• Tidak ada hasil yang ditemukan

s fis 53842 chapter3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "s fis 53842 chapter3"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pre-experimental design. Metode ini digunakan untuk mengetahui peningkatan

prestasi belajar antara sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan model latihan inkuiri. Namun menurut Sugiyino (2009), pada

metode ini masih terdapat variable luar yang ikut berpengaruh terhadap

terbentuknya variable dependen. Oleh karena itu, hasil peningkatan prestasi

belajar (variable dependen) tersebut bukan semata – mata dipengaruhi oleh model

pembelajaran latihan inkuiri saja (variabel independen). Hal ini karena tidak

adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random.

B. Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan dan metode penelitian, maka disain penelitian yang

digunakanoleh peneliti dalam penelitian ini adalah One Group Pretest-Posttest

Design.Sugiyono (2009), menyatakan bahwa dengan desain ini hasil perlakuan

dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan

sebelum diberi perlakuan.

Pada desain tersebut, sampel penelitian diberikan perlakuan selama waktu

tertentu.Sebelum diberikan perlakuan sampel diberikan pretes, begitu juga setelah

(2)

prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah sampel diberikan perlakuan

menggunakan model pembelajaran latihan inkuiri.Penelitian dilakukan selama

tiga kali pembelaran.

Desain penelitian One Group Pretest-Posttest Designdigambarkan pada

gambar 3.1 berikut ini:

O

1

X O

2

Gambar 3.1.Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design

(Sugiyono, 2009)

Keterangan:

O1 : Tes awal (pretes) sebelum sampel diberikan perlakukan

X : Perlakuan terhadap sampel yaitu dengan menerapkan model

pembelajaran latihan inkuiri.

O2 : Tes akhir (postes) setelah diberikan perlakuan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI - IPA SMA

diKabupaten Bandung Barat. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian

ini adalah satu kelas yang dipilih secara purposive sampling.Hal ini dilaksanakan

karena di sekolah kita tidak bisa mengambil siswa secara acak dari setiap kelas

dan mengelompokannya menjadi satu kelas. Oleh karena itu sampel dipilih satu

kelas yang paling relevan dengan tujuan penelitian yang akan

dilaksanakan.Menurut Sugiyono (2009), sampling purposive adalah teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan peneliti dalam

(3)

1. Tidak ada kelas unggulan di sekolah tersebut, sehingga semua kelas

dianggap homogen.

2. Dipilih kelas XI – IPA SMA, dengan asumsi bahwa mereka sudah

dapat beradaptasi dengan model pembelajaran baru dan tidak

mengganggu program sekolah untuk menghadapi ujian nasional.

3. Berdasarkan pengamatan peneliti pada kelas sampel tersebut diperoleh

informasi sebagai berikut:

a. Siswa pernah melakukan eksperimen sehingga dapat mendukung

terhadap model pembelajaran latihan inkuiri yang memerlukan

adanya eksperimen.

b. Dalam proses pembelajaran, ada beberapa siswa yang bertanya dan

mengemukakan pendapat walaupun terkadang dilakukan secara

beramai – ramai.

Pemilihan kelas sampel juga didasarkan pada rekomendasi guru mata

pelajaran fisika kelas XI – IPA di sekolah tersebut setelah mengetahui tujuan

penelitian ini.

D. Prosedur Penelitian

Agar tujuan penelitian ini dapat tercapai, maka dilaksanakan dengan

langkah – langkah penelitian yang terdiri dari tahap persiapan yang merupakan

kegiatan – kegiatan sebelum dimulainya penelitian, tahap perencanaan dan

penyusunan model, tahap pelaksanaan, dan yang terakhir tahap pengolahan data

dan pelaporan.

(4)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:

a. Studi pustaka, hal ini dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat

mengenai permasalahan yang akan dikaji.

b. Telaah kurikulum mengenai tujuan pembelajaran fisika dan pokok

bahasan yang akan dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian.

c. Studi pendahuluan, hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi

pelaksanaan pembelajaran fisika di sekolah serta sarana dan prasarana

yang tersedia. Studi pendahuluan dilaksanakan melalui observasi

pelaksanaan pembelajaran di kelas dan wawancara terhadap guru mata

pelajaran fisika.

2. Tahap Perencanaan dan Penyusunan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan dan penyusunan

meliputi:

a. Menentukan populasi dan sampel penelitian.

b. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran mengenai

pokok bahasan yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian

sesuai dengan model pembelajaran latihan inkuiri.

c. Menyusun instrumen penelitian meliputi tes prestasi belajar siswa dan

format observasi sikap ilmiah.

d. Melakukan judgment (pertimbangan) instrumen untuk mengetahu

kesesuaian instrumen dengan data yang akan diukur.

(5)

f. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi validitas, tingkat

kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas instrumen sehingga layak

untuk digunakan dalam penelitian.

3. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi:

a. Memberikan tes awal kepada siswa yang dijadikan subjek penelitian

untuk mengukur prestasi belajar siswa sebelum diberikan perlakuan.

b. Memberikan perlakuan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran

latihan inkuiri pada pokok bahasan yang dijadikan materi pelajaran

dalam penelitian, yaitu gaya pegas dan sifat elastisitas bahan.

c. Selama proses pembelajaran berlangsung, observer melakukan

observasi terhadap sikap ilmiah siswa dan keterlaksanaan model latihan

inkuiri dalam format observasi yang telah disediakan.

d. Memberikan tes akhir untuk mengukur prestasi belajar siswa setelah

diberikan perlakuan.

e. Semua kegiatan dalam tahap pelaksanaan dilakukan dalam tiga seri

pembelajaran.

4. Tahap Pengolahan Data dan Pelaporan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengolahan data dan pelaporan

meliputi:

a. Mengolah dan menganalisis data hasil pretest , posttest, serta

instrumen lainnya.

(6)

c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil dari pengolahan data.

d. Melaporkan hasil penelitian.

Alur penelitian yang dilakukan dapat digambarkan pada gambar 3.2berikut

ini:

(7)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan data.

1. Tes

Lee J. Cronbach (Azwar, 2009) mengemukakan definis tes sebagai

berikut: “... a systematic procedure for observing a person’s behavior and

describing it with the aid of a numerical scale or a category system”. Jadi,

tes adalah prosedur yang sistematis untuk mengukur perilaku seseorang

dan digambarkan berdasarkan skala numerik atau sistem kategori tertentu.

Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar ranah

kognitif menurut Bloom yang terdiri atas pemahaman (C2), penerapan

(C3), dan analisis (C4).

Tipe tes yang digunakan adalah tes obyektif berbentuk pilihan

ganda. Pemilihan tipe tes ini didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan

sebagai berikut:

a. Komprehensif, karena dalam waktu tes yang singkat dapat memuat

lebih banyak aitem. Mengingat alokasi waktu yang pembelajaran

dalam satu kali pertemuan hanya 2 x 45 menit maka tes pilihan ganda

ini sangat cocok.

b. Kualitas item dapat dianalisis secara empirik.

c. Objektivitasnya tinggi.

(8)

Tes diberikan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah

pembelajaran (posttest). Langkah – langkah yang dilakukan pada

pembuatan tes objektif prestasi belajar aspek kognitif adalah sebagai

berikut:

a. Menentukan kompetensi dasar dan indikator berdasarkan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran fisika kelas XI –

IPA semester 1 untuk materi pokok fluida statis.

b. Membuat kisi – kisi.

c. Membuat soal berdasarkan kisi – kisi.

d. Membuat kunci jawaban.

e. Menyusun tes objektif prestasi belajar aspek kognitif.

2. Observasi

Dalam penelitian ini, observasi dilaksanakan oleh observer secara

langsung selama proses pembelajaran. Instrumen observasi dibagi menjadi

dua yaitu instrumen observasi guru dan instrumen observasi siswa.

a. Instrumen observasi guru

Instrumen observasi ini bertujuan untuk melihat

keterlaksanaan model pembelajaran latihan inkuiri oleh guru dalam

proses pembelajaran. Observasi ini dibuat dalam bentuk daftar

checklist “ya” atau “tidak”. Observer memberikan checklist “ya” atau

“tidak” terhadap kesesuaian setiap tahapan model latihan inkuiri

(9)

b. Instrumen observasi siswa

Instrumen observasi dibagi dua, yaitu instrumen observasi

keterlaksanaan model latihan inkuiri oleh siswa dan instrumen

observasi sikap ilmiah. Instrumen observasi keterlaksanaan model

latihan inkuiri digunakan untuk melihat apakah siswa mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan model latihan inkuiri atau tidak.

Observasi ini dibuat dalam bentuk daftar checklist “ya” atau “tidak”.

Observer memberikan checklist “ya” atau “tidak” terhadap kesesuaian

setiap tahapan model latihan inkuiri dengan langkah – langkah

pembelajaran yang dilakukan oleh siswa.

Instrumen observasi sikap ilmiah bertujuan untuk melihat dan

menilai sikap ilmiah siswa yang terdiri atas sikap ingin tahu, sikap

kritis, sikap terbuka, sikap objektif, sikap rela menghargai karya orang

lain, sikap berani mempertahankan kebenaran, dan sikap menjangkau

ke depan. Format yang digunakan berupa rating scale yang dibuat

dalam bentuk cheklist.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Hasil Uji Coba Tes

a. Analisis Validitas Tes

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat

kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid berarti instrumen

(10)

diukur.(Sugiyono, 2009). Rumus korelasi yang dapat digunakan

adalah rumus korelasi product moment sebagai berikut:

= � −

� 2− 2 � 2− 2

(Arikunto,2006)

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang

dikorelasikan.

X = skor tiap butir soal.

Y = skor total tiap butir soal.

N = jumlah siswa.

Interpretasi nilai koefisien korelasi ( ) tersebut ditampilkan

dalam tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1Tabel Interpretasi Validitas

Besarnya nilai Interpretasi

Antara 0,80 sampai denga 1,00 Tinggi

Antara 0,60 sampai dengan 0,80 Cukup

Antara 0,40 sampai dengan 0,60 Agak rendah

Antara 0,20 sampai dengan 0,40 Rendah

Antara 0,00 sampai dengan 0,20 Sangat Rendah (Tak berkorelasi) (Arikunto,2009)

b. Analisis Tingkat Kesukaran Tes

Tingkat kesukaran suatu butir soal adalah proporsi dari

keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut.

(11)

=

� 100%

Keterangan :

TK = F = Tingkat Kesukaran atau Taraf Kemudahan

B = Jumlah siswa yang menjawab benar

N = Jumlah keseluruhan siswa

Hasil perhitunganindeks tingkat kesukaran diinterpretasikan

seperti pada tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2Interpretasi Tingkat Kesukaran

Indeks Tingkat

kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran

0 sampai 15% Sangat sukar, sebaiknya dibuang

6 % - 30 % Sukar

31 % - 70 % Sedang

71 % - 85 % Mudah

85 % - 100 % Sangat mudah, sebaiknya dibuang

(Arikunto, 2009)

c. Analisis Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk

membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa

yang kemampuanya rendah. Rumus yang digunakan untuk

menentukan daya pembeda soal uraian sama dengan soal pilihan

ganda yaitu :

��= −

(12)

Keterangan :

DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

BA = Banyaknya kelompok atas yang menjawab soal itu dengan

benar

BB = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan

benar

JA = Banyaknya peserta kelompok atas

JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tersebut

diinterpretasikan pada kriteria daya pembedaseperti pada tabel 3.3

berikut ini:

Tabel 3.3.Tabel Interpretasi Daya Pembeda

Indeks Daya

Pembeda Kriteria Daya Pembeda

Negatif Sangat buruk, harus dibuang 0,00 – 0,20 Buruk (poor), sebaiknya dibuang 0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory)

0,40 – 0,70 Baik (good)

0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)

(Arikunto, 2009)

d. Analisis Reliabilitas Soal

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh orang yang

sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang

berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Instrumen

yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali

(13)

(Sugiyono, 2009).Pengujian reliabilitas instrument dapat dilakukan

dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half) :

= 2

(1 + )

(Sugiyono, 2009)

Keterangan :

ri = reliabilitas instrumen

= korelasiproduct moment antara belahan pertama dan kedua

Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat

reliabilitas instrumen yang diperoleh digunakan tabel 3.4 berikut ini :

Tabel 3.4.Tabel Interpretasi Reliabilitas

Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas

0,80 r  1,00 sangat tinggi 0,60 r  0,80 Tinggi 0,40 r  0,60 Cukup 0,20 r  0,40 Rendah 0,00  r  0,20 sangat rendah

(Arikunto, 2009)

2. Hasil Uji Coba Instrumen

Instrumen tes prestasi belajar terdiri dari soal – soal yang

ditunjukan untuk mengukur prestasi belajar siswa, yaitu C2 (pemahaman),

C3 (penerapan), dan C4 (Analisis). Distribusi soal prestasi belajar yang

dirancang oleh peneliti pada setiap pembelajan dipaparkan dalam tabel

(14)

Tabel 3.5.Distribusi Soal Prestasi Belajar Pada Setiap Pembelajaran

No. Aspek Prestasi Belajar Nomor Soal Jumlah

Pembelajaran ke – 1

Uji coba tes dilakukan agar tes yang digunakan benar-benar dapat

mengukur variabel penelitian.Sebelum digunakan, instrument tes terlebih

dahulu dilakukan uji coba terhadap siswa kelas XII di salah satu SMA di

Kabupaten Bandung Barat yang telah mempelajari topik fluida statis.

Besarnya koefisien reliabilitas instrumen tes tiap pertemuan,

dinyatakan dalam tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6.Reliabilitas Instrumen Tes

Pertemuan ri Interpretasi

I 0,53 Cukup

II 0,81 Sangat Tinggi III 0,81 Sangat Tinggi

Dari tabel tersebut terlihat bahwa perangkat instrument

memiliki reliabilitas cukup dan sangat tinggi.Dengan demikian,

perangkat instrument tersebut memiliki keajekan yang baik.

Adapun validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal

(15)

Tabel 3.7.Rekapitulasi Validitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

(16)

Pertemuan No. Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

III a. Taraf Kesukaran Butir Soal

Menurut tabel tersebut, secara keseluruhan butir soal yang

memiliki tingkat kesukaran dengan kategori sukar sebanyak 10 butir

soal, sedang 23 butir soal, mudah 6 butir soal dan sangat mudah 4

butir soal. Berdasarkan rekapitulasi tersebut dapat dikatakan pada

umumnya taraf kemudahan soal instrumen cukup baik, karena

sebagian besar soal terdapat pada kategori sedang.Butir soal yang

memiliki kategori sangat mudah tidak dipakai dalam pelaksanaan

penelitian ini.

b. Daya Pembeda Soal

Dari hasil rekapitulasi pada tabel 3.7, secara keseluruhan

jumlah butir soal yang memiliki daya pembeda dengan kategori baik

sekali berjumlah 1 butir soal, baik 11 butir soal, dan cukup 20 butir

(17)

buruk sehingga soal tersebut tidak dipakai dalam pelaksanaan

penelitian. Secara umum, soal - soal tes prestasi belajar ini dikatakan

dapat membedakan antara kelompok siswa yang berkemampuan

tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

c. Validitas Tes

Validitas berkenaan dengan ketetapan perangkat instrument

terhadap konsep yang dinilai sehingga betul – betul menilai apa yang

seharusnya dinilai.Berdasarkan tabel 3.7, rata – rata validitas tes

memiliki kategori cukup.Dengan demikian, tes tersebut dapat menilai

konsep yang seharusnya dinilai.

Setelahmenganalisis hasil uji coba instrument, diperoleh distribusi

soal prestasi belajar yang digunakan dalam penelitian seperti yang

ditunjukkan dalam Tabel 3.8berikut:

Tabel 3.8.Distribusi Soal Prestasi Belajar yang Digunakan Dalam

Penelitian

Aspek Prestasi Belajar Banyaknya Soal

Pemahaman (C2) 12

Penerapan (C3) 9

Analisis (C3) 9

Total Soal 30

3. Analisis Data Hasil Penelitian

a. Analisis Data Hasil Tes

Data yang diperoleh dari penelitian adalah skor pretest dan

posttest dari kelas eksperimen. Pengolahan data ini akan digunakan

untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dalam aspek

(18)

Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran latihan

inkuiri terhadap peningkatan prestasi belajar siswa akan dilakukan

dengan cara menghitung gain ternormalisasi. Gain ternormalisasi

merupakan perbandingan antara skor gain yang diperoleh siswa

dengan skor gain maksimum yang dapat diperoleh. Secara matematis

diungkapkan dalam persamaan berikut:

< >=% −% 100−%

(Hake:1998)

Keterangan:

<g> : gain ternormalisasi

%<Sf> : Skor posttest

%<Si> : Skor pretest

Kemudian dihitung rata – rata skor gain ternormalisasi. Setelah

(19)

Tabel 3.9.Tabel Interpretasi Gain Ternormalisasi

Rata – rata Skor Gain Ternormalisasi Kriteria

0,00 < g ≤ 0,30 Rendah

0,30 < g ≤ 0,70 Sedang

0,70 < g ≤ 1,00 Tinggi

(Hake : 1998)

b. Analisis Data Hasil Observasi

Data observasi memuat data tentang sikap ilmiah siswa serta

data tentang keterlaksanaan penggunaan model pembelajaran latihan

inkuiri.

(1) Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah siswa diukur dengan menggunakan format

observasi sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan dalam

rubrik penilaian sikap ilmiah siswa yang dilakukan pada setiap

pertemuan. Hasil rating scale kemudian direkapitulasi dan

dijumlahkan pada skor masing-masing siswa untuk setiap aspek sikap

ilmiah. Skor yang diperoleh siswa kemudian dihitung persentasenya

dengan menggunakan rumus:

�= � × 100%

Keterangan: p = persentase siswa

(20)

(2) Keterlaksanaan Pembelajaran

Data yang memuat tentang keterlaksanaan model pembelajaran

yang diperoleh dari hasil observasi selama peneltian berlangusng,

dijabarkan dalam bentuk deskriptif dengan melihat skor

keterlaksanaan setiap fase model latihan inkuiri pada lembar

observasi.Keterlaksanaan model pembelajaran dinyatakan dalam

bentuk presentase.

�= × 100%

G. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di satu sekolah SMA Negeri di Kabupaten

Bandung Barat kelas XI IPA. Sampel penilitian sebanyak 32 orang siswa, namun

karena ada dua orang yang tidak dapat mengikuti pembelajaran secara

keseluruhan, maka sampel penelitian menjadi 30 orang siswa. Dua orang siswa

tersebut hanya mengikuti dua kali pembelajaran saja, maka dua orang siswa

tersebut tidak memenuhi syarat untuk menjadi sampel penelitian.

Penelitian dilaksanakan dalam tiga kali pembelajaran, dengan maksud

untuk meminimalisir faktor – faktor luar yang dapat mempengaruhi pada hasil

penelitian. Waktu pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan jadwal pelajaran

fisika yang telah ditentukan oleh sekolah. Alokasi waktu untuk setiap

pembelajaran adalah 90 menit. Berikut ini jadwal penelitian yang telah

dilakukan:

(21)

Pembelajaran Hari, Tanggal Waktu Materi

I Kamis, 31 Maret 2011 07.00 – 08.30

Hukum pokok hidrostatika

II Senin, 04 April 2011 11.00 –

12.30 Hukum Pascal

III Kamis, 07 April 2011 07.00 –

08.30 Hukum Archimedes

Pada setiap pelaksanaan pembelajaran, dimulai dengan pemberian pretes

untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah itu, siswa diberikan perlakuan

berupa pembelajaran dengan menggunakan model latihan inkuiri. Kemudian,

pada akhir pembelajaran diberikan postes untuk mengetahui peningkatan prestasi

belajar siswa setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model latihan

inkuiri.

Metode belajar yang digunakan pada setiap pembelajaran adalah

demonstrasi dan praktikum berupa penyelidikan. Pada kegiatan pendahuluan,

siswa diberikan permasalahan yang bersifat teka – teki. Kemudian siswa

diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada guru yang

mengarahkan kepada permasalahan yang diberikan. Pertanyaan yang diajukan

harus pertanyaan yang hanya memiliki jawaban “ya” atau “tidak”. Setelah siswa

mendapatkan informasi yang cukup, mereka membuat hipotesis. Setelah mereka

selesai membuat hipotesis, mereka melakukan eksperimen secara berkelompok

sesuai dengan prosedur eksperimen yang ada dalam Lembar Kerja Siswa (LKS)

yang telah dibagikan sebelumnya. Eksperimen ini dilakukan untuk memverifikasi

permasalahan yang diberikan melalui pengamatan secara langsung.

Setelah proses eksperimen selesai, siswa menganalisis data hasil

(22)

melaksanakan diskusi kelas. Beberapa orang siswa diberikan kesempatan untuk

mengemukakan hasil temuannya dan siswa lain menanggapinya dengan

mengajukan pertanyaan atau pendapat.

Untuk mengetahui dan memantapkan penerapan model latihan inkuiri

dalam pembelajaran, siswa dan juga guru menganalisis tahapan model latihan

inkuiri yang telah dilakukan. Kemudian siswa diberikan kesempatan untuk

memberikan saran terhadap penerapan model latihan inkuiri.

Pada akhir pembelajaran siswa diberikan penguatan materi terhadap

materi pembelajaran yang telah diberikan. Setelah itu, siswa diberikan postes

dengan isi soal dan alokasi waktu disamakan dengan pelaksanaan pretes.

Selama proses pembelajaran, peneliti dibantu oleh beberapa orang

observer yang terdiri dari mahasiswa pendidikan fisika dan guru mata pelajaran

fisika. Observer ini bertugas untuk mengamati dan menilai sikap ilmiah siswa

selama proses pembelajaran serta keterlakansaan model latihan inkuiri yang

dilakukan oleh guru dan siswa.

Jumlah observer pada pembelajaran ke-1 adalah 6 orang. Setiap

oberserver mengobservasi satu kelompok siswa yang terdiri dari 5 – 6 orang

siswa. Pada pembelajaran ke-2, jumlah observer hanya ada 4 orang sehingga ada

dua orang observer yang mengobservasi dua kelompok siswa. Pada pembelajaran

ke-3, jumlah observer adalah 6 orang sehingga setiap observer mengobservasi

(23)

H. Keterlakasanaan Model Latihan Inkuiri

Untuk mengetahui keterlaksanaan model latihan inkuiri selama proses

pembelajaran dalam penelitian ini, maka dilakukan observasi terhadap tahapan

model latihan inkuiri yang dilakukan oleh guru dan oleh siswa. (Lembar

observasi keterlaksanaan model oleh guru dan siswa terlapir). Observasi

dilakukan oleh observer dengan mencecklist kolom “Ya” atau “Tidak”. “Ya”

berarti tahapan model latihan inkuiri yang dilakukan oleh guru atau siswa

teramati oleh observer sedangkan “Tidak” berarti tahapan model latihan inkuiri

tidak teramati. Sebelum lembar observasi diberikan kepada para observer,

peneliti menjelaskan deskripsi pelaksanaan kegiatan penelitian agar tidak terjadi

kesalahpahaman terhadap format observasi tersebut dengan pelaksanaan

pembelajaran.

Rekapitulasi keterlaksanaan model latihan inkuiri oleh guru berdasarkan

lembar observasi ditampilkan dalam Gambar 3.3 di bawah ini:

Gambar 3.3. Grafik Keterlaksanaan Model Latihan Inkuiri Oleh Siswa Selama Penelitian

Keterangan:

Tahap I : Mengahadapkan siswa terhadap masalah –

Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V

P

(24)

Tahap III : Mengumpulkan data – eksperimen Tahap IV : Merumuskan suatu penjelasan Tahap V : Menganalisis proses inkuiri

Berdasarkan Gambar 3.3 tersebut terlihat bahwa pada pertemuan ke-1

keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru untuk tahap I hanya mencapai

97%, sedangkan pada tahap II dan III mencapai 100%. Namun demikian pada

saat pelaksanaan penelitian, guru (peneliti) mengalami kesulitan untuk

menerapkan tahapan awal model latihan inkuiri terutama pada tahapan ketika

siswa harus mengajukan pertanyaan yang hanya memiliki jawaban “ya” atau

“tidak”. Sehingga guru harus terus memberikan Pada tahap IV keterlaksanaan

model pembelajaran oleh guru hanya mencapai 96%. Pada tahap ini, guru belum

bisa membimbing secara maksimal semua siswa dalam menganalisis data hasil

percobaan.Tahap V tidak terlaksana dengan baik. Keterlaskanaan model

pembelajaran hanya mencapai 25%. Pada tahap ini seharusnya guru mengarahkan

siswa untuk menganalisis kegiatan inkuiri yang telah dilakukan, namun karena

keterbatasan waktu dan siswa baru mengenal tahapan latihan inkuiri jadi tahapan

latihan inkuiri hanya disebutkan oleh guru saja.

Pada pembelajaran ke-2 ketelaksanaan model pembelajaran tahap I, II, III,

dan IV mencapai 100% hanya pada tahap V yang mencapai 75%. Pada

pembelajaran ke-2 siswa sudah diajak untuk menganalisis pola – pola latihan

inkuiri yang telah dilakukan.Namun, karena keterbatasan waktu guru belum bisa

menanggapi saran siswa secara maksimal.

Pada pembelajaran ke-3 keterlaksanaan model pembelajaran untuk semua

(25)

Rekapitulasi keterlaksanaan model latihan inkuiri oleh siswa berdasarkan

lembar observasi ditampilkan dalam Gambar3.4 di bawah ini:

Gambar 3.4.Grafik Keterlaksanaan Model Latihan InkuiriOleh Siswa Selama Penelitian

Keterangan:

Tahap I : Mengahadapkan siswa terhadap masalah Tahap II : Mengumpulkan data – verifikasi

Tahap III : Mengumpulkan data – eksperimen Tahap IV : Merumuskan suatu penjelasan Tahap V : Menganalisis proses inkuiri

Pada pertemuan ke-1, keterlakasanan model pembelajaran oleh siswa

pada tahap I mencapai 83%.Pada tahap ini hampir semua siswa hanya menyimak

penjelasan dari guru, siswa sangat sulit ketika diajak berpartisipasi aktif dalam

pembelajaran. Pada tahap II, keterlaksanaan model pembelajaran mencapai

100%. Namun demikian, siswa mengalami kesulitan dalam mengajukan

pertanyaan khususnya yang hanya memiliki jawaban “ya” atau “tidak”.Sehingga

pada tahap ini banyak pertanyaan siswa yang harus diulang.Pada tahap III,

keterlaksanaan model pembelajaran mencapai 92% pada tahap ini siswa dituntut

untuk mengajukan hipotesis dan melakukan percobaan.Pada pembelajaran ke-1,

siswa masih mengalami kesulitan untuk mengajukan hipotesis.Namun, semua

siswa melaksanakan eksperimen. Pada tahap IV, keterlaksanaan model

83%

Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V

P

(26)

pembelajaran inkuiri oleh siswa mencapai 92%. Pada Tahap V, keterlaksanaan

model pembelajaran latihan inkuiri hanya mencapai 25%. Karena keterbatasan

waktu, siswa tidak mendapat kesempatan menganalisis tahapan inkuiri dan

memberikan saran terhadap pelaksanaan tahapan latihan inkuiri.

Pada pembelajaran ke-2, keterlaksanaan model pembelajaran tahap I, II,

III, dan IV mencapai 100%. Namun pada tahap V, keterlaksanaan model

pembelajaran latihan inkuiri hanya mencapai 25%. Siswa sudah berusaha untuk

menganalisis pola – pola latihan inkuiri, namun karena katerbatasan waktu siswa

tidak mendapatkan kesempatan untuk memberikan saran – saran terhadap

pelaksanaan model latihan inkuiri untuk pertemuan berikutnya.

Pada pembelajaran ke-3, keterlaksanaan model pembelajaran latihan

inkuiri untuk semua tahap mencapai 100%.Siswa sudah terbiasa dengan model

semua tahapan model pembelajaran.Selain itu, didukung dengan alat – alat

eksperimen yang bekerja dengan baik dan penggunaannya yang sudah dikenal

oleh siswa sehingga pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan yang sudah

direncanakan.

Rekapitulasi keterlaksanaan model secara keseluruhan untuk setiap

pembelajaran ditampilkan dalam Gambar 3.5 sebagai berikut:

89%

Gambar

Gambar 3.1.Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design
Gambar 3.2Alur Penelitian
Tabel 3.1Tabel Interpretasi Validitas
Tabel 3.2Interpretasi Tingkat Kesukaran
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Istilah habitat dapat juga dipakai untuk menunjukan tempat tumbuh sekelompok organisme dari berbagai spesies yang membentuk suatu komunitas.Sebagai tempat yang mempengaruhi

mikroorganisme patogen.Sterilisasi dengan menggunakan bahan kimia biasa disebut dengan desinfeksi.Sterilisasi secara kimia biasanya menggunakan senyawa desinfektan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh profitabilitas, struktur ativa, dan pertumbuhan penjualan terhadap harga saham dengan struktur modal sebagai variabel

Banyak ilmuan maupun praktisi teknologi membagi level entitas organisasi kedalam beberapa level sistem informasi yang berfariasi, namun pada intinya akan menjadi seperti

Drs. Pengantar tugas akhir ini berjudul Perancangan Media Promosi “BEBAS Furniture” Untuk Konsumen Lokal Dan Mancanegara. Industri mebel di Indonesia memiliki berbagai

Motivasi positif merupakan proses untuk mempengaruhi orang lain dengan cara memberikan penambahan tingkat kepuasan tertentu , misalanya dengan memberikan

Milik Negara/Daerah pada laporan Keuangan Pemerintah Pusat/ Daerah yang akuntabel sesuai dengan nilai wajarnya, serta dalam rangka mewujudkan pengelolaan4. Barang Milik

Kalau pak Amin tertawa menonton lawakan Srimulat dan tertawa menonton lawakan lainnya juga (lawakan Tukul Arwana, extra vaganza, dll) maka dapat dikatakan perilaku pak Amin