BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
Dalam bab terakhir dikemukakan dua hal yakni pada bagian pertama disajikan
simpulan hasil penelitian, bagian kedua disajikan implikasi dan ketiga disajikan
rekomendasi dari hasil penelitian.
A. Kesimpulan
Kesimpulan berikut ini merupakan jawaban atas pertanyaan terkait dengan
penelitian kurikulum berbasis kompetensi komunikatif (KBKK) bahasa Jepang
untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada sekolah menengah pertama
(SMP). Terdapat lima pokok pertanyaan penelitian. Adapun simpulan hasil
penelitian dan pembahasan adalah sebagai berikut:
1. Desain kurikulum berbasis kompetensi komunikatif (KBKK) bahasa
Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara
Desain kurikulum berbasis kompetensi komunikatif (KBKK) yang
dikembangkan adalah model konsep kurikulum teknologis, dengan
menggabungkan desain kurikulum dan organisasi kurikulum subject center design
dengan integrated curriculum yang berisikan pengetahuan, sikap dan
keterampilan dengan mempertimbangan hasil studi pendahuluan yang
disesuaikan dengan analisis kebutuhan yang diinginkan dari guru-guru bahasa
Jepang, dan siswa-siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang mengharapkan
terwujudnya kurikulum dan perangkat pembelajaran bahasa Jepang yang sesuai
dengan kebutuhan siswa-siswa SMP. Tujuan kompetensi dari pembelajaran
bahasa Jepang ini dikembangkan dengan kompetensi komunikatif (competence
communicative) yang menekankan pada empat kompentensi yakni, kompetensi
kebahasaan, kompetensi aksional, kompetensi sosiokultural dan kompentensi
strategi yang sangat berkaitan dengan desain kurikulum dan organisasi kurikulum
analisis kebutuhan dimana tujuan utama yang diinginkan dari pembelajaran
bahasa Jepang di Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah memiliki kemampuan
berbicara.
Pengetahuan bahasa Jepang level tingkat dasar sebagai pengenalan dalam
pembelajaran bahasa Jepang, yang mana pada siswa tingkat pemula diharapkan
dapat berkomunikasi secara sederhana dengan materi berupa pengetahuan
kebahasaan yang dilatih dengan terbimbing sehingga dapat dipresentasikan dalam
kegiatan aktifitas berbicara di dalam kelas. Dengan demikian, pada desain
kurikulum subject center design dapat terintegrasi secara langsung mulai
pemahaman struktur kebahasaan, ungkapan bahasa Jepang yang sederhana secara
praktis langsung dapat dipraktekan dalam kegiatan percakapan yang dilakukan
oleh siswa di kelas. Ketercapaian kemampuan berbicara bahasa Jepang tingkat
dasar ini merupakan bagian yang penting pendekatan kompetensi komunikatif
yang menjadi tujuan utama dalam pembelajaran bahasa asing khususnya bahasa
Jepang.
2. Organisasi materi ajar kurikulum berbasis kompetensi komunikatif (KBKK)
bahasa Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara untuk siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Organisasi materi ajar disusun berdasarkan silabus gabungan yang terdiri
topik, tata bahasa, fungsi, dan situasional dengan tujuan agar kompetensi
komunikatif yang terealiasasi dibutuhkan seperangkat pengetahuan kebahasaan
bahasa Jepang baik tataran kosa kata, tata bahasa, ungkapan-unkapan bahasa
Jepang dan unsur budaya kejepangan mempermudah siswa dalam berbicara
bahasa Jepang. Materi ajar ini diperuntukan bagi siswa pada level tingkat pemula
atau dasar, dimana siswa baru pertama kali mempelajari bahasa Jepang.
Tema-tema yang dimulai dari yang termudah, seperti: persalaman (aisatsu), bilangan
(suji), perkenalan (jikoushoukai), kata tunjuk, jam (jikan), nama-nama hari (yōbi
no namae), warna (iro), makanan minuman (tabemono to nomimono), dan nama
memudahkan dalam mengimplementasikannya secara langsung dalam kehidupan
nyata sehari-hari di kelas dan lingkungan sekolah. Struktur materi ajar terdiri dari
kosa kata yang berkaitan dengan tema, pola kalimat dasar, latihan membuat
kalimat dan percakapan sederhana. Aktivitas siswa dalam mewujudkan
kompetensi komunikatif dalam hal ini kemampuan berbicara dapat dilihat secara
langsung mulai dari kegiatan inti pembelajaran hingga akhir pembelajaran, siswa
mampu membuat percakapan sederhana sesuai dengan tema dalam materi ajar
tersebut. Materi ajar berbasis tema-tema ini memudahkan siswa dan guru untuk
langsung mengaplikasikan dengan kondisi dan situasi tentang diri sendiri,
lingkungan kelas dan lingkungan sekolah.
3. Implementasi kurikulum berbasis kompetensi komunikatif (KBKK)
bahasa Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara
Implementasi kurikulum berbasis kompetensi komunikatif (KBKK)
bahasa Jepang di kelas dengan mengaplikasikan dimensi pengalaman atau sesuatu
yang nyata terjadi dalam proses pendidikan di kelas disebut sebagai real
curriculum (kurikulum sesungguhnya), actual curriculum (kurikulum yang nyata),
functional curriculum (kurikulum yang terlaksana), dan operational curriculum
(kurikulum yang dilaksanakan). Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar mengacu
pada silabus dan RPP yang telah disusun sebelum kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Kesesuaian antara tujuan dan isi/materi serta evaluasi mempengaruhi
pencapaian tujuan yang diharapkan dalam kurikulum berbasis kompetensi
komunikatif (KBKK) bahasa Jepang. Implementasi KBKK bahasa Jepang
melalui silabus gabungan dengan menyelaraskan dengan kurikulum 2013
memberikan kemudahan bagi guru dalam menguraikannya dalam rancangan
pengalaman pengajaran (RPP).
Pendekatan komunikatif sebagai pencapaian kompetensi komunikatif
memberikan keleluasaan bagi siswa untuk menggunakan bahasa dalam
berinteraksi sosial secara komunikatif. Karakteristik kompetensi komunikatif,
situasi atau konteks tertentu sesuai dengan tema-tema percakapan pada setiap
materi ajar. Untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam
pembelajaran bahasa Jepang tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kegiatan
pembelajaran terdapat tiga M yang harus selalu dilaksanakan, yaitu Memahami
(wakaru), Menghapal (Oboeru) dan Menggunakan (Tsukaeru). Dalam kegiatan ini
siswa harus paham (wakaru) mengenai tema yang dipelajarinya, mengenalkan
kosakata-kosakata baru, melakukan pengulangan (drill) hingga hafal (oboeru)
dan pada tahap penggunaan (tsukaeru) siswa mampu menggunakan kosa-kata dan
pola kalimat dasar tersebut dalam percakapan sederhana. Siswa dituntut aktif
dalam kegiatan belajar mengajar dari mulai saat mengamati berlatih
mengucapkan kosa kata, membuat kalimat sederhana hingga berlatih percakapan
sederhana sampai dapat tampil di depan kelas. Diakhiri dengan mereview
pembelajaran yang telah dipelajari hari itu.
4. Efektifitas kurikulum kompetensi berbasis komunikatif (KBKK)
bahasa Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara untuk siswa
Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Efektivitas kurikulum berbasis kompetensi komunikatif (KBKK) bahasa
Jepang untuk meningkatkan kemampuan berbicara dapat dibuktikan dengan hasil
ujicoba baik secara terbatas dan uji coba secara luas. Tingkat rerata dari tiga kali
ujicoba terbatas mengalami kenaikan yang signifikan hal ini dikarenakan siswa
sudah mulai terbiasa dengan metode pembelajaran komunikatif yang dilaksanakan
dikelas. Selanjutnya pada ujicoba luas pada tiga Sekolah Menengah Pertama
(SMP) kategori di kota, kabupaten dan daerah dari hasil evaluasi diketahui
bahwa kemampuan berbicara siswa mengalami peningkatan dilihat dari hasil
rata-rata nilai pada pre tes dan rata-rata-rata-rata pos tes, serta dari hasil uji normalitas yang
berdistribusi normal setelah adanya implementasi kurikukulum berbasis
kompetensi komunikatif (KBKK) bahasa Jepang. Kesesuaian antara desain
kurikulum, silabus dan organisasi materi ajar dapat dijadikan sebagai satu
Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dengan demikian, penggunaan kurikulum
berbasis kompetensi komunikatif (KBKK) bahasa Jepang terbukti dapat
meningkatkan kemampuan berbicara tingkat dasar.
5. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dari kurikulum berbasis
kompetensi komunikatif (KBKK) untuk meningkatkan kemampuan
berbicara untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Terwujudnya kurikukulum berbasis kompetensi komunikatif (KBKK) bahasa
Jepang memberikan pengaruh yang baik dalam meningkatkan kegiatan belajar
mengajar bahasa Jepang di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Implementasi
KBKK di kelas telah memudahkan guru dalam melangsungkan kegiatan belajar
mengajar yang menarik dan menyenangkan. Keaktifan siswa dalam belajar
terlihat ketika pembelajaran mulai dari berlatih mengucapkan kosakata-kosakata
baru, membuat kalimat sederhana dan mencoba berlatih melalui role play,
bercakap-cakap dengan teman sebangku atau kelompok, memberikan motivasi
dan sinergi bagi siswa dalam belajar bahasa Jepang. Kemampuan berbicara siswa
dapat dilihat didalam dan diluar kelas, seperti mengucapkan persalaman sesama
teman atau dengan gurunya. Kegiatan guru dalam mengajar menentukan
tercapainya tujuan yang diharapkan dalam kurikulum yang disusun. Sehingga
guru harus memahami lebih dulu sasaran atau tujuan capaian yang diharapkan
dalam pembelajaran bahasa Jepang pada setiap tema-tema materi ajar.
Keunggulan dari KBKK bahasa Jepang adalah merupakan inovasi baru dalam
perkembangan pendidikan bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Pertama
(SMP), selain menjadi pedoman bagi guru-guru dalam mengajar bahasa Jepang di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas 7, kurikulum, silabus dan materi ajar
yang disusun ini juga mampu mengaktifkan siswa dalam kegiatan belajar
mengajar khususnya dalam mengembangkan kemampuan berbicara. Kompetensi
kebahasaan, kompetensi aksional, kompetensi sosiokultural dan kompetensi
memberikan pengaruh yang baik dalam menciptakan suasana kelas yang
komunikatif.
Hambatan yang terjadi dalam penyusunan kurikulum ini adalah belum
tersedianya penelitian-penelitian terdahulu yang dapat dijadikan acuan atau bahan
pembanding penelitian ini. Keterbatasan bahan ajar bahasa Jepang untuk
anak-anak sangat terbatas sehingga dibutuhkan waktu yang cukup lama dalam
penyusunan materi ajar yang sesuai untuk siswa-siswa Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Dalam implementasi kurikukulum berbasis kompetensi
komunikatif (KBKK) bahasa Jepang durasi waktu yang terbatas sehingga setiap
tema yang dipelajari membutuh dua kali pertemuan. Sehingga di setiap Sekolah
Menengah Pertama (SMP) yang dijadikan tempat penelitian memiliki perbedaan
dalam pencapaian materi ajar. Bagi siswa pembelajaran bahasa Jepang
merupakan bahasa asing kedua setelah bahasa Inggris yang telah dipelajari lebih
dulu ketika sekolah dasar. Sehingga ketika pembelajaran bahasa Jepang siswa
begitu antusias dan bersemangat dalam belajar, sehingga suasana kelas sangat
ramai dengan aktivitas siswa dalam mengucapkan materi-materi ajar yang
diberikan. Oleh karena itu sebagai pengajar perlu memahami teknik pengelolaan
kelas yang baik agar kegiatan belajar mengajar bahasa Jepang di kelas dapat
terorganisasi dengan baik, agar siswa tidak hiperaktif dan akhirnya tidak
memberikan peluang pada siswa yang masih malu-malu dalam berbicara bahasa
Jepang.
B. Implikasi
Hasil penelitian ini bertujuan untuk membangun sebuah produk kurikulum
sebagai desain kurikulum berupa organisasi silabus, organisasi bahan ajar dan
rancangan pedoman pengajaran (RPP). Selanjutnya implementasi kurikulum
dalam mencapai tujuan kurikulum yang sudah didesain sebelumnya. Implikasi
secara umum dalam penelitian ini adalah :
1. Kurikulum berbasis kompetensi komunikatif (KBKK) bahasa Jepang ini
guru dan siswa pembelajar bahasa Jepang sebagai steakholder. Konsep
kurikulum teknologi menjadi model penyusunan dimana tujuan
kompetensi, isi/ materi, evaluasi ditujuakan untuk pencapaian kompetensi
komunikatif khususnya kemampuan berbicara bahasa Jepang dasar.
Dimana penyusunan desain kurikulum ini didasarkan pada kompentensi
komunikatif yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Jepang sebagai
bahasa asing. Adanya keterkaitan erat antara kurikulum dengan
implementasi pembelajaran sebagai realisasi dari desain kurikulum yang
dibuat. Kurikulum berbasis kompetensi komunikatif (KBKK) bahasa
Jepang merupakan satu perangkat (desain, implementasi dan evaluasi)
yang tidak dapat dipisahkan. Implikasinya bahwa kurikulum merupakan
pedoman yang dijadikan dasar untuk mengatur dan mengendalikan
penyelenggaraan suatu pendidikan atau pembelajaran di sekolah.
Implementasi KBKK ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
berbicara bahasa Jepang tingkat dasar, maka gabungan kurikulum subjek
matter dan kurikulum yang terintegrasi menjadi desain yang sesuai untuk
kurikulum berbasis kompetensi komunikatif (KBKK) bahasa Jepang ini.
2. Pengembangan organisasi materi ajar bahasa Jepang tingkat dasar ini
diarahkan pada tema-tema yang mudah berhubungan dengan diri sendiri,
persalaman, perkenalan dan tema-tema yang dekat dengan kehidupan
nyata sehari-hari siswa di lingkungan sekolah dan rumah. Struktur susunan
materi ajar dimulai dari kosakata, pola kalimat, latihan membuat kalimat,
percakapan dan latihan percakapan. Implikasinya materi ajar yang
menarik berisikan gambar-gambar dan warna memberikan motivasi pada
siswa dalam pembelajaran sehingga tercipta pembelajaran yang
menyenangkan.
3. Implementasi kurikulum berbasis kompetensi komunikatif (KBKK)
bahasa Jepang di kelas dilaksanakan dua kali 40 menit memberikan
keleluasaan pada guru untuk lebih mengaktifkan siswa dalam berlatih
mempresentasikan percakapan sederhana dengan menggunakan berbagai
teknik pembelajaran seperti drill, role play, information gap, game dan
sebagainya. Implikasinya implementasi KBKK bahasa Jepang ini mampu
mengaktifkan siswa dalam berbicara dengan guru dan teman sebangku
atau kelompoknya, sehingga empat kompetensi kebahasaan, kompetensi
aksional, kompetensi sosiokultural dan kompetensi strategi yang
merupakan bagian dalam kompetensi komunikatif dapat tercapai. Selain
itu dalam kegiatan belajar teknik tiga “M” “Memahami (Wakaru), Menghapal (Oboeru), Menggunakan (Tsukaeru)” siswa berani mencoba mengungkapkan dengan bahasa Jepang sederhana sesuai dengan
tema-tema pelajaran yang dipelajarinya.
4. Bagi guru-guru bahasa Jepang Sekolah Menengah Pertama (SMP),
kurikulum berbasis kompetensi komunikatif (KBKK) bahasa Jepang ini
memiliki keunggulan dan kelemahan. Keunggulan KBKK ini sangat
membantu guru dalam meningkatkan kinerja dan kemampuan guru dalam
mengajar. Kelemahannya, guru pun harus mampu untuk mengembangkan
lebih jauh media media pembelajaran tambahan yang mampu
meningkatkan keterampilan berbahasa lainnya selain keterampilan
berbicara.
5. Bagi siswa, keunggulan KBKK dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam
belajar bahasa Jepang juga mampu meningkat kepercayaan diri siswa
untuk berani berbicara bahasa Jepang di depan kelas. Hal ini dapat dilihat
dari hasil statistik yang mengalami peningkatan setelah adalanya
implementasi kurikulum berbasis kompetensi komunikatif (KBKK) bahasa
Jepang. Kelemahannya pengelolaan kelas perlu diperhatikan karena
kondisi kelas yang menjadi ramai saat siswa-siswa tampil di depan kelas
untuk mempresentasikan percakapan sederhana yang dibuatnya. Karena
teman yang belum tampil melaksanakan latihan berulang-ulang dengan
C. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil-hasil yang
signifikan untuk perkembangan pendidikan bahasa Jepang di Sekolah Menengah
Pertama (SMP), maka perlu adanya rekomendasi kepada beberapa pihak terkait
yakni, a) guru bahasa Jepang SMP, b) pemegang kebijakan diknas dan sekolah,
dan c) peneliti selanjutnya yang akan mengembang pendidikan bahasa Jepang
lebih lanjut.
a) Rekomendasi kepada guru-guru bahasa Jepang SMP
Dengan terwujudnya kurikulum kompetensi berbasis komunikatif (KBKK)
bahasa Jepang ini merupakan terobosan baru dalam perkembangan pendidikan
bahasa Jepang untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Indonesia. Dengan
adanya desain kurikulum kompetensi berbasis komunikatif (KBKK) bahasa
Jepang, organisasi silabus dan organisasi materi ajar bahasa Jepang tingkat dasar
harapan dari guru-guru dan siswa tercapai, guru dapat mengimplementasikannya
dengan menekankan pendekatan komunikatif sehingga siswa memiliki
kemampuan berbicara. Materi ajar bahasa Jepang yang sesuai dengan tujuan dari
KBKK memberikan keleluasaan bagi guru-guru untuk mengembangkannya lebih
menarik dan menyenangkan. Perkembangan teknologi dapat membantu guru-guru
untuk membuat media pembelajaran yang inovatif.
b) Rekomendasi pemegang kebijakan diknas dan sekolah
Pembelajaran bahasa asing di sekolah baik diajarkan sejak dini, tidak hanya
bahasa Inggris namun bahasa asing lainnya pun dalam hal ini bahasa Jepang dapat
dijadikan salah satu bahasa asing yang baik diajarkan pada anak-anak menginjak
remaja. Di era globalisasi ini kemampuan bahasa asing merupakan salah satu yang
harus dikuasai oleh putra-putri Indonesia. Sudah selayaknya sebagai pemangku
kebijakan diknas untuk mengembangkan mata pelajaran bahasa asing sebagai
muatan lokal atau mata pelajaran pengembangan diri di sekolah, baik SD maupun
SMP-SMP yang mengajarkan mata pelajaran bahasa Jepang sebagai mata
pelajaran unggulan. Motivasi siswa yang tinggi memberikan sinergi yang baik
bagi siswa-siswa di setiap kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Keingintahuan
mereka terhadap hal-hal baru dari bahasa Jepang menjadi satu tantangan bagi
mereka untuk menguasainya. Dengan adanya kurikulum kompetensi berbasis
komunikatif (KBKK) bahasa Jepang ini telah memberikan kontribusi yang baik
dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa-siswa Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Walaupun dengan bahasa Jepang dasar dan sederhana siswa
berani mencoba untuk berbicara bahasa Jepang di depan teman dan gurunya.
c) Rekomendasi kepada Peneliti selanjutnya
Kurikulum kompetensi berbasis komunikatif (KBKK) bahasa Jepang
disusun untuk siswa kelas 7 dan diharapkan akan berlanjut untuk kelas 8 dan kelas
9. Namun, masih banyak masalah-masalah lain yang berkaitan dengan pendidikan
bahasa Jepang di sekolah menengah, baik di Sekolah Menengah Pertama (SMP)
maupun SMA/MA dan SMK. Dengan adanya kurikulum 2013 sebagai tenaga
pendidik perlu adanya kajian-kajian yang terkait dengan implementasi kurikulum
2013 untuk mata pelajaran bahasa Jepang. Evaluasi kurikulum menjadi kajian
yang menarik untuk dapat meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Jepang