• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

25

BAB 3

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

3.1Kerangka teori 3.2 Kerangka Konsep Pengendalian vektor DBD: 1. Kimiawi 2. Biologi 3. Manajemen lingkungan Pencegahan penyebaran Virus Dengue

Penurunan Kejadian Demam Berdarah Dengue

Pengetahuan tentang penularan Demam Berdarah Dengue Ibu-ibu orang tua

murid SD Salsabila

(2)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan menggunakan kuisioner untuk melihat gambaran pengetahuan dengan kejadian Demam Berdarah Dengue. Pendekatan yang dipakai dalam penelitian ini adalah pendekatan potong lintang (cross sectional) dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach).

4.2 Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Salsabila kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan pada bulan September 2016.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu orang tua murid Sekolah Dasar Salsabila kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan yang memenuhi syarat sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi:

1. Memiliki anak yang bersekolah di Sekolah Dasar Salsabila. 2. Telah memahami inform consent dan bersedia menjadi responden.

b. Kriteria eksklusi:

(3)

27

4.3.2 Sampel penelitian

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu-ibu orang tua murid Sekolah Dasar Salsabila kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan yang merupakan bagian dari populasi. Untuk menentukan ukuran besarnya sampel yang mewakili populasi maka peneliti menggunakan perhitungan sampel mimimal sebagai berikut :

n = Zα²PQ d²

Dimana:

n = besar sampel

Zα = deviat baku alpha (tabel Z)

P = perkiraan proporsi pada populasi dari penelitian sebelumnya Q = 1-P

d = tingkat ketepatan absolut

maka perhitungannya jika:

Zα = 1,960 tingkat kesalahan adalah 0,05 P = 0,67 dari penelitian sebelumnya (Wati)19 Q = 1-P = 0,33

d = 10% = 0,1

n = (1,960)²(0,67)(0,33)

(0,1)²

(4)

4.4 Teknik Pengumpulan data 4.4.1 Teknik

Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah probability sampling jenis simple random sampling yaitu pengambilan sampel anggota populasi dilakukan secara acak dari daftar populasi yang telah diketahui terlebih dahulu jumlah populasinya tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu.

4.4.2 Metode

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang responden, atau bercakap - cakap berhadapan muka dengan orang tersebut. Hasil percakapan tersebut didokumentasi menjadi sebuah data primer, yaitu materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti pada saat penelitian berlangsung. Data primer yang diambil adalah data tentang nama responden, jenis kelamin responden usia responden, pekerjaan responden, pendidikan responden, serta pengetahuan responden.

4.4.3 Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi pertanyaan umur, status pekerjaan, pendidikan, kejadian, serta pengetahuan tentang demam berbarah dengue (DBD). Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner yang telah divalidasi dan diuji reliabilitasnya dalam penelitian yang dilakukan oleh Anindia Larasati (2009).18 Kuesioner ini sebanyak 20 pertanyaan dengan pilihan jawaban berganda maupun isian. Masing-masing item telah diberi nilai.

(5)

29 4.5 Definisi Operasional No . Definisi Operasional Cara

Ukur kategori Alat Ukur

Skala Ukur 1. Usia adalah lama

hidup sejak dilahirkan Analisa Kuisioner a. < 25 tahun b. 26-45 tahun c. 46-65 tahun Kuisioner/ wawancara Ordinal 2. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan terakhir yang dimiliki oleh seseorang melalui pendidikan formal pemerintah Analisa Kuisioner a. Tidak tamat SD b. Tamat SD atau sederajat c. Tamat SMP atau sederajat d. Tamat SMA atau sederajat e. Tamat perguruan tinggi Kuisioner/ wawancara Ordinal 3. Pekerjaan adalah kegiatan aktif yang dilakukan manusia untuk menghasilkan uang Analisa kuisioner a. Bekerja b. Tidak bekerja Kuisioner/ wawancara Nominal 4. Sumber informasi adalah sarana tempat responden mendapatkan informasi mengenai DBD yaitu petugas Analisa kuisioner a. <3 Sumber b. 3-5 Sumber c. >5 Sumber Kuisioner/ wawancara Ordinal

(6)

kesehatan, media cetak, media elektronik, kegiatan setempat, keluarga, dan tetangga 5. Sumber informasi paling berkesan adalah sumber informasi dimana responden mendapatkan informasi terbanyak tentang DBD sehingga responden memahami penyakit DBD. Analisa kuisioner a. <3 Sumber b. 3-5 Sumber c. >5 Sumber Kuisioner/ wawancara Ordinal 6. Pernah mendengar DBD adalah kejadian masa lampau dimana responden pernah mendapatkan informasi tentang DBD Analisa kuisioner a. Tidak b. Ya Kuisioner/ wawancara Nominal 7. Anggota keluarga pernah DBD adalah ada tidaknya kejadian Analisa kuisoner a. Tidak b. Ya Kuisioner/ wawancara Nominal

(7)

31 DBD di dalam keluarga 8. Tingkat pengetahuan adalah pemahaman yang dimiliki responden tentang demam berdarah yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, pengobatan, cara penularan, pemberantasan vektor, dan pemberantasan sarang nyamuk. Analisa kuisioner a. Pengetahuan kurang adalah jika nilai ≤ 21 b. Pengetahuan cukup adalah jika nilai 22-27 c. Pengetahuan baik adalah jika nilai ≥ 28. Kuisioner/ wawancara Ordinal 4.6 Analisa Hasil

Pengolahan data dengan menggunakan analisis univariat. Data yang diperoleh dalam penelitian kemudian diolah dan dianalisis menggunakan komputer. Agar analisis penelitian menghasilkan informasi yang benar, paling tidak ada empat tahapan dalam pengolahan data yang harus dilalui, yaitu:

1. Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isi formulir atau kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah:

1) Lengkap: semua pertanyaan sudah terisi jawabannya 2) Jelas: apakah tulisannya cukup jelas terisi jawabannya

(8)

4)Konsisten: apakah antara beberapa pertanyaan yang berkaitan isi jawabannya konsisten

2. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan dari coding adalah untuk mempermudah pada saat analis data dan juga mempercepat pada saat entry data.

3. Processing

Setelah semua isian kuesioner terisi penuh dan benar, dan juga sudah melewati proses coding, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari kuesioner ke paket program komputer. Ada bermacam-macam paket program yang dapat digunakan untuk pemrosesan data dengan masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.

4. Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di-entry apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat kita mengentry ke komputer

(9)

33

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Salsabila Jalan Young Panah Hijau Lingkungan IX, Kelurahan Labuhan Deli, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. SD Salsabila merupakan Sekolah Dasar swasta yang terdiri dari kelas 1 hingga kelas 6. SD Salsabila terletak kurang lebih 30 meter dari sungai Deli. Peserta didik sekolah ini merupakan masyarakat setempat di kelurahan Labuhan Deli dan sekitarnya.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik Responden

Dari penelitian yang dilakukan pada ibu-ibu orang tua murid Sekolah Dasar Salsabila, Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, didapati jumlah sampel 90 orang dari sampel minimal 85 orang, didapati karakteristik sebagai berikut:

5.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Usia

Dari hasil penelitian, diperoleh bahwa responden terbanyak usia 26-45 tahun yaitu 66 orang (73,3%) dan responden terendah usia 21-25 tahun yaitu 9 orang (10%). Responden usia 46-65 tahun sebanyak 15 orang (16,7%). Sebaran responden berdasarkan usia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No Usia N % 1 2 3 21-25 tahun 26-45 tahun 46-65 tahun 9 66 15 10 73,3 16,7 Total 90 100

(10)

5.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Berdasarkan tingkat pendidikan, diperoleh bahwa tingkat pendidikan responden terbanyak tamat SMP sederajat dan tamat SMA sederajat yaitu masing-masing 24 orang (26,7%). Sedangkan tingkat pendidikan terendah adalah tamat perguruan tinggi yaitu 1 orang (1,1%). Tingkat pendidikan responden tidak tamat SD sebanyak 23 orang (25,6%) dan tamat SD atau sederajat sebanyak 18 orang (20%). Sebaran responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan N % 1 2 3 4 5 Tidak tamat SD

Tamat SD atau sederajat Tamat SMP atau sederajat Tamat SMA atau sederajat Tamat Perguruan Tinggi

23 18 24 24 1 25,6 20 26,7 26,7 1,1 Total 90 100

5.1.5 Distiribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Berdasarkan pekerjaan, diperoleh bahwa responden sebagian besar tidak bekerja yaitu sebanyak 73 orang (81,1%). Responden yang bekerja sebanyak 17 orang (18,9%). Sebaran responden berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No Pekerjaan N % 1 2 Bekerja Tidak Bekerja 17 73 18,9 81,1 Total 90 100

5.1.6 Distiribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

Berdasarkan sumber informasi, dijumpai sebagian besar responden hanya mendapat kurang dari 3 sumber informasi tentang DBD sebanyak 71 orang

(11)

35

(78,9%). Sedangkan proporsi terendah adalah responden yang mendapat sumber informasi lebih dari 5 yaitu sebanyak 9 orang (10%). Terdapat 10 orang (11,1%) responden yang mendapat 3-5 sumber informasi. Adapun distribusi responden berdasarkan sumber informasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi

No Sumber Informasi N % 1 2 3 < 3 sumber 3 – 5 sumber > 5 sumber 71 10 9 78,9 11,1 10 Total 90 100

5.1.7 Distiribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Paling Berkesan tentang DBD

Berdasarkan sumber informasi yang paling berkesan, dijumpai bahwa sebagian besar responden mendapat informasi DBD paling berkesan berasal dari kurang 3 sumber yaitu sebanyak 82 orang (91,1%). Proporsi terendah adalah responden yang mendapat informasi DBD paling berkesan berasal dari 3-5 sumber yaitu sebanyak 3 orang (3,3%). Responden yang mendapat informasi DBD paling berkesan berasal dari lebih 5 sumber sebanyak 5 orang (5,6%). Adapun distribusi responden berdasarkan sumber informasi paling berkesan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sumber Informasi Paling Berkesan tentang DBD

No Sumber Informasi Paling

Berkesan N % 1 2 3 < 3 sumber 3 – 5 sumber > 5 sumber 82 3 5 91,1 3,3 5,6 Total 90 100

(12)

5.1.8 Distiribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Mendengar DBD Berdasarkan pernah tidaknya mendengar DBD, diperoleh bahwa sebagian besar ibu-ibu sudah pernah mendengar tentang DBD yaitu sebanyak 78 orang (86,7%). Responden yang belum pernah mendengar tentang DBD sebanyak 12 orang (13,3%). Adapun distribusi responden berdasarkan pernah tidaknya mendengar DBD dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Tidaknya Mendengar DBD No Pernah Mendengar DBD N % 1 2 Tidak Ya 12 78 13,3 86,7 Total 90 100

5.1.9 Distiribusi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Pernah DBD Berdasarkan anggota keluarga yang pernah menderita DBD, diperoleh bahwa sebagian besar keluarga responden belum pernah menderita DBD yaitu sebanyak 86 orang (95,6%). Anggota keluarga responden yang pernah menderita DBD sebanyak 4 orang (4,4%). Adapun jumlah responden berdasarkan ada tidaknya anggota keluarga pernah menderita DBD dapat dilihat pada berikut.

Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Pernah DBD No Anggota Keluarga Pernah DBD N % 1 2 Tidak Ya 86 4 95,6 4,4 Total 90 100

5.1.10 Distiribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan tingkat pengetahuan, dijumpai bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan responden tentang DBD adalah cukup (skor 22-27) yaitu sebanyak 40 orang (44,4%). Proporsi terendah adalah tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 11 orang (12,2%). Sedangkan tingkat pengetahuan rendah sebanyak 39 orang

(13)

37

(43,3%). Adapun jumlah responden berdasarkan tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan

No Tingkat Pengetahuan N % 1 2 3 Rendah Cukup Tinggi 39 40 11 43,3 44,4 12,2 Total 90 100

5.1.11 Distribusi Jawaban Responden

Tingkat pengetahuan responden diukur dari 20 pertanyaan yang diberikan tentang Demam Berdarah Dengue. Dari penelitian, diketahui bahwa terdapat beberapa pertanyaan dimana responden umumnya tidak mampu menjawab dengan benar. Didapati hanya 18 orang (20%) responden yang mampu menjawab virus sebagai penyebab DBD. Sebanyak 26 orang (28,9%) yang mampu menjawab dengan benar pola demam DBD berupa pelana kuda. Mengatasi demam tinggi dengan meminum obat penurun panas dan membawa ke dokter/puskesmas, hanya 29 orang (32,2%) responden yang mampu menjawab benar, dan hanya 10 orang (11,1%) yang mengetahui kapan harus membawa pasien ke rumah sakit. Didapati hanya 1 orang (1,1%) responden yang mengetahui cara membersihkan bak mandi dengan benar. Terdapat 15 orang (16,7%) responden yang mengetahui kapan dilakukannya fogging dan 36 orang (40%) mengetahui fogging dilakukan di dalam dan halaman rumah. Sebaran jawaban 18 soal dapat dilihat pada tabel berikut.

(14)

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Pertanyaan tentang Demam Berdarah Dengue

Pertanyaan Penilaian

Benar % Salah % Mengetahui nyamuk sebagai penular DBD 78 86,7 12 13,3 Mengetahui virus sebagai penyebab DBD 18 20 72 80 Mengetahui tempat peristirahatan nyamuk

penular DBD 79 87,8 11 12,2

Mengetahui ciri-ciri nyamuk penular DBD 72 80 18 20 Mengetahui tempat perkembangbiakan nyamuk

penular DBD 72 80 18 20

Mengetahui waktu nyamuk penular DBD

menggigit manusia 66 73,3 24 26,7

Mengetahui pola demam DBD 26 28,9 64 71,1 Mengetahui tindakan jika pasien mengalami

demam tinggi 29 32,2 61 67,8

Mengetahui indikasi membawa pasien ke rumah

sakit 10 11,1 80 88,9

Mengetahui penurunan nilai trombosit sebagai

penanda DBD 37 41,1 53 58,9

Mengetahui pertolongan pertama DBD 61 67,8 29 32,2

Mengetahui gerakan 3M 61 67,8 29 32,2

Mengetahui frekuensi pengurasan tempat

penampungan air 84 93,3 6 6,7

Mengetahui cara membersihkan bak mandi 1 1,1 89 98,9 Mengetahui perlunya menebar bubuk

pemberantas jentik 67 74,4 23 25,6

Mengetahui serbuk abate 72 80 18 20

Mengetahui waktu dilakukannya pengasapan

(fogging) 15 16,7 75 83,3

Mengetahui cara pengasapan (fogging) 36 40 54 60

Berdasarkan pertanyaan nomor 7 dari kuisioner, diperoleh bahwa sebagian besar responden tahu 3-5 gejala DBD yaitu sebanyak 58 orang (64,4%). Proporsi paling sedikit adalah responden tahu lebih dari 5 gejala DBD sebanyak 14 orang (15,6%). Responden tahu kurang dari 3 gejala sebanyak 18 orang (20%). Gejala DBD meliputi demam tinggi mendadak, mimisan, bintik-bintik merah pada kulit,

(15)

39

mual dan muntah, lemah lesu, dan sakit kepala. Sebaran jawaban responden berdasarkan pertanyaan 7 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.10. Pertanyaan 7: Gejala DBD

No Pertanyaan 7 N % 1 2 3 Tahu <3 gejala Tahu 3-5gejala Tahu >5 gejala 18 58 14 20 64,4 15,6 Total 90 100

Berdasarkan pertanyaan nomor 18 dari kuisioner, diperoleh bahwa sebagian besar responden tahu 2-3 cara mencegah gigitan nyamuk penular DBD yaitu sebanyak 45 orang (50%). Proporsi terendah adalah responden tahu kurang dari 2 cara yaitu sebanyak 10 orang (11,1%). Sedangkan responden tahu lebih dari 3 cara sebanyak 35 orang (38,9%). Cara pencegahan tersebut adalah dengan memakai kelambu pada saat tidur siang, memakai obat penolak nyamuk, melakukan penyemprotan dengan obat yang dibeli di toko (baygon, hit, dll), serta dengan melakukan pengasapan (fogging). Sebaran jawaban responden berdasarkan pertanyaan 18 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.11 Pertanyaan 18: Cara mencegah gigitan nyamuk penular DBD

No Pertanyaan 18 N % 1 2 3 Tahu <2 cara Tahu 2-3cara Tahu >3cara 10 45 35 11,1 50 38,9 Total 90 100

(16)

5.1.12 Deskripsi Tabulasi Silang Usia terhadap Tingkat Pengetahuan Responden

Berdasarkan usia responden terhadap pengetahuan, diperoleh bahwa tingkat pengetahuan tinggi terbanyak pada usia kurang dari 25 tahun yaitu sebanyak 33,3%. Sementara usia lebih dari 45 tahun memliki tingkat pengetahuan tinggi terendah yaitu sebanyak 7,1%. Adapun tabulasi silang usia responden terhadap tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.12 Usia terhadap Tingkat Pengetahuan

Usia Tingkat Pengetahuan Total %

Rendah % Cukup % Tinggi % <25 tahun 26-45 tahun >45 tahun 5 27 7 55,6 40,3 50,0 1 33 6 11,1 49,3 42,9 3 7 1 33,3 10,4 7,1 9 67 14 100 100 100 Total 39 40 11 90

5.1.13 Deskripsi Tabulasi Silang Tingkat Pendidikan terhadap Tingkat Pengetahuan Responden

Berdasarkan tingkat pendidikan responden terhadap pengetahuan, diperoleh bahwa tingkat pengetahuan rendah terbanyak pada responden tidak tamat SD dengan persentase 73,9%. Sementara itu persentase tingkat pengetahuan tinggi terbanyak pada responden tamat perguruan tinggi yaitu sebanyak 100%. Pada responden tamat SD sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan rendah dengan persentase 55,6% dan pada responden tamat SMP sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan cukup dengan persentase 58,3% serta pada responden tamat SMA sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan cukup dengan persentase 54,2%. Adapun tabulasi silang tingkat pendidikan responden terhadap tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

(17)

41

Tabel 5.13 Tingkat Pendidikan terhadap Tingkat Pengetahuan Tingkat

Pendidikan

Tingkat Pengetahuan

Total % Rendah % Cukup % Tinggi %

Tidak Tamat SD 17 73,9 5 21,7 1 4,3 23 100 Tamat SD 10 55,6 8 44,4 0 0 18 100 Tamat SMP 8 33,3 14 58,3 2 8,3 24 100 Tamat SMA 4 16,7 13 54,2 7 29,2 24 100 Tamat Perguruan Tinggi 0 0 0 0 1 100 1 100 Total 39 40 11 90

5.1.14 Deskripsi Tabulasi Silang Pekerjaan terhadap Tingkat Pengetahuan Responden

Berdasarkan pekerjaan responden terhadap pengetahuan, diperoleh bahwa persentase tingkat pengetahuan tinggi terbanyak pada responden tidak bekerja yaitu 12,3% sedangkan tingkat pengetahuan tinggi pada responden bekerja sebanyak 11,8%. Adapun tabulasi silang pekerjaan responden terhadap tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.14 Pekerjaan terhadap Tingkat Pengetahuan

Pekerjaan Tingkat Pengetahuan Total % Rendah % Cukup % Tinggi %

Bekerja 8 47,1 7 41,2 2 11,8 17 100

Tidak Bekerja 31 42,5 33 45,2 9 12,3 73 100

Total 39 40 11 90

5.1.15 Deskripsi Tabulasi Silang Sumber Informasi terhadap Tingkat Pengetahuan Responden

Berdasarkan sumber informasi terhadap pengetahuan, diperoleh bahwa tingkat pengetahuan responden yang rendah sebagian besar pada responden yang mendapat informasi DBD kurang dari 3 sumber dengan persentase 47,9%. Sementara itu tingkat pengetahuan tinggi terbanyak pada responden yang

(18)

mendapat informasi lebih dari 5 sumber yaitu dengan persentase 44,4%. Adapun tabulasi silang sumber informasi terhadap tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.15 Sumber Informasi terhadap Tingkat Pengetahuan

Sumber Informasi Tingkat Pengetahuan Total % Rendah % Cukup % Tinggi %

<3 Sumber 34 47,9 32 45,1 5 7 71 100

3-5 Sumber 3 30 5 50 2 20 10 100

>5 Sumber 2 7,7 3 33,3 4 44,4 9 100

Total 39 40 11 90

5.1.16 Deskripsi Tabulasi Silang Anggota Keluarga Pernah DBD terhadap Tingkat Pengetahuan Responden

Berdasarkan sum ber informasi terhadap pengetahuan, diperoleh bahwa persentase tingkat pengetahuan responden rendah terbanyak pada responden dengan anggota keluarga yang belum pernah menderita DBD yaitu sebanyak 44,2%. Sedangkan persentase tingkat pengetahuan tinggi terbanyak pada responden dengan anggota keluarga yang sudah pernah mengalami penyakit DBD yaitu sebanyak 25%. Adapun tabulasi silang sumber informasi terhadap tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.16 Anggota Keluarga Pernah DBD terhadap Tingkat Pengetahuan Anggota Keluarga

Pernah DBD

Tingkat Pengetahuan

Total % Rendah % Cukup % Tinggi %

Tidak 38 44,2 38 44,2 10 11,6 86 100

Ya 1 25 2 50 1 25 4 100

(19)

43

5.2 Pembahasan

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa usia terbanyak responden adalah 26-45 tahun yaitu sebanyak 73,3%. Hal ini dikarenakan usia ibu-ibu yang memiliki anak yang masih bersekolah SD umumnya berusia 26-45 tahun. Tingkat pendidikan responden sebagian besar adalah tamat SMP dan SMA sederajat yaitu masing-masing sebnyak 26,7%. Hal ini menunjukkan tingkat pendidikan responden tergolong rendah dimana menurut Kemendikbud persentase tamat pendidikan SMA atau sederajat ≤55% tergolong rendah.23

Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar responden tidak bekerja yaitu sebanyak 73%. Sebagian besar responden mendapat informasi mengenai DBD hanya kurang dari 3 sumber yaitu sebnyak 78,9%. Sebagian besar responden sudah pernah mendengar informasi tentang DBD yaitu sebanyak 86,7%. Dari data hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar anggota keluarga responden tidak pernah menderita DBD yaitu sebanyak 95,6%. Hal ini dapat disebabkan genangan air tanah di sekitar lingkungan Kelurahan Labuhan Deli bukan menjadi habitat yang baik bagi nyamuk Aedes dimana umumnya nyamauk tersebut lebih menyukai genangan air bersih seperti pada bak mandi dan genangan air pada kaleng-kaleng bekas. Tingkat pengetahuan responden umumnya rendah-cukup dimana persentase tingkat pengetahuan rendah 43,3% dan pengetahuan cukup sebanyak 44,4%. Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pengetahuan responden tentang nyamuk sebagai penular DBD sudah baik yaitu dengan persentase 86,7%. Namun, pengetahuan responden tentang virus sebagai penyebab DBD sangat kurang yaitu hanya 20%. Hal ini menandakan informasi mengenai vektor penular DBD telah sampai pada responden namun umumnya responden belum dapat memahami bahwa virus sebagai penyebab penyakit DBD. Pengetahuan responden tentang pola demam DBD kurang, yaitu hanya 20%. Pengetahuan tentang kapan seharusnya pasien dibawa ke rumah sakit juga sangat kurang, hanya 11,1% pasien yang mampu menjawab benar. Hal ini menandakan bahwa umumnya responden belum dapat memahami ciri khas demam pada penyakit DBD dan tidak tahu kapan harus membawa tersangka DBD ke rumah sakit. Hal ini cukup menghawatirkan karena jika informasi mengenai pentingnya membawa tersangka

(20)

DBD ke rumah sakit jika tanda tanda bahaya DBD sudah ditemukan, maka akan mempengaruhi hasil akhir berupa meningkatnya resiko kematian pada tersangka DBD. Hal yang cukup menarik perhatian adalah sebanyak 93,3% responden sudah mengetahui minimal seminggu sekali harus menguras bak mandi, namun, cara membersihkan bak mandi dengan menggosok bagian dalam dinding bak mandi, hanya 1,1% saja responden yang mengetahuinya. Umumnya pengetahuan pasien tentang serbuk abate untuk memberantas jentik sudah baik.

Pengetahuan responden tentang pengasapan (fogging) kurang. Responden yang tahu fogging dilakukan setelah seseorang terjangkit DBD di lingkungan rumah hanya 16,7% dan pengetahuan mengenai fogging dilakukan di dalam dan di luar rumah hanya 40 responden saja yang menjawab benar. Selanjutnya, responden dianggap mampu membedakan gejala DBD dari gejala demam biasa jika responden mampu mengenali 5 gejala DBD, namun persentase responden yang mengetahui gejala DBD lebih dari 5 sebanyak 15,6%. Pengetahuan responden tentang cara mencegah DBD baik dimana responden yang mengetahui cara pencegahan DBD 2-3 cara sebanyak 50% dan lebih dari 3 cara sebanyak 38,9%. Dari hasil tersebut, kemungkinan kejadian DBD yang rendah disebabkan oleh pengetahuan responden yang baik tentang 3M (67,8%), pengetahuan tentang tempat perkembang biakan nyamuk penular DBD yang baik (80%), pengetahuan tentang frekuensi pengurasan tempat penampungan air yang baik (93,3%), serta pengetahuan tentang bubuk abate sebagai pemberantas jentik (80%). Pengetahuan tentang cara mencegah gigitan nyamuk demam berdarah juga cukup baik dimana responden yang mentahui 2-3 cara pencegahan sebanyak 50% dan mengetahui lebih dari 3 cara sebanyak 38,9%. Pengetahuan yang baik tentang 3M dapat memutus rantai perkembangbiakan nyamuk penular DBD sehingga tidak mencapai stadium dewasa.19

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa tingkat pengetahuan tinggi terbanyak pada responden usia kurang dari 25 tahun yaitu sebanyak 33,3%. Ibu-ibu dengan usia 26-45 tahun dan lebih dari 45 tahun umumnya memiliki tingkat pengetahuan rendah-cukup. Kemampuan responden berusia muda dalam mendapatkan informasi baik dari tempat kerja, majalah, maupun media elektronik seperti

(21)

45

internet akan lebih baik dibandingkan dengan responden berusia lebih tua. Dalam era globalisasi, umumnya usia muda lebih mudah mendapatkan informasi dari gadget dibandingkan dengan usia tua karena umumnya penggunaan gadget pada usia tua lebih sedikit. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Anugerahwati N tahun 2010 di Sidoarjo dimana dengan bertambahnya umur seseorang mepengaruhi tingkat pengetahuannya.24 Namun tidak selamanya semakin tua usia maka pengetahuan semakin tinggi. Hal ini seseuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Harmani N tahun 2013 di Cianjur dimana tidak ada hubungan yang bermakna terhadap umur responden. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi seperti mendapat informasi tentang DBD dari berbagai media elektronik dan cetak juga petugas kesehatan yang lebih mudah didapatkan oleh responden berumur lebih muda.25

Dari hasil penelitian diketahui tingkat pendidikan memiliki korelasi positif terhadap tingkat pengetahuan responden. Sebagian besar responden tidak tamat SD memiliki tingkat pengetahuan rendah (73,9%). Sebagian besar responden tamat SD memiliki tingkat pengetahuan rendah (55,6%) dan cukup (44,4%). Sebagian besar responden tamat SMP memiliki tingkat pengetahuan rendah (33,3%) dan cukup (58,3%). Sebagian besar responden tamat SMA memiliki tingkat pengetahuan cukup (54,2%) dan tinggi (29,2%). Sementara responden tamat perguruan tinggi memiliki tingkat pengetahuan tinggi (100%). Semakin tinggi tingkat pendidikan, informasi yang sampai kepadanya akan lebih banyak. Selain itu rasa ingin tahu tentang penyakit yang berbahaya akan semakin tinggi didukung dengan lebih mudahnya mendapat informasi tentang penyakit tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pujiyanti A tahun 2008 di Salatiga menyatakan dimana terdapat korelasi positif tingkat pendidikan dengan pengetahuan responden dimana semakin tinggi maka pendidikan semakin tinggi pula pengetahuan tentang DBD.26 Makin tinggi pendidikan seseorangan, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya.24 Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi mengetahui lebih banyak masalah kesehatan, dan memiliki status kesehatan yang lebih baik. 27

(22)

Dari hasil penelitian diketahui bahwa tidak jauh berbeda antara responden yang bekerja dan tidak bekerja pada tingkat pengetahuan rendah, cukup, dan tinggi. Hal ini dapat disebabkan oleh profesi responden dimana umumnya responden yang bekerja memiliki profesi sebagai nelayan. Kemungkinan informasi tentang DBD tidak begitu berkembang di kalangan nelayan sehingga tidak memperngaruhi tingkat pengetahuan pada responden yang bekerja. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukana oleh Harmani N tahun 2013 di Cianjur dimana tingkat pengetahuan tidak berhubungan dengan faktor pekerjaan.25 Namun hal ini berbeda menurut Mubarak dimana Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.20

Dari penelitian diketahui semakin banyak sumber informasi yang didapatkan oleh responden mengenai DBD, maka semakin baik tingkat pengetahuannya. Hal ini dapat dilihat dari responden yang mendapat kurang dari 3 sumber sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan rendah (47,9%). Responden yang mendapat 3-5 sumber informasi sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan cukup (50%). Responden yang mendapat lebih dari 5 sumber sebagian besar memiliki tingkat pengetahuan tinggi (44,4%). Semakin banyak informasi yang pernah didapatkan oleh responden maka semakin banyak pula informasi yang sampai kepadanya, semakin mudah pula ia mengidentifikasi informasi yang benar amupun informasi yang salah sehingga tingkat pengetahuannya akan semakin meningkat. Hal ini sesuai menurut Mubarak yang mengatakan kemudahan untuk memperoleh informasi dapat mempercepat seseorang meperoleh pengetahuan yang baru.20Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Larasati A tahun 2009 di Jakarta yang mengatakan bahwa tingkat pengetahuan tidak berhubungan dengan jumlah sumber informasi.18

Dari penelitian diketahui bahwa responden yang anggota keluarganya sudah pernah menderita DBD memiliki persentase tingkat pengetahuan tinggi paling banyak yaitu 25%. Responden yang anggota keluarganya belum pernah menderita DBD umumnya memiliki tingkat pengetahuan rendah (44,2%) dan cukup (44,2%). Responden yang memiliki anggota keluarga serumah yang pernah

(23)

47

terjangkit DBD maka ia pernah memiliki pengalaman merawat pasien DBD. Dari pengalaman tersebut, informasi dari tenaga kesehatan seperti perawat, bidan, maupun dokter akan sampai kepadanya sehingga pengetahuan tentang DBD akan lebih baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anugerahwati N tahun 2010 di Sidoarjo yang mengatakan bahwa apabila keluarga sebelumnya sudah pernah menderita DBD, secara tidak langsung dapat meningkatkan informasi mengenai penyakit ini.25 Kejadian DBD yang cukup rendah (4,4%) pada anggota keluarga responden dinilai dalam dua tahun terakhir.

5.3 Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara sekaligus dalam satu waktu, oleh karena itu memperoleh kelemahan sebagai berikut:

1. Terdapat beberapa responden yang meniru jawaban responden lain sehingga peneliti harus mengingatkan kembali responden untuk menjawab sesuai dengan pengetahuannya sendiri.

2. Tidak pernah diberikannya penjelasan secara formatif sehingga ada rasa ketakutan untuk menjawab salah pada responden.

Akan tetapi, hal-hal tersebut tidak berpengaruh terlalu besar pada hasil yang diperoleh. Secara umum, tidak ada kesulitan berarti yang dialami selama pengambilan data.

(24)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian diperoleh beberapa kesimpulan yaitu:

1. Tingkat pengetahuan ibu-ibu orang tua murid SD Salsabila Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Kota Medan umumnya rendah-cukup dimana persentase tingkat pengetahuan rendah 43,3% dan pengetahuan cukup sebanyak 44,4%. Sedangkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi sebanyak 11,2%.

2. Angka kejadian DBD pada keluarga murid SD Salsabila Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan Kota Medan sebanyak 4,4%. 3. Responden dengan kelompok usia kurang dari 25 tahun memiliki tingkat

pengetahuan tinggi terbanyak yaitu sebanyak 33,3%.

4. Responden dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi memiliki tingkat pengetahuan tinggi terbanyak yaitu sebanyak 100%.

5. Responden yang tidak bekerja memiliki tingkat pengetahuan tinggi terbanyak yaitu sebanyak 12,3%

6. Responden yang mendapat sumber informasi lebih dari 5 memiliki tingkat pengetahuan tinggi terbanyak yaitu sebanyak 44,4%.

7. Responden dengan anggota keluarga pernah menderita DBD memiliki tingkat pengetahuan tinggi terbanyak yaitu sebanyak 25%.

6.2 Saran

Sebagai saran dari penelitian, dapat diperluas dalam empat aspek yaitu: Bagi Bidang Pelayanan Masyarakat

1. Perlu dikembangkan upaya-upaya yang lebih tepat untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai penularan DBD melalui berbagai iklan layanan media informasi khususnya dari pelayanan medis.

(25)

49

2. Pemberian informasi atau penyuluhan kesehatan harus lebih efektif dan intensif kepada masyarakat khususnya puskesmas dan dinas kesehatan setempat.

3. Memberi penyuluhan menyeluruh kepada masyarakat tentang indikasi membawa tersangka DBD ke rumah sakit atau puskemas terdekat saat telah menjumpai tanda-tanda bahaya DBD.

Bagi pihak sekolah

1. Agar dapat memberdayakan orang tua murid untuk menyebarluaskan informasi yang telah diterima

Bagi Masyarakat

1. Masyarakat hendaknya selalu meningkatkan pengetahuan mengenai DBD secara aktif.

2. Masyarakat diharapkan dapat berbagi pengalaman dan informasi yang telah dimilikinya mengenai DBD untuk disebarluaskan kepada orang lain. 3. Masyarakat hendaknya lebih meningkatkan kepedulian terhadap penyakit

DBD, terutama untuk lebih mengetahui cara pencegahan agar dapat menghentikan rantai penularan DBD di lingkungan masyarakat.

Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Hasil penelitian ini dapat diteruskan oleh peneliti lain dengan menambah jumlah variabel dan jumlah sampel penelitian, sehingga diharapkan dapat memperkuat kesimpulan yang diambil.

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Usia
Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel  5.5  Distribusi  Responden  Berdasarkan  Sumber  Informasi  Paling  Berkesan  tentang DBD
Tabel 5.7 Distribusi Responden Berdasarkan Anggota Keluarga Pernah DBD  No  Anggota Keluarga  Pernah DBD  N  %  1    2  Tidak Ya  86 4  95,6 4,4  Total  90  100
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, bila dibandingkan dengan NaOCl 2,5% dengan toksisitas yang lebih tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa larutan kitosan blangkas molekul tinggi dalam penelitian

Jadi yang dimaksud dengan tingkat pendidikan dalam penelitian ini adalah jenjang sekolah (formal) yang terakhir dicapai penduduk usia produktif golongan muda umur 15-24

Tinggi rendahnya penerapan teknologi nilam (adopsi teknologi) di pengaruhi oleh beberapa faktor sosial ekonomi petani seperti umur, tingkat pendidikan, pengalaman bertani,

Kepuasan buruh terhadap sistem pengupahan yang ditetapkan oleh perusahaan dapat dilihat dari tingkat kesejahteraan buruh dalam memenuhi kebutuhan pokok, hidup layak dan

Merujuk dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidikan korupsi anti korupsi merupakan pendidikan yang berupaya memberikan pengetahuan, sikap, dan

Menurut Setiana (2020:16-17) Pendidikan berbasis kompetensi menekankan pada kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan suatu jenjang pendidikan. Kompetensi yang

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa faktor umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bekerja, upah, dan premi berpengaruh signifikan

(3) Terdapat perbedaan yang nyata antara karaktersitik keluarga (tingkat pendidikan suami responden, tingkat pendidikan responden, tingkat pendapatan keluarga, usia suami