• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN ANGGARAN 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN ANGGARAN 2021"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

1 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

LAPORAN KINERJA (LKj) TAHUN ANGGARAN 2021

DIREKTORAT HUKUM DAN PERJANJIAN EKONOMI DIREKTORAT JENDERAL HUKUM DAN

PERJANJIAN INTERNASIONAL

(2)

2 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya, penyusunan Laporan Kinerja (LKj) Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021 ini dapat diselesaikan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Penyusunan LKj ini merupakan bagian dari bentuk pertanggungjawaban kinerja Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi mengenai pencapaian Visi dan Misi Kementerian Luar Negeri di bidang hukum dan perjanjian internasional, sesuai tugas pokok dan fungsinya yang diatur dalam Permenlu Nomor 2 Tahun 2016 yang pada akhir tahun 2021 ini telah diubah menjadi Permenlu Nomor 6 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri.

Pada dasarnya, LKj Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021 berisi tentang berbagai data dan informasi serta penjelasan mengenai capaian kinerja dan realisasi atas alokasi anggaran yang telah disetujui dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) tahun 2021, khususnya dalam pencapaian Tujuan dan Sasaran Strategis melalui pelaksanaan kegiatan yang menjadi tugas pokok dan fungsi seluruh satuan kerja (satker) di lingkungan Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi.

Tersusunnya LKj ini adalah berkat koordinasi dan kerja sama yang baik dari semua pihak di lingkungan Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi. Oleh karena itu, kepada seluruh pihak yang telah membantu pencapaian kinerja dan penyusunan LKj Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi ini diucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi- tingginya. Semoga LKj Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi 2021 dapat dipergunakan sebagai rujukan dan evaluasi pelaksanaan kinerja tahun berikutnya.

Jakarta, 7 Januari 2022 Direktur Hukum dan Perjanjian

Ekonomi

SYAHDA GURUH L. SAMUDERA NIP. 19761124 200003 1 001

(3)

3 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

IKHTISAR/RINGKASAN EKSEKUTIF

Capaian seluruh IKU Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi tahun 2021 masing- masing sebagai berikut:

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR UTAMA (IKU) CAPAIAN (%)

Stakeholder Perspective Penyelesaian hukum dan perjanjian Internasional di bidang ekonomi

Persentase kemajuan hukum dan perjanjian internasional di bidang ekonomi yang diselesaikan

99,13%

Customer Perspective

Kualitas pelayanan

pembentukan dan

penyempurnaan norma hukum dan perjanjian internasional di bidang ekonomi

Persentase pendapat hukum dan perjanjian internasional di bidang ekonomi dalam konsep/dokumen yang digunakan oleh K/L

100%

Internal Business Process Perspective

Diplomasi ekonomi yang kuat Persentase kemajuan perundingan perjanjian perdagangan bebas dan investasi

97,14%

Persentase pendapat hukum di bidang ekonomi yang diterima sebagai posisi Indonesia dalam forum internasional

100%

Learning and Growth Perspective Tata kelola organisasi yang baik di Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi

Nilai evaluasi AKIP di Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi

96,14%

Secara keseluruhan, rata-rata capaian sasaran strategis Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi pada tahun 2021 adalah sebesar 98,20%.

Dalam mencapai kinerja tersebut, situasi pandemi Covid-19, meskipun megalami perbaikan jika dibandingkan dengan tahun 2020, masih menjadi tantangan dan kendala utama dalam upaya pencapaian kinerja. Pandemi telah membawa dampak pada adanya

(4)

4 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

perubahan pola kerja dan tuntutan penyesuaian koordinasi antar-satker pada Kementerian Luar Negeri maupun antar-kementerian/lembaga, serta koordinasi/komunikasi antara Pemerintah Indonesia dengan pemerintah negara mitra. Situasi pandemi Covid-19 juga telah menyebabkan penyesuaian strategi kebijakan dalam hal perencanaan kinerja dan anggaran, serta realisasi program kegiatan sepanjang tahun 2021, akibat adanya refocusing anggaran untuk penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional.

Belum adanya kesamaan pandangan dalam melihat kepentingan strategis nasional maupun pertimbangan urgensi atas suatu isu/permasalahan di antara beberapa pemangku kepentingan juga menjadi tantangan di dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi untuk mencapai target kinerja. Selain itu, perbedaan kepentingan/posisi Indonesia dengan negara mitra (counterparts) dalam berbagai perundingan perjanjian internasional bidang ekonomi, misalkan disebabkan adanya perubahan fundamental iklim politik dalam negeri atau kepemimpinan nasional di negara mitra negosiasi, juga telah menjadi tantangan/kendala tersendiri dalam pencapaian target kinerja yang telah ditetapkan. Untuk itu, Direkrotat Hukum dan Perjanjian Ekonomi tetap melanjutkan adaptasi kebiasaan baru dengan melakukan peningkatan intensitas koordinasi tidak hanya secara fisik/luring (off-line) tetapi juga secara daring (online) dalam rangka melaksanakan berbagai program/rencana kegiatan. Penguatan koordinasi antara kementerian/lembaga yang lebih efektif, efisien, dan berkesinambungan serta upaya pendekatan/lobi yang efektif kepada negara mitra, senantiasa dilakukan guna mencapai solusi bersama untuk mencapai tujuan dan target kinerja, dengan tetap berpedoman pada kepentingan nasional.

Guna mencapai Sasaran dan Tujuan Strategis Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi yang lebih baik di masa mendatang, kiranya diperlukan pendekatan holistik, yang meliputi koordinasi formal dan informal, serta penambahan dan pengembangan SDM untuk semakin mendorong dan memperkuat diplomasi ekonomi yang menjadi salah satu prioritas rencana strategis (Renstra) Pemerintah tahun 2020-2024.

Sementara itu, dalam hal anggaran pada tahun 2021, Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi awalnya mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp. 3.686.061.104,-.

Setelah adanya refocusing anggaran, maka pagu Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi diubah menjadi Rp. 2.814.171.000. Dari jumlah tersebut, realisasi anggaran pada Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi pada tahun 2021 sebesar Rp. 2.812.319.385,- atau sebesar 99,93%.

(5)

5 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 2

IKHTISAR / RINGKASAN EKSEKUTIF ... 3

DAFTAR ISI ... 5

BAB I PENDAHULUAN ... 6

A. Latar Belakang ... 6

B. Organisasi dan Sumber Daya ... 7

C. Aspek Strategis Organisasi ... 1010

BAB II PERENCANAAN KINERJA ... 14

A. Rencana Stategis Tahun 2020 – 2024 ... 14

B. Penetapan Kinerja ... 15

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA ... 19

A. Capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) ... 19

1. Analisis Capaian Sasaran ... 21

2. Analisis Realisasi IKU ... 23

2.1 Stakeholder Perspective (IKU-S1.1) ... 23

2.2 Customer Perspective (IKU-C1.1) ... 29

2.3 Internal Business Process Perspective (IKU-B1.1) ... 32

2.4 Internal Business Process Perspective (IKU-B1.2) ... 42

2.5 Learning and Growth Perspective (IKU-L1.1) ... 46

B. Realisasi Anggaran ... 48

BAB IV PENUTUP ... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Kendala Utama ... 52

C. Alternatif Pemecahan ... 52

BAB V LAMPIRAN ... 53 Lampiran I: Perjanjian Kinerja 2021

Lampiran II: Matriks Realisasi Renaksi Lampiran III: Matriks Informasi Kinerja

Lampiran IV: Matriks Nilai Capaian Kinerja Organisasi

(6)

6 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sesuai dengan ketentuan Perpres 116 Tahun 2020 tentang Kementerian Luar Negeri, Ditjen Hukum dan Perjanjian Internasional memiliki tugas dan fungsi dalam menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan tidak hanya di bidang penguatan hukum dan perjanjian internasional tetapi juga hukum nasional yang berdimensi internasional, dalam rangka penyelenggaraan hubungan luar negeri (hublu) dan politik luar negeri (polugri).

Sejalan dengan RPJMN 2020-2024 (Lampiran Perpres No. 18 Tahun 2020) yang menetapkan beberapa isu prioritas yang berkaitan dengan penyelenggaraan hublu dan pelaksanaan polugri, Pemerintah Indonesia semakin dituntut untuk memperjuangkan kepentingan nasional secara lebih optimal dalam rangka memajukan peran Indonesia dalam hubungan dan kerja sama bilateral, regional, dan internasional maupun global terutama melalui optimalisasi kerja sama ekonomi dan diplomasi ekonomi. Rumusan RPJMN 2020- 2024 juga menggarisbawahi tantangan utama kerja sama ekonomi internasional, yakni (i) belum terpadunya kebijakan dan koordinasi antar pemangku kepentingan (Pemerintah, BUMN, swasta dan masyarakat) dalam penyelenggaraan diplomasi ekonomi; (ii) belum adanya mekanisme koordinasi penyelenggaraan investasi ke luar negeri; (ii) belum harmonisnya regulasi dalam negeri yang menunjang pelaksanaan perundingan perjanjian dagang; dan (iv) belum optimalnya penetrasi pasar Indonesia ke negara non-tradisional.

Selain itu, situasi dunia yang saat ini masih mengalami persaingan dan ketegangan geo-politik global serta langkah proteksionis yang diambil berbagai negara, menjadi tantangan besar bagi pelaksanaan diplomasi ekonomi Indonesia. Lebih lanjut, adanya pandemi Covid-19 sejak awal tahun 2020 dan berlanjut sepanjang tahun 2021, juga telah menyebabkan krisis bagi dunia kesehatan dan ekonomi global. Situasi tersebut telah memperlambat pertumbuhan ekonomi negara-negara, termasuk Indonesia. Situasi krisis tersebut juga berdampak negatif pada pelaksanaan berbagai program kerja pemerintahan, kegiatan bisnis dan berbagai aktivitas lainnya oleh seluruh lapisan masyarakat.

Sehubungan dengan rumusan RPJMN tersebut, serta dalam rangka pemulihan ekonomi nasional yang menurun drastis akibat pandemi Covid-19 dan meningkatnya persaingan geo-politik global dan proteksionisme berbagai negara, maka diperlukan langkah-langah responsif dan strategis oleh Pemerintah Indonesia. Salah satu langkah tersebut antara lain penguatan dan perluasan berbagai kerja sama di sektor kesehatan

(7)

7 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

(diplomasi kesehatan) dan ekonomi melalui berbagai upaya pembentukan perjanjian perdagangan (FTA/CEPA/PTA), perjanjian investasi (BIT/P4M), dan perjanjian kerja sama sektor ekonomi lainnya, yang berlandasarkan semangat kemitraan (partnership), kesamaan (equality), dan saling menguntungkan (mutual benefit). Sehingga semua langkah diplomasi tersebut diharapkan akan membuka akses pasar yang lebih luas bagi barang, jasa dan investasi ke Indonesia dan dari Indonesia terutama ke negara yang potensial (pasar non- tradisional). Peningkatan akses pasar ke negara yang potensial diyakini dapat turut mendorong dan mempercepat pemulihan ekonomi.

Dengan demikian, diplomasi kesehatan dan diplomasi ekonomi yang dijalankan Kementerian Luar Negeri yang mengharuskan Ditjen Hukum dan Perjanjian Internasional c.q. Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi mampu memainkan perannya secara optimal.

Dalam hal ini, tugas dan fungsi Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi dalam mendukung hal tersebut di antaranya penanganan perundingan terkait pembentukan norma dan perjanjian perdagangan bebas, investasi, lingkungan hidup serta norma di bidang ekonomi lainnya.

Selain itu, globalisasi dengan berbagai isu di dalamnya telah menimbulkan kompleksitas tersendiri dalam tatanan hukum nasional termasuk mengenai bagaimana ketaatan suatu negara terhadap hukum dan perjanjian internasional dalam era globalisasi.

Adanya hubungan pengaruh hukum internasional terhadap perkembangan hukum nasional satu sama lain juga akan melahirkan berbagai permasalahan baru khususnya dimensi- dimensi nasional dalam hukum internasional, serta sebaliknya dimensi-dimensi internasional dalam perkembangan hukum nasional. Dinamika ini akan melahirkan antara lain berbagai penerimaan hukum internasional ke dalam hukum nasional serta kerja sama di bidang penegakan hukum dalam kasus-kasus yang lintas batas negara, perkara-perkara transnasional yang dihadapi oleh Indonesia (misalnya gugatan asing di pengadilan nasional dan luar negeri), serta aspek internasional dalam perkara-perkara yang ditangani oleh penegak hukum nasional.

B. ORGANISASI DAN SUMBER DAYA I. Tugas dan Fungsi

Pelaksanaan tugas dan fungsi Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi pada tahun 2021 mengacu pada Permenlu Nomor 2 Tahun 2016 yang telah diperbarui oleh Permenlu Nomor 6 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri.

Berdasarkan Pasal 372 Permenlu Nomor 6 Tahun 2021, Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi memiliki tugas untuk merumuskan, melaksanakan, dan mengoordinasikan

(8)

8 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

kebijakan di bidang penyelenggaraan hublu dan polugri dalam lingkup penguatan hukum dan perjanijan internasional serta koordinasi negosiasi pembentukan norma hukum dan/atau perjanjian internasional yang meliputi hukum dan perjanjian perdagangan, investasi, keuangan, industri, sumber daya alam dan lingkungan hidup. Dalam pelaksanaan tugas tersebut, Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan kebijakan di bidang penyelenggaraan hublu dan polugri dalam lingkup pembentukan dan penyempurnaan norma hukum nasional dan perjanjian internasional, serta koordinasi negosiasi pembentukan norma hukum dan/atau perjanjian internasional yang meliputi hukum dan perjanjian perdagangan, investasi, keuangan, industri, sumber daya alam, dan lingkungan hidup;

b. pelaksanaan kebijakan dan koordinasi di bidang penyelenggaraan hublu dan polugri dalam lingkup pembentukan dan penyempurnaan norma hukum nasional dan perjanjian internasional, serta koordinasi negosiasi pembentukan norma hukum dan/atau perjanjian internasional yang meliputi hukum dan perjanjian perdagangan, investasi, keuangan, industri, sumber daya alam, dan lingkungan hidup;

c. pemberian advokasi di bidang hukum dan perjanjian, serta penyelesaian sengketa di bidang perdagangan, investasi, keuangan, industri, sumber daya alam, dan lingkungan hidup;

d. pemberian panduan substantif dan fasilitasi kebijakan di bidang penyelenggaraan hublu dan polugri dalam lingkup pembentukan dan penyempurnaan norma hukum nasional dan perjanjian internasional, serta koordinasi negosiasi pembentukan norma hukum dan/atau perjanjian internasional yang meliputi hukum dan perjanjian perdagangan, investasi, keuangan, industri, sumber daya alam, dan lingkungan hidup;

e. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang penyelenggaraan hublu dan polugri dalam lingkup pembentukan dan penyempurnaan norma hukum nasional dan perjanjian internasional, serta koordinasi negosiasi pembentukan norma hukum dan/atau perjanjian internasional yang meliputi hukum dan perjanjian perdagangan, investasi, keuangan, industri, sumber daya alam, dan lingkungan hidup; dan

f. pelaksanaan layanan manajemen Direktorat.

(9)

9 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021 II. Struktur Organisasi

Selanjutnya, Pasal 561 Permenlu Nomor 2 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri, juga menyatakan susunan organisasi Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi terdiri dari (1) Subdit Perdagangan dan Investasi, (2) Subdit Keuangan dan Industri, (3) Subdit Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, (4) Subbag Tata Usaha.

Tabel Struktur Organisasi Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Berdasarkan Permenlu Nomor 2 Tahun 2016

Kemudian berdasarkan ketentuan Pasal 374 Permenlu Nomor 6 Tahun 2021 sebagai pengganti Permenlu Nomor 2 Tahun 2016, maka susunan organisasi baru Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi terdiri dari (1) Subbagian Tata Usaha dan (2) Kelompok Jabatan Fungsional.

Tabel Struktur Organisasi Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Berdasarkan Permenlu Nomor 6 Tahun 2021

III. Sumber Daya Manusia

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi memiliki 20 pegawai terdiri dari 13 pejabat diplomatik dan konsuler yang mencakup 1 Direktur dan 12 pejabat fungsional, serta 3 staf tata usaha dan 4 staf honorer.

(10)

10 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

Berdasarkan formasi atas analisis beban kinerja sesuai SOTK baru Kementerian Luar Negeri sesuai Permenlu Nomor 6 Tahun 2021, posisi Direktur Hukum dan Perjanjian Ekonomi idealnya didukung oleh satu subbagian tata usaha yang terdiri atas satu kepala subbag, satu penata kanselerai ahli pertama, masing-masing satu arsiparis pertama dan penyelia, serta masing-masing satu pengelola sarana dan prasarana kantor, pengelola keuangan, pengelola kepegawaian, pengelola surat, serkretaris dan pengemudi.

Pada situasi hingga tahun berjalan saat ini, posisi Direktur juga didukung oleh kelompok jabatan fungsional dengan formasi-bezetting yaitu: Diplomat Ahli Utama formasi 1 terisi 0, Diplomat Ahli Madya formasi 4 terisi 2, Diplomat Ahli Muda formasi 7 terisi 5, dan Diplomat Ahli Pertama formasi 8 terisi 4.

C. ASPEK STRATEGIS ORGANISASI

I. Aspek Strategis Organisasi

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi memiliki peran penting dalam pencapaian rencana pembangunan nasional khususnya yang terkait dengan pengelolaan hukum dan perjanjian internasional di bidang ekonomi. Aspek-aspek strategis Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi, antara lain:

a. Undang-Undang No. 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (UU Hublu) mensyaratkan focal point melakukan konsultasi dan koordinasi dengan Menlu dalam setiap penyelenggaraan hublu (vide Pasal 7 ayat (2) dan Pasal 28 ayat (2)) dan pembuatan perjanjian internasional (vide Pasal 13).

b. Undang-Undang No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional (UU PI) juga mensyaratkan focal point melakukan konsultasi dan koordinasi dengan Menlu dalam setiap pembuatan perjanjian internasional (vide Pasal 5 (1)). Ditjen Hukum dan Perjanjian Internasional mengemban tugas utama membantu Menlu dalam memastikan setiap perjanjian internasional yang dibuat, melindungi kepentingan nasional, berdasarkan persamaan kedudukan, saling menguntungkan, dengan memperhatikan hukum nasional dan internasional yang berlaku (vide Pasal 4).

c. Perpres No. 116 Tahun 2020 tentang Kementerian Luar Negeri memberikan mandat kepada Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional, termasuk di bawahnya Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi, dalam hal perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penguatan hukum dan perjanjian internasional dalam penyelenggaraan hublu dan polugri (vide Pasal 28).

(11)

11 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

d. Permenlu No. 6 Tahun 2021 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri juga memberikan mandat kepada Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi, dalam mengemban tugas dan fungsinya antara lain untuk melakukan koordinasi negosiasi pembentukan norma hukum dan/atau perjanjian internasional yang meliputi hukum dan perjanjian perdagangan, investasi, keuangan, industri, sumber daya alam, dan lingkungan hidup (vide Pasal 327).

II. Isu Strategis

Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi memiliki isu strategis utamanya dalam upaya pengawalan terhadap proses pembuatan/perundingan perjanjian internasional di bidang ekonomi untuk semakin mendukung pelaksanaan diplomasi ekonomi yang saat ini menjadi salah satu sasaran strategis diplomasi dalam pelaksanaan hublu dan polugri. Pengawalan tersebut dimaksudkan untuk memastikan agar kesepakatan yang dibuat Indonesia dengan negara mitra senantiasa mengutamakan kepentingan nasional dengan memperhatikan berbagai faktor keamanannya, termasuk aspek politis dan yuridis, sesuai dengan ketentuan UU PI.

Pelaksanaan diplomasi ekonomi Indonesia pada tahun 2021, sebagai bagian dari RPJMN tahun 2020-2024 dan Renstra Kementerian Luar tahun 2020-2024, ditujukan untuk terus meningkatkan peran Indonesia dalam memperkuat tata kelola ekonomi global dan regional, guna mendukung kepentingan ekonomi nasional. Untuk itu, adanya penekanan terhadap diplomasi ekonomi mengharuskan Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi mampu memberi dukungan maksimal terhadap upaya diplomasi ekonomi. Tugas dan fungsi Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi dalam mendukung diplomasi ekonomi di antaranya penanganan perundingan pembentukan norma dan perjanjian perdagangan (FTA/CEPA/PTA), perjanjian investasi (BIT/P4M), lingkungan hidup serta norma di bidang ekonomi lainnya.

Dalam forum global/multilateral misalnya, Indonesia senantiasa memainkan peran aktifnya untuk mendukung upaya penanganan krisis ekonomi global termasuk mendorong tata kelola ekonomi yang adil, berkesinambungan, serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas (quality growth) sejalan dengan kepentingan negara berkembang, termasuk Indonesia. Peran tersebut ditunjukkan dalam berbagai forum internasional, termasuk UN Commission on International Trade Law (UNCITRAL), ICSID, IGC on the Conservation and Sustainable Use of Marine Biological Diversity of Areas Beyond National Jurisdiction (BBNJ), G-20, dan UN Climate Change Conference (UNFCCC).

Pada tataran regional, upaya diplomasi ekonomi Indonesia juga terus ditandai dengan berbagai partisipasi aktif dan konstruktif dalam upaya mendorong terbentuknya atau

(12)

12 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

menguatnya kerja sama ekonomi kawasan, terutama dalam pembentukan dan/atau penguatan (upgrade) perjanjian internasional bidang ekonomi, seperti Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang melibatkan seluruh negara anggota ASEAN dan 5 negara mitra besar, ASEAN Australia News Zealand FTA (AANZFTA), ASEAN-Hong Kong FTA dan ASEAN-Hong Kong Investment Agreement, ASEAN Traditional Medicines and Health Supplements (TMHS), Coordinating Committee on ATIGA/Sub- Committee on ATIGA Rules of Origin (CCA/SCAROO/MLE), dan ASEAN Agreement on E- Commerce. Indonesia telah memainkan peran utama sebagai key driver dan bridge builder dalam menyikapi tantangan dalam berbagai perundingan tersebut, yakni ambisi membuka akses pasar seluas-luasnya, di tengah adanya perbedaan level of development di antara negara-negara di kawasan.

Dalam hubungan bilateral, meski menghadapi berbagai tantangan global dan regional, serta berbagai masalah yang ditimbulkan terkait pandemi Covid-19, diplomasi ekonomi Indonesia tetap ditandai dengan beberapa capaian pada berbagai perundingan perjanjian perdagangan (FTA/CEPA/PTA), investasi (BIT/P4M) maupun perjanjian sektor ekonomi lainnya, seperti: (i) konklusi teks perundingan BIT/P4M Indonesia dengan Swiss; (ii) kemajuan kesepakatan dalam proses perundingan Indonesia – UAE CEPA dan Indonesia – EU CEPA; (iii) kelanjutan pasca penjajakan atau dimulainya perundingan Indonesia – MERCOSUR CEPA, Indonesia – Kanada CEPA, dan BIT/P4M Indonesia – Kazakhstan; (iv) kelanjutan perundingan lainnya seperti Indonesia-Turki CEPA dan PTA Indonesia dengan negara mitra seperti Fiji, Mauritius, Maroko, Mozambik, Tunisia; serta (v) kerja sama ekonomi kreatif seperti antara Indonesia-Thailand dan Indonesia-Turki.

Dalam pelaksaaan peran Indonesia di berbagai tataran global, regional, dan bilateral tersebut, Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi memandang perlunya kehati-hatian dalam merumuskan posisi dan komitmen Indonesia di berbagai inisiatif, perundingan, dan proses rule making. Peranan Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi sebagai lead/co- lead negotiator maupun legal adviser pada berbagai tahapan dimaksud, baik pada pra- negosiasi, negosiasi, penandatanganan maupun tahap implementasi dilakukan dengan tujuan agar outcome documents di bidang perdagangan, investasi, dan perjanjian sektor ekonomi lainnya, sesuai dengan kepentingan nasional.

Beberapa perjanjian yang telah ditandatangani pada tahun-tahun sebelumnya, telah selesai diratifikasi dan dilakukan monitoring dan evaluasi (monev) atas implementasi berbagai perjanjian tersebut sepanjang tahun 2021, antara lain ASEAN-Hong Kong FTA, ASEAN-Hong Kong Investment Agreement, Indonesia-Australia CEPA, BIT/P4M RI- Singapura, BIT/P4M RI-PEA, RCEP, dan Indonesia-Korea CEPA.

(13)

13 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

Indonesia terus memperkuat upaya diplomasi ekonominya, terutama melalui perluasan penyusunan perjanjian internasional di bidang ekonomi dengan negara mitra, baik dalam skema FTA/CEPA/PTA, P4M/BIT, dan perjanjian penghindaran pajak berganda (P3B), maupun perjanjian lingkungan hidup, pembangunan berkelanjutan dan perjanjian lainnya yang memiiliki dampak strategis bagi penanganan krisis kesehatan dan ekonomi sebagai akibat dari pandemi Covid-19. Berbagai upaya tersebut dimaksudkan untuk mencapai kemajuan ekonomi Indonesia, terutama guna memperluas akses pasar produk Indonesia (termasuk akses pasar non-tradisional), meningkatkan nilai ekspor Indonesia dan mendongkrak nilai investasi baik investasi asing dalam negeri maupun investasi yang dilakukan investor Indonesia di negara mitra (outbound investment), serta perlindungan investasi Indonesia di luar negeri.

Pelaksanaan berbagai perundingan perjanjian internasional di bidang ekonomi tersebut tentunya senantiasa didasarkan pada prinsip-prinsip kemitraan, kesamaan/kesetaraan, dan saling menguntungkan. Dengan demikian, perundingan berbagai perjanjian tersebut diharapkan akan menghasilkan perjanjian internasional yang aman terutama dari aspek politis dan yuridis, serta dapat melindungi kepentingan nasional dalam jangka panjang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang semakin berkualitas dan mampu memberikan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.

Dalam kaitan penanganan pandemi Covid-19, Indonesia juga telah melakukan berbagai upaya kerja sama bilateral, regional (seperti ASEAN dan ASEAN Plus), dan multilateral (seperti WHO, G20, dan WTO), untuk mengatasi berbagai dampak ekonomi dan kesehatan dari pandemi Covid-19, antara lain penguatan akses pasar dan penurunan tarif untuk produk bidang kesehatan atau alat-alat kesehatan, diplomasi vaksin untuk mendorong akses publik seluas-luasnya terhadap vaksin, serta kerja sama ekonomi lainnya guna mendorong penyelesaian Covid-19 sekaligus pemulihan ekonomi nasional.

(14)

14 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. RENCANA STRATEGIS TAHUN 2020 – 2024

VISI KEMENLU

Memimpin diplomasi yang aktif dan efektif untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berdasarkan gotong royong

MISI KEMENLU

1. Memberikan nilai manfaat ekonomi yang optimal melalui hubungan luar negeri untuk mendukung struktur ekonomi yang produktif, mandiri, dan berdaya saing

2. Memberikan perlindungan WNI/BHI di luar negeri yang prima sebagai upaya perlindungan bagi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga 3. Menjaga integritas NKRI yang bersinergi

bersama dengan Pemerintah Pusat serta Daerah dan meningkatkan citra positif Indonesia di dunia internasional

4. Memajukan kepemimpinan dan peran Indonesia yang berpengaruh di dunia internasional

5. Meningkatkan infrastruktur diplomasi Kemenlu dan Perwakilan RI untuk mendukung peningkatan kualitas manusia Indonesia

IKU S1.1

Persentase kemajuan hukum dan perjanjian internasional di bidang ekonomi yang diselesaikan IKU C1.1

Persentase pendapat hukum dan perjanjian internasional di bidang ekonomi dalam konsep/dokumen yang digunakan oleh K/L

IKU B1.1

Persentase kemajuan perundingan perjanjian perdagangan bebas dan investasi

IKU B1.2

Persentase pendapat hukum di bidang ekonomi yang diterima sebagai posisi Indonesia dalam forum internasional

IKU L1

Nilai evaluasi AKIP

VISI DITJEN HPI

Optimalisasi hukum dan perjanjian internasional dalam rangka memperkuat diplomasi kedaulatan, ekonomi, sosial budaya serta politik dan keamanan yang aktif dan efektif untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong

MISI DITJEN HPI

1. Mendorong percepatan penyelesaian perundingan perbatasan

2. Memperkuat penyusunan rancangan kebijakan dan penanganan masalah hukum dan perjanjian internasional di bidang politik, keamanan, kewilayahan, ekonomi, sosial dan budaya

3. Mengoptimalkan kapasitas institusi di bidang hukum dan perjanjian internasional yang profesional, efektif dan efisien, yang mampu mendukung pelaksanaan politik luar negeri dan hubuluar negeri

Sasaran Strategis Direktorat Hukum dan

Perjanjian Ekonomi Penyelesaian hukum dan perjanjian internasional di bidang ekonomi

(15)

15 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021 B. PENETAPAN KINERJA (PK) 2021

PERJANJIAN KINERJA 2021 PETA STRATEGIS

(16)

16 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021 Kode

SS Sasaran Strategis Kode

IKU Indikator Kinerja Utama (IKU) Target 2021

(1) (2) (3) (4) (5)

Stakeholder Perspective

S1 Penyelesaian hukum dan perjanjian internasional di bidang ekonomi

S1.1 Persentase kemajuan hukum dan perjanjian internasional di bidang ekonomi yang diselesaikan

100%*)

(17)

17 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021 Customer Perspective

C1 Kualitas pelayanan terhadap

pembentukan dan

penyempurnaan norma hukum dan perjanjian internasional di bidang ekonomi

C1.1 Persentase pendapat hukum dan perjanjian internasional di bidang ekonomi dalam konsep/dokumen yang digunakan oleh K/L

100%**)

Kode

SS Sasaran Strategis Kode

IKU Indikator Kinerja Utama (IKU) Target 2021

(1) (2) (3) (4) (5)

Internal Business Process Perspective

B1 Diplomasi ekonomi yang kuat

B1.1 Persentase kemajuan perundingan perjanjian perdagangan bebas dan investasi

100%*)

B1.2 Persentase pendapat hukum di bidang ekonomi yang diterima sebagai posisi Indonesia dalam forum Internasional

100%**)

Learning & Growth Perspective

L1 Tata Kelola Organisasi yang baik di Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi

L1.1 Nilai evaluasi AKIP di Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi

78 (BB)

No. Kegiatan

Pagu APBN 2021

Pagu APBN-P 2021

(Rp) (Rp)

1

Pagu Anggaran Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi 2021: Optimalisasi Diplomasi terkait dengan Hukum dan Perjanjian Ekonomi

3.686.061.104 2.814.171.000

PROGRAM DAN KEGIATAN PROGRAM

Program Optimalisasi Diplomasi terkait dengan Pengelolaan Hukum dan Perjanjian Internasional

KEGIATAN

Optimalisasi Diplomsi terkait dengan Hukum dan Perjanjian Ekonomi Keterangan : * Persentase berdasarkan IKU Mistar

** Persentase berdasarkan Jumlah Pelayanan yang diberikan

(18)

18 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

PENGUKURAN KINERJA

Pencapaian kinerja Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi didasarkan kemajuan yang diukur dari perkembangan titik awal ke titik target pada mistar perjanjian internasional bidang ekonomi. Titik awal adalah sebuah titik tahapan dalam mistar perjanjian yang ditentukan sesuai perjanjian internasional yang akan diselesaikan pada tahun berjalan. Titik target adalah titik capaian yang akan diselesaikan. Jarak antara titik awal ke titik target adalah 100%. Mistar perjanjian internasional tersebut memiliki skala 0 s.d. 245 dengan tahapan:

(19)

19 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. CAPAIAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

Data dan informasi mengenai realisasi IKU, capaian kinerja dan capaian sasaran strategis pada Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi pada tahun 2021 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel Capaian Sasaran Starategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU)

Sasaran Indikator Kinerja

Sasaran Target Realisasi Informasi

Kinerja Jumlah Capaian Kinerja

Data Dukung Optimalisasi

Diplomasi terkait dengan pengelolaan hukum dan perjanjian internasional

IKU-S1.1:

Persentase kemajuan hukum dan perjanjian Internasional di bidang ekonomi yang diselesaikan

100% 99,13% Realisasi Titik Awal

- 99,13%

Laporan

Titik target Titik awal

IKU-C1.1:

Persentase pendapat hukum dan perjanjian internasional di bidang ekonomi dalam

konsep/dokumen yang digunakan oleh K/L

100% 100%

Jumlah pendapat hukum yang disampaikan kepada stakeholders

116

100%

Laporan

Jumlah permintaan pendapat hukum yang disampaikan oleh stakeholders

116

IKU-B1.1:

Persentase kemajuan perundingan

100% 97,14% Realisasi Titik Awal

- Laporan

Titik target

(20)

20 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021 perjanjian

perdagangan

bebas dan

investasi

Titik awal

98,57%

IKU-B1.2:

Persentase pendapat hukum di bidang ekonomi yang diterima sebagai posisi Indonesia dalam forum

internasional

100% 100% Jumlah forum yang dihadiri

19 Laporan

Learning and Growth Perspective

IKU-L1.1

Nilai evaluasi AKIP di Direktorat

Hukum dan

Perjanjian Ekonomi

78 (BB)

74,99 (BB)

Hasil implementasi sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah

-

96,14%

Laporan

Capaian Sasaran Strategis

98,20%

Tabel Perbandingan Capaian Sasaran Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2017-2021

Sasaran/Indikator

Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun 2019 Tahun 2020 Tahun 2021 Capaian

Sasaran

Capaian Sasaran

Capaian Sasaran

Capaian Sasaran

Capaian Sasaran Meningkatnya

kualitas hukum dan perjanjian

internasional yang aman dari aspek yuridis, teknis, dan keamanan.

100% 98,88% 99,51% 98,68% 98,20%

(21)

21 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

Grafik Perbandingan Capaian Sasaran Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2017 – 2021

1. Analisis Capaian Sasaran

Capaian sasaran Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi pada tahun 2021 sebesar 98,20%. Capaian tersebut diperoleh dengan perhitungan jumlah seluruh capaian kinerja IKU dibagi banyaknya IKU.

Sementara itu, realisasi keseluruhan IKU Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi tahun 2021 sebagai berikut: (1). Persentase kemajuan hukum dan perjanjian internasional di bidang ekonomi yang diselesaikan sebesar 99,13%; (2). Persentase pendapat hukum dan perjanjian internasional di bidang ekonomi dalam konsep/dokumen yang digunakan oleh K/L sebesar 100%; (3). Persentase kemajuan perundingan perjanjian perdagangan bebas dan investasi sebesar 97,14%; (4). Persentase pendapat hukum di bidang ekonomi yang diterima sebagai posisi Indonesia dalam forum internasional sebesar 100%; serta (5).

dengan perolehan nilai evaluasi AKIP sebesar 96,14%.

Adapun perbandingan antara realisasi IKU tahun 2021 dengan target jangka menengah yang tertuang dalam Renstra Direktorat Jenderal Hukum dan Perjanjian Internasional tahun 2021 dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

97,00%

97,50%

98,00%

98,50%

99,00%

99,50%

100,00%

100,50%

Tahun 2017

Tahun 2018

Tahun 2019

Tahun 2020

Tahun 2021

Meningkatnya kualitas hukum dan perjanjian internasional yang aman dari aspek yuridis, teknis dan keamanan

(22)

22 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

Perbandingan Realisasi IKU Tahun 2021 dengan Target Jangka Menengah

Indikator Kinerja Sasaran Realisasi Tahun 2021

Target Jangka Menengah IKU-S1.1:

Persentase kemajuan hukum dan perjanjian Internasional di bidang ekonomi yang diselesaikan

99,13% 100%

IKU-C1.1:

Persentase pendapat hukum dan perjanjian internasional di bidang ekonomi dalam konsep/dokumen yang digunakan oleh K/L

100% 100%

IKU-B1.1:

Persentase kemajuan perundingan perjanjian perdagangan bebas dan investasi

97,14% 100%

IKU-B1.2:

Persentase pendapat hukum di bidang ekonomi yang diterima sebagai posisi Indonesia dalam forum internasional

100% 100%

IKU-L1.1:

Nilai evaluasi AKIP di Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi

96,14%

(74,99/BB) 78 (BB)

Dari tabel tersebut di atas, dapat dilihat bahwa semua target IKU Jangka Menengah Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi relatif telah tercapai. Hanya beberapa IKU yang realisasinya sedikit di bawah target, kendatipun tidak secara signifikan mempengaruhi rata- rata realisasi dari seluruh target pada seluruh IKU. Ke depan, hal-hal yang perlu dilakukan antara lain menetapkan target IKU yang cukup realistis dengan kemampuan pencapaian selama ini.

(23)

23 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021 2. Analisis Realisasi IKU

2.1 STAKEHOLDER PERSPECTIVE (IKU-S1.1): PERSENTASE KEMAJUAN HUKUM DAN PERJANJIAN INTERNASIONAL DI BIDANG EKONOMI YANG DISELESAIKAN

Kementerian Luar Negeri

melaksanakan hubungan luar negeri termasuk berpartisipasi dalam

perundingan- perundingan terkait dengan

pembuatan hukum dan perjanjian internasional, baik dalam konteks hubungan bilateral, regional, maupun multilateral, sejalan dengan ketentuan UU No. 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional (UU PI). Oleh karena itu, dalam pembuatan hukum dan perjanjian internasional, Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi melakukan upaya pengawalan agar setiap hukum dan perjanjian internasional yang dibuat oleh Pemerintah Indonesia memenuhi aspek keamanan, terutama dari segi politis dan yuridis. Selain terlibat dalam proses pembuatan perjanjian internasional, Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi juga terlibat dalam setiap penyelesaian hukum dan perjanjian internasional melalui proses pengesahan perjanjian internasional, khususnya dalam mengoordinasikan langkah-langkah yang harus diambil untuk mengesahkan/meratifikasi perjanjian internasional sehingga terdapat kemajuan hukum dan/atau perjanjian internasional di bidang ekonomi yang diselesaikan oleh Indonesia.

Beberapa perjanjian yang selesai diratifikasi oleh Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya dan dilakukan monev implementasi pada tahun 2021, antara lain ASEAN-Hong Kong FTA, ASEAN-Hong Kong Investment Agreement, P4M/BIT Indonesia-Singapura, Indonesia-Australia CEPA, P4M/BIT Indonesia-Persatuan Emirat Arab (PEA), Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP), Indonesia – Korea CEPA, Protokol Amandemen ke-4 ASEAN Comprehensive Investment Agreement/ACIA (4th Protocol to Amend the ACIA), PTA Indonesia-Mozambik, Protokol Amandemen PTA Indonesia-

(24)

24 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

Pakistan, P3B Indonesia-Kamboja, P3B Indonesia-Singapura, dan PHU Indonesia-Papua Nugini. Perjanjian lain yang juga mengalami kemajuan dalam proses pengesahan, di antaranya Indonesia-EFTA CEPA dan ASEAN Agreement on E-Commerce.

Beberapa perjanjian yang dapat dijadikan contoh untuk penghitungan persentase kemajuan berdasarkan mistar perjanjian, antara lain ASEAN-Hong Kong FTA, ASEAN-Hong Kong Investment Agreement, BIT/P4M Indonesia-Singapore, Indonesia-Australia CEPA, BIT/P4M Indonesia-PEA, RCEP, dan Indonesia-Korea CEPA, dengan pertimbangan perjanjian tersebut dinilai cukup untuk merepresentasikan contoh dari perjanjian perdagangan (FTA/CEPA) dan perjanjian investasi/keuangan/industri (P4M/BIT/P3B), sebagaimana dicakup dalam mistar perjanjian.

Tabel Target Kemajuan Perjanjian di Bidang Ekonomi yang Diselesaikan Tahun 2021

No. Nama Perundingan Titik Awal

Titik Target

Titik

Realisasi Keterangan 1. ASEAN-Hong Kong

FTA 235 245 245 Dengan mengacu pada mistar

perjanjian dan perkembangan tahun sebelumnya, maka pada Triwulan I 2021, 5 (lima) perjanjian memiliki titik awal di atas 195 (bervariasi antara 235, 230, dan 240), sementara 2 (dua) perjanjian sisanya yaitu RCEP dan Indonesia- Korea CEPA memiliki titik awal 195.

Yang diukur dari target kemajuan penyelesaian perjanjian di bidang ekonomi sepanjang tahun 2021 ini adalah proses ratifikasi dan/atau implementasi dari perjanjian- perjanjian dimaksud.

2. ASEAN-Hong Kong

Investment Agreement 235 245 245 3. BIT/P4M Indonesia-

Singapura 230 245 245

4. Indonesia-Australia

CEPA 240 245 245

5. BIT/P4M Indonesia-

PEA 230 245 244

6. RCEP 195 225 225

7. Indonesia-Korea

CEPA 195 225 225

Dengan menggunakan penghitungan mistar titik awal - titik target pada tahun 2021 atas perkembangan penyelesaian perjanjian, maka seluruh perjanjian tersebut (kecuali RCEP dan Indonesia-Korea CEPA) memiliki titik awal di atas 195 pada Triwulan I 2021.

Posisi pada mistar ini memiliki arti bahwa perjanjian-perjanjian tersebut telah ditandatangani dan sedang dalam proses pengesahan dan/atau implementasi oleh Indonesia. Kemudian pada akhir Triwulan IV 2021, terdapat kemajuan yang signifikan, yakni dengan pencapaian realisasi untuk perjanjian nomor 1 sampai dengan nomor 5 secara berturut-turut 245, 245,

(25)

25 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

245, 245, dan 244 yang artinya perjanjian-perjanjian tersebut telah dilakukan ratifikasi/pengesahan hingga implementasi oleh pihak Indonesia, sementara untuk RCEP dan Indonesia-Korea CEPA—keduanya mencapai realisasi 225, meskipun mengalami kemajuan, perkembangannya belum sampai pada tahapan implementasi. Dengan memperhatikan perkembangan penyelesaian (pengesahan) perjanjian, maka total perhitungannya sebagai berikut:

Tabel Capaian Kinerja Sasaran IKU-S1.1 Tahun 2021

Indikator Kinerja Sasaran Informasi

Kinerja Realisasi Target Capaian

IKU-S1.1: Persentase Kemajuan Hukum dan Perjanjian Internasional di Bidang Ekonomi yang Diselesaikan

(Total Titik Realisasi - Titik

Awal) 99,13% 100% 99,13%

(Total Titik Target - Titik Awal)

Faktor Pendorong

Beberapa faktor pendorong pencapaian IKU ini antara lain adanya kesepahaman bersama antara seluruh pemangku kepentingan nasional baik di antara berbagai instansi pemerintah maupun DPR dalam menyelesaikan pengesahan/ratifikasi perjanjian internasional di bidang ekonomi yang telah ditandatangani oleh Indonesia dan negara mitra serta melakukan monev implementasi perjanjian tersebut. Secara umum, kementerian/lembaga pemerintah yang terkait dinilai memiliki komitmen bersama untuk memajukan upaya diplomasi ekonomi melalui pelaksanaan komitmen yang diatur dalam kesepakatan atau perjanjian internasional di bidang ekonomi. Berbagai kesepakatan atau perjanjian internasional di bidang ekonomi tersebut akan menjadi landasan hukum rujukan dalam upaya peningkatan akses pasar baik di dalam negeri maupun akses pasar untuk barang, jasa, dan investasi Indonesia di luar negeri, yang pada gilirannya diharapkan akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional.

Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pencapaian IKU-S1.1 ini mengalami pasang surut. Pada tahun 2019, IKU-S1.1 mencapai sebesar 100%. Sementara pada tahun 2020 di masa awal sulit akibat pandemi Covid-19, pencapaian IKU-S1.1 sedikit turun menjadi 98,57%. Namun demikian, pencapaian tahun 2020 tersebut masih dalam kisaran capaian yang sangat tinggi, sesuai dengan perhitungan mistar perjanjian. Kemudian pada tahun 2021, pencapaian IKU-S1.1 ini mengalami peningkatan menjadi sebesar 99,13%.

(26)

26 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

Grafik Perbandingan Capaian IKU-S1.1 Tahun 2019 – 2021

Inovasi dan Efektivitas Kinerja

Inovasi dan efektivitas kinerja yang dilakukan Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi dalam pencapaian IKU ini adalah terus mengintensifkan koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan nasional lainnya dalam rangka menyelesaikan/mengesahkan perjanjian internasional di bidang ekonomi. Utilisasi dan optimalisasi penggunaan aplikasi internal “Progress HPI” juga dilakukan untuk memfasilitasi berbagai koordinasi dan update perkembangan proses penyelesaian perjanjian internasional secara lebih real time dan reliable bagi pihak lainnya. Koordinasi antar-satuan kerja di Diten Hukum dan Perjanjian Internasional maupun pada Kementerian Luar Negeri menjadi lebih efektif dan efisien. Melalui penggunaan aplikasi tersebut, setiap perkembangan pengesahan perjanjian juga dapat dimonitor secara langsung oleh pimpinan maupun rekan kerja pada satuan/unit kerja, sehingga hal tersebut dapat menjadi salah satu acuan bagi upaya evaluasi maupun penyempurnaan langkah ke depan guna mendorong percepatan penyelesaian/pengesahan suatu perjanjian sesuai peraturan perundang-undangan.

Tantangan dan Kendala/Hambatan

Meski telah mengalami perbaikan dari tahun sebelumnya, situasi pandemi pada tahun 2021 ini masih menjadi tantangan/kendala utama bagi pelaksanaan seluruh program kegiatan yang telah dicanangkan. Dampak dari adanya krisis kesehatan dan ekonomi akibat pandemi Covid-19 masih dirasakan terutama karena adanya policy direction dari Pemerintah untuk melakukan pengurangan anggaran dan efisiensi penggunaan anggaran. Seperti tahun 2020, situasi pandemi di tahun 2021 masih menuntut adanya penyesuaian business process, baik antar-satuan kerja internal Kementerian Luar Negeri maupun antara kementerian/lembaga. Sehingga koordinasi pengesahan suatu perjanjian internasional tidak semata bergantung pada pertemuan fisik/luring sekiranya tidak memungkinkan dilaksanakan, melainkan juga mengoptimalkan koordinasi yang dilaksanakan secara virtual/daring (online).

97,5 98 98,5 99 99,5 100

Persentase IKU-S1.1

2019 2020 2021

(27)

27 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

Belajar dari kendala yang dihadapi pada tahun sebelumnya, pada tahun 2021 ini koordinasi antara kementerian/lembaga telah menjadi bagian dari adaptasi kebiasaan baru sehingga tidak secara signifikan memengaruhi pencapaian target IKU penyelesaian berbagai perjanjian yang telah ditandatangani Indonesia dengan negara mitra. Tantangan atau kendala/hambatan lainnya, antara lain masih belum adanya kesepahaman yang utuh di antara beberapa pemangku kepentingan terutama dalam mengidentifikasi kepentingan strategis nasional maupun pertimbangan urgensi untuk menyelesaikan pengesahan perjanjian. Pada beberapa situasi, kementerian/lembaga tertentu masih berpegang pada prioritasnya sendiri mengenai penyelesaian pengesahan suatu perjanjian internasional.

Untuk mengatasi berbagai tantangan dan kendala/hambatan tersebut, Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi terus mendorong intensifikasi koordinasi, konsinyering dan konsultasi tidak hanya di tingkat working level tetapi juga di tingkat pengambil kebijakan (policy maker) agar diperoleh kesamaan pandangan dan diambil keputusan secara efektif mengenai pertimbangan urgensi dan prioritas nasional tentang suatu perjanjian di bidang ekonomi yang harus segera diselesaikan melalui ratifikasi oleh Indonesia. Penyelesaian perjanjian internasional di bidang ekonomi merupakan salah satu enabling factor keberhasilan pelaksanaan diplomasi ekonomi sehingga akan semakin membuka kesempatan bagi arus investasi dan peningkatan perdagangan Indonesia dengan berbagai negara mitra. Selain itu, komitmen yang lebih nyata dari berbagai kementerian/lembaga yang terkait merupakan faktor yang penting untuk mendorong penyusunan prioritas penyelesaian perjanjian bidang ekonomi baik di tingkat bilateral, regional, maupun multilateral.

Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Beberapa upaya efisiensi penggunaan sumber daya juga dilakukan oleh Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi dalam proses penyelesaian perjanjian. Melalui intensifikasi koordinasi secara daring, yang sebelumnya selalu bergantung pada koordinasi secara luring, maka terjadi efisiensi penggunaan sumber daya manusia maupun sumber daya anggaran.

Untuk menyelesaikan potensi isu/masalah, misalnya ketidaksepahaman dalam menentukan bentuk hukum bagi pengesahan suatu perjanjian internasional bidang ekonomi, maka Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi sepanjang tahun 2021 telah mendorong berbagai pembahasan pembentukan peraturan perundang-undangan mengenai ratifikasi perjanjian internasional yang saat ini masih dalam proses pembahasan oleh beberapa kementerian/lembaga terkait. Berbagai peraturan tersebut akan menjadi landasan hukum teknis yang akan memberikan kepastian bagi pengesahan suatu perjanjian internasional,

(28)

28 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

termasuk perjanjian di bidang ekonomi, dengan memperhatikan perkembangan UU Hublu, UU PI, UU Perdagangan, dan putusan hasil uji materil terkait ketentuan pengesahan perjanjian internasional dalam UU PI pada Mahkamah Konstitusi tahun 2018.

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi di penghujung akhir tahun juga telah melakukan kegiatan monev, terutama terhadap realisasi program kegiatan dan realisasi anggaran. Hasil evaluasi tersebut menjadi acuan untuk melakukan langkah-langkah perbaikan bagi pelaksanaan program kegiatan di tahun-tahun mendatang, dengan memperhatikan situasi pandemi Covid-19 yang diperkirakan masih akan berlangsung pada tahun 2022.

Untuk pencapaian IKU S1.1 ini, anggaran yang dialokasikan adalah sebesar Rp.

566.210.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 565.564.050,- atau mencapai 99,99%.

(29)

29 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

2.2 CUSTOMER PERSPECTIVE (IKU-C1.1): PERSENTASE PENDAPAT HUKUM DAN PERJANJIAN INTERNASIONAL DI BIDANG EKONOMI DALAM KONSEP/DOKUMEN YANG DIGUNAKAN OLEH K/L

Untuk koordinasi pembentukan norma

hukum dan perjanjian internasional, Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi melakukan fungsi

pendampingan maupun pengawalan dalam setiap pembuatan perjanjian internasional, dokumen perjanjian/kerja sama internasional, maupun pembuatan instrumen hukum nasional yang memiliki dimensi internasional di bidang ekonomi. Terkait hal tersebut, Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi memberikan pendapat hukum di bidang ekonomi kepada para pemangku kepentingan (kementerian/lembaga) yang terkait.

Pada tahun 2021, di luar tanggapan/masukan hukum terkait perundingan perjanjian bebas (FTA/CEPA/PTA) dan investasi (BIT/P4M), Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi telah menyampaikan sedikitnya 116 masukan/pendapat hukum sebagai tanggapan atas rancangan suatu perjanjian yang dilakukan antara instansi Pemerintah Indonesia dengan negara mitra/pihak asing. Perjanjian-perjanjian tersebut dalam bentuk apapun seperti MOU, LOI, Agreement, Arrangement, yang meliputi berbagai sektor bidang ekonomi, di antaranya kerja sama ekonomi, pinjaman dan hibah, perpajakan, energi dan sumber daya alam, lingkungan, dan pembangunan berkelanjutan.

Selain itu, Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi berperan aktif dalam proses pembentukan dan penyempurnaan norma hukum dalam pembahasan menuju revisi UU PI, pembentukan 3 (tiga) Peraturan Menteri Luar Negeri tentang Surat Kuasa, Surat Kepercayaan, dan Pedoman Delegasi RI. Latar belakang pembahasan penyusunan revisi UU PI tersebut antara lain adanya Putusan Mahkamah Konstitusi mengenai pengujian UU PI pada tahun 2018 yang pada intinya menegaskan bahwa perlu tidaknya persetujuan DPR

(30)

30 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

untuk mengesahkan suatu perjanjian internasional tidak hanya ditentukan melalui kriteria yang saat ini ditentukan UU PI (vide Pasal 10 dan 11), melainkan dengan kriteria

‘menimbulkan akibat yang luas dan mendasar bagi kehidupan rakyat yang terkait dengan beban keuangan negara’. Sementara pembahasan pembentukan 3 Permenlu juga pada prinsipnya bertujuan untuk menetapkan norma dan kaidah teknis bagi proses pembuatan perjanjian internasional sebagai implementasi UUD 1945 dan melengkapi kodifikasi praktik pembuatan perjanjian internasional oleh Pemerintah Indonesia.

Pengukuran kinerja IKU ini ditetapkan dengan formulasi: jumlah pendapat hukum yang disampaikan ke stakeholders dibagi jumlah permintaan pendapat hukum yang diterima dikalikan dengan 100%. Dengan target yang ditetapkan sebesar 100%, maka capaian/realisasi untuk IKU ini adalah sebesar 100% sebagaimana terlihat dalam tabel berikut:

Tabel Capaian Kinerja Sasaran IKU-C1.1 Tahun 2021

Indikator Kinerja Sasaran Informasi Kinerja Jumlah Realisasi Target Capaian

IKU-C1.1: Persentase Pendapat Hukum dan Perjanjian Internasional di Bidang Ekonomi dalam Konsep/Dokumen yang Digunakan oleh K/L

Jumlah pendapat

hukum yang

disampaikan kepada stakeholders

116

100% 100% 100%

Jumlah permintaan pendapat hukum yang disampaikan oleh stakeholders

116

Faktor Pendorong

Hal-hal yang mendorong capaian kinerja IKU-C1.1 antara lain adanya kerja sama yang baik di antara para pemangku kepentingan, beberapa kementerian/lembaga yang telah memahami proses pembuatan suatu perjanjian, serta kepentingan prioritas Indonesia untuk segera terbentuknya instrumen atau landasan hukum bagi terbentuknya suatu kerja sama antara kementerian/lembaga dalam negeri dengan negara lain. Di samping itu, terdapat komitmen yang baik yang ditunjang oleh koordinasi yang baik pula antara Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi dan satker lain pada Kementerian Luar Negeri maupun kementerian/lembaga lain dalam memberikan tanggapan/masukan sesuai dengan permintaan.

(31)

31 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021 Tantangan dan Kendala/Hambatan

Adapun tantangan atau kendala yang dihadapi dalam mencapai target IKU-C1.1 ini, antara lain masih adanya kementerian/lembaga yang melakukan hubungan kerja sama langsung terutama dalam pembuatan perjanjian tanpa terlebih dahulu melakukan konsultasi atau koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri serta tidak melalui tahapan konsultasi/koordinasi pembuatan perjanjian sebagaimana yang telah ditetapkan peraturan perundang-undangan. Pada awal tahun 2020, situasi pandemi Covid-19 cukup mempengaruhi pencapaian target IKU ini, namun seiring dengan adaptasi kebiasaan baru, pada tahun 2021 situasi pandemi tidak lagi memberikan pengaruh yang signifikan bagi upaya koordinasi dan konsultasi dalam rangka pemberian tanggapan/masukan untuk penyusunan dokumen kerja sama atau perjanjian antara berbagai kementerian/lembaga Pemerintah Indonesia dengan negara mitra/pihak asing.

Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Beberapa upaya efisiensi penggunaan sumber daya juga dilakukan oleh Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi dalam mencapai target IKU ini, antara lain melalui penyelenggaraan interkem dan pendekatan/konsultasi informal secara lebih intensif dalam satu rangkaian waktu sehingga proses penyusunan posisi Indonesia dalam pembuatan perjanjian, misalnya, dilakukan lebih cepat, efektif dan konklusif, terutama untuk perjanjian atau kerja sama pelaksanaan (implementing arrangement) dari perjanjian induknya.

Berdasarkan hasil monev yang dilakukan Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi bekerjasama dengan satker terkait pada Ditjen Hukum dan Perjanjian Internasional, langkah ke depan yang perlu dilakukan adalah meningkatkan koordinasi baik dengan satuan kerja di lingkungan Kementerian Luar Negeri maupun kementerian/lembaga terkait, serta pemanfaatan aplikasi internal “Progress HPI”. Hal tersebut untuk mendorong agar seluruh proses pembuatan perjanjian ekonomi dikonsultasikan dengan Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi untuk memperoleh tanggapan/masukan hukum serta memastikan agar perjanjian yang dibuat sejalan dengan politik luar negeri dan aman secara hukum, sesuai dengan ketentuan UU PI. Dengan mempertimbangkan situasi pandemi Covid-19 yang diperkirakan masih terus berlangsung pada tahun 2022, Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi juga akan terus meningkatkan koordinasi yang lebih intensif dengan seluruh satker Kementerian Luar Negeri dan berbagai kementerian/lembaga untuk meningkatkan penyampaian tanggapan/pendapat/masukan hukum.

Untuk pencapaian IKU-C1.1 ini, anggaran yang dialokasikan adalah sebesar Rp.

307.704.000,- dengan realisasi sebesar Rp.307.703.099,- atau mencapai 100%.

(32)

32 Laporan Kinerja (LKj)

Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi Tahun 2021

2.3 INTERNAL BUSINESS PROCESS PERSPECTIVE (IKU-B1.1): PERSENTASE KEMAJUAN PERUNDINGAN PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS DAN INVESTASI

Pada tahun 2021, terdapat beberapa putaran dari sedikitnya 3 (tiga) perundingan/

penyelesaian

perundingan tentang perjanjian

perdagangan bebas dan perjanjian investasi

internasional yang dilakukan pemerintah di mana Kementerian Luar Negeri c.q. Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi terlibat aktif di dalamnya sebagai ketua (lead) atau ketua bersama (co- leads) dari beberapa working groups. Perundingan tersebut antara lain Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA), Indonesia-UAE CEPA, dan BIT/P4M Indonesia-Swiss. Dengan mempertimbangkan situasi krisis kesehatan dan ekonomi akibat dari pandemi Covid-19, maka pada tahun 2021 ini terdapat penyesuaian format perundingan dari yang dilakukan secara fisik/luring menjadi secara virtual/daring.

Putaran perundingan menjadi lebih intensif mengingat perundingan dilakukan secara daring namun memerlukan berbagai upaya pendekatan/lobi yang lebih intensif pula untuk mencapai berbagai kesepakatan dalam perundingan.

1. Indonesia – EU CEPA

Pada tahun 2021, Kementerian Luar Negeri c.q. Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi telah melakukan beberapa putaran perundingan Indonesia – EU CEPA. Putaran yang terakhir dilakukan pada tahun 2021 adalah putaran ke-11 pada 7-9 November 2021.

Pada perundingan Indonesia – EU CEPA, Direktorat Hukum dan Perjanjian Ekonomi berperan sebagai ketua (lead) beberapa Working Groups (WG) seperti WG Dispute Settlement (DS), WG Institutional and Final Provisions (IFP), WG Transparency and Good Regulatory Practices (TGRP), WG Investment Court System (ICS), menjadi ketua bersama (co-lead) pada beberapa WGs, seperti WG Investment, WG Intellectual Property

Referensi

Dokumen terkait

Hormon adalah getah yang dihasilkan oleh suatu kelenjar yang mempunyai fungsi sungguh penting dalam kehidupan manusia, walaupun jumlahnya hanya sedikit dari hormon

Untuk terus menjaga momentum percepatan pemulihan ekonomi nasional dan stabilitas perbankan serta kinerja debitur restrukturisasi Covid-19 yang sudah mulai mengalami

Artinya korelasi parsial yang terjadi adalah tidak murni atau dapat dikatakan tidak terdapat hubungan atau pengaruh yang murni antara tingkat pendidikan formal terhadap

(1) Subbidang Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Daerah Wilayah II dipimpin oleh Kepala Subbidang yang mempunyai tugas membantu Kepala Bidang Akuntansi dan Pelaporan

Bahan hukum sekunder merupakan pendapat hukum yang diperoleh dari bahan pustaka yang memberikan petunjuk maupun penjelasan mengenai bahan hukum primer meliputi

bahwa untuk mendukung penerapan pedoman reviu intra aksi (intra action review) penanggulangan COVID-19 dalam rangka upaya pemulihan pandemi COVID-19 serta penyiapan Provinsi

Dengan segala sumber daya yang ada, politik hukum pemerintah yang diterapkan harus mampu memberikan jalan keluar demi mewujudkan ketahanan negara dari segala

(4) Adapun mekanisme pelaksanaan dan penatausahaan belanja tidak terduga dalam rangka Pemulihan Ekonomi Akibat Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Program