• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. POTENSI, MASALAH DAN PROSPEK SISTEM PRASARANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "3. POTENSI, MASALAH DAN PROSPEK SISTEM PRASARANA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

2. 2 .1 1 PO P OT TE EN NS SI I, , M MA A SA S AL L AH A H , , D D AN A N PR P RO OS SP PE EK K ST S TR RU UK KT TU UR R RU R U AN A NG G

1. POTENSI, MASALAH DAN PROSPEK SISTEM PUSAT PERMUKIMAN PERKOTAAN

Potensi: Sistem permukiman perkotaan di Kabupaten Pacitan, telah tumbuh dan berkembang selain sebagai pusat pelayanan pemerintahan, juga sebagai pusat perdagangan dan jasa, perkantoran serta pusat koleksi dan distribusi untuk Kabupaten Pacitan. Sistem pelayanan di kabupaten ini memiliki 4 (empat) kelompok wilayah pelayanan, yang mana masing-masing kelompok wilayah pelayanan memiliki potensi tersendiri dan merupakan satu kesatuan dalam sistem perkotaan di Kabupaten Pacitan.

Masalah: Ditinjau dari hirarki kota/pusat pelayanan, permukiman perkotaan di Kabupaten Pacitan dapat dikatakan tertinggal dibandingkan dengan kota-kota lain di Jawa Timur. Namun secara berjenjang hirarki di Kabupaten Pacitan pada masa mendatang diarahkan mulai dari Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal (PKL), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK), hingga Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).

Prospek: Adanya peluang pengembangan pusat permukiman perkotaan di Kabupaten Pacitan sesuai dengan masing-masing fungsi kelompok wilayah pelayanan mengingat lokasinya yang cukup strategis.

2. POTENSI, MASALAH DAN PROSPEK SISTEM PUSAT PERMUKIMAN PERDESAAN

Potensi: Secara keseluruhan setiap kecamatan sudah memiliki pelayanan skala kecil yang dapat memenuhi kebutuhan dasar masyarakat kawasan perdesaan.

Masalah: ada beberapa permukiman perdesaan yang belum memiliki pelayanan standar dan masih memiliki ketergantungan terhadap daerah pusat perkotaan, hal ini disebabkan oleh tersebarnya lokasi perdesaan ke daerah- daerah yang terpencil dan memiliki kondisi morfologi yang cukup sulit untuk dijangkau dengan berbagai pelayanan.

Prospek: untuk meningkatkan peran perdesaan, maka dapat disusun suatu hirarki pelayanan dari skala terkecil

perdesaan, kecamatan, hingga skala tertinggi adalah pelayanan di perkotaan.

3. POTENSI, MASALAH DAN PROSPEK SISTEM PRASARANA WILAYAH

A. Transportasi

Potensi: Jaringan jalan di Kabupaten Pacitan terbentuk dari jaringan primer dan sekunder maupun jaringan jalan lain dibawahnya yang memungkinkan terjadinya pergerakan eksternal dan internal di seluruh wilayah Kabupaten Pacitan.

Jalur jalan Pacitan-Ponorogo merupakan jalan yang paling penting dalam menunjang pemerintahan maupun perekonomian wilayah. Jalur ini merupakan jalur menuju ke pusat pemerintahan maupun perekonomian terutama di wilayah utara. Jalur Pacitan-Solo merupakan jalur jalan ke pusat perekonomian terutama Solo dan Yogyakarta. Di kawasan barat kabupaten Pacitan cukup banyak terdapat kawasan wisata yang sudah berkembang, sehingga jalan ini sangat vital keberadaannya karena merupakan akses menuju ke obyek wisata tersebut. Sebagian besar ruas jalan di Kabupaten Pacitan sudah memiliki perkerasan aspal dengan persentase ruas jalan yang telah memiliki perkerasan aspal sebesar 88,62%. Terminal bus Pacitan terletak di tengah kota, merupakan terminal Tipe A yang melayani angkutan penumpang AKAP, AKDP dan angkutan perdesaan. MPU yang beroperasi di kabupaten Pacitan sebanyak 877 kendaraan yang mempunyai ijin trayek sebanyak 470 kendaraan. Kabupaten Pacitan memiliki lapangan terbang milik TNI Angkatan Udara dengan landas pacu untuk jenis helikopter.

Masalah: Akses internal kabupaten, dari Kecamatan Pacitan menuju wilayah Barat – Utara (yaitu ke Kecamatan Nawangan) masih rendah (disebabkan trase jalan yang sempit dan kondisinya di beberapa tempat kurang baik).

Demikian pula akses dari Kota Pacitan ke wilayah Timur yaitu ke Kecamatan Tulakan dan Ngadirojo yang rendah disebabkan oleh trase jalan yang relatif sempit dan curam.

Hal ini menyebabkan pusat-pusat pelayanan wilayah lainnya relatif kurang berkembang dan seringkali melakukan orientasi ke wilayah Kabupaten lainnya yang lebih dekat. Akses menuju wilayah Utara Barat dari Selatan juga relatif rendah karena trase jalan yang relatif sempit dan curam, kondisi yang sama juga dijumpai pada akses jalan menuju wilayah Timur.

Hal ini apabila dibiarkan akan menyebabkan ketimpangan perkembangan wilayah

(2)

Kondisi jaringan jalan nasional di Kabupaten Pacitan cenderung menurun pada tahun 2004, jika dibandingkan dengan tahun 2003. Kondisi perkerasan jalan tidak menunjukkan perubahan sepanjang kurun waktu 2003-2004, yang menunjukkan belum adanya peningkatan kondisi perkerasan jalan. Permasalahan jaringan jalan Kabupaten Pacitan adalah adanya kerusakan jalan akibat medan yang kritis sehingga rawan longsor dan trase jalan yang curam karena mengikuti kontur tanah. Masih banyak ruas jalan yang sempit, khususnya pada ruas jalan kabupaten yang memiliki rata-rata lebar hanya 3,5 meter. Khusus untuk jalan-jalan pendukung pariwisata, minimal lebar jalan yang diperlukan adalah 5,5 meter. Kondisi bangunan terminal yang kurang memadai dan masih kurang tertatanya angkutan bus dan angkutan penunjang lainnya, serta lokasi terminal yang berada di tengah kota dirasakan mengganggu lalu lintas dalam kota. Kemacetan terjadi di saat hari pasaran karena sempitnya jalan di depan pasar Arjowinangun, Tulakan, Ngadirojo dan Punung maupun rendahnya disiplin pengguna jalan. Lalu lintas di sekitar pasar Arjowinangun mengalami kemacetan akibat penggunaan badan jalan untuk parkir, khususnya pada hari pasaran Wage dan Legi .

Prospek: Peningkatan kualitas dan kuantitas jalan akan membantu mengembangkan Kabupaten Pacitan secara menyeluruh. Pengembangan transportasi laut menjadi prospek yang baik untuk mengembangkan pacitan, terutama dalam mendukung perkembangan sektor-sektor unggulan dan sektor-sektor potensial.

B. Sumber Daya Air

Potensi: Kabupaten Pacitan memiliki 5 daerah aliran sungai (DAS) yaitu DAS Grindulu, DAS Baksoko, DAS Lorog, DAS Pagotan dan DAS Bawur. Pemanfaatan air DAS Grindulu sebagian besar digunakan untuk keperluan pertanian (sawah irigasi teknis dan semi teknis), air baku untuk rumah tangga di perdesaan dan perkotaan dan sektor industri rumah tangga dengan pengambilan bebas (free intake), bendung tetap, sistem tampungan air (embung), dan sistem pompa. Saat ini penduduk di Kabupaten Pacitan telah mendapatkan layanan air bersih berupa layanan non-perpipaan dari sumur gali, mata air, sungai dan tangki-tangki air dari PDAM. Fasilitas sanitasi yang terdapat di Kabupaten Pacitan adalah sistem setempat (on-site system) dengan sistem pengumpulan menggunakan saluran terbuka.

Masalah: Penebangan hutan yang tidak mengikuti ketentuan yaitu tebang pilih menyebabkan terjadinya kekritisan lahan.

Salah satu akibat yang ditimbulkan oleh kritisnya DAS adalah terjadinya tanah longsor seperti yang terjadi di anak-anak Sungai Grindulu. Penurunan kualitas (degradasi) fisik DAS akibat tekanan penduduk setempat berdampak terhadap perubahan tata guna lahan. Di DAS Grindulu luas lahan tegalan mencapai 80,90 ha.

Di Kabupaten Pacitan terdapat 30 desa rawan kekeringan dari 171 desa/kelurahan yang ada di Kabupaten Pacitan.

Secara keseluruhan rata-rata cakupan layanan air yang diterima masyarakat Kabupaten Pacitan dari PDAM adalah sebesar 6,01%, atau sekitar 14,89% merupakan cakupan pelayanan terhadap daerah pelayanan.

Prosentase terbesar diterima oleh Kecamatan Punung (19,53%) dan terdapat tiga kecamatan yang tidak mendapatkan layanan air bersih dari PDAM Kabupaten Pacitan (yaitu kecamatan Bandar, Tegalombo dan Sudimoro). Sehingga 93,99% penduduk Kabupaten Pacitan lainnya harus menyediakan kebutuhan airnya secara mandiri.

Cakupan pelayanan air bersih melalui PDAM baru mencapai 6.01%. Secara khusus kendala teknis yang dihadapi oleh PDAM Kabupaten Pacitan dalam memenuhi kebutuhan air bersih penduduk Kabupaten Pacitan adalah: tidak stabilnya pasok air baku, terutama disebabkan oleh variasi musiman, berkurangnya pasok air baku karena penggundulan dan erosi daerah tangkapan air, kemudian tingginya tingkat kehilangan air.

Prospek: Pemanfaatan lahan disekitar sungai harus dijaga kelestariannya untuk menjaga kualitas dan kuantitas air baik air sungai, embung, air tanah, dan sebagainya. Adanya 5 (lima) daerah aliran sungai di Kabupaten Pacitan menunjukan dapat dimanfaatkan sebagai sumber irigasi dan air minum di wilayah Kabupaten Pacitan.

C. Telekomunikasi

Potensi: Telah dilaksanakan pembangunan sarana peningkatan mutu telekomunikasi dibeberapa kecamatan meliputi Pembangunan Sistem Transmisi Digital Induk (STDI) di Kecamatan Pacitan, Punung dan Ngadirojo. Dan Jasa operasi telepon selular yang ada adalah Telkomsel, Satelindo, Excelcomindo, Indosat, Mobile 8, Siemen HCPT dan Smart.

Masalah: Pelayanan jaringan telepon yang ada di Kabupaten Pacitan belum mencakup semua desa. Telah dilaksanakan pembangunan sarana peningkatan mutu di beberapa kecamatan meliputi Pembangunan Sistem Transmisi Digital

(3)

Induk (STDI) di Kecamatan Pacitan, Punung dan Ngadirojo.

Sedangkan untuk perluasan jangkauan pelayanan komunikasi perdesaan dilakukan pembangunan tower transmisi radio di Kecamatan Tegalombo, Bandar, Nawangan, Sudimoro dan Ngadirojo.

Prospek: Adanya pengembangan pelayanan telekomunikasi tanpa jaringan menunjukan kemungkinan peningkatan pelayanan telekomunikasi hingga pelosok wilayah Pacitan, baik di permukiman perkotaan maupun perdesaan. Namun perlu dipertimbangkan adanya penataan tower/menara secara terpadu untuk menghindari hutan tower BTS dimasa mendatang.

D. Sumberdaya Energi

Potensi: Pada tahun 2004 jumlah pelanggan listrik mencapai 68.243 pelanggan. Untuk dusun-dusun yang tidak terjangkau aliran listrik PLN dilayani oleh PLTD dan PLTS.

Masalah: Kebutuhan listrik di Kabupaten Pacitan dilayani oleh PLN distribusi Jawa Timur Ranting Pacitan yang termasuk jaringan transmisi Jawa dan Bali. Aliran listrik telah menjangkau seluruh desa. Pada tahun 2004 jumlah pelanggan listrik mencapai 68.243 pelanggan. Untuk dusun-dusun yang tidak terjangkau aliran listrik PLN dilayani oleh PLTD dan PLTS.

Prospek: Adanya rencana pembangunan PLTU menunjukan prospek yang baik bagi pengembangan pelayanan energi listrik di tahun-tahun mendatang.

E. Prasarana Lainnya

Potensi: Walaupun pelayanan persampahan belum sampai ke wilayah perdesaan, jumlah sampah yang ada tidak menjadi masalah di Wilayah Pacitan, karena semuanya dapat diolah baik dengan cara yang tradisional maupun dengan cara lainnya.

Masalah: Untuk Pelayanan persampahan baru dapat diterima oleh Penduduk Kabupaten Pacitan yang tinggal di Kota Pacitan saja. Pengelolaan sampah di Kabupaten Pacitan ditangani oleh Dinas Cipta Karya, Tata Ruang dan Kebersihan, dan Kantor Ligkungan Hidup. Total sampah yang dikelola baru sekitar 95 m3/ hari atau 17% dari produk sampah yang dihasilkan oleh penduduk Kabupaten Pacitan. Penduduk yang belum terjangkau pelayanan sampah, membuang sampah ke halaman rumah, tanah kosong dan membakar sampah Lokasi TPA terletak pada kemiringan lahan yang agak curam, sulit untuk meningkatkan pengolahan ke sistem controlled landfill, maka perlu dicarikan lokasi alternatif TPA.

Air limbah domestik (kamar mandi, cucian dan dapur) dan non domestik (industri, bengkel, rumah sakit dan lain-lain) bercampur dengan sistem drainase. Kedua sistem ini berujung di badan air terdekat tanpa pengolahan apapun.

Di Kabupaten Pacitan belum tersedia sistem sanitasi terpusat serta memiliki sarana pengolahan lumpur tinja (IPLT), sehingga meskipun di kota Pacitan telah beroperasi truk tangki (dikelola oleh swasta) yang melayani pengurasan septik tank tetapi membuang lumpur tinja ke alam tanpa pengolahan terlebih dahulu, hal ini menyebabkan pencemaran air sungai.

Drainase primer yang sering mengalami banjir dalam DAS Grindulu adalah Grindulu Hilir, Asem Gandok dan Kebonagung. Sedangkan daerah genangan banjir terdapat pada Kecamatan Arjosari, Pacitan dan Kebonagung.

Prospek: Belum tingginya timbulan sampah yang dihasilkan, memberikan kesempatan pada pemda setempat untuk menyediakan dan mempersiapkan pelayanan dan sistem pengolahan sampah yang baik, dengan lokasi yang strategis dan berwawasan lingkungan.

2. 2 .2 2 PO P OT TE EN NS SI I, , MA M AS SA A LA L A H, H , D D AN A N P PR RO OS SP P EK E K PO P OL L A A R RU U AN A NG G WI W IL LA A YA Y AH H

2. 2 .2 2 .1 . 1 PO P OT TE EN NS SI I, , M MA AS SA AL LA AH H , , DA D AN N P PR RO OS SP P EK E K P PO OL LA A RU R UA AN NG G KA K AW WA AS SA AN N L LI IN ND DU UN NG G

Berdasarkan aspek geologi tata lingkungan, Kabupaten Pacitan didominasi oleh morfologi perbukitan mencakup 80%

luas daerah dan menempati daerah dengan kemiringan terjal serta disusun oleh batuan gunung api dan batuan sedimen.

Satuan karst menyebar di sepanjang pantai selatan, terutama disusun oleh batu gamping yang bersifat tufaan. Wilayah karst Pacitan ini terbagi menjadi karst barat dan karst timur. Wilayah karst barat merupakan wilayah yang termasuk dalam eko karst I (berdasarkan Surat Keputusan Menteri Energi dan Sumberdaya Mineral No. 1456 K/20/MEM 2000 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan Karst) apabila ditinjau dari kriteria Kawasan Karst Kelas I yaitu :

1. Berfungsi sebagai penyimpan air bawah tanah secara tetap (permanen) dalam bentuk akuifer, sungai bawah tanah, telaga atau danau bawah tanah yang keberadaannya mencukupi fungsi umum hidrologi;

2. Mempunyai sungai-sungai bawah tanah yang aktif yang kumpulannya membentuk jaringan baik

(4)

mendatar maupun tegak yang sistemnya mencukupi fungsi hidrologi dan ilmu pengetahuan;

3. Gua-guanya mempunyai speleotum aktif atau peninggalan-peninggalan sejarah sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi obyek wisata dan budaya;

4. Mempunyai kandungan flora dan fauna khas yang memenuhi arti dan fungsi sosial, ekonomi, budaya serta pengembangan ilmu pengetahuan

Kawasan karst kelas I merupakan kawasan lindung sumber daya alam, yang penetapannya mengikuti ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Di dalam kawasan karst kelas I ini tidak diijinkan pengembangan kegiatan pertambangan. Sedangkan morfologi dataran yang berupa satuan dataran aluvium, sebarannya sangat terbatas, yakni di sepanjang aliran sungai-sungai besar yaitu di daerah hilir Sungai Grindulu dan sekitar Sungai Lorog. Serta di daerah pinggiran pantai yang sempit yaitu di dataran Pacitan dan dataran Lorog.

Dengan demikian, sebagian besar daerah di Kabupaten Pacitan merupakan daerah yang termasuk kawasan lindung, dimana kawasan dengan fungsi lindung tersebut memiliki potensi untuk perlindungan, pengawetan, konservasi dan pelestarian fungsi sumber daya alam dan lingkungan guna mendukung kehidupan secara serasi dan berkelanjutan.

Adapun potensi, masalah dan prospek kawasan lindung berdasarkan kelompoknya adalah sebagai berikut:

1. KAWASAN YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN KAWASAN DIBAWAHNYA, TERDIRI ATAS KAWASAN HUTAN LINDUNG DAN KAWASAN KONSERVASI DAN RESAPAN AIR

Potensi: Kawasan lindung ini merupakan kawasan yang memiliki potensi untuk memperkecil bahaya longsor, banjir dan melindungi kepunahan suatu flora dan fauna. Hutan Lindung yang telah berfungsi di Kabupaten Pacitan terletak di Kecamatan Pringkulu, Pacitan dan Kenonagung.

Masalah: Pada saat ini wilayah yang termasuk kedalam hutan lindung hanya seluas 105.3 ha atau sebesar 7,58%.

Banyak kawasan yang termasuk kedalam kriteria kawasan lindung yang memberikan perlindungan dibawahnya, namun saat ini penggunaan lahan tersebut tidak berfungsi dengan semestinya, karena kepemilikan tanah tersebut bukanlah milik pemerintah, namun pemiliknya adalah

masyarakat. Sebagian besar wilayah Kabupaten Pacitan termasuk kedalam golongan kawasan karst kelas 1, namun penggunaan lahan sebagai kawasan budidaya di kawasan ini belum dikendalikan/dikelola.

Prospek: Belum banyaknya perubahan penggunaan lahan terbangun di kawasan ini, menunjukan prospek kawasan lindung tetap difungsikan sebagaimana mestinya masih cukup tinggi, sehingga ekosistem masih dapat terjaga.

2. KAWASAN PERLINDUNGAN SETEMPAT, TERDIRI ATAS SEMPADAN PANTAI, SEMPADAN SUNGAI, KAWASAN SEKITAR MATA AIR, KAWASAN TERBUKA HIJAU

Potensi: Belum berkembangnya wisata pantai secara pesat membuat pantai di sepanjang perairan Pacitan masih terjaga. Penggunaan lahan tidak terbangun masih mendominasi wilayah Pacitan, kawasan terbuka hijau yang telah ada di Kabupaten Pacitan mencakup taman kota, jalur hijau sepanjang jalan, sungai dan pantai, parkir tebuka dan bentang alam berupa bukit lembah.

Masalah: Sudah mulai adanya perubahan penggunaan guna lahan di sempadan sungai, yang dapat menyebabkan menurunnya kualitas air sungai.

Penggunaan lahan untuk industri di sepanjang sungai yang terletak di Kecamatan Arjosari, menyebabkan adanya kecenderungan perubahan lahan menjadi wilayah perkotaan. Hal ini dapat merusak ekosistem setempat. Pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perlindungan di kawasan sempadan sungai, sempadan pantai, kawasan sekitar mata air masih rendah, sehingga ada kecenderungan dari masyarakat untuk merusak. Wilayah bagian Selatan di Kabupaten Pacitan, merupakan wilayah yang rentan terhadap bahaya tsunami, terutama pada daerah- daerah yang memiliki pantai yang landai.

Prospek: Penataan ruang yang baik di sekitar kawasan mata air, sempadan sungai dan sempadan pantai akan mendukung kelestarian kawasan tersebut, mengingat kawasan mata air, sempadan pantai memiliki potensi untuk berkembang menjadi daerah wisata, dan kawasan sempadan sungai berpotensi untuk berkembang menjadi kawasan pemukiman. Dengan penataan dan sosialisasi penataan yang baik diharapkan masyarakat dapat ikut terlibat dalam menjaga kelestariannya.

(5)

3. KAWASAN RAWAN BENCANA ALAM

Potensi: Adanya hutan mangrove, dapat membentengi air yang datang akibat tsunami. Penggunaan lahan terbangun yang tidak sebesar penggunaan lahan tidak terbangun, mengurangi kemungkinan terjadinya longsor dan banjir.

Masalah: Sebaran daerah rawan longsor cukup banyak, terkonsentrasi di Wilayah Utara-Tengah yaitu di sekitar DAS Grindulu dan Selatan – Barat yaitu di sekitar DAS Baksoko.

Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Tengah (yaitu antara wilayah Selatan menuju Utara) merupakan daerah yang kritis (karena jenis tanahnya rawan longsor) dan topografinya curam, sehingga seharusnya merupakan Kawasan yang dimanfaatkan untuk kegiatan Lindung.

Namun pada saat ini lahan-lahan tersebut banyak dimanfaatkan sebagai tegalan oleh masyarakat setempat. Pihak Pemerintah Daerah mengalami kesulitan dalam melakukan pengendalian karena lahan-lahan tersebut merupakan milik masyarakat.

Pacitan yang berada di Kawasan Koridor Pansela Jawa yang merupakan bagian dari Lempeng Eurasia di bagian utara garis equator mempunyai potensi zona tumbukan (subduktif aktif) dengan Lempeng Indo-Australia di bagian selatan garis equator di Samudera Hindia. Potensi tumbukan ini dapat menimbulkan gempa tektonik.

Bahaya gempa tektonik dan vulkanik ini mempunyai dampak pada pantai selatan Jawa yang dapat mengakibatkan terjadinya bencana gelombang tsunami.

Dan salah satu daerah yang rawan bencana tsunami tinggi adalah pantai di Kabupaten Pacitan. Keberadaan Kabupaten Pacitan di wilayah Sirkum Mediteran yang merupakan salah satu baris pegunungan di bumi dimana diantaranya mempunyai karakteristik sebagai gunung aktif, menunjukan adanya potensi bencana alam vulkanis.

Prospek: Mitigasi bencana merupakan salah satu cara untuk meminimalkan dampak bencana, baik tsunami, gempa maupun longsor.

2. 2 .2 2 .2 . 2 PO P OT TE EN NS SI I, , M MA AS SA AL LA AH H , , DA D AN N P PR RO OS SP P EK E K P PO OL LA A RU R UA AN NG G KA K AW WA AS SA AN N B B UD U DI ID D AY A YA A

1. KAWASAN PERUNTUKAN HUTAN PRODUKSI

Potensi: Jenis kayu unggulan yang dikembangkan di wilayah hutan Kabupaten Pacitan adalah kayu jati.

Sedangkan jenis kayu lain yang diproduksi adalah mahoni, pinus, akasia, sanakeling, dan lain-lain. Di hutan yang ada terdapat pula potensi satwa yang terdiri atas kera hutan, babi hutan, ular, garangan, dan berbagai jenis unggas, antara lain bangau, tekukur, puyuh, gelatik, kepodang, srigunting, kutilang, ayam hutan, dan lain-lain. Selain itu di hutan Pacitan juga terdapat potensi pengembangan lebah madu

Masalah: Tidak adanya industri pengolahan menyebabkan setidaknya 100 kayu glondongan keluar dari Pacitan setiap harinya (bukan kayu yang telah diolah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi). Hal ini mengakibatkan multiplier effect negatif seperti tidak optimalnya kontribusi sektor ini terhadap PAD dan rendahnya penyerapan tenaga kerja.

Prospek: Pengembangan industri pengolahan kayu memiliki prospek yang baik mengingat potensi sumberdaya hutan yang cukup tinggi. Namun pelestarian harus selalu dilakukan untuk menjaga keseimbangan ekosistem hutan.

2. KAWASAN PERUNTUKAN PERTANIAN

Potensi: Berdasarkan besarnya kontribusi sektor-sektor perekonomian, perkembangan kontribusi sektor pertanian selama periode tersebut cenderung menurun, akan tetapi kontribusinya masih tetap yang terbesar. Komoditi utama sektor pertanian Kabupaten Pacitan terdiri atas: Kelapa (komoditas utama yang tersebar di seluruh Kecamatan di Kabupaten Pacitan, dengan hasil produksi 13.262,80 Ton dan produktivitas 1.213,76 Kg/Ha/Tahun), gula, Janggelan, Cengkeh, Jahe, Melinjo, Jeruk Manis Pacitan, Kolong dan Sale Pisang

Masalah: Besarnya produksi kelapa belum diimbangi dengan sentuhan teknologi pengolahan pasca panen sehingga hasil kelapa dijual secara langsung ke pasar tradisional di desa terdekat.

Prospek: Dengan disediakannya teknologi pengolahan pasca panen akan meningkatkan nilai dan potensi ekspor.

(6)

3. KAWASAN PERUNTUKAN PERIKANAN

Potensi: Kabupaten Pacitan mempunyai potensi Kelautan dan Perikanan yang belum dimanfaatkan secara optimal (± 6% dari potensi laut lestari). Komoditas perikanan tangkap yang potensial adalah ikan pelagis besar (tuna, cakalang dll), ikan pelagis kecil (kembung, lemuru dll), ikan demersal (pari) dan Crustacea (udang, rajungan, lobster dll). Terdapat 15 tempat pendaratan ikan yang tersebar di 7 wilayah kecamatan pesisir, yaitu mulai Kec.

Sudimoro, Kec. Ngadirojo, Kec. Tulakan, Kec.

Kebonagung, Kec. Pacitan, Kec. Pringkuku dan Kec.

Donorojo. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) telah dibangun di 6 lokasi pendatan ikan dan terdapat 1 Pelabuhan Perikanan Pantai, yaitu di Pantai Tamperan, Kelurahan Sidoharjo, Kecamatan Pacitan.

Pemasaran produksi perikanan tangkap dilakukan secara langsung oleh para bakul ikan. Sebagian besar hasil tangkapan dipasarkan ke luar Pacitan. Untuk konsumsi masyarakat Pacitan dijual di pasar tradisional ataupun secara langsung kepada masyarakat. Pasar ikan masih menjadi satu bagian dengan pasar tradisional, belum terdapat pasar khusus untuk pemasaran ikan. Selain dijual sebagai ikan segar hasil perikanan juga diolah menjadi produk olahan. Salah satu yang potensial adalah trasi.

Industri pengolahan trasi terdapat di Desa Sirnoboyo, Kec.

Pacitan. selain itu terdapat usaha pengolahan ikan menjadi bahan makanan, seperti bakso ikan, nuget ikan dan kripik ikan, yang pemasarannya berlokasi di tempat wisata Pantai Teleng Ria.

Potensi budidaya perikanan meliputi 3 pengembangan yaitu, pengembangan budidaya laut, budidaya air payau, dan budidaya air tawar. Pengembangan budidaya laut komoditas yang diusahakan adalah rumput laut jenis Euchema cottoni dengan luas budidaya

± 4 Ha terletak di Teluk Segara Anakan, Desa Sidomulyo, Kec. Ngadirojo. Pengembangan budidaya air payau (tambak) terdapat di Kec. Pacitan dan Kec. Ngadirojo.

Dari potensi ± 866 Ha baru terealisasi ± 7 Ha dengan komoditas adalah udang vanamae dan bandeng.

Sedangkan budidaya air tawa tersebar hampir di seluruh kecamatan se-Kabupaten Pacitan. Komoditas yang dapat berkembang dengan baik adalah jenis ikan lele karena relatif tahan terhadap keterbatasan air.

Masalah: Pemanfatan potensi perikanan tangkap di Kabupaten Pacitan belum dapat dimanfaatkan secara optimal, hal ini disebabkan:

a. Keterbatasan kemampuan nelayan Pacitan yang masih terbiasa melakukan "one day fishing" dan "one show fishing" yaitu beraktivitas hanya disekitar Teluk Pacitan.

b. Keterbatasan sarana dan prasarana nelayan Pacitan.

c. Keterbatasan modal sehingga tingkat ketergantungan kepada bakul pemilik modal relatif sangat tinggi. Kondisi ini merupakan salah satu masalah yang mempengaruhi belum dapat dilaksanakannya pelelangan di TPI, karena penentuan harga ikan dilakukan secara sepihak.

Permasalahan yang dihadapi pembudidaya ikan adalah produktifitas usaha yang relatif masih rendah, hal ini dikarenakan:

a. Keterbatasan modal usaha.

b. Keberadaan sarana produksi (bibit, pakan, Obat - obatan) masih terbatas/penyebarannya belum merata.

c. Sebagian besar pembudidaya belum memakai teknologi anjuran.

d. Masih maraknya penangkapan ikan dengan menggunakan bahan/alat terlarang (potas, bom, strom dll).

e. Perairan umum (telaga, embung) belum dikelola secara optimal.

Prospek: Upaya yang dilaksanakan untuk meningkatkan peluang usaha dibidang Kelautan dan Perikanan antara lain dengan pemenuhan prasarana pendaratan (infrastruktur), sarana penangkapan ikan dan penanganan pasca panen. Selain itu aspek pengawasan dan pengendalian dalam pengelolaan sumberdaya Kelautan dan Perikanan juga perlu mendapat perhatian melalui upaya pemenuhan fasilitas pengawasan dan pengendalian, seperti sarana (kapal patroli dan perlengkapannya), perlengkapan navigasi untuk keamanan pelayaran dan pos keamanan bagi aparat pelaksana pengawasan dan pengendalian.

Potensi budidaya masih dapat dikembangkan, utamanya budidaya air payau (tambak) mengingat, lahan yang

(7)

sesuai dengan usaha budidaya masih terbuka luas.

Sedangkan budidaya ikan air tawar yang prospektif adalah ikan lele karena komoditas ini tidak menuntut ketersediaan air yang berlimpah (mengalir) dan prospek pasarnyapun masih terbuka luas.

4. KAWASAN PERUNTUKAN PETERNAKAN

Potensi: Populasi ternak potong besar yang dominan dipelihara oleh petani Kabupaten Pacitan adalah ternak sapi. Kerbau dan kuda juga dipelihara oleh sebagian masyarakat Pacitan, namun dalam jumlah yang sangat kecil. Ternak potong kecil yang banyak dikembangbiakkan petani di Kabupaten Pacitan adalah kambing dan domba. Data stasitik peternakan (2004) menunjukkan, bahwa jumlah ternak kambing 68.197 ekor dan domba 29.731 ekor. Penyebaran ternak kambing hampir merata di seluruh wilayah Kabupaten Pacitan, dengan wilayah yang populasinya banyak di Kecamatan Nawangan, Bandar, Tegalombo, Arjosari dan Pringkuku dengan populasi di atas 6.000 ekor. Komoditi unggas yang potensial di kabupaten sementara ini ayam buras, populasinya mencapai 950 ribu ekor lebih. Pakan ternak yang umum tersedia di Kabupaten Pacitan berupa rumput (graminea), tanaman polong-polongan (leguminose), limbah pertanian dan limbah industri hasil pertanian serta rumput budidaya berupa rumput gajah, glirisidae, king grass, dan jaranan. Ketersediaan bahan pakan tersebut bervariasi pada setiap wilayah kecamatan, serta tergantung pada musim. Terdapat banyak lahan kritis yang kering dan tandus serta lahan yang tidak dapat dipakai untuk budidaya pertanian, sehingga dapat dimanfaatkan untuk ditanamai hijauan pakan ternak (HMT). Potensi pakan ternak yang dimanfaatkan saat ini diperkirakan masih kurang 50%

(sebanyak 59.755,57 ST) dari potensi pakan ternak yang ada.

Masalah: Turunnya populasi kuda dan kerbau di Kabupaten Pacitan disebabkan karena habitatnya digeser oleh perkembangan adanya alat angkut berupa kendaraan disamping karena keadaan geografis Pacitan yang terdiri dari tanah berbatu serta merupakan bagian dari pegunungan kapur selatan. Dilihat dari daya tampung lahan dan kesediaan pakan ternak, populasi sapi di Kabupaten Pacitan belum optimal dan berpeluang untuk dilaksanakan pengembangan.

Prospek: Potensi ternak masih dapat dikembangkan mengingat adanya peluang dari aspek pakan ternak dan kesesuaian lahan.

5. KAWASAN PERUNTUKAN PARIWISATA

Potensi: Banyaknya potensi wisata dapat menunjang Pendapatan Asli Daerah (PAD), namun perlu adanya peningkatan agar wisatawan domestik maupun mancanegara datang ke Kabupaten Pacitan. Kawasan wisata di Pacitan terbagi menjadi obyek wisata pantai, goa, sejarah dan arkheologis, budaya, dan obyek wisata pemandian, seperti pada tabel berikut:

Tabel 2. 1

Potensi Obyek Wisata Kabupaten Pacitan NO OBYEK WISATA LOKASI KETERANGAN

A OBYEK WISATA

PANTAI

1. Pantai Teleng Ria Kel Sidoharjo, Kec.

Pacitan Wisata alam / minat khusus

2. Pantai Tamperan Kel Sidoharjo, Kec.

Pacitan Wisata alam / minat khusus

3. Pantai Srau Ds. Candi Kec.

Pringkuku Wisata alam / minat khusus (Daerah kawasan karst) 4. Pantai Klayar Ds Sendang Kec

Donorojo Wisata alam / minat khusus (Daerah kawasan karst) 5. Pantai Watu

Karung Ds Watukarung Kec

Pringkuku Wisata alam / minat khusus (Daerah kawasan karst) 6. Pantai Taman Ds Hadiwarno Kec

Ngadirojo Wisata alam / minat khusus

7. Pantai Sidomulyo Ds Sidomulyo Kec

Ngadirojo Wisata alam / minat khusus

8. Pantai Bawur Ds Bawur Kec

Sudimoro Wisata alam / minat khusus

9. Pantai Daki Ds Bawur Kec

Sudimoro Wisata alam / minat khusus

10. Pantai Wawaran Ds Sidomulyo Kec

Kebonangung Wisata alam / minat khusus

11. Pantai Bakung Ds Karangnongko

Kec Kebonagung Wisata alam / minat khusus (Daerah kawasan karst) 12. Pantai Tawang Ds Katipugal Kec

Kebonagung Wisata alam / minat khusus

13. Pantai Karang

Bolong Ds Sendang Kec

Donorojo Wisata alam / minat khusus (Daerah kawasan karst) 14. Pantai Segoro

Bunder Ds Sendang Kec

Donorojo Wisata alam / minat khusus (Daerah kawasan karst) 15. Pantai Buyutan Ds Widoro Kec

Donorojo Wisata alam / minat khusus (Daerah kawasan karst) 16. Pantai pidakan Ds Jetak Kec

Tulakan Wisata alam / minat khusus (Daerah kawasan karst) 17. Pantai Kaliuluh Ds Sendang Kec Wisata alam / minat

(8)

NO OBYEK WISATA LOKASI KETERANGAN Donorojo khusus

18. Pantai Dangkal Ds Worawari Kec

Kebonagung Wisata alam / minat khusus

19. Pantai Srengat Ds Kalipelus Kec

Kebonagung Wisata alam / minat khusus

20. Pantai segoro

Anakan/ Tawang Ds.Hadiwarno Kec.

Ngadirojo Wisata alam /minat khusus

B OBYEK WISATA

GOA

1. Goa Tabuhan Ds Wareng Kec

Punung Obyek Wisata alam/minat khusus (Daerah Kawasan Karst)

2. Goa Gong Ds Bomo Kec

Punung Obyek Wisata alam/minat khusus (Daerah Kawasan Karst)

3. Goa Putri Ds Kendal Kec

Punung Obyek Wisata alam/minat khusus (Daerah Kawasan Karst)

4. Goa Kalak Ds Sendang Kec

Donorojo Obyek Wisata alam/minat khusus (Daerah Kawasan Karst)

5. Goa Kendil Ds Pringkuku Kec

Pringkuku Obyek Wisata alam/minat khusus (Daerah Kawasan Karst)

6. Goa Luweng

Jaran Ds Jlubang Kec

Pringkuku Obyek Wisata alam/minat khusus (Daerah Kawasan Karst)

7. Goa Luweng

Ombo Ds Klepu Kec

Donorojo Obyek Wisata alam/minat khusus (Daerah Kawasan Karst)

8. Goa Dadali Ds Kluwih Kec

Tulakan Obyek Wisata alam/minat khusus 9. Goa Somopuro Ds Bungur Kec

Tulakan Obyek Wisata alam/minat khusus 10 Goa Pentung Ds Wonoanti Kec

Tulakan Obyek Wisata alam/minat khusus 11. Goa Clangap Ds Karangnongko

Kec Kebonagung Obyek Wisata alam/minat khusus

C OBYEK WISATA SEJARAH DAN ARKHEOLOGIS

1. Monumen

Pangsar Ds Pakis Baru Kec

Nawangan Kawasan Karst

Jendral Sudirman

2. Palagan Tumpak

Rinjing Ds Dadapan Kec

pringkuku Kawasan Karst 3. Situs Bak Soko Ds Soka Kec

Punung Kawasan Karst 4. Museum Buono

Keling Ds Mantren Kec

Punung Kawasan Karst

NO OBYEK WISATA LOKASI KETERANGAN 5. Situs Guyang

Warak Ds Kendal Kec

Punung Kawasan Karst 6. Situs Song Terus Ds Wareng Kec

Punung Kawasan Karst 7. Situs Ngrijang

Soko Ds Soko Kec

Punung Kawasan Karst 8. Situs Ngrijang

Sengon Ds Piton Kec

Punung Kawasan Karst 9. Situs Song Gupuh Ds Bomo Kec

Punung Kawasan Karst 10 Situs Alat Wirati Ds Kalak Kec

Donorojo Kawasan Karst 11. Situs Song Keplek Ds Punung Kec

Punung Kawasan Karst 12 Situs Sungai

Banjar Ds Wareng Kec

Punung Kawasan Karst 13. Situs Goa Kalak Ds Sendang Kec

Donorojo Kawasan Karst

D OBYEK WISATA BUDAYA

1. Upacara Adat

Ceprotan Ds Sekar Kec

Donorojo Kawasan Karst 2. Upacara Adat

Baritan Ds Gawang Kec

Kebonagung Kawasan Karst 3. Upacara Adat

Badut Ds Ploso Kec

Tegalombo Kawasan Karst Sinampurno

4. Upacara Adat

Srumbung Ds Mojo Kec

Punung Kawasan Karst Mojo

5. Tari Eklek Ds Pelem Kec

Pringkuku Kawasan Karst 6. Wayang Beber Ds Widoro Kec

Donorojo Kawasan Karst 7. Kethek Ogleng Ds Tokawi Kec

Nawangan

8. Jemblung

Somopuro Kec Tulakan

9. Jangkrik

Genggong Kec Ngadirojo 10. Upacara Adat

Hore Ds Sukodono Kec

Donorojo

11. Tetaken Gunung

Limo Ds Mantren Kec Kebonangung 12. Senthewere Ds Sukorejo Kec

Sudimoro

13. Methik Pari Ds Jeruk Kec

Bandar

E OBYEK WISATA

PEMANDIAN

1. Obyek Wisata

Banyu Anget Ds Karangrejo Kec

Arjosari Wisata alam/ Tempat rekreasi

2. Belik Kuning Ds. Purworejo Kec

Pacitan Wisata alam

Sumber : Dinas Kebudayaan Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga Kab.

Pacitan 2008

(9)

Pada saat ini, Kabupaten Pacitan telah didukung oleh 10 hotel yang siap menampung wisatawan apabila bermalam, yakni 9 hotel di Kecamatan Pacitan dan 1 hotel di Kecamatan Nawangan, dengan jumlah kamar keseluruhan 252 kamar. Prasarana jalan yang telah memiliki akses cukup baik dan memadai adalah akses jalan ke arah Selatan – Barat yang menghubungkan Kabupaten Pacitan dengan Kota Yogyakarta dan Solo.

Sedangkan akses jalan menuju Jawa Timur yang melewati Utara Kabupaten Pacitan yaitu menuju Ponorogo kurang memadai, demikian juga akses jalan yang menuju ke Jawa Timur lewat jalur Selatan masih rendah (lewat Selatan Timur menuju Trenggalek). Dengan adanya rencana pengembangan jalur Selatan-Selatan Jawa Timur, maka diharapkan akses regional jalur Selatan – Selatan terbuka, sehingga pengembangan kegiatan didominasi oleh Wilayah Selatan Barat, namun juga wilayah Selatan – Timur.

Masalah: Kabupaten Pacitan dengan obyek wisata yang bervariasi keindahan alamnya dari panorama pantai, gua, sampai dengan pegunungan yang sejuk memberikan banyak pilihan bagi wisatawan nusantara dan mancanegara. Namun dengan keterbatasan dana, promosi, sarana dan fasilitas penunjang, tenaga khusus pengelola, serta belum ditangani secara proporsional, hingga saat ini obyek-obyek wisata yang ada di Kabupaten Pacitan belum dapat menarik investor dan go international. Salah satu permasalahannya adalah sulitnya aksesibilitas atau kurang memadainya sarana dan prasarana perhubungan ke obyek-obyek wisata baik dari wilayah Kabupaten Pacitan sendiri maupun dari daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Kegiatan pembangunan di bidang pariwisata di Kabupaten Pacitan saat ini masih belum optimal terutama pada sarana dan prasarana jalan menuju obyek wisata serta kurangnya sarana promosi, sarana air bersih, telekomunikasi, maupun prasarana penunjang lainnya, sehingga meskipun mempunyai potensi yang cukup baik namun masih dirasakan belum siap untuk dijual kepada wisatawan. Di beberapa objek wisata yang dudah mulai dikunjungi wisatawan, terdapat bangunan pedagang kaki lima (PKL) yang kurang tertata, sehingga secara umum terkesan kumuh dan kurang terpelihara

Prospek: Pengembangan potensi wisata masih dapat memiliki prospek yang baik, mengingat Kabupaten Pacitan memiliki objek wisata yang sangat khas, namun

yang harus diwaspadai, tentu dengan adanya kegiatan pariwisata dan rekreasi di daerah pariwisata dapat menimbulkan masalah ekologis yang khusus dibandingkan dengan kegiatan ekonomi lainnya.

6. KAWASAN PERUNTUKAN PERMUKIMAN

Potensi: Perkembangan permukiman baik perkotaan maupun perdesaan yang menyebar ke seluruh wilayah menunjukan adanya potensi untuk mengurangi ketimpangan wilayah.

Masalah: Kecenderungan perkembangan pola penggunaan lahan masih terkonsentrasi untuk kegiatan- kegiatan primer yang disebabkan dukungan akses jalan utama yang ada. Sebaliknya kegiatan berskala lingkungan telah menyebar keseluruh wilayah namun masih berorientasi ke jalan utama (jalan kolektor dan lokal primer).

Kecenderungan bentuk struktur ruang yang linier dan konsentris (memusat) ke pusat kota tersebut dapat memacu terjadinya perkembangan yang tidak terkendali pada saat melebihi kapasitas daya dukung lahan. Untuk menghindari terjadinya perkembangan wilayah yang tidak terkendali dan dapat tercapai perimbangan perkembangan wilayah maka perlu di tingkatkan fungsi dan peranan kota.

Prospek: Pembangunan permukiman yang berhirarki dapat menyeimbangkan pengembangan wilayah.

7. KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI

Potensi: Kegiatan sektor industri di Kabupaten Pacitan tergolong dalam skala menengah dan kecil. Komoditi yang dihasilkan sangat beragam dan beberapa diantaranya sudah berorientasi pada kegiatan ekspor baik tingkat regional, nasional maupun internasional.

Adapun komoditi industri kecil tersebut antara lain Anyaman Bambu, Mainan Anak (toys), Batu Mulia, Gerabah Seni, Batik Tulis dan terasi.

Masalah: Terbatasnya wilayah yang diperbolehkan untuk pengembangan kawasan industri, serta belum memadainya sarana dan prasarana untuk kegiatan industri tentunya akan menjadi hambatan bagi perkembangan sektor ini. Kemudian khusus untuk industri kecil yang merupakan industri rumah tangga yang

(10)

dilakukan oleh kelompok masyarakat masih merupakan kegiatan sampingan.

Prospek: Pengembangan kawasan industri di Kabupaten Pacitan dapat dikatakan potensial, karena wilayahnya memiliki potensi sumberdaya yang besar serta didukung oleh aksesibilitas laut. Namun pelayanan pelayanan sarana dan prasarana pendukung kegiatan industri harus dikembangkan. Namun dalam pengembangannya harus tetap memperhatikan aspek kesesuaian lahan dan kelestarian lingkungan.

8. KAWASAN PERUNTUKAN PERTAMBANGAN

Potensi: Pacitan merupakan kabupaten yang sebenarnya memiliki sumberdaya tambang yang sangat potensial.

Diantaraa potensi tambang dan bahan galian yang tersebar di Kabupaten Pacitan adalah: Timah Putih, Batu Bara, Uranium, Nikel, Timah Hitam, Mangaan, Tembaga, Seng, Emas, Pasir Besi, Batugamping, Dolomit:, Gypsum, Kalsit, Zeolit, Oker, Batupasir, Bentonit, Phosfat:, Lempung (Tanah Liat), irophylit, Kaolin, Feldspar, Pasir Kuarsa, Toseki, Ball Clay, batuan Beku, Sirtu, Marmer, Trass, Fosil Kayu, Rijang, Kalsedon/Agate, Jasper dan Kristal Kuarsa

Masalah: Bahan tambang yang ada dengan klasifikasi tambang mineral radioaktif, mineral logam, mineral bukan logam, mineral batuan, dan batu bara yang sampai saat ini pengelolaannya masih dirasakan belum optimal karena terbatasnya sarana dan prasarana pertambangan, sehingga belum banyak memberikan kontribusi kepada peningkatan pendapatan masyarakat yang akhirnya dapat meningkatkan pendapatan daerah.

Prospek: Pengembangan tambang di kawasan yang sesuai untuk dikembangkan sebagai pertambangan, tentu akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pacitan. Namun hal ini harus di dukung oleh program kelestarian lingkungan.

2. 2 .3 3 PO P OT TE EN NS SI I, , M MA A SA S AL L AH A H , , D D AN A N PR P RO OS SP PE EK K KA K AW WA A SA S A N N S S TR T RA A TE T EG GI IS S

Potensi: Kabupaten Pacitan memiliki beberapa sektor yangf berpotensi untuk dikembangkan menjadi kawasan strategis,

yaitu potensi di sektor pertanian, sumberdaya uap dan potensi sumberdaya alam serta buatan.

Masalah: Saat ini faktor pendukung pengembangan kawasan strategis belum berkembang dengan baik. Beberapa faktor pendukung yang akan memaksimalkan pengembangan Kawasan strategis harus dapat terintegrasi, baik berupa sarana dan prasarana dasar yang dapat melayani kegiatan strategis serta dapat menghubungkan wilayah secara luas, kemudian juga dengan melakukan promosi.

Prospek: Kawasan Strategis yang diharapkan dapat menjadi penggerak sektor ekonomi di Kabupaten Pacitan terdiri dari Kawasan Strategis pertanian (agropolitan), Kawasan Strategis Pariwisata dan Kawasan Strategis PLTU. Kawasan strategis PLTU ini memiliki prospek yang besar karena merrupakan bagian dari rencana pengembangan prasarana energi di Propopinsi Jawa Timur.

2. 2 .4 4 PO P OT TE EN NS SI I, , MA M AS SA A LA L A H, H , D D AN A N P PR RO OS SP P EK E K PE P EN NA A TA T A AN A N RU R U AN A NG G D D AR A RA AT T, , R RU UA A NG N G LA L A UT U T, , R RU U AN A NG G UD U D AR A RA A, , DA D AN N R RU UA A NG N G D D I I D D AL A LA A M M B B UM U MI I

Potensi: Potensi sumberdaya alam yang ada di darat, laut dan ruang dalam bumi Kabupaten Pacitan sangat beragam namun kelestariannya harus dapat dipertahankan.

Masalah: Belum adanya penegasan mengenai pembatasan penggunaan ruang darat, laut, udara dan ruang dalam bumi sehingga pemanfaatan sumber daya yang ada belum mementingkan kelestarian lingkungan hidup. Pemahaman masyarakat terhadap isu lingkungan masih rendah.

Prospek: Adanya pembatasan pemanfaatan ruang, baik untuk ruang darat, ruang laut, ruang udara dan ruang di dalam bumi Kabupaten Pacitan yang juga didukung oleh peningkatan pemahaman masyarakat terhadap nilai lingkungan dapat menyebabkan terjadinya perlindungan terhadap lingkungan hidup yang juga berarti konsep pembangunan yang berkelanjutan akan tercapai.

(11)

Peta 2. 1 Isu dan Permasalahan Kabupaten Pacitan

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) untuk mengetahui perbandingan hasil belajar antara metode mind mapping berbasis CTL dengan metode ceramah (2) untuk

Mengingat magang sebagai jembatan anta- ra pendidikan dan dunia kerja serta terdapat ma- salah yaitu tiga soft skills yang masih dirasa ku- rang oleh para pembimbing magang, maka

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “ Kualitas Semen Segar Sapi Bali (Bos javanicus) pada Kelompok Umur yang Berbeda ”.. Penulis menyadari dalam penyusunan

saja yang masih bertahan. Ada pula yang mencoba meningkatkan outlet mereka dengan cara lebih mengembangkan produk-produk batik yang mereka jual. Pemilihan lokasi

(3) Peran serta masyarakat dalam pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup partisipasi dalam perencanaan, pengawasan, dan evaluasi program

Berdasarkan angka laju pertumbuhan rata-rata pajak daerah dan retribusi daerah terhadap laju pertumbuhan rata-rata PAD pada Kabupaten Aceh Utara yang sangat tidak

hasil faktor finansial dan manajemen dilakukan dengan analisis kuantitatif yaitu mencari rasio yang telah diperoleh dari perhitungan masing-masing variabel

HONDA FREED 010 w putih Tangan1 is- timewa sekali Harga Damai TTKrd Jl.. Jati- waringin