• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Suatu negara dalam melakukan pembangunan untuk memajukan bangsa dan negaranya membutuhkan dana yang banyak. dalam hal dana ini bisa didapat dari berbagai sumber, yang salah satu sumber utama saat ini yaitu pendapatan dana dari sektor pajak.

Untuk memajukan suatu negara hal yang utama bisa mendapatkan dana terbesar yaitu dari sektor pajak. Dari hal tersebut, pemerintah selalu menaikkan target pendapatan dari sektor pajak pada setiap tahunnya. Oleh karena itu masyarakat atau perusahaan sebagai wajib pajak selalu dihimbau selalu taat untuk membayar pajak.

Kemiskinan merupakan permasalahan yang selalu timbul di setiap negara, baik itu kemiskinan absolut maupun kemiskinan relatif. Walaupun sudah banyak program-program yang ditujukan dalam upaya pengentasan kemiskinan, namun masalah ini tak kunjung selesai juga. Sulitnya penyelesaian masalah ini disebabkan karena permasalahan yang melibatkan penduduk miskin ternyata sangat kompleks. Pendekatan dalam penyelesaiannya tidak dilakukan dari segi ekonomi saja namun segi sosialnya harus dipertimbangkan. Faktor utama penyebab kemiskinan sebagian besar karena faktor alamiah. Selain itu tidak terjadinya pemerataan hasil pembangunan juga merupakan faktor penyebab yang tidak dapat diabaikan.

Program pengentasan kemiskinan di Indonesia tidak akan berhasil tanpa bantuan subsistem lain, termasuk di dalamnya program pemberdayaan masyarakat berbasis kepada zakat. Zakat merupakan salah satu instrumen fiskal dalam perekonomian yang telah dipergunakan oleh pemerintah Islam dari masa Rasulullah SAW sampai dengan berakhirnya kekhalifahan Islam.

Zakat merupakan salah satu kewajiban umat Islam, sebagaimana tersebut dalam Rukun Islam yang ketiga. Zakat menjadi sumber dana bagi kesejahteraan umat terutama untuk mengentaskan kemiskinan dan menghilangkan kesenjangan sosial. Sebagaimana termaktub dalam Q.S. At-Taubah [9]: 103 yang berbunyi:

(2)



































Artinya: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan [dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.

Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka, dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.

Muhammad Daud Ali memberikan definisi bahwa zakat adalah bagian dari harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat kepada orang-orang tertentu, dengan syarat-syarat tertentu pula.1

Penarikan pajak selanjutnya terus berlangsung meski dengan alasan yang berbeda- beda. Seiring berjalannya waktu, hubungan zakat dan pajak menjadi terbalik, dimulai dengan kemunduran kaum muslimin, penjajahan Eropa, dan hegemoni peradaban barat sehingga hukum-hukum syar’i semakin ditinggalkan, dan sebaliknya hukum-hukum barat buatan manusia diutamakan. Kewajiban zakat disubordinasikan dan diganti dengan kewajiban pajak.

Dalam perkembangannya zakat dan pajak merupakan salah satu persoalan yang banyak mendapat perhatian dalam khazanah pemikiran ekonomi Islam. Persoalan ini muncul karena adanya dua kewajiban yang harus dijalankan oleh umat Islam, yaitu kewajiban membayar pajak sebagai kewajiban seorang warga negara terhadap negaranya, dan kewajiban zakat yang merupakan perintah Agama dan salah satu Rukun Islam.2

Hal ini terlihat jelas dengan adanya dua kewajiban dalam dua undang-undang yang berbeda, yaitu kewajiban zakat dalam UU No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat dan kewajiban pajak dalam UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan (PPh).

Kedua undang-undang ini menyatakan bahwa zakat dan pajak adalah kewajiban. Hal inilah yang dirasa oleh kaum muslimin sebagai suatu beban yang berat. Beban ini akan bertambah berat lagi jika kaum muslimin diwajibkan pula membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang harus mereka bayar dengan uang atau harta simpanan yang telah dizakati. Semakin berat lagi, apabila kaum muslimin diwajibkan pula membayar Pajak

1 M. Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, (Jakarta : UI Press, 1988), hlm. 39.

2 Nuruddin Mhd. Ali, Zakat Sebagai Instrument dalam Kebijakan Fiskal, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 23.

(3)

Petambahan Nilai (PPN) karena mengkonsumsi barang/jasa tertentu yang menurut pemerintah bukan kebutuhan pokok (sekunder/mewah).3

Umat Islam tidak boleh diberati dengan dua kewajiban, yaitu zakat dan pajak. Zakat yang sudah dipungut harus dijadikan sebagai pengurang (kredit pajak) langsung, sehingga pajak yang harus dibayar umat Islam hanya tambahannya. Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, zakat dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan (biaya). Hal ini memang suatu perkembangan baru dalam aplikasi hukum Islam di Indonesia.4

Atas dasar pendekatan tersebut, jelaslah bahwa kecenderungan selama ini untuk memisahkan zakat dengan lembaga upeti yang kini diperhalus menjadi pajak merupakan suatu cara pandang yang keliru. Sebagaimana yang telah terjadi pada masyarakat, dengan anggapan itu masyarakat pun tenggelam dalam arus dikotomis untuk selalu memisahkan sesuatu yang duniawi dari yang ukhrawi.

Menurut Masdar Farid Mas’udi proses transformasi lembaga pajak/upeti ini digerakkan oleh umat Islam bukan dengan cara menyaingi atau mensejajarkan lembaga pajak dengan lembaga zakat, seperti dipersepsi orang selama ini, melainkan dengan cara merasukkan spirit ajaran zakat ke dalam lembaga pajak. Zakat sebagai ruhnya pajak sebagai badannya, zakat sebagai komitmen spiritual moral, pajak sebagai wujud kelembagaan yang hendak menjadi ajang pengejawentahannya.5

Dengan lahirnya Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 perkembangan zakat semakin berkembang pesat baik dari sisi penghimpunan maupun pemberdayaan, serta membantu program pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan melalui program pemberdayaan masyarakat. Kesadaran masyarakat semakin tinggi dalam mengelola zakat secara transparan, karena saat ini masyarakat telah sadar bahwasannya zakat memiliki pengaruh yang cukup signifikan dalam memberdayakan masyarakat.

Paska lahirnya Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, dimungkinkan pengelolaan zakat dilakukan tidak hanya oleh Badan Amil Zakat (BAZ)

3 Gusfahmi, Pajak Menurut Syariah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007), hlm. 7.

4 Gusfahmi, Pajak Menurut Syariah…, hlm. 221.

5 Masdar Farid Mas’udi, Agama Keadialan: Risalah Zakat (Pajak) dalam Islam, (Jakarta:

P3M, 1993), hlm. 100-104.

(4)

yang dikelola oleh pemerintah, namun dimungkinkan zakat dikelola oleh institusi swasta melalui Lembaga Amil Zakat (LAZ).

Zakat Center Cirebon adalah salah satu Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang berkedudukan di Jl. DR. Sudarsono. No. 274 Kesambi Kota Cirebon Jawa Barat, yang sudah disahkan sejak Tahun 2008. Zakat Center termasuk salah satu penyalur bagi para muzaki yang ingin membayarkan zakatnya, apalagi dengan dikeluarkannya Undang- Undang No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat yang kemudian dipertegas dalam Pasal 22 tentang Zakat sebagai Pengurang Penghasilan kena Pajak. Oleh karena itu bisa memberikan kesempatan bagi para muzaki yang sekaligus berkeinginan agar pajak penghasilannya bisa berkurang apabila muzaki membayarkan zakatnya di Lembaga Amil Zakat (LAZ) Zakat Center Cirebon.

Muzaki seharusnya tidak boleh dibebani dengan kewajiban ganda. Karena zakat yang sudah dipungut harus dijadikan sebagai pengurang penghasilan kena pajak, sehingga pajak yang harus dibayarkan hanya tambahannya saja. Berdasarkan pasal 22 Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak dan dalam Undang-Undang No. 2000 tentang Pajak Penghasilan. Kedua Undang-Undang tersebut menerangkan bahwa zakat dapat dijadikan sebagai pengurang penghasilan (biaya) hal ini merupakan suatu perkembangan baru dalam aplikasi hukum Islam di Indonesia.

Untuk masyarakat Cirebon sendiri ternyata masih banyak yang belum mengetahui tentang kebijakan pemerintah yang tercantum dalam Pasal 22 Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 tentang zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak.

Melihat dari pemaparan tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui lebih mendalam dengan melakukan penelitian tentang praktik implementasi serta mengetahui kendala dan upaya yang dilakukan, mengenai Zakat sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak di Zakat Center Cirebon, dalam bentuk skripsi berjudul : ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK (Implementasi Pasal 22 dan 23 UU No. 23 Tahun 2011 Dalam Kinerja Pengelolaan Zakat Tahun 2016 Di Zakat Center Cirebon).

B. Perumusan Masalah

Dalam Perumusan Masalah ini akan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

1. Identifikasi Masalah

(5)

a. Wilayah Kajian

Wilayah kajian skripsi ini adalah zakat maal dan pajak penghasilan.

b. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui penelitian lapangan (field research).

c. Jenis Masalah

Jenis masalah dalam penelitian ini adalah dalam praktik implementasi zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak di Zakat Center Cirebon diantaranya: kurangnya pemahaman, tidak ada koordinasi, sosialisasi, sehingga berdampak terhadap muzaki sebagai objek pasal tersebut.

2. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari meluasnya pokok pembahasan, pembatasan masalah ini hanya :

Masalah ini hanya dibatasi pada praktik Implementasi Pasal 22 Undang-Undang No 23. Tahun 2011 tentang zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak serta mengetahui kendala dan upaya yang diimplementasikan oleh pihak Zakat Center Cirebon.

3. Pertanyaan Penelitian

a. Bagaimana praktik implementasi zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak dikaitkan dengan pasal 22 Undang-Undang No. 23 Tahun 2011 di Zakat Center Cirebon?

b. Bagaimana Kendala dan Upaya yang dilakukan Zakat Center Cirebon dalam mengimplementasikan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimanakah praktik implementasi Pasal 22 UU No. 23 Tahun 2011 tentang zakat sebagai pengurang pajak pada muzaki serta kendala dan upaya yang dilakukan Zakat Center Cirebon.

(6)

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan Penelitian ini adalah:

a. Untuk memperkaya, memperluas wawasan intelektual kepada umat Islam tentang kewajiban-kewajibannya mentaati hukum khususnya dalam hal zakat dan pajak.

b. Sebagai informasi kepada masyarakat tentang penggabungan antara zakat dan pajak yang tertuang di dalam undang-undang zakat dan pajak.

c. Penelitian ini juga dapat menjadi sumbangan karya ilmiah dan juga sumbangan pemikiran bagi perkembangan khazanah ilmu pengetahuan dan literasi pada Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon.

D. Penelitian Terdahulu

Agar tidak terjadi pengulangan penelitian, maka diperlukan wacana atau pengetahuan tentang penelitian sejenis, maka kajian terdahulu yang penulis sajikan dalam skripsi ini adalah penelitian tentang “Tinjauan Hukum Islam terhadap Pasal 9 UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan” Skripsi ini disusun Oleh “Ferry Hardyanto” pada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta pada Tahun 2011. Pada skripsi ini sebatas menerangkan tentang bagaimana pandangan hukum Islam terhadap pajak penghasilan.6

Selanjutnya penelitian yang sedikit banyak ada kaitanya dengan pembahasan ini adalah berjudul “Pajak dan Zakat di Indonesia (Studi Perbandingan atas Pemikiran M.

Djamal Doa dan Didin Hafidhuddin) yang dilakukan oleh Moh. Widodo pada Fakultas Syari’ah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Tahun 2008. Penelitian tersebut terfokus pada zakat dan pajak atas pemikiran dua orang tokoh yaitu M. Djamal Doa dan Didin Hafidhuddin.7

Pada skripsi yang berjudul “Penyatuan Zakat dan Pajak untuk Keadilan Sosial”

(Studi Pemikiran Masdar Farid Mas’udi) yang disusun oleh Nur Hasan pada Fakultas

6Ferry Hardyanto, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pasal 9 UU No. 36 Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan, Surakarta: Universitas Muhammadiyah, 2011.

7Moh Widodo, Pajak Dan Zakat Di Indonesia (Studi Perbandingan Atas Pemikiran M. Djamal Do’a Dan Didin Hafidhuddin, Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2008.

(7)

Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang pada Tahun 2010.8 Skripsi ini hanya menitik beratkan penelitian tentang pendapat Masdar Farid Mas’udi dalam masalah zakat dan pajak, yakni menggabungkan keduanya artinya bagi kaum muslimin yang membayar pajak (dengan spirit zakat) kepada negara/pemerintah, maka gugurlah (terpenuhi) kewajiban agamanya, tidaklah berarti menggugurkan kewajiban untuk membayar zakat.

Skripsi yang berjudul “Respon wajib pajak terhadap zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak (studi di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga)” yang disusun oleh Muhammad Audi Ghaffari pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1438 H/2017 M. Penelitian ini menjelaskan tentang menjelaskan respon wajib pajak terhadap zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kebayoran Baru Tiga.9

Skripsi dengan judul “Analisis komparatif antara perlakuan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak dengan perlakuan zakat sebagai pengurang langsung pajak penghasilan” yang disusun oleh Apriliana pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 1431 H / 2010 M. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan antara dua Perlakuan zakat. Perlakuan pertama, zakat sebagai pengurang penghasilan kena Pajak, dan yang kedua perlakuan zakat sebagai pengurang langsung pajak Penghasilan (kredit pajak). 10

Sedangkan penelitian berusaha menginformasikan dan mendeskripsikan Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak yang terjadi di Zakat Center Cirebon.

E. Kerangka Teori

Kerangka teori dalam penelitian ini menggunakan grand theory, yaitu setiap teori yang dicoba dari penjelasan keseluruhan dari kehidupan sosial, sejarah atau pengalaman manusia.

8 Nur Hasan, Penyatuan Zakat Dan Pajak Untuk Keadilan Sosial (Studi Pemikiran Masdar Farid Mas’udi), Semarang: IAIN Walisongo, 2010.

9 Muhammad Audi Ghaffari, Respon wajib pajak terhadap zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak (studi di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga), Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2017

10 Apriliana, Analisis komparatif antara perlakuan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak dengan perlakuan zakat sebagai pengurang langsung pajak penghasilan, Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2010.

(8)

Ditinjau dari segi bahasa kata zakat mempunyai beberapa arti yaitu keberkahan, pertumbuhan, perkembangan, dan kesucian. Zakat dimaksudkan untuk membersihkan harta benda milik orang lain yang dengan segaja atau tidak sengaja telah termasuk kedalam harta benda milik kita.

Secara istilah zakat merupakan bagian dari harta dengan persyaratan tertentu dimana yang diwajibkan oleh Allah SWT kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya (mustahik). Zakat dalam istilah fikih berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan Allah SWT diserahkan kepada orang-orang yang berhak. Demikian menurut Yusuf Qardhawi dalam bukunya Hukum Zakat.11

Secara umum zakat bisa dirumuskan sebagai bagian dari harta yang wajib diberikan oleh setiap muslim yang memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat-syarat itu adalah nishab (jumlah minimum harta kekayaan yang wajib dikeluarkan zakatnya), haul (jangka waktu yang ditentukan bila seorang wajib mengeluarkan zakat), dan kadarnya (ukuran besarnya zakat yang harus dikeluarkan).

Undang-undang No. 38 Tahun 1999 pasal 1 ayat 2 menyebutkan bahwa: “yang dimaksud dengan zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya. Secara garis besar jenis zakat ada dua yaitu zakat fitrah yang dibayarkan setiap bulan Ramadhan dalam bentuk beras dan zakat maal atau zakat harta yang dikeluarkan dari harta yang dimiliki berdasarkan persyaratan tertentu”.

Pada UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, menerangkan bahwa:

“zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang muslim atau badan hukum yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya”.12

Zakat mempunyai kesamaan dengan infak maupun sedekah yaitu ibadah atau perbuatan yang berkaitan dengan harta. Namun, terdapat perbedaan antara zakat, infak, dan sedekah. Perbedaannya sebagai berikut:

11 Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Bogor: Litera Antar Nusa, 1999), hlm. 34.

12 Departemen Agama, Pedoman Zakat 9 Seri, (Jakarta : Proyek Pembinaan Zakat dan Wakaf, 1991), hlm.

107.

(9)

1) Dari segi hukumnya, zakat hukumnya wajib bagi umat Islam yang telah memenuhi ketentuan, sedangkan sedekah dan infak hukumnya Sunnah.

2) Zakat mempunyai fungsi yang jelas untuk mensucikan atau membersihkan harta dan jiwa pemberinya. Pengeluaran zakat dilakukan dengan cara-cara dan syarat-syarat tertentu, baik mengenai jumlah, waktu dan kadarnya.

Dalam Al-Quran terdapat 32 ayat zakat dan 82 kali diulang dengan menggunakan istilah yang merupakan sinonim dari kata zakat, yaitu kata sedekah dan infak. Pengulangan tersebut mengandung maksud bahwa zakat mempunyai kedudukan, fungsi dan peranan yang sangat penting dalam Islam.13

Dari 32 ayat dalam Al-Quran tersebut, 29 diantaranya menghubungkan ketentuan zakat dan shalat. Rangkaian kata zakat dan shalat dalam Al-Quran seringkali ditemukan secara konsisten, hanya dalam tiga ayat ketentuan zakat tidak dirangkaikan dengan shalat, yaitu:

a) Q.S. Al-Kahfi [18]: 81





















Artinya: “Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya)”.

b) Q.S. Maryam [19]: 13















Artinya: “Dan rasa belas kasihan yang mendalam dari sisi kami dan kesucian (dan dosa) dan ia adalah seorang yang bertakwa”.

c) Q.S. Al-Mu’minun [23] : 4











Artinya: “Dan orang-orang yang menunaikan zakat”.

Menurut mayoritas ulama, dalam redaksi yang berbeda-beda disimpulkan bahwa zakat merupakan bagian dari harta dengan persyaratan tertentu, Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu.

13 Abdurrachman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdah dan Sosial, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), hlm. 43.

(10)

Pajak pada hakikatnya adalah kewajiban material dari seorang warga negara pada negaranya untuk dibayar menurut ukuran yang telah ditentukan mengenai kekayaan dan pribadi seseorang dan dipergunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara.14

Dari pengertian pajak tersebut dapat diketahui bahwa terdapat persamaan antara zakat dengan pajak. Keduanya merupakan salah satu sumber pendapatan negara. Zakat merupakan salah satu sumber pendapatan negara bagi negara-negara Islam. Namun, selain persamaan tersebut antara zakat dan pajak memiliki perbedaan yang sangat mendasar.

Perbedaan tersebut diantaranya:

a. Zakat adalah kewajiban agama yang ditetapkan oleh Allah SWT kepada umat Islam, sedangkan pajak adalah kewajiban warga negara baik yang muslim maupun non- muslim yang ditetapkan oleh pemerintah.

b. Ketentuan zakat berasal dari Allah SWT dan Rasul-Nya, yaitu mengenai penentuan nishab dan penyalurannya. Sedangkan ketentuan pajak sangat bergantung pada kebijakan pemerintah.

c. Zakat adalah kewajiban yang bersifat permanen, terus menerus berjalan selama hidup di bumi ini. Berbeda dengan pajak, suatu saat bisa ditambah, dikurangi atau bahkan dihapuskan sesuai dengan kebijakan pemerintah.

d. Pos-pos penyaluran zakat lebih terbatas, yaitu seperti yang dijelaskan dalam Al- Qur’an bila dibandingkan dengan pos-pos penyaluran pajak yang lebih umum.

e. Sanksi tidak membayar zakat adalah dosa karena tidak memenuhi perintah Allah SWT dan Rasul-Nya, sedangkan sanksi tidak membayar pajak berupa denda atau hukuman saja.

f. Maksud dan tujuan zakat lebih tinggi dari tujuan pajak yaitu pembinaan spiritual dan moral.

Dari perbedaan tersebut sangat jelas bahwa meskipun keduanya mempunyai persamaan sebagai sumber pendapatan negara, namun kedudukan zakat tidak dapat digantikan oleh pajak. Salah satu hal yang menjadi permasalahan di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya adalah muslim, selain sebagai wajib zakat mereka juga dibebani dengan berbagai macam pajak. Mulai dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penghasilan (PP), dan lain-

14 M. Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf…, hlm. 5.

(11)

lain. Padahal kedudukan zakat tidak dapat digantikan dengan pajak, sehingga dapat diambil jalan tengah yaitu dengan memadukan antara pajak dan zakat. Yaitu dengan memotong jumlah pajak dengan jumlah zakat yang telah dibayarkan oleh seseorang. Dengan demikian, seorang wajib pajak tetap dapat membayar kewajiban sebagai warga negara dengan tetap memenuhi kewajiban agamanya.

Peraturan yang mengatur mengenai ketentuan di atas adalah UU No. 36 Tahun 2008 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Undang-undang ini mengatur mengenai obyek pajak setelah dikurangi dengan zakat.

Pada Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tidak dijelaskan secara rinci tentang pembayaran pajak setelah dikurangi zakat. Dalam pasal 9 UU No. 36 Tahun 2008, dijelaskan sebagai berikut:15

1. Untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan:

a. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun seperti dividen, termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.

b. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota.

c. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali:

1) Cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang.

2) Cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

3) Cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

4) Cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan.

5) Cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan, dan.

6) Cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang ketentuan dan syarat- syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

15 Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak, hlm. 15-16.

(12)

d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi beasiswa, yang dibayar oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;

e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;

g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh Badan Amil Zakat (BAZ) atau Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang ketentuannya diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah;

h. Pajak Penghasilan;

i. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi wajib pajak atau orang yang menjadi tanggungannya.

j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham.

k. Sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan, serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.

2. Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dibolehkan untuk

(13)

dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal 11A.

3. Dari isi pasal tersebut pada huruf h ada pajak penghasilan, artinya kalimat pasal 1 berlaku untuk huruf h.

F. Metodologi Penelitian

Agar penulisan skripsi ini memenuhi kriteria sebagai karya ilmiah serta mengarah kepada obyek kajian dan sesuai dengan tujuan yang dimaksud, maka penulis menggunakan metode, Antara lain:

1. Jenis Penelitian

Adapun metode penelitian dalam skripsi ini adalah kualitatif, yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian lapangan (field research)16, yaitu penulis melakukan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan oleh penulis, dengan cara mengkaji permasalahan objek penelitian dan wawancara kepada pihak Lembaga Amil Zakat yaitu Zakat Center Cirebon, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cirebon, serta Muzaki.

2. Pendekatan Masalah

Adapun pendekatan penelitian yang digunakan oleh penulis ini menggunakan pendekatan yuridis-empiris (usaha mendekati masalah yang diteliti dengan sifat hukum yang sesuai dengan kenyataan yang terjadi).

3. Sumber Data

a) Sumber Primer: yaitu data-data yang diperoleh langsung dari objek yang terkait dengan peneilitian tentang zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak, yakni Zakat Center Cirebon, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cirebon dan Muzaki.

b) Sumber Sekunder: yaitu data yang didapat dari literatur, Perundang-undangan, dan dokumenter yang berkaitan dengan penelitian skripsi.

4. Teknik Pengumpulan Data

16 Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya (Jakarta: Graha Indonesia, 2002), hlm. 87.

(14)

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian lapangan (field research), maka teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut:

a) Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara Tanya jawab dengan narasumber yaitu bapak M. Anwar Musaddad S.Ag. M.Si sebagai Direktur di Zakat Center Cirebon dan beberapa pegawai yang menangani bagian pengelolaan zakat yang bisa dikurangkan sebagai penghasilan kena pajak dan muzaki yang membayarkan zakatnya di Zakat Center Cirebon.

b) Kepustakaan

Penulis menggunakan penelitian kepustakaan (library research) sebagai penunjang untuk mendapatkan literatur data-data yang berkaitan dengan zakat sebagai pengurang penghasilan kena pajak.

c) Dokumentasi

Jenis pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengambil data dari dokumen yang ada di Zakat Center Cirebon dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama.

5. Teknik Analisis Data

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif.17 Yaitu menganalisis data yang tersedia tanpa memperhitungkan jumlah objek penelitian, melainkan menggunakan sumber-sumber yang relevan untuk melengkapi data yang diteliti.

G. Sistematika Penulisan

Agar pembahasan penyusunan skripsi ini menjadi terarah dengan baik, maka sistematika pembahasan disusun menjadi lima bab pembahasan, yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini memuat Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, dan Kegunaan Penelitian, Penelitian Terdahulu, Kerangka Teori, Metodologi Penelitian Dan Sitematika Penulisan.

17 Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, hlm. 168.

(15)

BAB II : ZAKAT, PAJAK, DAN LEMBAGA AMIL ZAKAT

Bab ini memuat Tinjauan Tentang Zakat, Tinjauan Tentang Pajak, Perbandingan antara Zakat dan Pajak, dan Penyatuan Zakat dan Pajak, Perbandingan antara Zakat dan Pajak.

BAB III : PROFIL ZAKAT CENTER KOTA CIREBON

Bab ini memuat Gambaran Umum Zakat Center, Sejarah Zakat Center Kota Cirebon, Landasan LAZ, Struktur Organisasi Zakat Center, Program-Program Zakat Center, Jumlah Dana Zakat yang Diterima Zakat Center dari Tahun 2011-2016.

BAB IV : ANALISIS ZAKAT SEBAGAI PENGURANG PENGHASILAN KENA PAJAK (IMPLEMENTASI PASAL 22 UU NO. 23 TAHUN 2011 DALAM KINERJA PENGELOLAAN ZAKAT TAHUN 2016 DI ZAKAT CENTER CIREBON)

Bab ini menjelaskan tentang Implementasi Zakat Sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak Di Zakat Center Cirebon, Faktor Kendala dan Upaya Zakat Center Cirebon dalam Mengimplementasikan Zakat sebagai Pengurang Penghasilan Kena Pajak.

BAB V : PENUTUP

Dalam penutup ini meliputi kesimpulan dan Saran. Kesimpulan ini berisi hasil penelitian dan Saran berisi rekomendasi dari penulis terhadap pembaca.

Referensi

Dokumen terkait

Model simulasi (GenRiver) telah digunakan untuk mempelajari perubahan aliran sungai sebagai akibat adanya alih guna lahan, dan selanjutnya dipakai sebagai dasar untuk

Sedangkan pada saat perekonomian dianggap terlalu laju yang ditandai dengan pertumbuhan yang tinggi dan tingkat inflasi yang juga tinggi, kebijakan fiskal dan

Selain itu analisis ini diterapkan untuk menggambarkan trend pertumbuhan historis, memperkirakan pertumbuhan regional dan menganalisis efek dari inisiatif kebijakan

SVD merupakan metode faktorisasi matriks, oleh karena itu kita harus mengubah tensor yang merepresentasikan citra berwarna menjadi sebuah matriks, proses ini biasa disebut

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karunia-Nya dan senantiasa bersholawat kepada Nabi Muhammad

Sedangkan gangguan yang datang dari dalam sistem dapat berupa kegagalan dari fungsi peralatan jaringan, kerusakan dari peralatan jaringan, kerusakan dari peralatan

Perilaku prokrastinasi akademik, terbentuk dan berkembang dalam proses sosialisasi yang dimulai dari keluarga, akan diperkuat di lingkungan sekolah dan lingkungan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul: “Pengaruh