• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

TAHUN PELAJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam

dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh:

MOH NUR IKHSAN NIM : 073111208

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2011

(2)

NOTA DINAS

Semarang, 15 Maret 2011

Kepada

Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo

di Semarang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan dan koreksi naskah skripsi dengan :

Judul : Peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan model pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Fiqih peserta didik kelas V MIN Kalibuntu Wetan Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

Nama : Moh Nur Ikhsan NIM : 073111208

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepada Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo untuk diujikan dalam Sidang Munaqosyah.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing

Drs. H. ABDUL WAHID, M.Ag.

NIP. 19691114 199403 1 003

(3)

KEMENTERIAN AGAMA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO FAKULTAS TARBIYAH

Jl. Prof. Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp. 024-7601295 Fax. 7615387 Semarang 50185

PENGESAHAN

Naskah skripsi dengan :

Judul : PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR DENGAN

MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

PARTISIPATIF PADA MATA PELAJARAN FIQIH PESERTA DIDIK KELAS V MIN KALIBUNTU WETAN

KABUPATEN KENDAL TAHUN PELAJARAN

2010/2011.

Nama : Moh Nur Ikhsan

NIM : 073111208

Jurusan : Pendidikan Agama Islam Program Studi : Pendidikan Agama Islam

Telah diujikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.

Semarang, 25 Maret 2011

Ketua Sekretaris

Ani Hidayati, M.Pd. Mufidah, M.Pd.

NIP. 19611205 199303 1 001 NIP. 19690707 199703 2 001

Penguji I, Penguji II,

Nasirudin, M.Ag. Syamsul Ma‟arif, M.Ag.

NIP. 19691012 199603 1 002 NIP. 19741030 200212 1 002 Pembimbing

Drs. H. Abdul Wahid, M.Ag.

NIP. 19691114 199403 1 003

(4)

ABSTRAK

Moh Nur Ikhsan (NIM. 073111208). Peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan model pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Fiqih peserta didik kelas V MIN Kalibuntu Wetan Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011.

Skripsi. Semarang: Program Strata 1 Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Walisongo, 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan model pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Fiqih peserta didik kelas V MIN Kalibuntu Wetan Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011, 2) Relevansi penggunaan model pembelajaran partisipatif dalam pembelajaran fiqih kelas V dengan peningkatan prestasi belajar peserta didik di MIN Kalibuntu Wetan Kabupaten Kendal, 3) Hasil prestasi peserta didik setelah menggunakan model pembelajaran partisipatif.

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas atau PTK.

Yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati. Sedangkan jenis penelitian yang dipakai adalah penelitian lapangan (field study) dengan maksud untuk mempelajari tentang kondisi sesungguhnya pada saat pengamatan dan adanya hubungan timbal balik antara pendidik dengan peserta didiknya. Subjek penelitian adalah peseta didik kelas V MIN Kalibuntu Wetan Kabupaten Kendal, menggunakan teknik analisis kualitatif, yaitu data dianalisis dengan metode deskripsi, dimana sebelum penelitian dimulai, penulis mengumpulkan fakta empiris terlebih dahulu.

Adapun langkah-langkah untuk menganalisis data yaitu dengan reduksi data, mengkaji data, dan verifikasi data.

Hasil Penelitian berupa penggunaan model pembelajaran partisipatif dalam pembelajaran fiqih dengan peningkatan prestasi belajar peserta didik kelas V MIN Kalibuntu Wetan Kabupaten Kendal dilaksanakan oleh guru mata pelajaran fiqih saja. Penggunaan model pembelajaran partisipatif dalam pembelajaran fiqih ini melalui tahapan perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi serta evaluasi.

Pelaksanaan tahapan-tahapan tersebut berlangsung selama tiga kali yaitu pra siklus, siklus I dan siklus II. Pra siklus adalah pengamatan awal untuk mengetahui kondisi belajar peserta didik sebelum digunakannya model pembelajaran partisipatif, Siklus I adalah pelaksanaan awal untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dan prestasi siswa untuk yang pertama kalinya dengan menerapkan model pembelajaran partisipatif, sedangkan siklus ke II merupakan pelaksanaan ulang untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan prestasi. Dari tiga siklus yang dilaksanakan, pra siklus mendapat nilai rata-rata 70 dengan ketuntasan belajar 33 %, siklus I memperoleh nilai rata-rata 73 dengan ketuntasan belajar 70 %, dan untuk siklus II mendapat nilai rata-rata 77 dengan ketuntasan belajar 100 %. Sebagai tolok ukur prestasi adalah KKM yaitu 72.

(5)

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para Guru, dan dunia pendidikan pada umumnya, khususnya bagi Guru fiqih di Madrasah Ibtidaiyah Negeri kalibuntu Wetan Kabupaten Kendal, agar

selalu meningkatkan prestasi dalam proses kegiatan pembelajaran.

(6)

PERNYATAAN

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis mengatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 15 Maret 2011 Deklarator,

Moh. Nur Ikhsan NIM. 073 111 208

(7)

MOTTO

...           ...

“ Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri (Q.S. Ar Ra’d : 11) “ 1

1 Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : PT.Intermasa, 1985),hlm.370.

(8)

PERSEMBAHAN

Karya tulis ini penulis persembahkan untuk :

1. Istriku tercinta (Nur Afniatus Sholihah) yang selalu menemaniku siang dan malam serta memberikan motivasi dan do’a dalam pembuatan skripsi.

2. Anak – anakku, buah hatiku (Muhammad Haikal Rosyadi dan Farih Dzikrullah) yang selalu mewarnai hari-hariku membuatku semangat tidak mengenal lelah.

3. Ibunda (Purtiamah Pu’ati) dan adik-adikku yang selalu mendoakan untuk keberhasilan cita-citaku.

4. Sahabat-sahabatku Program Kualifikasi angkatan 2007, yang telah memberikan do’a dan dukungan moril bagi penulis sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan.

5. Keluarga besar MIN Kalibuntu Wetan, murid-muridku dan semua pihak yang tidak dapat penulis tulis namanya, yang telah memberikan bantuan dan do’a kepadaku.

(9)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Atas rahmat dan inayah-Nya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam untuk junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, untuk keluarganya, para sahabat dan orang-orang yang mengikuti petunjuknya sampai hari kiamat.

Dengan penuh kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan dapat terselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak.

Suatu keharusan bagi pribadi penulis untuk menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr. Suja’i, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang,

yang telah memberikan segala Fasilitas dalam penyusunan skripsi ini.

2. Drs. H. Abdul Wahid, M.Ag, selaku pembimbing yang telah berkenan memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Drs. H. Soediyono, M.Pd, selaku Dosen Wali Studi yang telah banyak berjasa kepada penulis untuk membimbing penulis selama masa studi.

4. Para Dosen di lingkungan Fakultas Tarbiyah yang telah membekali berbagai ilmu dan pengetahuan selama menempuh studi di Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

5. Bapak / Ibu karyawan perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, atas pelayanan selama penyusunan skripsi.

6. Pihak MI Negeri Kalibuntu Wetan Kendal yang telah memberikan tempat kepada penulis dalam melakukan penelitian sehingga terciptanya kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Kepada mereka semua penulis mengucapkan terima kasih, semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dan selalu memperoleh rahmat, hidayah dan taufik-Nya.

(10)

Penulis menyadari atas kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu penulis senantiasa membuka diri untuk kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

Semarang, 15 Maret 2011 Penulis

Muh. Nur Ikhsan NIM. 073111208

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN ABSTRAK ... iv

HALAMAN DEKLARASI ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

HALAMAN KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

Bab I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………. 1

B. Penegasan Istilah ... 4

C. Perumusan Masalah ... 5

D. Tujuan Penelitian ... 6

E. Hipotesis Tindakan ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 6

G. Kajian Pustaka ... 6

Bab II : PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPATIF PADA MATA PELAJARAN FIQIH. A. Hakekat Pembelajaran Fiqih ...………. 10

1. Pengertian Belajar……… 10

2. Pembelajaran Fiqih ...……… 12

a. Definisi Fiqih ...……… 12

b. Fungsi Pembelajaran Fiqih ... 14

B. Model Pembelajaran Partisipatif ... 16

1. Pengertian Model Pembelajaran ...………... 16

2. Pengertian Model Pembelajaran Partisipatif ... 17

3. Teori-teori dan Teknik Pembelajaran Partisipatif ………… 20 4. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran

(12)

Partisipatif Serta Cara Mengatasinya ... 26

C. Penerapan Model Pembelajaran Partisipatif Dalam Pembelajaran Fiqih .………..…... 29

1. Peran guru dan siswa ……….... 29

2. Kurikulum ... 32

3. Perencanaan Pembelajaran ……...……….. 34

4. Pelaksanaan Pembelajaran …………..………. 35

5. Evaluasi Pembelajaran .……… 37

Bab III : METODE PENELITIAN ... 39

A. Fokus Penelitian ... 39

B. Pendekatan Penelitian ... 44

C. Metode Pengumpulan Data ... 44

D. Teknik Analisis Data ... 45

Bab IV : PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPATIF PADA MATA PELAJARAN FIQIH PESERTA DIDIK KELAS V MIN KALIBUNTU WETAN KABUPATEN KENDAL TAHUN PELAJARAN 2010/2011 ... 47

A. Gambaran Umum Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kalibuntu Wetan Kabupaten Kendal …...………. 47

B. Penggunaan model pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Fiqih peserta didik kelas V MIN Kalibuntu Wetan Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011 ... 49

C. Hasil Belajar Siswa ... 68

Bab V : KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP. A. Kesimpulan ……… 70

B. Saran-saran ……… 70

C. Penutup ……….. 71 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

(13)

“Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkannya untuk berfungsi secara adekuat dalam kehidupan masyarakat”2. Sumber lain mengatakan bahwa “Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaan”3. Pendidikan merupakan kebutuhan pokok manusia, mereka akan berusaha mencari pengetahuan dimana saja sebagai bekal hidupnya di dunia maupun di akhirat nanti. Keberhasilan pendidikan terletak pada tercapainya tujuan-tujuan pendidikan dan tujuan-tujuan pendidikan tersebut akan tercapai melalui tahapan-tahapan proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi, baik dari dalam maupun dari luar. Salah satu faktornya adalah adanya proses pembelajaran yang efektif dengan menggunakan model-model pembelajaran yang efektif pula.

Berhubungan dengan pendidikan, Allah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 151 yang berbunyi :

        

        

“Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”.(Q.S. al-Baqarah : 151) 4

2 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2008), Cet. 7, hlm.

79.

3 Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 11.

4 Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : PT.Intermasa, 1985),hlm.38.

(14)

Dari ayat diatas jelas sekali bahwa dalam proses belajar mengajar membutuhkan adanya pendidik dan peserta didik. Dua komponen tersebut merupakan komponen pokok dalam proses belajar mengajar. Sebagai pendidik harus mempunyai kompetensi-kompetensi tertentu, oleh karena pekerjaan sebagai pendidik memiliki tanggungjawab teramat besar.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah model.

Sebenarnya, apakah arti model itu. Secara sederhana, model dapat diartikan sebagai pola (contoh, acuan, dan ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.5 Dalam dunia pendidikan kita mengenal adanya model pembelajaran.

Hal penting yang perlu kita ketahui dalam model pembelajaran adalah bahwa setiap model pembelajaran yang digunakan harus berhubungan dengan tujuan belajar yang ingin dicapai. Tujuan untuk mendidik peserta didik agar mampu memecahkan berbagai macam problematika dalam belajar membutuhkan model yang sesuai. Pembelajaran mempunyai dua karakteristik yaitu :

Pertama, dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental peserta didik secara maksimal, bukan hanya menuntut peserta didik sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas peserta didik dalam proses berfikir.

Kedua, dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses dan tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir peserta didik, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.

Proses belajar mengajar yang dilakukan dengan kegembiraan akan menjadikan lebih semangat dan tidak mudah lelah, baik pada pihak guru maupun peserta didik. Selain itu pengajaran yang dilakukan dengan kegembiraan dapat membantu menjaga pemutusan perhatian. Oleh karena itu, untuk mendorong dan mendukung keberhasilan guru dalam proses belajar dan mengajar, guru seharusnya mengerti akan fungsi dan tujuan, langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Jika model dalam

5 Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php, hlm. 1, tanggal 13 Maret 2010.

(15)

pembelajaran tidak dikuasai maka penyampaian materi ajar menjadi tidak maksimal. model yang digunakan dapat memudahkan peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan yang diberikan oleh guru. Selain itu guru harus mampu memilah dan memilih model-model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik.

Timbulnya bermacam-macam metode dalam pembelajaran adalah wajar dan merupakan akibat logis belaka dari berbeda-bedanya asumsi atau teori yang mejadi titik tolaknya. Pada kenyataanya semua metode itu baik terbukti hingga saat ini tidak ada metode yang mati atau ditinggalkan sama sekali, dan tidak ada pula metode yang paling dominan. Ada berbagai contoh metode pembelajaran, diantaranya model Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning) yaitu model pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.. Dalam sistem pembelajaran, misalnya pembelajaran Aqidah akhlaq membutuhkan model yang sesuai dan efektif sehingga peserta didik dapat menyerap teori dan mengaplikasikannya dalam bentuk praktik.

Proses Pembelajaran Fiqih yang dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kalibuntu Wetan Kabupaten Kendal, selama ini masih bersifat konvensional akibatnya :

a. Keaktifan keterlibatan peserta didik dalam proses pembelajaran kurang maksimal.

b. Nilai sebagian besar peserta didik pada kompetensi dasar menjelaskan binatang yang halal dan haram dagingnya tidak tuntas.

Penyebab masalahnya sangat jelas yaitu :

a. Tidak semua peserta didik memiliki minat belajar yang tinggi di mata pelajaran Fiqih.

b. Guru belum memperoleh cara mengajar yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran Fiqih.

Dengan demikian diantara Guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kalibuntu Wetan Kabupaten Kendal perlu berkolaborasi agar proses pembelajaran semakin efektif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Berdasarkan diskusi antara

(16)

Peneliti (Guru fiqih kelas V) dengan guru Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kalibuntu Wetan Kabupaten Kendal yang lain maka dihasilkan kesepakatan (kolaboratif), untuk menerapkan model pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Fiqih.

Khususnya pada kompetensi dasar ”menjelaskan binatang yang halal dan haram dagingnya”6. Dengan diterapkannya model pembelajaran ini maka diharapkan aktifitas dan hasil belajar peserta didik dapat ditingkatkan.

Berdasarkan kerangka diatas, penulis akan mencoba untuk mengadakan penelitian yang berjudul “ Peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan model pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Fiqih peserta didik kelas V MIN Kalibuntu Wetan Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011”.

E. Penegasan Istilah

Pembatasan masalah pada konteks ini dimaksudkan untuk mencari kesamaan visi dan persepsi serta untuk menghindari kesalah pahaman, oleh sebab itu diperlukan beberapa penjelasan tentang istilah dan pembatasan-pembatasan penting yang ada dalam skripsi yang berjudul “Peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan model pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Fiqih peserta didik kelas V MIN Kalibuntu Wetan Kabupaten Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011”. Adapun penjelasan tentang istilah dan pembatasan-pembatasan penting tersebut antara lain :

1. Peningkatan berasal dari kata dasar “ tingkat” yang artinya susunan yang berlapis-lapis atau berlenggek-lenggek seperti lenggek rumah, tumpuan pada tangga (jenjang)” sedangkan Peningkatan berarti proses, cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan, dsb). 7

2. Prestasi adalah hasil yang telah dicapai, prestasi akademis adalah hasil pelajaran yang diperoleh dari kegiatan belajar di sekolah atau perguruan tinggi yang bersifat kognitif dan biasanya ditentukan melalui pengukuran dan penilaian, sedangkan prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau

6 Dokumen Kurikulum KTSP Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kalibuntu Wetan Kabupaten Kendal tahun 2008.

7 Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://www.sms-anda.com/indonesia/kamus/indonesia-gratis- lengkap.php?hasil=sukses_id_8#hasil, hlm. 1, tanggal 13 Maret 2010.

(17)

keterampilan yg dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.8

3. Model dapat diartikan sebagai “pola (contoh, acuan, dan ragam ) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan”.9

4. Pembelajaran berasal dari kata belajar yang artinya “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Sedangkan pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”.10 Dengan demikian model pembelajaran merupakan pola atau acuan yang digunakan sebagai proses bagi orang atau makhluk hidup untuk memperoleh kepandaian atau ilmu.

5. Model Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning)

“merupakan model pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran”.11

6. Fiqih adalah “ilmu tentang hukum Islam”.12 Mata pelajaran fiqih di Madarsah Ibtidaiyah merupakan mata pelajaran yang ruang lingkupnya adalah fiqih ibadah dan muamalah.

Jadi, maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran partisipatif dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik kelas V pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kalibuntu Wetan Kabupaten Kendal.

F. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal tersebut maka timbul permasalahan yang dapat diangkat dalam penelitian ini yaitu apakah model pembelajaran partisipatif dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik kelas V pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kalibuntu Wetan Kabupaten Kendal ?.

8 Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit.

9 Ibid.

10 Ibid.

11 Akhmad Sudrajat, Model Pembelajaran, http://www.scribd.com/doc/17623470/Model- Pembelajaran-., hlm. 1, tanggal 13 Maret 2010.

12 Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit.

(18)

G. Tujuan Penelitian

Berpijak dari permasalahan tersebut di atas, maka tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran partisipatif dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik kelas V pada mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Kalibuntu Wetan Kabupaten Kendal.

H. Hipotesis Tindakan

Dalam penelitian ini, penulis mengajukan hipotesis “Penggunaan model pembelajaran partisipatif dapat meningkatkan prestasi belajar mata pelajaran Fiqih peserta didik kelas V MIN Kalibuntu Wetan Kendal”.

I. Manfaat Penelitian

Secara teoritis dan praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Memperbaiki proses belajar mengajar pada mata pelajaran Fiqih.

2. Meningkatkan prestasi belajar peserta didik khususnya pada kompetensi dasar ”Menjelaskan binatang yang halal dan haram dagingnya”.

3. Mengembangkan kualitas guru dalam mengajarkan Fiqih.

4. Memberikan alternatif kegiatan pembelajaran Fiqih.

5. Menciptakan rasa senang dalam belajar Fiqih selama pelajaran berlangsung dengan adanya penerapan model pembelajaran partisipatif.

J. Kajian Pustaka

Banyak penelitian yang telah lalu yang relevan dengan masalah yang penulis angkat, diantaranya adalah :

1. Penelitian karya Arifatul Khikmah (NIM. 3104326) yang berjudul

”Manajemen pembelajaran untuk peningkatan prestasi PAI di MIN Kalibuntu Wetan Kendal”. Penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana kondisi obyektif prestasi belajar siswa mata pelajaran PAI semester I di MIN Kalibuntu Wetan Kendal tahun

(19)

2009/2010. (2) Bagaimana implementasi manajemen pembelajaran dalam peningkatan prestasi belajar siswa mata pelajaran PAI di MIN Kalibuntu Wetan Kendal.13

2. Penelitian karya Robingah yang berjudul ”Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Peserta Didik dalam Pembelajaran Fiqih melalui pendekatan CTL (Studi tindakan di kelas III Semester II MI Al-Hidayah Purwasaba Mandiraja Banjarnegara Tahun Pelajaran 2008/2009)” 14 Penelitian ini bertujuan untuk menemukan format skenario pembelajaran Fiqih dengan pendekatan CTL dan untuk mengetahui sejauhmana pengaruh model pembelajaran CTL dalam meningkatkan keaktifan belajar peserta didik. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan beberapa siklus dengan masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keaktifan peserta didik pada proses pembelajaran Fiqih mengalami peningkatan yaitu siklus I 30,83 % dan siklus II 88,72 %.

3. Penelitian karya Nur Aini, Nenden Sundari dan Nunu Uchiyah yang berjudul “Penerapan pakem dalam meningkatkan hasil belajar Mtematika di sekolah Dasar Muhamadiyah.” 15 Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan menerapkan pendekatan PAKEM dalam pelajaran matematika terhadap siswa kelas IV SD Muhammadiyah.

Instrumen pengumpul data berupa pedoman observasi dan test hasil belajar. Penelitian menemukan bahwa: Dari Siklus I ke Siklus II terdapat peningkatan aktivitas dan hasil belajar matematika siswa dari rata-rata 88, 27 (Siklus I) menjadi rata-rata 97, 59 (Siklus II). Temuan

13 Arifatul Khikmah “Manajemen pembelajaran untuk peningkatan prestasi PAI di MIN Kalibuntu Wetan Kendal” Dokumen Skripsi MIN Kalibuntu Wetan Kendal 2010.

14 Robingah, “Upaya meningkatkan keaktifan belajar peserta didik dalam pembelajaran Fiqih melalui pendekatan CTL (Studi tindakan di kelas III semester II MI Al-Hidayah Purwasaba Mandiraja Banjarnegara tahun Pelajaran 2008/2009)” Perpustakaan Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

15 Nur Aini, dkk, “Penerapan pakem dalam meningkatkan hasil belajar Mtematika di sekolah Dasar Muhamadiyah”, http://lp.upi.edu/index.php?lemlit=detil&id=98, hlm.1, tanggal 15 Maret 2010.

(20)

mendukung rasional bahwa pembelajaran yang menyenangkan (PAKEM) memberikan stimulasi pada kemampuan belajarnya.

4. Penelitian karya Sulimah yang berjudul ”Penggunaan Media Audio Visual dalam pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar Baca Tulis Al-Qur‟an pada siswa kelas III MI Muhammadiyah Parewono Mungkid Magelang tahun 2009” 16 Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar Baca Tulis Al-Qur‟an siswa kelas III dengan mengambil pokok bahasan bacaan al-Qomariyah dan al- Samsiyah yang terdiri dari dua siklus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perhatian, minat, keaktifan siswa dalam pembelajaran mengalami peningkatan rata-rata 60,00 point pada siklus I sedangkan pada siklus II 60,92 point, hal ini menunjukkan terjadinya peningkatan yang signifikan.

5. Penelitian karya Eko Srihartanto yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) (Studi Kasus pada Sekolah Dasar Negeri I Wonogiri).”17 Penelitian ini bertujuan untuk memotret Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) di SDN I Wonogiri. Hasil yang dicapai pada Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) di SD Negeri I Wonogiri yaitu bahwa proses pembelajaran yang menggunakan PAKEM ternyata dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, sehingga prestasi siswa selalu meningkat baik ujian, pencapaian kejuaraan baik akademik maupun non akademik.

Diantara karya di atas peneliti menemukan satu penelitian yang obyeknya sama yaitu penelitian karya Arifatul Khikmah (NIM.

3104326) yang berjudul ”Manajemen pembelajaran untuk peningkatan

16 Sulimah, “Penggunaan Media Audio Visual dalam pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar Baca Tulis Al-Qur’an pada siswa kelas III MI Muhammadiyah Parewono Mungkid Magelang tahun 2009”, Perpustakaan Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

17 Eko Srihartanto, “Implementasi Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) (Studi Kasus pada Sekolah Dasar Negeri I Wonogiri).”, http://pasca.uns.ac.id/?p=60, hlm. 1, tanggal 9 Maret 2010.

(21)

prestasi PAI di MIN Kalibuntu Wetan Kendal”. Penelitian tersebut termasuk jenis penelitian kualitatif. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berbeda yaitu jenis penelitian tindakan kelas (PTK).

Beberapa penelitian tindakan kelas di atas tidak ditemukan pembahasan secara khusus yang mengangkat tentang model pembelajaran partisipatif sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul ”Peningkatan prestasi belajar dengan menggunakan model pembelajaran partisipatif pada mata pelajaran Fiqih peserta didik kelas V MIN Kalibuntu Wetan Kabupaten

Kendal Tahun Pelajaran 2010/2011”.

(22)

B. Hakekat Pembelajaran Fiqih.

6. Pengertian Belajar.

Belajar mempunyai arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”.18 Selain itu banyak terdapat perbedaan-perbedaan dalam menjelaskan definsi belajar yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh pendidikan, diantaranya :

a. Menurut Thorndike sebagaimana dikutip oleh Ahmad Tafsir,

“belajar sebagai suatu usaha memecahkan problem. Dari eksperimen yang dilakukanya ia menemukan tiga buah hukum dalam belajar, yaitu law of effect, law of exercise, dan law of readiness”. 19

b. Menurut Skinner sebagaimana dikutip oleh Muhibbin Syah, ”belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif”. 20

c. Cronbach sebagaimana dikutip oleh Sumadi Suryabrata, bahwa

“Learning is shown by a change in behavior as a result of experience”

belajar yang sebaik-baiknya adalah dengan mengalami, dan dalam mengalami itu si pelajar mempergunakan panca inderanya.21

d. Menurut Riberu sebagaimana dikutip oleh Afi, ”belajar merupakan proses dan dalam proses ini orang berkenalan dengan salah satu pola

18 Kamus Besar Bahasa Indonesia, http://www.sms-anda.com/indonesia/kamus/indonesia- gratis-lengkap.php?hasil=sukses_id_8#hasil, hlm. 1, tanggal 15 Maret 2010.

19 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), Cet. 10, hlm. 29

20 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), Cet. 7, hlm. 90.

21 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1993), Cet.

6, hlm. 247

(23)

laku atau memperbaiki salah satu pola laku yang telah dikuasainya”.22

Mengenai belajar dalam konsep Islam telah disebutkan dalam Al-Qur‟an surat Al –Alaq 1-5

     

    

 

 

   

     

Bacalah dengan ( menyebut ) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darahn Bacalah dan Tuhanmulah yang paling pemurah. Yang mengajar ( manusia ) dengan perantara. Kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. ( Q.S. Al- Alaq : 1-5 ) 23

Ayat ini memerintahkan kepada Rasulullah yang ummi (buta huruf) untuk membaca. Dalam ayat ini dapat diambil pengertian bahwa belajar merupakan hal yang prinsipil dalam kehidupan manusia, sebab membaca merupakan sarana belajar yang paling efektif dan evisien.

Sesuai dengan perintah Allah SWT, kerjakan apa yang kamu perintahkan, yaitu membaca. Perintah ini diulang-ulang, sebab membaca tidak akan dapat meresap kedalam jiwa, melainkan setelah berulang-ulang dan dibiasakan. Berulang-ulang perintah Illahi berpengertian sama dengan berulang-ulangnya membaca.

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat tetapi mengalami dan hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan atau tingkah laku.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu upaya untuk memperbaiki, mengembangkan, bahkan meningkatkan kemampuan afektif, psikomotorik, dan kinestetik

22 Afi, “Definisi Belajar”, http://untukmusahabatku.blogspot.com/2009/02/definisi- belajar.html, hlm. 1, tanggal 15 Maret 2010.

23 Depag RI, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Jakarta : PT.Intermasa, 1985), hlm.301-302.

(24)

peserta didik. Dengan belajar peserta didik dapat mengetahui hal-hal yang baru dan dapat meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya, mengubah dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang salah menjadi benar, dan dari kurang baik menjadi baik.

Sedangkan pembelajaran berarti ”proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”.24 Dengan demikian pembelajaran merupakan proses bagi orang atau makhluk hidup untuk memperoleh kepandaian atau ilmu sebagai upaya untuk memperbaiki, mengembangkan, bahkan meningkatkan kemampuan afektif, psikomotorik, dan kinestetiknya serta proses menuju kedewasaan.

7. Pembelajaran Fiqih.

a. Definisi Fiqih.

“Kata al-Fiqh menurut bahasa berarti pemahaman”.25 Sedangkan secara umum Fiqh merupakan pengetahuan yang mencakup hukum yang berhubungan dengan akidah seperti kewajiban beriman, ilmu akhlak, dan hukum-hukum yang berhubungan dengan amal perbuatan manusia, seperti hukum ibadah dan mu‟amalah.

Ada beberapa pendapat pakar mengenai pengertian fiqh, diantaranya :

1. Abu Hanifah memberikan pengertian Fiqh sebagai berikut.

اَهْ يَلَعاَمَو اَهَلاَم ِسْفَّ نلا ُةَفِرْعَم

“Pengetahuan diri seseorang tentang apa yang menjadi haknya, dan apa yang menjadi kewajibanya.” 26

2. Ubaidillah bin Mas'ud menyebutkan: "Istilah fiqh menurut generasi pertama identik atas ilmu akhirat dan pengetahuan

24 Kamus Besar Bahasa Indonesia, op.cit. hlm. 1

25 Satria Effendi, Ushul Fiqh, (Jakarta : Kencana, 2005), Cet. 1, hlm. 2.

26 Ibid, hlm. 3.

(25)

tentang seluk beluk kejiwaan, sikap cenderung kepada akhirat dan meremehkan dunia”.27

Defenisi Fiqh yang dikemukakan oleh dua orang pakar di atas, isi dan redaksinya saling berbeda tetapi maksud dan tujuannya sama. Oleh karena itu, penulis menarik kesimpulan bahwa Fiqh itu adalah ilmu pengetahuan yang mencakup tentang hak dan kewajiban manusia yang cenderung kepada akhirat yaitu hukum-hukum yang berhubungan dengan amal perbuatan manusia, seperti hukum ibadah dan mu‟amalah.

Fiqh Islam Mencakup Seluruh Perbuatan Manusia. Tidak ragu lagi bahwa kehidupan manusia meliputi segala aspek. Dan kebahagiaan yang ingin dicapai oleh manusia mengharuskannya untuk memperhatikan semua aspek tersebut dengan cara yang terprogram dan teratur. Manakala Fiqih Islam adalah ungkapan tentang hukum-hukum yang Allah SWT syari‟atkan kepada para hamba-Nya, demi mengayomi seluruh kemaslahatan mereka dan mencegah timbulnya kerusakan ditengah-tengah mereka, maka Fiqih Islam datang memperhatikan aspek tersebut dan mengatur seluruh kebutuhan manusia beserta hukum-hukumnya.

Kalau kita memperhatikan kitab-kitab Fiqih yang mengandung hukum-hukum syari‟at yang bersumber dari Kitab Allah, Sunnah Rasulnya, serta Ijma‟ (kesepakatan) dan Ijtihad para ulama kaum muslimin, niscaya kita dapati kitab-kitab tersebut terbagi menjadi tujuh bagian, yang kesemuanya membentuk satu undang-undang umum bagi kehidupan manusia baik bersifat pribadi maupun bermasyarakat. Yang perinciannya sebagai berikut:

1. Hukum-hukum yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah.

Seperti wudhu, shalat, puasa, haji dan yang lainnya. Dan ini disebut dengan Fiqih Ibadah.

27 Dudung, “Pengertian Fiqh”, http://forum.dudung.net/index.php?topic=399.0 , hlm. 1, tanggal 21 Juli 2010.

(26)

2. Hukum-hukum yang berkaitan dengan masalah kekeluargaan. Seperti pernikahan, talaq, nasab, persusuan, nafkah, warisan dan yang lainya. Dan ini disebut dengan Fikih Al Ahwal As sakhsiyah.

3. Hukum-hukum yang berkaitan dengan perbuatan manusia dan hubungan diantara mereka, seperti jual beli, jaminan, sewa menyewa, pengadilan dan yang lainnya. Dan ini disebut Fiqih Mu‟amalah.

4. Hukum-hukum yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban pemimpin (kepala negara). Seperti menegakan keadilan, memberantas kedzaliman dan menerapkan hukum-hukum syari‟at, serta yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban rakyat yang dipimpin. Seperti kewajiban taat dalam hal yang bukan ma‟siat, dan yang lainnya. Dan ini disebut dengan Fiqih Siasah Syar‟iah.

5. Hukum-hukum yang berkaitan dengan hukuman terhadap pelaku-pelaku kejahatan, serta penjagaan keamanan dan ketertiban. Seperti hukuman terhadap pembunuh, pencuri, pemabuk, dan yang lainnya. Dan ini disebut sebagai Fiqih Al

„Ukubat.

6. Hukum-hukum yang mengatur hubungan negeri Islam dengan negeri lainnya. Yang berkaitan dengan pembahasan tentang perang atau damai dan yang lainnya. Dan ini dinamakan dengan Fiqih As Siyar.

7. Hukum-hukum yang berkaitan dengan akhlak dan prilaku, yang baik maupun yang buruk. Dan ini disebut dengan adab

dan akhlak.

Demikianlah kita dapati bahwa fiqih Islam dengan hukum- hukumnya meliputi semua kebutuhan manusia dan memperhatikan seluruh aspek kehidupan pribadi dan masyarakat.28

Sedangkan Ruang lingkup mata pelajaran Fikih di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:

1) Fikih ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman tentang cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah haji.

2) Fikih muamalah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.29

28 Pengertian Fiqih, http://terusbelajar.wordpress.com/2008/05/19/pengertian-fiqh/

tanggal 21-07-2010. hlm. 1

29 Depag RI, Permenag Nomor 2 tahun 2008,Lampiran 3a Bab VI SK-KD PAI dan Bahasa Arab tk. MI, hlm. 2

(27)

b. Fungsi Pembelajaran Fiqih.

Mata pelajaran Fiqih merupakan satu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di Madrasah Ibtidaiyah yang menekankan pada kemampuan cara melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik. Secara subtansial mata pelajaran fiqih memiliki kontribusi dalam memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan Manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia, makhluk lainya ataupun lingkungannya.

Mata Pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah mengutamakan pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta Fiqih muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.

Dalam kurikulum di Madrasah Fiqih menyatu dengan kelompok mata pelajaran Agama. Oleh karena itu Fiqih termasuk mata pelajaran pokok atau inti, bukan mata pelajaran muatan lokal.

Aplikasi mata pelajaran Fiqih dalam kurikulum di Madrasah memiliki tujuan sebagai berikut:

1) Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.

2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah SWT, dengan diri manusia itu sendiri,

(28)

sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun hubungan dengan lingkungannya.30

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa mata pelajaran Fiqih di Madrasah berfungsi untuk :

1) Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah Swt. serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga;

2) Penanaman nilai-nilai dan kesadaran beribadah peserta didik kepada Allah Swt. sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat;

3) Pembangunan mental peserta didik terhadap lingkungan fisik dan sosial melalui Fiqih Islam; Perbaikan kesalahan-kesalahan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan dan pelaksanaan ibadah dalam kehidupan sehari-hari;

4) Pembentukan kedisiplinan dan rasa tanggung jawab sosial di madrasah dan masyarakat;

5) Penanaman kebiasaan melaksanakan hukum Islam di kalangan peserta didik dengan ikhlas dan perilaku yang sesuai dengan peraturan yang berlaku di Madrasah dan masyarakat;

6) Pembekalan bagi peserta didik untuk mendalami Fiqih/hukum Islam pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi

C. Model Pembelajaran Partisipatif 1. Pengertian Model Pembelajaran.

Model Pembelajaran berasal dari kata model dan pembelajaran.

Model berarti bentuk atau pola, sedangkan pembelajaran berarti cara untuk menjadikan orang belajar.

Untuk lebih memperkaya dan memperkuat pengertian dari model pembelajaran, maka berikut ini diuraikan beberapa pendapat dari tokoh-tokoh pendidikan mengenai pengertian dari model pembelajaran :

30 Ibid.

(29)

1. Menurut Udin Winataputra Model pembelajaran dapat diartikan sebagai ”kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu”.31

2. Model pembelajaran merupakan ”pedoman bagi perancang pengajaran dan para guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar mengajar”. 32

3. Menurut DeQueljoe dan A. Gazali dalam buku mereka Didaktik Umum, mereka menggunakan istilah ”jalan pelajaran sebagai padanan istilah model pengajaran”. 33

4. Model belajar adalah ”cara atau gaya belajar siswa dalam aktivitas pembelajaran, baik di kelas ataupun dalam kehidupannya sehari- hari antar sesama temannya atau orang yang lebih tua”. 34

Pendapat-pendapat para tokoh diatas telah memperjelas pengertian dari model pembelajaran, Sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan pola atau acuan yang digunakan sebagai proses bagi orang atau makhluk hidup untuk memperoleh kepandaian atau ilmu.

Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada strategi, metode, prosedur dan pendekatan. Dalam model pembelajaran mencakup strategi pembelajaran yang digunakan, metode yang digunakan, dan pendekatan pengajaran yang digunakan yang lebih luas dan meyeluruh. Dengan memahami model-model pembelajaran, diharapkan para guru (kita semua) dapat membelajarkan siswa secara efisien sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.

Kalau mau dihitung, banyak sekali model-model pembelajaran yang sudah sering dikembangakan, masing-masing model tentunya

31 Rachmad Widodo, Model Pembelajaran, http://www.infogue.com/viewstory/pengertian dan_macam_model_pembelajaran/?url, hlm. 1, tanggal 21 Juli 2010.

32 Ibid.

33 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. 10, hlm. 38.

34 Ibid.

(30)

berbeda sesuai dengan karakteristik mata pelajaran dan tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran. Oleh karena itu dalam penelitian ini Penulis mengambil salah satu dari model-model pembelajaran sebagai objek penelitian, yaitu Model Pembelajaran Partisipatif.

2. Pengertian Model Pembelajaran Partisipatif.

Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning)

”merupakan model pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran”.35

Pembelajaran partisipatif pada intinya dapat diartikan sebagai upaya atau cara pendidik untuk mengikut sertakan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran yang meliputi tiga tahap, yaitu tahap perencanaan program, pelaksanaan program dan penilaian program.

Ketiga tahapan-tahapan tersebut dapat diuraikan penjelasannya sebagai berikut :

a. Tahap perencanaan (Program Planning) adalah keterlibatan peserta didik dalam kegiatan mengidentifikasi kebutuhan belajar, permasalahan, sumber-sumber atau potensi yang tersedia dan kemungkinan hambatan dalam pembelajaran.

b. Tahap pelaksanaan program (Program Implementation) adalah keterlibatan peserta didik dalam menciptakan iklim yang kondusif untuk belajar. Dimana salah satu iklim yang kondusif untuk kegiatan belajar adalah pembinaan hubungan antara peserta didik, dan antara peserta didik dengan pendidik sehingga tercipta hubungan kemanusiaan yang terbuka, akrab, terarah, saling menghargai, saling membantu dan saling belajar.

c. Tahap penilaian program (Program Evaluation) adalah keterlibatan peserta didik dalam penilaian pelaksanaan pembelajaran maupun untuk penilaian program pembelajaran. Penilaian pelaksanaan

35 Akhmad Sudrajat, Model Pembelajaran, http://www.scribd.com/doc/17623470/Model- Pembelajaran-., hlm. 1, tanggal 13 Maret 2010.

(31)

pembelajaran mencakup penilaian terhadap proses, hasil dan dampak pembelajaran.

Dalam dunia pendidikan banyak dijumpai berbagai model pembelajaran yang masing-masing berciri khas berbeda-beda, untuk mengidentifikasi bahwa suatu pembelajaran dikatakan menggunakan model pembelajaran partisipatif dapat diketahui melalui tingkat keikutsertaan peserta didik dalam pembelajaran dan kerjasama sosial antar peserta didik dan pendidik. Disamping itu terdapat indikator- indikator yang menunjukkan ciri-ciri model pembelajaran partisipatif seperti yang dikemukakan oleh E.Mulyasa dengan meminjam pemikiran Knowles, Dia menyebutkan indikator pembelajaran partsipatif, yaitu : (1) Adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik;

(2) Adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan;

(3) Dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik. 36

Selain indikator-indikator di atas terdapat juga ciri-ciri khusus dari model pembelajaran partisipatif yang dapat dilihat dari kegiatan pembelajarannya yang meliputi:

a) Sumber belajar menempatkan diri pada posisi yang tidak serba mengetahui terhadap semua bahan belajar. Memandang warga belajar sebagai sumber yang mempunyai nilai dan manfaat dalam kegiatan belajar.

b) Sumber belajar memainkan peranan membantu warga belajar dalam melakukan kegiatan belajar. Kegiatan belajar ini didasarkan atas kebutuhan belajar warga belajar.

c) Sumber belajar memotovasi warga belajar agar berpartisipasi dalam perencanaan, pelaksanaan, dan dalam mengevaluasi program pembelajaran yang dijalaninya.

d) Sumber belajar bersama warga belajar melakukan kegiatan saling membelajarkan dalam bentuk bertukar fikiran mengenai isi,proses, dan hasil belajar serta pengembangannya.

e) Sumber belajar berperan membantu warga belajar dalam menciptakan situasi pembelajaran yang kondusif, sehingga warga

36 Ibid.

(32)

belajar dapat melibatkan diri secara aktif dan bertanggungjawab dalam proses kegiatan pembelajaran.

f) Sumber belajar mengembangkan kegiatan belajar kelompok.

g) Sumber belajar mendorong warga belajar untuk meningkatkan semangat berprestasi, semangat berkompetisi menghadapi tantangan yang berorientasi pada perbaikan kehidupan yang lebih baik.

h) Sumber belajar mendorong dan membantu warga belajar untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah di dalam dan terhadap kehidupan yang dihadapinya sehari-hari.

i) Sumber belajar dan warga belajar secara bersama-sama mengembangkan kemampuan antisipasi dan partisipasi.

j) Pembelajaran mencapai otonomi dan integrasi dalam kegiatan individual dan kehidupan sosialnya. 37

Untuk lebih memperjelas pengertian model pembelajaran partisipatif perlu juga diketahui prinsip-prinsip landasan pelaksanaanya, seperti dikemukakan oleh Sudjana, bahwa pembelajaran partisipatif biasanya dilandaskan pada prinsif-prinsif :

1) Berdasarkan Kebutuhan Belajar (Learning Needs Based).

Kebutuhan belajar adalah setiap keinginan atau kehendak yang dirasakan dan dinyatakan oleh seseorang, masyarakat, atau organisasi untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan/atau sikap tertentu melalui kegiatan pembelajaran. Kebutuhan ini bersumber dari peserta didik atau calon peserta didik.

2) Berorientasi pada Tujuan Kegiatan Pembelajaran (Learning Goals and Objectives Oriented). Tujuan pembelajaran disusun dan dirumuskan berdasarkan kebutuhan belajar peserta didik dengan mempertimbangkan latar belakang pengalaman peserta didik, potensi yang dimiliki, sumber-sumber yang tersedia di lingkungan, serta hambatan yang mungkin ada.

3) Berpusat pada Peserta didik (Participant Centered). Kegiatan pembelajaran yang dilakukan didasarkan atas dan disesuaikan dengan latar belakang kehidupan peserta didik. Selain itu, peserta didik dilibatkan dalam merumuskan tujuan, mengoperasionalkan program, dan mengevaluasi hasil kegiatan.

4) Berangkat dari Pengalaman Belajar (Experiential Learning). Prinsip ini memberi arah bahwa kegiatan pembelajaran partisipatif disusun dan dilaksanakan dengan berangkat dari hal-hal yang telah

37 Nur Afifudin, Pembelajaran Partisipatif, http://begawanafif.blogspot.com/2009/02/

pembelajaran-partisipatif.html, hlm.1. tanggal 13 Maret 2010.

(33)

dikuasai oleh peserta didik atau dari pengalaman yang telah dimiliki peserta didik. 38

3. Teori-teori dan Teknik Pembelajaran Partisipatif.

Dalam pelaksanaannya pembelajaran partisipatif dilandasi oleh berbagai teori-teori. Di antara sejumlah kajian teori pembelajaran tersebut, ada dua teori yang seringkali dijadikan landasan dalam penyelenggaraan pembelajaran partisipatif. Kedua teori tersebut adalah :

a. Teori Asosiasi, Menurut teori Asosiasi, kegiatan pembelajaran akan efektif apabila interaksi antara pendidik dengan peserta didik dilakukan melalui stimulus dan respons (S-R). Kegiatan pembelajaran adalah proses menghubungkan stimulus (S) dengan respons (R). Berdasarkan teori ini, pembelajaran makin efektif apabila peserta didik makin giat belajar dan makin tinggi kemampuannya dalam menghubungkan stimulus dan respons.

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam teori ini adalah: kesiapan (readiness) berkaitan dengan motivasi peserta didik, latihan (exercise) yaitu kegiatan berulang peserta didik dalam menghubungkan stimulus-respons, dan pengaruh (effect) yang berhubungan dengan hasil kegiatan dan manfaat yang dirasakan langsung oleh peserta didik dalam dunia kehidupannya. Prinsip

„pengaruh‟ berkaitan pula dengan penciptaan suasana, penghargaan, celaan, hukuman, dan ganjaran. Jika kita telaah lebih lanjut, di samping hal-hal positif dari teori Asosiasi, kita menemukan adanya hal-hal yang negatif dari teori ini. Di antaranya, teori ini mengenyampingkan peranan minat, kreativitas, dan apirasi peserta didik. Selain itu teori ini juga lebih menekankan peluang belajar individual, dominasi kemampuan pendidik atau sumber belajar lainnya dalam menciptakan stimulus.

b. Teori Medan (Field theory) dikembangkan oleh Kurt Lewin. Teori ini mengutamakan pentingnya pengalaman peserta didik, berorientasi pada pemecahan masalah, serta berperannya motivasi. Aktivitas peserta didik dalam pembelajaran dilakukan dalam suatu konteks „wilayah kehidupan‟ atau ruang hayat (life space) peserta didik. Wilayah kehidupan merupakan lingkungan fisik dan psikis yang berhubungan dengan peranan peserta didik dalam pembelajaran. Life space juga berkaitan dengan tujuan, kebutuhan, dan kesadaran individu (peserta didik). 39

38 Edi Hendri Mulyana, Pembelajaran Partisipatif, http://priangan-online.com/?p=899, hlm. 1. tanggal 13 Maret 2010.

39 Ibid, hlm. 2.

(34)

Dalam pandangan teori Medan, peserta didik merupakan subjek yang memiliki kemampuan berpikir aktif dan kreatif, dapat mengidentifikasi masalah, menganalisis dan mencari alternatif pemecahan masalah, serta mampu melakukan kegiatan pemecahan masalah. Dengan demikian, menurut teori Medan, kegiatan pembelajaran akan efektif apabila peserta didik merasa butuh untuk belajar, menyadari bahwa belajar itu penting bagi perubahan dirinya, serta ikut ambil peran dalam merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran partisipatif ialah peserta didik tidak melakukan pembelajaran individual tetapi belajar kelompok.

Pembelajaran partisipatif merupakan fenomena yang sedang tumbuh dalam pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Setiap jenis pembelajaran menggunakan metode dan teknik yang disesuaikan dengan faktor-faktor yang ada disekelilingnya.

“Agar pembelajaran partisipatif berjalan efisien dan efektif mencapai sasarannya, maka diperlukan metode dan teknik-teknik pembelajaran partisipatif”. 40

Di era pendidikan sekarang banyak sekali teknik pembelajaran yang dapat dipakai dalam pembelajaran partisipatif. Masing-masing teknik mempunyai kekuatan dan kelemahan. Selain itu, masing-masing teknik mungkin lebih cocok dilakukan pada tahap tertentu, tetapi beberapa teknik dapat dipakai pada beberapa tahap pembelajaran yang berbeda. Berikut ini diberikan gambaran umum tentang beberapa teknik pembelajaran partisipatif:

1. Teknik belajar melalui tukar delegasi antar kelompok (Jigsaw Learning)

40 Endang Komara, Model Bermain Peran, http://begawanafif.blogspot.com/2009/02/

model-bermain-peran.html, hlm.1, tanggal 5 September 2010.

(35)

Teknik ini merupakan proses kegiatan yang memberikan pelatihan kepada peserta didik untuk terbiasa melakukan diskusi dan bertanggung jawab secara individu untuk membantu memberi pemahaman tentang materi pokok kepada teman-teman diskusinya.

Langkah-langkah pelaksanaan teknik ini adalah sebagai berikut:

a. Pilih materi pembelajaran yang dapat dibagi menjadi beberapa segmen (bagian).

b. Bagilah peserta menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah segmen yang ada, jika jumlah peserta 25 sedang segmen yang ada 5 maka masing-masing kelompok terdiri dari 5 orang.

c. Setiap kelompok mendapat tugas membaca, memahami, dan mendiskusikan serta membuat ringkasan materi pembelajaran yang berbeda.

d. Setiap kelompok mengirimkan anggotanya ke kelompok lain untuk menyampaikan apa yang telah mereka pelajari di kelompoknya.

e. Kembalikan suasana kelas seperti semula kemudian tanyakan seandainya ada persoalan-persoalan yang tidak terpecahkan dalam kelompok.

f. Berilah peserta didik pertanyaan untuk mengecek pemahaman mereka terhadap materi yang dipelajari.

g. Guru melakukan kesimpulan, klarifikasi, dan tindak lanjut.41 2. Teknik Turnamen Belajar (Learning Tournament)

Teknik ini dikembangkan oleh Robert Slavin dan kawannya, teknik ini dapat digunakan untuk mengembangkan pelajaran atas macam-macam fakta, konsep, dan keahlian yang luas. Langkah- langkah pelaksanaan teknik ini adalah sebagai berikut:

a. Bagilah peserta didik dalam tim yang terdiri atas 2-8 anggota.

Masing-masing tim harus memiliki jumlah yang sama.

b. Berilah materi untuk dibahas bersama.

c. Kembangkan beberapa pertanyaan untuk menguji pemahaman dan/ mengingat materi pelajaran. Gunakan bentuk yang menggunakan skor mudah, seperti pilihan ganda atau isian.

41 Ismail SM, Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, (Semarang: Rasail Media Group, 2008), Cet. 1, hlm. 82.

(36)

d. Berikan serangkaian pertanyaan kepada peserta didik, sebagai “babak pertama” untuk turnamen belajar. Setiap peserta didik harus menjawab pertanyaan secara pribadi.

e. Setelah pertanyaan-pertanyaan diberikan, sediakan jawaban dan mintalah peserta didik menghitung pertanyaan yang mereka jawab secara benar. Kemudian suruhlah mereka menyatakan skor mereka kepada anggota lain dalam tim tersebut untuk mendapat skor tim. Umumkan skor masing- masing tim.

f. Mintalah tim mempelajari lagi turnamen pada babak kedua.

Kemudian mintalah tes pertanyaan yang lebih banyak sebagai bagian “babak kedua”. Mintalah sekali lagi tim menyatakan skornya dan tambahan satu skor kepada gilirannya.

g. Anda dapat melakukan beberapa ronde seperti yang anda sukai. Akan tetapi, pastikan membolehkan tim memiliki sesi untuk belajar antara ronde.42

3. Teknik Delphi.

Teknik ini pada dasarnya merupakan proses kegiatan kelompok dengan menggunakan jawaban-jawaban tertulis dari para calon peserta didik atau para pakar terhadap pertanyaan- pertanyaan tertulis yang diajukan kepada mereka. Kegiatan ini bertujuan untuk melibatkan para calon peserta didik atau para pakar dalam membuat keputusan bersama sehingga keputusan- keputusan itu lebih berbobot dan menjadi milik bersama. Langkah- langkah pelaksanaan teknik ini adalah sebagai berikut:

a. Pelatih atau perencana program menyusun daftar pertanyaan yang berkaitan dengan kemampuan, kebutuhan belajar, tujuan belajar, masalah dan hambatan.

b. Pelatih atau perencana program menghubungi para calon peserta didik atau para pakar yang akan terlibat dalam pelatihan

c. Pelatih atau perencana program mengirimkan daftar pertanyaan, dan meminta peserta untuk mengisi dan mengembalikan daftar pertanyaan tersebut kepada pelatih.

d. Pelatih atau perencana program menganalisa jawaban- jawaban yang diberikan, dan merumuskan kesimpulan.

42 Mel Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta:

Pustaka Insan Madani, 1996), hlm. 159.

(37)

e. Berdasarkan hasil analisa di atas, pelatih atau perencana program membuat lagi pertanyaan-pertanyaan yang lebih khusus dan terperinci.

f. Pelatih atau perencana program melakukan langkah (c) dan (d).

g. Pelatih atau perencana program merumuskan dan menetapkan keputusan berdasarkan informasi tersebut. 43

4. Teknik Diad.

Teknik ini merupakan teknik belajar partisipatif yang melibatkan dua orang yang berkomunikasi secara lisan maupun tulisan. Teknik diad sangat cocok dilakukan pada tahap pembinaan keakraban, khususnya kalau peserta belum saling mengenal. Teknik ini digunakan agar peserta lebih mengenal satu sama lain dan lebih akrab, sehingga akan mengurangi atau meniadakan hambatan komunikasi di antara para peserta. teknik ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Mula-mula pelatih meminta peserta untuk mencari seorang pasangan dari antara peserta yang lain.

b. Kemudian pelatih memberikan pokok-pokok yang harus ditanyakan secara bergantian oleh masing-masing pasangan, misalnya: nama, umur, pendidikan, pekerjaan, minat, kegemaran, latar belakang keluarga, alasan mengikuti pelatihan, dll. Hasil wawancara disusun secara tertulis berdasarkan urutan pertanyaannya.

c. Apabila pasangan diad sudah selesai saling mewawancarai, masing-masing peserta diminta memperkenalkan pasangannya kepada seluruh kelompok. Cara memperkenalkannya dapat diselingi dengan guyonan, nyanyian, deklamasi, dan sebagainya.

d. Pelatih dapat memberikan komentar singkat setelah setiap pasangan melaporkan hasil wawancaranya. Sebaiknya komentar yang diberikan merupakan humor, tetapi jangan sampai menyakiti hati orang yang dikomentari. 44

5. Teknik Kelompok Kecil.

43 Tliindonesia, Tekhnik Pembelajaran Partisipatif, http://tliindonesia.wordpress.com/2009 /02/03/beberapa-teknik-pembelajaran-partisipatif/, hlm. 1.

tanggal 13 Maret 2010.

44 Ibid. Hlm. 2.

Gambar

Tabel 1. Struktur Kurikulum MI  Keterangan:
Gambar Spiral Tindakan kelas.  58
Tabel 5. Tabel Data guru dan karyawan MIN Kalibuntu Wetan  B.  Penggunaan  model  pembelajaran  partisipatif  pada  mata  pelajaran  Fiqih  peserta
Tabel 6. Tabel Nilai hasil belajar tahap pra siklus
+5

Referensi

Dokumen terkait

Efisiensi yang diterapkan pada perancangan ini adalah penataan ruang dalam kawasan pusat kota dengan ruang terbuka yang dapat difungsikan sebagai tempat parkir (parkir

Variabel keberadaan TPI dibagi lagi menjadi 9 variabel yaitu : Keberadaan fasilittas TPI, fungsi fasilitas TPI, standar pelayanan yang diberikan petugas TPI dalam menjaga

Penelitian ini mengukur jumlah gas rumah kaca dari perkebunan kakao dan menguraikan stok (cadangan) karbon dari perkebunan, yaitu jumlah karbon yang tersimpan dalam tanah,

• Hal inilah yang menyebabkan kebutuhan arus proteksi ICCP spesimen dengan kondisi cacat coating yang sama pada penelitian meningkat seiring dengan naiknya temperatur

Sehubungan dengan telah ditetapkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 107/PMK.06/2005 tanggal 9 November 2005 dan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor

Untuk mendapatkan rendemen arang dan cuka kayu yang tinggi maka sebaiknya menggunakan bahan baku dengan ukuran 5 cm dan lama pembakaran kurang dari 10 jam, untuk penghematan

1) Air Bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari harus sesuai dengan persyaratan dalam Peraturan Menteri Kesehatan, Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990

PERANCANGAN INTERIOR RUMAH SAKIT BERSALIN DENGAN METODE WATER BIRTH.. Oleh