• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sistem perdagangan dunia. Standar dan norma-norma global menjadi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. terhadap sistem perdagangan dunia. Standar dan norma-norma global menjadi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perubahan yang nyata dalam tatanan ekonomi dunia sekarang ini adalah terjadinya proses globalisasi di segala aspek kehidupan ekonomi yang berpengaruh terhadap sistem perdagangan dunia. Standar dan norma-norma global menjadi persyaratan utama para praktisi industri antarnegara untuk tetap mampu meningkatkan daya saing, meningkatkan efisiensi, menekan biaya produksi serta kualitas barang produksi dan menciptakan nilai-nilai unggul (Notoatmodjo, 2007).

Di Indonesia, kota-kota industri mulai berkembang dan menghasilkan barang-barang produksi yang bermutu (Anonim, 2010). Perkembangan pesat industri mendorong penggunaan mesin, peralatan kerja dan bahan-bahan kimia dalam proses produksi semakin meningkat. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dapat memberikan kemudahan dalam proses produksi, meningkatnya produktivitas kerja, dan meningkatnya jumlah tenaga kerja. Akan tetapi, banyak pula masalah ketenagakerjaan yang timbul termasuk di dalamnya masalah-masalah kesehatan dan keselamatan kerja. Seperti, meningkatnya jumlah dan ragam sumber bahaya di tempat kerja, peningkatan jumlah maupun tingkat keseriusan kecelakaan kerja, penyakit akibat kerja, dan pencemaran lingkungan (Notoatmodjo, 2007).

Berdasarkan laporan yang disampaikan Dirjen Pembinaan Pengawas Ketenagakerjaan Kemnakertrans Muji Handaya seusai menyampaikan hasil Pertemuan Asia-Europe Meeting (ASEM) Workshop on National Occupational

(2)

Safety and Health (OSH) bahwa angka kecelakaan kerja di Indonesia tergolong tinggi dibanding sejumlah negara di Asia dan Eropa, pada tahun 2010 kecelakaan kerja di Indonesia tercatat sebanyak 98.000 kasus. 1.200 kasus di antaranya, mengakibatkan pekerja meninggal dunia dan menurut Muji Handaya bahwa dengan angka kecelakan kerja tersebut, rata-rata ada tujuh pekerja yang meninggal dunia setiap hari (Djumena, 2011).

Untuk melindungi keselamatan pekerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Pedoman keselamatan dan kesehatan kerja adalah bahwa penyakit dan kecelakaan akibat kerja dapat dicegah, maka upaya pokok kesehatan kerja adalah pencegahan kecelakaan kerja (Notoatmodjo, 2007). Tetapi kecelekaan kerja tidak dapat dielakkan secara menyeluruh. Namun demikian setiap perencanaan, keputusan, dan organisasi harus memperhitungkan aspek keselamatan dan kesehatan kerja dalam perusahaan. Efisiensi, kemampuan karyawan, keadaan peralatan harus selaras dan seimbang agar proses produksi yang optimal, aman dan selamat dapat dicapai (Silalahi, 1985).

Angka kecelakaan kerja di Indonesia menurun dalam 2009 sampai dengan 2011, hal ini membuktikan bahwa kecelakaan memang dapat dicegah di tempat kerja, tapi angka kematian dalam kecelakaan kerja tidak ikut turun. Pada tahun 2011 lalu jumlahnya menurun jadi 86.000 kasus, sedangkan angka kematian dalam kecelakaan kerja pada tahun 2011 tercatat sekitar 2.100 kasus. Muji Handaya, Dirjen Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan Kemenakertrans mengatakan masih tingginya angka kematian dalam kecelakaan kerja karena kasus kecelakaan lalu lintas yang dialami pekerja saat berangkat sampai pulang ke rumah, dihitung masuk kematian akibat

(3)

kecelakaan kerja. Menurut H. W. Heinrich dalam Notoatmodjo (2007), penyebab kecelakaan kerja yang sering ditemui adalah perilaku yang tidak aman sebesar 88%, kondisi lingkungan yang tidak aman sebesar 10%, atau kedua hal tersebut di atas terjadi secara bersamaan dan menurut Muji, penyebab kecelakaan kerja di Indonesia adalah perilaku dan peralatan yang tidak aman (Prastyo, 2012).

Perilaku pekerja tentang K3 menentukan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan penerapan SMK3. Hasil penelitian Salawati (2009) menunjukkan adanya hubungan antara perilaku tenaga kesehatan terhadap penerapan Manajemen K3 di Rumah Sakit zainal Abidin Banda Aceh. Hasil penelitian Zulliyanti (2011) menunjukkan bahwa pengetahuan dan tindakan pekerja berpengaruh terhadap penerapan Manajemen K3 di PT. Gold Coin Indonesia dan hasil penelitian Munthe (2010) menggambarkan pengetahuan dan tindakan pekerja tentang SMK3 di PT. Socfindo Kebun Aek Pamienke ada pada kategori yang baik.

Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati secara langsung, maupun yang dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003). Benyamin Bloom dalam buku Notoatmodjo (2003) membagi perilaku ke dalam 3 domain yaitu: pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan tindakan (psikomotor).

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). LaPierre dalam Azwar (2007) mengemukakan bahwa sikap adalah suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli

(4)

sosial yang telah terkondisikan. Notoatmodjo (2003) menyebutkan bahwa tindakan adalah perwujudan sikap menjadi suatu perbuatan nyata.

Efisiensi dan efektivitas kerja karyawan dapat dicapai dengan meningkatkan pengetahuan karyawan, keahlian karyawan, dan sikap karyawan terhadap tugas-tugasnya. Dengan adanya peningkatan pengetahuan, keahlian dan sikap terhadap tugas maka diharapkan akan mengubah perilaku guna mendapatkan produktivitas yang tinggi (Nasution, 2000).

Produktivitas pekerja yang tinggi sangat diharapkan oleh pihak perusahaan karena hal tersebut berpengaruh dan dibutuhkan dalam menjaga kelancaran proses produksi di perusahaan. Dengan itu, perlu diterapkan keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja yang menjamin hak pekerja untuk mendapatkan perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerjanya. Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja para pekerja akan meningkatkan produktivitas dan selanjutnya akan memberikan keuntungan bagi perusahaan karena kelancaran proses produksinya.

Selain meningkatnya daya saing dan produktivitas tenaga kerja, yang juga menjadi sasaran strategis Kemenakertrans dalam Review Rencana Strategis Kemenakertrans (2012) adalah meningkatnya penerapan pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan di tempat kerja. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di tempat kerja berpedoman pada Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Dengan tetap berpedoman kepada Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang

(5)

Ketenagakerjaan, dalam hal ini perusahaan juga harus menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.05/MEN/1996 yang bertujuan dalam rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Sastrohadiwiryo, 2002).

Sejak 1996 hingga 2011, sebanyak 1.548 perusahaan yang mendapat penghargaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Khusus 2011 saja terdapat sekira 238 perusahaan yang memperoleh SMK3 dan jumlah itu meningkat dibanding 2010 yang hanya 162 perusahaan. Tahun 2011, perusahaan-perusahaan penerima penghargaan SMK3 kebanyakan bergerak di bidang industri sebanyak 80 perusahaan, konstruksi bangunan 42 perusahaan, dan 36 perusahaan lainnya di sektor jasa. Sisanya adalah mereka yang berkiprah di bidang pertanian, pertambangan, listrik, perdagangan, transportasi, dan lembaga (Rosidi, 2012).

Salah satu perusahaan di Indonesia yang telah menerapkan SMK3 dan telah menerima sertifikat audit SMK3 adalah PT. Toba Pulp Lestari, Porsea sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia mulai dari tahun 2005 sampai 2011. Pada tahun 2011, PT. Toba Pulp Lestari menerima sertifikat audit dengan bendera emas (gold flag) karena telah menerapkan SMK3 sebanyak 93% dari 166 kriteria SMK3. PT. Toba Pulp Lestari adalah industri di bidang pulp untuk bahan baku kertas dan bahan baku serat rayon. Secara operasional, PT. Toba Pulp Lestari dibagi menjadi dua bagian yaitu divisi fiber (fiber division)

(6)

menghasilkan pulp atau bubur kertas dan divisi mill (mill division) dengan kegiatan produksi untuk mengolah kayu yang dihasilkan di fiber divison menjadi bubur kertas. Berdasarkan survei pendahuluan dan wawancara yang telah dilakukan di bagian Loss Prevention and Control yaitu bagian manajemen yang menangani masalah K3, bahwa memang bagian produksi merupakan bagian dimana aspek K3 dan SMK3 perlu diterapkan dengan baik. Mereka tetap memantau pekerja agar tetap mematuhi aspek K3. Setiap pekerja yang melanggar langsung ditegur di tempat dan pekerja yang tidak memakai alat pelindung diri tidak diperbolehkan masuk memasuki areal industri.

Pihak manajemen perusahaan mengatakan bahwa kecelakaan kerja di perusahaan tersebut dibagi dalam 4 jenis: First Aid yaitu kecelakaan kerja yang hanya membutuhkan pertolongan pertama (kotak P3K), Medical Aid yaitu kecelakaan kerja yang membutuhkan pengobatan medis dari rumah sakit, Loss time injury yaitu kecelakaan yang sampai menghilangkan jam kerja pekerja, dan Fatality Aid yaitu kecelakaan kerja yang mengakibatkan kematian. Pada tahun 2011, kecelakaan kerja yang terjadi adalah jenis First Aid dan Medical Aid dengan jumlah kumulatif tertinggi sebanyak 4 kecelakaan kerja dengan rincian 2 kecelakaan kerja terjadi di departemen fiberline karena pekerja terbentur (struck by) oleh motor yang berputar karena tidak memakai sarung tangan dan mata terkena debu kayu (chip file) karena pekerja tidak memakai kacamata, 1 kecelakaan terjadi di departemen chemical karena pekerja tidak menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP) dengan benar dan 1 kecelakaan terjadi di departemen energy karena pekerja tidak memakai seragam kerja yang standar sehingga lengan baju yang dipakai pekerja terlilit di mesin. Kecelakaan yang

(7)

terjadi masih cenderung diakibatkan oleh tindakan tidak aman (unsafe act) dari pekerja itu sendiri.

Berdasarkan Keputusan Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor: KEP.723/BW/2000 bahwa penghargaan kecelakaan nihil diberikan kepada perusahaan yang telah berhasil mencegah terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja tanpa menghilangkan waktu kerja. Kecelakaan yang menghilangkan waktu kerja adalah kecelakaan yang menyebabkan seorang pekerja tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah terjadi kecelakaan kerja selama 2 kali 24 jam. Bagi perusahaan besar, dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang, dikatakan kecelakaan nihil jika tidak terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan hilangnya jam kerja berturut-turut selama 3 tahun atau telah mencapai 6 juta jam kerja tanpa kecelakaan yang menghilangkan waktu kerja.

Meskipun PT. Toba Pulp Lestari belum pernah mengusulkan untuk mendapat penghargaan kecelakaan nihil, namun dengan melihat standar yang ditetapkan dalam keputusan Dirjen Pembinaan Hubungan Industrial dan Pengawasan Ketenagakerjaan Nomor: KEP.723/BW/2000, PT. Toba Pulp Lestari Porsea yang telah menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dan telah mendapat sertifikat dan bendera emas, telah berhasil mencegah terjadinya kecelakaan kerja di tempat kerja tanpa menghilangkan waktu kerja dengan melihat data kecelakaan kerja yang terjadi pada tahun 2011 yaitu sebanyak 4 kecelakaan yang tidak menghilangkan waktu kerja.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik ingin melihat bagaimana penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di

(8)

perusahaan tersebut dengan melihat gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan pekerja di perusahaan mengenai penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) tersebut. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk meneliti “Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Pekerja pada Bagian Produksi tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT. Toba Pulp Lestari, Porsea”.

1.2. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah “bagaimana gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan pekerja pada bagian produksi tentang penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT Toba Pulp Lestari, Porsea”.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan tindakan pekerja pada bagian produksi tentang penerapan Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT Toba Pulp Lestari, Porsea tahun 2012.

(9)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan pekerja tentang penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT Toba Pulp Lestari tahun 2012.

2. Untuk mengetahui gambaran sikap pekerja tentang penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT Toba Pulp Lestari tahun 2012.

3. Untuk mengetahui gambaran tindakan pekerja tentang penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di PT Toba Pulp Lestari tahun 2012.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi pihak manajemen PT. Toba Pulp Lestari dan perusahaan lainnya akan pentingnya perilaku pekerja terhadap penerapan SMK3 secara optimal.

2. Bagi tenaga kerja, agar lebih mengetahui manfaat dan kegunaan penerapan

SMK3.

3. Sebagai bahan informasi bagi penelitian sejenis serta dapat bermanfaat dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

4. Sebagai penambah wawasan pengetahuan bagi penulis khususnya tentang perilaku dan SMK3.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mencari pengaruh luas lahan, pengeluaran pemerintah untuk irigasi, jumlah tenaga kerja sub sektor tanaman pangan, dan jumlah benih

Model Gelombang Pembangkit Daya Energi Gelombang laut dengan Menggunakan Osilasi Kolom Air (Oscillating Water Column /OWC) menggunakan turbin angin Maglev pada

Hasil yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah terbangunnya sebuah website e-commerce pada Toko Sepatu Rangkayo Casual Sneakers untuk mendukung proses bisnis

Senyawa ester pada sampel bubuk rusip kontrol dan dengan penambahan gum arab yang teridentifikasi yaitu asam tetradekanoat, 15-asam heksadekanoat yang merupakan

Hidraulika adalah bagian dari “hidrodinamika” yang terkait dengan gerak air atau mekanika aliran. Ditinjau dari mekanika aliran, terdapat dua macam aliran yaitu aliran

Prioritas UNIT KERJA DAFTAR CALON PESERTA DIKLAT PERAN KETUA TIM YUNIOR.. 274 Ida Ayu Anom Astuti,

Adanya Game Centre di Yogyakarta ini dilihat dari fungsi yang akan ditampung, merupakan bangunan yang mempunyai fungsi beragam, karena dalam bangunan ini akan terjadi berbagai

Beberapa event dalam skala lokal, nasional dan internasional yang dapat mengakat nama Kota Surakarta sebagai ikon budaya, misalnya, Solo Batik Carnival (SBC),