, selain posisi aktor ia juga memusatkan perhatian pada bagaimana pembaca dan penulis ditampilkan dalam sebuah wacana. Bagaimana pembaca mengidentifikasi dan menempatkan dirinya dalam penceritaan teks.22 Pada akhirnya cara penceritaan dan posisi-posisi yangditempatkan dan ditampilkan dalam teks maupun film akan membuat satu pihak menjadi legitimate dan pihak lain illegitimate.23

1. Perangkat Wacana Sara Mills

Sara Mills melihat wacana dalam dua dimensi yang menempatkan posisi-posisi penting dalam sebuah analisis wacananya yaitu, posisi subjek dan objek serta posisi pembaca.

a) Sara Mills lebih menekankan pada bagaimana posisi dari berbagai aktor sosial, posisi gagasan atau peristiwa itu ditempatkan dalam teks. Posisi-posisi tersebut pada akhirnya menentukan bentuk teks yang hadir di tengah khalayak. Setiap aktor pada dasarnya mempunyai kesempatan yang sama untuk menggambarkan dirinya, tindakannya dan memandang atau menilai dunia. Ia mempunyai kemungkinan menjadi subjek atas dirinya sendiri, menceritakan dirinya sendiri dan mempunyai kemungkinan atas penggambaran dunia menurut persepsi dan pendapatnya.24 Namun, ada pihak yang hanya menjadi objek, ia bukan hanya tidak bisa menampilkan dirinya dalam teks berita, tetapi juga kehadiran dan representasi mereka dihadirkan dan ditampilkan oleh aktor lain.

b) Posisi Pembaca

Sara Mills berpendangan dalam suatu teks, posisi pembaca sangatlah penting dan harus diperhitungkan dalam teks. Teks dianggap sebagai hasil negosiasi antara penulis dan pembaca. Dalam hal ini, dilihat bagaimana pembaca mengidentifikasi dan menempatkan pembaca pada salah satu posisi dan mempengaruhi bagaimana teks itu hendak dipahami dan bagaimana aktor sosial itu ditempatkan. Pada akhirnya cara

22 Ibid., h. 199-200

23 Ibid., h. 200

24 Ibid., h. 200-201

(11)

penceritaan dan posisi yang ditempatkan dan ditampilkan dalam teks ini membuat satu pihak menjadi legitimit dan pihak lain menjadi Illegitimit.25

Di sisi lain tulisan Sara Mills juga lebih pada bagaimana wanita digambarkan dalam teks (terutama sastra), meskipun demikian apa yang digambarkannya dapat dipakai lebih luas untuk menganalisa teks. Sara Mills dengan memakai analisis Althusser lebih menekankan bagaimana aktor diposisikan dalam teks. Posisi ini dilihat sebagai bentuk pensubjekan seseorang, satu pihak mempunyai posisi sebagai penafsir sementara pihak lain menjadi objek yang ditafsirkan. Secara umum, ada dua hal yang diperhatikan dalam analisis . pertama, bagaimana aktor sosial dalam berita diposisikan dalam pemberitaan. Siapa pihak yang diposisikan sebagai penafsir dalam teks untuk memaknai peristiwa dan apa akibatnya. Kedua, bagaimana pembaca diposisikan dalam teks. Teks berita dimaknai sebagai hasil negosiasi antara penulis (produser film) dan pembaca (penonton). Di sini tentu saja bisa bermakna khalayak macam apa yang dimarjinasikan oleh penulis (produser) untuk ditulis (ditayangkan).26

2. Kerangka Analisis Wacana Sara Mills27

Kerangka analisis wacana Sara Mills, secara spesifik dibagi dua yaitu :

Tingkat Yang Ingin Dilihat

Posisi

Subjek-Objek

Bagaimana peristiwa dilihat, dari kacamata siapa peristiwa itu dilihat. Siapa yang diposisikan sebagai pencerita (subjek) dan siapa yang menjadi objek yang diceritakan. Apakah masing-masing aktor dan kelompok sosial mempunyai kesempatan untuk menampilkan dirinya sendiri, gagasannya atauakah kehadirannya, gagasannya ditampilkan oleh kelompok/orang lain.

Posisi Pembaca Bagaimana posisi pembaca ditampilkan penulis dalam teks.

Bagaimana pembaca memposisikan dirinya dalam teks yang ditampilkan. Kepada kelompok manakah pembaca mengidentifikasi dirinya.

25 Ibid., h. 203-204

26 Ibid., h. 210-211

27 Ibid.

(12)

Posisi dalam pemberitaan semacam ini, tidak hanya sekadar berurusan dengan teknis jurnalistik, tetapi juga politik pemberitaan. Pilihan kelompok mana yang diposisikan sebagai pencerita menyebabkan peristiwa yang dihadirkan kepada khalayak muncul dalam perspektif dan kepentingan pencerita. Oleh karena itu, posisi semacam ini juga punya kaitan erat dengan ideologi. Sebab dengan adanya pemosisian satu kelompok pada dasarnya membuat satu kelompok mempunyai posisi lebih tinggi dan kelompok lain menjadi objek atau sasaran marjinalisasi.28 Berikut tabel alur cerita atau penggambaran mengenai perjalanan hijrah Nisa yang memiliki makna bahwa “HIJRAH NISA” dalam sebuah film animasi Islam ini, penceritaan hijranya yang diwakilkan atau diceritakan oleh pihak lain.

Tabel 1 Alur Cerita

Pada Film Animasi Islam

Visual Audio Interpretasi Simbolik

Gambar 1

Adegan Pak’ Ustad yang sedang menyapu halaman Masjid Ar- Rahmah

“suara orang yang sedang menyapu halaman depan masjid”

Seorang Ust sekaligus yang mengurusi masjid.

Gambar 2

Adegan Udin dan Ari datang menghampiri Pak Ust dan memberikan ucapan salam

Assalamualaikum Pak’ Ust. (suara Udin dan Ari menyapa ramah)

Dua anak remaja yaitu Udin dan Ari. Saling bertegur sapa dan memberikan salam serta senyum kepada Pak’ Ust

28 Ibid.,h. 211

(13)

Gambar 3 Adegan Udin yang mulai bertanya perihal hijrah Nisa

Udin : maaf apa Pak Ust tau, Nisa udah pergi hijrah ? saya pengin pergi hijrah juga nih

(membayangkan kalau hijrahnya Nisa adalah melakukan jihad dengan mengangkat senjata/perang)

Udin yang mulai

membayangkan aksi Nisa pada saat hijrah dengan melakukan genjatan senjata/perang

Gambar 4 Adegan Pak’ Ust menjawab pertanyaan sekaligus untuk meyakinkan pernyataan Udin

Ust : Bener kamu siap hijrah ?

Bertanya kembali kepada Udin, mengenai

pernyataannya.

Gambar 5

Adegan Udin berusaha untuk meyakinkan dan memantapkan diri, diberengi dengan

memberikan asumsi kalau Nisa hijrahnya adalah ke Syiria

Udin : yakin Pak’

Ust, Nisa hijrah ke mana Pak’ Ust, Syiria yah ?

Udin mengira bahwa hijrah Nisa dengan berangkat ke Syiria

Gambar 6 Adegan Pak’ Ust menjawab pertanyaan sekaligus

Ust : tu di dalam masjid tu !

Menunjuk ke arah masjid

(14)

menunjukan keberadaan dan tempat Nisa

Gambar 7 Adegan Udin yang mulai kebingungan dengan segudang pertanyaan muncul

Udin : lah, bukannya ke Syiria ? bentar Pak’ Ust, si Nisa pamit ke Kita-kita katanya mau hijrah, WA (WhatsApp) nya kagak aktif, di Facebook juga gak nongol, rupanya lagi I’tikaf, terus

hijrahnya ?

Masih bingung dengan hijrah yang dilakukan oleh Nisa

Gambar 8

Adegan Pak’ Ust berusaha untuk menjelaskan hijrah yang

dilakukan oleh Nisa

Ust : ya, itu hijrahnya dia tu mau hijrah dari kecanduan gadget sama internet negatif, itu tu komen-komen nyalahin dan

menghujat orang di SOSMED, debat kusir sama orang tak dikenal, nah dia latihan ngurangin yang begitu itu, waktu yang buat pegang gadget diganti untuk I’tikaf.

Pak’ Ust menceritakan maksud dari hijrah yang dilakukan oleh Nisa

Udin : Oh…..

gitu….!

Paham dengan apa yang dilakukan Nisa mengenai hijrahnya

(15)

Gambar 9

Adegan Udin mulai memahami arti hijrah yang dilakukan oleh Nisa

Gambar 10

Adegan Pak’ Ust mengajak Ari untuk hijrah juga

Ust : nah, kalian kan tadi bilang mau hijrah, Ari siap-siap azan yah ! kamu hijrah dari jarang azan jadi rajin azan.

Mengajak Ari dan Udin untuk hijrah dalam hal melakukan perubahan perilaku atau kebiasaan kepada suatu hal yang positif.

Sebagai langkah selanjutnya, peneliti akan memaparkan hasil dari analisis pada film animasi Islam “HIJRAH NISA” dengan menggunakan analisis model wacana Sara Mills.

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, bahwa kerangka analisis ini mempunyai dua bagian yaitu analisis posisi subjek-objek dan analisis posisi pembaca.

a. Posisi Subjek

Posisi subjek adalah bagaimana posisi aktor-aktor ditampilkan dalam teks. Posisi yang dimaksud adalah siapa aktor yang menjadi pencerita (subjek) dalam “HIJRAH NISA”. Posisi subjek dapat dilihat dari potongan adegan dan dialog pemain. Hal ini dapat menentukan struktur teks, serta bagaimana makna yang terkandung dalam teks.

b. Posisi Objek

Posisi objek dalam film animasi Islam “HIJRAH NISA” dapat dilihat dari potongan adegan per-adegan dan dialog dari para pemainnya. Posisi objek adalah siapakah pihak yang didefinisikan dan digambarkan kehadirannya oleh orang lain. Posisi objek ini merupakan kelanjutan dari posisi subjek yang mengidentifikasikan dan melakukan penceritaan dari sudut pandang dirinya sendiri. Aktor-aktor dalam posisi objek ini hanya sebagai pendukung, sehingga tidak menguntungkan posisinya saat ditampilkan dalam film tersebut.

c. Posisi Pembaca

(16)

Pada analisis wacana ini, Sara Mills juga memusatkan perhatian pada bagaimana posisi pembaca yang ditampilkan dalam teks serta teks merupakan hasil negosiasi antara penulis dan pembaca. Pembaca di sini bukanlah hanya sebagai konsumen saja, tetapi juga ikut melakukan transaksi sebagaimana akan terlihat dalam teks.

Dengan demikian bisa dihasilkan sebuah kerangka analisis wacana Sara Mills dari film animasi Islam “HIJRAH NISA” yaitu :

Tingkat Yang Ingin Dilihat

Posisi

Subjek-Objek

Film animasi Islam yang diproduksi dan dipublikasikan oleh CISFrom UIN Sunan Kalijaga yang berjudul “HIJRAH NISA” pada tanggal 5 Juni 2018, film ini mengisahkan tentang sebuah perjalanan hijrah Nisa yang diceritakan oleh Pak’ Ust bersama dengan asumsi yang dibangun oleh Udin mengenai hijrah Nisa. Yang pertama terlihat bagaimana Udin dengan persepsi dirinya sendiri melakukan penggambaran terhadap hijrah yang dilakukan oleh Nisa, sedangkan Pak’ Ust memaknai dan menceritakan mengenai hijrah Nisa sesuai dengan apa yang sedang dilakukan oleh Nisa dan kedua tokoh ini ditempatkan sebagai subjek (pencerita), sementara Nisa sebagai orang yang melakukan hijrah ditempatkan sebagai objek (yang diceritakan), perjalanan hijrah Nisa ini sendiri diketahui oleh penonton dari informasi yang diberikan Udin dan Pak’ Ust, film ini menempatkan Pak’ Ust dan Udin sebagai tukang cerita. Penonton mengetahui hijrah Nisa dari penjelasan yang diberikan oleh Pak’ Ust dan Udin, akibatnya perjalanan hijrah Nisa diceritakan dalam perspektif Pak’ Ust dan Udin, sebagai Ust dan teman Nisa. Karena diceritakan dalam perspektif Ust dan teman Nisa, maka perjalanan hijrah Nisa ini memarjinalkan posisi Nisa sebagai orang yang melakukan hijrah. Nisa tidak berbicara mengenai dirinya atau perjalanan hijrahnya, ia bahkan tidak hadir, kehadirannya dimunculkan dalam penceritaan yang dilakukan oleh Pak’ Ust dan

(17)

Udin.

Posisi Pembaca Penonton di posisikan sebagai pihak Nisa, mengikuti alur kisah hijrah Nisa tersebut, penonton di posisikan seperti ketika Nisa melakukan hijrah, penonton di posisikan seperti ketika ia memerankan sebagai Nisa, dengan memposisikan seperti itu, penonton tidak akan banyak protes, karena selaras dengan apa yang diinginkan oleh pengarang/produser. Pada akhirnya kerjasama antara pengarang/produser dan penonton ini melestarikan bias gender yang ada dalam masyarakat.

Penjelasan :

Dilihat berdasarkan dari data-data di atas, yang terdapat pada media Youtube CISFrom UIN Sunan Kalijaga, maka bisa disimpulkan bahwa posisi subjek atau pencerita yang dideskripsikan dalam film animasi Islam “HIJRAH NISA” adalah Udin dan Pak’ Ust. Posisi subjek dalam film ini mempunyai dua sudut pandang yang berbeda. Posisi subjek pertama, Udin menceritakan tentang hijrah Nisa sesuai dengan asumsi dirinya sendiri tanpa melakukan survey atau klarifikasi kepada yang bersangkutan, sehingga pemaknaan hijrah yang diungkapkan Udin tidak lengkap dan tidak mempunyai nilai kredibilitas.

Udin hanya menceritakan proses hijrah Nisa sesuai dengan pemikirannya sendiiri yaitu ia mengasumsikan bahwa Nisa pindah ke Syiria dan ikut melakukan jihad dengan mengangkat senjata/perang. Pada akhirnya Nisa digambarkan sebagai pihak yang tidak mampu membawa kedamaian. Sedangkan subjek kedua yaitu Pak’ Ust, ia menceritakan secara gamblang dan leluasa mengenai awal mula perjalanan hijrah Nisa, yang dimulai hijrah dari kecanduan gadget serta internet negatif yang menyangkut komen-komen saling menyalahkan, menghujat orang di SOSMED dan debat kusir dengan orang yang tak dikenal, beralih dengan mengurangi kegiatan memegang gadget serta melakukan I’tikaf di Masjid.

Dalam hal ini, Nisa mampu digambarkan sebagai pihak yang melakukan perubahan untuk kebaikan bagi dirinya sendiri yakni berubah ke arah yang lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa tidak selamanya kedudukan dan perbuatan yang dilakuakan wanita dipandang buruk atau termarjinalkan, meskipun dalam film ini Nisa tidak dihadirkan sebagai

(18)

pihak pencerita atau dalam sebuah film, tapi keterwakilan dirinya yang mampu diceritakan oleh orang lain sesuai dengan perspektif dirinya sendiri tanpa menghilangkan makna sesungguhnya. Sedangkan Nisa sebagai objek penceritan, meskipun dalam hal ini ia adalah subjek yang Illegitimete, karena sebagai objek maka ia tidak dapat menampilkan dirinya sendiri.

Para aktor ini memperlihatkan dirinya sebagai seorang yang pemarginal perempuan atau tidak memarginalkan perempuan. Kemudian jika dilihat dari posisi penonton, penonton mendeskripsikan alur perjalanan hijrah Nisa dari kegiatan yang kurang baik beralih kepada kegiatan yang bermanfaat dan mendekatkan diri kepada sang Pencipta, dengan meninggalkan dan menjauhi hal-hal yang tidak bermanfaat. Apabila penonton melihat proses hijrah yang dilakukan Nisa, maka penonton akan ikut merasakan bagaimana sulitnya mengalahkan ego dan keinginan untuk tetap berada pada kesenangan saat bermain dan berselancar di SOSMED.

D. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis wacana Sara Mills, pada film animasi Islam “HIJRAH NISA”

yang ada di media youtube CISFrom UIN Sunan Kalijaga, terdapat pemaknaan berbeda mengenai hijrah yang dilakukan oleh Nisa dari sudut pandang satu aktor dan aktor yang lain (Udin dan Pak’ Ust). Dari hasil akhir penelitian ini menunjukkan bahwa ada wacana berbeda terhadap pemaknaan hijrah yang coba digagas oleh para aktor-aktor yang ada dalam sebuah film animasi Islam “HIJRAH NISA”, namun perbedaan ini tidak begitu mencolok dan menimbulkan permasalahan, sebab hasil akhirnya mampu menyatukan makna dan memberikan arti bahwa hijrah yang baik adalah ketika hijrah tersebut membawa kebaikan bagi dirinya sendiri dan tidak merugikan orang lain atau dengan kata lain tidak mengancam keselamatan orang lain karena hijrahnya (dengan cara menyerang dan mengangkat senjata atau bahkan membombardir orang-orang yang tidak sepemahaman dengan kita). Hingga pada kesimpulannya Nisa sebagai objek yang digambarkan dengan sebaik-baik penggambaran, sesuai dengan makna hijrah yang berlaku dan tentunya mengarah kepada perubahan akhlak yang lebih baik.

Berdasarkan data yang disajikan oleh media youtube CISFrom UIN Sunan Kalijaga, menunjukkan bahwa media ini berusaha untuk membangun dan menanamkan makna hijrah dengan menggunakan istilah dan contoh yang mudah dipahami oleh penonton, seperti hijrah

(19)

dari kecanduan gadget serta internet negatif yang menyangkut komen-komen saling menyalahkan, menghujat orang di SOSMED dan debat kusir dengan orang yang tak dikenal, beralih dengan mengurangi kegiatan memegang gadget serta melakukan I’tikaf di Masjid. Hal ini tentu mampu menggiring pemikiran penonton untuk memaknai bahwa hijrah tidak harus dilakukan dengan cara kekerasan dengan menjadi radikal dan melakukan penyerangan, mengangkat senjata seperti pemahaman yang sudah banyak tertanam pada pola pikir penonton. Walaupun secara subtansi film ini tidak sama sekali menghadirkan pihak Nisa untuk menjadi subjek (pencerita), namun alur dan perjalanan mengenai hijrah Nisa di wakilkan oleh subjek lain (Pak’ Ust) sebagai pihak pencerita.

Pada akhirnya menurut peneliti, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada wacana yang coba disampaikan dalam film animasi Islam “Hijrah Nisa” yaitu mengenai makna hijrah dengan melakukan perubahan baik dari segi kebiasaan dan perilaku yang sebelumnya kurang baik untuk digantikan atau beralih kepada kebiasaan dan perilaku yang lebih baik. Walaupun hal ini harus diantisipasi terhadap pemaknaan hijrah yang kebablasan, an sifatnya mengarah pada pemikiran radikal, yang akhirnya tidak membawa kedamaian tapi malah permusuhan dan kerusakan tatanan kehidupan.

KEPUSTAKAAN

Al-Faruqi, Isma’il R. (1994). Hakekat Hijrah. Bandung : Mizan.

Badara, Aris. (2012). Analisis Wacana Teori, Metode dan Penerapannya pada Wacana Media. Jakarta : Kencana.

Danesi, Marcel. (2010). Pengantar Memahami Semiotika Media. Yogyakarta : Percetakan Jalasutra.

Departemen Agama RI. (2009). Al-Qur’an dan Terjemah. Jakarta : Syaamil.

Effendy, Onong Uchjana. (2000). Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Eriyanto. (2001). Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta : LKIS Yogyakarta.

Jazuli, Samiun. (2006). Hijrah dalam Pandangan Al-Qur’an. Jakarta : GEMA INSANI.

(20)

Liliweri, Alo. (2004). Dasar-dasar Komunikasi Antar Budaya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Moelong, Lexy. (1995)Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta : Balai Pustaka.

Salim, Pater Y. dan Yenny Salim. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer.

Jakarta : Modern English Press.

Sobur, Alex. (2012.). Analisis Teks Medis, Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis SemiotikA dan Analisis Framing. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel 1  Alur Cerita
Gambar 3  Adegan Udin yang mulai  bertanya perihal hijrah Nisa
Gambar 7  Adegan Udin yang mulai  kebingungan dengan segudang  pertanyaan muncul

Referensi

Dokumen terkait

(emua bahan atau material yang dapat digunakan memadamkan api dapat disebut media pemadam. ;amun media ini ada yang sesuai atau tepat digunakan untuk memadamkan api dan ada pula

Sementara itu, unsur yang diacu oleh pronomina persona kedua jamak padha ‘kalian semua’ pada kutipan di atas dapat ditemukan di dalam lagu tersebut karena sifat acuannya

Meskipun secara konsep hampir sama antara rumah panggung dan landed house , tetapi ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat para konsumen rumah untuk tidak memiliki

Hasil uji stabilitas fisik suspensi eritromisin, formula yang paling baik adalah formula 1 dengan konsentrasi PGA 5% karena memiliki ukuran partikel yang kecil dan

Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, sebagai Penjabat Walikota Metro tidak mempunyai kewenangan tanpa seijin tertulis dari Menteri Dalam Negeri untuk

Hasil analisis penulis dalam skripsi ini menunjukkan bahwa Praktik jual beli handphone di counter “Sampai” Kota Langsa sama dengan praktik jual beli pada umumnya, yang

Hasil Simulasi cutplot temperatur fluida pada gambar 4.(b) dapat dilihat peningkatan temperature/suhu yang terkonsentrasi semata pada tunggu, tidak tersebar merata

hidup sejak dilahirkan Analisa Kuisioner a. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir yang dimiliki oleh seseorang melalui pendidikan formal pemerintah Analisa