• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Sosial Ekonomi Penambang Galian C Di Desa Lenek Daya Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur NTB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Kondisi Sosial Ekonomi Penambang Galian C Di Desa Lenek Daya Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur NTB"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Kondisi Sosial Ekonomi Penambang Galian C Di Desa Lenek Daya Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur NTB

Ririn Sismika Harmayanti, NIM 1214011008 Program Studi Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: ririnbergema@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk. (1) mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi penambang galian C dilihat dari tingkat pendapatan, (2) mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi penambang galian C dilihat dari tingkat pendidikan, (3) mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi penambang galian C dilihat dari keadaan rumah tinggal, dan (4) mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi penambang galian C dilihat dari kedudukan di dalam masyarakat. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Desa Lenek Daya. Subjek dalam penelitian adalah penambang galian C di Desa Lenek Daya yang berjumlah 50 orang. Objek dalam penelitian ini adalah sosial-ekonomi penamabang galian C yang dilihat dari tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, keadaan rumah tinggal, dan kedudukan di dalam masyarakat. Data dikumpulkan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi, selanjutnya dianalisis dengan teknik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sosial-ekonomi penambang galian C (1) dilihat dari tingkat pendapatan semua pendapatan penambang galian C masih berada di bawah Upah Minimum Kabupaten (UMK) Lombok Timur Tahun 2015. (2) dilihat dari tingkat pendidikan hanya 30 orang dari 50 orang penambang yang mampu menyelsaikan program pendidikan wajib belajar 9 tahun. Dilihat dari pendidikan anak-anaknya hanya 89 orang yang menempuh pendidikan wajib belajar 9 tahun dari 113 anak-anak penambang galian C (3) dilihat dari keadaan rumah tinggal masih banyak penambang galian C yang belum memenuhi syarat kesehatan, keamanan, dan sosia, karena dari 50 rumah hanya 29 yang belum memenuhi syarat kesehatan, keamanan, dan sosial. dan (4) dilihat dari kedudukan di dalam masyarakat masih ada yang tidak menjadi pengurus organisasi formal dan organisasi non formal.

Kata kunci: sosial-ekonomi, penambang galian C.

Abstrack

This research aims to (1) describe the social-economy conditions of miners dugouts C seen from the level of income, (2) describe the social-economy conditions of miners dugouts C seen from the level of education, (1) describe the social-economy conditions of miners dugouts C seen from the conditions of the houses, and (4) describe the social-economy conditions of miners dugouts C seen from the position in society. This research belongs to descriptive research. This research was conducted in the village of Lenek Daya. The subject in this research is miners dugouts C in the village of Lenek Daya which amounted to fifty people. The object in this research is social-economy of miners dugouts C seen from the level of income, the level of education, the condition of houses, and the position in society.

Data collected with interview, observation, and documentation. Then analyzed with descriptive technique. The result of the research showed that the social-economy of miners dugouts C (1) seen from the level of income, all the income of the miners dugouts C still below the minimum wage of regency of East Lombok 2015. (2) Seen from the level of education, only 30 of the 50 miners dugouts C who were able to complete the program of education the nine year compulsory. Seen from the education of their children only 89 peoples who were able to complete the program of education nine year compulsory from 113 childrens of miners dugouts C. (3) Seen from the condition of house, there are still many miners dugouts C who have not fulfilled health requirements, safety, and social. Because from the 50 houses there are 29 houses which have not fulfilled health requirements, safety, and social. And (4) seen from the position in society there is still not be an admin of the formal organization and non-formal organization.

(2)

Keyword : social-economy, miners dugouts C PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dari sabang sampai merauke. Sumber daya alam ini dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, mulai dari hasil pertanian, perikanan, pertambangan. Hasil pertambangan galian C merupakan sumber daya yang mampu menghasilkan banyak devisa bagi suatu negara. Kebutuhan akan bahan galian C seperti pasir, tanah serap, dan krikil sangat diperlukan untuk pembangunan sarana fisik seperti gedung, jembatan jalan dan pembangunan, serta kegiatan industri.

Beraneka bahan tambang galian C tersedia untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri.

Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu kabupaten di NTB yang memiliki potensi pertambangan yang cukup besar terutama pertambangan galian C. Lokasi pertambangan galian C yang aktivitasnya cukup besar terletak di Desa Lenek Daya. Masyarakat Lenek Daya banyak menggantungkan kebutuhan hidup sehari-harinya pada pertambangan galian C. Keberadaan pertambangan yang ada di Desa Lenek Daya secara tidak langsung dapat menyediakan lapangan pekerjaan, dan sumber pendapatan bagi masyarakat setempat.

Kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Lenek Daya Kecamatan Aikmel beragam, ada yang keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang, dan rendah.

Mengenai pengukuran dari sosial-ekonomi, Abdulsyani (2007: ) menyatakan empat hal yang digunakan untuk mengukur keadaan sosial-ekonomi. Keempat hal tersebut adalah (1) tingkat penghasilan keluarga (pendapatan), (2) tingkat pendidikan, (3) keadaan rumah tinggal, (4) kedudukannya di dalam masyarakat. Tinggi rendahnya sosial ekonomi masyarakat akan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, karena semakin tinggi tingkat pendapatan, pendidikan dan mempunyai tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan serta mempunyai kedudukan di dalam masyarakat maka semakin tinggi tingkat

status sosialnya dimasyarakat, sebaliknya semakin rendah tingkat pendapatan, pendidikan dan mempunyai tempat tinggal yang belum memenuhi syarat kesehatan serta tidak mempunyai kedudukan di dalam masyarakat maka semakin rendah tingkat statusnya. Masyarakat Desa Lenek Daya yang bekerja sebagai penambang galian C memiliki status sosial ekonomi masih rendah sehingga memilih alternatif pekerjaan sebagai penambang galian C.

Untuk mengukur status sosial ekonomi penambang galian C yaitu diukur dari pendapatan, pendidikan, keadaan rumah tinggal dan kedudukan di dalam masyarakat. Dilihat dari pendapatan para penambang galian C per bulannya dari hasil menambang galian C dan pekerjaan tambahan sebagai petani dan buruh angkut.

Pendapatan para penambang galian C masih sangat kurang karena masih di bawah Upah Minimum Kabupaten (UMK) Lombok Timur 2015. Kemudian dilihat dari tingkat pendidikan para penambang galian C dan keluarganya tergolong masih rendah karena masih ada penambang galian C dan keluarganya yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali. Keadaan rumah tinggal penambang galian C di Desa Lenek Daya belum memenuhi syarat kesehatan, keamanan, dan sosial, karena rumah penambang galian C belum terbuat dari bata dan atap rumah tidak terbuat dari genteng dan tidak memiliki fasilitas mandi, cuci, dan kakus, sedangkan penerangan rumah penambang galian C sudah dari listrik, sehingga bisa disimpulkan keadaan rumah tinggal penambang galian C di Desa Lenek Daya bermasalah. Kedudukan/

jabatan di masyarakat dibagi menjadi dua jabatan organisasi yaitu organisasi formal dan organisasi non formal. Dilihat dari kedudukan/jabatan dalam masyarakat Desa Lenek Daya termasuk klasifikasi sangat kurang, karena tidak ada yang memiliki jabatan di dalam masyarakat.

Sehingga bisa disimpulkan status sosial ekonomi masyarakat Desa Lenek Daya tergolong rendah dilihat dari pendapatan,

(3)

pendidikan, keadaan rumah tinggal dan kedudukan di dalam masyarakat.

Menurut Sumardi dan Evers (2002:21) kondisi sosial ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur secara sosial dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu dalam masyarakat, pemberian posisi itu disertai pula dengan seperangkat hak dan kewajiban yang harus dimainkan oleh si pembawa status. Kondisi sosial ekonomi setiap orang itu berbeda-beda dan bertingkat, ada yang keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang, dan rendah.

Kondisi sosial ekonomi adalah kedudukan atau posisi seseorang dalam kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan, tingkat pendidikan, jenis rumah tangga, dan jabatan dalam organisasi (Abdulsyani, 2007).

Soerjono Soekanto (2003) menyatakan bahwa kondisi sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan, prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubungannya dengan sumber daya.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa kondisi sosial ekonomi adalah posisi individu dan kelompok yang berkenaan dengan ukuran rata-rata yang berlaku umum tentang pendidikan, pemilikan barang-barang, dan partisipasi dalam aktivitas kelompok dan komunitasnya, sedangkan kondisi sosial ekonomi kaitannya dengan status sosial ekonomi itu sendiri dengan kebiasaan hidup sehari-hari individu atau kelompok.

Untuk mengukur keadaan sosial- ekonomi masyarakat banyak cara yang sudah dikemukakan, misalnya dengan mengukur “tingkat penghasilan keluarga (pendapatan), tingkat pendidikan, keadaan rumah tinggal dan kedudukan di dalam masyarakat” (Abdulsyani, 2007: 91). Dari teori-teori yang telah dikemukakan di atas maka dapat disimpulkan ada empat indikator yang dapat digunakan sebagai pengukur sosial-ekonomi menurut (Abdulsyani, 2007) adalah 1) pendapatan, 2) pendidikan, 3) keadaan rumah tinggal dan 4) kedudukan di dalam masyarakat.

Wahyu adji (2004: 61) mengatakan bahwa pendapatan atau income adalah

uang yang diterima oleh seseorang dari perusahaan dalam bentuk gaji, upah, sewa, bunga dan laba termasuk juga beragam tunjangan, seperti kesehatan dan pension.

Suyanto (2008) pendapatan adalah sejumlah dana yang diperoleh dari pemanfaatan faktor produksi yang dimiliki.

Berdasarkan pengertian pendapatan tersebut di atas dapat disimpulkan pendapatan adalah semua penghasilan yang diperoleh masyarakat dari pihak lain sebagai balas jasa yang diberikan baik berupa barang atau alat-alat produksi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga atau perseorangan.

Menurut Soekanto ( 2003: 34) pendidikan merupakan suatu alat yang akan membina dan mendorong seseorang untuk berfikir secara rasional maupun logis, dapat meningkatkan kesadaran untuk menggunakan waktu sebaik-baiknya (seefektif dan seefisien mungkin) dengan menyerap banyak pengalaman mengenai keahlian dan keterampilan sehingga menjadi cepat tanggap terhadap gejala- gejala sosial yang terjadi.

Tirtarahardja (2005: 33) “pendidikan diartikan sebagai suatu kegiatan yang sistematis dan sistematik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik”.

Melalui pendidikan dapat memperluas keilmuan, meningkatkan kemampuan dan potensi serta membuat seorang lebih peka terhadap setiap gejala-gejala sosial yang muncul.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan adalah upaya untuk mengarah pada tercapainya perkembangan yang dapat merangsang suatu cara berfikir yang rasional, kreatif dan sistematis.

Rumah tinggal adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga.

Rumah tinggal merupakan tempat berlindung dari pengaruh luar manusia, seperti iklim, musuh, dan penyakit. Untuk dapat berfungsi secara fsiklogi, rumah harus dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang dibutuhkan, seperti listrik, air bersih, jendela, ventilasi, tempat pembuangan kotoran dan lain-lain (Koesputranto, 2005).

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut

(4)

dapat disimpulkan bahwa rumah tinggal adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan berlangsungnya proses sosialisasi pada saat seorang individu diperkenalkan kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam suatu masyarakat serta dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang dibutuhkan, seperti listrik, air bersih, jendela, ventilasi, tempat pembuangan kotoran dan lain-lain

Menurut Iskandar (2013) rumah tinggal merupakan sebagai tempat penyelenggaraan kehidupan dan penghidupan keluarga.

Menurut Kaare, Svalastoga (2004) untuk mengukur tingkat sosial ekonomi seseorang dari rumahnya, dapat dilihat dari tiga hal berikut.

a. Status rumah yang ditempati, biasa rumah sendiri, rumah dinas, menyewa, menumpang pada saudara atau ikut orang lain.

b. Kondisi fisik bangunan, dapat berupa rumah permanen, kayu dan bambo.

Keluarga yang keadaan sosial ekonominya tinggi, pada umumnya menempati rumah permanen, sedangkan keluarga yang keadaan sosial ekonominya menengah ke bawah menggunakan semi permanen atau tidak permanen.

c. Besarnya rumah yang ditempati, semakin luas rumah yang ditempati pada umumnya semakin tinggi tingkat sosial ekonominya.

Sitorus, (2000) mendefinisikan kedudukan seseorang di masyarakat, didasarkan pada perbedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara vertikal, yang diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang tinggi ke yang rendah dengan mengacu pada pengelompokan menurut kekayaan kelas sosial biasa digunakan hanya untuk lapisan berdasarkan unsur ekonomis.

Kedudukan di dalam masyarakat dibagi menjadi dua jabatan organisasi yaitu organisasi formal dan organisasi informal.

Jabatan organisasi formal meliputi Kepala Desa, Sekertaris, Bendahara, Kepala Urusan Pemerintahan, dan kepala urusan pembangunan, Kepala Dusun, RT, RW.

Untuk organisasi non formal jabatan

organisasinya terdiri dari Kepala suku, Tokoh Agama, Mandor, Ketua kelompok penambang.

Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya kedudukan di dalam masyarakat adalah status atau kedudukan seseorang di masyarakat, berdasarkan pada perbedaan masyarakat ke dalam kelas-kelas secara vertikal, yang diwujudkan dengan adanya tingkatan masyarakat dari yang tinggi ke yang rendah dengan mengacu pada pengelompokan menurut kekayaan

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 Usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, kostruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang.

Dalam pasal 1 angka (19) Undang- Undang Minerba No.4 Tahun 2009 menyatakan mengenai pengertian penambangan yaitu. “penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi mineral dan batubara”.

Kegiatan penambangan memiliki banyak macam baik dilihat dari jenis bahan yang ditambang seperti pertambangan berskala kecil atau kelompok kecil yang biasanya dilakukan oleh warga masyarakat yang berada di sekitar lokasi yang banyak terdapat material tambang. Salah satu penambangan yang berskala kecil adalah penambangan bahan galian C seperti pasir, batu apung dan tanah liat. Karena kegunaan bahan galian C tersebut cukup banyak maka usaha yang dilakukan manusia untuk memperolehnya pun cukup banyak apalagi untuk diperdagangkan.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa penambangan adalah suatu usaha penggalian ke dalam ataupun ke luar untuk mendapatkan bahan baku industri yang nantinya diolah untuk menjadi barang yang memiliki arti ekonomi.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, (a) sosial-ekonomi penambang galian C di Desa Lenek Daya ditinjau dari tingkat pendapatan, (b) sosial-

(5)

ekonomi penambang galian C di Desa Lenek Daya ditinjau dari tingkat pendidikan, (c) sosial ekonomi penambang galian C di Desa Lenek Daya ditinjau dari keadaan rumah tinggal. (d) sosial-ekonomi penambang galian C di Desa Lenek Daya ditinjau dari kedudukan di dalam masyarakat.

METODE

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan di desa Lenek Daya Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok Timur. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah variabel kondisi sosial- ekonomi penambang galin C di Desa Lenek Daya Kecamatan Aikmel yang dilihat dari tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, keadaan rumah tinggal, dan kedudukan di dalam masyarakat.

Subjek dalam penelitian adalah penambang galian C di Desa Lenek Daya yang berjumlah 50 orang. Objek dalam penelitian ini adalah sosial-ekonomi penamabang galian C yang dilihat dari tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, keadaan rumah tinggal, dan kedudukan di dalam masyarakat.

Jenis data yang dipergunakan adalah data kualitatif berupa hasil wawancara dengan penambang galian C mengenai kedudukan penambang galian C dalam organisasi formal dan noformal, keadaan tempat tinggal, sedangkan data kuantitif adalah data berupa hasil wawancara dengan penambang galian C mengenai tingkat pendapatan dan pendidikan.

sumber datanya, data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung melalui wawancara dengan penambang galian C untuk mendapatkan data mengenai tingkat pendapatan, pendidikan, keadaan rumah tinggal, dan kedudukannya di dalam masyarakat, serta melakukan observasi langsung ke wilayah atau rumah penambang galian C untuk memperoleh data mengenai keadaan rumah tinggalnya.

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui catatan-catatan atau dokumen yang tersedia di kantor Desa Lenek Daya mengenai jabatan/kedudukan penambang galian C di dalam organisasi.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Analisis data dengan deskriptif ini bertujuan untuk membuat deskripsi mengenai kondisi sosial ekonomi penambang galian C di Desa Lenek Daya . .

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian

Sosial ekonomi penambang galian C di Desa Lenek Daya dilihat dari tingkat pendapatan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 50 penambang galian C di Desa Lenek Daya didapatkan data mengenai tingkat pendapatan sebagai berikut.

Tabel 2.Pendapatan Penambang Galian C Di Desa Lenek Daya

NO Pendapatan F

1 955.000,00 3

2 789.680,00 35

3 664.000,00 12

Jumlah 50

Sumber: Lampiran, 01

Berdasarkan hasil surve yang dilakukan pada 50 penambang galian C dari hasil pekerjaan utama (menjual tambang) dan pekerjaan tambahan (petani dan buruh angkut). Pendapatan terendah yang diperoleh penambang galian C adalah sebesar Rp664.000,00, sedangkan pendapatan tertinggi yang diperoleh sebesar Rp955.000,00. Setelah dihitung rata-rata pendapatan per bulan, para penambang memperoleh pendapatan Rp 789.680,00 per bulan. Tinggi atau rendahnya pendapatan yang diperoleh oleh penambang galian C tidak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang dimiliki penambang galian C akan tetapi hal ini dikarenakan ada yang bekerja setengah hari atau ada yang bekerja sampai lembur.

Besarnya Upah Minimum Kabupaten Lombok Timur Tahun 2015 sebesar Rp 1.212.000.000,00 per bulan ( Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lombok Timur, 2015). Ini menandakan bahwa pendapatan penambang galian C

(6)

masih berada di bawah UMK Kabupaten Lombok Timur Tahun 2015 (Rp 789.680,00< Rp 1.212.000,00).

Sosial ekonomi penambang galian C di Desa Lenek Daya dilihat dari tingkat pendidikan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 50 penambang galian C di Desa Lenek Daya didapatkan data mengenai tingkat pendidikan penambang dan anak- anaknya sebagai berikut.

Tabel 3 Tingkat Pendidikan Penambang Galian C Di Desa Lenek Daya

No Tingkat

Pendidikan F

1 Tidak Sekolah 17

2 SD/MI 24

3 SMP/MTS 6

4 SMA/MA 3

5 Perguruan Tinggi 0

Jumlah 50

Sumber: Lampiran, 02

Berdasarkan hasil surve dapat diketahui pendidikan penambang galian C di Desa Lenek Daya dari 50 orang penambang galian C hanya 30 orang yang menempuh pendidikan wajib belajar sembilan tahun, sedangkan sisanya 17 yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali, 3 orang sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK/MA) dan tidak ada yang menempuh perguruan tinggi (PT).

Dari hasil penelitian di atas berarti sosial ekonomi penambang galian C dilihat dari indikator tingkat pendidikan hanya 30 orang yang menempuh pendidikan wajib belajar 9 tahun dari 50 orang penambang.

Tabel 4. Data Anak- anak Penambang Galian C yang menempuh pendidikan No Tingkat Pendidikan Frekuensi

1 Tidak Sekolah 11

2 SD/MI 72

3 SMP/MTS 17

4 SMA/MA 13

5 Perguruan Tinggi 0

Jumlah 113

Sumber : Lampiran, 02

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan untuk tingkat pendidikan anak- anak penambang galian C yang tidak mengenyam pendidkan sama sekali, sejumlah 11 orang, sedangkan anak-anak yang mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD/MI) sejumlah 72 orang. Untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTS) pada anak-anak penambang galian C, sejumlah 17 orang yang masih mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTS). Untuk anak penambang galian C yang mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA/MA) sejumlah 13 orang . Untuk tingkat perguruan tinggi (PT) semua anak-anak penambang galian C tidak ada yang mengenyam pendidikan Perguruan Tinggi. Bisa disimpulkan pendidikan anak-anak penambang galian C hanya 89 yang menempuh pendidikan wajib belajar sembilan tahun dari 113 anak- anak penambang galian C.

Sosial ekonomi penambang galian C di Desa Lenek Daya dilihat dari keadaan rumah tinggal

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 50 penambang galian C di Desa Lenek Daya didapatkan data mengenai keadaan rumah tinggal seperti Tabel 4.3 sebagai berikut.

(7)

Tabel 5.Keadaan Rumah Tinggal penambang galian C di Desa Lenek Daya

No Keadaan Rumah

Tinggal F

1 Memenuhi syarat kesehatan, keamanan, dan sosial (permanen, kondisi tidak rusak, memiliki MCK, dan penerangan dari listrik)

21

2 Belum memenuhi syarat kesehatan, keamanan, dan sosial (tidak permanen, kondisi rusak, tidak memiliki MCK, penerangan belum dari listrik)

29

Jumlah 50

Sumber : Lampiran, 03.

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui jumlah penambang galian C yang memenuhi dan yang belum memenuhi syarat kesehatan, keamanan, dan sosial. Jumlah rumah yang memenuhi syarat kesehatan, keamanan, dan sosial yaitu sebanyak 21 rumah dari 50 rumah penambang galian C. Rumah yang belum memenuhi syarat kesehatan, keamanan, dan sosial yaitu sebanyak 29 rumah.

Dari hasil penelitian di atas berarti sosial ekonomi penambang galian C dilihat dari keadaan rumah tinggal masih banyak rumah penambang galian C yang belum memenuhi syarat kesehatan, keamanan, dan sosial, karena dari 50 penambang galian C 29 rumah yang belum memenuhi syarat kesehatan, keamanan, dan sosial, sedangkan 21 rumah sudah memenuhi syarat kesehatan, keamanan, dan sosial.

Sosial ekonomi penambang galian C di Desa Lenek Daya dilihat dari Kedudukan di dalam masyarakat

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 50 penambang galian C di Desa Lenek Daya didapatkan data mengenai kedudukan di dalam masyarakat seperti Tabel 6 sebagai berikut.

Tabel 6.Kedudukan Di Dalam Masyarakat Penambang Galian C Di Desa Lenek Daya

No Kedudukan

Di Dalam Masyarakat F 1 Pengurus organisasi

formal 2

pengurus organisasi

non formal 11

2 Bukan pengur us organisasi formal dan non formal

37

Jumlah 50

Sumber : Lampiran, 04

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui kedudukan penambang galian C di dalam masyarakat di Desa Lenek Daya dari 50 orang penambang galian C lebih banyak yang tidak menjadi pengurus organisasi formal (Kepala Desa, Sekertaris, Bendahara, Kepala Urusan Pemerintahan, dan kepala urusan pembangunan, Kepala Dusun, RT, RW) maupun organisasi non formal (Kepala suku, Tokoh Agama, Mandor, Ketua kelompok penambangan). Para penambang galian C yang dipercaya menjadi pengurus organisasi formal dan organisasi non formal karena dilihat dari pendidikan serta minat dari para penambang untuk menjadi pengurus, sedangkan penambang galian C yang tidak menjadi pengurus karena rendahnya pendidikan yang dimiliki para penambang dan kurangnya minat para penambang galian C itu sendiri.

Dari hasil penelitian di atas berarti sosial ekonomi penambang galian C dilihat dari indikator kedudukan di dalam masyarakat masih banyak penambang galian C yang tidak menjadi pengurus organisasi formal maupun organisasi non formal.

Pembahasan

Sosial ekonomi penambang galian C di Desa Lenek Daya dilihat dari tingkat pendapatan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui pendapatan penambang galian C dari hasil pekerjaan utama (Menjual tambang) dan pekerjaan tambahan (petani dan buruh angkut).

Pendapatan terendah yang diperoleh

(8)

penambang galian C adalah sebesar Rp664.000,00, sedangkan pendapatan tertinggi yang diperoleh sebesar Rp955.000,00. Pendapatan antara penambang galian C yang satu dengan yang lainnya tidak jauh berbeda. Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh penambang galian C dari hasil menggali, mengumpulkan dan memecah batu tergantung dari tenaga/kemampuan fisik, waktu, jumlah material yang dihasilkan, dan banyaknya material bahan galian C yang terjual. Setelah dihitung rata-rata pendapatan per bulan, para penambang memperoleh pendapatan Rp 789.680,00 per bulan. Besarnya Upah Minimum Kabupaten Lombok Timur Tahun 2015 sebesar Rp 1.212.000.000,00 per bulan ( Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lombok Timur, 2015). Ini menandakan bahwa pendapatan penambang galian C masih berada di bawah UMK Kabupaten Lombok Timur Tahun 2015 (Rp 789.680,00< Rp 1.212.000,00).

Sosial ekonomi penambang galian C di Desa Lenek Daya dilihat dari tingkat pendidikan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan penambang galian C dan akan- anaknya sangat bervariasi. Perlu untuk diketahui, anak penambang galian C yang masih balita dan meninggal saat usia sekolah, tidak peneliti masukkan dalam perhitungan. Dari 50 orang penambang galian C dan 113 anak-anak penambang galian C, masih ada penambang galian C yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali yaitu sejumlah 17 orang. Untuk penambang galian C yang mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD/MI) yaitu sejumlah 24 orang. Untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTS) yaitu sejumlah 6 orang dan untuk tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA/SMK/MA) yaitu sejumlah 3 orang. Untuk tingkat Perguruan Tinggi (PT) semua penambang galian C tidak pernah mengenyam pendidikan tersebut.

Untuk tingkat pendidikan anak-anak penambang galian C yang tidak mengenyam pendidikan sama sekali,

sejumlah 11 oarang, sedangkan anak-anak yang mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD/MI) sejumlah 72 orang. Untuk tingka Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTS) pada anak-anak penambang galain C, sejumlah 17 orang yang masih mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTS) dan masih duduk di kelas satu, dua, dan tiga Sekolah menengah pertama (SMP/MTS) (belum lulus SMP) dan tidak ada anak yang putus sekolah sampai lulus sekolah Menengah pertama (SMP/MTS). Untuk anak-anak penambang galian C yang mengenyam pendidikan (SMA/SMK/MA) sejumlah 13 orang. Untuk tingkat perguruan tinggi (PT) semua anak-anak penambang galian C tidak pernah mengenyam pendidikan Perguruan Tinggi (TP). Alasan utama dari penambang galian C mengenai tidak sekolahnya anak mereka adalah tidak adanya dana untuk menyekolahkan anaknya. Alasan lain yang lain diungkapkan adalah anak itu sendiri yang tidak mau sekolah.

Sosial ekonomi Penambang galian C di Desa Lenek Daya Dilihat dari keadaan rumah tinggal

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terlihat jumlah rumah penambang galian C yang memenuhi dan yang belum memenuhi syarat kesehatan, keamanan, dan sosial. Jumlah rumah yang memenuhi syarat kesehatan, keamanan, dan sosial yaitu sebanyak 21 rumah dari 50 rumah penambang galian C. Untuk kategori rumah yang belum memenuhi syarat kesehatan, keamanan, dan sosial adalah sebagai berikut. Rumah tidak permanen yaitu dinding dan atap dibuat dari bahan yang mudah lapuk, seperti papan, ilalang, bambo yang dianyam, dan sebagainya, tidak memiliki fasilitas mandi, cuci, dan kakus, dan penerangan belum dari listrik yaitu sebanyak 29 rumah.

Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa sosial ekonomi penambang galian C dilihat dari indikator keadaan rumah tinggal masih banyak rumah yang belum memenuhi syarat kesehatan, keamanan, dan sosial.

(9)

Sosial ekonomi penambang galian C di Desa Lenek Daya dilihat dari kedudukannya di dalam masyarakat.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilihat dari kedudukan di dalam masyarakat yaitu sebagai pengurus dan bukan pengurus organisasi formal dan non formal yang meliputi, organisasi formal (Kepala Desa, Sekertaris, Bendahara, Kepala Urusan Pemerintahan, dan kepala urusan pembangunan, Kepala Dusun, RT dan RW) dan organisasi non formal (Kepala suku, Tokoh Agama, Mandor, Ketua kelompok penambang). Dilihat dari 50 orang penambang hanya 2 orang yang menjadi pengurus organisasi formal dan 11 orang menjadi pengurus organisasi non formal, sedangkan sisanya 37 orang yang tidak menjadi pengurus organisasi formal dan organisasi non formal. Penambang galian C yang belum dipercaya untuk memegang suatu jabatan atau menduduki posisi penting di desa karena masih rendahnya pendidikan yang dimiliki oleh penambang galian C atau kurangnya minat penambang galian C menjadi pengurus. Pendidikan yang ditempuh oleh penambang galian C sebagain besar sampai dengan Sekolah Dasar (SD/MI). Rendahnya pendidikan yang dimiliki penambang galian C sehingga membatasi mereka menduduki posisi atau menjabat organisasi di desa. Dari hasil penelitian di atas berarti sosial ekonomi penambang galian C dilihat dari indikator kedudukan di dalam masyarakat termasuk kriteria sangat kurang karena lebih banyak penambang galian C yang tidak menjadi pengurus organisasi formal maupun organisasi non formal.

Simpulan dan saran Simpulan

Berdasrakan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

Sosial ekonomi penambang galian C di desa lenek daya dilihat dari tingkat pendapatan semua pendapatan penambang galian C masih berada di bawah Upah Minimum Kabupaten (UMK) Lombok Timur Tahun 2015.

Sosial ekonomi penambang galian C di Desa Lenek Daya dilihat dari tingkat pendidikan hanya 30 orang dari 50 orang

penambang yang mampu menyelsaikan program pendidikan wajib belajar 9 tahun.

Dilihat dari pendidikan anak-anaknya hanya 89 orang yang menempuh pendidikan wajib belajar 9 tahun dari 113 anak-anak penambang galian C

Sosial ekonomi penambang galian C di Desa Lenek Daya dilihat dari keadaan rumah tinggal masih banyak penambang galian C yang belum memenuhi syarat kesehatan, keamanan, dan sosia, karena dari 50 rumah hanya 29 yang belum memenuhi syarat kesehatan, keamanan, dan sosial.

Sosial ekonomi penambang galian C di Desa Lenek Daya dilihat dari kedudukan di dalam masyarakat masih ada yang tidak menjadi pengurus organisasi formal dan organisasi non formal.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan di atas, maka dapat diajukan beberapa saran, yaitu

Adanya permasalahan sosial ekonomi penambang galian C dilihat dari pendapatan masih di bawah UMK Kabupaten Lombok Timur Tahnu 2015, oleh karena itu perlu diberikan saran yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan penambang galian C di Desa Lenek Daya. Saran yang dapat diberikan kepada penambang galian C yaitu penambang galian C hendaknya memperbaiki akses jalan agar truk pengangkut material galian C bisa lancar membawa material bahan galian, dengan banyaknya truk yang membeli material bahan gaian C tentunya akan bisa meningkatkan pendapatan penambang galian C dengan cara meningkatkan harga bahan gaian C, mereka menuturkan bahwa rusaknya akses jalan menuju lokasi penambang galian C membuat truk pengangkut material galian sulit untuk melaluinya, apalagi dengan muatan truk yang sangat berat.

Adanya permasalahan sosial ekonomi penambang galian C dilihat dari tingkat pendidikan, perlu adanya perhatian dari pemerintah seperti Dinas pendidikan Kabupaten Lombok Timur untuk

(10)

menginformasikan atau mensosialisasikan program wajib belajar sembilan tahun pada penambang galian C dan anak-anaknya.

Selain itu kepada penambang galian C diharapkan dapat meningkatkan tingkat pendidikan, terutama tingkat pendidikan anak-anak penambang galian C, sehingga program pendidikan dasar belajar sembilan tahun dapat terlaksanakan dengan baik khususnya pada penambang galian C.

Sekarang sudah banyak bantuan-bantuan dari pemerintah dalam bidang pendidikan, contohnya bantuan operasional sekolah dan beasiswa-beasiswa dari pemerintah atau pihak swasta.

Banyaknya rumah penambang galian C yang belum memenuhi syarat kesehatan, kemanan, dna sosial, diharapkan kepada Dinas sosial kabupaten lombok timur yang memiliki program bantuan bedah rumah untuk meninjau langsung rumah penambang galian C yang belum memenuhi syarat kesehatan, keamanan, dan sosial tersebut, sehingga program bedah rumah tersebut dapat diperbanyak untuk membuat pihak-pihak yang benar- benar membutuhkan.

Adanya permasalahan sosial ekonomi penambang galian C ditinjau dari kedudukan di dalam masyarakat di Desa Lenek Daya karena dari 50 orang penambang galian C hanya 13 yang memiliki kedudukan atau posisi di dalam masyarakat, sehingga perlu adanya perhatian dan sosialisasi dari desa untuk para penambang galian C agar penambang galian C mau menjabat menjadi pengurus di Desa.

DAFTAR PUSTAKA

Abdulsyani. 2007. Sosiologi Skematika, Teori dan Terapan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Lombok Timur. 2015.

Upah Minimum Kabupaten/ Kota.

Hadari Nawawi. (2003). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada Univercity press.

Iskandar, Zulrizka. 2013. Psikologi Lingkungan Metode dan Aplikasi.

Bandung: Refika Aditama.

Ismail, Muhammad Ilyas. 2010. “Pendidikan Wajib Belajar (Wajar) 9 Tahun dan Peningkatan Kualitas Sumber Daya

Manusia”. Tersedia

padahttp://www.gudangmateri.com/2 010/ 06/pendidikan-wajib-belajar-9- tahun.html (diakses tanggal 16 Maret 2016).

Kaare, Svalastoga. 2004. Deferensiasi Sosial. Jakarta: Bina Aksara.

Nawawi, Hadari ,Martini. 2006. Instrumen Penelitian Bidang Sosial.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sitorus, M. 2000. Sosiologi. Bandung:

Cahaya Budi

Sudarsono. 2010. Pengantar Ekonomi Mikro. Jakarta: Lembaga Penelitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi dan Sosial.

Soerjono, Soekanto. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kunatitatif Kualitatif dan R&D.

Bandung: CV. Alfabeta.

Sunardi, M dan Evers, H.D. 2002.

Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok.

Jakarta: Rajawali.

Wahyu Adji. 2004. Ekonomi SMK Untuk Kelas XI. Bandung: Ganeca Exacta

Gambar

Tabel 5.Keadaan Rumah Tinggal penambang galian C di Desa Lenek Daya

Referensi

Dokumen terkait

%HUGDVDUNDQ SHWD ORNDVL LQGXVWUL ´/HPHDµ PDNDQDQ WUDGLVLRQDO 5HMDQJ DNDQ digabungkan dengan peta penyebaran domisili suku Rejang pada semua Kabupaten di Provinsi

Subjek penelitian adalah pasien nodul tiroid yang diperiksa menggunakan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB) dan dilanjutkan dengan pemeriksaan histopatologi di RSUD

Dörnyei and associates argued that integrative and instrumental orientations are unable to capture learners’ fluctuations and complexity of motivation as the

Peningkatan pendapatan bersih ini disebabkan oleh kinerja yang lebih baik dari seluruh lini bisnis milik Perseroan.. Pada segmen usaha mesin konstruksi, volume

Hasil penelitian menunjukkan bahwaurgensi profesionalisme guru dalam proses pembelajaran di MIS Nurul Siti Aisyah Ishak Delitua masih perlu ditingkatkan baik dari

060886 tentang data demografi diperoleh mayoritas laki- laki 11 orang, urutan anak pertama adalah 7 orang, pekerjaan orangtua wiraswasta adalah 14 orang, jumlah saudara tiga

El Nino merupakan salah satu fenomena global yang berdampak terhadap sistem iklim di wilayah Indonesia; termasuk wilayah Pulau Ambon Provinsi Maluku. Salah satu

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, dapat di ketahui bahwa Dana Pihak Ketiga berpengaruh tidak signifikan