• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Karet

Karet (Hevea brasiliensis) merupakan salah satu komoditas perkebunan. Tanaman karet berasal dari Brasil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan karet alam dunia. Sebagai penghasil lateks, tanaman karet merupakan satu-satunya yang dikebunkan secara besar-besaran. Devisa negara yang dihasilkan dari komoditas karet ini cukup besar.

Luas areal perkebunan karet di Indonesia pada tahun 2009 mencapai 3,435,417 Ha dengan total produksi 2,440,346 ton. Jumlah petani yang terlibat dalam usaha budidaya karet ini ini adalah 2,075,954 KK dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 195,325 orang. Volume ekspor komoditas karet pada tahun 2008 mampu menghasilkan devisa bagi negara sebesar US $ 6,056,572 dari total ekspor sebesar 2,295,456 ton (Ditjen Perkebunan, 2010).

2.1.2. Sumber Daya Manusia

Menurut Simanjuntak (1985), sumber daya manusia atau human resources mengandung dua pengertian. Pertama sumber daya manusia (SDM) mengandung pengertian usaha kerja atau jasa yang dapat diberikan dalam proses produksi. Dalam hal ini SDM mencerminkan kualitas usaha yang diberikan oleh seseorang dalam waktu tertentu untuk menghasilkan barang dan jasa. Pengertian kedua dari SDM menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk memberikan jasa atau

(2)

bernilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara fisik, kemampuan bekerja diukur dengan usia. Dengan kata lain, orang dalam usia kerja dianggap mampu bekerja. Kelompok penduduk dalam usia kerja tersebut dinamakan tenaga kerja atau

manpower.

Manajemen sumber daya manusia lebih memfokuskan mengenai pengaturan peranan manusia dalam mewujudkan tujuan yang optimal. Pengaturan itu meliputi masalah perencanaan (human resources planning), pengorganisasiaan, pengarahan, pengendalian, pengadaan, pengembangan, kompensasi, pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan, dan pemberhentian tenaga kerja untuk membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat. Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat (Hasibuan, 2005).

2.1.3. Produktivitas Kerja

Produktivitas kerja karyawan sangat diperlukan di dalam perusahaan perkebunan. Menurut Hasibuan (2005), produktivitas kerja adalah perbandingan antara output dengan input, dimana output-nya harus mempunyai nilai tambah dan teknik pengerjaannya yang lebih baik.

Produktivitas kerja = output input

Menurut Gomes (2003), produktivitas sangat dipengaruhi oleh faktor : 1. Knowledge

(3)

3. Abilities 4. Attitudes, dan 5. Behaviours

Produktivitas secara umum diartikan sebagai hubungan antara keluaran (barang-barang atau jasa) dengan masukan (pegawai, bahan, uang). Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Produktivitas mempunyai arti ukuran yang relatif nilai atau ukuran yang ditampilkan oleh daya produksi. Tohardi (2002), mengemukakan bahwa produktivitas kerja merupakan sikap mental. Sikap mental yang selalu mencari perbaikan terhadap apa yang telah ada. Suatu keyakinan bahwa seseorang dapat melakukan pekerjaan yang lebih baik hari ini daripada hari kemarin dan hari esok lebih baik hari ini.

Ada tiga aspek utama yang perlu ditinjau dalam menjamin produktivitas yang tinggi, yaitu: (1) aspek kemampuan manajemen tenaga kerja, (2) aspek efisiensi tenaga kerja, (3) aspek kondisi lingkungan pekerjaan. Ketiga aspek tersebut saling terkait dan terpadu dalam suatu sistem dan dapat diukur dengan berbagai ukuran yang relatif sederhana (Singodimedjo, 2000). Dalam kaitannya dengan karyawan, maka produktivitas karyawan merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta karyawan per satuan waktu. Faktor manusia telah menjadi fokus penghargaan dunia sejak abad ke-18 yang populer dengan penerapan ilmu perilaku manusia, oleh karena itu produktivitas tidak dilihat sebagai konsep produksi dan ekonomi saja, yang melupakan kepentingan tenaga kerja dan lingkungan.

Menurut Cascio (dalam Wignjososoebroto, 2008) definisi produktivitas kerja adalah sebagai pengukuran output berupa barang atau jasa dalam

(4)

hubungannya dengan input yang berupa karyawan, modal, materi atau bahan baku dan peralatan.

Menurut Sutrisno (2009), mengemukakan bahwa produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta pegawai per satuan waktu. Peran serta tenaga kerja disini adalah penggunaan sumber daya serta efisiensi dan efektif.

Produktivitas kerja = output input

Dimana output adalah hasil yang dicapai oleh pekerja dan input adalah satuan waktu (HKP). Perhitungan jumlah HKP tenaga kerja adalah sebagai berikut :

Jumlah HKP = Jumlah orang x Jumlah hari kerja x jumlah jam kerja

8 x 1 HKP

Dari defenisi-defenisi tersebut di atas, penulis menyimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah suatu ukuran daripada hasil kerja atau kinerja seseorang dengan proses input sebagai masukan dan output sebagai keluarannya yang merupakan indikator daripada kinerja karyawan dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai hasil yang tinggi.

(5)

2.2. Landasan Teori

2.2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja yaitu : 1. Umur

Peningkatan tingkat partisipasi kerja dipengaruhi oleh faktor umur dan pada dasarnya dipengaruhi oleh dua hal yaitu :

(1) Semakin tinggi tingkat umur, semakin kecil proporsi penduduk yang bersekolah. Dengan kata lain proporsi penduduk yang sedang bersekolah dalam kelompok umur muda lebih besar dari pada proporsi penduduk yang sedang bersekolah dalam kelompok umur dewasa. Dengan demikian, TPK (tingkat proporsi kerja) pada kelompok umur dewasa lebih besar daripada TPK pada kelompok umur yang lebih muda (Simanjuntak, 1985). Jadi, semakin bertambah umur, maka produktivitas kerja semakin meningkat. Dengan demikian faktor umur berhubungan positif terhadap produktivitas kerja.

(2) Semakin tua seseorang, tanggung jawabnya terhadap keluarga menjadi semakin besar. Banyak penduduk dalam usia muda terutama yang belum kawin menjadi tanggungan orang tuanya, walaupun bukan sedang bersekolah. Sebaliknya orang yang lebih dewasa, terutama yang sudah kawin, pada dasarnya harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya (Simanjutak, 1985). Jadi, semakin tua umur seseorang, maka produktivitas kerja semakin meningkat. Dengan demikian faktor umur berhubungan positif terhadap produktivitas kerja.

2. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan bagi tenaga kerja akan memberikan pengetahuan bukan saja yang langsung dengan pelaksanaan tugas pekerjaan, akan tetapi juga

(6)

landasan untuk mengembangkan diri serta kemampuan memanfaatkan semua sarana untuk kelancaran tugas atau pekerjaan. Pencapaian pendidikan akan membentuk dan menambah pengetahuan seseorang untuk mengerjakan sesuatu dengan lebih cepat dan tepat. Jadi, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi tingkat produktivitasnya (Simanjuntak, 1985). Dengan demikian faktor tingkat pendidikan berhubungan positif terhadap produktivitas kerja.

3. Jumlah Tanggungan

Untuk menunjang kebutuhan hidup seorang karyawan, maka seorang karyawan termotivasi untuk meningkatkan kinerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup atau beban tanggungannya. Produktivitas dipengaruhi oleh banyak faktor seperti tingkat gizi, kesehatan, jumlah keluarga yang ditanggung karyawan. Namun bagi karyawan yang berpenghasilan kecil, kesehatan dan jumlah tanggungan keluarga merupakan faktor penting untuk memotivasi peningkatan produktivitas kerja (Simanjuntak, 1985). Jadi, semakin banyak jumlah tanggungan, maka produktivitas kerja semakin meningkat. Dengan demikian jumlah tanggungan berhubungan positif dengan produktivitas kerja.

4. Pengalaman Kerja

Pengalaman kerja merupakan salah satu penentu dalam memberikan penghasilan seseorang dalam bekerja, dimana masa kerja diukur berdasarkan lamanya waktu seseorang melaksanakan tugasnya sesuai dengan bidang yang ditekuni. Semakin lama seseorang bekerja dapat disimpulkan bahwa keterampilan dan keahlian yang dimiliki semakin baik dan meningkat, sebab pengalaman yang telah dimiliki dalam menyelesaikan tugas dapat terselesaikan dengan baik

(7)

(Manullang, 1984). Kata “produktivitas kerja” dapat diartikan sebagai seseorang yang semakin lama dapat menguasai bidang pekerjaan yaitu berarti produktivitas kerjanya akan meningkat, dan sebaliknya apabila seseorang yang dengan masa kerja kurang berpengalaman biasanya produktivitas kerjanya rendah (Andrianto, 2014). Dengan demikian pengalaman kerja berhubungan positif terhadap produktivitas kerja.

5. Upah

Besar kecilnya upah yang diberikan perusahaan kepada para pekerjanya akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat produktivitas kerja karyawan. Saat seorang pekerja merasa nyaman dengan upah yang diterima, maka produktivitas dalam bekerja diharapkan akan meningkat. Upah yang nyaman dalam hal ini dapat diartikan upah yang wajar, yakni dapat memungkinkan pekerja memenuhi kebutuhannya secara manusiawi. Sehingga ketika penghasilan cukup, akan menimbulkan konsentrasi kerja dan mengarahkan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan produktivitas (Kurniawan, 2010). Jadi, semakin tinggi tingkat upah, maka semakin tinggi produktivitas kerja. Dengan demikian tingkat upah berhubungan positif terhadap produktivitas kerja.

6. Premi

Premi adalah imbalan yang diperoleh pekerja apabila telah melampaui batas ketentuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan Premi ini diberikan agar karyawan dapat memotivasi dirinya untuk menghasilkan produktivitas yang tinggi (Panggabean, 2002). Jadi, semakin tinggi premi yang diterima, maka semakin tinggi produktivitas kerja. Dengan demikan premi berhubungan positif terhadap

(8)

2.3. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja Karyawan Pemanen dan Pemupuk di PT. Perkebunan Nusantara IV Sawit Langkat di Daerah Kecamatan Padang Tualang, Kabupaten Langkat” oleh Manurung (2013) menunjukkan hasil penelitian bahwa produktivitas tenaga kerja karyawan pemanen dan pemupuk rata-rata setiap bulan tinggi sebesar 34787,58 Kg/HKP dan 1,6 Ha/HKP. Produktivitas tenaga kerja pemanen dipengaruhi secara negatif dan tidak nyata oleh faktor umur. Sedangkan tingkat pendidikan, jumlah tanggungan dan pengalaman kerja dipengaruhi secara positif dan tidak nyata. Produktivitas tenaga kerja pemanen dipengaruhi secara positif dan nyata oleh premi. Produktivitas tenaga kerja pemupuk dipengaruhi secara positif dan tidak nyata oleh faktor umur, jumlah tanggungan, pengalaman kerja, tingkat pendidikan dan premi.

Berdasarkan penelitian Andrianto (2014) yang berjudul “Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja pada Home Industri Sepatu Kota Surabaya di UKM Home Industri Sepatu UD. Perkasa Surabaya” menunjukkan bahwa faktor usia, pengalaman kerja, beban tanggungan dan upah berpengaruh positip terhadap produktivitas kerja. Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap variabel terikat Y (produktivitas kerja) adalah variabel upah.

Berdasarkan penelitian Amron (2009) yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Produktivitas Tenaga Kerja pada Outlet Telekomunikasi Seluler Kota Makassar” menunjukkan bahwa faktor pengalaman kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap peningkatan produktivitas

(9)

tenaga kerja, sedangkan faktor keterampilan, pemberian insentif dan jenis kelamin tidak menunjukkan adanya perbedaan produktivitas tenaga kerja yang signifikan.

2.4.Kerangka Pemikiran

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan penyadap adalah umur, tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, jumlah tanggungan, tingkat upah dan premi. Salah satu untuk meningkatkan kinerja pekerja, perusahaan perlu memberikan penghargaan yaitu salah satunya dengan cara memberikan premi.

Skema kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan penyadap karet dapat dilihat sebagai berikut

: Menyatakan pengaruh

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Karyawan Penyadap Karet

Produktivitas Kerja Karyawan Penyadap Karet Umur Tingkat pendidikan Pengalaman bekerja Jumlah tanggungan Upah Premi

(10)

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa faktor umur, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan, pengalaman bekerja, upah, dan premi berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan penyadap karet di PTPN II Kebun Limau Mungkur.

Gambar

Gambar 2.1. Skema Kerangka Pemikiran Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi  Produktivitas Karyawan Penyadap Karet

Referensi

Dokumen terkait

Policijski pogajalci so v reševanje krizne situacije vključeni šele kasneje, pogajanja z osebo prevzamejo ali pa policistom nudijo pomoč z nasveti, kar je razvidno tudi iz

Berdasarkan hasil pengujian pengaruh secara parsial dengan uji t dengan nilai t hitung pada variabel pelaksanaan layanan home visit terhadap hasil belajar siswa lebih besar

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemberian Pakan

Wacana jenis eksposisi banyak ditemui, karena teks eksposisi ini sendiri merupakan teks yang memaparkan informasi baru kepada pembaca dengan ciri-ciri adanya

TOTO menyatakan bahwa mencatatkan penjualan yang relatif sama dengan tahun lalu merupakan hal yang baik.. Sebagai informasi, TOTO pada tahun 2019 mencatatkan penjualan

1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dijelaskan pengertian Pegawai Negeri Sipil adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan,

Hasil penelitian ini menunjukkan beberapa problem dalam penyusunan analisis beban kerja di Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Sulawesi Selatan khususnya dalam

Adapun proses-proses dari ekstraksi metalurgi / ekstraksi logam itu sendiri antara lain adalah pyrometalurgy (proses ekstraksi yang dilakukan pada temperatur