• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN SENSOR TEKANAN DAN SENSOR SUHU DENGAN INTERFACING DALAM PRAKTIKUM HUKUM GAY-LUSSAC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGGUNAAN SENSOR TEKANAN DAN SENSOR SUHU DENGAN INTERFACING DALAM PRAKTIKUM HUKUM GAY-LUSSAC"

Copied!
317
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGGUNAAN SENSOR TEKANAN DAN SENSOR

SUHU DENGAN INTERFACING DALAM

PRAKTIKUM HUKUM GAY-LUSSAC

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh :

Dina Kurniawati

NIM. 041424019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Hai anak-Ku, jika hatimu bijak, hati-Ku juga bersukacita Jiwa-Ku bersukaria, kalau bibirmu mengatakan yang jujur Janganlah hatimu iri kepada orang-orang yang berdosa, tetapi takutlah akan Tuhan senantiasa Karena MASA DEPAN sungguh ADA, dan

HARAPAN TIDAK akan HILANG (Amsal 23: 15-18)

(5)
(6)
(7)

vii

ABSTRAK

Kurniawati, Dina. 2009. Penggunaan Sensor Tekanan dan Sensor Suhu dengan Interfacing dalam Praktikum Hukum Gay-Lussac. Program Studi Pendidikan Fisika. Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) bagaimana perangkat keras (hardware) pengukuran suhu dan tekanan pada alat praktikum Hukum Gay-Lussac yang menggunakan interfacing; (2) bagaimana perangkat lunak (software) pengukuran suhu dan tekanan pada alat praktikum Hukum Gay-Lussac yang menggunakan interfacing; (3) bagaimana pemanfaatan alat praktikum Hukum Lussac yang menggunakan interfacing dalam pembelajaran Hukum Gay-Lussac. Penelitian ini dimulai dengan merancang dan membuat alat praktikum Hukum Gay Lussac pada bulan Desember 2008 – Mei 2009. Kemudian pengujian alat di laboratorium dan pemanfaatan alat untuk pembelajaran Hukum Gay-Lussac dilaksanakan pada bulan September 2009. Variabel penelitian ini ialah suhu sebagai variabel bebas, tekanan sebagai variabel terikat, dan volume sebagai variabel kontrol. Sampel dari penelitian ini adalah 13 orang mahasiswa Pendidikan Fisika semester 1 yang mengikuti kuliah Termofisika. Data yang terkumpul berupa data hasil pengujian alat, data kuesioner, dan data hasil jawaban sampel. Data penelitian dianalisis dengan mencari reliabilitas dan validitas alat serta analisis deskriptif dari kuesioner.

(8)

viii

ABSTRACT

Kurniawati, Dina. 2009. Interfacing of Pressure Sensor and Temperature Sensor on the Gay-Lussac’s Law Practical. Physics Education Study Program. Department of Mathematics and Science Education. Faculty of Teachers Training and Education. Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research was intended to find out : (1) how the design of hardware that using interfacing of temperature sensor and pressure sensor; (2) how the design of software that using interfacing of temperature sensor and pressure sensor; (3) how to use lab equipment Gay-Lussac which use interfacing in instructional of Gay-Lussac’s Law. This research begins with designing and making lab equipment Gay-Lussac’s Law in December 2008 until May 2009. Furthermore, laboratory testing equipment and utilization of instrument for learning of Gay-Lussac’s Law held in September 2009. Variable in this research is temperature as the independent variable, pressure as a variable bound, and the volume as control variable. There were 13 students of the first grade students of Physics Education Study Program that take thermophysics class were involve to obtain data. The research used result data of instrument testing, questionnaire, and test as the instruments. The data was analyzed to calculate reliability and validity of the Gay-Lussac’s Law instrument and using descriptive analysis from the questionnaire.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Bapa di surga atas segala berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Penggunaan Sensor Tekanan dan Sensor Suhu dengan Interfacing dalam Praktikum Hukum Gay-Lussac”.

Penulis menyadari, bahwa untuk keperluan menyusun dan menulis sampai pada penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas bantuan dari segala pihak, baik berupa pengetahuan, bimbingan dan dorongan maupun kemudahan lainnya. Untuk semua itu, melalui skripsi ini patut dan layak penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Drs. Severinus Domi, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Drs. T. Sarkim, M.Ed,. Ph.D. selaku Dosen Pembimbing yang memberi waktu, bantuan, dorongan, dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dan membimbing dalam penulisan skripsi ini.

3. Drs. Fr.Y. Kartika Budi, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendididkan Fisika Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan bimbingannya.

5. Bapak Sunarjo, Bapak Sugeng, dan Bu Heni (sekretariat JPMIPA), atas kerjasamanya dalam melayani kebutuhan administrasi.

6. Mas agus, Bapak Gito, dan mas Ngadiyono untuk pemakaian Laborotoriun-nya.

7. Bapakku dan Ibuku yang telah memberi perhatian, kasih sayang, dukungan, doa, dan selalu mendengarkan segala curahan hatiku selama ini serta senantiasa mendambakan kelulusanku.

(10)

x

9. Kel. Hadi Prayitno di Banguntapan dan Kel. Priyanto dan Kel. Nur Edi di Purworejo yang telah memberi perhatian, kasih sayang, dan doa. Terima kasih untuk 5 tahun penuh kehangatan.

10. Prayadi Sulistyanto untuk bantuan, kritik, saran, dan ejekan selama pembuatan skripsi.

11. Made, Mbak Heti, Konyil, dan Idank yang banyak memberi semangat dan mendengarkan segala keluh kesahku.

12. Luna Boarding House: Bapak dan Ibu Arkom; Kadek untuk kejadian-kejadian

aneh yang terhitung dari awal insadha; Kaka, Nia, Noven, Cita untuk kegilaan kalian yang membahagiakan; mbak ve untuk

semangatnya; Titin dan Novi untuk kebersamaan dan curahan-curahan hati yang aneh; Aya dan Ita Chan untuk kebersamaan dan tukar pikiran; mbak Ponco, mbak Obe dan cik Eva untuk nasehatnya, mbak ika dan Ita Kun. 13. Teman-temanku seangkatan Pendidikan Fisika 2004 khususnya Woro, Vera,

Fredy, Budi “Bene”, Petrus, Teguh, Wulan, Jazjuz, Dwik Wahyu, Ika, Ndraz, Aris, Yosep, Darmiyono, Mas Eri, Ita dan Wil terima kasih atas persahabatannya.

14.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih banyak atas bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga masih perlu dikaji dan dikembangkan secara lebih lanjut. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

(12)

xii

4. Pengkondisi Sinyal ... 16

5. Mikrokontroler ... 17

C. Program Visual Basic 6.0 ... 31

D. Pembelajaran Hukum Gay-Lussac dan Permasalahannya ... 33

1. Pengertian Pembelajaran ... 33

2. Hasil Belajar ... 35

3. Pembelajaran Hukum Gay-Lussac Sejenis Sebelumnya ... 36

4. Beberapa Tipe Eksperimen ... 38

5. Permasalahan dari HukumGay-Lussac yang Dihadapi Siswa ... 39

BAB III. RANCANGAN PENELITIAN ... 41

1. Koneksi Komputer dan Mikrokontroler dengan MAX232 ... 44

2. Koneksi Mikrokontroler dan Sensor dengan TLC2272CP ... 45

3. Perancangan Tempat Sensor Suhu dan Sensor Tekanan ... 47

C. Perancangan Perangkat Lunak ... 50

1. Perancangan Software pada ATMEGA32-16PU ... 50

(13)

xiii

A. Hardware ... 76

1. Deskripsi Hardware ... 76

2. Validitas Hardware ... 78

3. Reliabilitas Hardware ... 80

B. Software ... 86

1. Diskripsi Software ... 86

2. Pengujian Software ... 87

C. Hasil Pemanfaatan Alat Praktikum Gay-Lussac Berbasis Interfacing dam Pembelajaran Hukum Gay-Lussac ... 90

BAB V. PENUTUP ... 103

A. Kesimpulan ... 103

B. Saran ... 104

DAFTAR PUSTAKA ... 105

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman TABEL 2.1.Koefisien Pemuaian, pada 200

TABEL 2.2.Fungsional PIN ATMEGA32-16PU ... 21

C ... 10

TABEL 3.1.Tabel Penyajian Uji Validitas LM35 ... 68

TABEL 3.2.Tabel Penyajian Uji Reliabilitas LM35 ... 69

TABEL 3.3.Tabel Penyajian Uji Reliabilitas MPX5050GP. ... 71

TABEL 3.4.Penetapan Skor Kuesioner ... 73

TABEL 4.1.Tabel Uji Validitas LM35 ... 78

TABEL 4.2.Tabel Uji Reliabilitas LM35 ... 81

TABEL 4.3.Ketidakpastian Berulang LM35 ... 82

TABEL 4.4.Tabel Uji Reliabilitas MPX5050GP ... 84

TABEL 4.5.Ketidakpastian Berulang MPX5050GP ... 85

TABEL 4.6. Hasil Penskoran Kuesioner Praktikum Gay-Lussac Berbasis Interfacing ... 91

TABEL 4.7.Hasil Penskoran Soal Hukum Gay-Lussac ... 92

TABEL 4.8.Alpha Cronbach Keefektifan Petunjuk Praktikum ... 92

TABEL 4.9. Frekuensi Prosedur Percobaan dalam Petunjuk Praktikum Tidak Membingungkan ... 93

TABEL 4.10.Frekuensi Isi Dasar Teori Membantu dalam Menganalisis Data 93 TABEL 4.11.Alpha Cronbach Kemudahan Merangkai Sensor ... 94

TABEL 4.12.Frekuensi Merangkai Sensor Suhu ... 95

(15)

xv

TABEL 4.14. Alpha Cornbach Penilaian Terhadap Desain Program Aplikasi 96 TABEL 4.15.Frekuensi Tampilan Program Menarik Bagi User ... 96 TABEL 4.16.Frekuensi Cara Kerja Program Mudah Dipahami User ... 97 TABEL 4.17.Frekuensi User Tidak Kesulitan Dalam Menjalankan Program 97 TABEL 4.18.Frekuensi Form HELP Sungguh Membantu User ... 97 TABEL 4.19.Alpha Cronbach Hasil Pembelajaran Menggunakan Alat

Rancangan ... 99 TABEL 4.20.Frekuensi Pertanyaan-Pertanyaan dalam Petunjuk Praktikum

Dapat Dijawab Dengan Baik ... 99 TABEL 4.21.Frekuensi Di Akhir Praktikum User Dapat Memahami

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1.Grafik T vs P ... 9

Gambar 2.2.Bentuk Gelombang Logic TTL atau CMOS ... 16

Gambar 2.3.Bentuk Gelombang Logic RS-232 ... 16

Gambar 2.4.Konfigurasi PIN ATMEGA32-16PU ... 19

Gambar 2.5.Peta Memori Program ATMEGA32-16PU ... 23

Gambar 2.6.Peta Memori Data ATMEGA32-16PU ... 24

Gambar 2.7.Status Register ATMEGA32-16PU ... 26

Gambar 2.8.SFIOR ATMEGA32-16PU ... 29

Gambar 2.9.Stack Pointer ATMEGA32-16PU ... 29

Gambar 3.1.Perancangan Peralatan... 42

Gambar 3.2.Diagram Blok Umum ... 42

Gambar 3.3.Konfigurasi Kaki Max232 dengan Serial Port dari ATMEGA32-16PU ... 45

Gambar 3.4.Konfigurasi kaki MPX5050GP dan TLC2272CP dengan ATMEGA2-16PU ... 46

Gambar 3.5.Konfigurasi LM35 dan TLC2272CP dengan Port dari ATMEGA32-16PU ... 47

Gambar 3.6.Casing LM35 ... 49

Gambar 3.7.Casing MPX5050GP ... 49

Gambar 3.8.Flowchart Program ATMEGA32-16PU ... 51

(17)

xvii

Gambar 3.10.Tampilan Program pada Form “Welcome” ... 53

Gambar 3.11.Tampilan Program pada Form “ Program Utama”... 54

Gambar 3.12.Flowchart Program Utama ... 55

Gambar 3.13.Flowchart Subrutin Siap Proses ... 55

Gambar 3.14.Flowchart Subrutin Terima Data ... 57

Gambar 3.15.Flowchart Subrutin Membuat Grafik ... 58

Gambar 3.16.Flowchart Subrutin Reset Program ... 58

Gambar 3.17.Flowchart Form “HELP” ... 59

Gambar 3.18.Tampilan Program pada Form “HELP” ... 60

Gambar 4.1.Rangkaian Alat ... 76

Gambar 4.2.Pengujian Software I ... 87

Gambar 4.3. Pengujian Software II ... 88

Gambar 4.4. Pengujian Software III ... 88

Gambar 4.5. Pengujian Software IV ... 89

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

LAMPIRAN 1. List Program pada ATMEGA32-16PU ... 108

LAMPIRAN 2. List Program pada Visual Basic 6.0 ... 111

LAMPIRAN 3. Rangkaian Kontroler ... 126

LAMPIRAN 4. Datasheet ATMEGA32-16PU ... 127

LAMPIRAN 5. Datasheet MPX5050GP ... 237

LAMPIRAN 6. Datasheet LM35 ... 245

LAMPIRAN 7. Datasheet TLC2272CP ... 258

LAMPIRAN 8. Datasheet MAX232 ... 287

LAMPIRAN 9. Petunjuk Praktikum Gay-Lussac Berbasis Interfacing ... 293

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dewasa ini penggunaan instrumen praktikum berbasis interfacing dalam dunia pendidikan bukanlah hal yang asing lagi, misalnya pembelajaran Hukum Gay-Lussac dengan menggunakan laboratorium interface yang dilakukan oleh Lana Zimmer di sebuah sekolah di Indiana (Lana Zimmer, 2003). Seperti yang diketahui bersama penggunaan instrumen-instrumen tersebut dimaksudkan dengan tujuan mempermudah penyampaian inti materi ajar kepada peserta didik. Interfacing adalah penghubung antar komputer baik dengan komputer atau dengan perangkat lain

(20)

Untuk tingkat universitas terlebih khusus di Universitas Sanata Dharma dalam prodi Pendidikan Fisika, penggunaan instrumen praktikum berbasis interfacing dalam mata kuliah praktikum belum pernah dilakukan. Padahal ada beberapa instrumen praktikum di dalam laboratorium yang berbasis interfacing.

Dari hal ini peneliti mencoba mengambil topik penelitian mengenai pemanfaatan salah satu instrumen praktikum berbasis interfacing untuk pelaksanaan salah satu praktikum termofisika (Hukum Gay-Lussac). Pemilihan topik bahasan fisika dijatuhkan pada Hukum Gay-Lussac karena hukum ini membahas hubungan suhu dan tekanan pada volume tetap. Sedangkan penggunaan perangkat alat ukur tekanan di dalam laboratorium fisika belum umum, terutama yang menggunakan sensor.

(21)

faktor-faktor penyebabnya sehingga praktikum Gay-Lussac yang baik dapat terlaksana.

Dengan dikombinasikan sensor suhu, sensor tekanan, dan perangkat lunak dalam sebuah instrumen berbasis interfacing kiranya tujuan materi ajar Hukum Gay-Lussac tidak lagi diajarkan dalam kondisi abstrak yang hanya dapat dibayangkan dalam angan-angan dari kata-kata pengajar kepada peserta didik tetapi dapat dilihat secara langsung proses terjadinya melalui praktikum yang dilakukan oleh peserta didik. Akhirnya, melalui hasil penelitian yang berupa perancangan alat praktikum, penjelasan mengenai inti materi Hukum Gay-Lussac menjadi lebih mudah digambarkan, dikondisikan, dan akhirnya dijelaskan baik dalam ruang kuliah maupun ruang praktikum.

B. PERUMUSAN MASALAH

Masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perangkat keras (hardware) pengukuran suhu dan

tekanan pada alat praktikum Hukum Gay-Lussac yang menggunakan interfacing?

(22)

3. Bagaimana pemanfaatan alat praktikum Hukum Gay-Lussac yang menggunakan interfacing dalam pembelajaran Hukum Gay-Lussac?

C. TUJUAN PENULISAN

Tujuan penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat merancang dan mengetahui kehandalan perangkat keras (hardware) pengukuran suhu dan tekanan pada alat praktikum Hukum Gay-Lussac yang menggunakan interfacing.

2. Dapat merancang dan mengetahui kehandalan perangkat lunak (software) pengukuran suhu dan tekanan pada alat praktikum Hukum Gay-Lussac yang menggunakan interfacing.

3. Dapat memanfaatkan alat praktikum Hukum Gay-Lussac yang menggunakan sensor suhu dan sensor tekanan dengan interfacing dalam pembelajaran Hukum Gay-Lussac dan memperoleh hasil berupa petunjuk praktikum untuk membantu siswa, calon guru, dan guru dalam memahami pembelajaran Hukum Gay-Lussac.

D. MANFAAT PENULISAN

Manfaat penulisan bagi penulis adalah:

(23)

2. Memperluas pengetahuan tentang pembuatan alat praktikum yang menggunakan komponen elektronik.

Manfaat penulisan bagi masyarakat adalah:

1. Dapat mengetahui pemanfaatan program Visual Basic dalam bidang pendidikan terkhusus fisika.

(24)

6

BAB II

DASAR TEORI

A. Hukum Gay Lussac

1. Pengertian Temperatur

Temperatur merupakan ukuran mengenai panas atau dinginnya benda (Giancoli, 2001: 450). Menurut Lana Zimmer, “temperature is the measure of the average energy of particles of

substance” (2003). Halliday,dkk : “Temperature is one of the seven SI base quantities. Physicists measure temperature on the

Kelvin scale, which is marked in unit called kelvins” (1997: 454). Berdasarkan 3 definisi di atas dapat disimpulkan bahwa temperatur merupakan tingkat derajat energi panas ( energi kinetik yang bergerak dengan begitu cepat) dan termasuk dalam besaran pokok dengan satuan Kelvin.

2. Pengertian Tekanan

Halliday, dkk., 1997, 351: “We define the pressure exerted by the fluid on the piston as

= .” Menurut Setford, tekanan

(25)

Ketiga pendapat di atas sependapat bahwa tekanan berhubungan dengan suatu kelakuan fluida yang menekan pada suatu tempat/wadah yang ditempatinya.

Pada kedalaman/ketinggian tertentu terdapat 3 jenis tekanan sekaligus yaitu tekanan atmosfir, tekanan mutlak, dan tekanan gauge. Tekanan atmosfir adalah tekanan yang ada pada atmosfir. Tekanan mutlak adalah tekanan total atau penjumlahan dari tekanan atmosfir dan tekanan gauge. Tekanan gauge adalah perbedaan tekanan atau tekanan hasil pengurangan tekanan mutlak dengan tekanan atmosfir (bdk. Halliday,dkk., 1997: 352)

3. Pengertian Volume

Volume adalah ruang yang ditempati oleh objek (Setford, 1997 : 13). Adapula pendapat, volume adalah isi atau besarnya benda dalam ruang (Tim penyusun kamus pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, 1996: 1121). Mengacu pada 2 definisi di atas dapat disimpulkan volume adalah isi atau besarnya benda dalam ruang yang ditempati oleh benda itu sendiri.

4. Hukum Gay-Lussac

(26)

tekanan, dan volume suatu gas dalam sebuah sistem (bdk. Yohanes Surya, 2003: 169). Hubungan-hubungan tersebut didapat dengan mengkondisikan sebuah sistem suatu gas. Dari pengkondisian keadaan tersebut akan dilihat perubahan variabel-variabel bila satu variabel dikendalikan menjadi variabel yang konstan (bdk. Giancoli, 2001: 462).

Pada saat variabel yang diatur konstan adalah V volume gas dan variabel-variabel yang berubah adalah P tekanan gas dan T temperatur gas. Hubungan ketiga variabel tersebut dikenal dengan hukum Gay-Lussac.

Giancoli 2001, 461 :

“Hukum gas ketiga, dikenal sebagai hukum Gay Lussac, dari Joseph Gay Lussac (1778-1850), menyatakan bahwa pada volume konstan, tekanan gas berbanding lurus dengan temperatur mutlak:

T

P∝ [V konstan] ...(1.1)”

Jika persamaan (1.1) hendak dibuat grafik maka grafik tersebut akan tampak seperti gambar 2.1, Perhatikan bahwa grafik P-T tampak sebagai garis lurus yang melalui titik (0,0). Untuk setiap harga V tertentu terdapat satu garis. Kemiringan grafik menunjukkan tetapan yang disebut

T P

(27)

nilai

V nR

c= , n merupakan jumlah mol gas dan R merupakan suatu

tetapan seharga 8,315 J/mol.K atau 0,082 atm.liter/mol.K (bdk. Djonoputro, 1984: 41).

Gmb.2.1. Grafik T vs P

(28)

Zat

Udara (dan sebagian

besar gas pada tekanan

atmosfir)

3400 × 10-6

(29)

B. Hardware atau Perangkat Keras

1. Interface (Perantara /Antar Muka) Malvino 1986, 372 :

“Rangkaian-rangkaian terpadu digital adalah alat-alat daya rendah karena rangkaian ini hanya mampu memberi arus beban kecil. Perantaraan artinya menggunakan semacam penyangga di antara alat daya rendah ( sering berupa IC digital) dan beban daya tinggi (seperti rele, motor, atau lampu pijar).”

Adapula definisi lain, mengenai interface atau interfacing atau pengantarmukaan periperal komputer yaitu penghubung antar komputer baik dengan komputer atau dengan perangkat lain

2008, 30 Desember 2008).

Menurut 2 definisi di atas dapat ditarik kesimpulan mengenai interface yaitu penghubung antar komputer baik dengan komputer atau dengan perangkat lain, yang dimaksudkan untuk menyangga hubungan-hubungan tersebut.

2. Sensor dan Transduser

(30)

pusat pembinaan dan pengembangan bahasa, 1996: 916). Sedangkan pendapat lain mengatakan, “Sensors and detectors are devices which are designed so that they can detect or quantitatively

determine physical parameters such as pressure, temperature,

position or velocity over a measuring range”

Dari 2 pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sensor adalah alat yang dirancang untuk mendeteksi atau membedakan secara kuantitatif parameter fisik, lalu mengubah parameter fisik tersebut menjadi sinyal elektronik yang dapat dimengerti komputer.

Sedangkan transduser ialah peralatan listrik atau elektonik yang dapat mengubah satu bentuk energi ke bentuk energi lainnya (bdk. Brenda McGuigan, 2008).

a. Sensor Tekanan

Pada penelitian ini digunakan MPX5050GP sebagai sensor tekanan.

(31)

analog ke digital (lih. Lampiran 5 hal 237). MPX5050GP memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1) Memiliki kesalahan maksimum (akurasi) 2,5% di atas temperatur 00C-850C.

2) Sesuai untuk mikroprosesor dan mikrokontroler. 3) Bekerja pada temperatur -400C sampai +1250C.

4) Alat ukur regangan-tegangan geser bersilikon yang dipatenkan (Patented silicon shear stress strain gauge). 5) Tahan lama karena berbahan epoxy.

6) Mudah digunakan karena memiliki pilihan chip pembawa (Chip Carrier Option).

7) Memiliki sensitivitas sebesar 90mV/kPa.

“Pressure transducers may typically provide two types of outputs which include a cable connection for transmitting a signal representative of the sensed pressure to a remote monitoring or control device and a human-readable display for providing a local reading of the sensed pressure. Pressure transducers that use piezoresistors are formed with a silicon substrate and an epitaxial layer, which is grown on the substrate. A portion of the substrate is removed, leaving a thin, flexible diaphragm portion. The piezoresistors are located in the diaphragm portion to form a pressure transducer” 2008).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan beberapa hal mengenai sensor tekanan transduser piezoesistif :

(32)

perwakilan sinyal tekanan pada monitor kendali atau alat kendali dan tampilan untuk pengguna yang menyediakan bacaan tekanan.

2. Transduser tekanan yang menggunakan piezoresistor dibentuk dengan substrat silikon dan lapisan epitaxial yang berkembang pada substrat.

b. Sensor Suhu

LM35 adalah sensor temperatur presisi yang memiliki tegangan output yang linear terhadap skala Celsius. LM35 memiliki ciri-ciri sebagai berikut (lih. Lampiran 6 hal 245) :

1) Dikalibrasi langsung dalam Celsius 2) Memiliki skala linear +10.0 mV/0C 3) Memiliki ketepatan 0.50C pada suhu 250C

4) Jangkauan maksimal suhu antara -550C sampai +1500C 5) Cocok untuk aplikasi jarak jauh

6) Harga yang cukup murah

7) Bekerja pada tegangan catu 4 Volt sampai 30 Volt 8) Memiliki arus drain kurang dari 60 µA

9) Memiliki pemanasan sendiri yang lambat (low self-heating) 0.080C di udara diam

10) Ketidaklinear hanya sekitar ± 4 1 0

(33)

11) Memiliki impedansi keluaran yang kecil 0.1 W untuk beban mA

12) Memiliki akurasi ± 0,60C pada suhu 250C, ± 0,90C pada suhu 1000C dan 0 0C.

3. RS-232

Komunikasi RS-232 dilakukan secara asinkron (asynchronous), yaitu komunikasi serial yang tidak memiliki clock bersama antara pengirim dan penerima, masing-masing dari pengirim maupun penerima memiliki clock sendiri. Yang dikirimkan dari pengirim ke penerima adalah data dengan baudrate tertentu yang ditetapkan sebelum komunikasi berlangsung. Setiap word atau byte disinkronkan dengan bit start, bit stop dan clock internal masing-masing pengirim atau penerima (bdk Retna Prasetia & dkk 2004: 129).

(34)

Panjang kabel yang dapat digunakan dalam komunikasi RS-232 sekitar 15 meter (2006: 20-21).

Gmb.2.2. Bentuk Gelombang Logic TTL atau CMOS

Gmb.2.3. Bentuk Gelombang Logic RS-232

4. Pengkondisi Sinyal Menurut Mujahidi, 2006:

“ Sinyal-sinyal listrik yang dihasilkan oleh transduser harus dikonversikan ke dalam bentuk jenis sinyal yang bisa dikenali oleh board akusisi data yang digunakan. Tugas pengkondisi sinyal yang sering dilakukan adalah biasanya berupa penguatan (Amplification), misalnya sinyal-sinyal yang masih lemah dari thermocouple sebaiknya dikuatkan terlebih dahulu untuk meningkatkan resolusi pengukuran. Tugas dari pengkondisi sinyal yang lain adalah memfilter noise yang lewat dan juga melakukan linearisasi keluarannya. Tugas yang lain adalah melakukan isolasi antara sinyal dari transduser dengan komputer (biasanya hal ini dilakukan jika sinyal yang diamati mengandung mengandung tegangan tinggi).”

(35)

a. TLC2272CP merupakan op-amp jenis dual dimana dalam satu kemasan terdapat 2 buah op-amp dengan tipe 8 pin.

b. Cocok untuk transduser piezoresistif karena memiliki input impedansi tinggi dan noise yang rendah yang sesuai dengan keadaan transduser yang piezoresistif yang memiliki sinyal lemah dan sumber impedansi yang tinggi.

c. Memiliki fitur output rel ke rel (rail to rail) dengan catu daya single dan split sehingga mendukung untuk interfacing dengan ADC.

d. Memiliki range suhu udara operasi antara 00C – 700C.

e. Memiliki input tegangan offset maksimum sebesar 2.5mV pada suhu 250C.

5. Mikrokontroler

(36)

instruksi dieksekusi dalam 1 siklus clock, sehingga membuat mikrokontroler ini relatif lebih cepat.

a. Fitur ATMega32-16PU

ATMega32-16PU memiliki fitur sebagai berikut (lih. Lampiran 1 hal 127):

1) 131 macam instruksi, yang hampir semuanya dieksekusi dalam 1 siklus clock.

2) 32 x 8-bit register serba guna.

3) Kecepatan mencapai 16 MIPS dengan clock 16 MHz. 4) 32 Kbytes Flash Memori jenis non-volatile, yang

memiliki fasilitas In-System Programming. 5) 1024 Bytes EEPROM.

6) 2048 Bytes Internal SRAM.

7) Programming lock, fasilitas untuk mengamankan kode program.

8) 2 buah timer/counter 8-bit dan 1 buah timer/counter 16-bit.

9) 4 channel output PWM. 10) 8 channel 10-bit ADC. 11) Serial USART.

(37)

b. Konfigurasi PIN ATMega32-16PU

Gmb.2.4. Konfigurasi Pin ATMega32-16PU (sumber:

Konfigurasi pin ATMega32-16PU dapat dilihat dari gambar 2.4. Dari tabel 2.2 di bawah dapat dijelaskan secara fungsional konfigurasi pin ATMega32-16PU sebagai berikut:

PIN KETERANGAN

1...8

PORT B, merupakan port I/O 8-bit dua arah (bi-directional)

dengan resistor pull-up internal. Selain sebagai Port I/O 8-bit,

PORT B juga dapat difungsikan secara individu sebagai berikut:

 PB7 : SCK (SPI Serial Clock)

 PB6 : MISO (SPI Bus Master Input/Slave Output)

 PB5 : MOSI (SPI Bus Master Output/ Slave Input)

(38)

 PB3 : AIN1 (Analog Comparator Negatif Input), OC0

(Timer/Counter 0 Output Compare Match Output)

 PB2 : AIN0 (Analog Comparator Positif Input), INT2

(External Interrupt 2 Input)

 PB1 : T1 (Timer/Counter 1 External Counter Input)

 PB0 : T0 (Timer/Counter 0 External Counter Input),

XCK (USART External Clock Input/Output)

9 RESET, merupakan pin reset akan bekerja bila diberi pulsa rendah (aktif low)

10 VCC, catu daya digital

11 GND, ground untuk catu daya digital

12 XTAL2, output dari penguat osilator pembalik

13

XTAL1, input ke penguat osilator pembalik dan input ke internal

clock

14...21

PORT D, merupakan port I/O 8 bit dua arah (bi-directional)

dengan resistor pull-up internal. Selain sebagai port I/O, PORT

D juga dapat difungsikan sebagai berikut:

 PD7 : OC2 (Timer/Counter 2 Output Compare Match

Output)

 PD6 : ICP1 (Timer/Counter 1 Input Capture Pin)

 PD5 : OC1A (Timer/Counter Output Compare A Match

Output)

 PD4 : OC1B (Timer/Counter Output Compare B Match

Output)

 PD3 : INT1 (External Interrupt 1 Input)

 PD2 : INT0 (External Interrupt 0 Input)

(39)

 PD0 : RXD (USART Input Pin)

22...29

PORT C, merupakan Port I/O 8-bit dua arah (bi-directional)

dengan resistor pull-up internal. Selain sebagai Port I/O, PORT

C juga dapat difungsikan secara individu sebagai berikut:

PC7 : TOSC2 (Timer Oscillator Pin2)

PC6 : TOSC1 (Timer Oscillator Pin1)

PC5 : TD1 (JTAG Test Data Input)

PC4 : TD0 (JTAG Test Data Output)

PC3 : TMS (JTAG Test Mode Select)

PC2 : TCK (JTAG Test Clock)

PC1 : SDA (Two-wire Serial Bus Data Input/Output Line)

PC0 : SCL (Two-wire Serial Bus Clock Line)

30

AVCC, catu daya yang digunakan untuk masukkan analog ADC

yang terhubung ke PORT A

31 GND, ground untuk catu daya analog

32 AREF, tegangan referensi analog untuk ADC

33...40

PORT A, merupakan Port I/O 8-bit dua arah (bi-directional)

dengan resistor pull-up internal. Selain sebagai Port I/O 8-bit

PORT A juga dapat berfungsi sebagai masukkan 8 channel ADC

Tabel 2.2. Fungsional Pin ATMega32-16PU (sumber: Bejo, 2008: 11-12)

c. Arsitektur ATMega32-16PU

(40)

satu instruksi dikerjakan instruksi berikutnya sudah diambil (pre-fetched) dari memori program. Konsep inilah yang memungkinkan instruksi-instruksi dapat dieksekusi dalam setiap satu siklus clock.

32 x 8-bit register serba guna digunakan untuk mendukung operasi pada Arithmetic Logic Unit (ALU) yang dapat dilakukan dalam satu siklus. Enam dari register serba guna ini dapat digunakan sebagai 3 buah register pointer 16-bit pada mode pengalamatan tak langsung (indirect addressing) untuk mengambil data pada ruang memori data. Ketiga register pointer 16-bit ini disebut dengan register X (gabungan R26 dan R27), register Y (gabungan R28 dan R29), dan register Z (gabungan R30 dan R31).

Hampir semua instruksi memiliki format 16-bit (word). Setiap alamat memori program terdiri dari instruksi 16-bit atau 32-16-bit. Selain register serba guna di atas, terdapat register lain yang terpetakan dengan teknik memory mapped I/O selebar 64 Byte. Beberapa register ini digunakan untuk fungsi khusus antara lain sebagai register kontrol Timer/Counter, Interupsi, ADC, USART, SPI, EEPROM, dan fungsi I/O lainnya. Register ini menempati memori pada alamat 0x20h – 0x5Fh.

(41)

Mikrokontroler ATMega 32-16PU memiliki 3 jenis memori yaitu memori program, memori data, dan memori EEPROM. Ketiganya memiliki ruang sendiri dan terpisah.

1) Memori Program

Gmb.2.5. Peta Memori Program ATMega32-16PU (sumber:

(42)

dapat digunakan untuk program aplikasi. Tetapi jika kita menggunakan fitur Boat Loader Plash maka pembagian ukuran kedua bagian ini ditentukan oleh BOOTSZ fuse.

2) Memori Data

Gmb.2.6. Peta Memori Data ATMega32-16PU (sumber:

(43)

fasilitas seperti timer/counter, interupsi, ADC, USART, SPI, EEPROM, dan port I/O seperti PORT A, PORT B, PORT C, dan PORT D. Selanjutnya 2048 Byte di atasnya digunakan untuk memori data SRAM.

Jika register-register I/O diakses seperti mengakses data pada memori (menggunakan instruksi LD atau ST) maka register I/O menempati alamat 0020 – 005F. Tetapi jika register-register I/O diakses seperti mengakses I/O pada umumnya (mengunakan instruksi IN atau OUT) maka register I/O menempati alamat memori 0000h – 003Fh.

3) Memori EEPROM

(44)

e. Status Register (SREG) ATMega32-16PU

Register SREG digunakan untuk menyimpan informasi dari hasil operasi aritmatika yang terakhir. Informasi-informasi dari register SREG dapat digunakn untuk mengubah alur program yang sedang dijalankan dengan menggunakan percabangan. Data SREG akan selalu berubah setiap instruksi atau operasi pada ALU dan datanya tidak otomatis tersimpan apabila terjadi instruksi percabangan baik karena interupsi maupun lompatan. Sehingga hal ini diatasi dengan software. Gambar 2.7 menunjukkan SREG ATMega32-16PU yang didefinisikan sebagai berikut:

Gmb.2.7. Status Register ATMega32-16PU(sumber:

1) Bit 7 – I : Global Interrupt Enable

(45)

terlebih dahulu mengaktifkan interupsi global, yaitu bit I diset ‘1’.

2) Bit 6 – T : Bit Copy Storage

Bit T digunakan untuk menentukan bit sumber atau bit tujuan pada instruksi Bit Copy. Pada instruksi BST, data akan dicopy dari register ke bit T (bit T sebagai tujuan) sedangkan pada instruksi BLD, bit T akan dicopy ke register (bit T sebagi sumber). 3) Bit 5 – H : Half Carry Flag

Bit H digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya setengah carry pada operasi aritmatika BCD. Setengah carry digunakan pada operasi aritmatika BCD, yaitu membagi 1 byte data menjadi 2 bagian (masing-masing 4 bit) dan (masing-masing-(masing-masing bagian dianggap sebagai 1 digit desimal.

4) Bit 4 – S : Sign Bit (S=VN)

Bit S merupakan kombinasi antara bit V dan bit N, yaitu dengan meng-XOR-kan bit V dan bit N. 5) Bit 3 – V : Two’s Complement Overflow Flag

(46)

6) Bit 2 – N : Negative Flag

Bit N digunakan untuk menunujukkan apakah hasil sebuah operasi aritmatika ataupun operasi logika bernilai negatif atau tidak. Jika hasilnya negatif maka bit N berniali ‘1’ dan jika bernilai positif maka bit N bernilai ‘0’.

7) Bit 1 – Z : Zero Flag

Bit Z digunakan untuk menunjukkan hasil operasi aritmatika ataupun operasi logika apakah bernilai nol atau tidak. Jika hasilnya nol maka bit Z berniali ‘1’ dan jika hasilnya tidak nol maka bit Z bernilai ‘0’.

8) Bit 0 – C : Carry Flag

Bit C digunakan untuk menunjukkan hasil operasi aritmatika ataupun logika apakah ada carry atau tidak. Jika ada carry maka bit C bernilai ‘1’ dan jika tidak ada carry maka bit C berniali ‘0’.

f. Special Function I/O Register (SFIOR)

(47)

Register SFIOR adalah register spesial yang berfungsi untuk mengatur beberapa fitur sekaligus dalam satu register. Jadi, isi register ini digunakan dalam menentukan mode dan cara kerja beberapa fitur antara lain pull-up port I/O, timer 0, timer 1, timer 2, analog comparator, dan ADC. Gambar 2.8 menunjukkan SFIOR.

g. Stack Pointer

Gmb.2.9. Stack Pointer ATMega32-16PU (sumber:

(48)

POP digunakan untuk mengambil data dari stack pointer kemudian secara otomatis stack pointer bertambah 1. Gambar 2.9 menunjukkan register Stack Pointer.

h. Analog to Digital Coverter (ADC)

Mikrokontroler ATMega32-16PU memiliki fasilitas Analog to Digital Converter yang sudah built-in dalam chip. Fitur ADC internal inilah yang menjadi salah satu kelebihan mikrokontroler ATMega32-16PU bila dibandingkan dengan beberapa jenis mikrokontroler lainnya. Adanya ADC tidak merepotkan permasalahan kompleksitas hardware saat membutuhkan proses pengubahan sinyal dari analog ke digital seperti yang harus dilakukan jika memakai komponen IC ADC ekternal.

ATMega32-16PU memiliki resolusi ADC 10-bit dengan 8 channel input dan mendukung 16 macam penguat beda. ADC ini bekerja dengan teknik penaksiran berturut-turut (successive approximation). Rangkaian internal ADC ini memiliki catu daya tersendiri yaitu pin AVCC. Tegangan AVCC harus sama dengan VCC ± 0.3V (lih. Lampiran 1 hal 223). Data hasil konversi ADC dirumuskan sebagai berikut :

(49)

V

VREF : tegangan referensi yang dipilih

2) Untuk konversi penguat benda :

V

VPOS : tegangan masukan pada pin positif

VNEG : tegangan masukan pada pin negatif

GAIN : faktor penguatan

VREF : tegangan referensi yang dipilih

Untuk mengatur mode dan cara kerja ADC dilakukan melalui register ADMUX, ADCSRA, ADCL, ADCH, dan SFIOR.

C. Program Visual Basic 6.0

Visual Basic merupakan sebuah bahasa pemrograman berorientasi objek bagi para pengguna microsoft windows.

Bahkan menurut Brookshear,

(50)

tombol, kotak pengecekan, kotak teks, scroll bar, dsb) dan untuk memodifikasi komponen-komponen tersebut sesuai kebutuhan dengan menjabarkan bagaimana masing-masing komponen bereaksi terhadap berbagai event yang terjadi (2003:240).

Karena cara kerjanya yang menunggu sampai adanya respon dari pemakai yang berupa kejadian (event) tertentu, maka Visual Basic disebut pula pemrograman event drive ( bdk. Newman, 2002, dalam Eva Marta Riyana, 2007:4). Menurut Bernadeta Wuri Harini dan Petrus Sutyasadi, event adalah peristiwa atau kejadian yang diterima oleh suatu objek, misalnya klik, seret, tunjuk, dan lain-lain (2001:10).

Pertama kali yang dikerjakan dalam pemrograman Visual Basic ialah membuat tampilan program terlebih dahulu pada salah satu dari 3 edisi yang ditawarkan Visual Basic 6.0, dilanjutkan dengan membuat kode yang akan digunakan oleh program. Tiga edisi yang ditawarkan Visual Basic 6.0 ialah Standard Edition bagi pemula , Profesional Edition bagi profesional canggih yang cukup mendalami Visual Basic 6.0, dan Enterprise Edition yang menyediakan database. Retna Prasetia dan Catur Edi Wibowo, 2004, dalam Eva Marta Riyana, 2007 halaman 6 mengungkapkan: dalam pembuatan program dengan Visual Basic 6.0 digunakan dua tipe kode sumber, yaitu form untuk meletakkan kontrol, fungsi, dan variabel; module yang terdapat prosedur/fungsi dan variabel.

(51)

diletakkan kontrol, dan kode yang akan membuat program. Sedangkan module dapat disejajarkan dengan form, tetapi tidak mengandung objek dan bentuk standar. Module dapat berisi beberapa kode program atau prosedur yang dapat digunakan dalam program aplikasi (2007: 10&11).

Pada Visual Basic 6.0 terdapat kontrol seperti If...Then...Else ; Select...Case ; Do...Loop ; For...Next ; GoTo ; dan Exit. Fungsi pada VB 6.0 seperti Print dan InputBox dan nama fungsi lain yang dapat dipakai hanya dengan memanggil nama fungsi tersebut beserta argumen yang harus dilewatkannya. Variabel adalah tempat penyimpanan data, misalnya data hasil perhitungan, data hasil pembacaan register, dan lain-lain. Prosedur merupakan blok-blok komponen yang lebih kecil dari pecahan program. Prosedur ini berguna dalam penggunaan tugas yang sama secara berulang-ulang.

D. Pembelajaran Hukum Gay - Lussac Dan Permasalahannya

1. Pengertian Pembelajaran

(52)

“In the most general sense, instruction is intended to promote learning. This means that the external situations needs to be arranged to activate, to support, and to maintain the internal processing that constitutes each learning event. Whether instruction is given by a teacher, or is in some fashion provided by student, it has several important function in influencing the ongoing processes of learning” ( Robert M. Gagne dalam Tanlain, 2005 : 33).

Pembelajaran adalah suatu rangkaian peristiwa eksternal yang mempengaruhi siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajarnya dapat berlangsung dengan mudah ( Gagne dan Briggs dalam Tanlain, 2005 : 33).

(53)

2. Hasil Belajar

Menurut Depdiknas ( 2004: 27), hasil belajar dapat diklasifikasikan ke dalam tiga ranah yaitu ranah kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasa dan kecerdasan logika-matematika), ranah afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasan antarpribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasan emosional), dan ranah psikomotor (ketrampilan atau yang mencakup kecerdasan kinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).

Menurut Bloom dalam Aunurrahman ( 2009: 49), ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

(54)

evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan siswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu ( bdk. Haryati, 2007: 22-24).

Menurut Krathwohl & Bloom dalam Aunurrahman 2009: 50-51), ranah afektif terdiri dari 7 perilaku yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup. Menurut Simpson dalam Aunurrahman (2009: 52-53), ranah psikomotor terdiri dari 7 perilaku antara lain persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerak, dan kreatifitas.

3. Pembelajaran Hukum Gay-Lussac Sejenis Sebelumnya

(55)

Pembelajaran seperti ini dilakukan oleh Zimmer dengan tujuan memberi kebebasan pada peserta didik untuk mengumpulkan dan menganalisis data temperatur dan tekanan hingga akhirnya menemukan hubungan antara temperatur dan tekanan.

Ternyata selain kelebihan yang telah diungkapkan oleh Zimmer (dengan melihat tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh Zimmer), keuntungan menggunakan laboratorium interface atau sensor dalam pembelajaran fisika dibandingkan dengan metode tradisional menurut EARCOS Teacher’s Conference 2006

1) Dapat melaksanakan pengamatan yang dianggap tidak mungkin.

2) Pengumpulan data menjadi mudah.

3) Mengukur pada waktu yang sesungguhnya. 4) Pembuatan grafik menjadi mudah.

5) Memberikan pengalaman baru tentang komputer pada siswa.

6) Menghemat uang.

4. Beberapa Tipe Eksperimen

(56)

(1) eksperimen gagasan; dalam eksperimen ini soalnya mengenai pertanyaan teoritis murni untuk menjelaskan suatu masalah.

(2) eksperimen komputer; eksperimen komputer khususnya dipakai dalam fisika teoritis. Dalam eksperimen ini sejumlah besar data, persamaan diferensial yang rumit-rumit digarap oleh komputer dan dipecahkan secara menarik. Keuntungan eksperimen ini ialah memperhitungkan jumlah data yang relatif besar, kecepatan bereksperimen (=berhitung) yang tinggi. Kerugian eksperimen ini ialah tingkat abstraksi yang relatif tinggi, akhirnya juga hanya penerapan matematika. (3) eksperimen nyata; eksperimen yang “sesungguhnya”

(57)

5. Permasalahan dari Hukum Gay-Lussac yang Dihadapi Siswa a) Kesukaran Belajar

Kesukaran belajar adalah sekelompok gangguan/tantangan yang mempengaruhi beberapa kemampuan akademis dan fungsional termasuk kemampuan untuk berbicara, mendengarkan, membaca, menulis, mengeja, reason, dan mengorganisasikan informasi. Kesukaran belajar bukanlah indikator dari rendahnya intelegensi seseorang. Seseorang dengan kesukaran belajar terkadang sulit untuk mencapai tingkat intelektual sesungguhnya karena kelemahan dalam satu atau lebih proses informasi otak. Kesukaran belajar merujuk pada beberapa gangguan yang berdampak pada proses akusisi, organisasi, retensi, memahami penggunaan informasi secara verbal maupun non verbal ( bdk. Aunurrahman, 2008: 187).

b) Kesukaran Belajar dari Hukum Gay-Lussac

“Understanding of the concept of gas pressure has

(58)

membicarakan masalah tentang tekanan gas maka pokok bahasan inipun tidak luput dari masalah yang dihadapai siswa.

Menurut Gabel dan Johnstone dalam Wiebe and Stinner (2008: 1),

“It is generally accepted by chemistry educators that chemistry knowledge exists in three forms or levels of representation: (1) the macroscopic or the observable, (2) the sub-microscopic, molecular or the particulate and (3) the symbolic which is considered to be the language of chemistry, that is, the formulas, equations and mathematics.”

(59)

41

BAB III

RANCANGAN PENELITIAN

Rancangan penelitian praktikum Gay Lussac berbasis interfacing ini dibagi secara umum menjadi beberapa bagian antara lain : bagian perancangan layout perangkat, bagian perancangan perangkat keras (hardware), dan bagian perancangan perangkat lunak (software), serta cara analisis rancangan alat.

A. PERANCANGAN LAYOUT PERANGKAT

Perancangan layout meliputi perancangan peralatan dan diagram kotak dari rangkaian dalam. Kontroler pada peralatan praktikum Gay-Lussac adalah sebuah unit kontrol yang dapat mengatur penjalanan dan pemberhentian kerja dari sensor suhu dan sensor tekanan. Pengaturan atau pengendalian tersebut dilakukan oleh mikrokontroler dengan input-nya berupa instruksi dari komputer. Pengukuran suhu dan tekanan dapat dideteksi oleh mikrokontroler melalui sensor-sensor yang terpasang pada peralatan praktikum Gay-Lussac.

(60)

Gmb 3.1. Perancangan peralatan

Gmb 3.2. Diagram blok umum

Penjelasan umum dari diagram kotak pada gambar 3.2 adalah sebagai berikut:

1. Blok Komputer

Pada perancangan komputer digunakan untuk memberikan data instruksi ke mikrokontroler. Data instruksi dari komputer akan menentukan pengaturan kerja (memulai dan berhenti mengukur) sensor yang akan diproses mikrokontroler. Program yang

Komputer Konverter Pusat

Kendali

(61)

digunakan pada komputer adalah program aplikasi yang dibuat dengan Visual Basic 6.0.

2. Blok Konverter

Dalam blok konverter ini berisi IC MAX 232 yang digunakan untuk mengkonversikan data dari komputer yang masih dalam format RS 232 ke mikrokontroler dalam format TTL ataupun sebaliknya.

3. Blok Pusat Kendali

Pada blok pusat kendali, kontroler yang dipakai yaitu ATMEGA 32-16PU yang merupakan pusat pengendali. Fungsi kontroler, yaitu menerima data instruksi dari komputer, mengatur penjalanan dan penghentian pengukuran sensor yang terpasang pada alat praktikum Gay-Lussac, menerima informasi dari sensor yang terpasang pada alat praktikum tersebut, mengirim informasi ke komputer bahwa pengukuran suhu dan tekanan sudah dilaksanakan.

4. Blok Buffer

Buffer dalam perancangan ini digunakan untuk mengkondisikan sinyal yang berupa tegangan dari sensor supaya stabil sehingga mikrokontroler memperoleh tegangan yang pasti berlogika tinggi (5V) dan berlogika rendah (0V). IC buffer yang digunakan TLC2272CP.

(62)

Sensor tekanan dan sensor suhu digunakan dalam perancangan ini untuk mendeteksi suhu dan tekanan pada sistem yang telah dikondisikan. IC sensor suhu yaitu LM35 dan IC sensor tekanan yaitu MPX5050GP.

B. PERANCANGAN PERANGKAT KERAS

Perancangan perangkat keras bertujuan untuk menghubungkan mikrokontroler dengan perangkat lain yang digunakan. Perancangan perangkat keras yang diperlukan antara lain: (1) Koneksi komputer dan mikrokontroler dengan MAX232, (2) Koneksi mikrokontroler dan sensor dengan TLC2272CP, (3) Perancangan tempat peletakan sensor suhu dan sensor tekanan.

1. Koneksi Komputer dan Mikrokontroler dengan MAX232

Data dari komputer dikirimkan lewat port serial melalui pin 3 (transmit data) menuju pin 13 (R1 In) pada MAX 232. Data yang masih dalam arus tegangan RS 232, kemudian diubah ke dalam arus tegangan TTL tanpa mengubah isi data informasi itu sendiri dan dikeluarkan kembali melalui pin 12 (R1 Out), untuk selanjutnya diteruskan ke pin PDO (RXD) pada mikrokontroler.

(63)

dikeluarkan ke pin 14 (T1 Out) lalu diteruskan ke pin 2 pada port serial komputer. Penjelasan di atas diskema dalam gambar 3.3.

Gmb 3.3. Konfigurasi kaki MAX232 dengan serial port dari ATMEGA32-16PU

2. Koneksi Mikrokontroler dan Sensor dengan TLC2272CP

Sensor yang ada pada alat ini digunakan untuk mendeteksi (mengukur) suhu dan tekanan pada keadaan yang dikondisikan di dalam praktikum Gay-Lussac. Pada tabung reaksi dipasang sebuah sensor tekanan dan pada air yang ditempatkan dalam beaker glass dipasang sensor suhu.

a. Sensor tekanan

(64)

Gmb 3.4. konfigurasi kaki MPX5050GP dan TLC2272CP dengan

ATMEGA32-16PU

Pada gambar 3.4 bagian yang dilingkari hijau menunjukkan letak sensor tekanan. Proses pengukuran tekanan menggunakan karakteristik kesensitifan sensor sebesar 90 mV/kPa. Maksudnya, setiap kenaikan tegangan sebesar 0.09 volt akan didapat konversi tekanan sebesar 1 kiloPascal.

b. Sensor Suhu

(65)

Gmb 3.5. Konfigurasi LM35 dan TLC2272CP dengan port dari

ATMEGA32-16PU

Sensor suhu pada gambar 3.5. ditunjukkan oleh bagian yang dilingkari hijau. Karakteristik LM35 yang memiliki skala linear 10 mV/0C digunakan dalam proses pengkonversian tegangan ke suhu. Proses tersebut dijelaskan sebagai berikut, setiap kenaikan tegangan sebesar 0.01 volt akan didapat ukuran suhu sebesar 10C.

3. Perancangan Tempat Sensor Suhu dan Sensor Tekanan

(66)

korsleting bila digunakan untuk mengukur. Tempat atau casing tersebut akan dirancang sebagai berikut:

a. Casing sensor suhu

Untuk mensiasati peng-casing LM35 akan dilakukan 2 hal yaitu:

1) Letak LM35 yang terdapat di PCB terlalu pendek jika dihubungkan pada air dalam beaker glass. Hubungan antara LM35 dengan PCB diperpanjang menggunakan kabel sepanjang 50 cm yang dibalut selang bening. Pembalutan oleh selang bening supaya kabel tidak berhubungan langsung dengan air.

2) Bagian perbatasan antara LM35 dengan kabel penghubung merupakan bagian yang beresiko besar dimasuki air. Untuk itu akan diberi lem epoksi pada bagian celah. Pemberian lem epoksi ini tidak berpengaruh pada kesensitifan sensor karena tidak membalut bagian sensitif sensor.

(67)

Gmb 3.6. Casing LM35

b. Casing sensor tekanan

Bagian sensitif MPX5050GP yang terdapat pada PCB harus dihubungkan dengan tabung reaksi yang tertutup. Untuk penghubungan ini digunakan selang bening pada ujung sensitif MPX5050GP sedangkan pada ujung selang lainnya dimasukkan pada katup. Katup yang dimaksud adalah katup yang nantinya menutup tabung reaksi. Peng-casingan MPX5050GP bila digambarkan sebagai berikut:

(68)

C. PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK

1. Perancangan Software Pada ATMEGA32-16PU

(69)

Gmb 3.8. Flowchart Program Atmega32-16PU

2. Perancangan Software Pada Program Aplikasi Visual Basic 6.0 Pada perancangan perangkat lunak atau yang biasa dikenal software digunakan program Visual Basic 6.0. Selain adanya program Visual Basic 6.0 pada komputer, peneliti pun mewajibkan adanya program

tidak

ya START

inisialisasi serial komunikasi

apa diterima karakter “R” dari VB 6.0?

Kirim karakter “A”

Kirim data sensor P Kirim data sensor T

(70)

Microsoft Office 2000. Penggunaan Microsoft Office 2000 dikarenakan adanya komponen Chartspace pada software yang dibuat pada VB 6.0 ini. Penggunaan Chartspace diperuntukkan dalam pembentukkan grafik T terhadap P.

Perancangan software ini dipakai dalam rangka menampilkan data-data hasil praktikum Gay-Lussac seperti temperatur dalam satuan Kelvin dan tekanan dalam satuan Pascal. Tampilan kepada pengguna atau pelaku praktikum Gay-Lussac disediakan dalam 3 form, yaitu form “WELCOME”, form “PROGRAM UTAMA”, dan form “HELP”. Berikut ini akan dijelaskan spesifikasi (flowchart, kegunaan, dan cara kerja) dari setiap form.

1) Form “WELCOME”

(71)

Gmb 3.9. Flowchart pada form “WELCOME”

Gmb 3.10. Tampilan Program pada Form “WELCOME”

tidak tidak

ya ya

START

“ENTER” ditekan?

“HELP” ditekan?

menampilkan form “PROGRAM UTAMA”

menampilkan form “HELP”

(72)

2) Form “PROGRAM UTAMA”

Gmb 3.11. Tampilan Program pada Form “PROGRAM UTAMA”

(73)

Gmb 3.12. Flowchart Program Utama

1) Subrutin Siap Proses

Gmb 3.13. Flowchart Subrutin Siap Proses

RET

Terima Data

Aktifkan tombol RESET Aktifkan tombol

START

(74)

Setelah tombol “START” ditekan maka akan mengaktifkan tombol “RESET”. Lalu subrutin terima data akan bekerja untuk mengambil data dari serial port.

2) Subrutin Terima Data

(75)

Gmb 3.14. Flowchart Subrutin Terima Data X

Data P = mscomm1.input

i = i + 1

tetap menjalankan form “PROGRAM UTAMA”

data = data dari serial port

Y

(76)

3) Subrutin Membuat Grafik

Subrutin ini bekerja secara otomatis setelah tabel Data P dan tabel Data T terisi penuh.

Gmb 3.15. Flowchart Subrutin Membuat Grafik

4) Subrutin Reset Program

Untuk mengembalikan program ke posisi awal. Posisi di mana tabel Data P, tabel Data T, serta grafik T-P masih dalam keadaan kosong.

Gmb 3.16. Flowchart Subrutin Reset Program START

membaca data P dan data T pada tabel

grafik terbentuk

RET

START

aktifkan tombol RESET

menghapus isi tabel P, tabel T dan grafik

T terhadap P

(77)

START

Menampilkan form HELP

tombol “BACK”

ditekan?

Menampilkan form sebelumnya

END ya

tidak 3) Form “HELP”

Di dalam form “Help” dijelaskan fungsi dari tombol-tombol pada program utama dan dijelaskan pula cara menjalankan program utama. Tombol “BACK” pada form “Help” berfungsi untuk menampilkan kembali form “Program Utama”. Tampilan flowchart untuk form “HELP” ditunjukan gambar 3.17 dan form “Help” ditunjukkan pada gambar 3.18.

(78)

Gmb 3.18.Tampilan Program pada Form “HELP”

D. CARA ANALISIS DATA RANCANGAN ALAT

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kuantitatif dalam bidang sains. Karena data yang didapat berupa nilai dan dianalisis dengan persamaan-persamaan dan statistik.

2. Instrumen Penelitian

(79)

interfacing. Dan sebuah instrumen pelengkap berupa kuesioner yang diberi judul kuesioner praktikum Gay-Lussac berbasis interfacing.

3. Variabel-Variabel Penelitian

Variabel-variabel dalam penelitian ini yaitu :

1) Variabel bebas berupa data suhu udara yang diukur dengan sensor suhu pada saat volume udara konstan.

2) Variabel tidak bebas berupa data tekanan yang diukur dengan suhu tekanan pada saat volume udara konstan.

4. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dikumpul melalui serangkaian pengujian. Pengujian dilakukan pada alat yang telah dibuat dan pembelajaran yang dilakukan dengan memanfaatkan alat praktikum Gay-Lussac berbasis interfacing. Berikut ini dijelaskan macam-macam pengujian yang akan dilakukan:

a. Uji validitas

(80)

Pada penelitian ini, uji validitas digunakan untuk:

1) menghindari kesalahan kalibrasi dalam ketidakpastian bersistem (bdk. Djonoputro, 1984: 3). Uji validitas tersebut dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a) Sensor Suhu

Uji validitas dilakukan dengan cara membandingkan hasil pengukuran tunggal sensor suhu dan alat baku pengukur suhu. Sensor suhu yang dimaksud adalah LM35 sedangkan yang bertindak sebagai alat baku ialah termometer raksa dan termometer digital.

b) Sensor Tekanan

Uji validitas untuk sensor tekanan tidak dapat dilakukan karena tidak ada alat baku pembanding yang tersedia.

2) mengetahui bagaimana pemanfaatan alat praktikum Hukum Lussac berbasis interfacing dalam pembelajaran Hukum Gay-Lussac. Uji validitas untuk tujuan ini dilakukan dengan cara memberikan kuesioner dan beberapa soal mengenai hukum Gay-Lussac dalam petunjuk praktikum Gay-Gay-Lussac.

(81)

orang mahasiswa Pendidikan Fisika semester 1 yang mengikuti kuliah Termofisika. Responden ini diambil secara random dengan cara pengundian nomor mahasiswa. Alasan pemakaian responden yang hanya berjumlah 13 orang karena kuesioner ini ingin mengukur validitas internal bukan validitas eksternal. Validitas internal maksudnya validitas yang berkenaan dengan derajat akurasi desain penelitian dengan hasil yang akan dicapai. Sedangkan validitas eksternal merupakan validitas yang berkenaan dengan penggeneralisasian hasil penelitian terhadap sampel dengan populasi yang ada (bdk.Sugiyono, 2008 : 267). Sehingga pengambilan jumlah sampel tidak banyak tetapi cukup untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan alat praktikum Gay-Lussac dalam pembelajaran Hukum Gay-Lussac.

(82)

disebut berarah favorabel bila isinya mendukung, memihak, atau menunjukkan ciri adanya atribut yang diukur. Sebaliknya, item yang isinya tidak mendukung atau menggambarkan ciri atribut yang diukur disebut item unfavorable (Saifuddin, 1999: 26-27). Hal yang akan diukur dengan menggunakan kuesioner ini antara lain:

• Keefekifan penggunaan petunjuk praktikum: yang diukur dengan butir pernyataan nomor (1) dan (4).

• Kemudahan dalam merangkai sensor: yang diukur dengan butir penyataan nomor (2) dan (3).

• Penilaian terhadap desain dari program aplikasi: yang diukur dengan butir pernyataan nomor (6),(7),(8),dan (9).

• Hasil dari pembelajaran menggunakan alat rancangan: yang diukur dengan butir pernyataan nomor (5) dan (10).

Untuk tiap bagian yang akan diteliti tersebut terdapat indikator sebagai berikut:

a) Keefektifan penggunaan petunjuk praktikum:

• Prosedur tidak membinggungkan

• Dasar teori membantu analisis b) Kemudahan dalam merangkai sensor:

• mudah merangkai

c) Penilaian terhadap desain dari program aplikasi:

(83)

• Pemula dapat memahami program ( Sanjaya & Helmy, 2004: 1)

d) Hasil dari pembelajaran menggunakan alat rancangan:

• paham terhadap pelajaran

• dapat memecahkan masalah (Haryati, 2007: 22-23)

Kuesioner diberikan setelah sampel diberi treatment. Treatment adalah perlakuan kepada subyek yang mau diteliti agar nantinya mendapat data yang diinginkan (Suparno, 2007: 51). Dalam penelitian ini, treatment yang digunakan adalah mengajarkan Hukum Gay-Lussac dengan praktikum Gay-Lussac berbasis interfacing. Sehingga dengan pemberian treatment kepada sampel akan didapat data tentang pemanfaatan alat praktikum Gay-Lussac berbasis interfacing dalam pembelajaran.

b. Uji reliabilitas

Sugiyono, 2008: 267-268:

“Dalam hal reliabilitas, Susan Stainback (1988) menyatakan bahwa ‘reliability is often defined as the consistency and stability of data or findings. Form a positivistic perspecive, reliability typically is considered to be synonymous with the consistency of data produced by observations made by different researchers (e.g interrater reliability), by the same researcher at different times (e.g test retest), or by splitting a data set in two parts (split-half)’. “

(84)

reliabel bila dua atau lebih peneliti dalam obyek yang sama menghasilkan data atau temuan yang sama.

Dalam penelitian ini, uji reliabilitas yang dilakukan antara lain: 1) Mengukur secara berulang-ulang menggunakan LM35 (sensor

suhu) dan MPX5050GP (sensor tekanan) pada suhu yang telah ditetapkan. Dari pengukuran berulang akan dilihat apakah data suhu dan tekanan yang didapat berlaku konsisten.

2) Meng-entry data suhu dan data tekanan ke dalam software yang belum terhubung dengan hardware secara berulang-ulang. Dari perlakukan ini diharapkan berupa data tentang kestabilan cara kerja software.

3) Melakukan uji reliabilitas pada kuesioner tentang pemanfaatan alat praktikum Hukum Gay-Lussac berbasis interfacing dalam pembelajaran Hukum Gay-Lussac. Menurut Uyanto (2006 : 239), dengan pengujian reliabilitas akan dapat :

a) mengetahui bagaimana butir-butir pertanyaan dalam kuesioner yang dibuat saling berhubungan.

b) mendapat nilai alpha Cronbach yang merupakan indeks internal consistency dari skala pengukuran secara keseluruhan.

(85)

5. Metode Analisis Data

a. Kehandalan Perangkat Keras (Hardware)

Kehandalan hardware diketahui dari data pengukuran reliabilitas dan validitas pada MPX5050GP (sensor tekanan) dan LM35 (sensor suhu). Data-data yang telah didapat dari hasil pengujian sensor tekanan dan sensor suhu dianalisis dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1) Tahap-tahap analisis sensor suhu (LM35) a) Tahapan analisis uji validitas LM35

(86)

No.

Tabel 3.1. Tabel Penyajian Uji Validitas LM35

Kemudian setelah tabel 3.X di atas diisi, dicari ketidakpastian dari pengukuran tunggal termometer raksa dan LM35 dengan menggunakan persamaan berikut (bdk. Djonoputro 1984: 20).

x x x= ±∆

dengan x = hasil pengukuran tunggal dan ∆x = ketidakpastian pengukuran tunggal atau ½ hitungan terkecil alat yang dipakai.

(87)

ketidakpastian pengukuran tunggal ini akan didapat kesimpulan mengenai kevalidan dari pengukuran LM35.

b) Tahapan analisis uji reliabilitas LM35

Setelah melakukan pengukuran berulang terhadap suatu suhu yang ditetapkan, didapat data suhu dan disajikan dalam tabel 3.2. berikut ini.

No

Tegangan Keluaran LM35 (Volt)

Konversi Tegangan ke Suhu dari LM35

(0C)

Tabel 3.2. Tabel Penyajian Uji Reliabilitas LM35

Kemudian setelah tabel 3.X di atas diisi, dicari ketidakpastian dari pengukuran berulang LM35 dengan menggunakan persamaan berikut (bdk. Djonoputro 1984: 12).

(88)

(

)

Menurut Djonoputro, besar kecil ketidakpastian ini juga menyatakan tingkat kepercayaan yang dapat diberikan pada nilai yang didapat (1984: 6-7). Sehingga dengan hasil ketidakpastian pengukuran berulang ini akan didapat kesimpulan mengenai kereliabilitasan data dari pengukuran LM35.

2) Tahap-tahap analisis sensor tekanan (MPX5050GP)

(89)

No

Konversi Tegangan ke Tekanan dari

Tabel 3.3. Tabel Penyajian Uji Reliabilitas MPX5050GP

Kemudian setelah tabel 3.X di atas diisi, dicari ketidakpastian dari pengukuran berulang MPX5050GP dengan menggunakan persamaan berikut (bdk. Djonoputro 1984: 12).

(90)

n : banyaknya pengulangan

Menurut Djonoputro, besar kecil ketidakpstian ini juga menyatakan tingkat kepercayaan yang dapat diberikan pada nilai yang didapat (1984: 6-7). Sehingga dengan hasil ketidakpastian pengukuran berulang ini akan didapat kesimpulan mengenai kereliabilitasan data dari pengukuran MPX5050GP.

b. Kehandalan Perangkat Lunak (Software)

Kehandalan software diketahui dari data pengukuran pada program Praktikum Gay-Lussac yang telah dibuat dengan Visual Basic 6.0. Data-data yang telah didapat dari hasil pengujian reliabilitas software dianalisis dengan tahap-tahap sebagai berikut:

Setelah data dientry maka akan didapat tampilan berupa grafik. Untuk proses analisis akan dilihat pelbagai jenis masukkan data dan dideskripsikan bagaimana kestabilan software aplikasi bekerja.

c. Pemanfaatan Alat Praktikum Gay-Lussac Berbasis Interfacing pada Pembelajaran Hukum Gay-Lussac

(91)

kuesioner dan soal yang dijawab dianalisis dengan tahap-tahap sebagai berikut. Setelah kuesioner diisi oleh jawaban sampel, jawaban tersebut diberi skor. Penetapan skor untuk setiap pernyataan dapat dilihat pada tabel 3.4.

Jawaban Skor

Sangat Tidak Setuju 1 Tidak Setuju 2

Ragu-Ragu 3

Setuju 4

Sangat Setuju 5

Tabel 3.4. Penetapan Skor Kuesioner

Skor yang telah diperoleh siswa dalam kuesioner kemudian dimasukkan dalam SPSS untuk dianalisis secara deskriptif.

Adapun pedoman penilaian (pemberian skor) untuk soal mengenai hukum Gay-Lussac adalah sebagai berikut:

• Soal dengan bobot 10%

Penetapan skornya adalah 0 jika tidak menuliskan jawaban sama sekali; 1-2 jika menjawab pertanyaan namun salah; 3-4 jika ada pola pengerjaan dan mengarah ke benar; dan 5 jika menjawab dengan benar dan sempurna.

• Soal dengan bobot 15%

(92)

tetapi kurang sempurna dan 12,5 jika menjawab dengan benar dan sempurna.

• Soal dengan bobot 20%

Penetapan skornya adalah 0 jika tidak menuliskan jawaban sama sekali; 1-3 jika menjawab pertanyaan namun salah; 4-8 jika ada pola pengerjaan dan mengarah ke benar; 9-12,5 jika jawaban benar tetapi kurang sempurna dan 15 jika menjawab dengan benar dan sempurna.

• Soal dengan bobot 25%

Penetapan skornya adalah 0 jika tidak menuliskan jawaban sama sekali; 1-4 jika menjawab pertanyaan namun salah; 5-9 jika ada pola pengerjaan dan mengarah ke benar; 10-15 jika jawaban benar tetapi kurang sempurna dan 17,5 jika menjawab dengan benar dan sempurna.

Berdasarkan bobot soal yang digunakan maka hasil penilaiannya dapat dianalisis dengan cara:

• Memberikan skor berdasarkan kebenaran jawaban yang diberikan oleh siswa untuk setiap soal.

(93)

Dalam penelitian ini, setelah didapat skor untuk kuesioner dan soal hasil belajar hukum Gay-Lussac maka akan dicari validitas internal dari penelitian ini dan reliabilitas kuesioner.

1) Analisis validitas internal

Analisis validitas internal dilakukan dengan cara melihat hasil analisis deskriptif kuesioner kemudian membandingkan hasil tersebut dengan hasil yang hendak dicapai dalam pembelajaran hukum Gay-Lussac. Setelah hasil dari membandingkan didapat maka dapat disimpulkan derajat akurasi penelitian ini dengan tujuan yang hendak dicapai penelitian ini.

2) Analisis reliabilitas kuesioner

Analisis reliabilitas kuesioner dilakukan dengan cara mencari koefisien dari Alpha Cronbach. Menurut Nunnally dan Nunnally and Bernstein (dalam Uyanto 2006: 240), skala pengukuran yang reliabel sebaiknya memiliki Alpha Cronbach minimal 0.70.

(94)

76

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hardware

1. Deskripsi Hardware

Hardware (perangkat keras) alat praktikum Gay-Lussac

memiliki gambar rangkaian seperti yang ditunjukkan oleh lampiran 3.

Sedangkan gambar hardware sesungguhnya ditunjukkan oleh gambar

4.1

(95)

Pada gambar di atas ada beberapa bagian yang ditandai dengan

lingkari berwarna kuning dan diberi huruf. Bagian-bagian tersebut

dijelaskan sebagai berikut.

 Huruf “A” merupakan tempat peletakan konektor sensor suhu

(LM35) berada. Konektor adalah suatu bagian yang bertugas

menghubungkan sensor dengan peralatan praktikum yang

mengkondisikan hukum Gay-Lussac.

 Huruf “B” merupakan tempat peletakan konektor sensor tekanan

(MPX5050GP) berada.

 Huruf “C” merupakan bagian penempatan mikrokontroler

ATMEGA32. Seperti yang sudah dijelaskan dalam dasar teori (hal

17-18) mikrokontroler merupakan sebuah sistem komputer dalam

kemasan sebuah chip. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

mikrokontroler ini merupakan otak dari segala kegiatan ang

mendukung pengukuran suhu dan tekanan.

 Huruf “D” merupakan bagian trafo yang berfungsi sebagai

pengubah tegangan dari PLN ke tegangan DC. Dimana tegangan

PLN yang sebesar 220 volt (AC) diubah menjadi tegangan DC

sebesar 12 volt dengan menggunakan kapasitor sebesar 1000 µF

sebagai filter. Untuk arus yang dihasilkan sebesar 3 A. Arus dan

tegangan inilah yang akan mengalir pada tiap komponen tetapi

(96)

2. Validitas Hardware

Hasil uji validitas LM35 ditampilkan tabel 4.1. berikut ini:

No.

Gambar

TABEL 4.14. Alpha Cornbach Penilaian Terhadap Desain Program Aplikasi
Tabel 2.2. Fungsional Pin ATMega32-16PU (sumber: Bejo, 2008: 11-12)
Gambar 2.7 menunjukkan SREG ATMega32-16PU yang
Gambar 2.8 menunjukkan SFIOR.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Backbone merupakan jaringan yang membentuk interkoneksi pusat untuk dapat melakukan internet dan sistem utama jaringan yang terdiri dari kumpulan peralatan

Berdasarkan pemaparan permasalahan tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis sistem tataniaga brokoli yang dilakukan pada kelompok tani Suka Tani di Desa

Kesehatan, setelah dilakukan survey, dari sekitar 65 juta remaja usia 12-24 tahun, hanya 20,6 % yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV yang salah satu cara

Dalam penelitian ini berdasarkan uji statistik Chi Square variabel yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di wilayah kerja Puskesmas Balapulang Kabupaten

Berdasarkan pertimbangan dari hakim MA, terbukti bahwa Pasal 11 dan Pasal 12 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 1 Tahun 2018 tentang Paralegal

Penanggungjawab Operasional Kegiatan dari Program Daerah Pemberdayaan Masyarakat dan , sehingga Lurah membiarkan Masyarakat mengelola sendiri dari dana tersebut sehingga

Sebagian orang gemar sekali memelihara hewan, baik itu hanya untuk sekedar hobi maupun berbisnis (berniaga). Salah satu hewan kesayangan yang banyak diminati untuk

Penelitian ini akan menganalisis pengaruh instrumen moneter konvensional dan syariah terhadap penyaluran dana pada sektor pertanian dengan menggunakan teori mekanisme