• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR LKS BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN BAGI SISWA KELAS VIII SMP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN BAHAN AJAR LKS BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI GARIS SINGGUNG LINGKARAN BAGI SISWA KELAS VIII SMP"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

438

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR LKS BERBASIS KONTEKSTUAL PADA MATERI GARIS SINGGUNG

LINGKARAN BAGI SISWA KELAS VIII SMP

Widya Astuti1, Erlina Prihatnani

1,2 Pendidikan Matematika FKIP UKSW

202014096@student.uksw.edu1, erlina.prihatnani@gmail.com2

ABSTRAK

Matematika dekat dengan lingkungan di sekitar kita. Hal ini berarti setiap konsep matematika dapat diimplementasikan untuk memecahkan masalah sehari-hari. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan bahan ajar LKS berbasis kontekstual yang valid, praktis, dan efektif untuk pembelajaran.

LKS ini membahas tentang materi garis singgung lingkaran yang disertai dengan gambaran-gambaran nyata penggunaan prinsip garis singgung lingkaran dalam kehidupan sehari-hari. LKS ini merupakan media pembelajaran yang dapat digunakan secara mandiri oleh siswa. Penelitian pengembangan (Research and Development) ini menggunakan model pengembangan ADDIE yang terdiri dari langkah Analyze, Design, Development, Implementation, and Evaluation. Bahan ajar ini telah dinyatakan valid dari aspek materi dan aspek media pembelajaran dengan persentase berturut-turut 85% (sangat baik) dan 79% (baik). Media ini diujicobakan kepada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ambarawa dan mendapatkan indeks kepraktisan sebesar 87% termasuk kategori praktis. Uji McNeimar pada α = 0,05 menghasilkan signifikan mendekati nol yang kurang dari 0,05 dengan frekuensi siswa yang lulus KKM di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Berdasarkan ketiga hasil uji tersebut maka dapat disimpulkan bahwa LKS ini valid, praktis dan efektif digunakan dalam pembelajaran garis singgung lingkaran.

Kata kunci: garis singgung lingkaran, kontekstual, research and development

PENDAHULUAN

Seiring perkembangan zaman, berkembang pula paradigma pendidikan yang ada termasuk di Indonesia. Mulai kurikulum tahun 2006 paradigma pendidikan di Indonesia sudah beralih menjadi “Student- Centered Learning”. Berdasarkan pada paradigma ini, menuntut adanya peran optimal siswa sebagai subyek pembelajaran dan bukan obyek pembelajaran dengan peran guru dalam sebagai motivator dan fasilitator (Mahmudi dkk, 2015: 2). Sebagai fasilitator, salah satu tugas guru adalah memfasilitasi siswa dengan menyediakan atau memilih bahan ajar yang sesuai kebutuhan.

Bahan ajar adalah bahan atau materi pembelajaran yang disusun secara sistematis, yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran (Lestari, 2013: 1). Bahan ajar bersifat unik dan spesifik yang berarti bahan ajar dengan sengaja dirancang sedemikian rupa untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

Suatu bahan ajar yang baik sekurang- kurangnya mencakup petunjuk belajar, kompetensi yang akan dicapai, isi pembelajaran, informasi pendukung, latihan- latihan, petunjuk kerja, evaluasi, dan respon terhadap hasil evaluasi (Lestari, 2013: 3).

Permasalahannya sekarang adalah tidak

semua bahan ajar telah memenuhi syarat tersebut. Selain itu, keterbatasan waktu menjadikan tidak semua guru mampu menyusun bahan ajar yang baik dan sesuai kebutuhan siswa. Keterbatasan guru dalam meyusun bahan ajar membuat guru menggunakan bahan ajar yang sudah ada meskipun bahan ajar tersebut belum tentu sesuai dengan karakteristik siswanya.

Banyak bahan ajar yang telah dikembangkan untuk digunakan dalam pembelajaran matematika, salah satunya Lembar Kerja Siswa (LKS). Bahan ajar LKS merupakan bahan ajar yang dengan sengaja dirancang secara khusus supaya setiap siswa dapat menerima materi pembelajaran secara mandiri. Menurut Lestari (2013: 6) menyatakan bahwa bahan ajar LKS adalah materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa sehingga siswa diharapkan dapat mempelajari materi ajar tersebut secara mandiri.

Beberapa kelebihan LKS menurut Kemp

& Dayton (Putri, 2016: 14) adalah: 1) peserta didik dapat belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing; 2) peserta didik dapat mengulang belajar sendiri materi yang sudah disampaikan pada saat teori; 3) panduan teks dan gambar bisa menambah

(2)

439 daya tarik sehingga memperlancar

penyampaian informasi yang disajikan dalam format verbal dan visual; 4) peserta didik akan lebih aktif berpartisipasi karena harus memberikan respon terhadap latihan dan pertanyaan yang disusun. Meskipun demikian, LKS juga memiliki beberapa kekurangan, diantaranya: 1) biaya percetakan mahal jika akan menampilkan gambar yang berwarna; 2) proses pencetakan seringkali memakan waktu; 3) penyusunan dirancang sedemikian rupa agar tidak terlalu panjang; 4) membutuhkan perawatan yang lebih baik; 5) tidak bisa menampilkan gerak.

Dalam penyusunan LKS, perlu memahami langkah-langkah penyusunannya.

Adapun Langkah-langkah penyusunan LKS menurut Diknas diantaranya: 1) melakukan analisis kurikulum; 2) menyusun peta kebutuhan LKS; 3) menentukan judul LKS;

4) penulisan LKS. Selain memperhatikan langkah, penyusunan bahan ajar LKS juga harus memenuhi memenuhi beberapa syarat.

Menurut Darmodjo dan Kaligis (Widjajanti, 2010: 2) kriteria penilaian suatu LKS yang disusun mengacu pada syarat didaktik, konstruksi dan teknis. Sayarat didaktif mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau pandai.

Syarat konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS, sedangkan syarat teknis menekankan pada tulisan, gambar, penampilan dalam LKS.

Permasalahannya adalah LKS yang beredar dan digunakan adalah LKS yang masih disusun secara umum yang hanya berisi ringkasan materi dan latihan-latihan soal yang disusun berdasarkan hasil dari analisis kurikulum dan belum disesuaikan dengan tingkat kognitif atau kebutuhan siswa. Selain itu, banyak LKS matematika yang hanya menampilkan rumus-rumus dan belum mengangkat permasalahan- permasalahan sehari-hari. Hal ini tidak sesuai dengan tipe belajar yang dikemukakan oleh David Paul Ausubel tentang tipe belajar bermakna yaitu siswa belajar dengan penemuan yang bermakna dimana siswa mengaitkan pengetahuan yang telah dimilikinya dengan materi pelajaran yang dipelajari saat itu atau sebaliknya. Dengan belajar bermakna, siswa belajar dengan hal- hal yang lebih realistis. Adapun pendekatan

pembelajaran yang tepat digunakan adalah pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL).

Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah sebuah sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka terima, dan mereka mengangkap tugas-tugas sekolah jika mereka bisa mengaitkan informasi baru dengan pengetahuan dan pengalaman yang sudah mereka miliki sebelumnya (Johnson, 2007:

14). Adapun Kasihani (2001: 3) menyatakan bahwa contextual Teaching and Learning adalah konsep mengajar dan belajar yang membantu guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi nyata dan yang memotivasi siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota keluarga masyarakat. Berdasarkan uraian pengertian CTL menurut para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa CTL adalah sebuah sistem belajar yang memungkinkan siswa memperkuat, memperluas, dan menerapkan penerapkan pengetahuan dan keterampilan akademisnya dalam kehidupan sehari-hari.

Karakteristik pembelajaran dengan pendekatan kontektual menurut Mukhlis (Yuhasriati:2012: 84) adalah sebagai berikut:

1) mengawali pembelajaran matematika dengan masalah nyata; 2) menggunakan model sebagai suatu jembatan antara real dan abstrak yang dapat membantu siswa belajar matematika pada level abstraksi; 3) Menggunakan produksi dan kontribusi siswa sendiri atau strategi sebagai hasil dari mereka (doing mathematic); 4) memaksimalkan interaksi antara siswa-siswa, siswa-guru, siswa-sumber belajar; 5) Mengaitkan materi matematika dengan topik matematika lainnya (intertwin)

Menurut Johnson (Nuryadi) terdapat delapan komponen utama dalam sistem pembelajaran kontekstual, seperti dalam rincian berikut: 1) melakukan hubungan yang bermakna (making meaningful connections);

2) melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work); 3) Belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning); 4)Bekerja sama (Collaboratin); 5) pikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking); 6) mengasuh atau memlihara priadi

(3)

440 siswa (nurturing the indivudial); 7) Mencapai

standar yang tinggi (reaching high standards); 8) Menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment).

Penelitian pengembangan bahan ajar LKS berbasis kontekstual pernah dilakukan oleh Sholehah dkk (2015) dan Ali Mahmudi dkk (2015) . Penelitian Sholehah dkk (2015) telah mengembangkan bahan ajar berupa LKS untuk menuntun siswa menemukan konsep dalam pokok bahasan Himpunan.

Bahan ajar LKS yang dihasilkan berupa LKS berbasis Contextual Teaching Learning (CTL) yang menyajikan pokok bahasan Himpunan dengan mengaitkan pokok bahasan dengan hal-hal nyata yang ada pada kehidupan sehari-hari siswa. Selain itu, LKS juga dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan yang menuntun siswa untuk menemukan konsep tentang Himpunan dan contoh soal serta latihan soal tanpa disertai penjelasan detail mengenai langkah-langkah yang terstruktur bagaimana sebuah konsep terbentuk. Akan tetapi, LKS yang dikembangkan tidak mencakup seluruh KD dan hanya dilakukan sampai tahap pengembangan karena keterbatas waktu.

Penelitian Mahmudi dkk (2015) dilaksanakan dengan tujuan mengembangkan buku ajar matematika dengan pendekatan kontekstual untuk pembelajaran di SMK kelompok teknologi. Adapun hasil penelitiannya berupa buku ajar matematika dengan pendekatan kontekstual untuk pembelajaran si SMK kelas X yang memenuhi kriteria valid, efektif dan praktis digunakan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan kebutuhan akan bahan ajar LKS yang mengangkat permasalahan konkrit dan didukung dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu, maka peneliti bermaksud untuk mengembangkan bahan ajar LKS berbasis kontekstual pada materi garis singgung lingkaran bagi siswa kelas VIII SMP.

Diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan bahan ajar yang valid, praktis, dan efektif digunakan sebagai bahan ajar matematika yang dapat memudahkan siswa dalam belajar dan memahami materi garis singgung lingkaran serta meningkatkan semangat belajar atau motivasi karena bahan ajar disajikan dengan menghubungkan materi ke dalam kehidupan sehari-hari siswa.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D). Penelitian pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2010: 407). Model penelitian yang digunakan adalah model ADDIE yang terdiri dari 5 tahap yaitu Analysis, Desain, Development, Inplementation, Evaluation.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Ambarawa semester II tahun ajaran 2017/2018. Adapun Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa angket validasi untuk mengukur kevalidan media dari segi materi ataupun media, angket kepraktisan untuk mengukur kepraktisan penggunaan media, instrumen evaluasi dan lembar respon siswa untuk mengukur efektif atau tidaknya media untuk digunakan dalam pembelajaran pada materi garis singgung lingkaran.

Validitas dan kepraktisan diukur dengan rumus (i) dan dikatakan valid dan praktis jika indeks kevalidan dan kepraktisan masing- masing mencapai 50% (masih dalam kategori cukup baik).

𝑃(𝑠)=𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑝𝑒𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑎𝑛

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 × 100%

...(i)

Adapun uji efektifitas dilakukan dengan uji McNeimar dua kelompok untuk mengetahui frekuensi siswa yang lulus KKM di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

HASIL DAN DISKUSI

Pengembangan bahan ajar LKS berbasis kontekstual ini menggunakan model pengembangan ADDIE yang terdiri dari lima tahap, yaitu Analysis (Analisis), Design (Desain), Development (pengembangan), Implementation (Implementasi), dan Evaluation (Evaluasi). Tahap-tahap tersebut dilaksanakan dengan sistematik untuk menciptakan LKS matematika yang valid, praktis, dan efektif untuk digunakan sebagai pedoman atau bahan pembelajaran materi garis singgung lingkaran pada jenjang SMP.

Berikut uraian dari kelima tahap tersebut.

Analysis

Proses pengembangan bahan ajar LKS berbasis kontekstual ini melalui tahap analisis baik analisis kebutuhan maupun analisis kinerja. Hasil analisis kebutuhan

(4)

441 menyimpulkan diperlukannya suatu bahan

ajar LKS berbasis kontekstual pada materi garis singgung lingkaran yang dapat memberikan suatu gambaran nyata manfaat ataupun penerapan prinsip garis singgung lingkaran. Analisis kinerja menunjukkan bahwa pada kurikulum 2013 siswa dituntut selalu aktif dan madiri belajar dari berbagai sumber sehingga diperlukan bahan ajar yang dapat digunakan secara mandiri. Selain itu, materi garis singgung lingkaran pertama kalinya diberikan pada jenjang SMP dan kembali diperdalam di jenjang SMA. Oleh karena itu, di jenjang SMP siswa diharapkan mampu menguasai konsep-konsep tentang garis singgung lingkaran dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Design

Setelah melakukan analisis, tahap selanjutnya adalah mendesain bahan ajar berupa LKS yang dapat digunakan dalam pembelajaran garis singgung lingkaran di SMP. Desain terdiri dari desain sampul yang mencerminkan materi garis singgung lingkaran dan memberikan gambaran penggunaan konsep garis singgung lingkaran dalam kehidupan sehari-hari. Desain bagian- bagian LKS yang terdiri dari kesesuaian permasalahan yang disajikan dengan pokok bahasan dan disesuaikan dengan sub materi yang akan dibahas.

Setiap kegiatan yang ada di dalam LKS juga disesuaikan dengan komponen- komponen utama pada pembelajaran kontekstual. Adapun komponen utama pada pembelajaran kontekstual ada tujuh yaitu: 1) konstruktivisme, 2) menemukan, 3) Bertanya, 4) masyarakat belajar, 5) Pemodelan, 6) refleksi, 7) penilaian yang sebenarnya. Ketujuh komponen utama dari pembelajaran kontekstual tersebut disajikan dalam empat kegiatan utama yaitu Ayo Amati Sekitar, Ayo Berpikir,Temuan,dan Ayo Berlatih. Dalam menggambarkan kegiatan-kegiatan tersebut diperlukan ikon- ikon yang sesuai untuk menggambar kegiatan yang akan dilaksanakan.

Adapun penemuan-penemuan konsep tentang garis singgung lingkaran disajikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan pada penemuan konsep. Di samping penemuan konsep, contoh soal, dan soal latihan yang disajikan juga dipertimbangkan untuk memberikan soal- soal kontekstual dan konsep.

Selain itu dalam mendesain LKS juga mempertimbangkan ukuran kertas dan tampilan/Penjilidan. Dalam penjilidan, LKS dijilid dengan jilid langsung dan pembahasan LKS dijilid dengan menggunakan jilid spiral dengan pertimbangan untuk membedakan antara LKS pegangan siswa dengan pembahasan soal-soal pada LKS. Di samping itu, pembahasan akan lebih sering di buka sehingga memudahkan dan lebih awet. Selain jenis jilidannya, halaman sampul juga sedikit dibedakan dimana pada pembahasan soal- soal LKS halaman sampul ditambahkan kata

“PEMBAHASAN” pada pojok kiri atas.

Development

Tahap ketiga dalam ADDIE adalah Development. Tahap ini merupakan tahap untuk menciptakan bahan ajar LKS berbasis kontekstual berdasarkan desain yang telah ditentukan.

Halaman sampul dapat dilihat pada Gambar 1. Pada sampul ditampilkan gambar- gambar terkait contoh garis singgung yang ada di sekitar siswa. Selain itu, tampak informasi judul lembar kerja dan kelas serta jenjang sekolah.

Gambar 1. Desain Halaman Sampul Bahan ajar LKS berbasis kontekstual pada materi garis singgung lingkaran ini disusun dengan memperhatikan komponen utama dari pembelajaran kontekstual itu sendiri. Berikut contoh permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat pada Gambar 2.

(5)

442 Gambar 2. Contoh Permasalahan dalam

Kehidupan Sehari-hari

Setiap kegiatan-kegiatan yang ada di dalam LKS juga diberikan ikon-ikon yang sesuai dengan nama kegiatan. Adapun contoh ikon pada LKS berbasis kontekstual ini dapat dilihat pada Gambar 3. Selain itu, dalam pencarian konsep siswa dberikan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada penemuan konsep tersebut. Adapun contoh pertanyaannya dapat dilihat pada Gambar 4. Adapun perbedaan antara LKS dan pembahasan soal-soalnya dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 3. Contoh Desain Ikon LKS

Gambar 4. Contoh Pertanyaan

Gambar 5. Perbedaan LKS dan Pembahasan LKS

Sebelum diujicobakan, media ini divalidasi oleh validator materi dan dan juga ahli media. Ahli materi memberikan beberapa saran untuk materi yang disajikan pada bahan ajar berbasis kontekstual ini.

Adapun saran-saran tersebut diantaranya tentang urutan penyajian materi pada garis singgung lingkaran, selalu mengecek kebenaran dan kelengkapan materi yang disajikan, dalam penyusunan LKS materi disajikan dengan kegiatan-kegiatan yang mengacu pada delapan komponen utama pembelajaran kontekstual, memeriksa kembali kebenaran kunci jawaban dari latihan-latihan soal yang ada di dalam LKS, dan memeriksa kembali apakah materi yang disajikan sudah sesuai dengan tujuan yang akan dicapai pada akhir pembelajaran.

Validator Ahli Media memberikan beberapa masukan antara lain terkait dengan sampul. Sampul disarankan untuk menggambarkan isi dari bahan ajar LKS berbasis kontekstual serta dibuat dengan perpaduan warna yang cerah yang dapat menarik siswa untuk belajar dengan melihat

(6)

443 tampilan luarnya dahulu. Kemudian tentang

ikon-ikon yang ada pada setiap kegiatan pada LKS, ikon disarankan untuk memiliki satu tema misalnya dengan menggunakan emoticon semua atau tokoh apapun yang memiliki kesamaan. Saran selanjutnya yaitu tentang penyajian materi maupun penyajian latihan-latihan soal pada LKS. Penyajian materi dibuat tidak hanya menampilkan rumus-rumus yang ada akan tetapi membimbing siswa untuk menemukan konsep-konsep garis singgung lingkaran sendiri. Penyajian soal dibedakan menjadi dua, yaitu untuk soal yang berkaitan dengan konsep-konsep dasar tanpa ada rumus soal dibuat sebagai soal menjodohkan atau memasangkan pernyataan-pernyataan yang ada sedangkan untuk soal tentang konsep yang menggunakan rumus dibuat dengan model soal uraian. Masukan yang terakhir yaitu tentang penyajian gambar pada LKS, gambar-gambar yang ada pada LKS berbasis kontekatual ini diminta untuk lebih proporsional dan diminta untuk tidak ada pengulangan gambar dimana satu gambar ditampilkan secara berulang-ulang. Seluruh masukan telah ditindak lanjuti sehingga LKS siap diujicobakan adalah LKS yang telah direvisi menurut masukan validator.

Implementation

Bahan ajar LKS berbasis kontekstual ini diujicobakan pada 1 kelas di SMP Negeri 1 Ambarawa selama 4 kali pertemuan.

Pertemuan pertama sampai dengan pertemuan ketiga digunakan untuk penggunaan bahan ajar LKS berbasis kontekstual dan pertemuan keempat digunakan untuk post test. Pada saat penggunaan bahan ajar berbasis kontekstual pertemuan pertama digunakan untuk membahas materi tentang pengenalan garis singgung lingkaran sampai dengan banyaknya garis singgung persekutuan lingkaran yang dimiliki oleh beberapa kedudukan pada lingkaran. Pada pertemuan kedua, digunakan untuk membahas materi tentang garis singgung persekutuan dalam dua lingkaran dan garis singgung persekutuan luar dua lingkaran. Sedangkan pada pertemuan ketiga, digunakan untuk membahas materi tentang menentukan panjang sabuk lilitan minimal yang menghubungkan beberapa lingkaran.

Selama proses uji coba, bahan ajar LKS berbasis kontekstual mendapatkan penilaian

kepraktisan. Penilaian ini bertujuan untuk mengetahui apakah bahan ajar LKS berbasis kontekstual ini praktis digunakan untuk pembelajaran baik secara klasikal di dalam kelas maupun secara mandiri. Selama proses penilaian kepraktisan, bahan ajar LKS mendapatkan beberapa saran antara lain tentang jilidan dan pemilihan kertas LKS.

Kertas yang digunakan untuk mencetak LKS dinilai terlalu tebal dan kertas tersebut merupakan tipe kertas yang jika ditulisi dengan pensil tidak dapat dihapus.

Evaluation

Bahan ajar LKS berbasis kontekstual ini diujicobakan kepada siswakelas VIII C SMP Negeri 1 Ambarawa.. Kelas diberikan materi tentang garis singgung lingkaran dengan menggunakan bahan ajar LKS berbasis kontekstual. Sebelum bahan ajar LKS berbasis kontekstual ini di uji cobakan kepada siswa, LKS diajukan terlebih dahulu kepada validator Ahi Materi dan validator Ahli Media. Adapun ahli materi memberikan penilaian yang terlihat pada Tabel 1.

Berdasarkan pada Tabel 1 dapat terlihat bahwa pada aspek cakupan materi, kebenaran materi, kontekstual, dan konstruksi LKS termasuk dalam kategori sangat baik. Adapun dalam aspek didaktif dan evaluasi materi termasuk dalam kategori Baik. Dari beberpa aspek yang telah dinilai maka bahan ajar LKS berbasis kontekstual ini termasuk kedalam kategori sangat baik.

Tabel 1. Validasi Ahli Materi

Aspek Penilaian Persentase (%) Kategori Cakupan Materi 88% Sangat Baik Kebenaran Materi 86% Sangat Baik

Kontekstual 87% Sangat Baik

Didaktif 80% Baik

Konstruksi 90% Sangat Baik

Evaluasi Materi 80% Baik

Sumber: Data Primer, (2018)

Selain penilaian dari para ahli materi, bahan ajar LKS berbasis Kontekstual ini juga mendapatkan penilaian dari para ahli media.

Adapun hasil penilaian dari para ahli media terlidat pada Tabel 2.

Tabel 2. Validasi Ahli Media

Aspek Penilaian Persentase (%) Keterangan

Didaktik 85% Sangat Baik

Konstruksi 69% Baik

Komponen LKS 74% Baik

Kontekstual 88% Sangat Baik

Sumber: Data Primer, (2018)

(7)

444 Berdasarkan pada Tabel 2 dapat

terlihat bahwa pada aspek cakupan didaktik dan kontekstual hasil penilaian berturut-turut sebesar 85% dan 88% dimana keduanya termasuk dalam kategori sangat baik.

Sedangkan dalam aspek konstruksi dan komponen LKS hasil penilaian berturut turu sebesat 69% dan 74% dimana keduanya termasuk dalam kategori Baik. Dari bebearpa aspek yang telah dinilai maka bahan ajar LKS berbasis kontekstual ini termasuk kedalam kategori sangat baik. Setelah mendapatkan penilaian dari para ahli media maupun ahli materi LKS kemudian direvisi sesuai dengan masukan dan kebutuhan kemudian dilanjutkan dengan mengimplementasikan atau mengujicobakan bahan ajar LKS berbasis kontekstual.

Selama bahan ajar LKS diujicobakan kepada siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Ambarawa, LKS juga dinilai dari aspek kepraktisannya. Penilaian kepraktisan bahan ajar LKS berbasis kontekstual ini dilakukan oleh satu orang guru yaitu Ibu Eni Lestari S.

Pd. Adapun hasil penilaian kepraktisan pada bahan LKS ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Validasi Uji Kepraktisan Aspek Penilaian

Persentas e (%)

Ketera ngan Kebermanfaatan

Penggunaan LKS 88% Sangat

Baik Teknis Penggunaan

LKS 80% Baik

Pemeliharaan LKS 92% Sangat Baik Sumber: data primer, (2018)

Berdasarkan pada Tabel 3 dapat terlihat bahwa pada aspek kebermanfaatan dan pemeliharaan hasil penilaian berturut- turut sebesar 88% dan 92% dimana keduanya termasuk dalam kategori sangat baik.

Sedangkan dalam aspek penggunaan LKS hasil penilaiannya adalah 80% yang masuk dalam kategori baik. Selain dinilai dalam segi kepraktisan oleh guru, siswa juga diminta untuk memberikan pendapat mereka tentang bahan ajar LKS berbasis kontekstual ini.

Rekapitulasi pendapat siswa terhadap bahan ajar LKS Berbasis Kontekstual dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rekapitulasi Pendapat Siswa Terhadap bahan ajar LKS Berbasis

Kontekstual Indikator Keterangan (%)

Kesimpulan SK K C B SB

Menarik

minat 3 18 41 38 Baik

mengkonstru

ksi konsep 3 6 62 29 Baik kontekstual 3 15 47 35 Baik

belajar

mandiri 3 18 44 35 Baik

Sumber: Data Primer; (2018)

Keterangan: SK (Sangat Kurang), K (Kurang), C (Cukup), B (Baik), SB (Sangat Baik)

Guna mengetahui apakah bahan ajar LKS berbasis Kontekstual efektif digunakan untuk sarana pembelajaran garis singgung lingkaran pada siswa SMP Negeri 1 Ambarawa maka dilakukan uji McNemar. Uji McNemar ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan yang signifikan antara jumlhah siswa yang tuntas dan belum tuntas sebelum dan setelah diajar dengan menggunakan bahan ajar KS berbasis kontekstual. Hasil uji McNemar dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Uji McNeimar Test Statisticsb

Eksperimen &

Kontrol

N 33

Exact Sig. (2-tailed) .016a a. Binomial distribution used.

b. McNemar Test Sumber: Data Primer, (2017)

Hasil uji McNeimar dengan taraf sebesar α = 0,05 menghasilkan signifikan 0,016 kurang dari 0,05 sehingga dapat diartikan terdapat perbedaan yang signifikan jumlah siswa yang tuntas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Oleh karena itu maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar LKS berbasis kontekstual efektif digunakan sebagai sarana pembelajaran materi garis singgung lingkaran untuk siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ambarawa.

Pembahasan

Hasil rekapitulasi validasi ahli materi pada Tabel 1 dan ahli media pada Tabel 2 telah menunjukkan persentase penilaian yang masuk dalam kategori sangat baik. Hal ini

(8)

445 telah memenuhi indikator kevalidan,

sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan ajar LKS berbasis kontekstual pada materi garis singgung lingkaran valid digunakan sebagai sarana pembelajaran materi garis singgung lingkaran. Validator ahli materi menilai bahwa bahan ajar LKS ini secara umum sudah baik dari segi cakupan materi yang disajikan, kebenaran materi, dan dalam segi kontekstual sehingga LKS cocok digunakan untuk sarana pembelajaran di dalam kelas. Adapun validator ahli media menilai bahwa bahan ajar LKS sudah baik dan sesuai dengan kebutuhan siswa.

Hasil uji kepraktisan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa dari ketiga aspek penilaian dua diantaranya yaitu kebermanfaatan penggunaan LKS dan Pemeliharaan LKS termasuk kategori sangat baik, serta pada aspek teknis penggunaan LKS termasuk kategori baik. Hal ini telah memenuhi indikator kepraktisan, sehingga dapat disimpulkan bahwa bahan ajar LKS berbasis kontekstual praktis digunakan sebagai sarana kegiatan belajar mengajar materi garis singgung lingkaan. Guru sebagai pihak yang memberikan penilaian uji kepraktisan ini berpendapat bahwa bahan ajar LKS berbasis kontekstual ini dapat digunakan berulang kali baik secara klasikal maupun secara mandiri dan melalui bahan ajar ini siswa menjadi tahu manfaat materi untuk kehidupan dalam sehari-hari mereka.

Meskipun demikian, bahan ajar LKS ini memiliki kekurangan yaitu memerlukan waktu yang lebih lama dalam penggunaannya dibandingkan dengan bahan ajar yang biasanya digunakan oleh siswa. Hal ini dikarenakan materi dalam lembar kerja ini bersifat mengkonstruk materi.

Bahan ajar LKS berbasis kontekstual ini tidak hanya valid dari ahli media, ahli materi dan praktis untuk digunakan namun juga efektif. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5 dengan uji statistik yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan jumlah siswa yang tuntas antara nilai pretest dan post test. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa bahan ajar LKS berbasis kontekstual ini efektif untuk digunakan sebagai sarana pembelajaran materi garis singgung lingkaran. Pada penelitian ini masih banyak kelemahan dan keterbatasan yang sulit dikendalikan. Adapun keterbatasan pada saat penelitian yaitu: penelitian hanya dilakukan

pada populasi SMP Negeri 1 Ambarawa sehingga hanya dapat digeneralisasikan pada sekolah lain yang memiliki karakteristik yang sama.

KESIMPULAN

Media ini telah dinyatakan valid dari aspek materi dan aspek media pembelajaran dengan persentase berturut-turut 85% (sangat baik) dan 79% (baik). Media ini diujicobakan kepada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ambarawa dan mendapatkan indeks kepraktisan sebesar 87% termasuk kategori praktis. Uji McNeimar dengan taraf α = 0,05 mengasilkan signifikan 0,016 kurang dari 0,05 dengan jumlah siswa yang tuntas pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Berdasarkan hasil ketiga uji tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa bahan ajar LKS berbasis kontekstual valid, praktis, dan efektif digunakan sebagai sarana pembelajaran materi garis singgung lingkaran pada jenjang SMP.

Peneliti menyarankan bagi guru matematika yang mengajarkan materi garis singgung lingkaran dapat menggunakan LKS ini karena tidak hanya materi, LKS ini juga memberikan gambaran manfaat garis singgung dalam kehidupan. Selain itu diharapkan LKS ini dapat menginspirasi guru maupun peneliti lain untuk berinovasi mengembangkan LKS matematika yang memulai suatu pembelajaran dengan permasalahan nyata dalam kehidupan sehari- hari.

DAFTAR PUSTAKA

Hasyim, Adelina. 2016. Metode Penelitian dan Pengembangan di Sekolah.

Yogyakarta: Media Akademi.

Johnson, Elaine B dan Chaedar Alwasih.

2007. Contextual Teaching & Learning:

Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung:

Penerbit MLC.

Kasihani. 2002.Contextual Learning and Teaching (CTL) (Pengajaran dan Pembelajaran Kontekstual). Prosiding Seminar Akademik, Volume 2, Malang:

Universitas Negeri Malang.

(9)

446 Kurniawati, Ika. Modul Pelatihan

Pengembangan Bahan Belajar: Modul pelatihan 7. KEMDIKBUD

Lestari, Ika. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Padang: Akademia Permata.

Mahmudi, Ali dkk. 2015, Pengembangan Bahan Ajar Matematika dengan Pendekatan Kontekstual untuk Pembelajaran di SMK, Laporan Tahunan Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi (tidak diterbitkan). Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta

Nuryadi. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (Landasan Filosofis dan Aplikasinya), Makalah (daring), (http://made82math.woess.com) diakses 16 Maret 2017 .

Prastowo, Andi. 2014. Pengembangan Bahan Ajar Tematik. Jakarta: Kencana.

Putri, Aennur Falah. 2016, Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Sebagai Bahan Ajar pada Mata Pelajaran Pengetahuan Bahan Makanan bagi Siswa Kelas X Jasa Boga SMK Muhammadiyah 1 Moyudan, Proposal Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta:

Universitas Negeri Yogyakarta

Riadi, Edi. 2016. Statistika Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS).

Yogyakarta: Penerbit ANDI.

Sadjati, I. Malati. Hakikat Bahan Ajar, IDIK4009/Modul 1 (tidak diterbitkan), UT.

Salirawati, Das. 2017. Penyusunan dan Kegunaan LKS dalam Proses

Pembelajaran (daring)

(http://staffnew.uny.ac.id/upload/132001 805/pengabdian/19penyusunnan-dan- kegunaan-lks.pdf pada), diakses 16 Maret 2017.

Sholehah, Siti dkk. 2015. Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Contextual Teaching Learning (CTL) Materi Himpunan Kelas VII SMP,

Jurnal. Riau: Universitas Pasir Pengairan.

Sihono, Teguh. 2004. Contextual Teaching and Learning (CTL) Sebagai Model Pembelajaran Ekonomi dalam KBK.

Jurnal Ekonomi & Pendidikan, volume 1, nomor 1. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Uhti. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kontestual Pada Pokok Bahasan Segitiga untuk Memfasilitasi Siswa dalam Mengembangkan Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah.

Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta:

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga.

Widjajanti, Endang. ?. Kualitas Lembar Kerja Siswa. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Yuhasriati. 2012. Pendekatan Realistik dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal Peluang, Volume 1, ISSN: 2302-5158.

Aceh: Unsyiah.

Gambar

Gambar 1. Desain Halaman Sampul  Bahan  ajar  LKS  berbasis  kontekstual  pada  materi  garis  singgung  lingkaran  ini  disusun  dengan  memperhatikan  komponen  utama  dari  pembelajaran  kontekstual  itu  sendiri
Gambar 5. Perbedaan LKS dan Pembahasan  LKS
Tabel 1. Validasi Ahli Materi
Tabel 3. Validasi Uji Kepraktisan Aspek Penilaian  Persentase (%)  Keterangan  Kebermanfaatan  Penggunaan LKS  88%  Sangat Baik  Teknis Penggunaan  LKS  80%  Baik  Pemeliharaan LKS  92%  Sangat Baik  Sumber: data primer, (2018)

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Whitten dan Bentley (2007, p371), UML adalah suatu kumpulan konvensi pemodelan yang digunakan untuk menentukan atau menggambarkan suatu sistem perangkat

merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang seharusnya diukur”. Butir soal yang tidak valid sebaiknya digugurkan dengan

Menurut laporan penyelenggaraan tahapan pemilu tahun 2014 KPU Kabupaten Malinau terdapat permasalahan terkait logistik pemilu tahun 2014 di Kabupaten Malinau, yaitu

Tujuan penulisan skripsi ini ialah menciptakan game multiplayer pada telepon seluler dengan data yang tersentralisasi, dan memberikan alternatif game bagi gamers

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi,evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran

- Tahapan selanjutnya yaitu menganalisa parameter BODpada sampel limbah cair pada masing-masing reaktor berdasarkan variasi waktu pemaparan serta pengukuran pH dan suhu

Ondorioz, honek alde batetik, AEBko emakume soldaduen feminitatearen gutxiespena eragingo du; eta beste aldetik, Iraken bizi diren emakumeak indarkeriazko gatazka

Dampak di atas berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri remaja, karena konsep diri diartikan sebagai gambaran seseorang mengenai diri sendiri yang merupakan gabungan