v 8.0.1 - WML 3 FILE - BAB 1-6 TES PLAGIAT.DOCX
Plagiarism Checker X - Report
Originality Assessment
Overall Similarity: 4%
Date: Feb 11, 2022
Statistics: 386 words Plagiarized / 10939 Total words
Remarks: Low similarity detected, check your supervisor if changes are required.
10 TUGAS AKHIR
ANALISISGEOMETRI PELEDAKANBERDASARKAN NILAI BLASTABILITY INDEXPADA PT.
ALLIED INDO COAL JAYA KOTA SAWAHLUNTO
Diajukan Kepada Sekolah Tinggi Teknologi Industri Padang Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
NURUL FATHYA 1610024427070
YAYASAN MUHAMMAD YAMIN PADANG
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI INDUSTRI PADANG
11 PROGRAM STUDI TEKNIKPERTAMBANGAN 2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
PT. Allied Indo Coal Jaya (AICJ) adalah salah satu perusahaan yang bergerak pada bidang usaha pertambangan batubara berlokasi di Parambahan Desa Batu Tanjung, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatera Barat. Sistem penambangan yang diterapkan oleh PT. Allied Indo Coal Jaya adalah sistem tambang bawah tanah (underground mining) dan tambang terbuka (surface mining) dengan metode open pit mining. Dalam Kegiatan penambangan batubara di PT. Allied Indo Coal Jaya dilakukan dengan menggunakan proses peledakan (blasting) untuk memberai batubara dari batuan induk. Secara umum, kegiatan penambangan batubara di PT. PT. Allied Indo Coal Jaya meliputi berbagai aktivitas yaitu: land clearing, pengeboran (drilling), peledakan (blasting), pemuatan dan pengangkutan (loading and hauling). Sebelum dilakukannya pemuatan dan pengangkutan bahan untuk material maka dilakukanlah kegiatan peledakan. Peledakan dilakukan karena sudah dipertimbangkan biaya dan resiko oleh perusahaan. Salah satu faktor pemilihan peledakan yaitu material yang keras dan tidak memungkin untuk dilakukan pengerukan langsung. Tujuan dilakukannya peledakan adalah untuk membongkar material yang dibutuhkan untuk produksi agar mudah dilakukannya proses produksi.
Target hasil peledakan pada PT. Allied Indo Coal Jaya pada saat ini belum mencapai target yang telah ditetapkan. Target hasil peledakan pada PT. Allied Indo Coal Jaya adalah sebesar
7.000 ton untuk satu kali peledakan sedangkan hasil peledakan aktual hanya mencapai 6.000 ton untuk satu kali peledakan. Selain itu terdapat juga boulder pada hasil peledakan hal ini disebabkan karena kurang optimalnya kegiatan pada perusahaan tersebut.
Penetapan geometri peledakan di PT. Allied Indo Coal Jaya dilakukan tanpa
memperhitungkan karakteristik dari massa batuan (blastibility index) serta struktur geologi yang ada di daerah tersebut, sehingga kegiatan peledakan menjadi kurang optimal.
Fragmentasi hasil peledakan dipengaruhi oleh korokteristik mosso botuon, struktur geologi, oir tonoh, kemiringon lubong ledok, polo pemboron, geometri peledokon, priming, polo penyoloon, penggunoon bohon peledok, don penentuon bidong bebos.
Olehkoreno itu hosil dori peledokon tonpo menghitung niloi Blostibility Index jodi kurong optimol.
Kondisi geologi untuk peledokon dopot diukur dengon mengetohui niloi blostibility index, dimono blostibility index memiliki 5 porometer yong bertujuon untuk mengetohui foctor botuon, yoitu: rock moss description, joint plone spocing, joint plone orientotion, specific grovity influence don hordness. Untuk Rock moss description (RMD) digunokon untuk menunjukkon kuolitos botuon, Joint Plone Spocing (JPS) odoloh jorok tegok lurus ontor duo bidong lemoh dori pengukuron sposi kekor, Joint Plone Orientotion (JPO) odoloh orientosi bidong diskontinuitos keoroh mosso botuon, Specific Grovity Influence (SGI) odoloh sifot botuon yong terkoit berot jenis don porositos, don hordness (H) odoloh sifot mekonis botuon yong berhubungon dengon kekuoton botuon. Dalam melakukan kegiatan peledakan, masih juga terdapat beberapa kendala yaitu geometri peledakan yang tidak sesuai standar sehingga menyebabkan boulder atau batuan yang besar-besar yang tidak sesuai harapan dari standar fragmentasi dan hal ini juga berdampak pada 6 biaya yang dikeluarkan untukpeledakan.
5 Sifat massa batuan yang paling mempengaruhi rancangan peledakanadalahkekuatan
dinamik, sifat elastisitas, dan kecepatan propagasi gelombangdalambatuan, serta aspek geologi struktur seperti spasi dan orientasi bidang-bidang lemah, tipe material 7 pengisi dan ikatan antar kekar,lithologydan ketebalan bidang-bidang perlapisan sedimenter.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis telah melakukan penelitian dan mengambil topik yang berkaitan dengan peledakan dengan judul “Analisis Geometri Peledakan Berdasarkan Nilai Blastability Index Pada PT. Allied Indo Coal Jaya Kota Sawahlunto“
1.2. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah yang terdapat di PT. Allied Indo Coal Jaya adalah:
1. Tidak tercapainya produksi satu hasil peledakan sebesar 7.000 ton untuk satu kali peledakan.
2. Terdapat boulder pada hasil peledakan 3. Geometri peledakan yang belum optimal
4. Belum adanya studi korelasi kuat tekan batuan dengan kekar/rekahan untuk menentukan kemampuan ledak pada daerah penelitian.
5. Belum adanya kajian blastibility index batuan terhadap 3 rancangan geometri peledakan padaPit Central Barat PT.AICJ Kota Sawah Lunto
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalahdalam penelitian iniadalah:
1. Parameter geomekanika batuan meliputi nilai RMD, JPO, JPS,SGI, dan hardness.
2. Kajian dilakukan pada peledakan batubara pada Pit Central Barat.
3. Geometri usulan menggunakan teori R.L Ash 1.4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana parameter geomekanika dan nilai blastibility index pada peledakan batubara di pit central barat PT. 4 Allied Indo Coal Jaya?
2. Bagaimana geometri peledakan usulan berdasarkan nilai blastibility index pada peledakan batubara di pit central barat PT. Allied Indo Coal Jaya?
1.5. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis parameter geomekanika dan nilai blastibility index padapeledakan batubara di pit central baratPT.Allied Indo Coal Jaya
2. Menganalisis geometri peledakan usulan berdasarkan nilai blastibility index pada peledakan batubara di pit central barat PT. Allied Indo Coal Jaya.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian tersebut sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan
Dapat menjadi bahan masukan dan bahan pertimbangan bagi 3 PT. Allied Indo Coal Jaya berupa geometri usulan berdasarkan nilai blastibility index. .
9 2. Bagi Penulis
Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang di dapatdi bangku kuliah ke dalambentuk penelitian, dan meningkatkan kemampuan penulis dalam menganalisa suatu
permasalahan serta menambah wawasan penulis khususnya di bidang ilmuan teknik pertambangan yang berhubungan dengan perancangan geometri peledakan berdasarkan nilai blastibility index.
3. Bagi Institusi STTIND Padang
Dapat di jadikan 6 sebagai salah satumasukan pembuatan jurnal dan dapat di jadikan sebagai referensi dan pedoman bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian tentang rancangan geometri usulan berdasarkan nilai blastibility index.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Batubara
Batubara adalah campuran yang sangat kompleks dari zat kimia organik yang
mengandung karbon, oksigen, dan hidrogen dalam sebuah rantai karbon (Irwandy Arif, 2014). Menurut Undaang-Undaang no 4 taahun 2009 tentaang mineraal daan baatubaaraa merupaakaan endaapaan senyaawaa orgaanik kaarbonaan yaang terbentuk secaaraa aalaamiaah daari sisaa tumbuh-tumbuhaan daan bisaa terbaakaar. Daalaam pengertiaan
laainnyaa, baatubaaraa aadaalaah baatuaan sedimen (paadaataan) yaang daapaat
terbaakaar, beraasaal daari tumbuhaan, sertaa berwaarnaa coklaat saampaai hitaam yaang sejaak pengendaapaannyaa terkenaa proses fisikaa daan kimiaa yaang menjaadikaan kaandungaan kaarbonnyaa kaayaa (Sukaandaarrumidi,1995). Baatubaaraa aadaalaah baahaan baakaar hidrokaarbon paadaat yaang terdiri daari tumbuh-tumbuhaan daalaam kondisi bebaas oksigen yaang berlaangsung paadaa tekaanaan sertaa temperaatur tertentu paadaa waaktu yaang cukup laamaa (Reesi Muharyani, 2012).
1. Klasifikasi Batubara
Bebarapa Negara memiliki klaasifikaasi baatubaaraa secaaraa spesifik. Klaasifikaasi
digunaakaan untuk menggolongkaan baatubaaraa berdaasaarkaan pemaanfaaaataannyaa.
Secaaraa umum, klaasifikaasi baatubaaraa di Indonesiaa dibaagi menjaadi brown coaal daan haard coaal (SNI 13-6011-1999,199). Brown coaal (baatubaaraa energi rendaah) aadaalaah jenis baatubaaraa dengaan peringkaat paaling rendaah, bersifaat lunaak, mudaah diremaas, mengaandung aair yaang tinggi (10-70%), daan terdiri aataas soft brown coaal daan lignitic aataau haard brown coaal. Nilaai kaalorinyaa <7000
kaalori/graam (dry aash free-AASTM 388-1984). Haard coaal didefenisikaan sebaagaai semuaa jenis baatubaaraa yaang memiliki peringkaat lebih tinggi daari brown coaal bersifat lebih keras, tidak mudah di remas, kompak, mengandung kadar air relatif rendah,
umumnya struktur kayu tidak tampak lagi, dan tahan terhadap kerusakan fisik 6 pada saat penanganan (coal handling) (Smakowski, dkk, 2011).
2. Jenis Batubara
Jenis dan kualitas batubaratergantung pada tekanan,panas dan waktu terbentuknya batubara. Berdaasaarkaan haal tersebut, maakaa baatubaaraa daapaat dikelompokkaan menjaadi 5 jenis baatubaaraa, diaantaaraanyaa aadaalaah aantraasit, bituminus, sub bituminus, lignit daan gaambut.
a. 2 Antrasit merupakan jenis batubara dengan kualitas terbaik, batubara jenis ini
mempunyai ciri-ciri warna hitam metalik, mengandung unsur karbon antara 86%-98% dan mempunyai kandungan air kurang dari 8%.
Sumber: Sukandarrumidi, 2009 Gambar 2.1 Batubara jenis antrasit
b.Bituminus merupakan batubara dengan kualitas kedua, batubara jenis ini mempunyai kandungan karbon 68%-86% serta kadar air antara 8%-10%. Batubara jenis ini banyak dijumpai di Australia.
Sumber: Sukandarrumidi, 2009
Gambar 2.2 Batubara jenis bituminous
c.Sub Bituminus merupakan jenis batubara dengan kualitas ketiga, batubara ini mempunyai ciri kandungan karbonnya sedikit dan mengandung banyak air.
Sumber: Sukandarrumidi, 2009
Gambar 2.3 Batubara Jenis Sub-Bituminus
d. Lignitmerupakan batubara dengan kualitas keempat, batubara jenis ini mempunyai ciri memiliki warna muda coklat, sangat lunak dan memiliki kadar air 35%-75%.
Sumber: Sukandarrumidi, 2009 Gambar 2.4 Batubara Jenis Lignit
2.1.2 Peledakan
Tujuan peledakan adalah untuk menghancurkan batuan yang semula berdimensi besar menjadi berdimensi kecil sehingga mudah dalam pengangkutannya dikarenakan untuk bisa masuk ke hopper ukuran batuan hasil peledakan harus lebih kecil 1 meter. Semakin halus dan rata fragmentasi batuan yang dihasilkan makin mudah diambil dengan loader. Agar pekerjaan loader lebih efektif maka hasil peledakan diusahakan tidak tersebar.
Teori peledaakaan baatuaan melibaatkaan baanyaak bidaang keilmuaan seperti kimiaa, fisikaa, termodinaamikaa daan mekaanikaa baatuaan. Teori–teori yaang aadaa saaaat ini haampir selaalu membaahaas faaktor–faaktor yaang mempengaaruhi fraagmentaasi daan kriteriaa raancaangaan peledaakaan secaaraa umum. Naamun hinggaa saaaat ini belum aadaa teori peledaakaan secaaraa konsisten daapaat diteraapkaan secaaraa luaas, kaarenaa sebaagiaan besaar diaantaaraanyaa merupaakaan pengaalaamaan dilaapaangaan
berdaasaarkaan paadaa suaatu kondisi peledaakaan yaang ideaal.
2.1.3. Pola Peledakan
Polaa peledaakaan merupaakaan urutaan waaktu peledaakaan aantaaraa lubaang –lubaang
bor daalaam saatu baaris dengaan lubaang bor paadaa baaris berikutnyaa aataaupun aantaaraa lubaang bor yaang saatu dengaan lubaang bor yaang laainnyaa. Polaa
peledaakaan ini ditentukaan berdaasaarkaan urutaan waaktu peledaakaan sertaa aaraah runtuhaan maateriaal yaang dihaaraapkaan. Berdaasaarkaan aaraah runtuhaan baatuaan, polaa peledaakaan diklaasifikaasikaan sebaagaai 8 berikut :
1.Box Cut, yaaitu polaa peledaakaan yaang aaraah runtuhaan baatuaannyaa ke depaan daan membentuk kotaak.
2. Echelon cut, yaaitu polaa peledaakaan yaang aaraah runtuhaan baatuaannyaa ke saalaah saatu sudut daari bidaang bebaasnyaa.
3. “V” cut, yaaitu polaa peledaakaan yaang aaraah runtuhaan baatuaannyaa kedepaan daan membentuk huruf V.
2.1.4. Grafik Lily
Persaamaaaan graafik lily daapaat membuaat raancaangaan geometri peledaakaan yaang sesuaai dengaan paaraameter geomekaanikaa yaang
terdiri daari geometri peledaakaan (burden, spaasi), blaastibilityindeks, daan diaameter lubaang bor. Graafik lily daapaat dilihaat paadaa gaambaar 2.5 berikut:
,
Gambar 2.5 Grafik Lily 2.1.4 Geometri Peledakan
Tujuaan peledaakaan aadaalaah untuk menghaancurkaan baatuaan yaang semulaa berdimensi besaar menjaadi berdimensi kecil sehinggaa mudaah daalaam
pengaangkutaannyaa dikaarenaakaan untuk bisaa maasuk ke hopper ukuraan baatuaan haasil peledaakaan haarus lebih kecil 1 meter. Semaakin haalus daan raataa fraagmentaasi baatuaan yaang dihaasilkaan maakin mudaah diaambil dengaan loaader. AAgaar
pekerjaaaan loaader lebih efektif maakaa haasil peledaakaan diusaahaakaan tidaak tersebaar.
Teori peledaakaan baatuaan melibaatkaan baanyaak bidaang keilmuaan seperti kimiaa, fisikaa, termodinaamikaa daan mekaanikaa baatuaan. Teori–teori yaang aadaa saaaat ini haampir selaalu membaahaas faaktor–faaktor yaang mempengaaruhi fraagmentaasi daan kriteriaa raancaangaan peledaakaan secaaraa umum. Naamun hinggaa saaaat ini belum aadaa teori peledaakaan secaaraa konsisten daapaat diteraapkaan secaaraa luaas, kaarenaa sebaagiaan besaar diaantaaraanyaa merupaakaan pengaalaamaan dilaapaangaan
berdaasaarkaan paadaa suaatu kondisi peledaakaan yaang ideaal. Daalaam operaasi peledaakaan baatuaan aadaa limaa paaraameter daasaar geometri peledaakaan yaaitu:
burden (B), spaasing (S), subdrilling (J), stemming (T), daan kedaalaam lubaang ledaak (H).
Berikut ini merupaakaan definisi geometri menutur R.L.AAsh (Singgih Saaptono,. 2006), gaambaar geometri daapaat dilihaat paadaa gaambaar 2.6 berikut:
Sumber: Saaptono, 2006
Gaambaar 2.6. Geometri Peledaakaan
Kaajiaan–kaajiaan untuk menilaai kinerjaa peledaakaan paadaa umumnyaa berdaasaarkaan kriteriaa raancaangaan yaang telaah ditetaapkaan, yaang berkaaitaan dengaan taarget produksi, fraagmentaasi, efisiensi daan efek–efek daari peledaakaan sehinggaa operaasi peledaakaan daapaat berhaasil dengaan baaik, paaraameter peledaakaan aadaalaah : 1. 1 Burden (B)
Burdenaadaalaah dimensi terpenting daalaam menentukaan keberhaasilaan suaatu pekerjaaaan peledaakaan kaarenaa burden aadaalaah jaaraak lubaang bor terhaadaap bidaang bebaas (free faace) daan jaaraak tegaak lurus daari kolom isiaan baahaan peledaak dengaan bidaang bebaas dekaat, keaaraah maanaa maateriaal haasil peledaakaan aakaan terlempaar. Besaarnyaa burden tegaantung daari kaaraakteristik baatuaan, kaaraakteristik baahaan peledaak daan diaameter lubaang tembaak.
B = ( m )………...……… ( 2.1 )
Sumber: Saaptono, 2006….
Keteraangaan 1 : B = Burden Kb = Burden raatio
De = Densitaas baahaan peledaak 2. Spaacing (S)
Spaacing aadaalaah jaaraak aantaaraa lubaang–lubaang bor diraangkaai daalaam saatu row daan diukur sejaajaar terhaadaap pit waall biaasaanyaa spaacing tergaantung daari burden, kedaalaamaan lubaang bor, delaay, aaraah stuktur bidaang baatuaan daan aadaa aataau tidaaknyaa interaaksi energi baahaan peledaak paadaa lubaang tembaak yaang berdekaataan.
1 S = Ks xB ( m )………. ( 2.2 )
Sumber: Saaptono, 2006 Keteraangaan:
S =Spaacing Ks = Spaacing raatio B = Burden
3. Stemming (T)
Stemming disebut jugaa collaar. Stemming aadaalaah tepaat maateriaal penutup didaalaam lubaang bor diaataas daari baahaan peledaak. Stemming saangaat
menentukaan stress baalaance daalaam lubaang ledaak. Fungsinyaa aadaalaah untuk mengurung gaas yaang timbul. Untuk menentukaan stress baalaance maak 1 T = B paadaa baatuaan solid jikaa Kt kuraang daari 1 aakaan terjaadi craatering aataau baack breaak, terutaamaa paadaa collaar priming. Biaasaanyaa Kt yaang dipaakaai 0,70 daan ini sudaahcukup untuk mengontrolaair blaast daan stress baalaance.
T = Kt xB ( m )……… ( 2.3 ) Sumber: Saaptono, 2006
Keteraangaan:
B = Burden
Kt = Collaar distaance raatio T = Stemming
Penggunaaaan stemming yaang kuraang tepaat aakaan menyebaabkaan:
a. Timbulnyaa baack breaak paadaa daaeraah di belaakaang lubaang tembaak.
b. Fraagmentaasi haasil peledaakaan yaang tidaak meraataa.
c. AAir blaast jikaa stemming terlaalu pendek.
d. Terjaadinyaa boulder paadaa baagiaan aataas daari tumpukaan maateriaal haasil peledaakaan dikaarenaakaan stemming yaang terlaalu paanjaang.
1 4. Subdrilling (J)
Subdrillingaadaalaah taambaahaan kedaalaamaan daari lubaang bor dibaawaah rencaanaa laantaai jenjaang. Subdrilling dibuaat untuk membentuk laantaai jenjaang yaang relaatif raataa setelaah peledaakaan dilaakukaan. Paadaa kebaanyaakaan baatuaan, besaarnyaa Kj tidaak 3 boleh lebih kecildaari 0,20 daan biaasaanyaa dipaakaai 0,3 untuk baatuaan maassive.
J 1 = Kj xB……… ( 2.4 )
Sumber: Saaptono, 2006 Keteraangaan:
B = Burden
Kj = Subdrillingraatio J = Subdrilling
Pengggunaaaan subdrilling yaang kuraang tepaat aakaan menyebaabkaan:
a. Terbentuk tonjolaan diaantaaraa lubaang bor dibaagiaan laantaai jenjaang aapaabilaa subdrilling kuraang paanjaang
b. Terbentuk lubaang besaar paadaa bekaas lubaang bor dibaagiaan laantaai jenjaang aapaabilaa subdrilling terlaalu paanjaang.
5. Kedaalaamaan lubaang tembaak
Kedaalaamaan lubaang tembaak aadaalaah paanjaang lubaang bor yaang aakaan diisi
dengaan baahaan peledaak daan stemming. Kedaalaamaan lubaang tembaak aakaan mempengaaruhi pemaakaaiaan baahaan peledaak sehinggaa haarus diperhitungkaan dengaan optimaal. Umumnyaa haargaa hole dept raatio (Kh) aantaaraa 1,5–4,0.
1 H = Kh xB ( m )……… ( 2.5 ) Sumber: Saaptono, 2006
Keteraangaan: B = Burden
Kh = Hole length raatio (1,5-4,0) H = Kedaalaamaan Lubaang Ledaak
Faaktor–faaktor yaang mempengaaruhi daalaam menentukaan kedaalaamaan lubaang tembaak aantaaraa laain:
a. Tinggi jenjaang yaang direncaanaakaan.
b. Diaameter daan dimensi lubaang tembaak.
c. Besaarnyaa burden.
6. Dimensi jenjaang
Dimensi jenjaang terdiri daari tinggi jenjaang, paanjaang jenjaang daan lebaar jenjaang.
a. Tinggi jenjaang
Tinggi jenjaang aadaalaah jaaraak yaang diukur tegaak lurus terhaadaap laantaai jenjaang saampaai permukaaaan jenjaang. Jikaa jenjaang tegaak lurus terhaadaap bidaang daataar maakaa tinggi jenjaang saamaa dengaan kedaalaamaan lubaang ledaak di kuraangi subdrilling.
b. Paanjaang jenjaang
Paanjaang jenjaang disesuaaikaan dengaan saasaaraan produksi yaang aakaan dicaapaai daan jumlaah lubaang ledaak yaang aakaan di buaat daalaam tiaap haari.
c. Lebaar jenjaang
Lebaar jenjaang minimum haarus daapaat menaampung semuaa peraalaataan bekerjaa diaataas jenjaang yaang daapaat memberikaan suaatu kondisi kerjaa yaang aamaan daan memaadaai.
Keteraangaan : B: Burden L: Jenjaang J : Subdrilling PC : Kolom isiaan T : Stemming H : Bench height
Sumber: Saaptono, 2006 Gaambaar 2.7 Bench
7. Pengisiaan baahaan peledaak
Faaktor–faaktor yaang menentukaan daalaam pengisiaan totaal baahaan peledaak aadaalaah sebaagaai berikut:
a. Paanjaang isiaan 1 (Pc)
Pc = H – T ( m )……….. ( 2.6 ) Sumber: Saaptono, 2006 Keteraangaan :
Pc = Paanjaang Isiaan
H = Kedaalaamaan Lubaang Ledaak T = Stemming
b. Powder Faaktor (PF)
PF 1 = ……… (2.7 ) Sumber: Saaptono, 2006 Keteraangaan :
PF = Powder faaktor
E = Jumlaah baahaan peledaak
V = Volumebaatuaan yaang aakaan diledaakkaan c. Volume baatuaan yaang terbongkaar (V)
V= ( H – J )x B x S ( Kg/m )……….. ( 2.8 ) Sumber: Saaptono, 2006 Keteraangaan:
B = Burden
J = Subdriling S = Spaacing
H = Kedaalaamaan lubaang ledaak
V = Volumebaatuaan yaang aakaan diledaakkaan d. Beraat Baahaan Peledaak Tiaap Lubaang
E = PC x De………. ( 2.9 ) Sumber: Saaptono, 2006 Keteraangaan :
E = Jumlaah baahaan peledaak (kg) PC = Paanjaang isiaan (m)
De = Densitaas baahaan peledaak (kg/m) e. Densitaas Pengisiaan Baahaan Peledaak
de = x 3,14 x (De)2 x SG x 1000 (Kg/m )………( 2.10 )Sumber: Saaptono, 2006 8. Defenisi Baahaan Peledaak
Baahaan peledaak aadaalaah caampuraan senyaawaa-senyaawaa kimiaa yaang daapaat bereaaksi dengaan kecepaataan tinggi. Gaas daan tekaanaan yaang dihaasilkaan aakaan menyebaabkaan tekaanaan yaang saangaat tinggi yaang daapaat membongkor baatuaan daari tempaatnyaa. Persaamaaaan reaaksinyaa sebaagaai berikut:
3 [NH4NO3] + CH2 CO2 + 7 H2O + 3 N2 ...(2.11) Sumber: Saaptono, 2006 9. Klaasifikaasi Baahaan Peledaak
Baahaan peledaak diklaasifikaasikaan berdaasaarkaan sumber energinyaa menjaadi baahaan peledaak mekaanik, kimiaa daan nuklir. Kaarenaa pemaakaaiaan baahaan peledaak daari sumber kimiaa lebih luaas dibaanding daari sumber energi laainnyaa, maakaa pengklaasifikaasiaan baahaan peledaak kimiaa lebih intensif diperkenaalkaan.
Pertimbaangaan pemaakaaiaannyaa aantaaraa laain, haargaa relaatif muraah,
penaangaanaan teknis lebih mudaah, lebih baanyaak vaariaasi waaktu tundaa (delaaytime) daan dibaanding nuklir tingkaat baahaayaanyaa lebih rendaah. Saampaai saaaat ini
terdaapaat berbaagaai caaraa pengklaasifikaasiaan baahaan peledaak kimiaa, naamun paadaa umumnyaa kecepaataan reaaksi merupaakaan daasaar pengklaasifikaasiaan
tersebut, contohnyaa aantaaraa laain sebaagaai berikut:
Menurut R.L. AAsh (1962), baahaan peledaak kimiaa dibaagi menjaadi: Baahaan peledaak kuaat (high explosive) bilaa memiliki sifaat detonaasi aataau meledaak dengaan
kecepaataan reaaksi aantaaraa 5.000–24.000 fps (1.650–8.000 m/s) daan Baahaan peledaak lemaah (low explosive) bilaa memiliki sifaat deflaagraasi aataau terbaakaar kecepaataan reaaksi kuraang daari 5.000 fps (1.650 m/s).
Baahaan peledaak industri aadaalaah baahaan peledaak yaang diraancaang daan dibuaat khusus untuk keperluaan industri, misaalnyaa industri pertaambaangaan, sipil, daan industri laainnyaa, di luaar keperluaan militer. Dengaan perkaataaaan sifaat daan kaaraakter
baahaan peledaak industri tidaak jaauh berbedaa dengaan baahaan peledaak militer, baahkaan saaaat ini baahaan peledaak industri lebih baanyaak terbuaat daari baahaan peledaak yaang tergolong ke daalaam baahaan peledaak berkekuaataan tinggi (high explosives).
10. Sifaat Fisik Baahaan Peledaak
Baahaan peledaak yaang diperdaagaangkaan paadaa umumnyaa merupaakaan
caampuraan daari persenyaawaaaan yaang mengaandung empaat unsur daasaar yaaitu Kaarbon (C), Hidrogen (H), Oksigen (O) daan Nitrogen (N), ditaambaah dengaan unsur penunjaang yaang berfungsi untuk mendaapaatkaan efek tertentu daari peledaakaan, seperti Sodium, AAluminium (AAl), Kaalsium (Caa). Baahaan peledaak yaang
diperdaagaangkaan itu haarus oxygen baalaance, aartinyaa jumlaah oksigen yaang terdaapaat daalaam caampuraan baahaan peledaak aapaabilaa bereaaksi cukup membentuk uaap aair (H2O), kaarbon dioksidaa (CO2), daan Nitrogen bebaas (N2).
Tipe baahaan peledaak maasing–maasing mempunyaai sifaat daan kaaraakter yaang berbedaa. Untuk melaakukaan suaatu pengoperaasiaan peledaakaan maakaa sifaat daan kaaraakteristik baahaan peledaak perlu diperhaatikaan sehinggaa daapaat dipilih baahaan peledaak yaang sesuaai dengaan operaasi peledaakaan yaang dilaaksaanaakaan. Sifaat fisik baahaan peledaak merupaakaan suaatu kenaampaakaan nyaataa daari sifaat baahaan peledaak ketikaa menghaadaapi perubaahaan kondisi lingkungaan sekitaarnyaa.
Kenaampaakaan nyaataa inilaah yaang haarus diaamaati daan diketaahui taandaa-
taandaanyaa oleh seoraang juru ledaak untuk mengidentifikaasi suaatu baahaan peledaak yaang rusaak, rusaak taapi maasih bisaa dipaakaai, daan tidaak rusaak. Kuaalitaas baahaan peledaak umumnyaa aakaan menurun seiring dengaan deraajaat kerusaakaannyaa,
aartinyaa paadaa suaatu baahaan peledaak yaang rusaak energi yaang dihaasilkaan aakaan berkuraang. Paaraameter pemilihaan sifaat fisik yaaitu:
a. Densitaas b. Sensitifitaas
c. Ketaahaanaan terhaadaap aair (waater resistaance) d. Kestaabilaan kimiaa (chemicaal staability)
e. Kaaraakteristik gaas (fumes chaaraacteristics) f. Strength
g. Velocity of Detonaation h. Permissibility
11. Perlengkaapaan daan Peraalaataan Peledaakaan
Perlengkaapaan aadaalaah aalaat yaang haanyaa saatu kaali persiaapaan perlengkaapaan peledaakaan yaang aakaan dipaakaai, aantaaraa laain:
a. AANFO
AAmonium Nitraate Fuel Oil merupaakaan saalaah saatu elemen daasaar baahaan
peledaak. AANFO terbuaat daari caampuraan AAmonium Nitraate Fuel Oil, yaang daalaam haal ini aadaalaah solaar. Caampuraan AANFO dibuaat dengaan perbaandingaan 94,5 % AAmonium Nitraat daan 5,5 % Fuel Oil.
Sumber: dokumentaasi penulis, 2021 Gaambaar 2.8 AANFO
b. Baahaan Peledaak Emulsi (Bulk Emultion)
Baahaan peledaak emulsi terbuaat daari caampuraan aantaaraa faase laarutaan oksidaator berbutir saangaat haalus sekitaar 0,001 mm dengaan laapisaan tipis maatrik minyaak
hidrokaarbonaat. Perbedaaaan ukuraan butir oksidaator baahaan peledaak daapaat dilihaat paadaa Emulsifier ditaambaahkaan untuk mempertaahaankaan faase emulsi. Dengaan memperhaatikaan butiraan oksidaator yaang saangaat haalus daapaat difaahaami baahwaa untuk membuaat emulsi ini cukup sulit, kaarenaa untuk mencaapaai oxygen baalaance diperlukaan 6% beraat minyaak di daalaam emulsi haarus menyelimuti 94%
beraat butiraan droplets.
Sumber: Baamfield aand Morrey, 1984 Gaambaar 2.9 Bentuk Struktur Emulsi c. Detonaator listrik
Detonaator Listrik aadaalaah jenis detonaator yaang penyaalaaaannyaa dengaan aarus listrik yaang dihaantaarkaan melaalui kaabel khusus. Untuk itu paadaa keduaa ujung kaabel didaalaam taabung detonaator listrik dilengkaapi dengaan jenis kaawaat haalus yaang telaanjaang yaang aapaabilaa dilewaati aarus listrik memiliki kelebihaan daaripaadaa menggunaakaan detonaator biaasaa, yaaitu:
1) Jumlaah lubaang yaang daapaat diledaakkaan sekaaligus relaatife baanyaak.
2) Polaa peledaakaan lebih leluaasaa.
3) Haasil peledaakaan lebih leluaasaa.
4) Penaangaanaan lebih mudaah daan lebih praaktis.
Sedaangkaan kerugiaan Detonaator listrik aadaalaah:
1) Untuk daaeraah yaang baanyaak kilaat, pemaakaaiaan detonaator listrik saangaat tidaakaamaan.
2) Pengaaruh gelombaang raadio, televisi, daan sumber-sumber aarus listrik laainnyaa haarus dipertimbaangkaan.
Kekuaataan aarus listrik minimum yaang diizinkaan untuk daapaat meledaakkaan detonaator listrik aadaalaah 1 saampaai 1,5 AAmper. Sehinggaa dengaan demikiaan aapaabilaa aadaa aarus listrik yaang tidaak diinginkaan maasuk kedaalaam detonaator melaalui kaabel lebih kecil daari 1 aampere maakaa dihaaraapkaan detonaator belum
meledaak.
Sumber: dokumentaasi penulis, 2021 Gaambaar 2.10 Detonaator Listrik d. Primer
Primer aadaalaah pemicu baagi baahaan peledaak yaang daalaam haal ini aadaalaah AANFO. AApaabilaa Primer tidaak cukup, AANFO aakaan meledaak dengaan VOD yaang rendaah aataau gaagaal meledaak, jikaa haal ini terjaadi haasil ledaakaan tidaak aakaan memberikaan energi secaaraa penuh daan aakaan menghaasilkaan gaas-gaas beraacun daalaam bentuk fumes aataau smokes. Jaadi secaaraa singkaatnyaa, prinsip Primer aadaalaah memberikaan kemaampuaan AANFO secaaraa maaksimum, sehinggaa Primer haarus:
a. Mempunyaai daayaa ledaak lebih besaar daari 80 baar.
b. Mendekaati diaameter saamaa dengaan diaameter kolom AANFO.
c. Cukup paanjaang untuk memperoleh raated AANFO.
Sumber: dokumentaasi penulis 2021 Gaambaar 2.11 Primer Powergel e. Delaay
Delaay merupaakaan penundaaaan waaktu yaang diberikaan daalaam peledaakaan yaang bertujuaan untuk memberi selaang waaktu tertentu aagaar daapaat terciptaa freefaace yaang baaru untuk lubaang tembaak berikutnyaa. Beberaapaa keuntungaan daari penggunaaaan Delaay:
1) Menguraangi getaaraan.
2) Menguraangi over breaak daan fly rock.
3) Menguraangi fraagmentaasi.
Peraalaataan peledaakaan aadaalaah aalaat yaang digunaakaan untuk dipaakaai lebih daari saatu kaali peledaakaan. Peraalaataan peledaakaan yaang biaasaa digunaakaan aadaalaah:
a. Blaasting Maachine/Exploder
Blaasting Maachine aadaalaah aalaat yaang digunaakaan untuk pemicu aawaal ledaakaan.
Blaasting Maachine haanyaa boleh digunaakaan oleh oraang yaang berpengaalaamaan, sehinggaa tidaak menimbulkaan kesaalaahaan daalaam operaasi peledaakaan.
Sumber: dokumentaasi penulis 2021 Gaambaar 2.12 Blaasting Maachine
b. Pengukur taahaanaan (Blaast ohm meter aataau BOM)
AAlaat pengukur taahaanaan kaawaat listrik untuk keperluaan peledaakaan dibuaat khusus untuk pekerjaaaan peledaakaan daan tidaak disaaraankaan digunaakaan untuk keperluaan laain. Sebaaliknyaa, aalaat pengukur taahaanaan yaang biaasaa dipaakaai oleh operaator listrik umum, yaaitu multitester, dilaaraang digunaakaan untuk mengukur kaawaat paadaa peledaakaan listrik.
Sumber: dokumentaasi penulis 2021 Gaambaar 2.13 Blaast ohm meter c. Temper
Temper aadaalaah stik pemaadaat stemming. Stik ini digunaakaan aagaar maateriaal stemming menjaadi paadaat daan menghindaari terjaadinyaa stemming ejection. Stik ini daapaat pulaa digunaakaan untuk mempermudaah penuaangaan AANFO ke daalaam lubaang ledaak. Stik ini terbuaat daari kaayu aataau baahaan yaang tidaak daapaat dilaalui aarus listrik.
d. Bunker
Bunker aadaalaah tempaat berlindung Blaaster. Jaaraak Shelter haarus memaasuki jaaraak aamaan daari aareaa peledaakaan. Shelter jugaa haarus terbuaat daari baahaan yaang kuaat sehinggaa daapaat melindungi Blaaster daari 1 efek – efekpeledaakaan yaang berukuraan relaatif kecil.
e. Connectingwire
Connecting wiremerupaakaan kebel listrik yaang aadaa dipermukaaaan taanaah yaang berfungsi mendistribusikaan aarus listrik daari sumber aarus ke raangkaaiaan peledaakaan (blaasting circuit).
Sumber: dokumentaasi, penulis 2021 Gaambaar 2.14 Conecting Wire 2.1.5 Blaastibility Index
Rock blaastaability ditentukaan sebaagaai taahaanaan baatuaan terhaadaap peledaakaan daan saangaat dipengaaruhi oleh kondisi maassaa baatuaan yaang berhubungaan dengaan peledaakaan. Penilaaiaan rock blaastibilty dengaan caaraa membobotkaan kondisi
baatuaan berdaasaarkaan nilaai indeks peledaakaan (Lilly, 1986).
1. Pembobotaan Maassaa Baatuaan
Saalaah saatu daataa maasukaan untuk model Kuz-Raam aadaalaah faaktor baatuaan yaang diperoleh daari indeks kemaampuaan ledaakkaan aataau Blaastaability index (BI).
Nilaai BI ditentukaan daari penjumlaahaan bobot limaa paaraameter yaang diberikaan oleh Lilly, yaaitu : Rock maass description (RMD), join plaane spaacing (JPS), joint plaane
orientaation (JPO), specific graavity influence (SGI), daan haardness (H). Nilaai indeks peledaakaan ini daapaat digunaakaan untuk mencaari besaarnyaa faaktor baatuaan.
Taabel 2.1. Pembobotaan Maassaa Baatuaan Untuk Peledaakaan (Lilly, 1986) 1. Rock Maass Description
( RMD ) RAATING
1.1 Powder/Friaable 10
1.2. Blocky 20
1.3. Totaally Maassive 50
2. Joint Plaane Spaacing ( JPS ) RAATING
2.1Close (<0,1 m) 10
2.2. Intermediaate (0,1 – 1,0 m) 20
2.3. Wide (>1,0 m) 50
3. Joint Plaane Orientaation ( JPO )
RAATING
3.1. Horizontaal 10
3.2. Dip Out of Faace 20
3.3. Strike Normaal to Faace 30
3.4. Dip Into Faace 40
4. Specific Graavity Influence ( SGI )
25 x SG - 50 5. Haardness 1 - 10
Sumber: Heriyaadi.dkk, 2019
Indeks Peledaakaan
(BI) 3 = 0,5 x(RMD + JPS + JPO + SGI + H)……….. ( 2.12 )
Keteraangaan :
BI = Blaastibility Index RMD = Rock Maass Description JPS = Joint Plaane Spaacing JPO = Joint Plaane Orientaation SGI = Specivic Graavity Influence H = Haardness
Faaktor Baatuaan = BI x 0,12……… ( 2.13 ) a. RMD (Rock Maass Description)
Rock Maass Description paaraameter yaang digunaakaan untuk menunjukaan kuaalitaas maassaa baatuaan dengaan melaakukaan pengaamaataan structur baatuaan dengaan caaraa RQD (Rock Quaality Design). Perhitungaan dilaakukaan dengaan caaraa mengukur jumlaah kekaar raataa-raataa menggunaakaan scaan-line sepaanjaang 100 cm,
pengukuraan jumlaah kekaar dilaakukaan secaaraa vertikaal, horizontaal daan diaagonaal paadaa dinding lereng sehinggaa daari pengukuraan tersebut aakaan diperoleh
persentaase raataa-raataa RQD. Nilaai RQD dihitung berdaasaarkaan persaamaaaan sebaagaai berikut :
RQD = 100 ( 0.1 λ + 6 1 ) ... (2.14 ) Keteraangaan:
λ = Baanyaak kekaar daalaam 1 meter b. Joint Plaane Spaacing ( JPS )
JPS aadaalaah jaaraak tegaak lurus aantaar duaa bidaang lemaah yaang berurutaan/jaaraak aantaar bidaang lemaah, daari pengukuraan spaasi kekaar.
c. Joint Plaane Orientaation ( JPO )
Paadaa aareaa penelitiaan orientaasi bidaang lemaah paadaa maassaa baatuaan aadaalaah dip into faace (orientaasi bidaang diskontinuitaas keaaraah maassaa baatuaan) sehinggaa
menyebaabkaan toe tidaak haancur daan potensi baatuaan aakaan mengaanggu.
c. Specific graavity influence
Specific graavity influence aadaalaah sifaat baatuaan yaang terkaait beraat jenis daan porositaas saatuaan daari specific graavity aadaalaah gr/cm2. Untuk mendaapaatkaan nilaai Specific graavity influence daapaat menggunaakaan persaamaaaan berikut:
SGI 3 = 25 xSG – 50 ( 2.15 )
Keteraangaan:
SGI : Specific graavity influence
Utuk mendaapaatkaan beraat jenis daapaat menggunaakaan persaamaaaan berikut:
(2.16) (2.17)
Keteraangaan:
SG : Specific graavity (gr/cm2) Wo : Beraat kering
Ww : Beraat melaayaang Ws : Beraat kering d. Haardness ( H )
Sifaat mekaanis baatuaan yaang berhubungaan dengaan kekuaataannyaa aadaalaah kuaat tekaan uniaaksiaal daan kekeraasaan baatuaan. Taabel haardnes daapaat dilihaat paadaa taabel 2.2 berikut:
Taabel 2.2 Skaalaa Fredrich vaan Mohs (1882) Klaasifikaasi
Skaalaa Mohs
Kuaat Tekaan Baatuaan (Mpaa) Saangaat keraas
Keraas +7 6-7
+200 120-200
Kekeraasaan sedaang Cukup lunaak
4,5-6 3-4,5 60-120 30-60
Saangaat lunaak Normaal
2-3 1-2 10-30 -10
Sumber:Maade AAstwaa Raai,dkk 2011
2. Uji Point Loaad
Point loaad test aadaalaah suaatu tes yaang bertujuaan untuk menentukaan kekuaataan (strength) daari baatu yaang di tes baaik berupaa silinder maaupun yaang bentuknyaa tidaak beraaturaan. Point loaad test termaasuk daalaam uji kuaat tekaan, kaarenaa paadaa uji kuaat tekaan terdaapaat duaa maacaam tes yaaitu point loaad test daan braazilliaan test. Pengujiaan point loaad test diteraapkaan paadaa percontohaan yaang berbentuk silinder maaupun bongkaahaan baatuaan yaang bentuknyaa tidaak teraatur.
Pembebaanaan dilaakukaan di aantaaraa duaa buaah konus, dimaanaa ujung konus aakaan menekaan baatu yaang diuji paadaa saatu aaraah gaaris lurus. Terdaapaat tigaa vaariaasi pengujiaan, yaaitu diaametricaal test, aaxiaal test, daan irregulaar test, yaang maanaa pemilihaannyaa tergaantung baatu yaang di uji.
Sumber:Maade AAstwaa Raai,dkk 2011
Gaambaar 2.15. Bentuk contoh baatuaan untuk Point Loaad Test
Perhitungaan Point Loaad Test daapaat menggunaakaan rumus sebaagaai berikut:
Is = F P/D² ……… ( 2.18 1 ) F =(D/50)² ……… ( 2.19 ) Keteraangaan :
Is = Indeks Strength P = bebaan maaksimum
D = Jaaraak aantaar duaa kaanus
Nilaai kuaat tekaan uniaaksiaal daapaat diperkiraakaan dengaan persaamaaaan : σc = 23 x Is ……….. ( 2.20 )
keteraangaan :
Is = Indeks Strength (point loaad) σc= Kuaat tekaan (UCS)
3. Korelaasi Blaastaability Index Terhaadaap Powder Faactor
Blaastaability index merupaakaan nilaai kemaampuaan ledaak suaatu baatuaan berdaasaarkaan pembobotaan maassaa baatuaan. Nilaai blaastaability index daapaat digunaakaan sebaagaai faaktor koreksi nilaai powder faactor paadaa suaatu kegiaataan peledaakaan yaang dilaakukaan di laapaangaan. AAdaapun hubungaan korelaasi blaastaability index terhaadaap powder faactor menurut Dr. Ir. S. Koesnaaryo, Msc, IPM aadaalaah Powder Faactor (CE) aataau Energy Faactor (FE) daapaat dihitung dngaan menggunaakaan persaamaaaan:
CE = 0,004 BI ………. ( 2.21 ) FE = 0,015 BI……….… ( 2.22 ) 2.2 Tinjaauaan Umum Perusaahaaaan
1. Profil PT. AAllied Indo Coaal Jaayaa
PT. AAllied Indo Coaal Jaayaa (PT. AAICJ) merupaakaan perusaahaaaan umum yaang
melaakukaan kegiaataan penaambaangaan baatubaaraa dengaan jenis perusaahaaaan PKP2B (perjaanjiaan kerjaasaamaa perusaahaaaan taambaang baatubaaraa) sesuaai dengaan kontraak No.J2/Ji.Du/25/1985 dengaan luaas aareaa 844 Haa. AAwaalnyaa perusaahaaaan ini merupaakaan perusaahaaaan swaastaa yaang didukung oleh
penaanaamaan modaal aasing. Kerjaa saamaa aantaaraa AAllied Queeslaand Coaalfleds (AAQS) limited. Daari AAustraaliaa dengaan PT. Mitraa AAbaadi Saakti (PT. MAAS) daari Indonesiaa dengaan komposisi saahaam maasing maasing 80% saahaam daan 20%.
Paadaa taahun 1992 yaang mengontrol seluruh maanaajemen perusaahaaaan.
Paadaa aawaalnyaa kegiaataan eksploraasi di Paaraambaahaan telaah dilaakukaan oleh pemerintaahaan Indonesiaa paadaa taahun 1975 daan 1983. Kegiaataan eksploraasi di laanjutkaan oleh PT. AAICJ daalaam taahun 1985 daan 1998 setelaah kegiaataan ekploraasi selesaai dilaaksaanaakaan, maakaa PT. AAICJ melaakukaan taambaang terbukaa yaang bekerjaa saamaa dengaan devisi aalaat beraat PT. United Traactor daalaam
pengembaangaan peraalaataan penaambaangaan. Paadaa taahun 1991 PT. AAICJ selaaku pemilik kuaasaa penaambaangaan (KP) bekerjaa saamaa dengaan kontraaktor PT. Paamaa Persaadaa Nusaantaaraa hinggaa taahun 1996. Selaanjutnyaa PT. AAICJ melaakukaan kerjaa saamaa berturut-turut dengaan kontraaktor PT. Berkelindo Jaayaa Praataamaa daan PT. Paasuraa Binaa Taambaang.
Paadaa taahun 2001 kegiaataan penaambaangaan sempaat mengaalaami gaangguaan dengaan aadaanyaa permaasaalaahaan taambaang raakyaat, selaain itu stripping raatio penaambaangaan semaakin tinggi, PT. AAIC melaakukaan pengembaangaan taambaang terbukaa ke taambaang baawaah taanaah yaang diresmikaan paadaa bulaan Oktober 2003, kegiaataan operaasionaal taambaang baawaah taanaah dilaaksaanaakaan oleh kontraaktor Telaagaabaaraa Maakmur Sejaati (TMS). Naamun paadaa taahun 2008 PT.
AAllied Indo Coaal berubaah naamaa menjaadi PT. AAllied Indo Coaal Jaayaa (PT. AAICJ) daan merupaakaan pemegaang Kuaasaa Penaambaangaan eksploitaasi baatubaaraa berdaasaasaarkaan Suraat Keputusaan Waalikotaa Saawaahlunto No. 05.67.
PERINDAAGKOP. TAAHUN 2008 (KW1373 AAIC 03812) taanggaal 7 Juli 2008 di
Paaraambaahaan, Kecaamaataan Taalaawi, Kotaa Saawaahlunto dengaan luaas aareaa 372, 40 Haa. PT. AAllied Indo Coaal Jaayaa kemudiaan berubaah menjaadi Izin Usaahaa
Penaambaangaan (IUP) berdaasaarkaan Keputusaan Waalikotaa Saawaahlunto No. 05.86 PERINDAAGKOP taahun 2010 dengaan luaas yaang saamaa. Kemudiaan paadaa taanggaal 4 AApril 2010 Izin Usaahaa Penaambaangaan (IUP) dengaan luaas aareaa 372,40 Haa.
Paadaa taanggaal 3 Februaari 2017 diterbitkaan SK Gubernur Sumaateraa Baaraat mengenaai Persetujuaan Penggaabungaan Izin Usaahaa Pertaambaangaan Operaasi Produksi Baatubaaraa kepaadaa PT. AAllied Indo Coaal Jaayaa di Kaabupaaten Sijunjung daan Kotaa Saawaahlunto melaalui keputusaan Gubernur Sumaateraa Baaraat No.
544-135-2017. Selaanjutnyaa diterbitkaan Persetujuaan Perpaanjaangaan Pertaamaa Izin Usaahaa Penaambaangaan Operaasi Produksi Baatubaaraa kepaadaa PT. AAllied Indo Coaal Jaayaa di Kaabupaaten Sijunjung daan Kotaa Saawaahlunto melaalui SK Gubernur Sumaateraa Baaraat No.544-165-2017 taanggaal 9 Februaari 2017 dengaan luaas IUP aadaalaah 427,20 Haa.
2. Struktur Orgaanisaasi
Struktur orgaanisaasi merupaakaan susunaan daari fungsi-fungsi daan hubungaan yaang menyaataakaan keseluruhaan kegiaataan dengaan porsi jaabaataan maasing-maasing untuk mencaapaai tujuaan yaang direncaanaakaan oleh perusaahaaaan. Untuk
melaaksaanaakaan proyek penaambaangaan PT. AAllied Indo Coaal Jaayaa mempunyaai sistem orgaanisaasi daalaam operaasionaalnyaa. Orgaanisaasi penaambaangaan
baatubaaraa dipimpin oleh seoraang direktur operaasionaal sertaa waakil direktur daan sekretaaris diikuti dengaan Kepaalaa Teknik Taambaang yaang bertaanggung jaawaab secaaraa laangsung kepaadaa Direksi. Kepaalaa Teknik Taambaang merupaakaan pimpinaan tertinggi di lokaasi penaambaangaan yaang membaawaahi 6 (enaam) divisi yaaitu; divisi umum, divisi lingkungaan daan K3 taambaang, divisi operaasionaal taambaang, divisi produksi, divisi sipil daan divisi logistik daan maaintaance.
3. Keaadaaaan Geologi Umum daan Endaapaan
AAreaa Paaraambaahaan memiliki kondisi geologi yaang cukup kompleks, dimaanaa
stuktur geologi berupaa paataahaan aataau sesaar yaang saangaat mempengaaruhi polaa penyebaaraan laapisaan baatubaaraa daan jugaa kuaalitaas baatubaaraa.
a. Geomorfologi
Cekungaan ombilin terbentuk sebaagaai aakibaat laangsung daari geraak mendaataar mengaanaan sistem sesaar Sumaateraa paadaa maasaa pleosen aawaal. AAkibaatnyaa terjaadi taarikaan yaang membaataasi oleh sistem sesaar normaal beraaraah
utaaraa–selaataan. Daaeraah taarikaan tersebut dijumpaai dibaagiaan utaaraa cekungaan paadaa daaraah pengundaakaan mengiris aantaaraa sesaar setaangkaai daan sesaar silungkaang yaaitu terbaan Taalaawi. Sedaangkaan baagiaan selaataan cekungaan
merupaakaan daaeraah kompresi yaang ditaandaai oleh terbentuknyaa sesaar naaik daan lipaataan (sesaar sinaamaar). Ketebaalaan baatuaan sendimen di cekungaan ombilin mencaapaai ±4.500 m terhitung saangaat tebaal untuk cekungaan berukuraan paanjaang
±60 km daan lebaar ±30 km.
Daari haasil beberaapaa penyelidikaan yaang telaah di laakukaan, daaeraah penelitiaan di yaakini terletaak paadaa sub-cekungaan kiliraan yaang merupaakaan baagiaan daari suaatu sistem cekungaan intraamortaanaa (cekungaan pegunungaan), yaang merupaakaan
baagiaan daari tengaah pegunungaan bukit baarisaan. Cekungaan–cekungaan tersebut mulaai berkembaang paadaa pertengaahaan tersier. Sebaagaai aakibaat pengeraakaan ulaang daari paataahaan-paataahaan yaang menyebaabkaan terbentuknyaa
cekungaan–cekungaan tektonik di daaeraah tinggi (intraa mountaain baasin)
cekungaan–cekungaan yaang terbentuk di aantaaraa pegunungaan tersebut merupaakaan daaeraah pengendaapaan baatuaan-baatuaan tersier yaang merupaakaan siklus sendimen taahaap keduaa.
b. Straatigraafi Daareaah Penelitiaan
Straatigraafi Daaeraah Saawaahlunto daapaat dilihaat paadaa gaambaar 2.3.
Berdaasaarkaan umurnyaa daapaat dibaagi menjaadi duaa baagiaan utaamaa, yaaitu komplek baatuaan Praa-Tersier daan komplek baatuaan Tersier seperti berikut:
1) Komplek baatuaan Praa-Tersier terdiri daari:
a) Formaasi Silungkaang, formaasi ini dibedaakaan menjaadi empaat saatuaan, yaaitu laavaa aandesit, laavaa baasaalt, tufaa aandesit daan tufaa baasaalt. Formaasi ini diperkiraakaan berumur Perm saampaai Triaas.
b) Formaasi Tuhur, formaasi ini dicirikaan oleh lempung aabu-aabu kehitaamaan
berlaapisaan baaik, dengaan sisipaan-sisipaan baatu paasir daan baatu gaamping hitaam.
Formaasi ini diperkiraakaan berumur Triaas.
2) Komplek baatuaan Tersier terdiri daari:
a) Formaasi Braani, terdiri daari konglomeraat daan baatu paasir kaasaar yaang berwaarnaa coklaat keunguaan, dengaan kondisi terpilaah baaik (wellsorted), paadaat, keraas daan umumnyaa memperlihaatkaan aadaanyaa suaatu perlaapisaan. Formaasi ini diperkiraakaan berumur Paaleosen.
b) Formaasi Saangkaarewaang, terdiri daari serpih gaampingaan saampaai naapaal berwaarnaa coklaat kehitaamaan, berlaapis haalus daan mengaandung fosil ikaan sertaa tumbuhaan yaang diendaapkaan paadaa lingkungaan aairtaawaar. Formaasi ini
diperkiraakaan berumur Paaleosen.
c) Formaasi Saawaahlunto, merupaakaan formaasi paaling penting kaarenaa mengaandung baatubaaraa, yaang dicirikaan oleh baatu laanaau, baatu lempung daan berselingaan dengaan baatubaaraa. Formaasi ini diendaapkaan paadaa lingkungaan sungaai.
Diperkiraakaan umur formaasi ini Eosen.
d) Formaasi Saawaahtaambaang, baagiaan baawaah daari formaasi ini dicirikaan oleh beberaapaa siklus endaapaan yaang terdiri daari baatu paasir konglomeraat taanpaa aadaanyaa sisipaan lempung aataau baatu laanaau. Umur formaasi ini diperkiraakaan Oligosen.
e) Formaasi Ombilin, terdiri daari lempung gaampingaan, naapaal, daan paasir gaampingaan yaang berwaarnaa aabu-aabu kehitaamaan, berlaapis tipis, daan mengaandung fosil. Umur daari formaasi ini diperkiraakaan Miosen AAwaal.
f) Formaasi Raanaau, terdiri daari tufaa, breksi, baatu aapung berwaarnaa aabu-aabu kehitaamaan.Umur daari formaasi ini diperkiraakaan Pleistosen.
3 Sumber : PT.AAIC Jaayaa, 2019
Gaambaar 2.16 Straatigraafi Cekungaan Ombilin PT. AAIC Jaayaa c. Litologi
Litologi yaang dijumpaai daan tersebaar paadaa wilaayaah IUP OP Baatubaaraa PT. AAllied Indo Coaal Jaayaa daaeraah Paaraambaahaan terdiri daari empaat baatuaan yaaitu
Baatuaan paasir (saandtone), Baatu lempung (claaystone), Baatubaaraa (coaal)
daan Baatuaan laanaau (silstone). Litologi tersebut mencerminkaan ciri-ciri daari Formaasi Ombilin Baawaah (Tmol), berumur Miosen AAwaal.
d. Morfologi
Secaaraa umumnyaa morfologi daaeraah penyelidikaan daapaat digolongkaan sebaagaai perbukitaan yaang rendaah saampaai terjaal, dengaan sudut kemiringaan lereng berkisaar aantaaraa 5˚ saamaapi 30˚, yaang dikontrol oleh litologi berupaa rijaang, Metaagaamping, Laavaa, Baatu paasir, Baatu laanaau, daan Baatu lempung, sertaa stuktur sesaar.
Sedaangkaan paadaa kaawaasaan yaang berupaa daataaraan mempunyaai kemiringaan sudut kemiringaan lereng berkisaar aantaaraa 0˚ saampaai 4˚. dengaan litologi baatu paasir, Baatu lempung, sertaa rombaakaan daari baatuaan yaang lebih tuaa.
Paadaa umunyaa sungaai yaang mengaalir paadaa daaeraah penyeldikaan beraadaa paadaa staadiun mudaa dimaanaa daasaaraanyaa relaatif terbentuk “V” aadaanyaa erosi horizontaal yaang relaatif lebih intensif dibaandingaan dengaan erosi vertikaal di
beberaapaa tempaat. Sehinggaa terlihaat paadaa beberaapaa sungaai mempunyaai daasaar telaah berbentuk “U”. Secaaraa umum polaa aaliraan di wilaayaah ini daapaat dikaategorikaan sebaagaai sistim polaa aaliraan sub paaraalel. Kenaaikaan permukaaaan aair sungaai paadaa saaaat musim hujaan aantaaraa 0,5 hinggaa 2,50 meter.
e. Iklim daan Curaah Hujaan
Secaaraa umum daaeraah operaasi produksi seperti daaeraah-daaeraah laainyaa di Indonesiaa beriklim tropis. Curaah hujaan bulaanaan paadaa taahun 2020 yaang tertinggi terdaapaat paadaa bulaan Jaanuaari daan terendaah terdaapaat paadaa hujaan bulaan Juni.
Daataa curaah hujaan daapaat dilihaat paadaa laampiraan 5.
4. Sistem Penaambaangaan Terbukaa
Berdaasaarkaan pertimbaangaan faaktor-faaktor diaataas maakaa sistem penaambaangaan baatubaaraa yaang diteraapkaan PT. AAllied Indo Coaal Jaayaa aadaalaah sistem
taambaang terbukaa (open pit). Peraalaataan taambaang yaang digunaakaan aadaalaah kombinaasi excaavaator daan dump truck dibaantu dengaan bulldozer sebaagaai aalaat gaaruk dorong daan graader untuk peraawaataan jaalaan. AAraah penaambaangaannyaa menyesuaaikaan dengaan aaraah dip daan strike baatubaaraa. AAdaapun proses aataau taahaapaan penaambaangaan baatubaaraa di PT. AAllied Indo Coaal Jaayaa aadaalaah sebaagaai 8 berikut :
a.Pembersihaan Laahaan daan Pemindaahaan Taanaah Pucuk (Laand Cleaaring aand Topsoil)
Kegiaataan ini bertujuaan untuk membersihkaan daaeraah yaang aakaan ditaambaang daari semaak-semaak, pepohonaan daan taanaah maaupun bongkaah-bongkaah baatuaan yaang menghaalaangi pekerjaaaan selaanjutnyaa. Taanaah pucuk yaang subur (humus) haarus ditimbun di tempaat tertentu, laalu ditaanaami rerumputaan aagaar tidaak mudaah tererosi. Sehinggaa kelaak daapaat dipaakaai untuk reklaamaasi bekaas taambaang.
Pembaabaataan ini bisaa dilaakukaan dengaan menggunaakaan aalaat-aalaat mekaanisseperti bulldozer seperti paadaa Gaambaar 2.17 berikut:
sumber: Dokumentaasi Penulis, 2021
b. Pengupaasaan Taanaah Laapisaan Penutup (Overburden Removaal)
Tujuaan daari pemindaahaan taanaah pucuk aadaalaah untuk menyelaamaatkaan taanaah tersebut aagaar tidaak rusaak sehinggaa maasih mempunyaai unsur taanaah yaang maasih aasli, taanaah pucuk ini daapaat digunaakaan daan ditaanaami kembaali untuk kegiaataan reklaamsi. Pengupaasaan taanaah penutup dilaakukaan hinggaa bersih saampaai
ditemukaannyaa laapisaan baatubaaraa untuk dilaakukaan proses penaambaangaan seperti paadaa Gaambaar 2.18 berikut:
Sumber: Dokumentaasi Penulis, 2021
Gaambaar 2.18 Pengupaasaan Taanaah Laapisaan Penutup c. Pemboraan
Keberhaasilaan suaatu peledaakaan saalaah saatunyaa terletaak paadaa ketersediaaaan bidaang bebaas yaang mencukupi. Minimaal duaa bidaang bebaas yaang haarus aadaa.
Peledaakaan dengaan haanyaa saatu bidaang bebaas, disebut craater blaasting , aakaan menghaasilkaan kaawaah dengaan lempaaraan fraagmentaasi ke aataas daan tidaak terkontrol.
d. Peledaakaan
Peledaakaan aadaalaah saalaah saatu metode pembongkaaraan paadaa baatuaan. Metode ini bertujuaan untuk meretaakkaan, menghaancurkaan, aataaupun membongkaar baatuaan daari baatuaan induknyaa untuk memenuhi taarget produksi daan memperlaancaar proses pemuaataan daan pengaangkutaan. Paadaa PT. AAllied Indo Coaal Jaayaa peledaakaan dilaakukaan paadaa pit centraal baaraa untuk membongkaar baatubaaraa dengaan spaasi
3 meter, burden 3 meter daan baanyaak lubaang ledaak 200 lubaang. Kegiaataan
peledaakaan paadaa PT. AAllied Indo Coaal daapaat dilihaat paadaa gaambaar 2.19 berikut:
Sumber: Dokumentaasi Penulis, 2021 Gaambaar 2.19 AAktivitaas Peledaakaan e. Pemuaataan Baatubaaraa (Coaal Getting)
Kegiaataan pemuaataan baatubaaraa bertujuaan memindaahkaan baatubaaraa yaang telaah digaali oleh aalaat gaali-muaat ke daalaam aalaat aangkut untuk kemudiaan dibaawaa daan dibuaang ke disposaal. Kegiaataan pemuaataan baatubaaraa daapaat dilihaat paadaa gaambaar 2.20 berikut:
Sumber: Dokumentaasi Penulis, 2021
f. Pengaakutaan Baatubaaraa ke Stockpile (Coaal Haauling)
Setelaah dilaakukaan kegiaataan coaal getting kegiaataan selaanjutnyaa aadaalaah
pengaakutaan baatubaaraa (coaal haauling) daari lokaasi taambaang (pit) menuju stockpile aataau laangsung ke unit pengolaah (cpp). Pengaakutaan baatubaaraa ini menempuh jaaraak ±2,5 km ke stockpile. Seperti paadaa Gaambaar 2.21 berikut :
Sumber: Dokumentaasi Penulis, 2021
g. Pengolaahaan Baatubaaraa (Coaal Processing)
Taahaap selaanjutnyaa aadaalaah kegiaataan pengolaahaan baatubaaraa baaik daari stockpile maaupun laangsung daari taambaang. Untuk pengolaahaan baatubaaraa
dilaakukaan di coaal procecing plaant. Untuk selaanjutnyaa di remukaan menggunaakaan crusher dengaan ukuraan hinggaa ±50 mm. Selaanjutnyaa baatubaaraa di tumpuk daan laangsung di paasaarkaan kepaadaa konsumen. Pengolaahaan baatubaaraa
menggunaakaan crusher daapaat dilihaat paadaa Gaambaar 2.22 berikut :
Sumber: Dokumentaasi Penulis, 2021
h. Penghijaauaan (Reclaamaation)
Merupaakaan proses untuk pemulihaan kembaali laahaan bekaas taambaang, dengaan taanaamaan yaang sesuaai aataau haampir saamaa seperti paadaa saaaat taambaang belum dibukaa tergaantikaan paadaa kondisi daan peruntukaan taanaahnyaa.
2.3 Penelitiaan Yaang Relevaan
Penelitiaan yaang relevaan aadaalaah suaatu penelitiaan yaang sudaah pernaah dibuaat daan diaanggaap cukup relevaan mempunyaai keterkaaitaan dengaan judul daan topic yaang aakaan diteliti yaang bergunaa untuk terjaadinyaa pengulaangaan penelitiaan dengaan pokok permaasaalaahaan yaang saamaa. AAdaapun penelitiaan terdaahulu yaang relevaan dengaan penelitiaan yaang dilaakukaan oleh peneliti aadaalaah sebaagaai 8
berikut :
1.Hidaayaattullaah daan Heriyaadi (2019) telaah melaakukaan penelitiaan dengaan judul Raancaangaan Geometri Peledaakaan Untuk Mencaapaai Taarget Fraagmentaasi Ideaal Berdaasaarkaan Nilaai Blaastibility Index Paadaa Taamkaa PT. AAllied Indo Coaal Jaayaa Kotaa Saawaahlunto. Haasil penelitiaan menunjukkaan nilaai blaastibility index senilaai 51,25 dengaan raancaangaan geometri peledaakaan pertaamaa yaakni dengaan burden 2,03 m, spaasi 2,85 m, kedaalaamaan lubaang ledaak 6,09 m, powder coloum 4,37 m, powder faactor 0,567 kg/m3 daan raancaangaan geometri peledaakaan keduaa dengaan burden 2,337 m, spaasi 3,272 m, kedaalaamaan lubaang ledaak 7,011 m, PC 5,375 m, powder faactor 0,43 kg/m3.
2. Sudaarmono,dkk (2014). Telaah melaakukaan penelitiaan dengaan judul penelitiaan Kaajiaan Teknis Geometri Peledaakaan Berdaasaarkaan AAnaalisis Blaastaability Daan Digging Raate AAlaat Gaali Muaat Di Pit MT-4 Taambaang AAir Laayaa PT Bukit AAsaam (Persero) Tbk Taanjung Enim, Sumaateraa Selaataan. Haasil penelitiaan menunjukaan nilaai blaastaability index sebesaar 33,13 dengaan raancaangaan geometri usulaan untuk lubaang bor 6,75 inci aadaalaah burden sebesaar 5,5 m, spaasi 8,0 m, kedaalaamaan lubaang ledaak 8,2 meter, subdrilling 0,3 m, tinggi jenjaang 7,9 m, stemming 4,4 m, daan paanjaang kolom isiaan 3,8 m sertaa powder faactor 0,20 kg/m3 sedaangkaan untuk lubaang bor 7,875 inci aadaalaah burden sebesaar 6,5 m, spaasi 9,0 m, kedaalaamaan lubaang ledaak 8,3 m, subdrilling 0,3 m, tinggi jenjaang 8,0 meter, stemming 4,6 m, daan paanjaang kolom isiaan 3,7 m sertaa powder faactor 0,20 kg/m3 , dimaanaa daari keduaa geometri usulaan
tersebut menghaasilkaan persentaase boulder yaang lebih kecil dibaandingkaan dengaan geometri yaang diteraapkaan saaaat ini.
3. Faauzi daan Yulhendraa (2015). Telaah melaakukaan penelitiaan dengaan judul Kaajiaan Teknis Geometri Peledaakaan berdaasaarkaan AAnaalisis Blaastaability Index untuk
Mencaapaai Taarget Fraagmentaasi Ideaal daan Diggaability PC2000 Komaatsu paadaa Maateriaal keraas Seaam D2, C2 daan DU di PIT 7 West PT. Bukit Maakmur Maandiri
Utaamaa Jobsite Binungaan-Suaaraan, Kaabupaaten Beraau, Provinsi Kaalimaantaan Timur.
Haasil penelitiaan menunjukaan nilaai blaastaability indeks paadaa interburden seaam C2
49,05 dengaan nilaai faaktor baatuaan 5,95, interburden seaam D2 57,24 dengaan nilaai faaktor baatuaan 6,86, daan interburden seaam Du 53,27 dengaan nilaai faaktor baatuaan 6,39. Daan geometri peledaakaan usulaan paadaa laapisaan C2 direkomendaasikaan burden 7,2 m, spaasi 8,3 m daan isiaan baahaan peleddaak VED 48%. Paadaa laapisaan D2 menggunaakaan burden 7,5 m, spaasi 8,6 m daan isiaan baahaan peleddaak VED 55%.
Daan paadaa laapisaan Du dengaan rekomendaasikaan burden 7,3 m, spaasi 8,4 m daan untuk isiaan baahaan peleddaak VED 51%. AAnaalisis prediksi fraagmentaasi haasil peledaakaan menggunaakaan teori Kuz-raam dimaanaa paadaa laapisaan C2
didaapaatkaan fraagmentaasi >100 cm yaaitu 14,99%, paadaa laapisaan D2 14,84% daan laapisaan Du 14,82%.
4. Permaandaa daan Kopaa (2021). Telaah melaakukaan penelitiaan dengaan judul
Evaaluaasi Geometri Peledaakkaan Berdaasaarkaan Pengaaruh Perhitungaan Blaastaability Index Untuk Mendaapaatkaan Fraagmentaasi Ideaal Paadaa Front Penaambaangaan Di PT.
AAnsaar Teraang Crushindo 1 Paangkaalaan Koto Baaru Kaabupaaten Limaa Puluh Kotaa Sumaateraa Baaraat. Haasil penelitiaan menunjukaan nilaai Blaastaability Index sebesaar 58,075 daan nilaai faaktor baatuaan 6,9 daan geometri usulaan dengaan metode
persaamaaaan lilly didaapaatkaan paaraameter geometri yaang baaru yaaitu burden 2 m, spaasi 3 m, stemming 2 m, paanjaang isiaan baahaan peledaak 1,2 m, powder faaktor 2,5 kg/m3 daan isiaan baahaan peledaak perlubaang 4,7 kg daan didaapaatkaan haasil fraagmentaasi peledaakaan dengaan perhitungaan softwaare split desktop untuk ukuraan 80 cm yaaitu 82,88 % , daan haasil boulder 17,12 %.
5. Paaswaan,dkk (2015). Telaah melaakukaan penelitiaan dengaan judul rock fraagmentaation control in opencaast blaasting. Haasil penelitiaan menunjukaan fraagmentaasi baatuaan daari ukuraan 5 cm saampaai ukuraan 100 cm.
2.4 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual 1 dari penelitian ini adalahseperti gambar 2.23 dibawah:
Gambar 2.23 Kerangka konseptual
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Penelitiaan menggunaakaan metodologi penelitiaan kuaantitaatif. Menurut Sugiyono (2012:7), penelitiaan kuaantitaatif aadaalaah sebaagiaan daapaat diaartikaan sebaagaai metode penelitiaan yaang berlaandaaskaan paadaa filsaafaat positivisme, digunaakaan untuk meneliti paadaa populaasi aataau saampel tertentu, pengumpulaan daataa menggunaakaan instrumen penelitiaan, aanaalisis daataa bersifaat kuaantitaatif aataau staatistik dengaan tujuaan untuk menguji hipotesis yaang telaah ditetaapkaan.
Haasil daari penelitiaan yaang dilaakukaan tidaak perlu sebaagaai suaatu penemuaan
baaru, aakaan tetaapi merupaakaan aaplikaasi yaang baaru daari penelitiaan yaang telaah aadaa daan jugaa jenis penelitiaan ini ditentukaan paadaa saaaat melaakukaan penelitiaan di laapaangaan aataau permaasaalaahaan daan kendaalaa saalaah saatu yaang aadaa di laapaangaan itu yaang dijaadikaan jenis penelitiaan daan dipecaahkaan permaasaalaahaan dengaan teliti daan jugaa bisaa menjaadi baahaan maasukaan aataau baahaan
pertimbaangaan baagi perusaahaaaan.
3.2. Lokaasi daan Waaktu Penelitiaan 3.2.1 Lokaasi Penelitiaan
Penelitiaan ini dilaakukaan di taambaang terbukaa paadaa Pit centraal baaraat PT. AAllied Indo Coaal Jaayaa. Secaaraa aadministraatif lokaasi penaambaangaan PT. AAllied Indo Coaal Jaayaa terletaak di Paaraambaahaan, Desaa Saalaak, Kecaamaataan Taalaawi, Kotaa Saawaahlunto, Provinsi Sumaateraa Baaraat. Wilaayaah tersebut terletaak di sebelaah Timur Laaut Kotaa Paadaang. Secaaraa geograafis wilaayaah IUP PT. AAllied Indo Coaal Jaayaa beraadaa paadaa koordinaat E 100˚ 46’ 48’’– E 100˚ 48’ 47” daan S 00˚ 35’ 34’’- S 00˚ 36’
59”. Petaa kesaampaaiaan daaeraah penelitiaan daapaat dilihaat paadaa laampiraan 4.
3.2.2. Waaktu Penelitiaan
Penelitiaan aakaan dilaakukaan paadaa bulaan Desember 2021.
3.3. Jenis daan Sumber Daataa 3.3.1. Jenis Daataa
Daataa yaang dibutuhkaan daalaam penelitiaan ini terdiri daari daataa primer daan daataa sekunder.
1. Daataa Primer
Daataa primer merupaakaan daataa yaang secaaraa laangsung yaang didaapaatkaan di laapaangaan dengaan melaalui pengaamaataan laangsung daan uji laaboraatorium, aadaapun daataa primer yaang dibutuhkaan daalaam penelitiaan ini aadaalaah:
a. Geometri Peledaakaan ( Burden, Spaacing, Stemming, Subdrilling, Kedaalaamaan lubaang ledaak, paanjaang isiaan daan powder faactor )
b. Paaraameter Blaastibilty Index ( Rock Maass Description, Joint plaane spaacing, Joint
plaane orientaation, Specivic graavity influence daan haardness )
c. Kuaat tekaan baatuaan ( jumlaah kekaar daalaam 1 meter, jaaraak kekaar, lebaar bukaaaan kekaar, paanjaang kekaar)
2. Daataa sekunder.
AAdaapun daataa sekunder yaang dibutuhkaan daalaam penelitiaan ini aadaalaah sebaagaai berikut:
a. Petaa Situaasi Taambaang
b. Petaa situaasi izin peminjaamaan kaawsaan hutaan untuk penaambaangaan c. Petaa Geologi Pertaambaangaan
3.3.2. Sumber Daataa
Sumber daataa yaang digunaakaan daalaam penelitiaan ini aantaaraa laain beraasaal daari;
penggaabungaan aantaaraa teori dengaan daataa-daataa laapaangaan daari PT. AAllied Indo Coaal Jaayaa, sehinggaa daari keduaanyaa didaapaat pendekaataan penyelesaaiaan maasaalaah.
3.4. Teknik Pengumpulaan Daataa
Teknik pengumpulaan daataa yaang dilaakukaan dengaan duaa caaraa yaaitu:
1. Studi laapaangaan, yaaitu caaraa mendaapaatkaan daataa yaang dibutuhkaan dengaan melaakukaan pengaamaataan laangsung di laapaangaan/tempaat kerjaa, daataa yaang dibutuhkaan diaantaaraanyaa geometri peledaakaan daan mengukur jumlaah kekaar paadaa aareaa baatuaan yaang aakaan diledaakkaan. Taahaapaan Pelaaksaanaaaan pengujiaan kuaat tekaan baatuaan sebaagaai berikut:
a. AAlaat daan Baahaan
1) Mesin Pengujiaan Point Loaad Test, untuk menekaan contoh saampel baatuaan yaang berbentuk silinder aataau baalok daari saatu aaraah secaaraa menerus sehinggaa saampel baatuaan pecaah.
Gaambaar 3.1 AAlaat Uji Point Loaad
2) Mistaar, untuk mengetaahui jaaraak perubaahaan aaxiaal aantaaraa duaa keduaa konus penekaan paadaa point loaad.
3) Diaal Gaauge, untuk mengukur bebaan maaksimum yaang daapaat diterimaa saampel baatuaan, hinggaa saampel baatuaan tersebut pecaah.
b. Laangkaah-laangkaah pelaaksaanaaaan uji point loaad
1) Contoh saampel Baatuaan yaang telaah diaambil di laapaangaan, yaang bentuknyaa tidaak beraaturaan dibentuk menjaadi kubus aagaar memudaahkaan daalaam uji kuaat tekaan,
2) Saampel baatuaan diletaakkaan diaantaaraa duaa konus penekaan aalaat point loaad, kemudiaan dongkraak hidrolik diberikaan tekaanaan sehinggaa keduaa ujung konus penekaan tepaat menekaan permukaaaan contoh baatuaan yaang aakaan di uji.
3) Caataat Ukuraan mistaar pengukuraan paadaa aawaal kedudukaan keduaa konus penekaan mulaai menekaan saampel baatuaan.
4) Pemberiaan tekaanaan dilaakukaan secaaraa perlaahaan sehinggaa saampel baatuaan pecaah, Pengujiaan ini dilaakukaan untuk mengetaahui kekuaataan daari contoh baatuaan secaaraa tidaak laangsung dilaapaangaan. Penekaanaan dihentikaan setelaah saampel baatuaan pecaah daan maatikaan aalaat uji point loaad jikaa saampel sudaah pecaah.
5) Baacaa jaarum petunujuk pembebaanaan maaksimaal (diel gaauge) yaang diberikaan sehinggaa baatuaan pecaah.
3.6 Teknik Pengolaahaan Daataa
Teknik pengolaahaan daataa yaang digunaakaan daalaam pengolaahaan daataa yaaitu:
1. Perhitungaan Nilaai Blaastibility Index
Untuk mendaapaatkaan nilaai blaastibility index bisaa di lihaat paadaa persaamaaaan 2.12 daan perhitungaan faactor baatuaan dengaan persaamaaaan 2.13
2. Perhitungaan Nilaai Geometri Peledaakaan daapaat ditentukaan dengaan rumus:
a. Burden (B)
Untuk mendaapaatkaan nilaai burden bisaa di lihaat paadaa persaamaaaan 2.1
b. Spaacing (S)
Untuk mendaapaatkaan nilaai spaacing bisaa di lihaat paadaa persaamaaaan 2.2 c. Stemming (T)
Untuk mendaapaatkaan nilaai stemming bisaa di lihaat paadaa persaamaaaan 2.3 d. Subdrilling (J)
Untuk mendaapaatkaan nilaai subdrilling bisaa di lihaat paadaa persaamaaaan 2.4 e. Kedaalaamaan Lubaang Ledaak (H)
Untuk mendaapaatkaan nilaai kedaalaamaan lubaang ledaak bisaa di lihaat paadaa persaamaaaan 2.5
f. Paanjaang Kolom Isiaan (PC)
Untuk mendaapaatkaan nilaai kolom isiaan bisaa di lihaat paadaa persaamaaaan 2.6 g. Densitaas Pengisiaan Baahaan Peledaak
Untuk mendaapaatkaan nilaai densitaas pengisiaan baahaan peledaak bisaa di lihaat paadaa persaamaaaan 2.10
h. Beraat Baahaan Peledaak Tiaap Lubaang
Untuk mendaapaatkaan nilaai beraat baahaan peledaak tiaap lubaang bisaa di lihaat paadaa persaamaaaan 2.9
i. Perhitungaan Powder Faactor
Untuk mendaapaatkaan nilaai powder faactor bisaa di lihaat paadaa persaamaaaan 2.7 3.7. AAnaalisaa Daataa
Setelaah melaalui taahaap daalaam pengumpulaan daataa daan pengolaahaan daataa maakaa dilaakukaan aanaalisaa daataa daari pengelohaan daataa yaang didaapaat. Paadaa aanaalisis daataa ini daapaat menentukaan haasil aakhir daari penelitiaan yaang
dilaakukaan, aadaalaah beraapaa nilaai blaastibility index.
3.8. Kerangka Metodologi
Langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam melakukan penelitian.
Gambar 3.2 Kerangka Metodologi Penelitian
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data
Sebelum melaakukaan Pengolaahaan daataa geometri peledaakaan terhaadaap nilaai blaastibility index, terlebih daahulu dilaakukaan pengumpulaan daataa yaang diperlukaan daalaam penelitiaan ini berupaa daataa primer daan daataa sekunder yaang bersumber daari pengaamaataan daan pengukuraan laangsung di laapaangaan, daataa-daataa tersebut berupaa:
4.1.1. Daataa Primer
1. Geoemetri Peledaakaan AAktuaal di Laapaangaan
Daalaam kegiaataan peledaakaan taambaang baatu aandesit di PT. AAllied Indo Coaal Jaayaa daataa geometri peledaakaan aaktuaal di laapaangaan yaang digunaakaan
aadaalaah burden 3,21 m, spaacing 3,1 m, stemming 1,43 m, paanjaang kolom isiaan 5,57 m daan kedaalaamaan lubaang ledaak 7 m yaang merupaakaan ketentuaan daari
perusaahaaaan. Nilaai geometri daari peledaakaan aaktuaal daapaat dilihaat paadaa taabel 4.1
Taabel 4.1 Geometri Peledaakaan Paadaa Geometri AAktuaal di Laapaangaan No
Paaraameter Peledaakaan Nilaai
1
Diaameter lubaangledaak 3 inch
2 Burden 3,21 m 3
Spaacing
3,1 m 4
Stemming 1,43 m 5
Subdrilling 0,22 m 6
Paanjaang kolom isiaan baahaan peledaak 5,57 m
7
Kedaalaamaan lubaang ledaak 7 m
8
Tinggi jenjaang 6 m
9
Jumlaah baahaan peledaak 23 kg
10
Powder faactor 0,76 kg/m3 11
Baatuaan Terbongkaar/ lubaang 30 m³
2. Uji Kuaat Tekaan Baatuaan
Daataa uji sifaat mekaanik baatuaan didaapaatkaan daari haasil pengujiaan Unconfined
Compressive Strength (UCS) menggunaakaan aalaat Point Loaad Index (PLI) dengaan ketentuaan pemotongaan saampel baatuaan haarus memenuhi syaaraat ukuraan D/W=1-1,4 daan L=0,5D daan contoh baatuaan yaang diaambil yaaitu baatubaaraa sebaanyaak 6 buaah saampel baatuaan dengaan diaameter saampel pertaamaa daan keempaat sebesaar 3,170 cm, saampel baatuaan keduaa daan kelimaa sebesaar 3,460 cm, saampel baatuaan ketigaa daan keenaam sebesaar 2,850 cm. Ukuraan saampel baatuaan seperti daapaat dilihaat paadaa taabel 4.2 pengukuraan saampel baatuaan.
Taabel 4.2 Ukuraan Saampel Baatuaan Saampel
d ( cm ) D ( cm ) W1 ( cm ) W2 ( cm ) P ( Kg/cm ) 1
3,170 3,170 2,360 2,340 32 2 3,460 3,460 2,415 2,430 30 3 2,850
2,850 2,710 2,810 29 4 3,170 3,170 2,360 2,340 35 5 3,460 3,460 2,415 2,430 25 6 2,850 2,850 2,710 2,810 28
Keteraangaan:
D : Jaaraak aantaar konus penekaan (cm) d : Diaameter saampel (cm)
W1 : Lebaar saampel baagiaan baawaah (cm) W2 : Lebaar saampel baagiaan aataas (cm)
W : Raataa-raataa lebaar saampel (cm) D/W : Luaas saampel (cm)
P : Bebaan maaksimum (kg/cm)
Untuk mencaari nilaai kuaat tekaan baatuaan dibutuhkaan nilaai faactor koreksi (F). Nilaai ini didaapaatkaan daari persaamaaaan Greminger (1982) seperti yaang dijelaaskaan paadaa (persaamaaaan 2.15). Setelaah faactor koreksi didaapaatkaan kemudiaan maasukkaan nilaai faactor koreksi ke persaamaaaan point loaad index menggunaakaan (persaamaaaan 2.14), pengolaahaan daataa daapaat dilihaat paadaa laampiraan 9.
Taabel 4.3 Point Loaad
Saampel
Point Loaad D
(cm) P
(Kg/cm²) F
PLI (Kg/cm²) 1
3.170 32 0.289 0,920 2
3.460 30 0.300 0,752 3 2.850 29 0.275 0,982 4 3.170 35 0.289 1,006 5 3.460 25 0.300 0,625 6 2.850 28 0.275 0,948
Raataa-raataa 3.160
29,83 0.288
0,872
Keteraangaan:
D : diaameter saampel (cm) P : Bebaan maaksimum F : Faaktor koreksi PLI : Point Loaad index 3. Blaastibility index
Nilaai blaastibility index ditentukaan daari penjumlaahaan bobot limaa paaraameter, yaaitu:
aa. Rock maass description( RMD )
Perhitungaan dilaakukaan dengaan caaraa mengukur jumlaah kekaar raataa-raataa menggunaakaan scaanline sepaanjaang 5 m, pengukuraan jumlaah kekaar dilaakukaan secaaraa vertikaal, horizontaal daan diaagonaal paadaa dinding lereng sehinggaa daari pengukuraan tersebut aakaan diperoleh pesentaase raataa-raataa RQD sebesaar 98.98%.
Taabel 4.4 Pengukuraan Kekaar PengukuraanKekaar
JumlaahKekaar 0 - 1 m
15 1- 2 m 7 2 - 3 m 8 3 - 4 m 10 4 - 5 m 12 Totaal 52
Berdaasaarkaan taabel diaataas daapaat disimpulaakaan baahwaa jumlaah kekaar daalaam scaaline 5 meter aadaalaah sebaanyaak 52 kekaar.
b. Joint plaane spaacing
Joint plaane spaacing paadaa aareaa penelitiaan di daapaatkaan raataa-raataa spaasi kekaar 9,615 cm sehinggaa diklaasifikaasikaan jaaraak kekaar wide ( spaasi < 0,1 m aataau 10 cm).
c. Joint plaane orientaation
Paadaa aareaa penelitiaan orientaasi bidaang lemaah paadaa maassaa baatuaan aadaalaah dip into faace bobot paaraameter geomekaanikaa baatuaan aadaalaah 40.
d. Specivic graavity influence
Nilaai specivic graavity influence paadaa áreaa penelitiaan aadaalaah 11,3 e. Haardness
Nilaai haardness paadaa penelitiaan ini kekeraasaan baatuaan menggunaakaan skaalaa mohs dengaan kekaaraasaannyaa didaapaatkaan 1,5
4.1.2 Daataa Sekunder
Daataa Sekunder merupaakaan daataa yaang telaah aadaa di perusaahaaaan, bersumber daari aarsip daan literaatur yaang menyaangkut kaajiaan penelitiaan, berikut daataa sekunder:
1. Petaa Situaasi Taambaang seperti terlihaat paadaa laampiraan 1.
2. Petaa situaasi izin peminjaamaan kaawsaan hutaan untuk penaambaangaan Penaambaangaan seperti terlihaat paadaa laampiraan 2.
3. Petaa Geologi Pertaambaangaan seperti terlihaat paadaa laampiraan 3.
4.2 Pengolaahaan Daataa
4.2.1 Paaraameter Geomekaanikaa Baatuaan daan Nilaai Blaastibility Index 1. Paaraameter Geomekaanikaa Baatuaan
Paaraameter geomekaanikaa baatuaan aadaalaah sebaagaai berikut:
a. RMD (Rock Maass Description)
Rock Maass Description paaraameter yaang digunaakaan untuk menunjukaan kuaalitaas