• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PRAJABATAN GOLONGAN III"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

MODUL PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

PRAJABATAN GOLONGAN III

Drs. Suradji, MA

Lembaga Administrasi Negara - Republik Indonesia 2006

(2)

Hak Cipta ©©© Pada : Lembaga Administrasi Negara © Edisi Tahun 2006

Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia Jl. Veteran No. 10 Jakarta 10110

Telp. (62 21) 3868201, Fax. (62 21) 3800188

Manajemen Kepegawaian Negara

Jakarta – LAN – 2006 101 hlm: 15 x 21 cm

ISBN: 979 – 8619 – 84 –6

iii

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional 2005 – 2009 telah menetapkan bahwa visi pembangunan nasional adalah: (1) terwujudnya kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang aman, bersatu, rukun dan damai; (2) terwujudnya masyarakat, bangsa, dan negara yang menjunjung tinggi hukum, kesetaraan dan hak asasi manusia; serta (3) terwujudnya perekonomian yang mampu menyediakan kesempatan kerja dan penghidupan yang layak serta memberikan pondasi yang kokoh bagi pembangunan yang berkelanjutan. Untuk mewujudkan visi ini, mutlak diperlukan peningkatan kompetensi Pegawai Negeri Sipil (PNS), khususnya para Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang akan menjadi PNS. PNS memainkan peran dan tanggungjawabnya yang sangat strategis dalam mendorong dan mempercepat perwujudan visi tersebut.

Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan PNS mengamanatkan bahwa Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) Prajabatan dilaksanakan untuk memberikan pengetahuan dalam rangka pembentukan wawasan kebangsaan, kepribadian dan etika PNS, disamping pengetahuan dasar tentang sistem penyelenggaraan pemerintahan negara, bidang tugas, dan budaya organisasi agar mampu melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai pelayan masyarakat. Untuk mewujudkan PNS yang memiliki kompetensi sesuai dengan amanat PP 101 Tahun 2000 maka seorang CPNS harus mengikuti dan lulus Diklat Prajabatan sebagai syarat untuk dapat diangkat menjadi PNS.

(3)

Untuk mempercepat upaya meningkatkan kompetensi tersebut, Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah menetapkan kebijakan desentralisasi dengan pengendalian kualitas dengan standar tertentu dalam penyelenggaraan Diklat Prajabatan. Dengan kebijakan ini, jumlah penyelenggaraan dapat lebih menyebar disamping jumlah alumni yang berkualitas dapat meningkat pula. Standarisasi meliputi keseluruhan aspek penyelenggaraan Diklat, mulai dari aspek kurikulum yang meliputi rumusan kompetensi, mata Diklat dan strukturnya, metode dan skenario pembelajaran dan lain-lain sampai pada aspek administrasi seperti persyaratan peserta, administrasi penyelenggaraan, dan sebagainya. Dengan standarisasi ini, maka kualitas penyelenggaraan dan alumni diharapkan dapat lebih terjamin.

Salah satu unsur Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan yang mengalami penyempurnaan antara lain modul atau bahan ajar untuk para peserta. Oleh karena itu, kami menyambut baik penerbitan modul yang telah disempurnakan ini, sebagai antisipasi dari perubahan lingkungan stratejik yang cepat dan luas diberbagai sektor. Dengan kehadiran modul ini, kami mengharapkan agar peserta Diklat dapat memanfaatkannya secara optimal, bahkan dapat menggali keluasan dan kedalaman substansinya bersama melalui diskusi sesama dan antar peserta dengan fasilitator para Widyaiswara dalam proses kegiatan pembelajaran selama Diklat berlangsung.

Kepada penulis dan seluruh anggota Tim yang telah berpartisipasi, kami haturkan terima kasih. Semoga buku hasil perbaikan ini dapat dipergunakan sebaik-baiknya.

Jakarta, Desember 2006 KEPALA

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SUNARNO

v

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Deskripsi Singkat... 1

B. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)... 2

C. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)... 3

BAB II POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN ... 4

A. Umum ... 4

B. Pengertian Pegawai Negeri Sipil ... 5

C. Kedudukan, Tugas dan Fungsi PNS ... 6

D. Hak ... 8

E. Peraturan Disiplin PNS... 13

F. Keanggotaan PNS Sebagai Anggota Korpri... 19

G. Susunan Anggota Korpri ... 24

H. Panca Prasetya Korpri ... 24

(4)

BAB III SISTEM REKRUITMEN PNS ... 27

A. Formasi Pegawai Negeri Sipil ... 27

B. Pengadaan Pegawai Negeri Sipil ... 29

BAB IV SISTEM PENEMPATAN... 36

A. Pegawai Baru ... 36

B. Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil... 37

C Kenaikan Pangkat PNS... 41

BAB V SISTEM KARIR PNS ... 51

A. Arti Pentingnya Pola Karir ... 51

B. Konsep Pola Karir... 52

C. Kebijakan Pembinaan PNS ... 56

D. Pengangkatan Dalam Jabatan Struktural ... 58

BAB VI SISTEM PENGGAJIAN DAN PENGHARGAAN PNS ... 66

A. Penggajian PNS ... 66

B. Penghargaan PNS ... 68

BAB VII SISTEM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PNS ... 70

A. Arti Pentingnya Diklat PNS... 70

B. Tujuan Diklat Jabatan ... 71

C. Jenis dan Jenjang Diklat PNS ... 73

D. Peserta Diklat... 75

E. Penyelenggaraan Diklat... 75

BAB VIII SISTEM PEMBERHENTIAN PNS ... 77

A. Pemberhentian PNS Atas Permintaan Sendiri... 78

B. Pemberhentian Karena Telah Mencapai Batas Usia Pensiun ... 78

C. Pemberhentian Karena Adanya Penyederhanaan Organisasi ... 80

D. Pemberhentian Karena Melakukan Pelanggaran Tindak Pidana/Penyelewengan ... 80

E. Pemberhentian Karena Tidak Cakap Jasmani atau Rohani ... 81

F. Pemberhentian Karena Meninggalkan Tugas... 81

G. Pemberhentian Karena Meninggal Dunia... 82

H. Pemberhentian Karena Hal-hal Lain ... 82

LATIHAN ... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 90

(5)
(6)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Deskripsi Singkat

Bagi warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan yang berlaku mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih dan diangkat sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Berbagai persyaratan untuk menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil antara lain lulus mengikuti serangkaian tes yang diadakan oleh suatu panitia seleksi masuk Calon Pegawai Negeri Sipil dalam suatu instansi pemerintah, baik tes tertulis maupun lisan. Setelah mengikuti serangkaian tes tersebut, dan peserta dinyatakan lulus, selanjutnya peserta diterima sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. Lebih lanjut, seorang Calon Pegawai Negeri Sipil untuk dapat diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil disyaratkan telah lulus Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan yang dilakukan oleh masing-masing instansi atau kerjasama dengan lembaga Diklat di lingkungan instansi Pemerintah, baik tingkat Pusat maupun Daerah.

Diklat Prajabatan Golongan III adalah salah satu Diklat Prajabatan yang diperuntukkan bagi Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan III yang akan diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil. Diklat ini dimaksudkan untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan pembentukan perilaku bagi

(7)

CPNS agar mempunyai kemampuan dan etika dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Tuntutan terhadap kemampuan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab dalam arti memahami tugas, fungsi, dan berbagai peraturan perundang-undangan di bidang Pemerintahan, di samping pengetahuan teknis lainnya. Secara khusus, Calon Pegawai Negeri Sipil sangat penting untuk memahami permasalahan Manajemen Kepegawaian Negara, dengan harapan seluruh CPNS memahami berbagai ketentuan perundang-undangan yang berlaku bagi Pegawai Negeri Sipil termasuk berbagai hak dan kewajibannya selama menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

Mata pelajaran ini membahas beberapa hal pokok dalam bidang Manajemen Kepegawaian Negara, yang mencakup hal-hal seperti Pengertian Pegawai Negeri Sipil, Kedudukan, Tugas, serta Fungsi Pegawai Negeri Sipil (PNS); Kewajiban dan Hak Pegawai Negeri; Sistem Rekruitmen Pegawai Negeri; Sistem Penggajian dan Penghargaan Pegawai Negeri; Sistem Karir Pegawai Negeri; Sistem Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri; dan Sistem Pemberhentian Pegawai Negeri, serta berbagai persoalan lain di bidang Kepegawaian.

B.

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Peserta Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III, diharapkan setelah mengikuti pelatihan ini mampu memahami berbagai ketentuan di bidang kepegawaian yang berkaitan dengan tugas, fungsi, hak, dan kewajiban Pegawai Negeri.

C.

Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Setelah mengikuti pembelajaran ini peserta diharapkan mampu menjelaskan :

1. Pengertian Pegawai Negeri;

2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Pegawai Negeri; 3. Hak dan Kewajiban Pegawai Negeri;

4. Sistem Rekruitmen;

5. Sistem Penempatan Pegawai Negeri; 6. Sistem Penggajian dan Penghargaan; 7. Sistem Karir Pegawai Negeri;

8. Sistem Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri; 9. Sistem Pemberhentian Pegawai Negeri.

(8)

BAB II

POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN

A.

Umum

Pegawai Negeri sebagai unsur aparatur negara dan abdi masyarakat, mempunyai peran yang amat penting dalam rangka menciptakan masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan bermoral tinggi yang menyelenggarakan pelayanan secara adil dan merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetiaan kepada Pancasila dan Undang Undang Dasar Tahun 1945. Kesemuanya itu dalam rangka mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.

Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut diperlukan Pegawai Negeri Sipil yang berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan dan pembangunan, serta bersih dan bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme.

Pengertian Manajemen Kepegawaian Negara.

Sebelum menjelaskan pengertian tentang Pegawai Negeri Sipil maka perlu dijelaskan tentang pengertian Manajemen Kepegawaian Negara.

Manajemen Kepegawaian Negara dalam buku ini adalah proses dan prosedur tertentu dibidang kepegawaian yang mencakup

kegiatan-kegiatan penerimaan, penempatan, penggajian, promosi, penilaian kinerja, dan pemberhentian Pegawai Negeri, di lingkungan instansi Pemerintah.

Dalam rangka menjamin kelancaran penyelenggaraan kebijaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil , dibentuklah Badan Kepegawaian Negara (BKN), yang mencakup kegiatan perencanaan, pengembangan kualitas sumber daya Pegawai Negeri Sipil dan administrasi kepegawaian, pengawasan dan pengendalian, penyelenggaraan dan pemeliharaan informasi kepegawaian, perumusan kebijaksanaan kesejahteraan Pegawai Negeri Sipil , serta memberikan bimbingan teknis kepada unit organisasi yang menangani kepegawaian pada instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (pasal 34 ayat (1) dan ayat (2) UU Nomor 43 Tahun 1999).

Selanjutnya untuk kelancaran pelaksanaan manajemen Pegawai Negeri Sipil di Daerah maka dibentuk Badan Kepegawaian Daerah (BKD), yang merupakan perangkat Daerah yang dibentuk oleh Kepala Daerah (pasal 34 A UU Nomor 43 Tahun 1999), yang kemudian diatur dalam peraturan pelaksanaan yaitu Keputusan Presiden Nomor 159 Tahun 2000 tentang Pedoman Pembentukan Badan Kepegawaian Daerah. Keputusan Presiden tersebut diamanatkan kepada seluruh Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota untuk membentuk Badan Kepegawaian Daerah.

B.

Pengertian Pegawai Negeri

(9)

1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dijelaskan pengertian Pegawai Negeri Sipil adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yarg berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

C.

Kedudukan Tugas, dan Fungsi

Pegawai Negeri Sipil berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam menyelenggarakan tugas negara, pemerintahan, dan pembangunan.

Dalam kedudukan dan tugas tersebut, Pegawai Negeri Sipil harus netral dari pengaruh semua Golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Untuk menjamin netralitas dimaksud, Pegawai Negeri Sipil dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik. Selanjutnya, sebagaimana dinyatakan dalam Undang Undang Nomor 8 tahun 1974 jo Undang Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dinyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil terdiri dari:

1.Pegawai Negeri Sipil (PNS);

2.Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI); dan

3.Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI). Pegawai Negeri Sipil (PNS) sendiri terdiri dari :

1. Pegawai Negeri Sipil Pusat, yaitu :

a. Pegawai Negeri Sipil Pusat adalah PNS yang gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapat an dan Belanja Negara (APBN) dan bekerja pada Departemen, Lembaga Non Departemen. Kesekretariatan Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara, Instansi Pusat yang ada di Daerah-Daerah, dan kepaniteraan Pengadilan.

b. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang bekerja pada Perusahaan Jawatan.

c. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang diperbantukan atau dipekerjakan pada Daerah Otonomi.

d. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan diperbantukan atau dipekerjakan pada badan lain, seperti Perusahaan Umum, Yayasan dan lain-lain.

e. Pegawai Negeri Sipil Pusat yang menyelenggarakan tugas Negara lainnya, seperti hakim pada Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi dan lain-lain.

2. Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di Daerah Otonom seperti Daerah Provinsi/Kabupaten/ Kota dan gajinya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) atau dipekerjakan pada Pemerintah Daerah atau dipekerjakan di luar instansi induknya.

(10)

Daerah yang diperbantukan di luar instansi induknya, gajinya dibebankan pada instansi yang menerima perbantuan. Disamping Pegawai Negeri Sipil sebagaimana disebutkan di atas, pejabat yang berwenang juga berhak mengangkat pegawai tidak tetap. Yaitu pegawai yang diangkat untuk jangka waktu tertentu guna melaksanakan tugas pemerintahan dan pembangunan yang bersifat teknis profesional dan administratif sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan organisasi. Pegawai Tidak Tetap tidak berkedudukan sebagai Pegawai Negeri.

D.

Hak

Agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan akuntabel, maka setiap Pegawai Negeri Sipil diberikan hak sebagai berikut:

1. Memperoleh gaji yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawabnya (pasal 7 ayat (1) UU No. 43 Tahun 1999 atau pasal 7 UU No. 8 Tahun 1974); 2. Memperoleh cuti (pasal 8 UU No. 8 Tahun 1974). Cuti

PNS sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1976, terdiri dari :

a. cuti tahunan; b. cuti besar; c. cutu sakit; d. cuti bersalin;

e. cuti karena alasan penting; f. cuti di luar tanggungan negara.

Yang dimaksud dengan cuti Pegawai Negeri Sipil adalah

keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan dalam jangka waktu tertentu dan dikeluarkan/diberikan oleh pejabat yang berwenang seperti Pimpinan Lembaga Tertinggi/Negara, Menteri, Jaksa Agung, Kepala Lembaga Pemerintahan NonDepartemen, Pimpinan Sekretariat Lembaga Tertinggi/Tinggi Negara dan pejabat lain yang ditentukan oleh Presiden.

Cuti Tahunan

Persyaratan Pegawai Negeri Sipil untuk mendapat cuti tahunan adalah apabila yang bersangkutan telah bekerja secara terus-menerus selama satu (1) tahun, maka PNS berhak mendapatkan cuti tahunan. Cuti tahunan bagi PNS adalah selama duabelas (12) hari kerja. Pemberian cuti tahunan dapat diberikan tambahan paling lama empatbelas (14) hari kerja apabila pegawai yang bersangkutan tinggal atau cuti tersebut dijalankan di tempat yang sulit transportasinya.

Cuti Besar

Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang kurangnya selama enam (6) tahun berturut-turut maka yang bersangkutan berhak mendapatkan cuti besar yang lamanya adalah 3 (tiga) bulan. PNS yang menjalani cuti besar masih berhak mendapatkan cuti tahunannya dalam tahun yang bersangkutan.

(11)

Cuti Sakit

a.Pegawai Negeri Sipil yang sakit selama satu (1) atau dua (2) hari berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan yang bersangkutan harus memberitahukan kepada atasan yang bersangkutan;

b.Pegawai Negeri Sipil yang sakit lebih dari dua (2) sampai dengan empatbelas (14) hari berhak atas cuti dengan ketentuan yang bersangkutan harus mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang dengan melampirkan surat keterangan dokter.

c.Pegawai Negeri Sipil yang menderita sakit lebih dari empat belas (14) hari kerja berhak atas cuti sakit, dengan ketentuan PNS yang bersangkutan mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang dengan melampirkan surat keterangan dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. Cuti sakit ini dapat diberikan paling lama satu (1) tahun dan apabila belum sembuh, maka cuti sakit dapat ditambah selama enam (6) bulan; apabila penambahan cuti untuk enam (6) bulan, maka PNS yang bersangkutan harus diuji kesehatannya oleh dokter yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan. Apabila dari hasil pengujian ini ternyata penyakitnya belum sembuh, maka PNS bersangkutan diberhentikan dengan hormat dari jabatannya dengan mendapat uang tunggu berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Cuti bersalin

Kepada Pegawai Negeri Sipil wanita diberikan hak mendapatkan cuti bersalin untuk anak pertama dan kedua. Sedangkan untuk persalinan anak ketiga dan seterusnya diberikan cuti di luar tanggungan negara. Cuti bersalin diberikan selama satu (1) bulan sebelum dan dua (2) bulan setelah persalinan.

Cuti karena Alasan Penting

Cuti karena alasan penting dapat diberikan apabila

a.Salah seorang anggota keluarga (ibu, bapak, isteri/ suami, anak, adik, kakak, mertua, atau menantu) mengalami sakit keras atau meninggal dunia dan menurut ketentuan hukum yang berlaku PNS yang bersangkutan harus mengurus hak-hak dari anggota keluarganya tersebut;

b.Melangsungkan perkawinan yang pertama;

c.Alasan penting lainnya yang ditetapkan kemudian oleh Presiden.

Setiap Pegawai Negeri Sipil berhak atas cuti karena alasan penting. Lama cuti karena alasan penting ditentukan oleh Pejabat yang berwenang yaitu paling lama dua (2) bulan.

Cuti di luar Tanggungan Negara

Pegawai Negeri Sipil yang telah bekerja sekurang-kurangnya lima (5) tahun secara terus-menerus, karena alasan pribadi yang penting dan mendesak dapat diberikan cuti di luar tanggungan negara selama tiga (3) tahun dan

(12)

dapat diperpanjang paling lama satu (1) tahun apabila ada alasan-alasan yang penting untuk memperpanjangnya. Untuk mendapatkan cuti di luar tanggungan negara, PNS mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang disertai alasan-alasannya. Pegawai Negeri Sipil yang menjalankan cuti di luar tanggungan negara tidak berhak menerima penghasilan dari negara dan harus melepaskan jabatannya. Masa menjalankan cuti di luar tanggungan negara tidak diperhitungkan sebagai masa kerja.

3. Memperoleh perawatan bagi yang tertimpa sesuatu kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya (pasal 9 ayat (1) UU No. 8 Tahun 1974); 4. Memperolah tunjangan bagi yang menderita cacat jasmani

atau cacat rohani dalam dan karena menjalankan tugas dan kewajibannya yang mengakibatkannya tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan apapun juga (pasal 9 ayat (2) UU No. 8 Tahun 1974);

5. Memperoleh uang duka bagi keluarga Pegawai Negeri Sipil yang tewas (pasal 9 ayat (3) UU No. 8 Tahun 1974);

6. Memperoleh pensiun bagi PNS yang telah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan (pasal 10 UU No. 8 Tahun 1974 dan PP No. 32 Tahun 1979 tentang Pemberhentian PNS);

7. Menjadi peserta TASPEN menurut Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1963;

8. Menjadi peserta ASKES menurut Keputusan Presiden No. 8 tahun 1977.

E.

Peraturan Disiplin PNS

Sebagaimana disebutkan di atas, Pegawai Negeri Sipil menempati kedudukan yang mulia, yaitu sebagai unsur aparatur Negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas Negara, pemerintahan, dan pembangunan. Untuk menjamin terpeliharanya tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas-tugas tersebut, dipandang perlu menetapkan peraturan tentang disiplin Pegawai Ngeri Sipil.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil disebutkan peraturan disiplin adalah peraturan yang mengatur kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar oleh seorang Pegawai Negeri Sipil.

Perlu disadari dan dimengerti bahwa dikeluarkannya peraturan ini tidak untuk membatasi ruang gerak Pegawai Negeri Sipil tetapi semata-mata untuk memberikan rambu-rambu yang jelas bagi Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Kreativitas, inovasi dan ide-ide yang membangun serta dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat tetap harus dipupuk dan dikembangkan.

Kewajiban PNS adalah sebagai berikut:

a.Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, UUD Tahun 1945, Negara dan pemerintah;

(13)

Golongan atau diri sendiri, serta menghindarkan segala sesuatu yang dapat mendesak kepentingan Negara oleh kepentingan Golongan, diri sendiri, atau pihak lain;

c.Menjunjung tinggi kehormatan dan martabat Negara, pemerintah dan Pegawai Negeri Sipil ;

d.Mengangkat dan mentaati sumber/janji Pegawai Negeri Sipil dan sumpah/janji jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku;

e.Menyimpan rahasia Negara dan atau rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya;

f. Memperhatikan dan melaksanakan segala ketentuan pemerintah baik yang langsung menyangkut tugas tugas kedinasannya maupun yang berlangsung secara umum; g.Melaksanakan tugas kedinasan dengan sebaik-baiknya dan

dengan penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab; h.Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan semangat untuk

kepentingan Negara;

i. Memelihara dan meningkatkan keutuhan, kekompakan, persatuan, dan kesatuan Korps Pegawai Negeri Sipil ; j. Segera melaporkan kepada atasannya, apabila mengetahui

adanya hal yang dapat membahayakan atau merugikan Negara/ pemerintah, terutama di bidang keamanan, keuang an, dan materiil;

k.Mentaati ketentuan jam kerja;

l. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik; m. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik Negara

dengan sebaik-baiknya;

n. Memberikan pelayanan dengan sebaik-baiknya kepada masyarakat menurut bidang tugasnya masing-masing;

o. Bertindak dan bersifat tegas, tapi adil dan bijaksana terhadap bawahan;

p. Membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugasnya; q. Menjadi dan memberikan contoh serta teladan yang baik

terhadap bawahannya;

r. Mendorong bawahannya untuk meningkatkan prestasi kerjanya;

s. Memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan karirnya;

t. Mentaati ketentuan peraturan perundang-undangan tentang perpajakan;

u. Berpakaian rapi, sopan serta bersikap dan bertingkah laku sopan santun terhadap masyarakat, sesama PNS, dan terhadap atasan;

v. Hormat menghormati antara sesama warga Negara yang memeluk agama/kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang berlainan;

w. Menjadi teladan sebagai warga Negara yang baik dalam masyarakat;

x. Mentaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku;

y. Mentaati perintah kedinasan dari atasan yang berwenang; z. Memperhatikan dan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya

setiap laporan yang diterima mengenai pelanggaran disiplin.

Larangan PNS Adalah Sebagai Berikut:

a. Melakukan hal-hal yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat Negara, pemerintah, atau Pegawai Negeri Sipil ; b. Menyalahgunakan wewenangnya;

(14)

c. Tanpa izin pemerintah menjadi pegawai atau bekerja untuk Negara asing;

d. Menyalahgunakan barang-barang, atau surat-surat berharga milik Negara;

e. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjam barang-barang dokumen, atau surat-surat berharga milik Negara secara tidak sah;

f. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, bawahan, atau orang lain didalam maupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan, atau pihak lain, yang secara langsung atau tidak langsung merugikan orang lain;

g. Melakukan tindakan yang bersifat negatif dengan maksud membalas dendam terhadap bawahannya atau orang lain di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya;

h. Menerima hadiah atau sesuatu pemberian berupa apa saja dari siapapun juga yang diketahui atau patut dapat diduga bahwa pemberian itu bersangkutan atau mungkin bersangkutan dengan jabatan atau pekerjaan PNS yang bersangkutan;

i. Memasuki tempat-tempat yang dapat mencemarkan kehormatan atau martabat PNS, kecuali untuk kepentingan jabatan;

j. Bertindak sewenang-wenang terhadap bawahannya;

k. Melakukan sesuatu tindakan atau sengaja tidak melakukan sesuatu tindakan yang dapat berakibat menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga mengakibatkan kerugian bagi pihak yang dilayani;

l. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;

m. Membocorkan dan atau memanfaatkan rahasia Negara yang diketahui karena kedudukan jabatan untuk kepentingan pribadi, Golongan, atau pihak lain;

n. Bertindak selaku perantara bagi sesuatu pengusaha atau Golongan untuk mendapatkan pekerjaan atau pesanan dari kantor/instansi pemerintah;

o. Memiliki saham/modal dalam perusahaan yang kegiatan usahanya berada dalam ruang lingkup kekuasaannya;

p. Memiliki saham atau perusahaan yang kegiatan usahanya tidak berada dalam ruang lingkup kekuasaannya yang jumlah dan sifat pemilikan itu sedemikian rupa sehingga melalui pemilik saham tersebut dapat langsung atau tidak langsung menentukan penyelenggaraan atau jalannya perusahaan; q. Melakukan kegiatan usaha dagang baik secara resmi,

maupun sambilan, menjadi direksi, pimpinan atau komisaris perusahaan swasta bagi yang berpangkat Pembina Golongan IV/a ke atas atau yang memangku jabatan eselon I;

r. Melakukan pungutan tidak sah dalam bentuk apapun juga dalam melaksanakan tugasnya untuk kepentingan pribadi, Golongan atau pihak lain.

Hukuman Disiplin Pegawai Negeri Sipil

Yang dimaksud dengan pelanggaran disiplin menurut Pasal 1 PP Nomor 30 Tahun 1980 adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang melanggar ketentuan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja. Lebih jauh dalam Pasal 5 dinyatakan bahwa dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, Pegawai Negeri Sipil

(15)

yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin oleh Pejabat yang berwenang menghukum.

Tingkat dan jenis hukuman disiplin

Berat ringannya hukuman dan jenis hukuman yang diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang melanggar peraturan disesuaikan dengan tingkat kesalahan atau jenis pelanggaran yang dilakukannya. Tingkat dan jenis hukuman disiplin adalah sebagai berikut:

1. Tingkat Hukuman disiplin terdiri dari: a. hukuman disiplin ringan;

b. hukuman disiplin sedang; dan c. hukuman disiplin berat.

2. Jenis hukuman disiplin ringan terdiri dari : a. teguran lisan;

b.teguran tertulis; dan

c. pernyataan tidak puas secara tertulis. 3. Jenis hukuman disiplin sedang terdiri dari :

a. penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun;

b. penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun; dan

c. penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun.

4. Jenis hukuman disiplin berat terdiri dari :

a. penurunan pangkat pada pangkat yang setingkat lebih rendah untuk paling lama 1 (satu) tahun;

b. pembebasan dari jabatan;

c. pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan

sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil ; dan

d. pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

F.

Keanggotaan PNS Sebagai Anggota Korpri

Pegawai Republik Indonesia sudah ada sejak kemerdekaan Indonesia diproklamirkan, secara resmi dinyatakan bahwa semua bekas pegawai pemerintah tentara pendudukan Jepang dijadikan pegawai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk menghimpun dan membina seluruh Pegawai Republik Indonesia tersebut khususnya di luar kedinasan, pemerintah membentuk satu-satunya wadah yaitu KORPRI. Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) dibentuk dengan Keputusan Presiden Nomor 82 Tahun 1971, tanggal 29 Nopember 1971. Tujuannya adalah untuk lebih meningkatkan pengabdian Pegawai Negeri Sipil dalam mengisi kemerdekaan dan pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan.

Langkah berikutnya dalam rangka menyatukan gerak langkah Pegawai Negeri Sipil agar tidak terpecah belah adalah dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1976 tentang Keanggotaan PNS dalam Partai Politik dan Golongan Karya. Dalam penjelasan umum PP tersebut dinyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil bukan saja unsur aparatur negara, tetapi juga sebagai abdi negara dan abdi masyarakat, yang hidup di tengah-tengah masyarakat dan bekerja untuk kepentingan masyarakat. Oleh sebab itu dalam melaksanakan pembinaan, PNS bukan saja dilihat dan diperlakukan sebagai aparatur

(16)

negara tetapi juga harus dilihat dan diperlakukan sebagai warga negara. Hal ini mengandung pengertian bahwa dalam melaksanakan pembinaan, hendaknya sejauh mungkin diusahakan adanya keserasian antara kepentingan dinas dengan kepentingan PNS sebagai perorangan, dengan ketentuan bahwa apabila terdapat perbedaan antara kepentingan dinas dengan kepentingan PNS sebagai perorangan, maka kepentingan dinaslah yang harus didahulukan. Dengan demikian maka kesetiaan dan ketaatan PNS sepenuhnya berada di bawah pimpinan pemerintah, agar terjamin kesatuan pimpinan dan garis pimpinan yang jelas dan tegas. Oleh karena itu keanggotaan PNS dalam Partai Politik tidak boleh mengurangi kesetiaan dan ketaatan penuh PNS yang bersangkutan kepada Pancasila, UUD tahun 1945, Negara, dan Pemerintahan, serta tidak boleh mengganggu kelancaran pelaksanaan tugasnya.

Untuk memperkokoh kesatuan KORPRI, maka pada Musyawarah Nasional Pertama KORPRI yang diselenggarakan pada tahun 1978 telah melahirkan doktrin KORPRI yang disebut “BHINNEKA KARYA ABDI NEGARA” yang artinya walaupun anggota-anggota KORPRI melaksanakan berbagai bidang dengan jenis karya yang beraneka ragam tetapi tetap dalam rangka pelaksanaan pengabdian kepada bangsa, negara dan masyarakat Indonesia.

Faktor penentu pembinaan PNS yang akan menjadi anggota Parpol dan Golkar adalah sebagaimana disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1976 pasal 1 dan 2

beserta penjelasannya, di mana PNS yang menjabat sebagai pejabat struktural eselon V ke atas di berbagai bidang, guru, kepegawaian, dan sebagainya harus minta ijin terlebih dahulu dari pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikannya. Dengan adanya PP ini, maka kontrol pemerintah untuk mengarahkan PNS agar dapat bekerja dengan mengutamakan kepentingan dinas daripada kepentingan pribadi atau kepentingan Partai Politik dapat dicapai.

Dalam perjalanan pembinaan Pegawai Negeri Sipil melalui wadah Korps Pegawai Negeri Sipil pada masa-masa lalu tidak menguntungkan, karena tujuan yang semula sebagai wadah mempersatukan Pegawai Negeri Sipil dimanfaatkan oleh Golongan tertentu dan digunakan sebagai alat atau kendaraan politik untuk meraih kemenangan dalam Pemilihan Umum. Dengan demikian tujuan dibentuknya wadah KORPRI dalam rangka menyatukan para anggota PNS agar tidak terjadi konflik di antara PNS tidak tercapai.

Memperhatikan kenyataan selama Orde Baru tersebut, di mana KORPRI digunakan sebagai kendaraan politik, maka dalam Munas KORPRI terakhir yang dilaksanakan bulan Februari 1999 telah terjadi perubahan orientasi Korps Pegawai Republik Indonesia. Hal ini tampak dalam perubahan Anggaran Dasar yang telah ditetapkan melalui Keputusan Musyawarah Nasional ke-5 KORPRI Nomor Kep-03/Munas/1999 tentang Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KORPRI yang ditegaskan kembali dalam Keputusan Presiden

(17)

Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengesahan Perubahan Anggaran Dasar Korps Pegawai Republik Indonesia sebagai pengganti Keppres sebelumnya sebagaimana terdapat dalam Keputusan Presiden Nomor 63 Tahun 1994 tentang Pengesahan Anggaran Dasar Korps Pegawai Republik Indonesia. Perubahan mendasar dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KORPRI adalah dalam hal fungsi dan tujuan KORPRI.

Fungsi KORPRI

Dalam pasal 6 dinyatakan, bahwa fungsi KORPRI adalah sebagai berikut:

1. Pelopor dalam meningkatkan kesejahteraan dan profesionalisme anggota;

2. Melindungi dan mengayomi para anggota; 3. Penyalur kepentingan para anggotanya;

4. Pendorong dalam meningkatkan taraf hidup sosial ekonomi masyarakat dan lingkungannya;

5. Pelopor dalam menyukseskan program pembangunan nasional;

6. Mitra kerja yang aktif sebagai organisasi pekerja dalam proses pengambilan keputusan dan kebijakan instansi yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Tujuan KORPRI

Berdasarkan fungsi di atas, yang menjadi tujuan dibentuknya KORPRI adalah:

1. Mewujudkan pelaksanaan peraturan perundang-undangan Pegawai Republik Indonesia serta menjamin perlindungan hak-hak Pegawai Republik Indonesia guna mencapai ketenangan dan kelangsungan kerja usaha untuk meningkatkan taraf hidup, kecerdasan, dan kesejahteraan Pegawai Republik Indonesia beserta keluarganya;

2. Menghimpun dan menyatukan Pegawai Republik Indonesia untuk mewujudkan rasa setia kawan dan tali persaudaraan antara sesama pegawai Republik Indonesia.

Usaha-Usaha KORPRI

Dalam rangka mencapai tujuan di atas KORPRI melakukan usaha-usaha sebagai berikut:

1. Meningkatkan peran serta anggota KORPRI dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945;

2. Memperjuangkan terciptanya dan terlaksananya peraturan perundangan untuk mewujudkan kesejahteraan dan perlindungan hak-hak Pegawai Republik Indonesia pada umumnya dan anggota KORPRI pada khususnya;

3. Mengadakan upaya-upaya untuk mempertinggi mutu pengetahuan, keterampilan bidang pekerjaan dan atau profesi serta kemampuan organisasi;

4. Bekerjasama dengan badan pemerintah dan swasta serta organisasi-organisasi lain didalam dan di luar negeri untuk melaksanakan usaha-usaha yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga;

(18)

yang sama dalam mengembangkan karir sesuai dengan kemampuan masing-masing;

6. Membina korps dalam mewujudkan kesatuan pola pikir, ucapan, dan tindakan, serta pengembangan mental dan rohani yang baik.

Keanggotaan KORPRI adalah mencakup seluruh Pegawai Republik Indonesia sesuai dengan bidang tugas masing-masing.

G.

Susunan Anggota Korpri

Susunan organisasi KORPRI secara vertikal adalah sebagai berikut:

1. Tingkat nasional meliputi seluruh wilayah Republik Indonesia yang dipimpin oleh Dewan Pengurus Pusat untuk kemudian disingkat DPP KORPRI;

2. Tingkat provinsi dipimpin oleh Dewan Pengurus Daerah untuk kemudian disingkat DPD KORPRI;

3. Tingkat Kabupaten dipimpin oleh Dewan Pengurus Cabang atau DPC KORPRI;

4. Tingkat Kecamatan dipimpin oleh Dewan Pengurus Anak Cabang atau DPAC KORPRI;

5. Tingkat desa/kelurahan dipimpin oleh pengurus ranting.

H.

Panca Prasetya Korpri

Landasan etika KORPRI pada Munas pertama tahun 1978 ditetapkan dengan sebutan Sapta Prasetya yang merupa kan janji luhur anggota KORPRI dalam menjalankan kewajibannya sebagai abdi Negara dan abdi masyarakat. Dalam Munas KORPRI yang dilaksanakan pada tahun 1989, Sapta Prasetya

KORPRI telah mengalami perubahan kembali tentang bunyi landasan dan etika. Terakhir landasan etika KORPRI telah disempurnakan sesuai dengan tuntutan keadaan dalam Munas KORPRI pada tahun 1999. Perubahan itu terjadi pada landasan etika yang berbunyi sebagai berikut

"Kami anggota KORPS Pegawai Republik Indonesia, adalah insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berjanji:

1. Setia dan taat kepada Negara Kesatuan dan Pemerintah Republik Indonesia, yang berdasarkan Panca sila dan Undang-Undang Dasar 1945;

2. Menjunjung tinggi kehormatan bangsa dan negara serta memegang teguh rahasia jabatan dan rahasia negara; 3. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat di atas

kepentingan pribadi dan golongan;

4. Memelihara persatuan dan kesatuan bangsa serta kesetiakawanan KORPS Pegawai Republik Indonesia; 5. Menegakkan kejujuran, keadilan dan disiplin serta

meningkatkan kesejahteraan dan profesionalisme.

I.

Keanggotaan PNS Dalam Partai Politik

Dalam era reformasi keanggotaan PNS dalam Partai Politik telah diatur secara tegas dalam PP Nomor 5 Tahun 1999 tentang Pegawai Negeri Sipil yang menjadi Anggota Partai Politik jo PP Nomor 12 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1999. Beberapa inti pokok materi dalam PP tersebut adalah:

(19)

dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, maka PNS harus bersikap netral dan menghindari penggunaan fasilitas Negara untuk Golongan tertentu. Selain itu juga dituntut tidak diskriminatif khususnya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat;

2. Pegawai Negeri Sipil yang telah menjadi anggota atau pengurus Parpol pada saat PP ini ditetapkan dianggap telah melepaskan keanggotaan dan atau kepengurusannya (hapus secara otomatis);

3. Pegawai Negeri Sipil yang tidak melaporkan keangotaan dan atau kepengurusannya dalam partai politik, diberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS;

4. Pegawai Negeri Sipil yang ingin menjadi anggota atau pengurus Partai Politik harus mengajukan permohonan kepada atasan langsungnya (peraturan pelaksanaan yang dikeluarkan BKN);

5. Pegawai Negeri Sipil yang mengajukan permohonan sebagai anggota/pengurus Parpol diberikan uang tunggu selama satu tahun. Dalam satu tahun apabila tetap ingin menjadi anggota atau pengurus Parpol, maka yang bersangkutan diberhentikan dengan hormat dan mendapat hak pensiun bagi yang telah mencapai Batas Usia Pensiun (BUP).

BAB III

SISTEM REKRUITMEN PNS

A.

Formasi Pegawai Negeri Sipil

1. Analisa Kebutuhan Pegawai

Sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000, pengertian Formasi Pegawai Negeri Sipil adalah jumlah dan susunan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang diperlukan dalam suatu satuan organisasi dalam jangka waktu tertentu.

Formasi tersebut terbagi dalam dua hal, yaitu Formasi PNS Pusat dan Formasi PNS Daerah. Formasi PNS Pusat untuk masing-masing satuan organisasi Pemerintah Pusat setiap tahun anggaran ditetapkan oleh Menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan aparatur negara, setelah mendapat pertimbangan dari Kepala Badan Kepegawaian Negara berdasarkan usulan dari Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat. Sedangkan Formasi Pegawai Negeri Sipil Daerah untuk masing-masing satuan organisasi Pemerintah Daerah setiap tahun anggaran ditetapkan oleh Kepala Daerah. Selanjutnya dalam Keputusan Kepala BKN Nomor 09 Tahun 2001 tentang ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 97 Tahun 2000 tentang Forma si Pegawai Negeri Sipil ditegaskan bahwa dalam rangka perencanaan kepegawaian secara nasional dan pengendalian jumlah pegawai, maka Gubernur, Bupati/Walikota, sebelum

(20)

menetapkan formasi harus terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Kepala Badan Kepegawaian Negara.

Formasi masing-masing satuan organisasi negara disusun berdasarkan analisa kebutuhan dan penyediaan pegawai sesuai dengan jabatan yang tersedia, dengan memperhatikan norma, standar, dan prosedur yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Analisa kebutuhan tersebut dilakukan berdasarkan :

a. Jenis pekerjaan; b. Sifat pekerjaan;

c. Analisa beban kerja dan perkiraan kapasitas seorang Pegawai Negeri Sipil dalam jangka waktu tertentu; d. Prinsip pelaksanaan pekerjaan, dan

e. Peralatan yang tersedia. 2. Uraian Jabatan

Uraian jabatan adalah uraian tentang hasil analisa jabatan yang berisi tentang nama jabatan, kode jabatan, unit organisasi, ikhtisar jabatan, uraian tugas, bahan kerja, perangkat kerja, hasil kerja, tanggung jawab, wewenang, nama jabatan yang berada di bawahnya, koreksi jabatan, kondisi lingkungan kerja, resiko bahaya, syarat jabatan, dan informasi jabatan lainnya.

3. Peta Jabatan

Peta jabatan adalah susunan nama dan tingkat jabatan struktural dan fungsional yang tergambar dalam suatu struktur organisasi dari tingkat yang paling rendah sampai

dengan yang paling tinggi. Contoh Peta Jabatan Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Kepegawaian Negara adalah sebagaimana terdapat dalam lampiran I.

B.

Pengadaan Pegawai Negeri Sipil

Pengadaan PNS adalah kegiatan untuk mengisi formasi yang lowong sebagaimana diatur dalam PP Nomor 98 tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 11 tahun 2002 tentang Pengadaan PNS. Pengadaan PNS dimulai dari kegiatan perencanaan, pengumuman, pelamaran, penyaringan, pengangkatan menjadi CPNS sampai dengan pengangkatan menjadi PNS.

Setiap Warga Negara Republik Indonesia mempunyai hak dan kesempatan yang sama untuk melamar menjadi PNS tentunya setelah memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan dalam peraturan yang berlaku.

Lowongan formasi PNS diumumkan secara luas oleh Pejabat Pembina Kepegawaian melalui media massa dan/atau dalam bentuk lain agar dapat memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada Warga Negara Indonesia untuk mengajukan lamaran, dan memberikan lebih banyak kemungkinan bagi instansi untuk memilih calon yang paling cakap dalam melaksanakan tugas yang akan dibebankan kepadanya. Kegiatan ini dilakukan paling lambat 15 (lima belas) hari sebelum tanggal penerimaan lamaran. Dalam pengumuman tersebut dicantumkan :

(21)

1. Jumlah dan jenis jabatan lowongan;

2. Syarat jabatan yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar; 3. Alamat dan tempat lamaran ditujukan;

4. Batas waktu pengajuan lamaran, dan 5. Lain-lain yang dipandang perlu.

1. Syarat melamar sebagai Pegawai Negeri Sipil

Sedangkan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh setiap pelamar adalah :

a. Berstatus sebagai Warga Negara Indonesia;

b. Berusia serendah-rendahnya 18 (delapan belas) tahun dan setinggi-tingginya 35 (tiga puluh lima) tahun;

c. Tidak pernah dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena melakukan suatu tindak pidana kejahatan;

d. Tidak pernah diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri atau tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil, atau diberhentikan tidak dengan hormat sebagai pegawai swasta;

e. Tidak berkedudukan sebagai Calon Pegawai Negeri; f. Mempunyai pendidikan, kecakapan, keahlian dan

keterampilan yang diperlukan; g. Berkelakuan baik;

h. Sehat jasmani dan rohani;

i. Bersedia ditempatkan di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau Negara lain yang ditentukan oleh pemerintah, dan

j. Syarat lain yang ditentukan dalam persyaratan jabatan.

2. Penyaringan

Ujian penyaringan bagi pelamar yang memenuhi syarat dilaksanakan oleh suatu panitia yang dibentuk oleh Pejabat Pembina Kepegawaian. Panitia ini terdiri sekurang-kurangnya 3 (tiga) pejabat, yaitu seorang ketua merangkap anggota, sekretaris merangkap anggota, dan seorang anggota. Apabila jumlah anggota panitia lebih dari 3 (tiga) orang, maka jumlahnya harus merupakan bilangan ganjil. Tugas panitia tersebut adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan bahan ujian;

b. Menentukan pedoman pemeriksaan dan penilaian ujian; c. Menentukan tempat dan jadwal ujian;

d. Menyelenggarakan ujian;

e. Memeriksa dan menentukan hasil ujian.

Sebagai catatan, lembar jawaban ujian diperiksa oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota. Materi ujian penyaringan ini meliputi test kompetensi dan psikotes. Materi tes kompetensi disesuaikan dengan kebutuhan persyaratan jabatan, sedangkan penyelenggaraan psikotes disesuaikan dengan kebutuhan persyaratan jabatan dan kemampuan instansi masing-masing. Materi tes kompetensi tersebut disesuaikan dengan kebutuhan persyaratan jabatan, yang antara lain meliputi pengetahuan umum, bahasa Indonesia, kebijakan pemerintah, pengetahuan teknis, dan pengetahuan lainnya. Sedangkan psikotes di lakukan untuk mengetahui kepribadian, minat dan bakat dari pelamar. Selanjutnya, bagi yang lulus ujian penyaringan akan di tetapkan dan diumumkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian. Untuk itu, bagi pelamar yang dinyatakan lulus

(22)

ujian penyaringan diwajibkan untuk menyerahkan kelengkapan administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

3. Proses Pengangkatan menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil Daftar pelamar yang dinyatakan lulus ujian penyaringan yang akan diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tersebut, oleh Pejabat Pembina Kepegawaian disampaikan kepada Kepala Badan Kepegawaian Negara untuk mendapatkan Nomor Identitas Pegawai Negeri Sipil atau yang lebih dikenal dengan singkatan NIP. Pelamar yang sudah diberi NIP selanjutnya diangkat sebagai CPNS melalui keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian. Pengangkatan ini dilakukan dalam tahun anggaran belanja, dan penetapannya tidak boleh berlaku surut. Namun perlu pula diperhatikan bahwa terdapat kemungkinan adanya pelamar yang secara administratif tidak memenuhi syarat sehingga oleh BKN tidak diberi NIP dan berkasnya dikembalikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian yang bersangkutan.

Golongan ruang yang ditetapkan untuk pengangkatan sebagai CPNS tersebut adalah:

a. Golongan ruang I/a untuk yang memiliki STTB Sekolah Dasar atau setingkat;

b. Golongan ruang I/c untuk yang memiliki STTB SLTP atau setingkat;

c. Golongan ruang II/a untuk yang memiliki STTB SLTA atau setingkat;

d. Golongan ruang II/b untuk yang memiliki STTB Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa atau Diploma III;

e. Golongan ruang II/c untuk yang memiliki ijazah Sarjana Muda, Akademi, atau Diploma;

f. Golongan ruang III/a untuk yang memiliki ijazah Sarjana, atau Diploma IV;

g. Golongan ruang III/b untuk yang memiliki ijazah Dokter, Apoteker, dan ijazah lainnya yang setara, Magister (S2), atau ijazah Spesialis I; dan

h. Golongan ruang III/c untuk yang memiliki ijazah Doktor (S3), atau ijazah Spesialis II.

4. Gaji Pegawai Negeri Sipil

Hak atas gaji bagi CPNS mulai berlaku pada tanggal yang bersangkutan secara nyata melaksanakan tugasnya yang dinyatakan dengan surat pernyataan oleh kepala kantor atau satuan organisasi yang bersangkutan.

5. Pengangkatan CPNS menjadi Pegawai Negeri Sipil

CPNS yang telah menjalankan masa percobaan sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun dan paling lama 2 (dua) tahun diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) oleh Pejabat Pembina kepegawaian dalam jabatan dan pangkat tertentu, apabila:

a. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik;

b. Telah memenuhi syarat kesehatan jasmani dan rohani untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil , dan c. Telah lulus Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan.

(23)

tertulis oleh atasan yang berwenang membuat penilaian prestasi kerja, sedangkan syarat kesehatan jasmani dimaksud dinyatakan oleh Dokter Penguji Tersendiri atau Tim Penguji Kesehatan yang ditunjuk oleh Menteri Kesehatan, sedangkan untuk Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian. Sementara itu tanggal mulai berlakunya pengangkatan menjadi PNS tidak boleh berlaku surut. Untuk CPNS yang telah menjalankan masa percobaan lebih dari 2 (dua) tahun dan telah memenuhi syarat pengangkatan menjadi PNS hanya dapat ditetapkan apabila alasannya bukan karena kesalahan yang bersangkutan.

CPNS yang telah diangkat menjadi PNS tersebut kemudian diberikan pangkat tertentu. Pengertian Pangkat sebagaimana dinyatakan dalam penjelasan pasal 17 ayat (1) adalah kedudukan yang menunjukkan tingkat seseorang Pegawai Negeri Sipil berdasarkan jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar panggajian. Pangkat yang diberikan kepada CPNS tersebut adalah sebagai berikut:

a. Golongan ruang I/a pangkat Juru Muda; b.Golongan ruang I/c pangkat Juru;

c. Golongan ruang II/a pangkat Pengatur Muda; d.Golongan ruang II/b pangkat Pengatur Muda Tk. I; e. Golongan ruang II/c pangkat Pengatur;

f. Golongan ruang III/a pangkat Penata Muda;

g.Golongan ruang III/b pangkat Penata Muda Tingkat I; h.Golongan ruang III/c pangkat Penata.

6. Pemberhentian Calon Pegawai Negeri Sipil

Dengan keputusan Pejabat Pembina Kepegawaian, CPNS diberhentikan apabila:

a. Mengajukan permohon berhenti; b. Tidak memenuhi syarat kesehatan;

c. Tidak lulus pendidikan dan pelatihan prajabatan;

d. Tidak menunjukkan kecakapan dalam melaksanakan tugas;

e. Menunjukan sikap dan budi pekerti yang tidak baik yang dapat mengganggu lingkungan pekerjaan;

f. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat; g. Pada waktu melamar dengan sengaja memberikan

keterangan atau bukti yang tidak benar;

h. Dihukum penjara atau kurungan berdasarkan keputusan pengadilan yang sudah mempunyai kekuatan hukum yang tetap karena dengan sengaja melakukan sesuatu tindak pidana kejahatan yang ada hubungannya dengan jabatan atau tugasnya, atau menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.

(24)

BAB IV

SISTEM PENEMPATAN

A.

Pegawai Baru

Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 17 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999, Pegawai Negeri Sipil diangkat dalam jabatan dan pangkat tertentu. Dalam penjelasan pasal tersebut dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan Jabatan adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam satuan organisasi Negara. Jabatan dalam birokrasi pemerintah adalah Jabatan Karier.

Jabatan Karier adalah jabatan dalam lingkungan birokrasi pemerintah yang hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai Negeri Sipil yang telah beralih status sebagai Pegawai Negeri Sipil. Jabatan Karier dapat dibedakan dalam 2 (dua) jenis yaitu jabatan struktural dan jabatan fungsional. Jabatan struktural adalah jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi, sedangkan jabatan fungsional adalah jabatan yang tidak secara tegas disebutkan dalam struktur organisasi, tetapi dari sudut fungsinya diperlukan oleh organisasi, seperti Peneliti, Dokter, Pustakawan, Widyaiswara, dan lain-lain yang serupa dengan itu.

Dalam lampiran petunjuk Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 10 Tahun 2001 tentang Ketentuan Pelaksanaan

Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 jo PP Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil dilampirkan Formulir Penetapan NIP CPNS/PNS Pusat/Daerah, di mana di dalamnya dicantumkan tentang jabatan dan unit kerja CPNS yang bersangkutan. Dengan adanya pencantuman jabatan dan unit kerja tersebut CPNS yang bersangkutan sudah memahami apa jabatan dan pekerjaannya serta di unit mana yang bersangkutan akan melaksanakan tugas.

B.

Penilaian Kinerja Pegawai Negeri Sipil

Dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tahun 1999 yang dituangkan dalam Bab IV tentang arah kebijaksanaan penyelenggaraan negara dinyatakan untuk “meningkatkan kualitas aparatur negara dengan memperbaiki kesejahteraan dan keprofesionalan serta memberlakukan sistem karir berdasarkan prestasi dengan prinsip memberikan penghargaan dan sanksi”. Lebih lanjut dalam pasal 17 ayat (2) UU No. 43 Tahun 1999 dinyatakan bahwa pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip

profesionalisme sesuai dengan kompetensi, pranata kerja dan

jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras atau golongan. Pelaksanaan pembinaan pegawai dapat menjadi proses perubahan dari pegawai-pegawai yang tidak terlatih diubah menjadi karyawan-karyawan yang cakap dan karyawan-karyawan sekarang dapat dikembangkan untuk memikul tanggung jawab baru. Untuk mengukur sukses atau

(25)

tidaknya program yang dilaksanakan maka diperlukan adanya penilaian dan evaluasi secara sistematis.

Penilaian prestasi pegawai dikenal dengan istilah “performance

rating, performance appraisal, personnel assessment,

employee evaluation, merit rating, efficiency rating, service rating.” Penilaian kinerja sebagaimana dikemukakan oleh

Roger Bellows (dalam Manulang, 2001) sering disebut dengan istilah : employee evaluation, merit rating, efficiency rating,

progress report dan personal review. Sementara itu Amstrong

dan Baron menyebutnya performance measurement. Lebih lanjut Schuler dan Jackson (terjemahan Penerbit Erlangga, 1999) menyebutkan bahwa penilaian kinerja adalah suatu sistem formal dan terstruktur yang mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran. Fokusnya adalah untuk mengetahui seberapa produktif seorang karyawan atau organisasi dan seberapa banyak masyarakat memperoleh manfaat. Lebih lanjut Prawirosentono (1999) menyatakan bahwa performance adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika yang berlaku.

Penilaian kinerja di lingkungan Pegawai Negeri Sipil dalam sistem administrasi negara Indonesia, mempunyai peran dan kedudukan yang sangat signifikan. Pegawai Negeri Sipil

sebagai unsur utama aparatur pemerintah bertugas melaksanakan tugas-tugas pemerintahan dan pembangunan untuk mencapai tujuan nasional. Kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan nasional sangat tergantung pada kualitas Pegawai Negeri. Kedudukan penting Pegawai Negeri Sipil tersebut telah ditegaskan dalam Undang-Undang No. 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, yang dinyatakan bahwa Pegawai Negeri Sipil berkedudukan sebagai unsur aparatur negara yang bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara profesional, jujur, adil, dan merata dalam penyelenggaraan tugas negara, pemerintahan dan pembangunan.

Di lingkungan Pegawai Negeri Sipil Penilaian Kinerja Pegawai dituangkan dalam Peraturan Pemerintahan Nomor 10 Tahun 1978 tentang Daftar Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai Negeri Sipil. Penilaian pelaksanaan pekerjaan PNS dituangkan dalam suatu daftar (yang lebih populer dengan singkatan DP-3) yang memuat hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan PNS dalam jangka waktu 1 (satu) tahun, yaitu sejak bulan Januari sampai Desember. DP-3 ini merupakan bahan pertimbangan yang obyektif dalam pembinaan karier PNS yang dibuat oleh Pejabat Penilai dan ditandatangani oleh 3 (tiga) pihak, yaitu : oleh pegawai yang dinilai, oleh Pejabat Penilai, dan oleh Atasan Pejabat Penilai. Sedangkan unsur-unsur yang dinilai ada 8 (delapan) yaitu :

1. Kesetiaan; 2. Prestasi Kerja;

(26)

3. Tanggung Jawab; 4. Ketaatan;

5. Kejujuran; 6. Kerjasama; 7. Prakarsa; dan

8. Kepemimpinan (khusus bagi PNS yang menjadi pejabat eselon V ke atas)

DP-3 bagi CPNS dibuat dalam tahun yang bersangkutan apabila yang bersangkutan telah 6 (enam) bulan melaksanakan tugas, dan apabila yang bersangkutan belum bekerja selama 6 (enam) bulan maka DP-3 nya dibuat pada tahun berikutnya. Khusus bagi CPNS yang akan diangkat menjadi PNS, DP-3 nya dibuat setelah yang bersangkutan sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun menjadi CPNS terhitung yang bersangkutan secara nyata melaksanakan tugasnya.

Pejabat yang berwenang memberikan nilai dalam DP-3 tersebut dinamakan Pejabat Penilai, sedangkan pejabat yang secara vertikal membawahi Pejabat Penilai disebut Atasan Pejabat Penilai. Pejabat Penilai ini serendah-rendahnya menduduki jabatan eselon V atau eselon terendah dalam suatu unit organisasi.

Dalam proses penilaian, sebelum CPNS atau PNS menandatangani DP-3, yang bersangkutan memiliki hak untuk setuju atau tidak setuju. Apabila ia setuju, maka yang bersang kutan menandatanganinya, dan apabila ia tidak setuju maka yang bersangkutan boleh menyatakan keberatan dalam formulir DP-3 pada kolom atau lembar yang tersedia. Dalam hal

demikian, ia mengajukan keberatannya kepada Atasan Pejabat Penilai sebagai pengambil keputusan terakhirnya.

Penilaian pelaksanaan pekerjaan tersebut dinyatakan dengan sebutan dan angka sebagai berikut :

1. Amat baik dengan angka dari 91 sampai 100; 2. Baik dengan angka dari 76 sampai 90; 3. Cukup dengan angka dari 61 sampai 75; 4. Sedang dengan angka dari 51 sampai 60; dan 5. Kurang dengan angka 50 ke bawah.

DP-3 bersifat rahasia, artinya hanya Pejabat Penilai, atasan Pejabat Penilai, yang bersangkutan, dan pejabat lain yang karena tugasnya berurusan dengan DP-3 yang berhak mengetahuinya.

C.

Kenaikan Pangkat PNS

Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan pembinaan PNS atas dasar sistem prestasi kerja dan sistem karir yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja, maka PNS yang memenuhi syarat dapat dinaikkan pangkatnya. Kenaikan pangkat adalah penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan pengabdian PNS terhadap negara. Selain itu, kenaikan pangkat juga dimaksudkan sebagai dorongan kepada PNS untuk lebih meningkatkan prestasi kerja dan pengabdiannya. Dalam PP Nomor 99 tahun 2000 jo PP Nomor 12 Tahun 2002 tentang Kenaikan Pangkat PNS disebutkan ada 2 (dua) jenis kenaikan pangkat, yaitu kenaikan pangkat reguler dan kenaikan pangkat pilihan.

(27)

Dalam lingkungan PNS terdapat 17 (tujuhbelas) jenjang pangkat dan 4 (empat) Golongan, di mana setiap Golongan dibagi ke dalam 4 (empat) ruang, kecuali Golongan IV yang dibagi kedalam 5 (lima) ruang. Di bawah ini adalah matriks jenjang pangkat dan Golongan ruang penggajian yang berlaku di lingkungan Pegawai Negeri Sipil .

NO PANGKAT GOLONGAN RUANG

1. Juru Muda I a 2. Juru Muda Tk .I I b 3. Juru I c 4. Juru Tk. I I d 5. Pengatur Muda II a 6. Pengatur Muda Tk. I II b 7. Pengatur II c 8. Pengatur Tk. I II d

9. Penata Muda III a

10. Penata Muda Tk. I III b

11. Penata III c

12. Penata Tk. I III d

13. Pembina IV a

14. Pembina Tingkat I IV b

15. Pembina Utama Muda IV c

16. Pembina Utama

Madya IV d

17. Pembina Utama IV e

1. Kenaikan Pangkat Reguler

Kenaikan pangkat reguler adalah penghargaan yang diberikan kepada PNS yang telah memenuhi syarat yang ditentukan tanpa terikat pada jabatan. Kenaikan pangkat reguler diberikan kepada PNS yang:

a. Tidak menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu;

b. Melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya tidak menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu, dan

c. Dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar instansi induk dan tidak menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu.

Kenaikan pangkat reguler diberikan sepanjang tidak melampaui pangkat atasan langsungnya dan setelah memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

a. Sekurang-kurangnya telah 4 (empat) tahun dalam pangkat terakhir; dan

b. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir.

Kenaikan pangkat reguler ini tidak secara terus-menerus diberikan kepada PNS, akan tetapi sangat dipengaruhi oleh jenjang pendidikan PNS yang bersangkutan. Pangkat puncak/tertinggi yang dapat dicapai oleh PNS, yaitu sampai dengan:

(28)

STTB Sekolah Dasar;

b. Pengatur Golongan ruang II/c bagi yang memiliki STTB Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama;

c. Pengatur Tingkat I Golongan ruang II/d bagi yang memiliki STTB Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama; d. Penata Muda Tingkat I Golongan ruang III/b bagi yang

memiliki STTB Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, Sekolah Lanjutan Kejujuran Tingkat Atas, atau Diploma II;

e. Penata Golongan ruang III/c bagi yang memiliki ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa, Diploma III, Sarjana Muda, Akademi, atau Bakaloreat;

f. Penata Tingkat I Golongan ruang III/d bagi yang memiliki ijazah Sarjana (S 1) atau Diploma IV;

g. Pembina Golongan ruang IV/a bagi yang memiliki ijazah Dokter, Apoteker, Magister (S 2), atau Spesialis I; dan

h. Pembina Tingkat I Golongan ruang IV/b bagi yang memiliki ijazah Doktor (S 3), atau Spesialis II;

2. Kenaikan Pangkat Pilihan

Kenaikan pangkat pilihan adalah kepercayaan dan penghargaan yang diberikan kepada PNS atas prestasi kerjanya yang tinggi. Kenaikan pangkat pilihan diberikan kepada PNS yang :

a. Menduduki jabatan struktural atau jabatan fungsional tertentu;

b. Menduduki jabatan tertentu yang pangkatnya ditetapkan dengan Keputusan Presiden;

c. Menunjukan prestasi kerja yang luar biasa baiknya; d. Menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi

Negara;

e. Diangkat menjadi pejabat Negara;

f. Memperoleh STTB atau ijazah yang lebih tinggi; g. Melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya menduduki

jabatan struktural atau jabatan fungsional;

h. Telah selesai mengikuti dan lulus tugas belajar; dan i. Dipekerjakan atau diperbantukan secara penuh di luar

instansi induknya yang pangkatnya dalam jabatan pimpinan atau jabatan fungsional tertentu.

Masa atau periode kenaikan pangkat PNS ditetapkan pada tanggal 01 April dan 01 Oktober. Selanjutnya, selain jenis-jenis kenaikan pangkat reguler dan pilihan, ada juga kenaikan pangkat Pengabdian.

PNS yang menduduki jabatan struktural dan pangkatnya masih dalam jenjang pangkat terendah yang ditentukan untuk jabatan itu, dapat dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi apabila:

a. Sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir;

b. Setiap unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 12 (dua belas) tahun terakhir.

Demikian pula bagi PNS yang pangkatnya masih 1 (satu) tingkat di bawah jenjang pangkat terendah yang ditentukan untuk jabatan itu, dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi.

(29)

PNS yang menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya selama 1 (satu) tahun terakhir, dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi tanpa terikat pada jenjang pangkat apabila

a. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir;

b. Setiap unsur penilaian prestasi kerja bernilai amat baik dalam 1 (satu) tahun terakhir.

Dengan Keputusan Presiden, PNS dapat dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi apabila menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi Negara tanpa terikat dengan jenjang pangkatnya. Hal ini dapat dilakukan apabila PNS yang bersangkutan telah 1 (satu) tahun dalam pangkat terkhir dan mempunyai penilaian prestasi kerja dalam 1 (satu) tahun terakhir rata-rata bernilai baik.

Begitu pula bagi PNS yang diangkat menjadi Pejabat Negara dan diberhentikan dari jabatan organiknya, dapat dinaikkan pangkatnya setiap kali setingkat lebih tinggi tanpa terikat dengan jenjang pangkatnya apabila:

a. Sekurang-kurangnya telah 4 (empat) tahun dalam pangkat terakhir;

b. Setiap unsur penilaian prestasi kerja dalam 1 (satu) tahun terakhir sekurang-kurangnya bernilai baik.

PNS juga dapat dinaikkan pangkatnya setingkat lebih tinggi apabila yang bersangkutan memperoleh:

a. Surat Tanda Tamat Belajar atau Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama atau setingkat dan masih berpangkat Juru Muda Tingkat I, Golongan ruang I/b ke bawah,

dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Juru, Golongan ruang I/c;

b. Surat Tanda Tamat Belajar atau Ijazah Sekolah Lanjutan atas, diploma I atau setingkat dan masih berpangkat Juru Tingkat I, Golongan ruang I/d ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Muda, Golongan ruang II/a;

c. Surat Tanda Tamat Belajar atau Ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa atau Diploma II dan masih berpangkat Pengatur Muda, Golongan ruang II/a ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Muda Tingkat I, Golongan ruang II/b;

d. Ijazah Sarjana Muda, Ijazah Akademik atau Ijazah Diploma III dan masih berpangkat Pengatur Muda Tingkat I, Golongan ruang II/b ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur, Golongan ruang II/c;

e. Ijazah Sarjana (S1) atau Ijazah Diploma IV dan masih berpangkat Pengatur Tingkat I, Golongan ruang II/d ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda, Golongan ruang III/a;

f. Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker dan Ijazah lain yang setara, Ijazah Magister (S2) atau Ijazah Spesialis I dan masih berpangkat Penata Muda, Golongan ruang III/a ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda Tingkat I, Golongan ruang III/b;

g. Ijazah Doktor (S3) atau Ijazah Spesialis II dan masih barpangkat Penata Muda Tingkat I, Golongan rung III/b ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Penata,

(30)

Golongan ruang III/c.

Demikian pula bagi PNS yang melaksanakan tugas belajar apabila telah lulus dan memperoleh:

a. Ijazah Sekolah Guru Pendidikan Luar Biasa atau Ijazah Diploma II dan masih berpangkat Pengatur Muda, Golongan ruang II/a ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Muda Tingkat I, Golongan ruang II/b;

b. Ijazah Sarjana Muda, Ijazah Akademik atau Ijazah Diploma III dan masih berpangkat Pengatur Muda Tingkat I, Golongan ruang II/b ke bawah, dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Golongan ruang II/c; c. Ijazah Sarjana (S1) atau Ijazah Diploma IV dan masih

berpangkat Pengatur Tingkat I, Golongan ruang II/d ke bawah, dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda, Golongan ruang III/a;

d. Ijazah Dokter, Ijazah Apoteker dan Ijazah lain yang setara, Ijazah Magister (S2) atau Ijazah Spesialis I dan masih berpangkat Penata Muda, Golongan ruang III/a ke bawah, dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda Tingkat I, Golongan ruang III/b;

e. Ijazah Doktor (S3) atau Ijazah Spesialis II dan masih berpangkat Penata Muda Tingkat I, Golongan ruang III/b ke bawah, dinaikkan pangkatnya menjadi Penata, Golongan ruang III/c;

3. Kenaikan Pangkat Anumerta

Kenaikan Pangkat Anumerta adalah kenaikan pangkat yang diberikan kepada PNS yang dinyatakan tewas, artinya meninggal dunia dalam dan karena menjalankan tugas kewajibannya. Untuk menghargai keadaan tersebut Pemerintah memberikan kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi dari pangkat yang dimilikinya, yang berlaku mulai tanggal PNS yang bersangkutan tewas (artinya tidak mengikuti masa kenaikan pangkat sebagaimana tersebut dalam alenia di atas ini).

4. Kenaikan Pangkat Pengabdian

Kenaikan Pangkat Pengabdian adalah kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi yang diberikan kepada PNS yang diberikan dengan hormat dengan hak pensiun karena mencapai batas usia pensiun sepanjang yang bersangkutan telah:

a. 30 (tiga puluh) tahun atau lebih secara terus menerus dan sekurang-kurangnya telah 1 (satu) bulan dalam pangkat terakhir;

b. 25 (dua puluh lima) tahun atau lebih tetapi kurang dari 30 (tiga puluh) tahun secara terus menerus dan sekurang-kurangnya lebih 1 (satu) tahun dalam pangkat terakhir;

c. 20 (dua puluh) tahun atau lebih tetapi kurang dari 25 (dua puluh lima) tahun secara terus menerus dan sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir; dan

Referensi

Dokumen terkait

3. Pegawai Negeri menurut Pasal 1 Undang-Undang No 43 Tahun 1999 adalah setiap warga Negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang

bahwa dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian antara lain ditegaskan, bahwa kepada calon Pegawai Negeri Sipil diberikan Latihan Pra

Sehubungan dengan pengangkatan CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil) formasi tahun 2019 menjadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) di Iingkungan Pemerintah Provinsi OKI Jakarta, dengan ini

Pasal 1 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian memberikan pengertian pegawai negeri

Kurikulum peserta Diklat Prajabatan Golongan III Kementerian Perhubungan Angkatan I, II, III, dan IV Tahun 2014 dibentuk dan diarahkan untuk menjadi Pegawai Negeri

b) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai ASN secara tetap

“Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang setelah memenuhi syarat-syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi

Di atas sudah dijelaskan bahwa surat dinas harus memenuhi persyaratan, baik bentuknya, penandatanganannya, penomorannya, dan sebagainya. Dalam kaitan ini, ketentuan