• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNIVERSITAS GUNADARMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UNIVERSITAS GUNADARMA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN :

MEMBERI DENGAN IKHLAS ADALAH MENERIMA SETULUS HATI

Mulyadi

Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi,

Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No.100 Pondok Cina – Depok

UNIVERSITAS GUNADARMA

AGUSTUS 2021

(2)

1

KAJIAN :

MEMBERI DENGAN IKHLAS ADALAH MENERIMA SETULUS HATI

Mulyadi

Universitas Gunadarma

Email : mulyadi@staff.gunadarma.ac.id

ABSTRAK

Nilai seseorang bukanlah diukur dengan seberapa besar dia menerima, melainkan seberapa banyak dia memberi atau berkurban untuk agama, masyarakat, bangsa dan negara.

Etos dan perintah memberi atau menolong berulang kali ditekankan dalam Al-Qur’an dan Al- hadits, terutama perbuatan atau kegiatan dilakukan selama di bulan suci Ramadhan adalah agar kita senantiasa meningkatkan amaliah keagamaan, seraya berupaya taqarrub atau mendekatkan diri kepada Allah SWT. Perintah puasa memungkinkan seorang muslim untuk memenuhi tuntutan-tuntutan ruhaniyah-spiritual dan jasmaniyah-material dalam kehidupannya secara seimbang dan proporsional, tanpa harus mengabaikan salah satunya.

Keseimbangan ini akan bermuara pada keseimbangan orientasi kehidupan duniawi dan ukhrawi. Itulah sebabnya maka orang menjadikan bulan puasa Ramadhan sebagai bulan ibadah, bulan meminta ampun atas segala dosa dan pembersihan noda. Karena itu pula orang berusaha melakukan perbuatan-perbuatan yang baik. Dengan melakukan perbuatan tersebut dalam rangka pembinaan terhadap umat. Tujuannya untuk memperkuat kebersamaan, persaudaraan dan menjalin silaturahim sesama manusia. Allah SWT. akan menolong hamba-Nya selagi hamba itu suka menolong terhadap sesamanya, demikian sabda Rasulullah SAW. Beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT. menyangkut seluruh jalur dan aspek kehidupan manusia, baik yang berhubungan dengan Allah SWT., dengan dirinya sendiri, dengan manusia lain maupun dengan alam dan lingkungan hidup, apabila dijalankan dengan baik, benar dan ikhlas maka akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat serta mendapatkan pahala yang menuju ke Surga.

Kata Kunci : Memberi, Menerima, Beriman, Bertaqwa

Pendahuluan

Di tengah keluh kesah menghadapi problema atau masalah sosial sehari-hari, masih banyak yang mesti kita syukuri dan rayakan dari kehidupan ini dengan saling berbagi, saling menolong dan saling berwasiat dalam kebenaran dan kesabaran.

(3)

2 Di masa pandemi atau covid 19 yang melanda di negara yang kita cintai ini bahkan di seluruh dunia, pada hakekatnya merupakan salah satu bentuk kasih sayang Allah SWT.

kepada umat manusia. Banyak sekali sisi positif yang bisa kita ambil dari situasi pandemi ini, diantaranya : disiplin menjaga jarak, disiplin dalam bersikap, disiplin untuk berlatih hidup bersih, membantu orang lain yang benar-benar memerlukan uluran tangan kita dan sebagainya. Sebagai orang beragama dan beriman, maka sangat tidak tepat kita menyikapi pandemi ini secara negatif, dengan menganggap hal ini sebagai azab atau menyudutkan orang lain sebagai kesalahan atau pendosa.

Memberi kepada orang lain sesungguhnya adalah membuat diri sendiri menerima sesuatu yang seringkali jauh lebih besar dan berharga dari yang diberikan. Tidak ada orang yang jatuh miskin karena memberi dan tidak ada orang yang kehilangan senyum bahagia karena memberi senyuman pada sesama. Ajaran Islam telah mengajarkan setiap muslim untuk memenuhi hak-hak roh dan sekaligus hak-hak jasad secara proposional.

Di dalam agama Islam pesan di penghujung perintah ritual selalu dilanjutkan agar kita menolong dan melayani orang lain, terutama yang dalam kesusahan. Ibadah shalat ditutup dengan dalam, mengisyaratkan bahwa orang yang rajin shalat semestinya juga rajin menebar salam damai bagi sekitarnya. Ibadah puasa dilengkapi dengan mengeluarkan zakat fitrah.

Bahkan lebaran haji juga disebut Idul Qurban. Semua menegaskan bahwa beribadah untuk memperoleh ridha Allah SWT. mesti melalui mendekati, mencintai dan menolong hamba- hamba-Nya (Hidayat, 2010).

Taqwa adalah sikap mental seorang yang selalu ingat dan waspada terhadap sesuatu dalam rangka memelihara dirinya dari noda dan dosa, selalu berusaha melakukan perbuatan- perbuatan baik dan benar, pantang berbuat salah dan melakukan kejahatan terhadap orang lain, diri sendiri dan lingkungannya (Gazalba, 1975).

Pembahasan

Kata Memberi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KKBI) adalah menyerahkan membagikan atau menyampaikan sesuatu. Contoh : Ia memberi uang dan pakaian kepada pengemis itu. Arti lainnya dari memberi adalah menyediakan atau melakukan dan sebagainya) sesuatu. Contoh : Dia berkewajiban membersihkan kandang dan memberi makan kambing, memberi pertolongan (https://lektur.id>arti-memberi)

(4)

3 Orang yang ikhlas adalah orang yang tidak menyertakan kepentingan pribadi ataupun imbalan duniawi dari apa yang dapat dia lakukan. Konsentrasi orang yang ikhlas cuma satu, yakni bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah SWT. (Gymnastiar, 2002).

Ikhlas adalah wujud sebuah keyakinan mutlak, pada Sang Maha Mutlak. Ikhlas adalah kepasrahan, bukan mengalah apalagi menyerah kalah. Ikhlas itu adalah ketika engkau sanggup untuk berlari, mampu untuk melawan dan kuat untuk mengejar, namun engkau memilih untuk patuh dan tunduk. Ikhlas adalah sebuah kekuatan untuk menundukkan diri sendiri dan semua yang engkai cintai. Ikhlas adalah memilih jalan-Nya, bukan karena engkau terpojok tak punya jalan lain. Ikhlas bukan lari dari kenyataan. Ikhlas bukan karena terpaksa.

Ikhlas bukan merasionalisasi tindakan, bukan mengkalkulasi hasil akhir. Ikhlas tak pernah berhitung, tak pernah pula menepuk dada (Rusydi, 2021).

Terdapat lebih dari 60 ayat dalam Al-Qur‟an yang berakar dari kata “kasaba” artinya melakukan atau mengusahakan dan sebagian besar di antaranya merujuk pada perhitungan balasan dari apa yang diperbuat oleh manusia. Dalam Al-Qur‟an Surat Al-Zumar ayat 51 artinya : “Maka mereka ditimpa oleh akibat buruk dari apa yang mereka usahakan (bima kasaba). Dan orang-orang yang zhalim di antara mereka akan ditimpa akibat buruk dari usahanya”. Ayat ini seperti memberi sinyal bahwa memberi keburukan atau perbuatan yang berakibat buruk pada orang lain akan membuat pelakunya menerima balasan buruk pula.

Demikian halnya juga dengan perbuatan baik. Banyak sekali ayat dalam Al-Qur‟an yang menunjukkan bahwa pemberi kebaikan akan menerima kebaikan, bahkan berlipat ganda dan dengan bonus atau pahala yang luar bisa (Hidayat, 2010).

Beberapa ayat Al-Qur‟an menjelaskan tentang etika dan keutamaan berinfaq di jalan Allah. Dalam surat Al-Baqarah ayat 261 disebutkan: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh butir, pada tiap-tiap butir: seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia- Nya) lagi Maha Mengetahui”.

Namun dalam berinfaq dan bersedekah, seseorang mesti benar-benar tulus, tidak boleh disertai ucapan dan tindakan yang menyaki pihak penerima. Dalam ayat berikutnya ditegaskan : “Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak megiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.

(QS. Al-Baqarah ayat 262).

(5)

4 Mereka yang menginfakkan hartanya semata karena Allah, dan tidak menyertai dengan ucapan-ucapan yang menyakitkan, maka Allah yang akan memberi balasan padanya.

Bahkan Allah menegaskan dalam ayat selanjutnya, bertegur sapa dan menjaga silaturahmi dengan baik, itu nilainya lebih tinggi ketimbang bersedekah namun tidak ikhlas dengan disertai ucapan-ucapan yang menyakitkan. Dalam Al-Qur‟an surat Al-Baqarah ayat 263 :

“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun”.

Demikian kuatnya penegasan Allah agar bersedekah itu dengan ikhlas, tidak pamer, seperti terkandung dalam firman Allah berikutnya: “Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang diatasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS.

Al-Baqarah ayat 264).

Sebaliknya, orang bersedekah dengan ikhlas semata karena Allah, secara indah sekali digambarkan oleh Al-Qur‟an dalam ayat selanjutnya: “Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat”. (QS. Al- Baqarah ayat 265).

Memberi dalam Islam disebut dengan berbagai istilah. Ada zakat, infaq, shadaqah, amal saleh dan lain-lain. Pemberian yang dianggap dalam kategori pun beragam, mulai dari harta sampai memberi minum seekor anjing atau memberikan sesungging senyuman. Dalam sebuah hadits misalnya disebutkan bahwa memberi senyum pun adalah shadaqah. Ini artinya memberi senyum akan membuatmu menerima pahala.

Menurut Hidayat (2010) bahwa pahala secara umum diartikan sebagai balasan Tuhan yang akan diterima kelak di akhirat atas kebaikan yang diperbuat di dunia. Sebaliknya, dosa adalah akibat buruk yang diterima di akhirat atas perbuatan buruk di dunia. Pahala dan dosa seperti sebuah “janji” yang akan disongsong kelak. Tapi sesungguhnya tak perlu menunggu waktu kiamat untuk tahu bagaimana nikmatnya pahala ataupun sakit dan tak nyamannya siksa akibat dosa itu. Sekarang pun keduanya bisa dirasakan. Pahala dalam bentuk kepuasan batin,

(6)

5 kebahagiaan dan kenyamanan hati yang didapatkan dari memberi kebaikan, demikian juga dengan siksa, dia mengejawantah dalam bentuk kesumpekan, kegelisahan, ketidaknyamanan hati, pikiran, jiwa bahkan raga setelah melakukan perbuatan buruk terhadap orang lain.

Dalam rumusan matematika, bila sesuatu dikeluarkan, maka sesuatu itu akan berkurang atau dalam istilah Arab tajaffa yang arti harfiahnya adalah mengering. Lima diambil dua, maka tigalah sisanya. Namun apakah ini berlaku untuk konsep memberi sesungguhnya? Memberi bisa dilihat dari dua sisi, yakni sisi agama dan psikologis. Dari sisi agama, memberi, khususnya kebaikan, sesungguhnya justru melipatgandakan kebaikan si pemberi. Bahkan dalam Al-Qur‟an disebutkan hitung-hitungan angka berlipatnya kebaikan.

Kebaikan satu, akan berbalas seratus. Logika memberi tapi tidak mengurangi bisa dijelaskan dengan konsep tasawuf, tajalli, melimpahnya apa yang dimiliki Tuhan tanpa mengurangi apa yang dimiliki-Nya. Tuhan mencipta makhluknya, memberikan kehidupan kepada mereka, tidak membuat-Nya kehilangan, tapi justru dengan memberikan limpahan menjadikan-Nya menerima sesuatu yang lain yaitu terbukanya tabir Tuhan sebagai Tuhan pencipta yang

„tersembunyi‟ (kanz makhfi) sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits qudsi. Di sini ada timbal-balik memberi tapi pada saat yang sama menerima (Hidayat, 2010).

Demikian pula dengan memberikan harta atau bentuk kebaikan lain. Hal ini berarti memberikan harta dalam Islam dikatakan sebagai mensucikan harta yang dimiliki. Secara teologis pun sudah ditegaskan bahwa tak ada yang “gratisan”, ketika mengeluarkan harta, sesungguhnya itu bukan untuk orang lain, tapi untuk kebaikan diri sendiri. Perhatikanlah perbedaan air yang menggenang dan yang mengalir. Air yang menggenang apalagi menumpuk diam dalam suatu wadah, maka lama kelamaan yang ada adalah air akan keruh dan menjadi sarang bibit nyamuk yang bisa membawa penyakit demam berdarah, ditambah lagi baunya yang tak sedap. Tapi lihatlah air yang mengalir. Dia sebaliknya bukan saja lebih bersih tapi juga membersihkan kotoran-kotoran yang dilewatinya, dan tidak berbau. Pantaslah ada pepatah Arab yang berbunyi inni ra’aytu wuquf al ma’ yufsiduhu in saala thaba wa’in lam yajri lam yathib, artinya sesungguhnya aku saksikan air yang berhenti itu menjadi keruh, dan jika mengalir dia akan jernih. Alirkanlah apa yang dimiliki kepada orang lain, niscaya itu akan membawa kebaikan bukan hanya pada orang lain tapi pada dirimu sendiri (Hidayat, 2010).

Perhatikanlah matahari dan bulan, malam dan siang, kaya dan miskin, senyap dan riuh. Masing-masing seakan tak berhubungan dan berbeda, bahkan seakan-akan yang satu

(7)

6 lebih tinggi atau penting dari yang lain. Tapi apakah ada siang tanpa malam? Apakah ada kaya tanpa miskin? Apakah ada riuh tanpa senyap? Apakah ada garis lurus tanpa lengkung?

Tak ada. Yang satu berhutang pada yang lain, dan harus berterima kasih satu sama lain.

Dengan demikian, apakah ada alasan untuk merendahkan satu di atas yang lain? Mungkin saja siang mengklaim dia lebih berjasa dari pada malam karena telah memberi kesempatan manusia dan makhluk hidup untuk mencari kehidupan. Tapi jangan lupa bahwa tanpa malam, manusia tak akan ada kesempatan untuk merebahkan diri beristirahat untuk menyongsong esok siang. Sang kaya mungkin akan berbangga kalau dialah yang paling mulia karena memberi dan menyantuni, tapi jangan lupa tanpa mereka yang disebutnya miskin, diapun takkan bisa apa-apa. Bahkan tanpa mereka, siapa yang akan menyebut mereka “kaya?”

karenanya, memberi dan sesungguhnya adalah menerima. Memberi kepada orang lain sesungguhnya adalah membuat diri sendiri menerima sesuatu yang seringkali jauh lebih besar dan berharga dari yang diberikan. Tak ada orang yang jatuh miskin karena memberi dan tak ada orang yang kehilangan senyum bahagia karena memberi senyuman pada sesama. Mari berderma dengan apa saja yang kita punya (Hidayat, 2010).

Kesimpulan

Kendati banyak mengeluarkan keringat, menghabiskan tenaga, terkuras pikiran, kalau tidak ikhlas, tidak ada nilainya di sisi Allah SWT. Bertempur di medan perang melawan musuh, tapi kalau niatnya hanya ingin disebut pahlawan, maka pasti ia tidak memiliki nilai apapun. Menafkahkan seluruh harta kalau hanya ingin disebut dermawan, juga tidak akan memiliki nilai apapun. Mengumandangkan adzan setiap kali datang waktu shalat, sementara selama adzan bukan Allah SWT. yang dituju melainkan sekedar ingin memamerkan keindahan suara atau demi adzannya mampu menggetarkan hati seseorang, maka adzan itu hanya teriakan-teriakan belaka, sehingga di mata Allah SWT. sama sekali tidak ada nilainya atau bernilai.

Niat adalah pengikat amal. Orang-orang yang tidak pernah memperhatikan niat yang ada di dalam hatinya, berarti ia telah bersiap-siap untuk membuang waktu, tenaga, harta ataupun pikiran, tanpa arti sama sekali. Keikhlasan seseorang benar-benar menjadi teramat sangat penting dan akan membuat hidup ini menjadi sangat mudah, indah dan jauh lebih berguna atau bermanfaat.

(8)

7 DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI., 2014. Al-Qur’an Terjemah & Tajwid. Bandung : Sygma.

Gazalba Sidi, 1975. Asas Agama Islam. Jakarta : Bulan Bintang.

Gymnastiar Abdullah, 2002. Tanda-Tanda Ikhlas Seseorang Hamba. Bandung : MQS Pustaka Grafika

Hidayat Komaruddin, 2010. Memberi Adalah Menerima. Jakarta : Masjid Agung Sunda Kelapa

Rusydi Ahmad, 2020. Risalah Buletin Jumat Nahdlatul Ulama. Jakarta : Risalah NU LTN PBNU

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini, Rabu tanggal 4 Februari 20L5, saya yang dengan Keputusan Rektor Universitas Negeri Malang Nomor 2.2.39lUN}2lKPl2OL5 tanggal 2 Februari 20t5, dosen yang

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka kesimpulan yang dapat diperoleh yaitu, hasil analisis menunjukkan bahwa potensi nikel laterit didaerah asera, dimana

Sampel penelitian ini adalah tanaman Sargassum sp. yang dibudidayakan di dalam rakit yang berbeda.. menggunakan dua sistem budidaya yaitu rakit lepas dasar yang diikat

Profil komposisi biogas setelah proses adsorpsi menggunakan kolom beradsorben karbon aktif dengan dua variasi berat dapat dilihat pada a Gambar 2 dan 3.. Komposisi

Pengisian evaluasi dalam rekam medis adalah hasil dari evaluasi perencanaan dan implementasi yang sudah dilakukan oleh masing-masing profesi dan ditanyakan

Arief Ujiyantho dan Bambang Agus Pramuka membahas tentang Mekanisme Corporate Governance , Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan(studi pada perusahaan go public sektor

Sampai akhir tahun 2005 telah dibangun plot konservasi eks-situ genetik cendana seluas 3,5 ha dengan materi genetik berasal dari 20 populasi dari sebaran alam yang ada di NTT

Bila keterampilan gerak lokomotor tidak dimiliki sedini mungkin, dapat mengakibatkan masalah dikemudian hari pada kemampuan gerak lokomotor (kemampuan gerak individu