• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

PENELITIAN

3.1Kerangka Teori Penelitian

Teh hijau Polifenol Pigmen Basa xantin Asam amino Karbohidrat Mineral Lemak Sterol Flavanol Flavanoid/ katekin Asam fenolik Epigallocatechin-3-gallate (EGCG) Glikogenesis >> PDE << COMT << Gejala Klinis DM membaik Lipolisis >> Kadar gula darah << Berat Badan >> Berat Badan << Obesitas <<

(2)

22

3.2Kerangka Konsep

3.3Hipotesis

Ada pengaruh konsumsi teh hijau dengan kadar gula darah dan berat badan mencit DM tipe 2.

Kadar gula darah

Berat Badan Konsumsi teh

(3)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan

Pretest Posttest with Control Group Design. Oleh karena pada penelitian ini pemeriksaan kadar gula darah dan berat badan dilakukan di awal dan diakhir penelitian dengan menggunakan 3 (tiga) kelompok percobaan.

Penelitian ini menggunakan 3 kelompok hewan coba, yaitu 1 kelompok kontrol dan 2 kelompok perlakuan.

P0 = Perlakuan pada Kelompok Kontrol mencit diabetes tipe 2 hanya diberikan plasebo (akuades 0,5 cc).

P1 = Perlakuan pada Kelompok Perlakuan 1 mencit diabetes tipe 2 diberikan seduhan teh hijau 30 mg dalam volume 0,5 cc.

P2 = Perlakuan pada Kelompok Perlakuan 2 mencit diabetes tipe 2 diberikan seduhan teh hijau 37,5 mg dalam volume 0,5 cc.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 – Desember 2016. 4.2.2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam USU sebagai tempat pemeliharaan hewan coba dan pemeriksaan kadar gula darah serta berat badan.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

(4)

24

4.3.2. Sampel

A. Kriteria Inklusi

a. Mencit (Mus musculus sp) Jantan umur 8 minggu. b. Berat badan mencit 25-40 gram.

c. Sehat.

B. Kriteria Eksklusi

a. Mencit mati selama penelitian berlangsung.

b. Mencit yang sakit selain DM selama penelitian berlangsung

4.3.3. Besar Sampel

Besar sampel yang diperlukan dalam penelitian ini didasarkan pada rumus degree of freedom yang didasaari oleh prinsip eksperimen 3R (Reduction, Refinemet, Replacement)30 yaitu sebagai berikut :

E = Jumlah total hewan coba – Jumlah total kelompok perlakuan

Keterangan : E = derajat kebebasan

Pada penelitian ini jumlah kelompok perlakuan ada 3, maka : E = (5 x 3) – 3

E = 12

Dari perhitungan di atas, peneliti menggunakan 5 ekor untuk setiap kelompok perlakuan. Didapatkan nilai E (derajat kebebasan) sebesar 12 dimana sampel dikatakan adekuat apabila nilai E diantara 10 dan 20.

4.3.4. Teknik Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah simple randomize sampling, yaitu diambil 15 (lima belas) ekor mencit yang sehat yang kemudian diinduksi dengan STZ sehingga menderita DM tipe 2, kemudian dikelompokkan menjadi 3 kelompok secara acak.

(5)

25

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer, yaitu data yang diambil secara langsung dari sampel. Penelitian ini dimulai segera setelah mendapatkan persetujuan dari Komisi Etik USU.

4.5. Variabel Penelitian 4.5.1. Klasifikasi Variabel

 Variabel bebas : Pemberian seduhan Teh Hijau  Variabel tergantung : 1. Kadar gula darah

2. Berat badan 4.5.2. Definisi Operasional Variabel

1. Seduhan teh hijau

Seduhan teh hijau adalah daun teh hijau yang mengandung EGCG yang diseduh dengan air panas (70ᵒC – 80ᵒC) selama +- 15 menit.

Alat Ukur : - Cara Ukur : -

2. Kadar gula darah (KGD)

KGD yang dimaksud dalam penelitian ini adalah KGD puasa mencit DM tipe 2 yang diperiksa dari vena ekor dengan menggunakan stik glukosa. Alat ukur: Glukometer Easy Touch

Cara ukur: Ujung ekor dipotong dengan scalpel, lalu setetes darah diteteskan pada stik glukosa lalu diukur pada glukometer.

Hasil ukur: Hasil pengukuran gula darah puasa (normal: 60-130 mg/dl; DM: 180-500 mg/dl)

3. Berat badan

Peningkatan berat badan dikarenakan adanya perbaikan gejala klinis DM tipe 2.

Alat ukur: Timbangan mencit

Cara ukur: Meletakkan mencit di atas timbangan mencit Hasil ukur: numerik

(6)

26

4.6. Alat dan Bahan Penelitian 4.6.1.Alat Penelitian

Alat penelitian yang digunakan adalah: 1. Timbangan digital

2. Alat pencekok oral (gavage) 3. Spuit

4. Scalpel

5. Stik glukosa

6. Glukometer Easy Touch

4.6.2.Bahan Penelitian

Bahan penelitian yang digunakan adalah : 1. Seduhan teh hijau

2. Mencit jantan berat badan +- 30 gram 3. Akuades untuk kelompok kontrol

4. STZ dengan dosis 500 mg yang dilarutkan dalam 50 ml buffer sitrat 0,02M

4.7. Prosedur Penelitian

4.7.1.Prosedur Perhitungan Dosis Seduhan Teh Hijau37 a. Dosis 1

 Dosis mencit 1200 mg/kgBB

Dosis mencit dengan berat badan 25 gram = 25/1000 x 1200

= 30 mg/ 0,5cc b. Dosis 2

 Dosis mencit 1500 mg/kgBB Dosis mencit dengan berat badan

= 25/1000 x 1500 = 37,5 mg/ 0,5cc

(7)

27

4.7.2.Prosedur Pembuatan Seduhan Teh Hijau36 a. Sekali pemberian mencit: 0,5cc

b. Dosis 1 (30 mg/ 0,5cc)

Teh direndam dalam 10 ml air:

(10 ml/0,5ml) x 0,03 g/ml = 0,6 gram (teh hijau yang digunakan) 1 sachet berisi 2 gram teh:

(2 g/ 0,6 g) x 10 ml = 33.33 ml c. Dosis 2 (37,5 mg/ 0,5cc)

Teh direndam dalam 10 ml air:

(10 ml/0,5ml) x 0,0375 g/ml = 0,75 gram (teh hijau yang digunakan) 1 sachet berisi 2 gram teh:

(2 g/0,75 g) x 10 ml = 26,67 ml

4.7.3.Prosedur Pembuatan Mencit Model DM Tipe 2

a. Mencit di aklimatisasi selama 7 hari dan diberi pakan normal dan air sebagai

ad libitum.

b. Hari ke-8 mencit diinduksi STZ dengan dosis 500 mg yang dilarutkan dalam 50 ml buffer sitrat 0,02M, sehingga 1 ml larutan mengandung 10 mg STZ. Dosis STZ digunakan dosis 65 mg/kg BB yang diberikan dua kali dengan selang waktu 5 hari. Jika berat mencit rata-rata adalah 30 gram, maka dibutuhkan 1,95 mg STZ untuk setiap ekor mencit. Jika 1 ml larutan mengandung 10 mg STZ, maka induksi memerlukan dosis 0,195 ml larutan secara intraperitoneal.

c. Setelah 1 minggu, KGD puasa diperiksa untuk memastikan bahwa mencit telah menjadi DM dan selama proses aklimatisasi hingga penelitian berakhir mencit diberi pakan standar.

(8)

28

4.7.4.Pembagian Kelompok Sampel

Tikus dibagi menjadi tiga kelompok secara random. Setelah itu diberikan perlakuan:

P0 = Perlakuan pada Kelompok Kontrol mencit diabetes tipe 2 hanya diberikan plasebo (akuades 0,5 cc).

P1 = Perlakuan pada Kelompok Perlakuan 1 mencit diabetes tipe 2 diberikan seduhan teh hijau 30 mg dalam volume 0,5 cc.

P2 = Perlakuan pada Kelompok Perlakuan 2 mencit diabetes tipe 2 diberikan seduhan teh hijau 37,5 mg dalam volume 0,5cc.

4.7.5.Pemeriksaan KGD Puasa

a. KGD puasa diukur setelah 10 jam pemberian terakhir makanan pada mencit. b. KGD diukur dari darah vena ekor yang didapatkan dengan memotong ujung

ekor mencit menggunakan scalpel.

c. Setetes darah dari vena ekor diteteskan pada stik glukosa lalu diukur menggunakan glukometer

4.7.6. Pemeriksaan Berat Badan

Mencit diletakkan di atas timbangan 3 hari sekali untuk melihat perubahan berat badan selama penelitian berlangsung.

(9)

29

4.7.7. Alur Penelitian

H-14

H-28 Kadar gula darah puasa

(KGD) adalah kadar gula darah setelah puasa 10 jam

NB: Berat badan ditimbang setiap hari selama

pemberian seduhan teh hijau. Aklimatisasi mencit (7 hari) Kelompok 1 5 ekor Injeksi STZ dosis 65 mg/kg Kelompok 2 5 ekor Kelompok 3 5 ekor Plasebo 0,5cc (Akuades) Seduhan teh hijau 30 mg/ 0,5cc Seduhan teh hijau 37,5 mg / 0,5cc DM tipe 2 Cek KGD puasa Cek KGD puasa Eksekusi

(10)

30

4.8. Pengolahan dan Analisa Data 4.8.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu: a. Editing b. Coding c. Entry d. Clearing e. Saving 4.8.2. Analisa Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan langkah sebagai berikut :

a. Sebelum data di analisa, dilakukan uji normalitas. Jika data terdistribusi normal digunakan uji parametrik dan bila tidak terdistribusi normal digunakan uji non-parametrik dengan p < 0,05.

b. Untuk melihat pengaruh pemberian seduhan teh hijau pada kadar gula darah dan berat badan mencit DM tipe 2, digunakan uji One Way Anova.

c. Untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah dan berat badan mencit DM tipe 2 pada dosis 30 mg dan dosis 37,5 mg digunakan uji t-tidak berpasangan.

4.9. Jadwal Penelitian No Kegiatan Bulan 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 Persiapan x 2 Penelusuran kepustakaan x x x x x x x x x 3 Pengumpulan sampel x x x x

4 Analisis data dan evaluasi hasil penelitian

x x x x

5 Penulisan laporan hasil penelitian

(11)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan dibuat tabel berisi KGD serta BB pre dan post test dari sampel penelitian sebagai berikut

5.1.1 Perbedaan Rerata Kadar Gula Darah Puasa Mencit DM Tipe 2 Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan

Berikut merupakan tabel kadar gula darah mencit DM tipe 2 kelompok kontrol (P0), perlakuan 1 yaitu diberikan teh hijau dosis 30 mg/0,5 cc (P1) serta perlakuan 2 yaitu diberikan teh hijau dosis 37,5 mg/0,5 cc (P2)

Tabel 5.1.1 Kadar Gula Darah Puasa Mencit DM Tipe 2 Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan

Kelompok Kadar Gula Darah

Pre test Mean +/- SD Post Test H-14 Mean +/- SD Post Test H-28 Mean +/- SD p value P0 P1 P2 218,6 +/- 17,15 230,4 +/- 25,36 223,6 +/- 11,149 299 +/- 20,037 150,8 +/- 1,64 141,4 +/- 15,14 310,8 +/- 37,49 168,6 +/- 20,75 137 +/- 45,91 p = 0,0001 p = 0,001 Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa kadar gula darah kelompok kontrol, P0 terus bertambah selama penelitian berlangsung. Sedangkan pada kelompok perlakuan baik P1 maupun P2 terjadi penurunan kadar gula darah yang signifikan (p value <0,05).

5.1.2 Perbedaan Rerata Berat Badan Mencit DM Tipe 2 Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan

Berikut ini adalah tabel perbedaan serta grafik perkembangan berat badan pada mencit DM tipe 2.

(12)

32

Tabel 5.1.2 Berat Badan Mencit DM Tipe 2 Pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan Kelompok Berat Badan Pre test Mean +/- SD Post Test H-14 Mean +/- SD Post Test H-28 Mean +/- SD P value P0 P1 P2 36,2 +/- 1,64 34 +/- 3 36,2 +/- 2,8 32,6 +/- 2,07 33 +/- 2,12 37 +/- 5,34 29,2 +/- 1,48 35,4 +/- 2,19 40,4 +/- 8,08 P = 0,337 P = 0,513 Dari tabel di atas, terlihat bahwa berat badan mencit kelompok kontrol, P0 menurun selama penelitian berlangsung, akan tetapi terjadi peningkatan berat badan kelompok P1 dan P2. Walaupun terjadi peningkatan, perbedaan berat badan selama waktu penelitian ini tidak memberikan perbedaan yang signifikan (p value > 0,05)

Gambar 5.1 Perkembangan Berat Badan Mencit DM Tipe 2

Dari gambar di atas, terlihat bahwa berat mencit kelompok kontrol terus mengalami penurunan sedangkan pada kelompok perlakuan mengalami kenaikan berat badan seiring berjalannya penelitian.

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Pretest Posttest H-3 Posttest H-6 Posttest H-9 Posttest H-12 Posttest H-14 Posttest H-17 Posttest H-20 Posttest H-23 Posttest H-26 Posttest H-28 Kontrol P1 P2

(13)

33

5.1.3 Perbedaan Kadar Gula Darah Mencit DM Tipe 2 pada Kelompok Perlakuan P1 dan P2

Tabel 5.1.3 Perbedaan Rerata Kadar Gula Darah Mencit DM Tipe 2 Pada Kelompok Perlakuan P1 dan P2

Kelompok Kadar Gula Darah Pre test Mean +/- SD Post Test H-14 Mean +/- SD Post Test H-28 Mean +/- SD P1 P2 p value 230,4 +/- 25,36 223,6 +/- 11,149 150,8 +/- 1,64 141,4 +/- 15,14 P = 0,205 168,6 +/- 20,75 137 +/- 45,91 P = 0,198

Dari tabel di atas, terlihat bahwa baik perbandingan antara kelompok P1 dan P2 baik pada pengecekan hari ke 14 maupun hari ke 28 pasca pencekokkan memiliki sig. (2 tailed) > 0,05. Walaupun terlihat bahwa perbedaan kadar gula darah antara pemberian dosis 1 dan 2 cukup jauh rentangnya pada peengecekan H-28, akan tetapi dari nilai p value yang ditunjukkan menyimpulkan bahwa H0 diterima yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok P1 dan P2. 5.1.4 Perbedaan berat badan kelompok mencit DM tipe 2 perlakuan 1 dan

perlakuan 2

Tabel 5.1.4 Perbedaan Rerata Berat Badan Mencit DM Tipe 2 Pada Kelompok Perlakuan 1 dan Kelompok Perlakuan 2

Kelompok Berat Badan Pre test Mean +/- SD Post Test H-14 Mean +/- SD Post Test H-28 Mean +/- SD P1 P2 P value 34 +/- 3 36,2 +/- 2,8 33 +/- 2,12 37 +/- 5,34 P = 0,158 35,4 +/- 2,19 40,4 +/- 8,08 P = 0,319

Dari tabel di atas, terlihat bahwa tidak terdapat perubahan yang signifikan antara berat badan kelompok P1 dan P2 pada pengecekan hari ke 14 maupun pada pengecekan hari ke 28. Hal ini dapat terlihat dari p value > 0,05, yang juga menunjukkan bahwa H0 diterima yaitu tidak terdapat perubahan yang signifikan

(14)

34

5.2 Pembahasan

Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia. Tergantung pada etiologi DM, faktor yang terkait dengan hiperglikemia diantaranya adalah berkurangnya sekresi insulin serta penggunaan glukosa dan bertambahnya produksi glukosa.18, 31

DM tipe 2 yang 2 lebih dikenal dengan noninsulin-dependent diabetes, adalah suatu kondisi kronik yang menyebabkan penderitanya akan mengalami resistensi terhadap insulin, suatu hormon yang meregulasi pergerakan gula ke dalam sel, ataupun tubuhnya memproduksi insulin yang tidak cukup untuk mempertahankan tingkat glukosa normal.16

Green Tea atau teh hijau telah lama dikenal di Indonesia, namun baru dikonsumsi secara luas seiring meningkatnya popularitas masakan Jepang.34 Sejarah dari teh hijau ini berawal dari Negara Cina, yang menggunakan teh hijau sebagai pengobatan sejak 4.000 tahun yang lalu. Teh hijau memiliki komposisi kimiawi yang kompleks, akan tetapi kandungannya yang paling berkhasiat adalah polifenolnya yang sebagian besar merupakakn flavonoid atau lebih dikenal sebagai katekin. Terdapat 4 jenis katekin yang umumnya dijumpai pada teh hijau yaitu :

epicatechin, epigallocatechin, epicatechin-3-gallate, dan epigallocatechin-3-gallate (EGCG). Di antara keempat jenis polifenol ini, yang paling berperan dalam khasiat teh hijau adalah EGCG. 11, 34

Dari sekian banyak efek teh hijau, salah satu efek mengonsumsi teh hijau adalah dalam menurunkan kadar gula darah pada penderita DM tipe 2. Beberapa penelitian sebelumnya mengenai efek teh hijau dengan diabetes mengemukakan mekanisme teh hijau dalam mengatur kadar gula darah. Salah satunya adalah pada penelitian Kim et al, yang menemukan bahwa GTP-EGCG meningkatkan glikogen sintesis. Selain itu, ekspresi dari gen phospho-GSK3β (Ser9) dan phospho-GS

(Seer641). GSK3 adalah enzim yang penyebab down-regulation pada inaktivasi glikogen sintase (GS) hasilnya adalah pengurangan dari sintesa glikogen. Insulin membantu proses sintesa glikogen dengan meningkatkan ekspresi gen

(15)

phospho-35

meningkatkan aktivitas GS, yang akan meningkatkan sintesis glikogen dalam sel HepG2.7, 34

Adapun mekanisme lain dari EGCG dalam metabolisme glukosa darah yaitu dengan cara berinteraksi dengan glucose transporter (SGLT1 dan GLUT2) yang secara luas terekspresikan di vili usus halus.42 Interaksi EGCG dengan SGLT1 didukung oleh penelitian Johnston et al, yang menguji polifenol teh hijau pada

human intestinal Caco-2 cells. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa EGCG dapat secara efektif menurunkan pengambilan glukosa yaitu sebesar 48% pada kondisi Na+ dependent.41

Pada tabel 5.1.1, terlihat bahwa adanya penurunan kadar gula darah puasa yang baik pada kelompok P1 maupun P2. Penurunan kadar gula darah puasa tersebut dikatakan signifikan, dinilai dari p value masing masing kelompok yang diuji dengan uji statistik One-way ANOVA yaitu berturut-turut adalah sebesar 0,0001 dan 0,001. Hasil ini sejalan dengan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya bahwa pemberian seduhan teh hijau dapat menurunkan kadar gula darah. Salah satu penelitian yang mendukung hasil ini adalah penelitian dari Tsuneki, Hiroshi et al,10 dengan menggunakan mencit menunjukkan adanya penurunan kadar gula darah setelah pemberian teh hijau. Mencit yang digunakan adalah streptozotocin-diabeticmice dan pengukuran kadar gula darah dilakukan 2-6 jam setelah pemberian teh hijau. Kadar gula darah yang diukur adalah kadar gula darah puasa.

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Liu et al38, yang menyatakan dari hasil meta analysis yang dilakukan pada 17 randomized controlled trials didapatkan konsumsi teh hijau secara signifikan menurunkan konsentrasi kadar gula darah puasa dan HbA1c. Penelitian tersebut dilakukan selama 12 minggu dan menggunakan ekstrak teh hijau (370 mg/kg) dan mendapat p value masing-masing 0.03 dan < 0,01.

Selain memiliki efek anti diabetik, teh hijau lebih sering digunakan karena efek anti obesitasnya. Efek anti obesitas dari teh hijau ini dikarenakan teh hijau

(16)

36

dengan cara mengaktivasi saraf simpatik yaitu dengan menginhibisi COMT. Selain itu, kafein dalam teh hijau juga diduga dapat menginhibisi PDE yang merupakan enzim yang berperan dalam degradasi cAMP. Inhibisi cAMP akan meningkatkan lipolisis dengan mengaktivasi fosforilasi hormone-sensitive lipase, sehingga akan meningkatkan lipolisis dan oksidasi lemak. Efek sinergis dari kafein dan GTE juga diyakini turut membantu proses oksidasi lemak dengan cara sama-sama menargetkan sistem saraf simpatis.14

Pada penelitian ini, bukan terjadi penurunan berat badan pada mencit DM tipe 2 yang diberi perlakuan, tetapi sebaliknya yaitu penambahan berat badan. Baik pada pemberian dosis 1 yaitu sebesar 30 mg/ 0,5 cc maupun pemberian dosis 2 yaitu sebesar 37,5 mg/ 0,5 cc, terjadi penambahan berat badan walaupun perbedaannya tidak signifikan, dikarenakan p value masing masing kelompok di atas 0,005.

Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang mengatakan bahwa konsumsi teh hijau dapat menurunkan berat badan. Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Kim, Jane J.Y., et al7 menunjukkan bahwa kandungan Epigallocatehcin-3-Gallate (EGCG) pada teh hijau (Camelia Sinensis) dapat meingkatkan kandungan lipid dalam feses mencit diet tinggi lemak yang diberikan teh hijau ini. Penelitian ini menggunakan ekstrak teh hijau (Camelia Sinensis) dengan kemurnian 99% dan dengan beberapa dosis EGCG yaitu 0,01 mcg, 0,1 mcg, 1 mcg, dan 10 mcg. Hasilnya menunjukkan bahwa pada dosis 0,1 mcg, 1 mcg dan 10 mcg terjadi penurunan proses lipogenesis berturut turut sebesar 31%, 39% dan 69% pada spesimen mencit diet tinggi lemak.

Begitu juga dengan penelitian Mawarti Herin39, menunjukkan bahwa EGCG mampu menghambat resistensi insulin yang mungkin melalui penurunan adipo/lipogenesis Sterol Regulatory Element Binding Protein-1 (SREBP-1) jaringan adiposa, dengan bukti adanya penurunan kadar SREBP-1 jaringan adiposa dan lemak viseral. Penelitian ini menggunakan 5 kelompok dengan 3 kelompok perlakuan yang masing-masing menggunakan kadar yang berbeda beda. Hasilnya adalah adanya penurunan berat badan pada tikus yang diberi perlakuan.

(17)

37

dikemukakan, dan dikatakan bahwa insulin merupakan salah satu faktor hormonal yang mempengaruhi lipogenesis. Penambahan dari uptake glukosa pada sel adiposit melalui glucose transpsorter ke dalam membran plasma, diikuti dengan aktivasi enzim lipogenik dan glikolitik melalui modifikasi kovalen, insulin sangat berpotensi menstimulasi lipogenesis. Selain itu, insulin memiliki efek jangka panjang berupa ekspresi dari gen lipogenik, kemungkinan melalui transkripsi dari faktor SREBP-1. Setelah insulin menyebabkan SERBP-1 untuk menginduksi ekspresi dan aktivitas glukokinase, sehingga terjadi penambahan konsentrasi dari metabolit glukosa yang dapat memediasi efek glukosa dalam ekspresi gen lipogenik.40

Dari teori di atas, penambahan berat badan mencit DM tipe 2 yang diberi perlakuan seduhan teh hijau bisa dikarenakan adanya peningkatan uptake glukosa pada sel yang dimediasi oleh EGCG pada teh hijau tersebut.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian teh hijau dengan dosis 30 mg/ 0,5 cc yaitu pada kelompok P1 dan dosis 37,5 mg/ 0,5 cc yaitu pada kelompok P2, tidak memiliki perbedaan kadar gula darah yang kurang signifikan. Perbedaan yang kurang signifikan ini dapat dilihat pada tabel 5.1.3 dimana tertera bahwa p value baik pada kelompok post test H-14 dan post test H-28 adalah di atas 0,05 (p value post test H-14 = 0,92 dan p value post test H-28 = 0,128). Walaupun demikian, dibandingkan dengan pada saat sebelum diberi perlakuan (pretest), kedua kelompok sama-sama menunjukkan adanya penurunan kadar gula darah. Dari hasil di atas, dapat dikatakan bahwa baik pemberian teh hijau dosis 30 mg/ 0,5 cc dan 37,5 mg/ 0,5 cc sama-sama memberikan efek penurunan kadar gula darah puasa.

Di samping itu, penambahan berat badan pada kedua kelompok perlakuan juga tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Hasil ini dapat dilihat dari tabel 5.1.4, dimana p value di antara kelompok post test H-14 dan post test H-28 adalah di atas 0,05 (p value post test H-14 = 0,158 dan p value post test H-28 = 0,319). Ini menunjukkan bahwa perbaikan berat badan dapat dicapai baik dengan mengonsumsi teh hijau dosis 1 maupun dosis 2.

(18)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai pengaruh pemberian seduhan teh hijau (Camelia Sinensis) dengan kadar gula darah dan berat badan mencit DM tipe 2, diperoleh kesimpulan.

a. Pemberian seduhan teh hijau (Camelia Sinensis), baik dosis 1 yaitu 30 mg/0,5 cc maupun dosis 2, yaitu sebesar 37,5 mg/0,5 cc sama-sama dapat menurunkan kadar gula darah mencit DM tipe 2.

b. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam penurunan kadar gula darah mencit DM tipe 2 dengan dosis 1 maupun dosis 2, sehingga untuk mencapai efek yang diinginkan, konsumen dapat menggunakan salah satu dari kedua dosis tersebut.

c. Pemberian seduhan teh hijau (Camelia Sinensis), baik dosis 1 maupun dosis 2 tidak memiliki perbedaan yang signifikan secara statistik dalam hal perubahan berat badan pada mencit DM tipe 2, namun secara klinis terjadi perbaikan berat badan pada kedua kelompok.

d. Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam perbaikan berat badan mencit DM tipe 2 dengan dosis 1 maupun dosis 2, sehingga untuk mencapai efek yang diinginkan, konsumen dapat menggunakan salah satu dari kedua dosis tersebut.

6.2 Saran

Peneliti kemudian mengemukakan beberapa saran berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan, di antaranya:

a. Untuk penelitian selanjutnya, dianjurkan peneliti lebih memrhatikan perkembangan sampel penelitian baik dalam hal kebersihan kandang sampai ke pemberian makannya.

Gambar

Tabel 5.1.2 Berat Badan Mencit DM Tipe 2 Pada Kelompok Kontrol dan  Kelompok Perlakuan  Kelompok  Berat Badan Pre test  Mean +/- SD  Post Test H-14 Mean +/- SD  Post Test H-28 Mean +/- SD  P value  P0  P1  P2  36,2 +/- 1,64 34 +/- 3 36,2 +/- 2,8  32,6 +/-
Tabel  5.1.3  Perbedaan  Rerata  Kadar  Gula  Darah  Mencit  DM  Tipe  2  Pada  Kelompok Perlakuan P1 dan P2

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan: Terdapat hubungan antara kecemasan dengan kadar gula darah penderita DM tipe 2 di RSUD Salatiga.. Kata kunci : Kecemasan, kadar gula darah, DM

Diabetes Mellitus Tipe 2 (DM Tipe 2) adalah penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat penurunan sekresi insulin oleh sel beta

Penelitian ini bertujuaan untuk mengetahui : 1) pengaruh pemberian ekstrak daun sirih merah terhadap penurunan kadar gula darah mencit , 2) dosis ekstrak sirih merah yang

Hubungan IMT dengan Kadar Gula Darah Penderita DM Tipe 2 Diabetes melitus terjadi pada orang yang memiliki status gizi gemuk atau tidak gemuk.. Namun sebagian besar DM tipe 2

Data kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak statistik dan disajikan dalam bentuk tabel 2x2 dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan antara tes

Penelitian yang dilakukan oleh Josiah Obaghwarhievwo Adjene dkk mengenai pengaruh konsumsi soft drink dengan dosis 50 ml/tikus/hari secara kronis pada

1) Kelompok pemberian ranitidin pada metanol dosis bertingkat tampak lebih sedikit sel tubulus proksimal ginjal tikus wistar yang nekrosis dibandingkan kelompok pemberian

Pasien DM tipe 2 tidak mampu menggunakan atau menyimpan sebagian besar gula yang diserap dari makanan, sehingga gula tersebut tetap berada dalam darah, dan gula dalam