• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan model latihan inkuiri. Namun menurut Sugiyino (2009), pada

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan model latihan inkuiri. Namun menurut Sugiyino (2009), pada"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experimental design. Metode ini digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar antara sebelum dan sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model latihan inkuiri. Namun menurut Sugiyino (2009), pada metode ini masih terdapat variable luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variable dependen. Oleh karena itu, hasil peningkatan prestasi belajar (variable dependen) tersebut bukan semata – mata dipengaruhi oleh model pembelajaran latihan inkuiri saja (variabel independen). Hal ini karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random.

B. Desain Penelitian

Berdasarkan tujuan dan metode penelitian, maka disain penelitian yang digunakanoleh peneliti dalam penelitian ini adalah One Group Pretest-Posttest Design.Sugiyono (2009), menyatakan bahwa dengan desain ini hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

Pada desain tersebut, sampel penelitian diberikan perlakuan selama waktu tertentu.Sebelum diberikan perlakuan sampel diberikan pretes, begitu juga setelah diberikan perlakuan sampel diberikan postes.Hal ini bertujuan untuk mengetahui

(2)

prestasi belajar siswa sebelum dan sesudah sampel diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran latihan inkuiri.Penelitian dilakukan selama tiga kali pembelaran.

Desain penelitian One Group Pretest-Posttest Designdigambarkan pada gambar 3.1 berikut ini:

O

1

X O

2

Gambar 3.1.Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design (Sugiyono, 2009)

Keterangan:

O1 : Tes awal (pretes) sebelum sampel diberikan perlakukan

X : Perlakuan terhadap sampel yaitu dengan menerapkan model pembelajaran latihan inkuiri.

O2 : Tes akhir (postes) setelah diberikan perlakuan. C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI - IPA SMA diKabupaten Bandung Barat. Sedangkan yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah satu kelas yang dipilih secara purposive sampling.Hal ini dilaksanakan karena di sekolah kita tidak bisa mengambil siswa secara acak dari setiap kelas dan mengelompokannya menjadi satu kelas. Oleh karena itu sampel dipilih satu kelas yang paling relevan dengan tujuan penelitian yang akan dilaksanakan.Menurut Sugiyono (2009), sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan peneliti dalam pemilihan kelas sampel adalah:

(3)

1. Tidak ada kelas unggulan di sekolah tersebut, sehingga semua kelas dianggap homogen.

2. Dipilih kelas XI – IPA SMA, dengan asumsi bahwa mereka sudah dapat beradaptasi dengan model pembelajaran baru dan tidak mengganggu program sekolah untuk menghadapi ujian nasional. 3. Berdasarkan pengamatan peneliti pada kelas sampel tersebut diperoleh

informasi sebagai berikut:

a. Siswa pernah melakukan eksperimen sehingga dapat mendukung terhadap model pembelajaran latihan inkuiri yang memerlukan adanya eksperimen.

b. Dalam proses pembelajaran, ada beberapa siswa yang bertanya dan mengemukakan pendapat walaupun terkadang dilakukan secara beramai – ramai.

Pemilihan kelas sampel juga didasarkan pada rekomendasi guru mata pelajaran fisika kelas XI – IPA di sekolah tersebut setelah mengetahui tujuan penelitian ini.

D. Prosedur Penelitian

Agar tujuan penelitian ini dapat tercapai, maka dilaksanakan dengan langkah – langkah penelitian yang terdiri dari tahap persiapan yang merupakan kegiatan – kegiatan sebelum dimulainya penelitian, tahap perencanaan dan penyusunan model, tahap pelaksanaan, dan yang terakhir tahap pengolahan data dan pelaporan.

(4)

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan meliputi:

a. Studi pustaka, hal ini dilakukan untuk memperoleh teori yang akurat mengenai permasalahan yang akan dikaji.

b. Telaah kurikulum mengenai tujuan pembelajaran fisika dan pokok bahasan yang akan dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian. c. Studi pendahuluan, hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi

pelaksanaan pembelajaran fisika di sekolah serta sarana dan prasarana yang tersedia. Studi pendahuluan dilaksanakan melalui observasi pelaksanaan pembelajaran di kelas dan wawancara terhadap guru mata pelajaran fisika.

2. Tahap Perencanaan dan Penyusunan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan dan penyusunan meliputi:

a. Menentukan populasi dan sampel penelitian.

b. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran mengenai pokok bahasan yang dijadikan materi pembelajaran dalam penelitian sesuai dengan model pembelajaran latihan inkuiri.

c. Menyusun instrumen penelitian meliputi tes prestasi belajar siswa dan format observasi sikap ilmiah.

d. Melakukan judgment (pertimbangan) instrumen untuk mengetahu kesesuaian instrumen dengan data yang akan diukur.

(5)

f. Menganalisis hasil uji coba instrumen yang meliputi validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas instrumen sehingga layak untuk digunakan dalam penelitian.

3. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi:

a. Memberikan tes awal kepada siswa yang dijadikan subjek penelitian untuk mengukur prestasi belajar siswa sebelum diberikan perlakuan. b. Memberikan perlakuan yaitu dengan menerapkan model pembelajaran

latihan inkuiri pada pokok bahasan yang dijadikan materi pelajaran dalam penelitian, yaitu gaya pegas dan sifat elastisitas bahan.

c. Selama proses pembelajaran berlangsung, observer melakukan observasi terhadap sikap ilmiah siswa dan keterlaksanaan model latihan inkuiri dalam format observasi yang telah disediakan.

d. Memberikan tes akhir untuk mengukur prestasi belajar siswa setelah diberikan perlakuan.

e. Semua kegiatan dalam tahap pelaksanaan dilakukan dalam tiga seri pembelajaran.

4. Tahap Pengolahan Data dan Pelaporan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pengolahan data dan pelaporan meliputi:

a. Mengolah dan menganalisis data hasil pretest , posttest, serta instrumen lainnya.

(6)

c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil dari pengolahan data. d. Melaporkan hasil penelitian.

Alur penelitian yang dilakukan dapat digambarkan pada gambar 3.2berikut ini:

(7)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data.

1. Tes

Lee J. Cronbach (Azwar, 2009) mengemukakan definis tes sebagai berikut: “... a systematic procedure for observing a person’s behavior and describing it with the aid of a numerical scale or a category system”. Jadi, tes adalah prosedur yang sistematis untuk mengukur perilaku seseorang dan digambarkan berdasarkan skala numerik atau sistem kategori tertentu. Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk mengukur prestasi belajar ranah kognitif menurut Bloom yang terdiri atas pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4).

Tipe tes yang digunakan adalah tes obyektif berbentuk pilihan ganda. Pemilihan tipe tes ini didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

a. Komprehensif, karena dalam waktu tes yang singkat dapat memuat lebih banyak aitem. Mengingat alokasi waktu yang pembelajaran dalam satu kali pertemuan hanya 2 x 45 menit maka tes pilihan ganda ini sangat cocok.

b. Kualitas item dapat dianalisis secara empirik. c. Objektivitasnya tinggi.

(8)

Tes diberikan sebelum pembelajaran (pretest) dan sesudah pembelajaran (posttest). Langkah – langkah yang dilakukan pada pembuatan tes objektif prestasi belajar aspek kognitif adalah sebagai berikut:

a. Menentukan kompetensi dasar dan indikator berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran fisika kelas XI – IPA semester 1 untuk materi pokok fluida statis.

b. Membuat kisi – kisi.

c. Membuat soal berdasarkan kisi – kisi. d. Membuat kunci jawaban.

e. Menyusun tes objektif prestasi belajar aspek kognitif. 2. Observasi

Dalam penelitian ini, observasi dilaksanakan oleh observer secara langsung selama proses pembelajaran. Instrumen observasi dibagi menjadi dua yaitu instrumen observasi guru dan instrumen observasi siswa.

a. Instrumen observasi guru

Instrumen observasi ini bertujuan untuk melihat keterlaksanaan model pembelajaran latihan inkuiri oleh guru dalam proses pembelajaran. Observasi ini dibuat dalam bentuk daftar checklist “ya” atau “tidak”. Observer memberikan checklist “ya” atau “tidak” terhadap kesesuaian setiap tahapan model latihan inkuiri dengan langkah – langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

(9)

b. Instrumen observasi siswa

Instrumen observasi dibagi dua, yaitu instrumen observasi keterlaksanaan model latihan inkuiri oleh siswa dan instrumen observasi sikap ilmiah. Instrumen observasi keterlaksanaan model latihan inkuiri digunakan untuk melihat apakah siswa mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model latihan inkuiri atau tidak. Observasi ini dibuat dalam bentuk daftar checklist “ya” atau “tidak”. Observer memberikan checklist “ya” atau “tidak” terhadap kesesuaian setiap tahapan model latihan inkuiri dengan langkah – langkah pembelajaran yang dilakukan oleh siswa.

Instrumen observasi sikap ilmiah bertujuan untuk melihat dan menilai sikap ilmiah siswa yang terdiri atas sikap ingin tahu, sikap kritis, sikap terbuka, sikap objektif, sikap rela menghargai karya orang lain, sikap berani mempertahankan kebenaran, dan sikap menjangkau ke depan. Format yang digunakan berupa rating scale yang dibuat dalam bentuk cheklist.

F. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Hasil Uji Coba Tes a. Analisis Validitas Tes

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya

(10)

diukur.(Sugiyono, 2009). Rumus korelasi yang dapat digunakan adalah rumus korelasi product moment sebagai berikut:

𝑟𝑥𝑦 = 𝑁 𝑋𝑌 − 𝑋 𝑌

𝑁 𝑋2− 𝑋 2 𝑁 𝑌2− 𝑌 2

(Arikunto,2006) Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.

X = skor tiap butir soal. Y = skor total tiap butir soal. N = jumlah siswa.

Interpretasi nilai koefisien korelasi (𝑟𝑥𝑦) tersebut ditampilkan

dalam tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1Tabel Interpretasi Validitas

Besarnya nilai 𝒓𝑿𝒀 Interpretasi

Antara 0,80 sampai denga 1,00 Tinggi

Antara 0,60 sampai dengan 0,80 Cukup

Antara 0,40 sampai dengan 0,60 Agak rendah Antara 0,20 sampai dengan 0,40 Rendah

Antara 0,00 sampai dengan 0,20 Sangat Rendah (Tak berkorelasi) (Arikunto,2009) b. Analisis Tingkat Kesukaran Tes

Tingkat kesukaran suatu butir soal adalah proporsi dari keseluruhan siswa yang menjawab benar pada butir soal tersebut. Tingkat kesukaran dihitung dengan menggunakan perumusan :

(11)

𝑇𝐾 = 𝐵

𝑁𝑥 100% Keterangan :

TK = F = Tingkat Kesukaran atau Taraf Kemudahan B = Jumlah siswa yang menjawab benar

N = Jumlah keseluruhan siswa

Hasil perhitunganindeks tingkat kesukaran diinterpretasikan seperti pada tabel 3.2 berikut ini:

Tabel 3.2Interpretasi Tingkat Kesukaran Indeks Tingkat

kesukaran Kriteria Tingkat Kesukaran 0 sampai 15% Sangat sukar, sebaiknya dibuang

6 % - 30 % Sukar

31 % - 70 % Sedang

71 % - 85 % Mudah

85 % - 100 % Sangat mudah, sebaiknya dibuang

(Arikunto, 2009) c. Analisis Daya Pembeda Butir Soal

Daya pembeda adalah kemampuan suatu butir soal untuk membedakan siswa yang mempunyai kemampuan tinggi dengan siswa yang kemampuanya rendah. Rumus yang digunakan untuk menentukan daya pembeda soal uraian sama dengan soal pilihan ganda yaitu : 𝐷𝑃 =𝐵𝐴 𝐽𝐴 − 𝐵𝐵 𝐽𝐵 (Arikunto, 2009)

(12)

Keterangan :

DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

BA = Banyaknya kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar

BB = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar

JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

Setelah indeks daya pembeda diketahui, maka harga tersebut diinterpretasikan pada kriteria daya pembedaseperti pada tabel 3.3 berikut ini:

Tabel 3.3.Tabel Interpretasi Daya Pembeda Indeks Daya

Pembeda Kriteria Daya Pembeda

Negatif Sangat buruk, harus dibuang 0,00 – 0,20 Buruk (poor), sebaiknya dibuang 0,20 – 0,40 Cukup (satisfactory)

0,40 – 0,70 Baik (good)

0,70 – 1,00 Baik sekali (excellent)

(Arikunto, 2009) d. Analisis Reliabilitas Soal

Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh orang yang sama ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama

(13)

(Sugiyono, 2009).Pengujian reliabilitas instrument dapat dilakukan dengan teknik belah dua dari Spearman Brown (Split half) :

𝑟𝑖 = 2𝑟𝑏 (1 + 𝑟𝑏)

(Sugiyono, 2009) Keterangan :

ri = reliabilitas instrumen

𝑟𝑏 = korelasiproduct moment antara belahan pertama dan kedua Adapun tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas instrumen yang diperoleh digunakan tabel 3.4 berikut ini :

Tabel 3.4.Tabel Interpretasi Reliabilitas Koefisien Korelasi Kriteria reliabilitas

0,80 r  1,00 sangat tinggi 0,60 r  0,80 Tinggi 0,40 r  0,60 Cukup 0,20 r  0,40 Rendah 0,00  r  0,20 sangat rendah (Arikunto, 2009) 2. Hasil Uji Coba Instrumen

Instrumen tes prestasi belajar terdiri dari soal – soal yang ditunjukan untuk mengukur prestasi belajar siswa, yaitu C2 (pemahaman), C3 (penerapan), dan C4 (Analisis). Distribusi soal prestasi belajar yang dirancang oleh peneliti pada setiap pembelajan dipaparkan dalam tabel 3.5berikut ini:

(14)

Tabel 3.5.Distribusi Soal Prestasi Belajar Pada Setiap Pembelajaran

No. Aspek Prestasi Belajar Nomor Soal Jumlah

Pembelajaran ke – 1 1. Pemahaman (C2) 1, 2, 4, 8, 9, 13 6 2. Penerapan (C3) 3, 5, 6, 7, 11, 14, 15 7 3. Analisis (C4) 10, 12, 16 3 Pembelajaran ke – 2 1. Pemahaman (C2) 3, 5, 7, 10, 11 5 2. Penerapan (C3) 4, 8, 9 3 3. Analisis (C4) 1, 2, 6, 12 4 Pembelajaran ke – 3 1. Pemahaman (C2) 2, 5, 9, 10, 11 5 2. Penerapan (C3) 1, 3, 6, 12, 13, 14 6 3. Analisis (C4) 4, 7, 8 3

Uji coba tes dilakukan agar tes yang digunakan benar-benar dapat mengukur variabel penelitian.Sebelum digunakan, instrument tes terlebih dahulu dilakukan uji coba terhadap siswa kelas XII di salah satu SMA di Kabupaten Bandung Barat yang telah mempelajari topik fluida statis.

Besarnya koefisien reliabilitas instrumen tes tiap pertemuan, dinyatakan dalam tabel 3.6 berikut:

Tabel 3.6.Reliabilitas Instrumen Tes Pertemuan ri Interpretasi

I 0,53 Cukup

II 0,81 Sangat Tinggi III 0,81 Sangat Tinggi

Dari tabel tersebut terlihat bahwa perangkat instrument memiliki reliabilitas cukup dan sangat tinggi.Dengan demikian, perangkat instrument tersebut memiliki keajekan yang baik.

Adapun validitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal ditampilkan dalam tabel 3.7 berikut ini:

(15)

Tabel 3.7.Rekapitulasi Validitas, Daya Pembeda, dan Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Pertemuan No. Soal Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Keputusan Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

I

1 0,46 Cukup 0,30 Cukup 80% Mudah Digunakan 2 0,68 Tinggi 0,44 Baik 29% Sukar Digunakan 3 0,45 Cukup 0,15 Buruk 37% Sedang Dibuang 4 0,58 Cukup 0,32 Cukup 34% Sedang Digunakan 5 0,74 Tinggi 0,12 Buruk 89% Sangat

Mudah Dibuang 6 0,74 Tinggi 0,18 Buruk 86% Sangat

Mudah Dibuang 7 0,77 Tinggi 0,30 Cukup 80% Mudah Digunakan 8 0,68 Tinggi 0,42 Baik 57% Sedang Digunakan 9 0,50 Cukup 0,19 Buruk 63% Sedang Dibuang 10 0,80 Tinggi 0,54 Baik 51% Sedang Digunakan 11 0,68 Tinggi 0,32 Cukup 40% Sedang Digunakan 12 0,74 Tinggi 0,48 Baik 54% Sedang Digunakan 13 0,22 Rendah -0,1 Buruk 26% Sukar Dibuang 14 0,48 Cukup 0,13 Buruk 77% Mudah Dibuang 15 0,74 Tinggi 0,36 Cukup 77% Mudah Digunakan 16 0,56 Cukup 0,25 Cukup 66% Sedang Digunakan

II

1 0,72 Tinggi 0,71 Baik

Sekali 66% Sedang Digunakan 2 0,45 Cukup 0,36 Cukup 66% Sedang Digunakan 3 0,41 Cukup 0,25 Cukup 60% Sedang Dibuang 4 0,49 Cukup 0,32 Cukup 34% Sedang Digunakan 5 0,46 Cukup 0,32 Cukup 34% Sedang Digunakan 6 0,56 Cukup 0,48 Baik 60% Sedang Digunakan 7 0.46 Cukup 0,36 Cukup 71% Mudah Digunakan 8 0,76 Tinggi 0,56 Baik 29% Sukar Digunakan 9 0,46 Cukup 0,36 Cukup 71% Mudah Digunakan 10 0,49 Cukup 0,12 Buruk 94% Sangat

Mudah Dibuang 11 0,43 Cukup 0,48 Baik 60% Sedang Digunakan 12 0,22 Rendah 0,09 Buruk 40% Sedang Dibuang

(16)

Pertemuan No. Soal Validitas Daya Pembeda Tingkat Kesukaran Keputusan Nilai Kriteria Nilai Kriteria Nilai Kriteria

III

1 0,45 Cukup 0,24 Cukup 89% Sangat

Mudah Dibuang 2 0,51 Cukup 0,43 Baik 46% Sedang Digunakan 3 0,54 Cukup 0.39 Cukup 26% Sukar Digunakan 4 0,49 Cukup 0,21 Cukup 29% Sukar Digunakan 5 0,43 Cukup 0,36 Cukup 66% Sedang Digunakan 6 0,74 Tinggi 0,39 Cukup 20% Sukar Digunakan 7 0,41 Cukup 0,49 Baik 37% Sedang Digunakan 8 0,47 Cukup 0,43 Baik 40% Sedang Digunakan 9 0,53 Cukup 0,60 Baik 49% Sedang Digunakan 10 0,59 Cukup 0,27 Cukup 20% Sukar Digunakan 11 0,35 Rendah 0,21 Cukup 29% Sukar Digunakan 12 0,43 Cukup 0,37 Cukup 49% Sedang Digunakan 13 0,22 Rendah -0,1 Buruk 66% Sedang Dibuang 14 0,27 Rendah 0,10 Buruk 17% Sukar Dibuang a. Taraf Kesukaran Butir Soal

Menurut tabel tersebut, secara keseluruhan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran dengan kategori sukar sebanyak 10 butir soal, sedang 23 butir soal, mudah 6 butir soal dan sangat mudah 4 butir soal. Berdasarkan rekapitulasi tersebut dapat dikatakan pada umumnya taraf kemudahan soal instrumen cukup baik, karena sebagian besar soal terdapat pada kategori sedang.Butir soal yang memiliki kategori sangat mudah tidak dipakai dalam pelaksanaan penelitian ini.

b. Daya Pembeda Soal

Dari hasil rekapitulasi pada tabel 3.7, secara keseluruhan jumlah butir soal yang memiliki daya pembeda dengan kategori baik sekali berjumlah 1 butir soal, baik 11 butir soal, dan cukup 20 butir soal. Namun, terdapat butir soal dengan kategori buruk dan sangat

(17)

buruk sehingga soal tersebut tidak dipakai dalam pelaksanaan penelitian. Secara umum, soal - soal tes prestasi belajar ini dikatakan dapat membedakan antara kelompok siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah.

c. Validitas Tes

Validitas berkenaan dengan ketetapan perangkat instrument terhadap konsep yang dinilai sehingga betul – betul menilai apa yang seharusnya dinilai.Berdasarkan tabel 3.7, rata – rata validitas tes memiliki kategori cukup.Dengan demikian, tes tersebut dapat menilai konsep yang seharusnya dinilai.

Setelahmenganalisis hasil uji coba instrument, diperoleh distribusi soal prestasi belajar yang digunakan dalam penelitian seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 3.8berikut:

Tabel 3.8.Distribusi Soal Prestasi Belajar yang Digunakan Dalam Penelitian

Aspek Prestasi Belajar Banyaknya Soal

Pemahaman (C2) 12

Penerapan (C3) 9

Analisis (C3) 9

Total Soal 30

3. Analisis Data Hasil Penelitian a. Analisis Data Hasil Tes

Data yang diperoleh dari penelitian adalah skor pretest dan posttest dari kelas eksperimen. Pengolahan data ini akan digunakan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dalam aspek kognitif.

(18)

Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran latihan inkuiri terhadap peningkatan prestasi belajar siswa akan dilakukan dengan cara menghitung gain ternormalisasi. Gain ternormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain yang diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yang dapat diperoleh. Secara matematis diungkapkan dalam persamaan berikut:

< 𝑔 >=% 𝑆𝑓 − % 𝑆𝑖 100 − % 𝑆𝑖 (Hake:1998) Keterangan: <g> : gain ternormalisasi %<Sf> : Skor posttest %<Si> : Skor pretest

Kemudian dihitung rata – rata skor gain ternormalisasi. Setelah itu, diinterpretasikan dalam tabel 3.9 berikut ini:

(19)

Tabel 3.9.Tabel Interpretasi Gain Ternormalisasi Rata – rata Skor Gain Ternormalisasi Kriteria

0,00 < g ≤ 0,30 Rendah

0,30 < g ≤ 0,70 Sedang

0,70 < g ≤ 1,00 Tinggi

(Hake : 1998) b. Analisis Data Hasil Observasi

Data observasi memuat data tentang sikap ilmiah siswa serta data tentang keterlaksanaan penggunaan model pembelajaran latihan inkuiri.

(1) Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah siswa diukur dengan menggunakan format observasi sesuai dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan dalam rubrik penilaian sikap ilmiah siswa yang dilakukan pada setiap pertemuan. Hasil rating scale kemudian direkapitulasi dan dijumlahkan pada skor masing-masing siswa untuk setiap aspek sikap ilmiah. Skor yang diperoleh siswa kemudian dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus:

𝑃 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝐷𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑋𝑖

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎𝑕 𝑆𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢𝑠 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 × 100% Keterangan: p = persentase siswa

(20)

(2) Keterlaksanaan Pembelajaran

Data yang memuat tentang keterlaksanaan model pembelajaran yang diperoleh dari hasil observasi selama peneltian berlangusng, dijabarkan dalam bentuk deskriptif dengan melihat skor keterlaksanaan setiap fase model latihan inkuiri pada lembar observasi.Keterlaksanaan model pembelajaran dinyatakan dalam bentuk presentase.

𝑃 = 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑠𝑎𝑛𝑎

𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢𝑕 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 × 100%

G. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di satu sekolah SMA Negeri di Kabupaten Bandung Barat kelas XI IPA. Sampel penilitian sebanyak 32 orang siswa, namun karena ada dua orang yang tidak dapat mengikuti pembelajaran secara keseluruhan, maka sampel penelitian menjadi 30 orang siswa. Dua orang siswa tersebut hanya mengikuti dua kali pembelajaran saja, maka dua orang siswa tersebut tidak memenuhi syarat untuk menjadi sampel penelitian.

Penelitian dilaksanakan dalam tiga kali pembelajaran, dengan maksud untuk meminimalisir faktor – faktor luar yang dapat mempengaruhi pada hasil penelitian. Waktu pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan jadwal pelajaran fisika yang telah ditentukan oleh sekolah. Alokasi waktu untuk setiap pembelajaran adalah 90 menit. Berikut ini jadwal penelitian yang telah dilakukan:

(21)

Pembelajaran Hari, Tanggal Waktu Materi I Kamis, 31 Maret 2011 07.00 – 08.30 Hukum pokok hidrostatika II Senin, 04 April 2011 11.00 – 12.30 Hukum Pascal

III Kamis, 07 April 2011 07.00 –

08.30 Hukum Archimedes

Pada setiap pelaksanaan pembelajaran, dimulai dengan pemberian pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah itu, siswa diberikan perlakuan berupa pembelajaran dengan menggunakan model latihan inkuiri. Kemudian, pada akhir pembelajaran diberikan postes untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model latihan inkuiri.

Metode belajar yang digunakan pada setiap pembelajaran adalah demonstrasi dan praktikum berupa penyelidikan. Pada kegiatan pendahuluan, siswa diberikan permasalahan yang bersifat teka – teki. Kemudian siswa diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan kepada guru yang mengarahkan kepada permasalahan yang diberikan. Pertanyaan yang diajukan harus pertanyaan yang hanya memiliki jawaban “ya” atau “tidak”. Setelah siswa mendapatkan informasi yang cukup, mereka membuat hipotesis. Setelah mereka selesai membuat hipotesis, mereka melakukan eksperimen secara berkelompok sesuai dengan prosedur eksperimen yang ada dalam Lembar Kerja Siswa (LKS) yang telah dibagikan sebelumnya. Eksperimen ini dilakukan untuk memverifikasi permasalahan yang diberikan melalui pengamatan secara langsung.

Setelah proses eksperimen selesai, siswa menganalisis data hasil eksperimen dan kemudian merumuskan penjelasan. Siswa kemudian

(22)

melaksanakan diskusi kelas. Beberapa orang siswa diberikan kesempatan untuk mengemukakan hasil temuannya dan siswa lain menanggapinya dengan mengajukan pertanyaan atau pendapat.

Untuk mengetahui dan memantapkan penerapan model latihan inkuiri dalam pembelajaran, siswa dan juga guru menganalisis tahapan model latihan inkuiri yang telah dilakukan. Kemudian siswa diberikan kesempatan untuk memberikan saran terhadap penerapan model latihan inkuiri.

Pada akhir pembelajaran siswa diberikan penguatan materi terhadap materi pembelajaran yang telah diberikan. Setelah itu, siswa diberikan postes dengan isi soal dan alokasi waktu disamakan dengan pelaksanaan pretes.

Selama proses pembelajaran, peneliti dibantu oleh beberapa orang observer yang terdiri dari mahasiswa pendidikan fisika dan guru mata pelajaran fisika. Observer ini bertugas untuk mengamati dan menilai sikap ilmiah siswa selama proses pembelajaran serta keterlakansaan model latihan inkuiri yang dilakukan oleh guru dan siswa.

Jumlah observer pada pembelajaran ke-1 adalah 6 orang. Setiap oberserver mengobservasi satu kelompok siswa yang terdiri dari 5 – 6 orang siswa. Pada pembelajaran ke-2, jumlah observer hanya ada 4 orang sehingga ada dua orang observer yang mengobservasi dua kelompok siswa. Pada pembelajaran ke-3, jumlah observer adalah 6 orang sehingga setiap observer mengobservasi satu kelompok siswa.

(23)

H. Keterlakasanaan Model Latihan Inkuiri

Untuk mengetahui keterlaksanaan model latihan inkuiri selama proses pembelajaran dalam penelitian ini, maka dilakukan observasi terhadap tahapan model latihan inkuiri yang dilakukan oleh guru dan oleh siswa. (Lembar observasi keterlaksanaan model oleh guru dan siswa terlapir). Observasi dilakukan oleh observer dengan mencecklist kolom “Ya” atau “Tidak”. “Ya” berarti tahapan model latihan inkuiri yang dilakukan oleh guru atau siswa teramati oleh observer sedangkan “Tidak” berarti tahapan model latihan inkuiri tidak teramati. Sebelum lembar observasi diberikan kepada para observer, peneliti menjelaskan deskripsi pelaksanaan kegiatan penelitian agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap format observasi tersebut dengan pelaksanaan pembelajaran.

Rekapitulasi keterlaksanaan model latihan inkuiri oleh guru berdasarkan lembar observasi ditampilkan dalam Gambar 3.3 di bawah ini:

Gambar 3.3. Grafik Keterlaksanaan Model Latihan Inkuiri Oleh Siswa Selama Penelitian

Keterangan:

Tahap I : Mengahadapkan siswa terhadap masalah

97% 100% 100% 96% 25% 100% 100% 100% 100% 75% 100% 100% 100% 100% 100% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V

Per

sen

tase

Tahapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri

(24)

Tahap III : Mengumpulkan data – eksperimen Tahap IV : Merumuskan suatu penjelasan Tahap V : Menganalisis proses inkuiri

Berdasarkan Gambar 3.3 tersebut terlihat bahwa pada pertemuan ke-1 keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru untuk tahap I hanya mencapai 97%, sedangkan pada tahap II dan III mencapai 100%. Namun demikian pada saat pelaksanaan penelitian, guru (peneliti) mengalami kesulitan untuk menerapkan tahapan awal model latihan inkuiri terutama pada tahapan ketika siswa harus mengajukan pertanyaan yang hanya memiliki jawaban “ya” atau “tidak”. Sehingga guru harus terus memberikan Pada tahap IV keterlaksanaan model pembelajaran oleh guru hanya mencapai 96%. Pada tahap ini, guru belum bisa membimbing secara maksimal semua siswa dalam menganalisis data hasil percobaan.Tahap V tidak terlaksana dengan baik. Keterlaskanaan model pembelajaran hanya mencapai 25%. Pada tahap ini seharusnya guru mengarahkan siswa untuk menganalisis kegiatan inkuiri yang telah dilakukan, namun karena keterbatasan waktu dan siswa baru mengenal tahapan latihan inkuiri jadi tahapan latihan inkuiri hanya disebutkan oleh guru saja.

Pada pembelajaran ke-2 ketelaksanaan model pembelajaran tahap I, II, III, dan IV mencapai 100% hanya pada tahap V yang mencapai 75%. Pada pembelajaran ke-2 siswa sudah diajak untuk menganalisis pola – pola latihan inkuiri yang telah dilakukan.Namun, karena keterbatasan waktu guru belum bisa menanggapi saran siswa secara maksimal.

Pada pembelajaran ke-3 keterlaksanaan model pembelajaran untuk semua tahapan dapat terlaksanan 100%.

(25)

Rekapitulasi keterlaksanaan model latihan inkuiri oleh siswa berdasarkan lembar observasi ditampilkan dalam Gambar3.4 di bawah ini:

Gambar 3.4.Grafik Keterlaksanaan Model Latihan InkuiriOleh Siswa Selama Penelitian

Keterangan:

Tahap I : Mengahadapkan siswa terhadap masalah Tahap II : Mengumpulkan data – verifikasi

Tahap III : Mengumpulkan data – eksperimen Tahap IV : Merumuskan suatu penjelasan Tahap V : Menganalisis proses inkuiri

Pada pertemuan ke-1, keterlakasanan model pembelajaran oleh siswa pada tahap I mencapai 83%.Pada tahap ini hampir semua siswa hanya menyimak penjelasan dari guru, siswa sangat sulit ketika diajak berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Pada tahap II, keterlaksanaan model pembelajaran mencapai 100%. Namun demikian, siswa mengalami kesulitan dalam mengajukan pertanyaan khususnya yang hanya memiliki jawaban “ya” atau “tidak”.Sehingga pada tahap ini banyak pertanyaan siswa yang harus diulang.Pada tahap III, keterlaksanaan model pembelajaran mencapai 92% pada tahap ini siswa dituntut untuk mengajukan hipotesis dan melakukan percobaan.Pada pembelajaran ke-1, siswa masih mengalami kesulitan untuk mengajukan hipotesis.Namun, semua siswa melaksanakan eksperimen. Pada tahap IV, keterlaksanaan model

83% 100% 92% 92% 25% 100% 100% 100% 100% 25% 100% 100% 100% 100% 100% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Tahap I Tahap II Tahap III Tahap IV Tahap V

P

er

sent

a

se

Tahapan Model Pembelajaran Latihan Inkuiri

(26)

pembelajaran inkuiri oleh siswa mencapai 92%. Pada Tahap V, keterlaksanaan model pembelajaran latihan inkuiri hanya mencapai 25%. Karena keterbatasan waktu, siswa tidak mendapat kesempatan menganalisis tahapan inkuiri dan memberikan saran terhadap pelaksanaan tahapan latihan inkuiri.

Pada pembelajaran ke-2, keterlaksanaan model pembelajaran tahap I, II, III, dan IV mencapai 100%. Namun pada tahap V, keterlaksanaan model pembelajaran latihan inkuiri hanya mencapai 25%. Siswa sudah berusaha untuk menganalisis pola – pola latihan inkuiri, namun karena katerbatasan waktu siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk memberikan saran – saran terhadap pelaksanaan model latihan inkuiri untuk pertemuan berikutnya.

Pada pembelajaran ke-3, keterlaksanaan model pembelajaran latihan inkuiri untuk semua tahap mencapai 100%.Siswa sudah terbiasa dengan model semua tahapan model pembelajaran.Selain itu, didukung dengan alat – alat eksperimen yang bekerja dengan baik dan penggunaannya yang sudah dikenal oleh siswa sehingga pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan yang sudah direncanakan.

Rekapitulasi keterlaksanaan model secara keseluruhan untuk setiap pembelajaran ditampilkan dalam Gambar 3.5 sebagai berikut:

89% 97% 100% 81% 91% 100% 0% 20% 40% 60% 80% 100% 120%

Oleh Guru Oleh Siswa

Per

sen

tase

Gambar

Gambar 3.1.Desain Penelitian One Group Pretest-Posttest Design  (Sugiyono, 2009)
Gambar 3.2Alur Penelitian
Tabel 3.1Tabel Interpretasi Validitas
Tabel 3.2Interpretasi Tingkat Kesukaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

maka teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yakni untuk mengetahui gambaran kondusif Iklim Komunikasi Organisasi, untuk mengetahui gambaran

Dari beberapa definisi para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa deskripsi jabatan atau pekerjaan adalah merupakan hasil analisis pekerjaan yang sistematis sebagai

If this message is not eventually replaced by the proper contents of the document, your PDF viewer may not be able to display this type of document.. You can upgrade to the

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMP PADA MATERI..

Danau Kelapa Gading merupakan salah satu danau buatan yang terdapat di Kabupaten Asahan Provinsi Sumatera Utara yang terletak tidak jauh dari perkotaan, sehingga terdapat

Gaya mengajar yang dilakukan oleh guru dalam praktek pendidikan jasmani.. olahraga dan kesehatan cenderung

Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai koefisien regresi ganda (R) variabel bebas dengan variabel terikat adalah sebesar 0,923, tingkat hubungannya termasuk kedalam kategori

digunakan oleh seorang individu secara mandiri atau tanpa bergantung pada orang lain untuk mendapatkan ilmu atau pengetahuan, dimana alat atau sarana tersebut