• Tidak ada hasil yang ditemukan

Slide PSI 303 Kuliah XII Tes Proyeksi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Slide PSI 303 Kuliah XII Tes Proyeksi"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

TES PROYEKSI

Kuliah 12

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

Projective Tests

 Biasanya tes proyektif mengevaluasi

keinginan2, emosi, pengalaman, memori, dan imajinasi yg tdk disadari oleh individu

 Asumsi dari tes ini adalah : dgn diberikan

stimulus yang ambigu/tidak terstruktur maka ia dapat transfer/memproyeksikan konflik2 yang tidak ia sadari.

(8)

Sejarah Lahirnya Tes Proyektif

“Projective tests were born in the spirit of

rebellion against normative data and through attempts by personality researchers to break down the study of personality into the study

(9)

Psikometri Tes Proyektif

 Validitas dan reliabilitas awalnya tidak ada

 Interpretasi berdasarkan teori kepribadian

dan pengalaman klinis psikolog

 Namun bukan berarti kemudian tidak

dilakukan penelitian untuk tes-tes tersebut

 Akhirnya dengan menggabungkan

pengalaman klinis dalam intepretasi tes

(10)

Sifat-sifat Tes Proyeksi

1. Tugasnya tidak berstruktur sehingga memungkinkan

respon yang tidak terbatas  dgn tugas yang tdk bstruktur maka akan terungkap hal2 yg tdk disadari oleh individu

2. Testee tdk mengetahui apa yang akan diukur dalam

mengikuti tes sehingga kemungkinan untuk faking good berkurang

3. Tes proyeksi dapat menarik hal2 yang tidak terlihat

dan tidak disadari

4. Kemampuan berbahasa kurang dibutuhkan dalam

(11)

Bentuk-bentuk Tes Proyeksi

1. Teknik ink blot = tinta

2. Teknik pictorial = gambar

3. Verbal = asosiasi kata, sentence

completion

4. Autobiography = diary

5. Teknik performance = HTP, DAM,

(12)

The Inkblot Techniques

Rorschach Test

 Diperkenalkan pertama kali oleh psychiatrist dari

Swiss, Hermann Rorschach.

 Terdiri dari 10 inkblots.

 Tes ini dikritik pd 1950’ dan 1960’s karena

(13)

Rorschach Test (cont.)

 Dapat mendeteksi gangguan berpikir, seperti

schizophrenia atau manik depresi.

 Namun, biasanya dicek lagi dgn tes yang lebih

obyektif.

 Tes ini tidak dibekali untuk deteksi kondisi2

psikiatrik.

 Tes ini tidak valid untuk deteksi sexual abuse in

(14)

The Rorschach Inkblot Test

 Ambiguous stimuli  Person is asked to

report what they see

 No clear image, so

the things you see

must be “projected”

from inside yourself

(15)

Pictorial Techniques

Thematic Apperception Test

 Klien diminta untuk bercerita mengenai

gambar2 ambigius

 Sayangnya, administrasi TAT tdk

terstandardisasi dan interpretasi sangat

(16)

Thematic Apperception Test (cont.)

 Reliabilitasnya lemah dan validitasnya

dipertanyakan

 Tes ini tidak dapat membedakan indv2 yang

psikotis/depresi dgn indv normal

 Individu diminta untuk bercerita ttg gambar

(17)

Performance Techniques

Draw-a-Person

 Tes ini mengharuskan testee untuk

menggambar.

 Interpretasinya berdasarkan karakteristik

gambar yang dibuat oleh testee.

 Psikolog terkadang menegakkan diagnosa

terlalu berlebihan bila testee tidak dapat

(18)

 Dalam memproduksi gambar orang yang dapat dilihat

adalah impuls-impuls yang tidak disadari, kecemasan, konflik, dan kompesasi yang muncul dalam diri testee.

 Yang dilihat dari gambar orang adalah:

1. Waktu yang dibutuhkan u menyelesaikan gambar 2. Penempatan gambar 8. Ekspresi wajah 3. Ukuran gambar 9. Posture

4. Tekanan pensil 10. Baju

5. Simetri gambar 11. Kesan keseluruhan 6. Kualitas garis

(19)

House-Tree-Person (HTP)

 Florence Goodenough presented her

Measurement of Intelligence by Drawings in 1926.

 The focus was on the human figure drawing

and the purpose was to initially derive a measure of I.Q.

 House menggambarkan figur ibu

 Tree menggambarkan figur ayah

(20)

Intrepertasi HTP

1. Kesan Umum gambar

2. Proporsi gambar  rumah, orang, pohon

gambarnya sebanding atau tidak

3. Posisi gambar  letak gambar apakah

seperti rangkaian

4. Komposisi gambar  letka gambar apakah

menunjukkan kesatuan

5. Penyelesaian gambar  gambar yang

(21)

House-Tree-Person (HTP)

 Combining an ease of administration with a

maximum of projective potential, the HTP allows the clinician to gather information

which might not otherwise be available in a structured, verbal interview.

 Drawing, a non-verbal activity, is often

(22)

House-Tree-Person (HTP)

 In common with other projective measures of

personality (e.g. the Rorschach, or TAT), the HTP provides a structured context for the

projection of unconscious material.

 Like a specific ink blot or TAT card, the client

(23)

House-Tree-Person (HTP)

 Unlike the Rorschach or TAT, the HTP presents a

maximum of ambiguity for the client. Whereas the Rorschach and TAT present a stimulus card which does not change over time, the HTP presents the client with a completely blank field onto which they are asked to draw and project.

 Every client will draw a house, but every house will

differ. The result is a collection of projective material organized around standard themes.

 The HTP can claim a great deal of freedom from

(24)

House-Tree-Person (HTP)

 The analysis of the HTP drawing set may

then take two paths. The first involves an analysis of the content and the quality of the drawings.

 A post-drawing inquiry is used to explore the

(25)

House-Tree-Person (HTP)

 Useful lines of inquiry can be uncovered and

developed for use in future therapeutic interviews.

 The important point about this part of the

HTP analysis is its subjectivity. The set of drawings done by a client will have

relevance to that person alone.

 The HTP used as an adjunct to a therapeutic

(26)

House-Tree-Person (HTP)

 The second path of an HTP analysis extends

beyond the original use of the technique as an intrasubjective analysis of the individual.

 HTP drawing sets have also been researched

and compared intersubjectively as well.

 In other words, what kind of subject will draw

(27)

Kesimpulan

Penggunaan tes proyeksi ini harus di

(28)

Critiques

1. Rapport dan Penerapannya

- Alat tes proyeksi biasanya sebagai “alat” untuk

mencairkan hubungan ant psikolog dan klien = entertaining

2. Faking

- Klien yang mengerjakan tes proyeksi jarang

dapat melakukan faking bila dibandingkan mengerjakan self-inventory

3. Examiner dan varibel situasi

- Instruksi yang kurang terstandardisasi membuat

si examiner timbul perasaan kurang PD dan

dapat mempengaruhi kinerja ketika pelaksanaan tes

(29)

4. Norma

- Normanya kurang representatif krn populasi

yang dijadikan sample tidak jelas

- Krn tidak ada norma yang objektif, penilaian

sangat tergantung pd jam terbang psikolog dalam praktek klinisnya

5. Reliabilitas

- Scorer reliability

(30)

Referensi

Dokumen terkait

bahwa Pegawai Negeri Sipil yang namanya tersebut huruf a, memenuhi syarat dan dipandang cakap untuk diangkat dalam jabatan Pimpinan Tinggi Pratama di Lingkungan

Menurut Manuaba (2008; h.389) disebutkan perdarahan terjadi karena gangguan hormon, gangguan kehamilan, gangguan KB, penyakit kandungan dan keganasan genetalia. 55)

Tabel 3.2 Matriks 4 x 4 (kriteria kesetiaan dan ketaatan) 28 Tabel 3.3 Matriks 4 x 4 (kriteria tanggungjawab) 28 Tabel 3.4 Matriks 4 x 4 (kriteria kepemimpinan) 29 Tabel

Segala upaya yang dilaksanakan konselor dalam membantu siswa untuk merencanakan studi lanjut maupun kariernya tidak akan berhasil tanpa adanya strategi yang tepat (Lestari,

Jenis data yang digunakan dalam penelitian meliputi dua jenis data: Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari subjek penelitian, dalam hal ini

Undan Provin Tahun Indon ANGGARA DENG a memenu or 32 T aimana tela n 2005 tent ng-undang ng-undang ah menjadi ah (DPRD) lauan Riau ah tentang A aran 2008 s or 903-58 uran Daera

95 11052122010567 SUYADI Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SMP N 2 RANDUAGUNG LUMAJANG 45 Hotel Anugerah.. 96 11052122010612 ANSELMUS SUTRIDIONO Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapat pembelajaran dengan Accelerated Learning ditinjau lebih rinci berdasarkan masing-masing kategori