• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN

HIPOTESIS

3.1. Kerangka Teori

Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian.7,12,13,27

Patogenesis Inhalasi MTB makrofag replikasi giant cell tuberkel kalsifikasi pecah migrasi KGB Definisi Inflamasi KGB yang disebabkan oleh MTB Manifestasi Klinis a. keras, mobile, terpisah b. kenyal dan terfiksasi c. central softening d. collar stud abses e. sinus tract formation

Limfadenitis TB Diagnosis Etiologi Mycobacterium tuberculosis Pem. mikrobiologi Sistem skoring Tes Tuberkulin Pem. sitologi Xpert MTB/RIF Tatalaksana 2RHZE/4RH

(2)

V. independen V. dependen

3.2. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dibahas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Gambar 3.2. Kerangka Konsep Penelitian.

3.3. Hipotesis

Ada hubungan antara tes Tuberkulin dengan pasien limfadenitis TB anak di RSUP HAM Medan periode 2012-2015.

(3)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik dengan desain penelitian cross sectional karena pengukuran hanya dilakukan satu kali dan tanpa disertai follow up.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu penelitian

Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih 6 bulan yang dimulai sejak bulan April 2016 hingga November 2016.Waktu pengambilan data direncanakan berlangsung dari bulan Agustus sampai Oktober 2016.

4.2.2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP HAM Medan.

4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi

Populasi yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh pasien pembesaran KGB anak di RSUP HAM Medan dari tanggal 1 Januari 2012 sampai 31 Desember 2015.

4.3.2. Sampel

Metode sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode

total sampling yaitu seluruh pasien pembesaran KGB anak di RSUP HAM Medan

dalam kurun waktu 1 Januari 2012 – 31 Desember 2015. Selain itu, sampel yang diambil harus memenuhi kriteria inklusi dan tidak masuk dalam kriteria eksklusi selama berlangsungnya penelitian.

Kriteria inklusi dan eksklusi dalam pemilihan sampel ini adalah: 1. Kriteria inklusi

(4)

b. Melakukan tes Tuberkulin. c. Melakukan pemeriksaan sitologi.

d. Semua pasien anak yang menderita pembesaran KGB. 2. Kriteria eksklusi

a. Data rekam medis yang tidak lengkap.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan merupakan data sekunder yang diambil dari rekam medis di RSUP HAM Medan dalam kurun waktu 1 Januari 2012 – 31 Desember 2015.

4.5. Pengolahan dan Analisis Data 4.5.1. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut: 1. Editing, untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.

2. Coding, memberi kode secara manual sebelum diolah dengan komputer. 3. Entry, memasukkan data ke dalam program komputer.

4. Cleaning data, memeriksa data yang telah dimasukkan ke dalam komputer agar dapat menghindari terjadinya kesalahan pemasukan data.

5. Saving, penyimpanan data. 6. Analisis data.

4.5.2. Analisis data

Data kemudian diolah dengan menggunakan perangkat lunak statistik dan disajikan dalam bentuk tabel 2x2 dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan antara tes Tuberkulin dengan Limfadenitis TB pada pasien anak dan menghitung nilai diagnostik tes Tuberkulin.

Analisis data yang dimaksud adalah analisis bivariat. Analisis bivariat digunakan untuk menyatakan analisis terhadap dua variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Pada analisis bivariat digunakan Fisher’s Exact

test karena jumlah sampel sedikit dan terdapat nilai expected kurang dari 5.29

(5)

a. Variabel dependen berupa kejadian Limfadenitis TB (nominal) b. Variabel independen berupa hasil tes Tuberkulin (nominal)

4.6. Definisi Operasional

a. Tes Tuberkulin

1. Definisi : Tes yang digunakan untuk melihat reaksi hipersensitivitas terhadap MTB dan kemudian diukur besarnya indurasi. 2. Cara ukur : Observasi

3. Alat ukur : Rekam medis

4. Hasil ukur : -Tes Tuberkulin positif apabila kriterianya sesuai dengan Tabel 2.1.

-Tes Tuberkulin negatif apabila kriterianya tidak sesuai dengan Tabel 2.1.

5. Skala ukur : Nominal b. Limfadenitis Tuberkulosis

1. Definisi : Inflamasi KGB yang disebabkan oleh bakteri MTB. 2. Cara ukur : Observasi

3. Alat ukur : Rekam medis

4. Hasil ukur : -Limfadenitis Tuberkulosis positif apabila pada pemeriksaan sitologi ditemukan adanya nekrosis kaseosa, sel epiteloid, dan atau sel giant tipe Langhan.

-Limfadenitis Tuberkulosis negatif apabila pada pemeriksaan sitologi tidak ditemukan adanya nekrosis kaseosa dan sel epiteloid.

(6)

Tabel 4.1. Definisi operasional No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Tes Tuberkulin Tes yang digunakan untuk melihat reaksi hipersensitivitas terhadap MTB. Observasi Rekam medis Positif Negatif Nominal 2. Limfadenitis Tuberkulosis Inflamasi KGB yang disebabkan oleh bakteri MTB Observasi Rekam medis Positif Negatif Nominal

4.7. Alur Penelitian

Gambar 4.1. Alur Penelitian Menentukan sampel Pengambilan data rekam medis Identifkasi karakteristik Usia Uji statistik

(7)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP HAM Medan di bagian Instalasi Rekam Medis. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit pemerintah yang masuk dalam kategori rumah sakit kelas A. RSUP HAM Medan juga merupakan jenis rumah sakit pendidikan sehingga peneliti dapat melakukan penelitian di rumah sakit ini.

5.1.2. Deskripsi Data Penelitian

Penelitian dilakukan dengan mengambil data sekunder, yaitu data yang dikategorikan dalam kasus pembesaran KGB anak-anak (0-19 tahun) dari 2012 sampai 2015. Jumlah kasus yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah 27 kasus dan kasus yang termasuk limfadenitis TB berjumlah 22 kasus. Data yang diambil berupa usia, jenis kelamin, tahun kunjungan, dan hasil tes Tuberkulin.

5.1.3. Distribusi kejadian limfadenitis TB berdasarkan rentang usia

Berikut adalah persentase frekuensi kejadian limfadenitis TB berdasarkan rentang usia.

Tabel 5.1. Frekuensi kejadian limfadenitis TB berdasarkan rentang usia

Usia Limfadenitis TB Positif Negatif N % N % 0-4 tahun 7 31,8 1 20 5-9 tahun 4 18,2 4 80 10-14 tahun 10 45,5 0 0 15-19 tahun 1 4,5 0 0 Total 22 100 5 100

(8)

Berdasarkan tabel 5.1., dari 22 pasien yang didiagnosis dengan limfadenitis TB, frekuensi terbanyak berada pada rentang usia 10-14 tahun yaitu 10 orang (45,5%), diikuti dengan rentang usia 0-4 tahun yaitu 7 orang (31,8%), rentang usia 5-9 tahun yaitu 4 orang (18,2%), dan rentang usia 15-19 tahun yaitu 1 orang (4,5%). Dari 5 pasien yang didiagnosis dengan pembesaran KGB lainnya, didapatkan frekuensi terbanyak pada rentang usia 5-9 tahun yaitu 4 orang (80%), diikuti dengan rentang usia 0-4 tahun yaitu 1 orang (20%). Pada penelitian ini, tidak ditemukan adanya pasien pada rentang usia 10-14 tahun dan 15-19 tahun.

5.1.4. Distribusi kejadian limfadenitis TB berdasarkan jenis kelamin

Berikut adalah persentase frekuensi kejadian limfadenitis TB berdasarkan jenis kelamin.

Tabel 5.2. Frekuensi kejadian limfadenitis TB berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Limfadenitis TB Positif Negatif N % N % Laki-laki 11 50 4 80 Perempuan 11 50 1 20 Total 22 100 5 100

Berdasarkan tabel 5.2., dari 22 pasien yang didiagnosis dengan limfadenitis TB, perbandingan jumlah pasien laki-laki dan perempuan adalah sama. Pasien laki-laki dan perempuan masing-masing berjumlah 11 orang. Dari 5 pasien yang didiagnosis dengan pembesaran KGB lainnya, 4 orang (80%) adalah laki-laki dan 1 orang (20%) adalah perempuan.

5.1.5. Distribusi kejadian limfadenitis TB berdasarkan tahun kunjungan

Berikut adalah persentase frekuensi kejadian limfadenitis TB berdasarkan tahun kunjungan.

(9)

Tabel 5.3. Frekuensi kejadian limfadenitis TB berdasarkan tahun kunjungan Tahun Kunjungan Limfadenitis TB Positif Negatif N % N % 2012 2 9,1 0 0 2013 8 36,3 2 40 2014 11 50 2 40 2015 1 4,6 1 20 Total 22 100 5 100

Berdasarkan Tabel 5.3., dari 22 pasien yang didiagnosis dengan limfadenitis TB, kasus terbanyak terjadi pada tahun 2014 yaitu 11 orang (50%), diikuti dengan tahun 2013 yaitu 8 orang (36,3%), tahun 2012 yaitu 2 orang (9,1%) dan selanjutnya tahun 2015 yaitu 1 orang (4,6%). Dari 5 pasien yang didiagnosis dengan pembesaran KGB lainnya, kasus terbanyak terjadi pada tahun 2013 dan 2014 yaitu 2 orang (40%), tahun 2015 berjumlah 1 orang (20%) dan tidak ditemukan sampel pada tahun 2012.

5.1.6. Distribusi kejadian limfadenitis TB berdasarkan hasil tes Tuberkulin

Berikut adalah persentase frekuensi kejadian limfadenitis TB berdasarkan hasil tes Tuberkulin.

Tabel 5.4.Frekuensi kejadian limfadenitis TB berdasarkan hasil tes Tuberkulin

Tes Tuberkulin Limfadenitis TB Positif Negatif N % N % Positif 9 40,9 0 0 Negatif 13 59,1 5 100 Total 22 100 5 100

(10)

Berdasarkan Tabel 5.4., dari 22 pasien yang didiagnosis limfadenitis TB dengan pemeriksaan sitologi, 9 orang menunjukkan hasil tes Tuberkulin yang positif (40,9%) dan 13 orang menunjukkan hasil tes Tuberkulin yang negatif (59,1%). Dari 5 pasien yang didiagnosis dengan pembesaran KGB lainnya, semua pasien menunjukkan hasil tes Tuberkulin yang negatif (100%).

5.1.7. Hasil analisis data

Berikut adalah hasil analisis hubungan tes Tuberkulin dengan limfadenitis TB.

Tabel 5.5. Hubungan tes Tuberkulin dengan kejadian limfadenitis TB Tes Tuberkulin

Limfadenitis TB

Total p-value

Positif Negatif

Positif 9(a) 0(b) 9(a+b)

0,136

Negatif 13(c) 5(d) 18(c+d)

Total 22(a+c) 5(b+d) 27(a+b+c+d)

Tabel 5.5. menunjukkan bahwa hasil perhitungan antara hubungan tes Tuberkulin dengan limfadenitis TB yang diperoleh dari Fisher’s exact test menghasilkan p-value 0,136 (p>0,05). Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara tes Tuberkulin dengan limfadenitis TB anak.

Perhitungan sensitivitas, spesifisitas, Positive Predicted Value (PPV),

Negative Predicted Value (NPV), Positive Likelihood Ratio (LR+), Negative Likelihood Ratio (LR-), dan prevalens adalah sebagai berikut.

Sensitivitas = 𝐴 𝐴+𝐶 = 9 9+13 = 40,9% PPV = 𝐴 𝐴+𝐵 = 9 9+0 = 100% Spesifisitas = 𝐷 𝐵+𝐷 = 5 0+5 = 100% NPV = 𝐷 𝐶+𝐷 = 5 13+5 = 27,8% LR+ = 𝐴 𝐴+𝐶 : 𝐵 𝐵+𝐷 = 9 9+13: 0 0+5 = ∞ Prevalens = 𝐴+𝐶 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = 22 27 = 81,5% LR- = 𝐶 𝐴+𝐶 : 𝐷 𝐵+𝐷 = 13 9+13 : 5 0+5 = 0,591

(11)

5.2. Pembahasan

Berdasarkan frekuensi kejadian limfadenitis TB terhadap usia, frekuensi terbanyak penderita limfadenitis TB adalah kelompok usia 10-14 tahun dengan jumlah pasien 11 orang (45,5%) dan diikuti dengan kelompok usia 0-4 tahun yaitu 7 orang (31,8%). Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Coetzee di Afrika Selatan dimana pasien limfadenitis TB paling banyak dijumpai pada usia 0-4 tahun yaitu 54 orang (75%)11. Perbedaan ini mungkin disebabkan karena penduduk Afrika Selatan mempunyai angka kejadian Acquired Immune

Deficiency Syndrome (AIDS) yang tergolong tinggi, sehingga bayi yang baru lahir

memiliki tingkat imunitas yang lebih rendah.

Pada penelitian ini, tidak ditemukan adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam penyakit limfadenitis TB. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan Vijayasekaran di India dengan jumlah sampel 62 orang penderita limfadenitis TB. Hasil penelitiannya mengungkapkan jumlah pasien laki-laki adalah 33 orang (53,2%) dan jumlah pasien perempuan adalah 29 orang (46,8%).30 Penelitian ini juga tidak sejalan dengan laporan WHO dimana perbandingan antara penderita laki-laki dan perempuan pada kasus TB yang ditemukan adalah 7:5.1 Dari pembahasan yang telah dijabarkan, diketahui bahwa hubungan antara perbedaan jenis kelamin ini masih belum jelas dan dibutuhkan penelitian lebih lanjut.

Berdasarkan tabel 5.4., dari 22 pasien yang didiagnosis limfadenitis TB, 13 orang (59,1%) menunjukkan hasil tes Tuberkulin yang negatif dan 9 orang (40,9%) menunjukkan hasil tes Tuberkulin yang positif. Hasil ini sesuai dengan penelitian Henny Mulyani di Universitas Andalas, Padang dimana dari 26 orang yang didiagnosis limfadenitis TB dengan pemeriksaan sitologi, tes Tuberkulin menunjukkan hasil positif pada 8 orang (30,8%) sedangkan 18 pasien (69,2%) menunjukkan hasil negatif. Hasil tes negatif tersebut bukan berarti tidak terjadi infeksi MTB karena terdapat beberapa kondisi yang dapat mempengaruhi hasil tes Tuberkulin, contohnya pada pasien imunosupresif, status gizi atau adanya kesalahan dalam melakukan tes Tuberkulin.31

(12)

Berdasarkan hasil penelitian ini, tidak ada hubungan antara tes Tuberkulin dengan kejadian limfadenitis TB anak di RSUP HAM Medan dengan p-value = 0,136 (p>0,05). Nilai sensitivitas dan spesifisitas tes Tuberkulin dalam mendiagnosis limfadenitis TB adalah 40,9% dan 100%. Tidak ada penelitian sebelumnya yang dapat mendukung hasil ini.

Pada saat melakukan penelitian ini, peneliti mendapati beberapa kendala. Salah satunya adalah isi rekam medis RSUP HAM Medan yang kurang lengkap. Ada juga beberapa pasien yang tidak kembali untuk membaca tes Tuberkulinnya. Jumlah sampel yang didapatkan masih belum cukup untuk membuktikan adanya hubungan tes Tuberkulin dengan limfadenitis TB anak.

(13)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

1. Tidak ada hubungan yang bermakna secara statistik antara tes Tuberkulin dengan limfadenitis TB anak di RSUP HAM Medan Tahun 2012-2015 (p=0,136).

2. Kejadian limfadenitis TB pada anak di RSUP HAM Medan paling banyak ditemukan pada rentang usia 10-14 tahun.

3. Kejadian limfadenitis TB pada anak di RSUP HAM Medan mempunyai frekuensi distribusi yang sama antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan.

4. Kejadian limfadenitis TB pada anak di RSUP HAM Medan paling sering ditemukan pada tahun 2014.

5. Kejadian limfadenitis TB pada anak di RSUP HAM Medan lebih banyak menunjukkan hasil tes Tuberkulin yang negatif.

6. Nilai sensitivitas dan spesifisitas tes Tuberkulin dalam mendiagnosis limfadenitis TB adalah 40,9% dan 100%.

7. Nilai LR+ dan LR- tes Tuberkulin dalam mendiagnosis limfadenitis TB adalah ∞ dan 0,591.

8. Nilai PPV dan NPV tes Tuberkulin dalam mendiagnosis limfadenitis TB adalah 100% dan 27,8%.

9. Nilai prevalens penyakit limfadenitis TB di RSUP HAM Medan adalah 81,5%.

6.2. Saran

Dari seluruh proses penelitian yang telah dijalani oleh penulis dalam menyelesaikan penelitian ini, maka dapat diungkapkan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berperan dalam penelitian ini, yaitu :

(14)

1. Bagi tenaga kesehatan, agar mempertimbangkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes Tuberkulin, misalnya cara pemberian tes Tuberkulin yang benar, riwayat vaksinasi BCG, status gizi dan riwayat pemaparan terhadap bakteri MTB.

2. Penelitian serupa perlu dilakukan dengan menggunakan jumlah sampel yang lebih banyak untuk mendapatkan hubungan antara tes Tuberkulin dengan limfadenitis TB anak.

3. Bagi RSUP HAM Medan, khusunya instalasi rekam medis untuk lebih memperhatikan kelengkapan data rekam medis.

Gambar

Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian. 7,12,13,27
Tabel 4.1. Definisi operasional  No  Variabel  Definisi  Operasional  Cara  Ukur  Alat  Ukur  Hasil  Ukur  Skala Ukur  1

Referensi

Dokumen terkait

ABB Sakti Industri merupakan bagian integrasi dari ABB Group, perusahaan terkemuka di bidang teknologi kelistrikan dan otomatisasi yang membantu pelanggan di bidang energi dan

Pada unit produksi campuran beraspal jenis timbangan dan menerus dilengkapi dengan saringan panas yang berfungsi untuk menyaring agregat kedalam beberapa fraksi

Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian, jenis, proses persepsi dan faktor yang mempengaruhi persepsi b.. Mahasiswa

Pada satu sisi, praktisi penyiaran termasuk pengelola stasiun televisi swasta berupaya untuk menjaga program sebagai asset utama jualan mereka terhadap berbagai kemungkinan

a) Pengembangan Bahasa Arab. Pada Dinasti Umayyah, Bahasa arab dijadikan Bahasa resmi dalam tata usaha negara dan pemerintahan sehingga pembukuan dan surat-menyurat

Untuk menghadapi persaingan dengan jejaring sosial, layanan VoIP, serta layanan video call, penulis berpendapat akan jauh lebih efektif jika operator Seluler menyediakan layanan

Peningkatan kemampuan militer melalui pengembangan industri pertahanan pada bidang kedirgantaraan melalui pengembangan pesawat tempur yang dilakukan oleh Indonesia

Lampiran 17 Hasil pengujian formal dengan spesifikasi tren nilai rata-rata hasil evaluasi mata kuliah pada fakultas setiap tahun. Lampiran 18 Hasil pengujian non formal