The Effect of Socio-Demographic and Obstetric Factors on Early Initiation of Breastfeeding in Tegal District, Central Java
Juhrotun Nisa1,2), Harsono Salimo3), Uki Retno Budihastuti4)
1 Diploma Program in Midwifery Harapan Bersama, Polytechnics, Tegal
2Masters Program in Public Health, Sebelas Maret University, Surakarta
3Department of Pediatrics, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University, Surakarta
4Department of Obstetric and Gynecology, Dr. Moewardi Hospital, Surakarta
ABSTRACT
Background: It is estimated that approximately 10 million children die every year worldwide.
Forty five percent of those deaths are caused by malnutrition either directly or indirectly. Studies have shown that breastfeeding in the first hour can reduce neonatal death to 22%. However, breastfeeding practice in the first hour of life reaches only 43% of the newborns in the world. In South Asia, early initiation of breastfeeding is only 41% of the newborn, while in Indonesia it is only 34.5%. This study aimed to determine the effect of socio-demographic and obstetric factors on early initiation of breastfeeding in Tegal District, Central Java.
Subjects and Method: This was an analytic observational study with cross-sectional design. This study was conducted at 4 Community Health Centers (Puskesmas Pagiyanten, Puskesmas Pagerbarang, Puskesmas Bumijawa, Puskesmas Jatinegara) and Dr. Soeselo hospital, Tegal District, Central Java, from February to March 2017. A sample of 121 post partum mothers were selected for this study by exhaustive sampling. The dependent variable was time from birth delivery to breastfeeding. The independent variables were maternal education, maternal employment status, maternal knowledge, family income, parity, antenatal care (ANC) visit, and health provider support. The data were collected by questionnaire and were analyzed by multiple logistic regression.
Results: Early initiation of breastfeeding was positively affected by maternal education ≥ High School (OR=3.90; 95% CI=1.14-13.37; p=0.030), maternal work outside the house (OR=7.93; 95%
CI=1.68 to 37.52; p=0.009), ANC ≥ 4 times (OR=3.48; 95% CI=0.82 to 14.81; p=0.092), and strong health provider support (OR=12.58; 95% CI=4.30 to 36.77; p<0.001)
Conclusion: Early initiation of breastfeeding is positively affected by maternal education ≥ High School, maternal work outside the house, ANC ≥ 4 times, and strong health provider support.
Keywords: Socio demographic, obstetric factor, early initiation breastfeeding Correspondence:
Juhrotun Nisa. Masters Program in Public Health, Sebelas Maret University, Surakarta. Email:
nisa.jn20@gmail.com. Mobile: +6285642905995.
LATAR BELAKANG
Gizi neonatus (inisiasi menyusu dini satu jam setelah kelahiran dan ASI ekslusif) me- rupakan intervensi utama untuk kelang- sungan hidup bayi baru lahir selama perio- de perinatal. Inisiasi menyusu dini secara bermakna dikaitkan dengan penurunan se- mua penyebab kematian neonatal seperti
berat badan lahir rendah dan infeksi neo- natal (Khanal et al., 2015).
Inisiasi menyusu dini dianggap mampu menstimulasi imunoglobulin dan limfosit yang ditemukan dalam kolostrum untuk mencegah infeksi patogen pada pe- matangan usus normal. Inisiasi menyusu dini juga dapat mencegah hipotermia pada bayi baru lahir (Khanal et al, 2015).
Capaian inisiasi menyusu dini di Asia Selatan hanya sebesar 41% dari total kela- hiran bayi dalam 1 jam pertama kelahiran.
Beberapa Negara di Asia Selatan memiliki praktik inisiasi menyusui awal terburuk di dunia, Negara tersebut meliputi Pakistan 29% dari total kelahiran bayi, 41% di India, 47% di Bangladesh, dan 45% Bayi Nepal.
Menurut data Riskesdas 2013 menunjukan bahwa proses mulai menyusui terbanyak di Indonesia terjadi pada 1-6 jam setelah ke- lahiran sebesar 35.2% dan kurang dari 1 jam (inisiasi menyusu dini) sebesar 34.5%
(Sharma and Byrne, 2016; Kemenkes RI, 2014).
Inisiasi Menyusu Dini pada satu jam pertama setelah kelahiran merupakan upa- ya menyusu yang paling mudah dan paling banyak berhasil, dikarenakan pada saat sa- tu jam pertama setelah kelahiran, fisik dan psikis ibu telah siap untuk menyusu, diper- kuat oleh adanya informasi/konseling ten- tang menyusui dan dukungan dari penyedia pelayanan kesehatan (tenaga kesehatan) ((Adugna, 2014).
Menurut Liben dan Yesuf (2016) pari- tas dan pendidikan dapat mempengaruhi ketepatan waktu menyusu dini. Selain itu kunjungan antenatal, pengetahuan, tindak- an bidan, dan dukungan bidan (Bimerew et al, 2016; Hidayat, 2012; Sirajuddin et al, 2013).
Data pelaksanaan inisiasi menyusu dini di Kabupaten Tegal baru dilaporkan ta- hun 2016, tahun sebelumnya tidak dilapor- kan. Hasil laporan triwulan menunjukan belum semua bayi memperoleh ASI melalui proses inisiasi menyusu dini pada satu jam pertama kelahiran seperti di Puskesmas Slawi baru 50.9% (481 bayi mendapat IMD dari 945 kelahiran) (Dinkes Tegal, 2016).
Fakta lain di Kabupaten Tegal me- nunjukan bahwa masih ada pasien yang belum mengetahui manfaat inisiasi me- nyusu dini dan menganggap ASI yang per-
tama keluar (kolostrum) masih berwarna kuning dianggap kotor, sehingga perlu di buang. Sedangkan di RSUD dr. Soeselo pe- laksanaan inisiasi menyusu dini belum bisa diterapkan pada semua pasien, dikarena- kan pada beberapa kasus ibu dan bayi tidak bisa dilakukan rawat gabung. Selain itu pa- da beberapa kasus pelaksanaan inisiasi me- nyusu dini juga baru dilaksanakan setelah pemeriksaan/perawatan pada bayi selesai.
Penelitian ini dilakukan dengan tuju- an untuk mengetahui faktor sosio demo- grafi dan obstetrik yang mempengaruhi ke- tepatan waktu inisiasi menyusu dini, terdiri dari pendidikan, pekerjaan, penghasilan ke- luarga, pengetahuan ibu, paritas, riwayat pemeriksaan antenatal dan dukungan tenaga kesehatan.
SUBJEK DAN METODE 1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non experi- mental, menggunakan desain observasional analitik dengan cross sectional study, yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau pengamatan pada saat bersamaan (sekali waktu) antara faktor risiko/paparan dengan penyakit.
2. Populasi dan sampel
Subjek dalam penelitian ini adalah ibu post partum yang masih berada di tempat per- tolongan persalinan di Puskesmas yang memiliki fasilitas Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergency Dasar (PONED) yaitu Puskesmas Bumijawa, Puskesmas Jatinega- ra, Puskesmas Pagerbarang, Puskesmas Pa- giyanten dan RSUD Dr. Soeselo Kabupaten Tegal.
Penelitian dilakukan pada bulan feb- ruari sampai dengan maret 2017 dengan jumlah sampel mengacu pada Hair et al., (1998) yang dikutip oleh Murti (2013) yang mengatakan bahwa dalam analisis multiva- riat sampel dianjurkan 15 sampai 20 subjek
setiap variabel independen, sehingga esti- masi sampel dalam penelitian ini sekitar 105 sampai dengan 140 subjek penelitian.
Teknik pengambilan sampel dan me- tode yang digunakan adalah exhaustive sampling dengan memperhatikan kriteria inklusi dan eklusi. Kriteria inklusi meliputi ibu yang bersalin normal, sedangkan krite- ria eklusi meliputi ibu yang operasi sesar, ibu yang mengalami perdarahan, dan bayi yang dilahirkan mengalami asfiksia serta ibu yang melahirkan bukan di tempat pene- litian, namun karena suatu hal nifasnya be- rada di lokasi penelitian.
3. Variabel Penelitian
Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu waktu menyusu dini, sedangkan va- riabel independen meliputi pendidikan, pe- kerjaan, penghasilan keluarga, pengetahu- an ibu, paritas, riwayat antenatal, dan du- kungan tenaga kesehatan.
4. Definisi Operasional
Definisi operasional pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah ditempuh oleh subjek penelitian.
Skala data adalah kategorikal dengan kategori 0 jika <SMA dan 1 jika ≥SMA.
Pekerjaan merupakan kegiatan sese- orang untuk memperoleh penghasilan.
Skala data adalah kategorikal, jika 0 maka bekerja dan 1=tidak bekerja.
Penghasilan merupakan pendapatan yang diperoleh oleh subjek penelitian dalam satu bulan penuh. Skala adalah kate- gorikal. Nilai 0 jika pendapatan <Rp 1,487,000 dan 1 jika ≥ Rp 1,487,000.
Pengetahuan merupakan pengetahu- an subjek penelitian tentang praktik/ pelak- sanaan inisiasi menyusu dini serta man- faatnya. Skala data adalah kontinu dan diubah menjadi dikotomi, yaitu pengeta- huan rendah jika skor <mean dan penge- tahuan tinggi jika skor ≥ mean.
Paritas adalah jumlah ibu pernah me- lahirkan anak. Skala data kategorikal, yaitu
0=multipara dan 1= primipara. Riwayat ANC adalah pemeriksaan rutin yang di- lakukan pada ibu hamil untuk mengetahui kondisi ibu dan janin. Skala yang diguna- kan adalah kategorikal. nilai 0 jika <4 kali dan 1 jika ≥4 kali.
Dukungan tenaga kesehatan merupa- kan berbagai bentuk kecenderungan peran yang diberikan oleh petugas kesehatan di Kabupaten Tegal yang diamati oleh ibu tentang IMD baik berupa konseling mau- pun praktik. Skala data adalah kontinu tetapi untuk kepentingan analisis data diubah menjadi dikotomi yaitu dukungan lemah jika skor <mean dan dukungan kuat jika ≥mean.
Waktu inisiasi menyusu dini merupa- kan waktu berlangsungnya proses mem- biarkan bayi dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam per- tama kelahiran, sehingga terjadi kontak kulit antara ibu dan bayi, serta bayi dapat menghisap puting. Skala data adalah kate- gorikal dengan parameter 0 jika ≥1 jam dan 1 jika <1 jam.
5. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan da- lam penelitian ini adalah kuesioner. Kues- ioner digunakan untuk memperoleh data primer, selain dari kuesioner data primer juga di peroleh dari hasil observasi pada proses menyusu dini. Kuesioner penelitian dijadikan panduan untuk wawancara. Wa- wancara dilakukan setelah ibu dipindah ke ruang nifas.
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen di- anggap sudah baik. Uji reliabilitas dengan cara menganalisis data dari suatu hasil pe- ngetesan. Pada penelitian ini peneliti meng- gunakan teknik reliabilitas karena peneliti dalam menganalisis data hanya mengguna- kan kuesioner kepada subjek penelitian de-
ngan satu kali pengetesan saja (Hidayat, 2014). Sehingga uji reliabilitas dilakukan menggunakan rumus Cronbach Alpha dengan bantuan program SPSS.
Harga perhitungan dengan rumus Cronbach Alpha dapat diketahui bahwa pertanyaan dikatakan reliabel bila r hitung atau hasil alpha minimal 0.6 item pertanya- an tersebut reliabel. Hasil uji reliabilitas da- lam penelitian ini dilakukan di RSU Kardi- nah, Tegal adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil uji reliabilitas kuesio- ner faktor sosio demografi dan obste- trik yang mempengaruhi ketepatan waktu menyusu dini di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah
Variabel Item total
correlation Cronbach Alpha Pengetahuan ≥ 0.41 0.75 Dukungan
tenaga
kesehatan ≥ 0.35 0.74
Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai Cronbach Alpha terhadap kuesioner yang menanyakan tentang pengetahuan sebesar 0.75≥0.60 dengan nilai item total corela- tion lebih dari 0.41. Kuesioner pengetahuan dalam penelitian ini dinyatakan reliabel.
Nilai Cronbach Alpha terhadap kuesioner tentang dukungan tenaga kesehatan se- besar 0.74 ≥ 0.60 dengan nilai item total corelation lebih dari 0.35 sehingga kuesi- oner dukungan tenaga kesehatan dalam pe- nelitian ini reliabel.
6. Analisis Data
Analisis data meliputi analisis univariat, analisis bivariat, dan analisis multivariat.
Analisis data multivariat dalam penelitian ini menggunakan regresi logistik ganda.
HASIL
A. Karakteristik subjek penelitian Karakteristik subjek penelitian dalam pene- litian ini disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Karakteristik subjek pene- litian berdasarkan usia
Usia subjek
penelitian n %
<20 atau ≥35 tahun 29 23.97
20 – 35 tahun 92 76.03
Total 121 100
Tabel 2 menunjukan bahwa hasil pe- nelitian tentang faktor sosio demografi dan obstetrik yang mempengaruhi ketepatan waktu menyusu dini di Kabupaten Tegal yang dilakukan pada 121 subjek penelitian didapatkan prosentase usia terbanyak pada usia reproduktif sebesar 76.03% ibu post partum.
B. Analisis Univariat
Analisis univariat digunakan untuk men- jelaskan atau mendeskripsikan angka atau nilai masing - masing variabel dengan uku- ran proporsi persentase. Analisis univariat tentang faktor sosio demografi dan obste- trik yang mempengaruhi ketepatan waktu menyusu dini di Kabupaten Tegal meliputi tingkat pendidikan, status pekerjaan, peng- hasilan keluarga, pengetahuan ibu tentang inisiasi menyusu dini, status paritas ibu, riwayat pemeriksaan antenatal, dukungan tenaga kesehatan dalam praktik inisiasi menyusu dini dan waktu berlangsungnya proses inisiasi menyusu dini. Hasil analisis univariat dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 menunjukan bahwa hasil analisis univariat terhadap faktor sosio demografi dan obstetrik yang mempengaruhi ketepat- an waktu inisiasi menyusu dini di Kabupa- ten Tegal. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dari 121 subjek penelitian penelitian didapatkan hasil bahwa tingkat pendidikan subjek penelitian masih banyak yang <SMA yaitu 64.46% atau sebanyak 78 ibu postpar- tum memiliki pendidikan <SMA.
Sebanyak 80.99% status pekerjaan ibu hanya sebagai ibu rumah tangga. Peng- hasilan keluarga yang didapat setiap bulan-
nya sebagian besar ≥upah minimal regional (57.02%). Nilai UMR Kabupaten tegal se- besar Rp 1,487,000. Tingkat pengetahuan ibu postpartum tentang inisiasi menyusu
dini sebagian besar sudah baik. Sebanyak 70 ibu post partum (57.85%) sudah me- miliki pengetahuan yang baik.
Tabel 3. Analisis univariat faktor yang mempengaruhi ketepatan IMD
Variabel Kriteria n %
Pendidikan <SMA 78 64.46
≥ SMA 43 35.54
Pekerjaan Bekerja 23 19.01
tidak bekerja 98 80.99
Penghasilan < Rp. 1.487.000 52 42.,98
≥ Rp. 1.487.000 69 57.02
Pengetahuan Kurang 51 42.15
Baik 70 57.85
Paritas Multipara 68 56.20
Primipara 53 43.80
Riwayat ANC < 4 kali 13 10.74
≥ 4 kali 108 89.26
Dukungan tenaga kesehatan Lemah 58 47.93
Kuat 63 52.07
Waktu IMD >1 jam 44 36.36
≤ 1 jam 77 63.64
Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa sebagian besar subjek penelitian sudah pernah melahirkan lebih dari satu kali atau multipara sebanyak 56.20%.
Sebagian besar ibu memiliki riwayat ante- natal care ≥4 kali (89.26%). Dukungan te- naga kesehatan dalam praktik inisiasi me- nyusu dini di tempat penelitian sebagian besar sudah memberikan dukungan yang kuat kepada ibu sebesar 52.07%. Pelaksa- naan inisiasi menyusu dini sebagian besar sudah dilakukan tepat waktu (≤1 jam per- tama setelah kelahiran) yaitu 63.64%.
C. Analisis Bivariat
Hasil analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara faktor sosio- demografi dan obstetrik dengan ketepatan waktu menyusu dini, faktor sosio demografi meliputi tingkat pendidikan, status pekerja- an, penghasilan keluarga, dan tingkat peng- etahuan ibu tentang inisiasi menyusu dini.
Faktor obstetrik meliputi status paritas ibu, riwayat pemeriksaan antenatal, dan dukungan tenaga kesehatan dalam praktik
inisiasi menyusu dini. Hasil analisis biva- riat dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 menunjukkan bahwa praktik inisiasi menyusu dini yang <1 jam lebih ba- nyak dilakukan oleh ibu yang berpendidik- an <SMA sebesar 42.97% (p=0.030).
Terdapat hubungan antara pekerjaan ibu dengan ketepatan waktu menyusu dini (p=0.009). Ibu yang melakukan inisiasi menyusui dini ≤1 jam setelah kelahiran paling banyak oleh ibu yang bekerja dirumah yaitu sebesar 47.93%.
Penghasilan keluarga tidak memiliki hubungan dengan ketepatan waktu me- nyusu dini (p=0.713). Praktik inisiasi me- nyusu dini yang dilakukan kurang dari sama dengan 1 jam setelah kelahiran bayi lebih banyak dipraktikkan oleh ibu yang memiliki penghasilan keluarga lebih dari upah minimal regional yaitu sebesar Rp 1,487,000.
Tidak terdapat hubungan antara ting- kat pengetahuan ibu dengan ketepatan
waktu menyusu dini (p=0.701). Praktik ini- siasi menyusu dini yang dilakukan sebelum 1 jam kelahiran lebih banyak dilakukan oleh ibu yang memiliki pengetahuan baik sebesar 38.84%.
Paritas ibu tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan ketepatan waktu menyusu dini (p=0.489). Praktik inisiasi menyusu dini kurang dari 1 jam setelah ke- lahiran lebih banyak dilakukkan ibu multi- para sebanyak 37.19%.
Tabel 4. Hasil analisis bivariat faktor sosio demografi dan obstetrik yang mem- pengaruhi ketepatan waktu menyusu dini di Kabupaten Tegal
Variabel Kriteria ≤ 1 jam >1 jam
n % n % p
Pendidikan <SMA 52 42.97 26 21.49 0.030
≥ SMA 25 20.66 18 14.88
Pekerjaan Bekerja 19 15.70 4 3.31 0.009
Tidak bekerja 58 47.93 40 33.06
Penghasilan < Rp 1,487,000 31 25.62 21 17.35
0.713
≥ Rp 1,487,000 46 38.02 23 19.01
Pengetahuan Kurang 30 24.79 21 17.36
0.701
Baik 47 38.84 23 19.01
Paritas Multipara 45 37.19 23 19.01 0.489
Primipara 32 26.45 21 17.35
Riwayat ANC < 4 kali 7 5.79 6 4.96
0.092
≥ 4 kali 70 57.85 38 31.40
Dukungan tenaga
kesehatan Lemah Kuat 36 8 29.75 6.61 50 27 22.32 41.32 <0.001 Ibu yang rutin melakukan pemerik-
saan kehamilan yaitu pemeriksaan ante- natal yang dilakukkan lebih dari 4 kali selama hamil lebih banyak melakukan inisiasi menyusu dini pada waktu kurang dari sama dengan 1 jam sebanyak 57.85%.
Riwayat pemeriksaan ANC memiliki hu- bungan yang signifikan dengan ketepatan waktu menyusu dini (p=0.092), angka tersebut dianggap mendekati signifikan.
Dukungan tenaga kesehatan merupa- kan faktor yang paling dominan dalam pra- ktik menyusu dini, dimana ibu yang mem- peroleh dukungan yang kuat dari tenaga kesehatan dalam praktik inisiasi menyusu dini lebih banyak tepat waktu melakukan inisiasi menyusu dini dibandingkan dengan ibu yang meperoleh dukungan lemah, wak- tu yang tepat yaitu kurang dari 1 jam. Du- kungan tenaga kesehatan memiliki hubung- an yang signifikan dengan ketepatan waktu menyusu (p <0.001).
D. Analisis multivariat
Tabel 5 menunjukan hasil analisis multi- variat menggunakan uji regresi logistik ganda tentang faktor sosio demografi dan obstetrik yang mempengaruhi ketepatan waktu menyusu dini di Kabupaten Tegal yang dengan hasil bahwa faktor sosio demografi dan obstetrik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ketepatan waktu inisiasi menyusu dini di Kabupaten Tegal dengan nilai Negelkerker R square sebesar 0.387, yang artinya bahwa faktor sosio de- mografi dan obstetrik mempengaruhi ke- tepatan waktu inisiasi menyusu dini sebe- sar 38.7%, sedangkan 61.3% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam pe- nelitian ini.
Berdasarkan nilai OR masing-masing variabel dari hasil analisis menggunakan uji regresi logistik berganda dapat dijelaskan pengaruh masing-masing variabel terhadap ketepatan waktu inisiasi menyusu dini se-
bagai berikut: Ibu yang memiliki tingkat pendidikan lebh dari sama dengan SMA memiliki kemungkinan 3.90 kali tepat wak- tu dalam melakukan inisiasi menyusu dini dibandingkan dengan ibu yang memiliki
tingkat pendidikannya kurang dari SMA.
Hubungan tersebut secara statistik signi- fikan (OR=3.90; CI 95%=1.14 hingga 13.37;
p=0.030).
Tabel 5. Hasil analisis multivariat faktor sosio demografi dan obstetrik yang mempengaruhi ketepatan waktu menyusu dini di Kabupaten Tegal
Variabel OR CI 95%
Lower Upper p
Pendidikan ibu ≥ SMA 3.90 1.14 13.37 0.030
Pekerjaan ibu di rumah 7.93 1.68 37.52 0.009
Penghasilan keluarga ≥ Rp 1,487,000 0.83 0.32 2.21 0.713
Pengetahuan ibu yang baik 0.83 0.31 2.18 0.701
Paritas ibu primipara 0.69 0.25 1.95 0.489
Riwayat ANC ≥ 4 kali 3.48 0.82 14.81 0.092
Dukungan tenaga kesehatan yang kuat 12.58 4.30 36.77 <0.001 N Observasi= 121
-2 log likelihood= 118.42 Negelkerker R²= 38.70%
Constant = -4.08
Ibu yang bekerja dirumah memiliki kemungkinan 7.93 kali lebih tepat waktu dalam inisiasi menyusu dini dibandingkan dengan ibu yang bekerja di luar rumah. Hu- bungan tersebut secara statistik signifikan (OR=7.93; CI 95%=1.68 hingga 37.52;
p=0.009).
Pendapatan keluarga tidak memiliki hubungan dengan ketepatan waktu menyu- su dini, akan tetapi ibu yang berasal dari keluarga yang penghasilannya lebih dari u- pah minimal regional (Rp 1,487,000) ke- mungkinan akan menurunkan 0.83 kali ketepatan waktu menyusu dini dibanding- kan ibu yang berasal dari keluarga yang berpenghasilannya kurang dari upah mini- mal regional (Rp. 1.487.000). Hubungan tersebut secara statistik tidak signifikan (OR=0.83; CI 95%= 0.32 hingga 2.21;
p=0.713). Pengetahuan ibu tidak memiliki hubungan dengan ketepatan waktu me- nyusu dini, akan tetapi ibu yang memiliki pengetahuan baik kemungkinan akan me- nurunkan 0.83 kali ketepatan waktu me- nyusu dini dibandingkan dengan ibu yang pengetahuannya kurang. Hubungan terse-
but secara statistik tidak signifikan (OR=
0.83; CI 95%=0.31 hingga 2.18; p=0.701).
Paritas ibu tidak memiliki hubungan dengan ketepatan waktu menyusu dini, akan tetapi ibu yang primipara memiliki kemungkinan untuk menurunkan 0.69 kali ketepatan waktu menyusu dini dibanding- kan dengan ibu yang multipara. Hubungan tersebut secara statistik tidak signifikan (OR=0.69; CI 95%=0.25 hingga 1.95, p=
0.489;).
Ibu yang rutin melakukan pemeriksa- an antenatal lebih dari 4 kali selama hamil kemungkinan akan meningkatkan 3.48 kali ketepatan waktu inisiasi menyusu dini di- bandingkan dengan ibu melakukan peme- riksaan antenatal kurang dari 4 kali. Hu- bungan tersebut secara statistik mendekati signifikan (OR=3.48; CI 95%=0.82 hingga 14.81; p= 0.092).
Dukungan tenaga kesehatan yang kuat dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini memiliki kemungkinan untuk mening- katkan 12.58 kali ketepatan waktu inisiasi menyusu dini dibandingkan dengan du- kungan tenaga kesehatan yang lemah.
Hubungan tersebut secara statistik signi- fikan (OR=12.58; CI 95%=4.30 hingga 36.77; p<0.001).
Berdasarkan uji Hosmer and Leme- show didapatkan nilai signifikansi 0.32 atau lebih besar dari nilai α=0.05, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa model persamaan regresi logistik berganda yang dibuat layak atau fit dan dapat diinterpre- tasikan.
Berdasarkan persamaan regresi dapat diprediksi bahwa jika ibu memiliki tingkat pendidikan yang rendah, ibu bekerja, pen- dapatan keluarganya <Rp 1,487,000, ibu yang pengetahuannya kurang, ibu multi- para, ibu yang jarang memeriksakan keha- milannya dan memiliki dukungan yang lemah dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini maka akan menurunkan ketepatan waktu inisiasi menyusu dini sebesar 4.08 kali.
PEMBAHASAN
Inisiasi menyusui dini merupakan salah satu program pemerintah yang telah diatur pasal 9 dalam “Peraturan Pemerintah Re- publik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklu- sif”, akan tetapi belum semua bayi baru la- hir dilakukan inisiasi menyusu dini secara tepat waktu, adapun faktor yang berpe- ngaruh dalam waktu pelaksanaan praktik inisiasi menyusu dini sesuai hasil penelitian seperti berikut ini:
A. Hubungan pendidikan dengan ke- tepatan waktu menyusu dini
Pendidikan memiliki pengaruh terhadap ketepatan waktu menyusu dini dimana ibu yang memiliki pendidikan lebih besar dari SMA memiliki kemungkinan sebesar 3.90 kali untuk tepat waktu dalam melakukan inisiasi menyusu dini dibandingkan ibu yang berpendidikannya kurang dari SMA.
Hasil penelitian ini sesuai dengan peneliti- an yang dilakukan oleh Sirajuddin, Abdul- lah, Lumula (2013) yang meneliti tentang
“Determinan Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini”, hasil penelitian tersebut menemukan bahwa pendidikan berhubungan dengan pelaksanaan IMD, pendidikan yang cukup berpengaruh 5.9 kali lebih besar terhadap pelaksanaan IMD dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan kurang.
Semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin tinggi juga daya penalaran ter- hadap setiap informasi yang diberikan se- hingga lebih mudah untuk melakukan tin- dakan, ibu yang memiliki pendidikan tinggi lebih terbuka untuk menerima ilmu baru, sehingga praktik inisiasi menyusu dini pada ibu yang memiliki pendidikan yang tinggi lebih banyak berhasil dilakukan sebelum satu jam pertama kelahiran dibandingkan dengan ibu yang tingkat pendidikannya ku- rang (Sirajuddin et al., 2013).
B. Hubungan pekerjaan dengan kete- patan waktu menyusu dini
Status pekerjaan ibu berhubungan dengan ketepatan waktu menyusu dini. Ibu yang tidak bekerja memiliki kemungkinan se- besar 7.93 kali dalam ketepatan waktu ini- siasi menyusu dini dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Penelitian ini sejalan de- ngan penelitian yang dilakukan oleh Lakew et al. Tahun 2015 yang berjudul “Socio- medical determinants of timely breast- feeding initiation in Ethiopia: Evidence from the 2011 nation wide Demographic and Health Survey”. Dalam penelitian ter- sebut menunjukan hasil bahwa pada ibu bekerja memiliki kemungkinan 23% untuk tidak tepat melakukan inisiasi menyusu dini”.
Ibu yang bekerja lebih mungkin me- ngalami stres selama kehamilan dikarena- kan tuntutan pekerjaan ibu. Stres yang di- alami ibu bisa berdampak pada kondisi ibu ataupun kondisi bayi yang dikandungnya.
Kondisi tersebut mungkin terbawa sampai proses kelahiran bayinya, sehingga pada saat dilaksanakan inisiasi menyusu dini ha-
silnya tidak sesuai dengan yang diharapkan seperti bayi asfiksia dan tidak bisa dilaku- kan inisiasi menyusu dini ataupun bayi ga- gal memperoleh puting ibu karena kondisi- nya tidak stabil (Lakew et al., 2015).
Ibu yang tidak bekerja bisa dikatakan sebagai ibu yang hanya menjalankan fung- sinya sebagai ibu rumah tangga. Memiliki banyak waktu di rumah tanpa harus terikat dengan pekerjaan di luar rumah. Ibu rum- ah tangga cenderung memiliki banyak wak- tu untuk melakukan perawatan dan per- hatian terhadap kehamilannya, termasuk kesiapan ibu untuk memberikan ASI sejak dini melalui inisiasi menyusu dini, sedang- kan ibu yang bekerja memiliki tuntutan kurang lebih 7 jam dalam sehari untuk me- lakukan pekerjaan diluar rumah, setelah itu ibu juga harus melaksanakan tanggung- jawabnya di rumah, sehingga waktu dan te- naga ibu terkuras untuk mengurus pekerja- an, termasuk pekerjaan rumah. Kondisi ter- sebut berdampak pada kehamilan ibu, se- hingga ibu tidak memiliki kesiapan untuk melakukan inisiasi menyusu dini (Lakew et al., 2015).
C. Hubungan penghasilan keluarga dengan ketepatan waktu menyusu dini
Penghasilan keluarga tidak memiliki hu- bungan dengan ketepatan waktu menyusu dini. Dimana penghasilan keluarga yang tinggi memiliki arah hubungan yang negatif artinya ibu yang berasal dari keluarga yang berpenghasilan tinggi atau lebih dari Rp 1,487,000 memiliki kemungkinan untuk menurunkan 0.83 kali lebih besar dalam ketepatan waktu dalam melakukan inisiasi menyusu dini. Penelitian ini didukung pe- nelitian yang dilakukan oleh Sharma dan Byrne (2016) tentang, “Early initiation of breastfeeding: a systematic literature re- view of factors and barriers in South Asia”, dimana subjek penelitian di Srilanka me- nunjukkan hasil bahwa penundaan inisiasi
menyusu dini lebih banyak dilakukan pada keluarga kaya dan lebih banyak dilakukan praktik inisiasi menyusu dini pada wanita yang berasal dari keluarga miskin. Hal tersebut dikarenakan mereka yang berasal dari keluarga miskin lebih muda diatur dalam penerapan ilmu baru, sedangkan mereka yang berasal dari keluarga kaya menginginkan perawatan yang praktis dan cepat.
D. Hubungan pengetahuan dengan ketepatan waktu menyusu dini Pengetahuan ibu tidak memiliki hubungan dengan ketepatan waktu menyusu dini. A- rah hubungan pengetahuan dalam peneliti- an ini tidak berbeda dengan penghasilan keluarga yaitu negatif, artinya ibu yang ber- pengetahuan baik memiliki kemungkinan untuk menurunkan 0.83 kali ketepatan waktu inisiasi menyusui dini dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan kurang. Penelitian ini sejalan dengan pene- litian yang dilakukan oleh Sirajuddin, Ab- dullah, Lumula pada tahun 2013 dengan judul “Determinant of the Implementation Early Breastfeeding Initiation”, yang me- nunjukan hasil bahwa pengetahuan tidak memiliki kontribusi terhadap pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Hal tersebut dika- renakan ibu yang berpengetahuan baik ber- peluang besar untuk melakukan suatu pe- kerjaan dan sikap ibu sangat menentukan untuk apakah ia mau melakukan inisiasi menyusu dini atau tidak. Hal tersebut dipe- ngaruhi situasi dan kondisi ibu yang masih kelelahan dalam menjalani proses persalin- an sehingga proses IMD tidak dilaksana- kan, dan ibu menunda untuk memberikan ASI pada bayinya.
E. Hubungan paritas dengan ketepat- an waktu menyusu dini
Paritas ibu tidak memiliki hubungan de- ngan ketepatan waktu menyusu dini deng- an arah hubungan negatif. Ibu primipara memiliki kemungkinan untuk menurunkan
0.69 kali ketepatan waktu menyusu dini dibandingkan ibu multipara. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hidayat pada tahun 2012 tentang
“Perbandingan Pelaksanaan Inisiasi Me- nyusu Dini Berdasar Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil”, menunjukan hasil yang sama bahwa paritas tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan pelaksanaan inisia- si menyusu dini. Hal tersebut dikarenakan ibu primipara cenderung ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya, akan tetapi be- lum memiliki pengalaman dalam pemberi- an ASI sesegera mungkin seperti ibu yang multipara yang cenderung telah memper- siapkan ASI sesegera mungkin, karena te- lah memiliki pengalaman yang ditopang konseling saat ibu melakukan pemeriksaan antenatal.
F. Hubungan pendidikan dengan ketepatan waktu menyusu dini Riwayat pemeriksaan antenatal (ANC) ber- hubungan dengan ketepatan waktu me- nyusu dini. Ibu yang rutin yaitu ≥ 4 kali memeriksakan kehamilan memiliki ke- mungkinan untuk meningkatkan 3.48 kali ketepatan waktu menyusu dini dibanding- kan dengan ibu yang pemeriksaannya < 4 kali. Penelitian ini sejalan dengan pene- litian yang dilakukan oleh Bimerew et al., Pada tahun 2016 yang berjudul “Prevalence of timely breastfeeding initiation and asso- ciated factors in Dembecha district, North West Ethiopia: a cross-sectional study”.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang melakukan kunjungan antenatal lebih dari empat kali akan memberikan ASI se- gera setelah kelahiran bayinya sebesar 3.1 kali lebih besar dari pada ibu yang melaku- kan kunjungan antenatal kurang dari em- pat kali. Hal tersebut dikarenakan sesuai standar pemeriksaan kehamilan 10T ibu hamil akan memperoleh konseling pada sa- at temu wicara, sehingga pengetahuan ibu tentang inisiasi menyusu dini akan me-
ningkat. Pendekatan bidan yang baik akan membantu ibu dalam pengambilan sikap melakukan atau tidak melakukan inisiasi menyusu dini.
G. Hubungan dukungan tenaga kese- hatan dengan ketepatan waktu menyusu dini
Dukungan tenaga kesehatan memiliki hu- bungan yang signifikan dengan ketepatan waktu menyusu dini. Dukungan tenaga ke- sehatan merupakan faktor paling dominan dalam ketepatan waktu menyusu dini. Du- kungan tenaga kesehatan yang kuat me- miliki kemungkinan 12.58 kali lebih besar untuk melakukan inisiasi menyusu dini te- pat waktu dibandingkan dengan dukungan tenaga kesehatan yang lemah. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Raharjo (2014) tentang “Profil Ibu dan Peran Ibu dalam Praktik Inisiasi Menyusu Dini dan Asi Ekslusif”, dengan hasil peran bidan secara signifikan berhubungan de- ngan praktik ibu dalam melakukan IMD.
Dorongan dan motivasi dari tenaga kese- hatan membantu ibu untuk mengambil si- kap dalam praktik inisiasi menyusu dini.
Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor sosio demografi dan obstetrik yang mempengaruhi ketepatan waktu menyusu dini di Kabupaten Tegal dapat diambil ke- simpulan bahwa faktor yang dapat mempe- ngaruhi ketepatan waktu menyusu dini me- liputi pendidikan ibu ≥ SMA, pekerjaan ibu di rumah, riwayat ANC ≥ 4 kali dan du- kungan tenaga kesehatan yang kuat.
REFERENCE
Adugna (2014). Women’s perception and risk factors for delayed initiation of breastfeeding in Arba Minch Zuria, Southern Ethiopia. International Breastfeeding Journal. 9:8.
Bimerew A, Teshome M, Kassa G (2016).
Prevalence of timely breastfeeding initiation and associated factors in
Dembecha district, North West Ethio- pia: a cross-sectional study. Interna- tional Breastfeeding Journal: 11:28.
Dinas Kesehatan Kabupaten Tegal (2016) Laporan Triwulan Kabupaten Tegal.
Hidayat A (2014). Metode Penelitian Kebi- danan dan Teknik Analisis Data contoh Aplikasi Studi Kasus.
Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat KA (2012). Perbandingan Pelaksa- naan Inisiasi Menyusu Dini Berdasar Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil.
Karya Tulis Ilmiah. Semarang: Uni- versitas Diponegoro.
Kementerian Kesehatan Republik Indo- nesia (2014). InfoDATIN: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehat- an RI. Situasi dan Analisis ASI Eks- klusif. Jakarta. Pekan ASI 1-7 Agustus.
Khanal V, Scott J, Lee A, Karkee R, Binns C, (2015). Factors associated with Early Initiation of Breastfeeding in Western Nepal. International Journal of Envi- ronmental Research and Public Health. 12:9562-9574.
Lakew Y, Tabar L, Haile D (2015). Socio- medical determinants of timely breastfeeding initiation in Ethiopia:
Evidence from the 2011 nation wide Demographic and Health Survey.
Biomed Central: International Breastfeeding Journal 10:24.
Liben, Yesuf (2016). Determinants of early initiation of breastfeeding in Amibara district, Northeastern Ethiopia: a community based cross-sectional study. International Breastfeeding Journal. 11:7.
Murti B (2013). Desain dan Ukuran Sam- pel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Yog- yakarta: Gadjah Mada University Press.
Presiden Republik Indonesia (2012). Pera- turan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pem- berian Air Susu Ibu Eksklusif. Jakar- ta: 1 Maret 2012.
Raharjo BB (2014). Profil Ibu Dan Peran Bidan Dalam Praktik Inisiasi Me- nyusu Dini Dan Asi Eksklusif. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 10(1): 53–63.
Sharma, Byrne (2016). Early initiation of breastfeeding: a systematic literature review of factors and barriers in South Asia. International Breastfeeding Journal. 11:17.
Sirajuddin S, Abdullah T, Lumula SN, (2013). Determinan Pelaksanaan Ini- siasi Menyusu Dini. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional. 8(3):99.