KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
NOMOR : kp 63 TAHUN 2016
URAIAN KEGIATAN ORGANISASI DI LINGKUNGAN
DIREKTORAT KELAIKUDARAAN DAN PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,
Menimbang: a. bahwa dalam Pasal 531 sampai dengan Pasal 554
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor : PM. 189 Tahun
2015 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan, telah mengatur mengenai tugas dan fungsi Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian
Pesawat Udara;
b. bahwa tugas dan fungsi Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara sebagaimana dimaksud
dalam huruf a, perlu ditindaklanjuti dengan uraian
kegiatan organisasi di lingkungan Direktorat
Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
tentang Uraian Kegiatan Organisasi Di Lingkungan
Direktorat Kelaikudaraan Dan Pengoperasian Pesawat Udara;
Mengingat : 1. Undang-undang Nomor Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4956);
2. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara;
4. Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan;
5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 60 Tahun
2011 Tentang Pedoman Penataan Organisasi di
Lingkungan Kementerian Perhubungan; fw\
6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Perhubungan;
7. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Negara Nomor: PER/18/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis Kementerian
dan Lembaga Pemerintah Non-Kementerian;MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN
UDARA TENTANG URAIAN KEGIATAN ORGANISASI DI LINGKUNGAN DIREKTORAT KELAIKUDARAAN DAN PENGOPERASIAN PESAWAT UDARA.
Pasal 1
Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara
mempunyai tugas melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta evaluasi dan pelaporan di bidang
kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara.
Pasal 2
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1, Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian
Pesawat Udara menyelenggarakan fungsi:
a. penyiapan perumusan kebijakan di bidang
standardisasi, rekayasa, produk aeronautika, serta
operasi dan perawatan pesawat udara;
b. penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang
standardisasi, rekayasa, produk aeronautika, serta operasi dan perawatan pesawat udara;c. penyiapan penyusunan, norma, standar, prosedur, dan
kriteria di bidang standardisasi, rekayasa, produk aeronautika, serta operasi dan perawatan pesawat
udara;
d. penyiapan pelaksanaan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang standardisasi, rekayasa, produk aeronautika, serta operasi dan perawatan
pesawat udara;
e. penyiapan pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di
bidang standardisasi, rekayasa, produk aeronautika,
operasi dan perawatan pesawat udara; dan Y^fL
f. pelaksanaan urusan tata usaha, keuangan, kepegawaian dan rumah tangga Direktorat yang meliputi perencanaan, pengelolaan sistem teknologi
informatika, dan dokumentasi teknis, penyiapan bahan pelaporan, serta administrasi PNBP.
Pasal 3
Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara,
terdiri atas:
a. Subdirektorat Standardisasi;
b. Subdirektorat Rekayasa;
c. Subdirektorat Produk Aeronautika;
d. Subdirektorat Operasi Pesawat Udara;
e. Subdirektorat Perawatan; dan f. Subbagian Tata Usaha.
Pasal 4
Subdirektorat Standardisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, mempunyai kegiatan:
a. menyiapkan materi dan merevisi rumusan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (Civil Aviation Safety
Regulation), Petunjuk Teknis
(Staff Instruction),Petunjuk Pedoman Teknis Operasional
(Advisory Circulars) dan Edaran Keselamatan (Safety Circular) mengenai:1. standar rancang bangun pesawat udara;
2. produksi pesawat udara;
3. komponen pesawat udara;
4. perawatan pesawat udara;
5. standar kelaikudaraan (airworthiness standard);
6. standar pengoperasian pesawat udara;
7. lisensi personel di bidang kelaikudaran;
8. lisensi personel di bidang pengoperasian pesawat
udara;
9. pendidikan dan pelatihan personel di bidang
kelaikudaran;
10. pendidikan dan pelatihan personel di bidang
pengoperasian pesawat udara;11. simulator pesawat udara (aircraft simulator);
12. perlengkapan pelatihan awak kabin (cabin training
devices/cabin mock up/door trainer).
13. pendaftaran pesawat udara;
14. sistem manajemen keselamatan organisasi/
lembaga di bidang kelaikudaraan °*an^,
pengoperasian pesawat udara; [ V
15. prosedur penerapan sanksi administratif penyelenggaraan kegiatan kelaikudaraan dan
pengoperasian pesawat udara;
16. pencegahan terhadap kecelakaan (accident), kejadian serius (serious incident) dan kejadian
(incident);
b. menyiapkan bahan dan pengendalian pelaksanaan rekomendasi penerbitan, pembaharuan, perubahan
sertifikasi atau otorisasi terhadap:
1. operator pesawat udara
(Air OperatorCertificate/AOC dan Operating Certificate/OC) di bidang kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat
udara;
2. operator pesawat udara asing (validation of foreign
AOQ di bidang kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara;3. perawatan pesawat udara (Approved Maintenance Organization/AMO) baik domestik maupun
internasional serta pengawasan secara berkelanjutan;
4. distributor komponen pesawat udara (Distributor Aeronautical Product/DAP) dan pengawasan secara berkelanjutan;
5. lembaga pendidikan dan pelatihan perawatan
pesawat udara (Approved Maintenance Training
Organization /AMTO);6. lembaga pendidikan dan pelatihan penerbang [Pilot School);
7. lembaga pendidikan dan pelatihan personel
pengoperasian pesawat udara (Training Center);8. simulator pesawat udara (Aircraft Simulator);
9. operator pengoperasian pesawat udara untuk keperluan agrikultur (Agricultural Aircraft
Operation)di bidang kelaikudaraan dan
pengoperasian pesawat udara;10. operator pengoperasian helikopter untuk keperluan beban eksternal (Rotorcraft External Load Operation) di bidang kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara; dan
11. penambahan tipe pesawat udara baru untuk
armada operator pesawat udara (addition of a new aircraft type to an AOC / OC fleet) di bidangkelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara; ^
c. melakukan kajian, evaluasi dan audit terhadap rekomendasi, dokumen dan sertifikat terkait di bidang kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara dalam
rangka penerbitan sertifikasi atau otorisasi sebagaimana dimaksud dalam huruf b;
d. mengendalikan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang kelaikudaraan dan pengoperasian
pesawat udara;
e. mengendalikan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara oleh organisasi/lembaga yang meliputi audit khusus (special audit), tindakan korektif, penegakan hukum dan penerapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam huruf b;
f. mengkoordinasikan pengumpulan data awal, menyiapkan rumusan laporan awal, menyiapkan konsep surat pencegahan terbang (preventive grounding), menyiapkan konsep surat pencabutan pencegahan terbang (release grounding) dan menyusun
rekomendasi tindakan preventif atau pencegahan
terhadap terjadinya kecelakaan (accident), kejadian serius (serious incident) dan kejadian (incident);
g. mengkoordinasikan tindak lanjut rekomendasi Komite
Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) bidang kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara;
h. menyiapkan bahan penanganan kegiatan kerja sama luar negeri dan kajian standar serta focal point lembaga
internasional di bidang kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara; dan
i. mengendalikan pelaksanaan bimbingan teknis
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (Civil Aviation
Safety Regulation), Petunjuk Pelaksaan Internal (Staff
Instruction), Pedoman Teknis Operasional (Advisory Circulars), Edaran Keselamatan (Safety Circular) dan tata cara pelaksanaan sebagaimana dimaksud padadalam huruf a.
Pasal 5
Subdirektorat Standardisasi sebagaimana dimaksud Pasal 3
huruf a terdiri atas:
a. Seksi Standardisasi Kelaikudaraan; dan
b. Seksi Standardisasi Pengoperasian Pesawat Udara. W
Pasal 6
Seksi Standardisasi Kelaikudaraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a, mempunyai kegiatan:
a. menyiapkan materi dan merevisi rumusan Peraturan
Keselamatan Penerbangan Sipil (Civil Aviation SafetyRegulation), Petunjuk Teknis (Staff Instruction),
Pedoman Teknis Operasional (Advisory Circulars) dan Edaran Keselamatan (Safety Circular) mengenai:
1. standar rancang bangun pesawat udara;
2. produksi pesawat udara;
3. komponen pesawat udara;
4. perawatan pesawat udara;
5. pendaftaran pesawat udara di bidang
pengoperasian pesawat udara;6. standar kelaikudaraan (airworthiness standard);
7. lisensi personel di bidang kelaikudaran;
8. pendidikan dan pelatihan personel di bidang
kelaikudaran;
9. sistem manajemen keselamatan
organisasi/lembaga di bidang kelaikudaraan;
10. prosedur penerapan sanksi administratif penyelenggaraan kegiatan kelaikudaraan; dan
11. pencegahan terhadap kecelakaan (accident), kejadian serius (serious incident) dan kejadian
(incident).
b. Pelaksanaan rekomendasi penerbitan, pembaharuan,
perubahan sertifikasi atau otorisasi terhadap:
1. operator pesawat udara (Air Operator Certificate/AOC dan Operating Certificate/OC) di bidang kelaikudaraan (Airworthiness);
2. operator pesawat udara asing (validation of foreign
AOQ di bidang kelaikudaraan pesawat udara;3. perawatan pesawat udara (Approved Maintenance
Organization/AMO)baik domestik maupun
internasional serta pengawasan secara berkelanjutan;
4. distributor komponen pesawat udara (Distributor Aeronautical Product / DAP) dan pengawasan secara berkelanjutan;
5. lembaga pendidikan dan pelatihan perawatan
pesawat udara (Approved Maintenance Training
Organization /AMTO);
6. operator pengoperasian pesawat udara untuk keperluan agrikultur (Agricultural Aircraft
Operation) di bidang kelaikudaraan;
7. operator pengoperasian helikopter untuk keperluan
beban eksternal (Rotorcraft External Load Operation)di bidang kelaikudaraan; dan j^2
8. penambahan tipe pesawat udara baru untuk armada operator pesawat udara (addition of a new aircraft type to an AOC / OC fleet) di bidang kelaikudaraan;
c. melakukan evaluasi / audit terhadap usulan, dokumen dan sertiflkat terkait di bidang kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara dalam rangka penerbitan sertiflkasi atau otorisasi sebagaimana dimaksud dalam huruf b;
d. melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi di bidang kelaikudaraan;
e. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara oleh organisasi/lembaga sebagaimana dimaksud dalam huruf b yang meliputi audit khusus (special audit), tindakan korektif, penegakan hukum dan penerapan sanksi administratif;
f. mengkoordinasikan tindak lanjut rekomendasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) bidang kelaikudaraan;
g. melaksanakan penanganan kegiatan kerja sama luar negeri dan kajian standar serta focal point lembaga internasional di bidang kelaikudaraan;
h. melaksanakan bimbingan teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (Civil Aviation Safety Regulation), Petunjuk Teknis (Staff Instruction), Pedoman Teknis Operasional (Advisory Circulars), Edaran Keselamatan (Safety Circular) dan tata cara pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
Pasal 7
Seksi Standardisasi Pengoperasian Pesawat Udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b, mempunyai kegiatan:
a. menyiapkan materi dan merevisi rumusan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (Civil Aviation Safety Regulation), Petunjuk Pelaksaan Internal (Staff Instruction) dan Pedoman Teknis Operasional (Advisory Circulars) dan Edaran Keselamatan (Safety Circular) mengenai :
1. standar pengoperasian pesawat udara;
2. pendaftaran pesawat udara di bidang pengoperasian pesawat udara;
3. lisensi personel di bidang pengoperasian pesawat udara;
4. pendidikan dan pelatihan personel di bidang pengoperasian pesawat udara;
5. simulator pesawat udara (Aircraft Simulator);
r
6. sistem manajemen keselamatan organisasi/lembaga di bidang pengoperasian pesawat udara;
7. prosedur penerapan sanksi administratif penyelenggaraan kegiatan pengoperasian pesawat udara; dan
8. materi tindakan korektif pelaporan yang berpengaruh terhadap standar pengoperasian pesawat udara serta pencegahan terhadap terjadinya insiden;
b. menyiapkan rekomendasi penerbitan, pembaharuan, perubahan sertifikasi atau otorisasi terhadap:
1. operator pesawat udara (Air Operator Certificate/AOC dan Operating Certificate/OC) di bidang pengoperasian pesawat udara (flight operations);
2. operator pesawat udara asing (validation offoreign AOC) bidang pengoperasian pesawat udara (flight operations);
3. lembaga pendidikan dan pelatihan personel penerbang (Pilot School);
4. lembaga pendidikan dan pelatihan personel pengoperasian pesawat udara (Training Center);
dan
5. simulator pesawat udara (Aircraft Simulator);
6. perlengkapan pelatihan awak kabin (cabin training devices/cabin mock up/door trainer).
7. operator pengoperasian pesawat udara untuk keperluan agrikultur (Agricultural Aircraft Operation) di bidang pengoperasian pesawat udara;
8. operator pengoperasian helikopter untuk keperluan beban eksternal (Rotorcraft External Load Operation) di bidang pengoperasian pesawat udara;
9. penambahan tipe pesawat udara baru untuk armada operator pesawat udara (addition of a new aircraft type to an AOC / OC fleet) di bidang pengoperasian pesawat udara;
c. melaksanakan evaluasi / audit terhadap usulan, dokumen dan sertifikat terkait di bidang kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara dalam rangka penerbitan sertifikasi atau otorisasi sebagaimana
dimaksud huruf b;
d. melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengoperasian pesawat udara;;ta
e. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara oleh organisasi/lembaga yang meliputi audit khusus (special audit), tindakan korektif, penegakan hukum dan penerapan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b;
f. melaksanakan pengumpulan data awal, menyiapkan rumusan laporan awal, menyiapkan konsep surat pencegahan terbang (preventive grounding), menyiapkan konsep surat pencabutan pencegahan terbang (release grounding) dan menyusun rekomendasi tindakan preventif atau pencegahan terhadap terjadinya kecelakaan (accident), kejadian serius (serious incident) dan kejadian (incident);
g. melaksanakan koordinasi terhadap tindak lanjut rekomendasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) bidang pengoperasian pesawat udara;
h. melaksanakan penanganan kegiatan kerja sama luar negeri dan kajian standar serta focal point lembaga internasional di bidang pengoperasian pesawat udara;
i. melaksanakan bimbingan teknis Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (Civil Aviation Safety Regulation), Petunjuk Teknis (Staff Instruction), Pedoman Teknis Operasional (Advisory Circulars), Edaran Keselamatan (Safety Circular) dan tata cara pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
Pasal 8
Subdirektorat Rekayasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b mempunyai kegiatan:
a. memberikan usulan materi dan revisi rumusan
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (Civil Aviation Safety Regulation), Petunjuk Teknis (Staff Instruction), Pedoman Teknis Operasional (Advisory Circulars) dan Edaran Keselamatan (Safety Circular) bidang rekayasa.
b. menyiapkan bahan dan pengendalian pelaksanaan rekomendasi penerbitan, pembaharuan, perubahan sertifikasi atau otorisasi terhadap :
1. sertifikat tipe (Type Certificate) pesawat udara, mesin pesawat udara, dan baling-baling pesawat udara;
2. sertifikat perubahan rancang bangun (modifikasi) (Amendment Type Certificate, Supplemental Type Certificate, Persetujuan Alteration dan Major Repair) pesawat udara, mesin pesawat udara, dan baling- baling pesawat udara;
3. organisasi rancang bangun pesawat udara (Design Organization Approval/DOA) dan pengawasan
berkelanjutan; ftp.
4. sertifikat standard kebisingan (Noise Attesting Certificate);
5. rekomendasi teknis berkaitan dengan ijin
pengoperasian pesawat udara registrasi asing di
Indonesia;
6. rekomendasi persetujuan gambar pada badan pesawat (aircraft livery);
7. sertifikat tipe validasi pesawat udara, mesin
pesawat udara, dan baling-baling pesawat udara;
dan
8. persetujuan Alternate Mean Of Compliance (AMOC) terhadap instruksi kelaikudaraan yang diwajibkan
(airworthiness directive);9. mengendalikan pelaksanaan kegiatan sertifikasi
inisial dan sertifikat tambahan dalam rangka rekomendasi untuk penerbitan sertifikat dan pengawasan secara berkelanjutan:
a) Reduced Vertical Separation Minima (RVSM);
b) Performance Based Navigation (PBN);
c) Extended Operations (ETOPS) atau Extended
Diversion Time Operation (EDTO);
d) CAT 11/CAT III;
c. mengendalikan pelaksanaan uji terbang pesawat udara
dalam rangka proses sertifikasi yaitu:
1. sertifikat tipe (Type Certificate) pesawat udara, mesin pesawat udara, dan baling-baling pesawat
udara;
2. sertifikat perubahan rancang bangun (Amendment Type Certificate, Supplemental Type Certificate, Persetujuan Alteration dan Major Repair) pesawat udara mesin pesawat udara, dan baling-baling pesawat udara;
3. sertifikasi RVSM, PBN, ETOPS/EDTO dan CAT H/CATIII;
d. mengendalikan pelaksanaan uji terbang pesawat udara
dalam rangka proses validasi yaitu:1. sertifikat tipe (Type Certificate) validasi pesawat udara, mesin pesawat udara, dan baling-baling pesawat udara;
2. perubahan rancang bangun (Amendment Type Certificate, Supplemental Type Certificate, Persetujuan Alteration dan Major Repair) pesawat udara, mesin pesawat udara, dan baling-baling pesawat udara;
e. menyiapkan bahan perumusan kebijakan penerbitan instruksi kelaikudaraan yang diwajibkan (Airworthiness Directive);
f. menyiapan bahan kebijakan teknis berupa pemberian rekomendasi untuk pengecualian (exception),
pembebasan
(exemption), equivalent level of safety (ELOS), dan standar khusus (special condition) dalam bidang rancang bangun; Y%?g. melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi di
bidang rancang bangun pesawat udara dan uji terbang dan kemampuan pesawat udara.h. mengendalikan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara oleh organisasi/lembaga sebagaimana dimaksud dalam huruf b yang meliputi tindakan korektif, penegakan hukum dan penerapan sanksi administratif;
i. menyiapkan bahan perumusan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan berupa pengawasan dalam implementasi pengoperasian penggunaan sistem Automatic Dependent Surveillance Broadcast pada pesawat udara;
j. menyiapkan bahan perumusan dan pengendalian pelaksanaan kebijakan berupa pengawasan dalam
implementasi Air Traffic Flow Management (ATFM) / Collaborative Decision Making (CDM); dank. melaksanakan pengawasan meliputi inspeksi,
pengamatan (surveillance), pemantauan (monitoring) pelaksanaan kegiatan dan prosedur serta pendelegasian
kewenangan terbatas di bidang proses rancang bangun, uji terbang dan kemampuan pesawat udara.Pasal 9
Subdirektorat Rekayasa sebagaimana dimaksud Pasal 3
huruf b terdiri atas:
a. Seksi Pengawasan Proses Rancang Bangun; dan b. Seksi Uji Terbang dan Kemampuan Pesawat Udara.
Pasal 10
Seksi Pengawasan Proses Rancang Bangun sebagaimana dimaksud Pasal 9 huruf a mempunyai kegiatan:
a. melaksanakan rekomendasi penerbitan, pembaharuan, perubahan sertifikasi atau otorisasi terhadap :
1. sertifikat tipe (Type Certificate) pesawat udara, mesin pesawat udara, dan baling-baling pesawat udara;
2. sertifikat perubahan rancang bangun (Amendment Type Certificate, Supplemental Type Certificate, Persetujuan Alteration dan Major Repair) pesawat udara, mesin pesawat udara, dan baling-baling pesawat udara;
3. organisasi rancang bangun pesawat udara (Design Organization Approval/DOA);
4. sertifikat standard kebisingan (Noise Attesting Certificate);
5. rekomendasi teknis berkaitan dengan ijin pengoperasian pesawat udara registrasi asing di
Indonesia; taa
6. rekomendasi persetujuan gambar pada badan pesawat (aircraft livery);
7. sertifikat tipe validasi pesawat udara, mesin pesawat udara, dan baling-baling pesawat udara;
dan
8. persetujuan alternate mean of compliance (AMOC) terhadap instruksi kelaikudaraan yang diwajibkan (airworthiness directive);
b. melaksanakan evaluasi terhadap usulan, dokumen dan sertifikat terkait di bidang proses rancang bangun dalam rangka penerbitan sertifikasi atau otorisasi sebagaimana dimaksud huruf a;
c. melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan penerbitan instruksi kelaikudaraan yang diwajibkan (Airworthiness Directive);
d. melaksanakan penyiapan bahan kebijakan teknis berupa pemberian rekomendasi untuk pengecualian (exception), pembebasan (exemption), equivalent level of safety (ELOS), dan standar khusus (special condition) dalam bidang rancang bangun;
e. melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi terhadap di bidang teknis rancang bangun pesawat udara mesin pesawat udara, baling-baling pesawat udara dan komponennya serta pelimpahan wewenang terbatas di bidang rancang bangun pesawat udara; dan
f. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan proses rancang bangun oleh organisasi/lembaga sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang meliputi tindakan korektif, penegakan hukum dan penerapan sanksi administratif.
Pasal 11
Seksi Uji Terbang dan Kemampuan Pesawat Udara sebagaimana dimaksud Pasal 9 huruf b mempunyai kegiatan:
a. melaksanakan rekomendasi penerbitan, pembaharuan, perubahan sertifikasi atau otorisasi terhadap sertifikasi inisial dan sertifikat tambahan dalam rangka rekomendasi untuk penerbitan sertifikat dan pengawasan secara berkelanjutan:
1. Reduced Vertical Separation Minima (RVSM);
2. Performance Based Navigation (PBN);
3. Extended Operations (ETOPS) atau Extended Diversion Time Operations (EDTO);
4. CATII/CATIII;
b. melaksanakan kebijakan berupa pengawasan dalam implementasi pengoperasian penggunaan sistem Automatic Dependent Surveillance Broadcast (ADSB) pada pesawat udara; h^
c. melaksanakan kebijakan berupa pengawasan dalam implementasi Air Traffic Flow Management (ATFM) / Collaborative Decision Making (CDM);
d. melaksanakan uji terbang pesawat udara dalam rangka proses sertifikasi yaitu:
1. sertifikat tipe (Type Certificate) pesawat udara, mesin pesawat udara, dan baling-baling pesawat udara;
2. sertifikat perubahan rancang bangun (Amendment Type Certificate, Supplemental Type Certificate, Persetujuan Alteration dan Major Repair) pesawat udara mesin pesawat udara, dan baling-baling pesawat udara;
3. sertifikasi RVSM, PBN, ETOP/EDTO dan CAT II/CAT III;
e. melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelaksanaan kegiatan dan prosedur serta pendelegasian kewenangan terbatas di bidang uji terbang dan kemampuan pesawat udara;
f. melaksanakan pengawasan meliputi inspeksi (inspections), pengamatan (audit and surveillance), pemantauan (monitoring) pelaksanaan kegiatan dan prosedur serta pendelegasian kewenangan terbatas di bidang uji terbang dan kemampuan pesawat udara; dan g. melaksanakan evaluasi pelaksanaan kegiatan di bidang
uji terbang dan kemampuan pesawat udara bidang uji terbang dan kemampuan pesawat udara.
Pasal 12
Subdirektorat Produk Aeronautika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c mempunyai kegiatan:
a. memberikan usulan materi dan revisi rumusan
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (Civil Aviation Safety Regulation), Petunjuk Teknis (Staff Instruction), Pedoman Teknis Operasional (Advisory Circulars) dan Edaran Keselamatan (Safety Circular) bidang produk aeronautika;
b. menyiapkan bahan dan pengendalian pelaksanaan rekomendasi, penerbitan, pembaharuan, perubahan sertifikasi atau otorisasi terhadap :
1. persetujuan pengadaan pesawat udara;
2. registrasi pesawat udara (Certificate of Registration/ CofR);
3. Sertifikat Kelaikudaraan Pertama Pesawat Udara
(Initial Certificate ofAirworthiness/C of A);
4. Special Certificate of Airworthiness (C of A) yang terkait untuk Experimental Aircraft dan keperluan Ferry Flight For Delivery;
5. persetujuan Export Certificate of Airworthiness (Export C of A);
6. persetujuan alokasi tanda pendaftaran;
p
7. penghapusan tanda pendaftaran;
8. perubahan kepemilikan / alamat pemilik pesawat udara;
9. sertifikasi organisasi produksi pesawat udara (Manufaturer Production Certificate/PC) dan pengawasan berkelanjutan;
10. Persetujuan Impor Barang Modal Tidak Baru (BMTB)
11. pencatatan dan penghapusan IDERA (Irrevocable Deregistration and Export Request Authorization).
12. rekomendasi Persetujuan Terbang (Flight Approval/FA) untuk impor dan ekspor pesawat udara;
13. persetujuan Re-Impor Pesawat Udara;
c. melaksanakan Conformity Inspection untuk : 1. modifikasi pada pesawat udara;
2. Program Sertifikasi Sertifikat Tipe (Type Certificate);
d. mengkaji evaluasi terhadap rekomendasi, dokumen dan sertifikat terkait di bidang produk aeronautika dalam rangka penerbitan sertifikasi atau otorisasi sebagaimana dimaksud dalam huruf b;
e. menyusun rekomendasi/pertimbangan teknis untuk pengurusan Persetujuan Impor Barang Modal Tidak Baru (BMTB) untuk barang-barang sebagai berikut:
1. ban re-tread;
2. mesin piston pesawat udara;
3. bagian untuk mesin pesawat udara;
4. turbo-jet, turbo-propeller dan turbin gas lainnya;
5. propeller, rotor, rangka bawah pesawat udara; dan 6. produk komponen Iain-lain untuk pesawat udara;
f. mengendalikan pelaksanaan penyusunan dan menerbitkan Buku Pendaftaran Pesawat Udara (Civil Aircraft Register Book);
g. mengendalikan pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi di bidang Mutu dan Proses Produksi dan Pengesahan Produksi; dan
h. mengendalikan pelaksanaan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan mutu dan proses produksi serta pengesahan produksi oleh organisasi/lembaga sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang meliputi tindakan korektif, penegakan hukum dan penerapan
sanksi administratif.
Pasal 13
Subdirektorat Produk Aeronautika sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 huruf c terdiri atas:
a. Seksi Pengawasan Mutu dan Proses Produksi; dan b. Seksi Pengesahan Produksi. fo
Pasal 14
Seksi Pengawasan Mutu dan Proses Produksi sebagaimana dimaksud Pasal 13 huruf a mempunyai kegiatan:
a. melaksanakan rekomendasi, penerbitan, pembaharuan, perubahan sertifikasi atau otorisasi terhadap :
1. Persetujuan Pengadaan Pesawat Udara;
2. Persetujuan Alokasi Tanda Pendaftaran;
3. Sertifikasi organisasi Produksi Pesawat Udara (Manufaturer Production Certificate/PC);
4. Persetujuan Impor Barang Modal Tidak Baru (BMTB);
5. Rekomendasi Re-Impor Pesawat Udara;
b. melaksanakan evaluasi terhadap rekomendasi, dokumen dan sertifikat terkait di bidang pengawasan mutu dan proses produksi aeronautika dalam rangka penerbitan sertifikasi atau otorisasi sebagaimana
dimaksud dalam huruf a.
c. melaksanakan Conformity Inspection untuk:
1. modifikasi pada pesawat udara;
2. program sertifikasi Sertifikat Tipe (Type Certificate);
d. melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan mutu dan proses produksi
aeronautika;
e. melaksanakan penyusunan rekomendasi/
pertimbangan teknis untuk pengurusan Persetujuan
Impor Barang Modal Tidak Baru (BMTB) untuk barang- barang sebagai berikut:1. ban re-tread;
2. mesin piston pesawat udara;
3. bagian untuk mesin pesawat udara;
4. turbo-jet, turbo-propeller dan turbin gas lainnya;
5. propeller, rotor,rangka bawah pesawat udara; dan 6. produk komponen Iain-lain untuk pesawat udara;
f. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan mutu dan proses produksi pesawat udara oleh organisasi/lembaga sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang meliputi tindakan korektif, penegakan hukum dan penerapan sanksi administratif.
Pasal 15
Seksi Pengesahan Produksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 huruf b mempunyai kegiatan:
a. melaksanakan rekomendasi, penerbitan, pembaharuan, perubahan sertifikasi atau otorisasi terhadap :
1. sertifikat pendaftaran pesawat udara (Certificate of
Registration/C of R) [^
2. sertifikat kelaikudaraan pertama pesawat udara (Initial Certificate of Airworthiness);
3. Special Certificate of Airworthiness (C of A) yang terkait untuk Experimental Aircraft dan keperluan Ferry Flight For Delivery;
4. Persetujuan Export Certificate of Airworthiness (Export C of A).
5. penghapusan tanda pendaftaran;
6. perubahan kepemilikan / alamat pemilik pesawat udara;
7. pencatatan dan penghapusan IDERA (Irrevocable Deregistration and Export Request Authorization).
8. Persetujuan Terbang (Flight Approval/FA) untuk impor dan ekspor Pesawat Udara;
b. melaksanakan kajian evaluasi terhadap rekomendasi, dokumen dan sertifikat terkait di bidang pengesahan produksi dalam rangka penerbitan sertifikasi atau otorisasi sebagaimana dimaksud pada huruf a;
c. melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengesahan produksi aeronautika;
d. melaksanakan penyusunan dan menerbitkan Buku Pendaftaran Pesawat Udara (Civil Aircraft Register Book);
e. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan pengesahan produksi oleh organisasi/lembaga sebagaimana dimaksud pada huruf a yang meliputi tindakan korektif, penegakan hukum dan penerapan
sanksi administratif.
Pasal 16
Subdirektorat Operasi Pesawat Udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d mempunyai kegiatan:
a. memberikan usulan materi dan revisi rumusan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (Civil Aviation Safety Regulation), Petunjuk Teknis (Staff Instruction), Pedoman Teknis Operasional (Advisory Circulars) dan Edaran Keselamatan (Safety Circular) bidang operasi pesawat udara;
b. menyiapkan bahan dan pengendalian rekomendasi penerbitan, pembaharuan, perubahan sertifikasi atau
otorisasi berupa :
1. pengesahan perubahan atau revisi Spesifikasi Operasional (Operational Specification/OPSPEC) di bidang pengoperasian pesawat udara (flight operation)
2. pemberian otorisasi khusus bidang pengoperasian pesawat udara (flight operation) terkait :
a) Reduced Vertical Separation Minima (RVSM);
b) Performance Based Navigation (PBN); T2\
c) Extended Operations (ETOPS) atau Extended Diversion Time Operations (EDTO);
d) CATII/CATIII;
3. Designated Pilot Examiner Representatives (DPER) 4. Lisensi Siswa Pilot (Student Pilot License/SPL) 5. Lisensi Privat Pilot (Private Pilot License/PPL)
6. Lisensi Komersial Pilot (Comersial Pilot License/ CPL)
7. Lisensi Pilot (Airline Transport Pilot License/ ATPL) 8. Lisensi Pilot (Sport Pilot License/ SPPL)
9. Lisensi Juru Mesin Pesawat Udara (Flight Engineer License/FEL)
10. Sertifikat Awak Kabin (Flight Attendant Certificate/¥AC)
11. Lisensi FOO (Flight Operation Officer License/FOOL) 12. Sertifikasi instrument Rating Personel pesawat
Udara (Private Pilot License/PPL)
13. Sertifikasi instrument Rating Personel pesawat Udara (Comersial Pilot License/CPL)
14. Sertifikasi Class Rating Personel Pesawat Udara (single Engine Land/Sea, Multi Engine Land/Sea);
15. Sertifikasi Type Rating Personel Operasi Pesawat Udara (Penerbang/Pilot)
16. Sertifikasi Type Rating Juru Mesin Pesawat Udara (Flight Engineer License/FEL)
17. Sertifikasi Type Rating Personel Operasi Pesawat Udara (Flight Attendant Certificate/¥AC)
18. Sertifikasi Type Rating Personel Operasi Pesawat Udara (Flight Operation Officer License/FOOL)
19. Sertifikasi Kecakapan Bahasa Inggris (English Proficiency Language)
20. Penerbitan dan perpanjangan Lisensi/Sertifikat Sementara untuk Personel Operasi Pesawat Udara (Temporary License/Certificate)
21. Surat Otorisasi kepada Personel Operasi Pesawat Udara (Letter ofAuthorization/LoA)
22. Persetujuan dokumen operasi pesawat udara
23. Rekomendasi Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)
24. Validasi bagi Personel Operasi Pesawat udara Negara Lain (Foreign License for Personnel) Pilot/FE/FOO
25. Otentikasi Personel Penerbangan Indonesia kepada Otoritas Penerbangan Luar Negeri Pilot/FE/FOO 26. Persetujuan Pogram Pelatihan Personel Operasi
Pesawat Udara (Approval Trainning Program)
c. mengendalikan pelaksanaan ujian tulis bagi Personel Operasi Pesawat Udara (Pilot/FE/FOO/FA);
d. mengendalikan uji kompetensi (Competency Check) untuk validasi sertifikat personel penerbangan negara lain (Pilot/FE/FOO);
e. mengkoordinasikan pelaksanaan Flight Operation board; 9>
f. mengendalikan pelaksanaan evaluasi dokumen operasi pesawat udara (flight operation) dalam rangka memberikan rekomendasi persetujuan, meliputi :
1. Operation Specification;
2. Authorization Condition and Limitation;
3. Company Operation Manual;
4. Aircraft Flight Manual;
5. Minimum Equipment list;
6. Aircraft Performance manual;
7. Training manual;
g. mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengawasan secara berkelanjutan bidang pengoperasian pesawat udara (flight operation) terkait pemberian special
authorization:
1. Reduced Vertical Separation Minima (RVSM);
2. Performance Based Navigation (PBN);
3. Extended Operations (ETOPS) atau Extended Diversion Time Operations (EDTO);
4. CATII/CATIII;
h. mengendalikan pelaksanaan Ramp Inspection di bidang operasi pesawat udara (Flight Operation)
i. mengendalikan pelaksanaan pengawasan AOC, OC, Agricultural Aircraft Operation, Rotorcraft External Load Operation (flight operations)
j. melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi di bidang kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat
udara.
k. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan pengoperasian dan personel pesawat udara oleh organisasi/lembaga sebagaimana dimaksud dalam huruf b yang meliputi tindakan korektif, penegakan hukum dan penerapan sanksi administratif.
Pasal 17
Subdirektorat Operasi Pesawat Udara sebagaimana
dimaksud Pasal 3 huruf d terdiri atas:
a. Seksi Pengawasan Operasi Pesawat Udara; dan b. Seksi Personel Operasi Pesawat Udara.
Pasal 18
Seksi Pengawasan Operasi Pesawat Udara sebagaimana dimaksud Pasal 17 huruf a mempunyai kegiatan:
a. melaksanakan rekomendasi penerbitan, pembaharuan, perubahan sertifikasi atau otorisasi berupa Pengesahan perubahan atau revisi Spesifikasi Operasional (Operational Specification/OPSPEC) di bidang pengoperasian pesawat udara (flight operation).
b. menyiapkan bahan koordinasi Flight Operation
evaluation board. jV*
c. melaksanakan kegiatan pengawasan secara berkelanjutan bidang pengoperasian pesawat udara (flight operation) terkait pemberian special authorization:
1. Reduced Vertical Separation Minima (RVSM);
2. Performance Based Navigation (PBN);
3. Extended Operations (ETOPS) atau Extended Diversion Time Operations (EDTO);
4. CATII/CATIII;
d. melaksanakan evaluasi dokumen operasi pesawat udara (flight operation) dalam rangka memberikan rekomendasi persetujuan, meliputi :
1. Operation Specification;
2. Authorization Condition and Limitation;
3. Company Operation Manual;
4. Aircraft Flight Manual;
5. Minimum Equipment List;
6. Aircraft Performance manual;
7. Training manual;
e. mengendalikan pelaksanaan Ramp Inspection di bidang operasi pesawat udara (Flight Operation)
f. mengendalikan pengawasan AOC, OC, Agricultural Aircraft Operation, Rotorcraft External Load Operation (Flight operations);
g. melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengoperasian pesawat udara; dan
h. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan pengawasan operasi pesawat udara oleh organisasi/lembaga sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang meliputi tindakan korektif, penegakan hukum dan penerapan sanksi administratif.
Pasal 19
Seksi Personel Operasi Pesawat Udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 huruf b mempunyai kegiatan:
a. melaksanakan rekomendasi penerbitan, pembaharuan, perubahan sertifikasi atau otorisasi berupa :
1. pengesahan perubahan atau revisi Spesifikasi Operasional (Operational Specification/OPSPEC) di bidang pengoperasian pesawat udara (flight operation)
2. pelaksanaan kegiatan pengawasan secara berkelanjutan bidang pengoperasian pesawat udara (flight operation) terkait pemberian special
authorization:
a. Reduced Vertical Separation Minima (RVSM);
b. Performance Based Navigation (PBN);
c. Extended Operations (ETOPS) atau Extended Diversion Time Operations (EDTO);
d. CAT II/CAT III;
3. Designated Pilot Examiner Representatives (DPER);
4. Lisensi Siswa Pilot (Student Pilot License/SPL);
5. Lisensi Privat Pilot (Private Pilot License/PPL); to
6. Lisensi Komersial Pilot (Commercial Pilot License/ CPL);
7. Lisensi Pilot (Airline Transport Pilot License/ ATPL);
8. Lisensi Pilot (Sport Pilot License/ SPPL);
9. Lisensi Juru Mesin Pesawat Udara (Flight Engineer License/FEL);
10. Sertifikat Awak Kabin (Flight Attendant Certificate/FAC);
11. Lisensi FOO (Flight Operation Officer License/FOOL);
12. Sertifikasi instrument Rating Personel pesawat Udara (Private Pilot License/PPL);
13. Sertifikasi instrument Rating Personel pesawat Udara (Comersial Pilot License/CPL);
14. Sertifikasi Class Rating Personel Pesawat Udara (single Engine Land/Sea, Multi Engine Land/Sea);
15. Sertifikasi Type Rating Personel Operasi Pesawat Udara (Penerbang/Pilot);
16. Sertifikasi Juru Mesin Pesawat Udara (Flight Engineer License/ FEL);
17. Sertifikasi Type Rating Personel Operasi Pesawat Udara (Flight Attendant Certificate/¥AC);
18. Sertifikasi Type Rating Personel Operasi Pesawat Udara (Flight Operation Officer License/FOOL);
19. Sertifikasi Kecakapan Bahasa Inggris (English Proficiency Language);
20. Penerbitan dan perpanjangan Lisensi/Sertifikat Sementara untuk Personel Operasi Pesawat Udara (Temporary License/ Certificate);
21. Surat Otorisasi kepada Personel Operasi Pesawat Udara (Letter ofAuthorization/LoA);
22. Persetujuan dokumen operasi pesawat udara;
23. Rekomendasi Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA);
24. Validasi bagi Personel Operasi Pesawat udara Negara Lain (Foreign License for Personnel) Pilot/FE/FOO;
25. Otentikasi Personel Penerbangan Indonesia kepada Otoritas Penerbangan Luar Negeri Pilot/FE/FOO;
26. persetujuan Pogram Pelatihan Personel Operasi Pesawat Udara (Approval Trainning Program);
b. mengkoordinasikan pelaksanaan Flight Operation board;
c. melaksanakan ujian tulis bagi Personel Operasi Pesawat Udara (Pilot/EE/FOO/FA);
d. melaksanakan Uji Kompetensi (Competency Check) untuk Validasi Sertifikat personel Penerbangan Negara Lain (Pilot/FE/FOO);
e. melaksanakan evaluasi terhadap usulan, dokumen dan sertifikat terkait di bidang personel operasi pesawat udara dalam rangka penerbitan sertifikasi atau otorisasi sebagaimana dimaksud huruf a;
f. melaksnakan bimbingan teknis dan supervisi di bidang
personel operasi pesawat udara; dan 12^
g. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan personel operasi pesawat udara oleh organisasi /lembaga sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang meliputi tindakan korektif, penegakan hukum dan penerapan sanksi administratif.
Pasal 20
Subdirektorat Perawatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf e mempunyai kegiatan:
a. memberikan usulan materi dan revisi rumusan
Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (Civil Aviation Safety Regulation), Petunjuk Teknis (Staff Instruction), Pedoman Teknis Operasional (Advisory Circulars) dan Edaran Keselamatan (Safety Circular) bidang perawatan pesawat udara;
b. menyiapkan bahan dan pengendalian pelaksanaan rekomendasi penerbitan, pembaharuan, perubahan sertifikasi atau otorisasi terhadap :
1. Sertifikat kelaikudaraan standar lanjutan Certificate ofAirworthiness (C of A);
2. Sertifikat kelaikudaraan khusus untuk restricted dan Special Flight Permit (Ijin Terbang khusus );
3. Sertifikat dasar personel teknik perawatan pesawat udara (Basic certificate);
4. Lisensi Personel Perawatan Pesawat Udara
(Aircraft Maintenance Engineer License);
5. Type rating Lisensi Personel Perawatan Pesawat Udara (Aircraft Maintenance Engineer License);
6. Persetujuan pelaksanaan Inhouse Aircraft type Trainning;
7. Rekomendasi Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA);
8. Validasi lisensi tenaga kerja asing;
9. Otentikasi Personel Penerbangan Indonesia kepada Otoritas Penerbangan Luar Negeri (personel teknik perawatan pesawat udara);
10. Designated Aircraft Maintenance Engineer Examiner Representatives (DAMEER);
c. melakukan kajian dan evaluasi terhadap usulan, dokumen dan sertifikat terkait di bidang perawatan dan personel perawatan pesawat udara dalam rangka penerbitan sertifikasi atau otorisasi sebagaimana
dimaksud huruf a;
d. mengendalikan pelaksanaan evaluasi dokumen perawatan pesawat udara meliputi :
1. Operation Specification
2. Authorization Condition and Limitation 3. Company Maintenance Manual
4. Maintenance Program
5. Minimum Equipment list P*)
6. Weight and balance manual
7. Reliability control program manual 8. Training manual
9. SMS manual.
e. mengendalikan pelaksanaan pengawasan Air Operator Certificate (AOC) dan Operator Certificate OC, Agricultural Aircraft Operation, Rotorcraft External Load Operation di bidang perawatan pesawat udara serta pengawasan (surveillance) terhadap pelaksanaan organisasi / lembaga Pendidikan dan pelatihan ahli perawatan pesawat udara (Aircraft Maintenance Training Organization);
f. mengendalikan pelaksanaan kegiatan pengawasan secara berkelanjutan bidang perawatan pesawat udara terkait pemberian special authorization:
1. Reduced Vertical Separation Minima (RVSM);
2. Performance Based Navigation (PBN);
3. Extended Operations (ETOPS) atau Extended Diversion Time Operations (EDTO);
4. CAT II/CAT III;
g. mengendalikan pelaksanaan Ramp inspection di bidang perawatan pesawat udara;
h. mengkoordinasikan kegiatan maintenance review board;
i. mengendalikan pelaksanaan koordinasi evaluasi Service Difficulty Report (SDR);
j. melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi di bidang perawatan dan personel perawatan pesawat udara; dan
k. mengawasi pelaksanaan kegiatan perawatan dan personel perawatan pesawat udara oleh organisasi/lembaga sebagaimana dimaksud dalam huruf b yang meliputi tindakan korektif, penegakan hukum dan penerapan sanksi administratif.
Pasal 21
Subdirektorat Perawatan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf e terdiri atas:
a. Seksi Perawatan Pesawat Udara; dan
b. Seksi Personel Teknik Perawatan.
Pasal 22
Seksi Perawatan Pesawat Udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 huruf a mempunyai kegiatan:
a. melaksanakan rekomendasi penerbitan, pembaharuan, perubahan sertifikasi atau otorisasi terhadap sertifikat kelaikudaraan standar lanjutan (Certificate of Airworthiness) pesawat udara; tty
b. melakukan kajian dan evaluasi terhadap usulan, dokumen dan sertifikat terkait di bidang perawatan dan personel perawatan pesawat udara dalam rangka penerbitan sertifikasi atau otorisasi sebagaimana dimaksud huruf a;
c. melaksanakan evaluasi dokumen perawatan pesawat udara meliputi :
1. Operation Specification;
2. Authorization Condition and Limitation;
3. Company Maintenance Manual;
4. Maintenance Program;
5. Minimum Equipment List;
6. Weight and balance manual;
7. Reliability control program manual;
8. Training manual;
d. melaksanakan pengawasan Air Operator Certificate (AOC) dan Operator Certificate OC, Agricultural Aircraft Operation, Rotorcraft External Load Operation di bidang perawatan pesawat udara;
e. melaksanakan Ramp inspection di bidang perawatan pesawat udara;
f. melaksanakan kegiatan pengawasan secara berkelanjutan bidang perawatan pesawat udara terkait pemberian special authorization:
1. Reduced Vertical Separation Minima (RVSM);
2. Performance Based Navigation (PBN);
3. Extended Operations (ETOPS) atau Extended Diversion Time Operations (EDTO);
4. CAT II/CAT III;
g. menyiapkan bahan koordinasi kegiatan Maintenance Review Board;
h. mengkoordinasikan evaluasi Service Difficulty Report (SDR);
i. melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi di bidang perawatan pesawat udara; dan
j. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan perawatan pesawat udara oleh organisasi/lembaga sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang meliputi tindakan korektif, penegakan hukum dan penerapan sanksi administratif.
Pasal 23
Seksi Personel Teknik Perawatan sebagaimana dimaksud Pasal 21 huruf b mempunyai kegiatan:
a. melaksanakan rekomendasi penerbitan, pembaharuan, perubahan sertifikasi atau otorisasi terhadap :
1. Sertifikat dasar personel teknik perawatan pesawat udara (Basic certificate).
2. Lisensi Personel Perawatan Pesawat Udara
(Aircraft Maintenance Engineer License). 1^
3. Type rating Lisensi Personel Perawatan Pesawat Udara (Aircraft Maintenance Engineer License).
4. Persetujuan pelaksanaan Inhouse Aircraft type Trainning.
5. Rekomendasi Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA)
6. Validasi license tenaga kerja asing.
7. Otentikasi Personel Penerbangan Indonesia kepada Otoritas Penerbangan Luar Negeri (personel teknik perawatan pesawat udara).
8. Designated Aircraft Maintenance Engineer Examiner Representatives (DAMEER)
b. melakukan kajian dan evaluasi terhadap usulan, dokumen dan sertifikat terkait di bidang perawatan dan personel perawatan pesawat udara dalam rangka penerbitan sertifikasi atau otorisasi sebagaimana dimaksud huruf a;
c. melaksanakan pengawasan berkelanjutan pelaksanaan organisasi / lembaga Pendidikan dan pelatihan ahli perawatan pesawat udara (Aircraft maintenance Training Organization);
d. melaksanakan pengawasan berkelanjutan terhadap pemegang Aircraft Maintenance Engineer License;
e. melaksanakan bimbingan teknis dan supervisi di bidang perawatan pesawat udara; dan
f. melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan perawatan pesawat udara oleh organisasi/ lembaga sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang meliputi tindakan korektif, penegakan hukum dan penerapan sanksi administratif.
Pasal 24
Subbagian Tata Usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf f mempunyai kegiatan:
a. menyiapkan bahan penyusunan rencana strategis, rencana kerja dan program kegiatan;
b. merencanakan dan menyiapkan pelaksanaan kegiatan ketatausahaan meliputi urusan kepegawaian, tata usaha, hubungan masyarakat dan surat menyurat;
c. menyiapkan dan melaksanakan rumah tangga dan
umum;
d. merencanakan dan mengelola sistem teknologi informatika;
e. merencanakan dan menyiapkan pelaksanaan kegiatan keungan, fasilitas dan perlengkapan, antara lain :
1. menyiapkan dan mengelola administrasi Penerimaan Negara Bukan Pajak;
2. melaksanakan pengelolaan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP); n^\
3. melaksanakan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN);
4. melaksanakan urusan perbendaharaan, akuntansi, verifikasi;
f. melaksanakan pengelolaan perpustakaan beserta pendistribusian dan sistem kontrol dokumen:
1. melakukan update pencarian data/dokumen dan rekapitulasi, evaluasi, analisa dari portal/website resmi (berlangganan) dan sumber-sumber lainnya;
2. mengorganisir, menyusun, menyimpan dan
memelihara serta memastikan kebaharuan
dokumen manual pesawat udara, dokumen regulasi ICAO (Annexes, ICAO Docs), Dokumen regulasi RI (CASR, SI, AC), Dokumen referensi (AIP, Jane's Dictionary, Study Report).
3. mengorganisir dan menyimpan dokumentasi operator penerbangan (operator's documents) ke dalam database IMSIS maupun rak;
g. mengelola program IMSIS berupa pelaksanaan otorisasi akses program IMSIS;
h. melaksanakan kegiatan pengelolaan training (Training Management) sesuai Program Inspector Trainning System (ITS);
i. mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi terhadap inspektur penerbangan bidang kelaikudaraan dan pengoperasian pesawat udara termasuk pelevelan (asesment of inspector for Airworthiness and Aircraft Operations)
j. melaksanakan layanan administratif kepada semua unit di lingkungan DKPPU
Pasal 25
Setiap unsur di lingkungan Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara dalam melaksanakan tugasnya harus menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam lingkungan Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara maupun dalam hubungan antar instansi pemerintah.
Pasal 26
Setiap pimpinan unit organisasi harus menerapkan sistem pengendalian intern pemerintah di lingkungan masing- masing untuk mewujudkan terlaksananya mekanisme akuntabilitas publik melalui penyusunan perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan kinerja yang terintegrasi.
Pasal 27
Setiap pimpinan unit organisasi bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahan dan memberikan pengarahan serta petunjuk pelaksanaan tugas
bawahan. |25^
Pasal 28
Setiap pimpinan unit organisasi harus mengikuti dan mematuhi petunjuk serta bertanggung jawab pada atasan masing-masing dan menyampaikan laporan kinerja secara berkala tepat pada waktunya.
Pasal 29
Dalam melaksanakan tugas, setiap pimpinan unit organisasi harus melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap unit organisasi di bawahnya.
Pasal 30
Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan Peraturan
Direktur Jenderal ini.
Pasal 31
Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : JAKARTA Pada tanggal : 26 Februari 2016
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
ttd.
SUPRASETYO
Salinanl sesuai dengan aslinya KEPADA BAGIAN HUKUM
l/u«
RUDI RICHARDO, SH, MHTO RIC